• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan membagi hutan menjadi hutan negara dan hutan hak. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah sedangkan hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah. Hutan hak selanjutnya dikenal dengan hutan rakyat yaitu hutan yang tumbuh di atas tanah milik yang dibuktikan dengan alas titel atau sertifikat.

Hutan rakyat sudah berkembang di lingkungan masyarakat sejak dahulu yang dilakukan atas inisiatif masyarakat di lahan-lahan milik. Hal ini dapat dilihat dari adanya hutan rakyat tradisional yang diusahakan secara swadaya berupa tanaman sejenis maupun pola tanaman campuran, yang dilatarbelakangi oleh asal mula sistem perladangan berpindah dan kemudian berkembang menjadi pertanian menetap. Pada saat pertanian menetap, masyarakat menanam tanaman pertanian karena memberi hasil jangka pendek dan menanam tanaman kayu-kayuan untuk hasil jangka menengah dan jangka panjang.

Pemerintah sejak tahun 1960-an telah mengembangkan hutan rakyat sebagai kegiatan penghijauan untuk mengatasi lahan kritis pada lahan milik masyarakat (Awang et al. 2007). Kegiatan penghijauan adalah upaya memulihkan atau memperbaiki keadaan lahan kritis di luar kawasan hutan melalui kegiatan penanaman dan bangunan konservasi tanah agar dapat berfungsi sebagai media produksi dan sebagai media pengatur tata air yang baik serta upaya mempertahankan dan meningkatkan daya guna lahan sesuai dengan peruntukkannya. Kegiatan penghijauan yang dilaksanakan pemerintah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, penyediaan bahan baku industri dan peningkatan mutu lingkungan. Jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman keras, MPTS (Multi Purpose Trees Species) dan buah-buahan (Kemenhut 2010).

Keberadaan hutan rakyat di Indonesia sampai saat ini sudah cukup luas dan sudah memberikan hasil produksi kayu yang cukup besar. Luasan dan potensi hutan rakyat yang ada di Indonesia sampai tahun 2004 sudah mencapai 1.568.415,6 ha dengan potensi kayu sebesar 39.416.557,5 m3 dan yang paling

▸ Baca selengkapnya: latar belakang porak

(2)

luas adalah hutan rakyat yang dilakukan secara swadaya yang mencapai 966.722,3 ha dengan potensi kayu sebesar 33.650.443,1 m3 (Tabel 1). Pemerintah telah melakukan penghijauan di luar kawasan hutan termasuk hutan rakyat seluas 1.785.149 ha sejak tahun 2000 sampai tahun 2004 (Dephut 2006) dan pembuatan hutan rakyat seluas 1.810.601 ha sejak tahun 2004 sampai 2008 (Dephut 2009).

Tabel 1 Potensi dan luas hutan rakyat di Indonesia tahun 2004

No Jenis Sumber Dana Luas (ha) Perkiraan Potensi (m3)

1 Hutan rakyat swadaya 966.722,3 33.650.443,1

2 Hutan rakyat subsidi 131.090,5 4.935.417,5

3 Hutan rakyat melalui KUHR 41.785,9 744.129,9

4 Hutan rakyat DAK DR 18.917,9 86.567,0

5 Hutan rakyat kegiatan GNRHL 409.899,0 0,0

Jumlah 1.568.415,6 39.416.557,5

Sumber : Hindra (2006)

Perkembangan hutan rakyat di Pulau Jawa setiap tahunnya cenderung meningkat. Walaupun ketersediaan lahan mulai menyempit akibat tekanan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi sehingga permintaan lahan untuk perumahan dan lahan pertanian juga semakin tinggi, tetapi kegiatan pengusahaan hutan rakyat masih tetap berkembang.

