• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAYA SERAP SABUT KELAPA (Cocos nucifera) UNTUK REMEDIASI TEMBAGA, KOBAL, SIANIDA DAN KESADAHAN PADA AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAYA SERAP SABUT KELAPA (Cocos nucifera) UNTUK REMEDIASI TEMBAGA, KOBAL, SIANIDA DAN KESADAHAN PADA AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

DAYA SERAP SABUT KELAPA (Cocos nucifera)

UNTUK REMEDIASI TEMBAGA, KOBAL, SIANIDA DAN KESADAHAN PADA AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU

Liza Siswita1, Chainulfiffah Abdullah2, T. Abu Hanifah3 Email: lizasiswita@yahoo.com

1

Mahasiswi Program Studi S1 Kimia

2

Dosen Jurusan Kimia

3

Dosen Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia

ABSTRACT

The FWD (TPA) Muara Fajar is the final waste disposal for the city of Pekanbaru. It contains varied chemical elements that may raise environment pollution. It can be happened because the decomposed waste produces leachate. Leachate contents organic and inorganic compounds. The inorganic compounds that can be found in the leachate are like copper, cobalt, cyanide ions and total hardness.

This study was conducted in order to know adsorption capacity of coconut fiber and coconut fiber charcoal to remove copper, cobalt, cyanide ions and total hardness from leachate of FWD Muara Fajar. Leachate sampling is done at the lechate inlet.

The result showed that adsorption capacity of the coconut fiber for copper, cobalt, cyanide ions and total hardness are 0,12 mg/g, 0,011 mg/g, 0,2 mg/g and 272 mg/g, respectively. Whereas the adsorption capacity of coconut fiber charcoal for copper, cobalt, cyanide ions and total hardness are 0,123 mg/g, 0,0114 mg/g, 0,483 mg/g and 300,96 mg/g, respectively. The data was analized using statistical method (paired t test). The coconut fiber and coconut fiber charcoal show significant difference for removing copper and total hardness. The coconut fiber has significant different for removing cobalt whereas coconut fiber charcoal does not have significant difference for removing cobalt. Both of coconut fiber and coconut fiber charcoal for removing cyanide ions from leachate TPA Muara Fajar is not significantly different.

Keywords: coconut fiber, inorganic compounds, adsorption capacity, leachate

PENDAHULUAN

Sabut kelapa merupakan hasil samping pertanian yang terdapat dalam jumlah cukup besar dari pengolahan buah kelapa. Sabut kelapa terdiri dari serat dan gabus yang menghubungkan antara satu serat dengan serat lainnya. Serat sabut kelapa terdiri dari beberapa konstituen yaitu selulosa, lignin, asam pirolignat, ter, tanin, dan kalium. Selulosa dalam serat sabut kelapa memiliki gugus aktif karboksil dan lignin yang mengandung asam fenolat yang dibutuhkan dalam proses adsorpsi (Gopalakrishnan et. al, 2009).

(2)

2

Pada penelitian Gopalakrishnan et. al (2009), serat sabut kelapa mampu menyerap logam seng, tembaga dan kromium heksavalen sampai 50% dari konsentrasi logam tersebut dalam limbah pewarna tekstil. Menurut Fatoni (2009), serat sabut kelapa mampu menyerap 39,21% logam kadmium (II) dalam air. Pada penelitian ini serat sabut kelapa diaplikasikan pada air lindi sebagai penyerap tembaga, kobal, sianida dan kesadahan total pada air lindi. Air lindi merupakan limbah dari tempat pembuangan akhir (TPA) sampah sehingga terdapat senywa-senyawa tersebut dalam konsentrasi yang cukup tinggi.