Tabel 2 Potensi luas hutan rakyat di Jawa-Madura

No Klasifikasi penutupan lahan Periode 2006-2008 (ha) Periode 2000-2003 (ha) Periode 1990-1993 (ha) Perubahan (%) 1 Hutan lahan kering/primer*) 107.706,97 65.961,24 45.572,19 136,34 2 Hutan tanaman*) 374.057,31 384.869,50 304.461,12 22,86 3 Perkebunan 153.441,62 166.553,30 80.322,79 91,03

4 Pertanian lahan kering*) 935.069,26 1.098.215,20 837.379,82 11,67

5 Pertanian lahan kering

campur semak 977.796,44 984.066,80 601.042,74 62,68

6 Semak belukar 36.942,46 30.946,00 32.018,48 15,38

Total 2.585.014,06 2.730.612,04 1.900.797,14 35,99

Keterangan : *) Klasifikasi lahan yang tergolong hutan rakyat Sumber : BPKH Wilayah XI Jawa Madura (2009)

Potensi hutan rakyat untuk Pulau Jawa dan Madura menurut Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah XI Jawa Madura tahun 2009 mencapai luas 1.416.833,54 ha. Potensi ini diketahui melalui pendekatan GIS dimana klasifikasi penutupan lahan yang masuk kriteria hutan rakyat adalah hutan

(3)

lahan kering sekunder/primer, hutan tanaman dan pertanian lahan kering. Adapun luas masing-masing setiap kriteria dapat dilihat pada Tabel 2.

Hutan rakyat di luar Pulau Jawa masih belum berkembang, sementara ketersediaan lahan cukup luas. Kegiatan hutan rakyat berlangsung secara tradisional dengan jenis tanaman yang ada merupakan tanaman-tanaman yang tumbuh secara alami di lahan-lahan milik rakyat yang dikombinasikan dengan tanaman lain seperti buah-buahan dan tanaman pertanian.

Perkembangan hutan rakyat di Propinsi Sumatera Utara tidak secepat yang ada di Jawa. Ada yang dilakukan secara swadaya pada lahan milik, tanah marga dan pekarangan, kegiatan pemerintah dan kerjasama kemitraan. Luas hutan rakyat di Propinsi Sumatera Utara (Hindra 2006) dapat dilihat pada Tabel 3. Sedangkan luas hutan rakyat yang dikembangkan oleh pemerintah sejak tahun 2004 sampai tahun 2008 mencapai 40.155 ha (Dephut 2009). Jenis tanaman pada lahan milik rakyat antara lain kopi, aren, pinang, kayu manis, kemiri, cengkeh, durian, mangga, kemenyan, pinus, suren, eukaliptus, pinus, jati putih dan karet.

Tabel 3 Luas hutan rakyat di Propinsi Sumatera Utara

No Jenis Sumber Dana Luas (ha)

1 Hutan rakyat swadaya 45.692,10

2 Hutan rakyat subsidi 1.075,00

3 Hutan rakyat melalui KUHR 677,00

4 Hutan rakyat DAK DR 280,00

5 Hutan rakyat kegiatan GNRHL 8.480,00

Jumlah 56.204,10

Sumber : Hindra (2006)

Salah satu jenis tanaman hutan rakyat yang berkembang secara tradisional adalah kemiri. Tanaman kemiri merupakan tanaman yang memiliki prospek untuk dikembangkan dalam kegiatan hutan rakyat karena menghasilkan buah dan kayu sehingga memiliki nilai ekonomi tinggi. Buahnya bermanfaat sebagai penyedap makanan (bumbu masak), obat-obatan (pencahar, sariawan, disentri, bisul, merangsang pertumbuhan rambut, obat kulit, obat linu pada pinggang), minyak kemiri digunakan sebagai bahan cat, pernis, sabun, pelapis perahu, minyak lampu, industri batik, kosmetik (Paimin 1994; Sunanto 1994; Winarbowo dan Manoko 2006) dan melindungi kayu dari serangan rayap (Nakayama dan Obsbrink 2010). Kulit biji (cangkang) dapat dimanfaatkan untuk bahan baku obat nyamuk bakar

(4)

dan arang (Paimin 1994; Wibowo 2007). Ampas pengelolaan minyak dapat digunakan untuk pakan ternak dan pupuk tanaman karena mengandung unsur NPK yang cukup tinggi, sementara kayu kemiri berguna sebagai kayu bakar, bahan baku korek api, sumpit, perabot rumah tangga, papan pengepak, pulp, vinir/kayu lapis (Paimin 1994; Winarbowo dan Manoko 2006). Pohon kemiri juga bermanfaat sebagai tanaman rehabilitasi. Perum Perhutani di Jawa dan Nusa Tenggara Timur menggunakan kemiri sebagai tanaman untuk menghutankan kembali tanah kosong (Djajapertjunda 2003; Koji 2002) dan berfungsi sebagai tanaman konservasi tanah dan air terutama di Daerah Aliran Sungai (DAS) serta daerah bertopografi miring dan curam (Wibowo 2007).