TPA terdapat hampir disetiap kota di Indonesia seperti halnya kota Pekanbaru. Kota Pekanbaru memiliki satu TPA yaitu TPA Muara Fajar yang terletak di kecamatan Rumbai. TPA ini dengan luas kurang lebih sembilan hektar dibuat dengan sistem controlled landfill (Asmakarbela, 2010), namun pada penerapannya saat sekarang ini TPA Muara Fajar menggunakan sistem open dumping. Sistem open dumping ini ditandai oleh adanya tumpukan sampah tetapi sisa sistem controlled landfill seperti alat berat yang masih beroperasi, saluran drainase untuk mengendalikan air hujan, saluran pengumpul dan kolam penampungan air lindi masih terdapat pada TPA Muara Fajar (Aurora, 2009).

Air lindi yang dihasilkan TPA Muara Fajar perlu diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan agar tidak mengakibatkan pencemaran terhadap perairan dan lingkungan di sekitarnya. Metoda yang paling umum digunakan untuk pengolahan limbah yang beracun yaitu osmosis balik, ion exchange, pengendapan kimia, elektrodialisis dan koagulan. Teknik-teknik memerlukan biaya yang tinggi, tidak efisien, banyak menggunakan reagen dan memerlukan energi serta biasanya terdapat endapan yang beracun (Gopalakrishnan, 2009). Oleh karenanya adsorpsi menggunakan serat sabut kelapa diajukan sebagai salah satu metode yang murah dan efisien untuk penyerapan tembaga, kobal, sianida dan kesadahan total pada air lindi TPA Muara Fajar Pekanbaru.

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

Serat sabut kelapa, serbuk logam tembaga, asam nitrat pekat, kristal NaOH, indikator K2CrO4 5%(v/v), larutan perak nitrat 0,0192 N, serbuk logam kobal, larutan asam

tartarat 5%, larutan Na2CO3 8%, larutan asam pikrat 1%, larutan indikator

p-dimethylamino benzal-rhodanin, kristal NaCl, larutan Na-EDTA, Erio Black-T (EBT), larutan kalium kromat, iodium dan metilen biru. Alat-alat yang digunakan adalah AA-6800-SHIMADZU, Hollow Cathode Lamp (HCL), spektrofotometer UV-Vis (Thermoscientific Genesys 20), pH meter, timbangan analitik, pemanas listrik (502 Series), kertas saring Wathman 42 dan peralatan gelas standar laboratorium.

Tata Kerja

1. Pengumpulan Serat dan Pembuatan Arang Serat Sabut Kelapa

Serat sabut kelapa dikeringkan dibawah sinar matahari hingga kering. Sabut kelapa dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian pertama dipotong-potong sekitar 1-2 mm sebagai adsorben serat sabut kelapa, bagian kedua dibakar dalam tanur dengan suhu

(3)

3

500oC hingga menjadi arang sebagai adsorben arang serat sabut kelapa. Arang serat sabut kelapa ini ditumbuk pada ukuran 100 mesh. Kedua adsorben ini dicuci hingga bersih menggunakan aquades. Kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 1050C selama 12 jam kemudian simpan dalam desikator (Ash et. al, 2006).

2. Karakterisasi Adsorben

Kadar abu pada adosrben ditentukan dengan cara gravimetri. Krusibel porselin kosong dikonstankan dengan pemanasan pada suhu 100-1050C selama 2 jam kemudian didinginkan dalam desikator. Setelah dingin ditimbang hingga berat konstan. Krusibel yang telah diketahui beratnya diisi dengan 1 gram sampel dan ditutup. Kemudian bakar dalam Furnace dengan suhu 7000C selama 6 jam. Setelah sampel menjadi abu dinginkan dalam desikator kemudian ditimbang hingga berat konstan.

Kadar abu = x 100% Keterangan : a = berat abu

b = berat sampel

Daya serap terhadap iodium ditentukan dengan titrasi iodometri. Sampel arang serat sabut kelapa sebanyak 0,5 gram diambil kemudian ditambahkan 25 mL larutan iodium 0,1 N dan diaduk selama 15 menit kemudian disaring. Larutan fitrat diambil sebanyak 5 mL dan titrasi dengan natrium tiosulfat 0,1 N. Jika warna kuning telah samar tambahkan larutan kanji 1% sebagai indikator. Titrasi kembali hingga warna biru hilang.

Iodium yang teradsorpsi = Keterangan:

V1 : Larutan iodium yang dianlisis (mL)

V2 : Larutan natrium tiosulfat yang diperlukan (mL)

N1 : Normalitas iodium

N2 : Normalitas natrium tiosulfat

w : Berat sampel (gram)

Luas permukaan ditentukan dengan metode metilen biru. Sampel arang serat sabut kelapa sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam Erlenmeyer kemudian ditambahkan 100 mL larutan metilen biru 8 ppm. Campuran tersebut diaduk dengan pengaduk magnet selama 15 menit kemudian disaring dengan kertas saring Whatman 42. Filtrat diukur absorbansinya pada panjang gelombang 640 nm.

Luas permukaan adsorben = Keterangan

S = luas permukaan adsorben (mg/L)

Xm = jumlah metilen biru yang terserap tiap gram adsorben N = bilangan avogadro (6,02 x 1023 molekul/mol)

A = luas permukaan metilen biru per molekul (197 x 10-20 m2/mol) BM = berat molekul metilen biru (319,86 g/mol)

(4)

4 3. Pengambilan Sampel Air Lindi

Sampel diambil pada kolam lindi TPA Muara Fajar Rumbai. Pengambilan sampel dilakukan kolam ke 4 dengan cara random sampling dan dikomposit. Analisis in-situ dilakukan pada penentuan pH dan suhu air lindi, suhu udara, TSS dan TDS. Analisis ex-situ dilakukan pada 8 titik pengambilan sampel pada kolam air lindi kemudian dikompositkan menjadi satu sampel.

4. Analisis Konsentrasi Tembaga, Kobal, Sianida dan Kesadahan Total Air Lindi TPA Muara Fajar

Sampel air lindi dari TPA Muara Fajar disaring menggunakan kertas Wathman 42. Setelah warna air lindi lebih jernih dilakukan analisis tembaga dan kobal dengan SSA, sianida dengan Spektrofotometer UV-Vis dan kesadahan total dengan titrasi titrimetri. Dari analisis tersebut diperoleh konsentrasi tembaga, kobal, sianida dan kesadahan total pada air lindi di TPA Muara Fajar.

5. Adsorpsi Arang Serat Sabut Kelapa Terhadap Tembaga, Kobal, Sianida dan Kesadahan Total Pada Air Lindi

Arang serat sabut kelapa diambil sebanyak 2 gram kemudian dimasukan ke dalam Erlenmeyer 250 mL. Sampel air lindi ditambahkan sebanyak 100 mL ke dalam Erlenmeyer tersebut. Campuran air lindi dan adsorben dibiarkan ±24 jam. Campuran disaring dan filtranya diambil untuk analisis.

Daya serap tembaga, kobal, sianida dan kesadahn total oleh serat dan arang serat sabut kelapa dihitung dari perbedaan konsentrasi awal dan konsentrasi setelah penggunaan serat dan arang sabut kelapa. Daya serap tersebut dapat dihitung melalui rumus sebagai berikut (Lelifajri, 2010):

Q =

Keterangan: Q = daya serap adsorben (mg/g) C0 = konsentrasi awal (mg/L)

Ce = konsentrasi akhir (mg/L)

w = berat adsorben (g) v = volume larutam (L)

6. Analisis Data

Data kandungan tembaga, kobal, sianida dan kesadahan total yang diperoleh dari hasil analisis contoh uji sebelum dan sesudah penambahan adsorben arang serat sabut kelapa dibuat dalam bentuk tabel dan grafik. Untuk uji hipotesis dilakukan dengan uji statistik menggunakan uji t berpasangan karena pada sampel yang sama dilakukan dua perlakuan yang berbeda.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan luas permukaan adsorben dilakukan dengan metode metilen biru, daya serap terhadap metilen biru sebanding dengan luas permukaan adsrben tersebut (Sugiarta dkk, 2011). Pada penenlitian ini diperoleh luas permukaan adsorben serat sabut kelapa yaitu 1,138 m2/g sedangkan arang serat sabut kelapa memiliki luas permukaan yang lebih luas dari serat sabut kelapa yaitu 1,405 m2/g sedangkan pada penelitian Sugiarta dkk (2011)

(5)

5

serat sabut kelapa memiliki luas permukaan sebesar 20,07 m2/g perbedaan ini sangat jauh karena pada adsorben serat sabut kelapa yang digunakan diaktivasi amonium hidrosida terlebih dahulu.