Tabel 4 Luas dan produksi kebun kemiri di Indonesia sejak tahun 1984-2009

Tahun Luas (ha) Produksi (ton) Tahun Luas (ha) Produksi (ton)

1984 74.736 29.246 1997 179.621 69.776 1985 68.444 56.819 1998 174.798 66.302 1986 84.668 28.852 1999 193.805 65.394 1987 69.632 27.778 2000 205.532 74.319 1988 70.621 24.274 2001 205.322 77.375 1989 85.177 28.497 2002 212.487 88.481 1990 109.806 35.576 2003 212.677 95.870 1991 130.122 36.819 2004 206.321 94.005 1992 135.486 37.926 2005 196.407 92.667 1993 148.024 56.929 2006 205.454 102.308 1994 170.098 64.182 2007 209.375 102.609 1995 178.378 71.240 2008*) 209.734 107.116 1996 182.587 78.613 2009**) 210.198 111.058

Keterangan : *) Angka sementara, **) angka estimasi Sumber : Deptan (2009)

Luas dan produksi tanaman kemiri di Indonesia setiap tahunnya cenderung meningkat. Menurut Deptan (2009), tanaman kemiri yang tumbuh di Indonesia 100% adalah tanaman kemiri yang diusahakan oleh masyarakat dalam bentuk kebun penduduk (perkebunan rakyat). Potensi luas dan produksi tanaman kemiri yang ada di Indonesia sejak tahun 1984 sampai 2009 dapat dilihat pada Tabel 4. Perkembangan tanaman kemiri juga melibatkan sejumlah petani sebagai tenaga kerja yang yang melakukan pengelolaan. Jumlah petani yang terlibat dalam pengelolaan tanaman kemiri di Indonesia untuk tahun 2004 sampai 2009 dapat dilihat pada Tabel 5.

(5)

Tabel 5 Luas, produksi dan jumlah petani kemiri di Indonesia tahun 2004-2009

Tahun Luas (ha) Produksi (ton) Rerata Produksi (kg/ha)

Jumlah Petani (KK) 2004 206.321 94.005 769 348.728 2005 209.264 92.667 766 354.293 2006 205.455 102.308 844 342.435 2007 209.375 102.609 797 362.644 2008*) 209.734 107.116 802 363.248 2009**) 210.198 111.058 805 363.977

Keterangan : *) Angka sementara, **) angka estimasi Sumber : Deptan (2009)

Tanaman kemiri di Propinsi Sumatera Utara hampir tersebar di semua kabupaten, seperti terlihat pada Tabel 6. Deptan (2009) menyebutkan bahwa luas tanaman kemiri di Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2007 mencapai 11.636 ha dengan produksi buah mencapai 13.761 ton, yang melibatkan 15.691 petani. Rerata produktivitas hasil kemiri rakyat adalah 1.498 kg/ha dan rerata kepemilikan luas lahan kemiri sekitar 0,74 ha.

Tabel 6 Luas, produksi dan jumlah petani kemiri tahun 2007 di Sumatera Utara

No Kabupaten Luas (ha) Produksi (ton) Rerata Produksi (kg/ha) Jumlah Petani (KK) 1 Deli Serdang 857 465 658 1.742 2 Langkat 543 432 814 837 3 Simalungun 459 786 1.774 1.154 4 Karo 2.560 2.358 1.384 1.232 5 Dairi 3.518 7.057 2.074 4.637 6 Tapanuli Utara 451 184 767 597 7 Tapanuli Tengah 150 116 935 876 8 Nias 194 8 571 190 9 Nias Selatan 18 4 500 120 10 Tapanuli Selatan 689 738 1.570 766 11 Asahan 13 7 500 41 12 Mandailing Natal 688 276 600 276 13 Toba Samosir 269 106 520 654 14 Humbang Hasundutan 581 200 623 832 15 Pak-pak Barat 0 0 0 0 16 Samosir 538 926 2.086 973 17 Serdang Bedagai 108 98 1.010 764 Jumlah 11.636 13.761 1.498 15.691 Sumber : Deptan (2009)