Abu merupakan komponen sisa dari pemanasan pada suhu 500-6000C, sisa ini dapat berupa komponen-komponen anorganik berupa kalium, natrium, magnesium, kalsium dan komponen lain yang terdapat dalam jumlah kecil (Wijayanti, 2009). Penentuan kadar abu ini bertujuan untuk menentukan oksida logam yang terdapat pada adsorben. Pada penelitian ini diperoleh kadar abu adsorben sebesar 0,0204 g abu atau 2,04% dari berat adsorben. Kadar abu yang terlalu tinggi ini tidak bagus untuk adsorben karena menurut Wijayanti (2009) kadar abu yang terlalu tinggi dapat mengurangi kemampuan adsorben dalam mengadsorpsi larutan.

Daya serap iodium oleh arang serat sabut kelapa yang diperoleh yaitu 316,74 mg/g. Daya serap iodium yang tinggi menunjukan bahwa mikropori dan mesopori adsorben yang terdapat pada adsorben. Nilai ini masih rendah dibandingkan syarat aktif (SNI No 06-3730-1995). Daya serap metilen biru yang diperoleh dari adsorben arang serat sabut kelapa yaitu 0,379 mg/g. Daya serap metilen biru menunjukan banyaknya makropori yang terdapat pada adsorben.

Analisis gugus fungsi pada arang serat sabut kelapa dilakukan menggunakan inframerah. Gambar 1 memperlihatan spektrum inframerah, dari spektrum tersebut masih terdapat banyak gugus fungsi pada arang serat sabut kelapa seperti gugus karbonil pada bilangan gelombang 1700 cm-1, gugus sianida pada 2208 cm-1,O-H pada 3400-4200 cm-1, ulur C-H aromatik pada 2990 cm-1, ikatan karbon dengan flourida terdapat pada1009 cm-1, ikatan karbon dan klorida pada 774 cm-1 dan ikatan karbon dengan bromida pada 679 cm-1 (Jasril, 2005). Banyaknya gugus fungsi yang terdapat pada arang serat sabut kelapa sangat berpengaruh terhadap daya serapnya karena pori-pori arang tertutup oleh gugus fungsi tersebut (Anjelia, 2010).

Gambar 1. Spektrum Inframerah Arang Serat Sabut Kelapa

500 750 1000 1250 1500 1750 2000 2250 2500 2750 3000 3250 3500 3750 1/cm 7,5 15 22,5 30 37,5 45 52,5 %T 36 48 ,5 1 33 81 ,3 6 30 67 ,9 1 29 90 ,7 6 28 81 ,7 7 27 58 ,3 3 26 41 ,6 3 25 69 ,2 9 25 29 ,7 5 23 61 ,9 4 23 39 ,7 5 22 08 ,5 9 17 68 ,8 0 17 00 ,3 2 16 17 ,3 8 15 89 ,4 1 15 80 ,7 3 14 54 ,3 9 13 93 ,6 3 13 40 ,5 8 13 13 ,5 8 12 90 ,4 3 12 17 ,1 4 11 86 ,2 7 11 35 ,1 6 10 65 ,7 2 10 09 ,7 8 87 7, 65 81 8, 82 774, 45 67 9, 94 SERAT KELAPA

(6)

6

Hasil dari analisis parameter in-situ yaitu terdapat pada Tabel 1. Parameter in-situ yang diukur berupa pH air lindi, suhu udara, suhu air lindi, TSS, dan TDS. Dari analisis tersebut diperoleh pH air lindi dibawah pH netral yaitu 6,0. pH yang rendah ini dapat mengakibatkan banyaknya logam-logam terlarut pada air lindi tersebut. Nilai TSS yang didapat yaitu 470 mg/L, nilai TSS tersebut rendah karena zat-zat yang tersuspensi mengendap di dasar kolam. Nilai TDS tidak jauh berbeda dari TSS, yaitu sebesar 614 mg/L. Nilai ini tidak terlalu tinggi untuk limbah, nilai TDS yang rendah juga disebabkan oleh faktor cuaca dan suhu lingkungan yang menyebabkan endapan-endapan pada dasar kolam lindi.

Tabel 1. hasil anlisis parameter in-situ air lindi TPA Muara Fajar

Parameter Satuan

pH 6,0

Suhu udara 260C

Suhu air lindi 290C

Total Suspen solid (TSS) 470 mg/L

Total Dissolve Solid (TDS) 614,0 mg/L

Gambar 2. Konsentrasi tembaga pada air lindi, air lindi setelah perlakuan dengan serat dan arang serat sabut kelapa

Tabel 2. Daya serap serat dan arang serat sabut kelapa untuk kobal pada air lindi

Penyerap Konsentrasi awal Konsentrasi setelah perlakuan Daya serap adsorben

Serat sabut kelapa 2,721 0,3860 0,12 mg/g

Arang serat sabut kelapa 2,721 0,2597 0,123 mg/g

Analisis tembaga diperoleh konsentrasi tembaga sebesar 2,71 mg/L terlihat pada Gambar 2. Konsentrasi ini cukup tinggi disebabkan oleh faktor ilmiah yaitu terjadinya pengikisan batuan oleh air sehingga terdapat debu dan partikel-partikel tembaga yang terbawa oleh air hujan. Tembaga juga berasal dari sampah yang terdapat di TPA Muara Fajar yang mengandung logam-logam tembaga sehingga saat dekomposisi sampah tembaga larut dan terbawa arus bersama aliran air lindi. Pada Tabel 2 menunjukan daya serap serat sabut kelapa terhadap tembaga pada air lindi sebesar 0,120 mg/g dan 0,123 mg/g untuk daya serap arang serat sabut kelapa. Daya serap arang serat sabut

2,721 0,386 0,259 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3

Air Lindi Air Lindi + serat Air Lindi + arang

Ko n sen tr asi (m g /L ) Tembaga (mg/L)

(7)

7

kelapa lebih tinggi dibandingkan daya serap serat sabut kelapa, hal ini dipengaruhi oleh luas permukaan arang serat sabut kelapa lebih besar dari pada luas permukaan serat sabut kelapa.

Gambar 3. Konsentrasi kobal pada air lindi, air lindi setelah perlakuan dengan serat dan arang serat sabut kelapa

Tabel 3. Daya serap serat dan arang serat sabut kelapa untuk kobal pada air lindi

Penyerap Konsentrasi awal Konsentrasi setelah perlakuan Daya Serap

Serat sabut kelapa 0,309 0,089 0,0110 mg/g

Arang serat sabut kelapa 0,309 0,081 0,0114 mg/g

Hasil analisis kobal menggunakan SSA didapatkan konsentrasi kobal 0,309 mg/L. Pada air lindi kobal berasal dari sisa-sisa makanan seperti hati, ikan dan makanan lainnya yang mengandung vitamin B12, karena komposisi utama vitamin B12 adalah kobal. Kobal juga berasal dari sisa-sisa cat yang mengandung pigmen biru. Karena sisa-sisa ini akan terdekomposisi oleh air internal dan eksternal dari tumpukan sampah tersebut dan terbawa bersama aliran air lindi ke kolam penampungan air lindi. Daya serap kobal dapat dilihat pada Tabel 3 yaitu 0,011 mg/g untuk serat sabut kelapa dan 0,0114 mg/g untuk arang serat sabut kelapa.