Salah satu kabupaten penghasil kemiri adalah Dairi. BPS (2009) menyebutkan bahwa luas tanaman kemiri pada tahun 2008 mencapai 4.463 ha dengan produksi mencapai 8.273,6 ton. Tanaman kemiri hampir tumbuh di

(6)

beberapa kecamatan, paling banyak di Kecamatan Tanah Pinem dengan luas 3.846 ha dan produksi buah sampai 6.446 ton. Pada Tabel 7 dapat dilihat sebaran tanaman kemiri rakyat dan produksinya di Kabupaten Dairi pada tahun 2008. Rerata produksi hasil kemiri di Kabupaten Dairi adalah 2.074 kg/ha dan jumlah petani yang mengelolanya mencapai 4.637 KK.

Tabel 7 Sebaran kemiri rakyat di Kabupaten Dairi pada tahun 2008

No Kecamatan Luas (ha) Produksi Buah (ton)

1 Sidikalang 9,50 11,70 2 Sitinjo 0 0 3 Berampu 0 0 4 Parbuluan 23,00 38,00 5 Sumbul 30.00 31,20 6 Silahisabungan 25,50 39,50 7 Silima Pungga-pungga 47.00 828,00 8 Lae Parira 39,00 64,80 9 Siempat Nempu 25,00 19,80

10 Siempat Nempu Hulu 82,00 147,60

11 Siempat Nempu Hilir 71,00 141,00

12 Tigalingga 138,00 260,00

13 Gunung Sitember 97,00 191,00

14 Pegagan Hilir 30,00 55,00

15 Tanah Pinem 3.846,00 6.446,00

Jumlah 4.463,00 8.273,60

Sumber : BPS Kabupaten Dairi (2009)

Pengelolaan kemiri rakyat di Kecamatan Tanah Pinem sudah berlangsung sangat lama, turun temurun dan merupakan salah satu usaha yang dikembangkan menjadi mata pencaharian penduduk sebagai sumber penghasilan. Perkembangan pengelolaan tanaman kemiri sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal dalam pengambilan keputusan untuk mengelola atau tidak mengelola.

Seorang petani kemiri akan menjual kemirinya dengan kondisi dikupas dan tidak dikupas. Kemiri yang dikupas dijual lebih mahal dari kemiri yang belum dikupas. Untuk kemiri yang tidak dikupas, biasanya dibeli oleh pihak lain untuk kemudian dikupas agar harga jualnya lebih tinggi dari harga belinya. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan tanaman kemiri di Kecamatan Tanah Pinem dapat membuka lapangan pekerjaan bagi pihak lain.

Salah satu arah Pembangunan Jangka Panjang Kehutanan tahun 2006-2025 adalah untuk mewujudkan kesejahteraan dan peran aktif masyarakat dalam pengelolaan hutan yang adil dan bertanggung jawab. Strategi yang ditempuh yaitu

(7)

meningkatkan luasan hutan rakyat yang mandiri dan mendukung fungsi hutan sebagai penyangga kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Target luas hutan rakyat yang akan dibangun sampai tahun 2025 adalah 8 juta ha (Dephut 2006).

Widiarti dan Mindawati (2007) menyebutkan bahwa pemilihan jenis pohon yang tepat dalam pengembangan hutan rakyat harus berorientasi pada kecukupan pangan keluarga, kelangsungan hasil dan kelestarian sumberdaya. Sehingga, pemilihan jenis tanaman untuk program pemerintah untuk kepentingan masyarakat pada suatu wilayah harus sesuai dengan kondisi lingkungan wilayah tersebut atau bersifat site spesifik dengan pertimbangan faktor teknis, ekonomis, ekologis dan sosial budaya, agar kegiatan hutan rakyat dapat menjadi pilihan usaha yang produktif dan lestari. Dari penjelasan ini, maka salah satu sasaran pengembangan kegiatan hutan rakyat sebaiknya adalah potensi-potensi tanaman yang sudah ada di daerah yang bisa menjadi pertimbangan untuk dikembangkan dalam meningkatkan pendapatan petani, pendapatan daerah dan mendukung dalam pengelolaan lahan yang sesuai dengan kondisi ekologi.