Gambar 4. Konsentrasi kobal pada air lindi, air lindi setelah perlakuan dengan serat dan arang serat sabut kelapa

0,309 0,089 0,081 0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35

Air Lindi Air Lindi + serat Air Lindi + arang

Ko n sen tr asi (m g /L ) Kobal (mg/L) 31,66 27,66 22 0 5 10 15 20 25 30 35

Air Lindi Air Lindi + serat Air Lindi + arang

Ko n sen tr asi (m g /L ) Sianida (mg/L)

(8)

8

Tabel 4. Daya serap serat dan arang serat sabut kelapa untuk kobal pada air lindi

Penyerap Konsentrasi awal Konsentrasi setelah perlakuan Daya serap pengurangan

Serat sabut kelapa 31,66 27,66 0,2 mg/g

Arang serat sabut

kelapa 31,66 22,00 0,483 mg/g

Sianida pada air lindi ditentukan dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 505 nm. Konsentrasi sianida pada air lindi yaitu 31,66 mg/L. Konsentrasi sianida yang dtinggi ini berasal alam dan aktivitas manusia. Sianida yang dihasilkan secara alami oleh aktivitas bakteri, alga, dan jamur tertentu yang terdapat di kolam air lindi TPA Muara Fajar atau ditumpukan sampah dan mengalami dekomposisi. Sianida juga terdapat pada sisa-sisa sampah rumah tangga seperti kulit ubi kayu, bayam, bambu dan lain sebagainya. Garam sianida juga terdapat di udara dalam konsentrasi tinggi sehingga memungkinkan adanya pengumpulan garam-garam sianida dikolam penampungan air lindi tersebut akibat runoff hujan yang membawa garam-garam tersebut. Daya serap dapat dilihat pada Tabel 3, untuk serat sabut kelapa yaitu sebesar 0,2 mg/g dan arang serat sebesar 0,483 mg/g. Penyerapan yang kecil dari seluruh konsentrasi sianida disebabkan oleh kandingan abu yang terdapat pada adsorben sehingga menutupi pori-pori adsorben. Penyerapan yang kecil juga disebabkan oleh gugus aktif yang terdapat pada selulosa dan lignin tidak dapat mengikat sianida.

Gambar 4. Konsentrasi kobal pada air lindi, air lindi setelah perlakuan dengan serat dan arang serat sabut kelapa

Tabel 5. Daya serap serat dan arang serat sabut kelapa untuk kobal pada air lindi

Penyerap Konsentrasi awal Konsentrasi setelah perlakuan Daya serap

Serat sabut kelapa 8058,6 2039,4 277,2 mg/g

Arang serat sabut kelapa 8058,6 2514,6 300,96 mg/g

8058,6 2514,6 2039,4 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000

Air Lindi Air Lindi + serat Air Lindi + arang

Ko n sen tr asi (m g /L ) Kesadahan Total (mg/L)

(9)

9

Kesadahan total pada air lindi sangat tinggi yaitu 8058,6 mg/L, kesadahan yang tinggi tidak berbahaya untuk kesehatan. Kesadahan yang tinggi dapat menyebabkan kerugian bagi masyarakat, jika air mengandung kesadahan yang tinggi akan membuat sabun tidak berbusa. oleh karena itu perlu juga dilakukan pengolahan air lindi dengan konsentrasi kesadahan yang tinggi agar tidak mencemari perairan di sekitar TPA Muara Fajar. Penggunaan serat sabut kelapa untuk mengurangi kesadahan total pada air lindi TPA Muara Fajar cukup efektif. Daya serap adsorben dapat dilihat pada Tabel 4 yaitu 277,20 mg/g untuk penggunaan serat sabut kelapa dan 300,96 untuk penggunaan arang serat sabut kelapa.

Untuk uji hipotesis dilakukan dengan uji t berpasangan karena dalam hal ini dilakukan dua perlakuan yang berbeda terhadap air lindi. Uji t berpasangan yang pertama yaitu antara air lindi dan air lindi setelah perlakuan dengan serat sabut kelapa dan yang kedua yaitu antara air lindi dan air lindi setelah perlakuan dengan arang serat sabut kelapa. Dari hasil uji hipotesis dapat diambil kesimpulan bahwa serat sabut kelapa memiliki perbedaan keefektifan untuk penyerapan tembaga, kobal dan kesadahan total pada air lindi TPA Muara Fajar. Arang serat sabut kelapa memiliki perbedaan keefektifan untuk penyerapan tembaga dan kesadahan total, sedangkan untuk penyerapan kobal, arang serat sabut kelapa tidak memiliki perbedaan keefektifan. Serat maupun arang serat tidak tidak memiliki perbedaan keefektifan untuk pengurangan sianida pada air lindi TPA Muara Fajar.

KESIMPULAN

Konsentrasi tembaga, kobal, sianida dan kesadahan total pada air lindi TPA Muara Fajar berturut-turut yaitu 2,721 mg/L, 0,309 mg/L, 42,5 mg/L dan 8058,6 mg/L. Efisiensi pengurangan yang diperoleh dengan serat sabut kelapa masing-masing untuk tembaga, kobal, sianida dan kesadahan total berturut-turut yaitu 0,120 mg/g, 0,011 mg/g, 0,2 mg/g dan 277,2 mg/g. Daya serap yang diperoleh dengan arang serat sabut kelapa masing-masing untuk tembaga, kobal, sianida dan kesadahan total berturut-turut yaitu 0,123 mg/g, 0,0114 mg/g, 0,483 mg/g dan 300,96 mg/g. Melalui uji hipotesis dengan uji t berpasangan diketahui bahwa serat sabut kelapa memiliki perbedaan keefektifan untuk pengurangan tembaga, kobal dan kesadahan total pada air lindi TPA Muara Fajar. Melalui uji t berpasangan arang serat sabut kelapa tidak memiliki perbedaan keefektifan untuk pengurangan kobal pada air lindi. Sedangkan untuk sianida baik serat sabut kelapa maupun arang serat sabut kelapa tidak memiliki perbedaan keefektifan.

SARAN

1. Air lindi TPA Muara Fajar harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan, karena konsentrasi tembaga, kobal, sianida dan kesadahan total yang tinggi dapat mencemari lingkungan di sekitarnya.

2. Penggunaan serat sabut kelapa dapat diaplikasikan terhadap pengurangan tembaga, kobal dan kesadahan total pada air lindi TPA Muara Fajar karena mudah dan murah. Keefektifannya berbeda secara nyata (p < 0,05) dibandingkan arang serat sabut kelapa yang pengerjaannya lebih rumit.

(10)

10

3. Penyerapan serat dan arang serat sabut kelapa sangat kecil untuk sianida, oleh karenanya perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk meningkatkan kemampuan adsorpsi serat dan arang serat sabut kelapa misalnya dengan aktivasi kimia.

UCAPAN TERIMA KASIH

1. Ibu Dra. Chainulfiffah AM, MSc selaku pembimbing satu yang banyak memberikan saran dan motivasi sehingga penelitian ini dapat terselesaikan

2. Bapak Drs. T Abu Hanifah M.Si selaku pembimbing dua yang banyak memberikan saran dan perbaikan selama penulisan skripsi

3. Ibu Dra. Itnawita M.Si, Ibu Ganis Fia Kartika, M.Si dan Bapak Drs. Erman, MS yang banyak meluangkan waktunya untuk diskusi dan memberikan masukan-masukan untuk penelitian ini

4. Semua pihak yang pihak yang terlibat dalam penelitian ini

DAFTAR PUSTAKA

Ash, B, Sataphati, D, Mukherjee, PS, Gumanste, JL and Mishra, BK. 2006. Characterization and Application of Activated Carbon Prepare From Waste Coir Pith. J. Sci. Res. 65, 1008-1012