Sehubungan dengan berbagai latar belakang kondisi perkembangan hutan rakyat yang ada dan dengan adanya rencana pemerintah mengembangkan hutan rakyat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka dilakukan suatu penelitian tentang pengelolaan tanaman kemiri rakyat yang sudah tumbuh dan berkembang di Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi.

1.2Perumusan Masalah

Pengelolaan tanaman kemiri rakyat di Kecamatan Tanah Pinem merupakan kegiatan yang sudah turun temurun dan sudah berlangsung sejak dahulu. Keberadaannya yang tetap bertahan sampai sekarang menunjukkan bahwa kemiri telah menjadi komoditi andalan masyarakat sebagai sumber penghasilan. Perkembangan pengelolaan tanaman kemiri rakyat sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal dari masyarakat, dimana faktor-faktor tersebut bersifat mendukung dan menghambat dalam perkembangan pengelolaannya.

Davis et al. (2001), LEI (2001) dan Dephut et al. (1997) menyebutkan bahwa pelaksanaan suatu kegiatan pada suatu lahan harus memperhatikan aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Pengelolaan suatu kegiatan tidak akan berhasil jika

(8)

hanya didasarkan pada suatu sisi saja, tetapi harus menyeluruh (integratif) sehingga akan tercapai keberlanjutannya dalam pelaksanaan dan pengembangannya.

Kajian tentang keberlanjutan pengelolaan tanaman kemiri rakyat yang ada di Kecamatan Tanah Pinem belum ada, sehingga belum diketahui bagaimana kondisi keberlanjutan pengelolaannya saat ini. Informasi-informasi mengenai kondisi sosial masyarakat, sistem produksi buah dan kayu, pemasaran, analisis finansial, tingkat kesejahteraan penduduk, penyerapan tenaga kerja, kondisi bio-fisik dan lain-lain diperlukan untuk mengetahui kondisi pengelolaan tanaman kemiri yang ada. Data-data ini diperlukan untuk mengetahui keberlanjutan (sustainability) pengelolaan tanaman kemiri rakyat. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat ini akan menjadi masukan dalam upaya pengembangan kegiatan yang sama untuk kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan melalui kegiatan hutan rakyat.

Jika pengelolaannya dapat dilakukan secara berkelanjutan dari aspek ekologi, ekonomi dan sosial, maka kegiatan ini dapat berperan dalam meningkatkan pendapatan petani, peningkatan kualitas lingkungan dan peningkatan pendapatan pemerintah daerah secara berkesinambungan.

Adapun pertanyaan yang ingin dijawab dan dijadikan sebagai permasalahan dalam penelitian adalah

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengelolaan tanaman kemiri rakyat?

2. Bagaimana keberlanjutan (sustainability) pengelolaan tanaman kemiri rakyat yang ada sekarang?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan tanaman kemiri rakyat.

2. Menganalisis keberlanjutan (sustainability) pengelolaan tanaman kemiri rakyat dari aspek ekologi, ekonomi dan sosial.

(9)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian adalah memberikan masukan bagi pemerintah dalam mengembangkan potensi tanaman rakyat melalui kegiatan hutan rakyat dan sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang ingin mengembangkan usaha tanaman kemiri.

1.5 Kerangka Pemikiran

Salah satu jenis tanaman yang ditanam pada hutan rakyat adalah kemiri. Pohon kemiri adalah salah satu tanaman yang memiliki prospek untuk dikembangkan karena bermanfaat dari segi ekologi, ekonomi dan sosial. Tanaman kemiri adalah tanaman yang tumbuh secara alami di alam tetapi dalam perkembangannya menjadi tanaman yang ditanam oleh masyarakat di lahan miliknya karena menghasilkan buah dan kayu. Salah satu daerah yang menghasilkan kemiri adalah Kecamatan Tanah Pinem. Pada tahun 2008, luas tanaman kemiri rakyat di Kecamatan Tanah Pinem mencapai 3.846 ha dengan produksi 6.446 ton (BPS 2009).

Pengelolaan kemiri rakyat di Kecamatan Tanah Pinem sudah berlangsung sangat lama, turun temurun dan merupakan salah satu kegiatan yang bertahan menjadi mata pencaharian penduduk sebagai salah satu sumber penghasilan. Pengembangan pengelolaan tanaman kemiri rakyat sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal dari masyarakat, dimana faktor-faktor tersebut ada yang bersifat mendukung maupun menghambat dalam pengembangan pengelolaan kemiri rakyat yang ada. Sementara dalam perkembangan keberlanjutan pengelolaannya, terkait dengan aspek ekologi, ekonomi dan sosial (Davis et al. 2001; LEI 2001; Dephut et al. 1997)

Penelitian ini hendak melakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan tanaman kemiri rakyat dan analisis keberlanjutannya dari aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Hasil yang diperoleh nantinya dapat menjadi masukan untuk dapat dikembangkan menjadi kegiatan hutan rakyat agar dapat meningkatkan pendapatan petani, peningkatan kualitas lingkungan dan peningkatan pendapatan pemerintah daerah secara berkesinambungan. Adapun kerangka pemikiran penelitian dapat digambarkan seperti pada Gambar 1.

(10)

Gambar 1 Kerangka pemikiran.

Pengelolaan tanaman kemiri rakyat di Kecamatan Tanah Pinem

Identifikasi faktor-faktor eksternal Identifikasi faktor-faktor internal

Hutan Rakyat di Prop. Sumut Hutan Rakyat

Hutan Rakyat di Kab. Dairi

Analisis faktor-faktor pengelolaan kemiri rakyat

Dapat menjadi alternatif pilihan

pengembangan kegiatan RHL di luar kawasan hutan

khususnya untuk hutan rakyat

Aspek Ekonomi Aspek Ekologi

Aspek Sosial

Tercapainya tujuan pengelolaan hutan rakyat yang dapat meningkatkan

pendapatan petani, peningkatan kualitas lingkungan dan peningkatan pendapatan pemerintah daerah secara

berkesinambungan

Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat

Gambar

Tabel 1 Potensi dan luas hutan rakyat di Indonesia tahun 2004
Tabel 4 Luas dan produksi kebun kemiri di Indonesia sejak tahun 1984-2009  Tahun  Luas (ha)  Produksi (ton)  Tahun  Luas (ha)  Produksi (ton)
Tabel 7 Sebaran kemiri rakyat di Kabupaten Dairi pada tahun 2008
Gambar 1 Kerangka pemikiran.

Referensi

Dokumen terkait

Ketika orang-orang dari budaya yang berbeda mencoba untuk berkomunikasi, upaya terbaik mereka dapat digagalkan oleh kesalahpahaman dan konflik bahkan

Dengan cara yang sama untuk menghitung luas Δ ABC bila panjang dua sisi dan besar salah satu sudut yang diapit kedua sisi tersebut diketahui akan diperoleh rumus-rumus

Dari teori-teori diatas dapat disimpulkan visi adalah suatu pandangan jauh tentang perusahaan, tujuan-tujuan perusahaan dan apa yang harus dilakukan untuk

 Inflasi Kota Bengkulu bulan Juni 2017 terjadi pada semua kelompok pengeluaran, di mana kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan mengalami Inflasi

Penataan promosi statis ialah suatu kegiatan untuk mempertunjukkan, memamerkan atau memperlihatkan hasil praktek atau produk lainnya berupa merchandise kepada masyarakat

Pendapat tersebut juga sesuai dengan pendapat Sudjana (2008, p.56) bahwa evaluasi produk mengukur dan menginterpretasi penca- paian program selama pelaksanaan program

5) Melihat animo masyarakat Kota Suwon yang begitu tinggi terhadap Kesenian Tradisional yang ditampilkan Tim Kesenian Kota Bandung, diharapkan Kota Bandung dapat

3 Scatter plot hasil clustering algoritme PAM untuk k=17 7 4 Scatter plot hasil clustering algoritme CLARA untuk k=19 9 5 Plot data titik panas tahun 2001 sampai dengan