Anjelia, Gita. Analisis kemampuan Panyerapan Arang Batang Jagung Sebagai Adsorben Pb dan Cd. Jurusan Kimia Universitas Riau. Pekanbaru

Asmakarbela. 2010. Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Penyakit Cacing (Soil Transmitted Helminths) pada Pemulung Sampah di Kelurahan Muara Fajar Kec Rumbai Kota Pekanbaru. Program Pascasarjana Universitas Riau. Pekanbaru Aurora, ER. 2009. Identifikasi Penyebaran Lindi TPA Muara Fajar dengan

Menggunakan Metoda Geolistrik. Fakultas Teknik Universitas Riau, Pekanbaru Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru. 2011

Fatoni, Achmad. 2009. Adsorpsi Logam Kadmium (II) oleh Adsorben Sabut Kelapa dan Sabut Kelapa-2 Merkaptobenzotiazol Pengaruh pH. Jurnal Kimia Mulawarman Volume 6 No 2

Gopalakrishnan, K, Jeyadoss, T dan Manivanna, V. 2009. Biosorptionof Zn(II), Cu(II) and Cr(IV) From Textil Dye Effluent Using Activated Coconut Fiber. Indian Journal of Science and Technology Vol 2 No 8

Lelifajri. 2010. Adsorpsi Ion Logam Cu(II) Menggunakan Lignin dari Limbah Serbuk Kayu Gergaji. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan vol. 7 No. 3, hal 126-129 Sudarwin. 2008. Analisis Spasial Pencemaran Logam Berat (Pb dan Cd) pada Sedimen

Aliran Air Sungai dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Jatibarang Semarang. Universitas Diponegoro. Semarang

Sugiarta, I Wayan dan Sahara, Emmy. 2011. Biosorpsi Kromium (VI) Pada Serat Sabut Kelapa Hijau (Cocos nucefera). Jurnal Kimia 5 (2) Juli 2011:133-142

Wijayanti, Ria. 2009. Arang Aktif dari Ampas Tebu sebagai Pemurnian Minyak Goreng Bekas. Instutut Pertanian Bogor. Bogor

Gambar

Gambar 1. Spektrum Inframerah Arang Serat Sabut Kelapa
Tabel 1. hasil anlisis parameter in-situ air lindi TPA Muara Fajar
Gambar  3.  Konsentrasi  kobal  pada  air  lindi,  air  lindi  setelah  perlakuan  dengan  serat dan arang serat sabut kelapa
Tabel 4. Daya serap serat dan arang serat sabut kelapa untuk kobal pada air lindi

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok belajar adalah kelompok yang dibentuk dengan sengaja oleh guru di sekolah dengan tujuan adanya transfer ilmu atau diskusi kelompok antar anggota

Ketiga aspek tersebut, yaitu (1) aspek ketepatan kompetensi membaca kritis diperoleh persentase sebesar 95%, berarti tergolong layak dan dapat diimplementasikan,

Selama LETI, peningkatan respon hemodinamik terjadi karena jalan nafas atas (laring, trakhea, dan karina) memiliki refleks sistem saraf simpatetis yang dapat

Oleh karena itulah Nabi Muhammad SAW mengambil bai’ah dari para shahabat agar mereka tidak melakukan perbuatan zina ini. Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan

Setelah dilakukan uji asumsi data indeks pemberdayaan gender pada Kota/Kabupaten di Jawa Timur periode tahun 2010-2015, dapat dinyatakan bahwa data tersebut

Dengan semakin banyak masyarakat yang mulai menyukai produk di bidang fashion dan semakin banyak pesaing maka strategi pasar yang digunakan oleh “butik dorayaky shop” ini

Masih ada arti versi lain yang dalam pengertian umum sampai saat ini bahkan dalam Adminsitrasi Pemerintahan telah dikenal dengan nama “ENREKANG“ versi Bugis sehingga jika

Kabupaten Gowa ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembuatan tote bag oleh pengusaha dari Makeasart. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap