• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN KETERAMPILAN DASAR KONSELING OLEH GURU BK UNTUK MEMBANTU MENYELESAIKAN MASALAH MINAT BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMK NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGGUNAAN KETERAMPILAN DASAR KONSELING OLEH GURU BK UNTUK MEMBANTU MENYELESAIKAN MASALAH MINAT BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMK NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN KETERAMPILAN DASAR KONSELING OLEH GURU BK UNTUK MEMBANTU MENYELESAIKAN MASALAH MINAT

BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMK NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna MemperolehGelarSarjana Pendidikan (S.Pd)

dalam Ilmu Bimbingan dan Konseling

Oleh: MIRA NIRMALA NPM : 1311080029

Jurusan : Bimbingan dan Konseling

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

(2)

PENGGUNAAN KETERAMPILAN DASAR KONSELING OLEH GURU BK UNTUK MEMBANTU MENYELESAIKAN MASALAH MINAT

BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMK NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna MemperolehGelarSarjana Pendidikan (S.Pd)

dalam Ilmu Bimbingan dan Konseling

Oleh:

MIRA NIRMALA NPM. 1311080029

Jurusan : Bimbingan dan Konseling

Pembimbing I : Drs. Badrul Kamil, M.Pd.I Pembimbing II : Nova Erlina, SIQ.,M.Ed

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

(3)

ABSTRAK

PENGGUNAAN KETERAMPILAN DASAR KONSELING OLEH GURU BK UNTUK MEMBANTU MENYELESAIKAN MASALAH MINAT

BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMK NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG

Oleh Mira Nirmala

Keterampilan dasar konseling merupakan keterampilan guru bimbingan konseling (bk) dalam menangkap atau merespon pernyataan peserta didik dan mengkomunikasikannya kembali kepada peserta didik. Dalam melaksanakan layanan konseling individu, guru bk harus mampu menerapkan dan menguasai keterampilan dasar konseling karena dapat sedikit banyak menjamin keberlangsungan suatu proses konseling untuk mencapai tujuan konseling. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan keterampilan dasar konseling oleh guru bk untuk membantu menyelesaikan masalah minat belajar peserta didik di SMK Negeri 3 Bandar Lampung. Jenis penelitian ini deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah satu guru bimbingan dan konseling di SMK Negeri 3 Bandar Lampung, metode pengumpulan datanya menggunakan observasi partisipan dimana peneliti turut serta ambil bagian dalam proses orang yang di observasi, analisis data menggunakan teknik analisis kualitatif dengan 3 cara yaitu; reduksi dan kategorisasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan ada beberapa keterampilan dasar konseling yang digunakan oleh guru bk dalam proses layanan konseling individu untuk membantu menyelesaikan masalah minat belajar peserta didik diantaranya yaitu: attending (pemusatan perhatian), dorongan minimum (memberi dorongan), refleksi (penegasan masalah), pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. Dari hasil penelitian bahwa keterampilan dasar konseling yang digunakan oleh guru bk dapat membantu menyelesaikan masalah peserta didik meskipun dengan lima keterampilan dasar yang guru bk gunakan. Secara profesional sebagai seorang guru bk keterampilan dasar konseling sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan pekerjaannya. Jika keterampilan ini secara terus menerus dilakukan dan dipraktekkan akan menjadi bagian dari kebiasaan yang tidak terpisahkan dari pengalaman, yang seharusnya semakin baik dan berkesan.

(4)

MOTTO

...          

...

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. (QS: Ar-Ra’d Ayat 11)1

(5)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamin dengan rasa syukur kepada Alllah SWT

Karya tulis ini kupersembahkan sebagai tanda cinta, sayang pada orang-orang yang selalu mendukung terselesaikannya karya ini, di antaranya:

1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Sehran dan Ibu Emi Rohidayah yang selalu memberikan dukungan serta nasehatnya agar selalu berada dijalan-Nya, terlebih do’a dan kasih sayangnya yang tiada henti-hentinya hingga dapat menyelesaikan kuliah ini.

2. Kakakku Subhi Haryanto, Mery Susanti, Johansah, dan Ahmad Jupriko Hadi dan beserta kakak-kakak iparku Misniarti, Alamsah serta keponakanku Siti Aisyah Azahrah, M. Arif Alfaqih, Lutfi Zaki Muazam Serin, Kanza Sabrina Serin yang senantiasa memberikan dukungan atas keberhasilanku sehingga dapat menyelesaikan Akademik ku di UIN Raden Intan Lampung.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir tanggal 30 Juli 1995 di Desa Pura Jaya, Kecamatan Kebun Tebu, Kabupaten Lampung Barat. Penulis adalah anakkelimadari5 bersaudara, dari pasanganBapak SehrandanIbu Emi Rohidayah. Penulis menempuh pendidikan formal: SDN 1 Pura Jaya pada tahun 2001 lulus tahun 2007. Kemudian melanjutkan di SMPN 1 Kebun Tebu pada tahun 2007 dan lulus tahun 2010. Kemudian penulis melanjutkan lagi di SMAN 1 Kebun Tebu dari tahun 2010sampai dengan 2013.

Pada tahun 2013, penulisterdaftarsebagai mahasiswa Program Bimbingan dan Konseling, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) UIN Raden Intan Lampung Tahun Ajaran 2013/2014.

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdullilahirabbil’alamin, Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia berupa ilmu pengetahuan, kesehatan, dan petunjuk, sehingga skripsi yang berjudul “Penggunaan Keterampilan Dasar Konselingoleh Guru BK Terhadap Minat Belajar Peserta Didik di SMK Negeri 3 Bandar Lampung, dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, parasahabat, keluarganya, dan pengikutnya yang setia.

Skripsiinimerupakanbagiandaripersyaratanuntukmenyelesaikanstudi program strata satu (S-1), padaFakultasTarbiyah dan Keguruan UIN RadenIntan Lampung, guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam bidang ilmu Tarbiyah. Atas bantuan semua pihak dalam proses penyelesaian skripsi ini taklupa dihaturkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. H. Chairul Anwar, MPd, selaku Dekan Fakultas tarbiyah dan Keguruan UIN RadenIntanLampung;

2. Bapak Andi Thahir, M.A.,Ed.D, selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling. 3. Bapak Dr.Ahmad Fauzan,M.Pd selaku sekretarisJurusan Bimbingan Konseling

(8)

4. Bapak Drs. Badrul Kamil, M.Pd.Iselakupembimbing I, yang telah menyediakan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan bagi tersusunnya skripsi ini;

5. Ibu Nova Erlina, SIQ.,M.Ed sebagai pembimbing II yang dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan yang sangat berarti bagi penulis;

6. Bapak dan Ibu Dosen serta para staf/karyawan Fakultas Tarbiyah UIN Raden Intan Lampung yang telah membimbing dan membantu penulis selama mengikuti perkuliahan;

7. IbuSuniyar, S.Pd,M.Pd selaku Kepala SMKN 3 Bandar Lampung, yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian.

8. Ibu Dini Afini, S.Pd selaku Guru Bimbingan dan Konseling SMKN 3 Bandar Lampung yang telah bersedia dengan ramah menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti saat wawancara dan terima kasih telah menyediakan waktunya untuk membantu dalam pengumpulan data selama penelitian.

9. Pesertadidik di SMKN 3 Bandar Lampung yang tidakbiasadisebutsatu-persatu. Terimakasihatasdukungandankerjasamanya.

10. Teman-teman Seperjuangan di Jurusan Bimbingan dan KonselingFakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung angkatan 2013 khususnya kelas BK A. Terima Kasih atas kebersamaan dan dukungannya selama ini, semoga silaturahmi tetap terjalin dan terjaga dan ilmu yang kita dapatkan bermanfaat, Amin.

(9)

Munik Yuni A, Rosnaeni. Semoga kita selalu terjaga dan kita dapat dipertemukan pada kesuksesan yang selalu kita impikan.

12. UKM Pramuka UIN Raden Intan, seluruh kk Purna Racana, teman seangkatan dan adik-adik yang sudah banyak memberikan pengalaman dan pembelajaran hidup yang tak ternilai.

13. Teman-teman KKN kelompok 51 yang tidakpernahberhentimemberikannasihat. Terimakasihataspelajaran yang telahdiberikan di saat KKN.

14. Teman-temanPPLdi SMKN 3 Bandar Lampung. Terimakasihataskebersamaan selama 2 bulan yang telahdiberikan di saatPPL.

15. AlmamaterkutercintaUINRadenIntan Lampung dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, namun telah embantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya, Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,diharapkanbetapa pun kecilnyakaryatulis (hasilpenelitian) inidapatmenjadisumbangan yang

cukupberartidalampengembanganilmupengetahuan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Bandar Lampung, Oktober 2017

Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

B. Macam-macam keterampilan Dasar Konseling ... 12

(11)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 31 B. Pembahasan ... 38

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 44 B. Saran ... 45

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman Observasi

Lampiran 2 : Pengesahan Seminar

Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

Lampiran 5 : Sejarah Profil Sekolah SMK Negeri 3 Bandar Lampung

Lampiran 6 : RPL Guru BK SMK Negeri 3 Bandar Lampung

Lampiran 7 : Rekapitulasi Absen Peserta didik

Lampiran 8 : Dialog Sesi Konseling Guru BK dan Peserta didik

Lampiran 9 : Daftar Hadir Sesi Konseling

(13)

DAFTER TABEL

Tabel Halaman

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru Bimbingan Konseling diharapkan dapat membantu peserta didik untuk

mencapai tujuan yang jelas. Kejelasan tujuan yang ingin dicapai memungkinkan

tahapan perubahan tingkah laku peserta didik menjadi lebih terarah, sehingga guru

bimbingan dan konseling bertindak sebagai fasilitator pemberi bantuan dalam jangka

waktu yang singkat.

Konteks tugas Guru Bimbingan dan Konseling berada dalam kawasan

konseling yang bertujuan mengembangkan potensi dan memandirikan peserta didik

dalam pengambilan keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang

produktif, sejahtera, dan peduli kemaslahatan umum.

Konseling merupakan satu proses yang melibatkan hubungan dua arah antara

konselor profesional dengan individu yang memerlukan bimbingan.2

“Menurut Brammer proses konseling adalah peristiwa yang tengah berlangsung dan memberi makna bagi para peserta konseling tersebut (konselor dan klien)”.3 Manakala Hansen, Ressberg dan Cremer juga mendefinisikan konseling sebagai suatu proses menolong manusia belajar

2Noriah Mohd. Ishak, Zuria Mahmud & Salleh Amat, Hubungan dual di kalangan

kaunselor: satu kajian kes. Jurnal PERKAMA, vol. 11,(Kuala Lumpur Persatuan Kaunseling Malaysia 2005). h.37-60

(15)

mengenali diri, persekitaran dan cara-cara mengendali tugasan dan perhubungan dengan orang lain.4

Proses konseling merupakan proses bantuan yang diberikan oleh seseorang

yang berprofesi di bidang konseling kepada individu yang memiliki kesulitan dan

biasa dilakukan dengan cara face to face, sehingga individu yang mendapatkan

bantuan tersebut mendapatkan kebahagiaan. dalam proses konseling individu tentu

saja membutuhkan teknik dan keterampilan tertentu yang harus dikuasai.

Keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan dasar konseling.

Keterampilan dasar konseling merupakan keterampilan dalam melakukan sesi

konseling. Dalam definisi ini mengindikasikan bahwa proses konseling menekankan

adanya hubungan antara orang yang memberi bantuan dengan yang menerima

bantuan dengan menggunakan metode wawancara.

Benjamin dalam Sertzer & Stone mengartikan “hubungan konseling adalah interaksi antara seorang profesional dengan klien dengan syarat bahwa profesional ini mempunyai waktu, kemampuan, untuk memahami dan mendengarkan, serta mempunyai minat, pengetahuan, dan keterampilan. Hubungan konseling harus dapat memudahkan dan memungkinkan orang yang dibantu untuk hidup lebih mawas diri dan harmonis.”5

Hubungan tersebut dapat terbangun dengan keterampilan dasar konseling.

Karena dalam keterampilan dasar konseling konselor dapat memberikan layanan

yang maksimal agar terciptanya hubungan yang berkesan antara klien dan

konselor.6 Konselor perlu memiliki berbagai teknik dan terampil dalam berbagai

4Mizan & Halimatun, Kaunseling Individu, (Malaysia: Fajar Bakti 2006).h.3 5 Sofyan Willis. Op Cit.h.36

(16)

teori agar dapat memberikan bimbingan yang baik kepada klien.7 Sememangnya keterampilan konseling adalah keterampilan yang harus dimiliki oleh guru konseling

dalam menanggapi permasalahan yang dihadapi oleh klien.

Menurut Carkhuff dalam Abimanyu dan Manrihu di dalam komunikasi

dengan konseli, konselor harus menggunakan respon-respon yang diklasifikasikan ke

dalam berbagai teknik keterampilan dasar komunikasi, seperti (1) tahap pembukaan

yaitu membangun rapport, attending, acceptance (penerimaan), mendengarkan,

empati, refleksi; (2) tahap eksplorasi masalah yaitu mengajak terbuka, mengikuti

pokok pembicaraan, pertanyaan terbuka, konfrontasi, dorongan minimal,

menjernihkan (clarifying), memimpin (leading), fokus, diam, mengambil inisiatif,

memberi nasehat; dan kemudian (3) tahap terminasi (pengakhiran) seperti

menyatakan waktu telah habis, menyimpulkan, menanyakan perasaan, memberi tugas

dan tindak lanjut, merencanakan pertemuan selanjutnya serta berpisah secara formal.8

Sejauh ini diduga belum semua guru bimbingan dan konseling yang berada di

dalam negeri maupun luar negeri telah mencapai kualifikasi sesuai standar profesinya

sebagai guru bimbingan dan konseling. Penelitian Harold L. Hackney mendapati

bahwa akuisi keterampilan dan sikap dalam pra-praktikum memungkinkan model

konsultasi-profesional dalam praktikum yang berfokus pada akumulasi pengalaman

7Paw Eng See, Noriah Mohd Ishak & Salleh Amat. 2008. Lukisan sebagai proses diagnosis dan

intervensi rawatan dalam sesi kaunseling. Jurnal PERKAMA, vol.14. (Kuala Lumpur: Persatuan Kaunseling Malaysia). h. 1-22

8Ramdana, Pengaruh Latihan Keterampilan Dasar Komunikasi konseling terhadap Penguasaan

(17)

dari pada keterampilan.9Hal ini tentu dapat menjadikan sebagai referensi perbaikan keterampilan-keterampilan guru konseling di kota Bandar Lampung. Bahwa program

pendidikan konselor memiliki tanggung jawab untuk memastikan individu agar

berkompeten, menunjukkan pemahaman tentang pedoman etika, dan bebas dari

masalah psikologis yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk

memberikan layanan konseling yang memadai. Pelatihan konselor telah terbukti

menjadi penting dalam hubungan konseling.10

Penelitian di Indonesia bahwa pada umumnya kinerja guru bimbingan dan

konseling belum memuaskan, di Kabupaten Bandung (64,28%) kinerja guru

bimbingan dan konseling masuk pada kategori tidak memuaskan, sebagian kecil

(35,71%) masuk pada kategori memuaskan, dan tidak ada guru bimbingan dan

konseling yang menunjukkan kinerja yang sangat memuaskan.11 Pemahaman guru pembimbing mengenai keterampilan konseling masih belum optimal. Hal ni

ditunjukkan dengan rata-rata skor pencapaian 19,36 atau sekitar 52,18%. Skor ini

juga menunjukkan bahwa keterampilan konseling belum dipahami secara konseptual,

makna dan contoh-contoh penggunaan masing-masing keterampilan belum

betul-betul dikuasai dengan baik. Kedua, hasil identifikasi penguasaan guru pembimbing

tentang keterampilan konseling, berupa 10 keterampilan yang diurutkan mulai dari

9Harold L. Hackney, (2011), Development of a Pre-practicum Counseling Skills Model, Volume 11, Issue 2, 102–109.

10Little, C., Packman, J., Smaby, M. H., & Maddux, C. D, (2005), The Skilled Counselor Training Model: Skills acquisition, self-assessment, and cognitive complexity. CounselorEducation and Supervision, 44, 189-201.

11Ilfiandra, Agustin M, dan Ipah S, Peningkatan Mutu Tata Kelola Layanan Bimbingan dan

(18)

yang kadang-kadang digunakan sampai yang belum digunakan adalah ; Keterampilan

attending, bertanya, memberi dukungan dan pengukuhan, mendengarkan, menutup,

empati, klarifikasi, pemecahan masalah, pemfokusan, memberi dorongan,

paraphrase.12 Hal ini senada dengan pendapat Fitriana Mahadhita, bahwa minat

peserta didik dalam mengikuti konseling individu dapat dipengaruhi oleh kemampuan

konselor. Kemampuan konselor dalam melaksanakan konseling individu berkaitan

erat dengan Keterampilan Dasar Konseling (KDK).13 Selanjutnya, diperjelas pada

penelitian Rosita Endang Kusmaryani menunjukkan bahwa dalam pelaksanaaan

konseling selama ini hanya sebagian guru pembimbing (47%) yang menggunakan

keterampilan konseling secara optimal. Sebagian guru pembimbing yang lain (53%)

belum dapat menggunakan keterampilan konseling secara optimal.14 Dari jurnal

tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan konseling belum sepenuhnya dilakukan

oleh konselor sekolah.

Kenyataan di lapangan, sebagian besar konselor sekolah mengatakan bahwa

keterampilan konseling yang mereka kuasai memang sangat kurang, ini disebabkan

oleh karena tidak adanya kompetensi yang mereka miliki berupa pengetahuan dan

wawasan yang luas tentang konseling. Beberapa hal yang terjadi di lapangan

misalnya seperti penstrukturan konseling tidak jelas, konselor larut dalam konseling,

12Rosita Endang Kusmaryani, Rita Eka Izzaty, Agus Triyanto. (2010). Pengembangan Modul

Keterampilan Konseling untuk Meningkatkan Kinerja Guru Pembimbing. (Universitas Negeri Yogyakarta).h.2

13Fitriana Mahadhita, Hubungan Antara Keterampilan dasar konseling (KDK) Dengan Minat

Siswa Mengikuti Layanan Konseling Individu Di Sma Negeri 1 Godong Tahun Ajaran 2014/

2015,(Semarang: UNESA, 2015).h.7

14Rosita Endang Kusmaryani, “Penguasaan Keterampilan Konseling Guru Pembimbing di

(19)

konseling hanya ngobrol biasa dan hanya bersifat nasihat biasa, konseli tidak siap

konseling, konselor kurang mampu mendifinisikan masalah siswa (pada tahap awal),

konselor kurang terampil dalam mengaplikasikan tehnik-tehnik konseling, dan

kebanyakan konselor kurang memahami tahapan-tahapan konseling.15 Diperkuat

dengan hasil penelitian kelompok Nova Erlina, SIQ,M.Ed.,dkk diperoleh beberapa

hasil bahwa guru-guru konseling di kota Bandar Lampung masih kurang dalam

keterampilan-keterampilan sesi konseling yang harus dimiliki oleh konselor, guru bk

masih banyak memberikan contoh keterampilan yang kurang tepat.16 Hal tersebut

menunjukan bahwa keterampilan dasar konseling sangat penting dimiliki oleh Guru

Bimbingan dan Konseling. Hal ini diungkapkan pula oleh Tan, McLeod, dan Willis

bahwa Guru Bimbingan dan Konseling dapat mencapai tujuan yang diharapkan

apabila Guru tersebut menguasai keterampilan konseling dengan baik.17 Penelitian

tentang keterampilan dasar konseling perlu dilakukan untuk melihat kompetensi

keterampilan dasar konseling dalam kalangan guru konseling sekolah menengah.18

Oleh sebab itu dalam penelitian ini peneliti ingin melihat penggunaan keterampilan

dasar konseling sehingga peneliti melakukan penelitian tentang “penggunaan

15Ramdana, Pengaruh Latihan Keterampilan Dasar Komunikasi Konseling Terhadap Penguasaan

Kompetensi Profesional Guru Pembimbing Di Sma/Smk Se Kota Makassar, (Makasar: Program Pasca Sarjana UNM 2011).h.2

16 Nova Erlina.,dkk, Keterampilan Menjalankan Sesi Konseling oleh Guru-guru Konseling di kota

Bandar Lampung, (Bandar Lampung: Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M, 2016).h.89

17Rosita Endang Kusmaryani,Op Cit. h.12

18Nova Erlina,dkk,Kemahiran Asas Konseling Dalam Kalangan Guru Konseling Sekolah

(20)

keterampilan dasar konseling oleh Guru BK untuk membantu menyelesaikan masalah

minat belajar peserta didik di SMK N 3 Bandar Lampung”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti

mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Pemahaman Guru BK mengenai teori keterampilan dasar konseling masih

belum optimal.

2. Dalam layanan sesi konseling Guru BK belum betul-betul menguasai

keterampilan dasar konseling dengan baik.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah merupakan pembatasan permasalahan terhadap pengertian

judul. Yang kegunaannya memperjelas pokok permasalahan yang akan dibahas

sehingga dapat menghindarkan kesalahpahaman dan memberikan simpulan. Adapun

batasan masalah yang terdapat dalam judul “penggunaan keterampilan dasar

konseling oleh Guru BK untuk membantu menyelesaikan masalah minat belajar

peserta didik di SMK Negeri 3 Bandar Lampung”. Untuk melihat bagaimana

penggunaan keterampilan dasar konseling Guru BK.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah

diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “bagaimana penggunaan

keterampilan dasar konseling oleh Guru BK untuk membantu menyelesaikan masalah

(21)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui bagaimana penggunaan

keterampilan dasar konseling oleh Guru BK untuk membantu menyelesaikan masalah

minat belajar peserta didik di SMK Negeri 3 Bandar Lampung.

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bidang

bimbingan dan konseling, khususnya dalam pelayanan bimbingan dan konseling di

sekolah.. Berikut adalah manfaat yang dapat diberikan, diantaranya adalah:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini menjadi suatu pengalaman berharga sebagai penerapan

teori-teori yang telah didapat. Dan bagi peneliti selanjutnya, sebagai bekal

untuk meningkatkan pengetahuan serta menambah wawasan agar nantinya

dapat melaksanakan tugas sebaik baiknya.

2. Manfaat penelitian bagi guru BK atau konselor

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk meningkatkan

kemampuannya dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling

disekolah.

3. Bagi Peserta didik

Dengan adanya kemampuan Guru BK yang profesional dalam

melaksanakan konseling individual, maka peserta akan merasa nyaman

dalam mengikuti layanan konseling sehingga diperoleh tujuan yang hendak

(22)

G. Ruang Lingkup Penelitian

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

KETERAMPILAN DASAR KONSELING

A. Pengertian Keterampilan Dasar Konseling

Seorang konselor harus memiliki keterampilan-keterampilan yang

mencukupi. Keterampilan dasar komunikasi konseling dapat juga dipandang sebagai

keterampilan minimal seorang konselor profesional, sehingga penguasaan akan

keterampilan-keterampilan ini dapat sedikit banyak menjamin keberlangsungan suatu

proses konseling untuk mencapai tujuan konseling. Dengan harapan bahwa konseli

dapat memecahkan masalahnya sendiri demi perkembangan optimal diri konseli

sendiri. Di dalam proses konseling dikenal adanya tiga tahap, dan ini harus diketahui

oleh konselor sekolah. Tiga tahap tersebut adalah 1). tahap awal, 2). tahap

pengembangan, dan 3). tahap terminal konseling. Setiap tahap ada

keterampilan-keterampilan tertentu yang menyatu di dalam membangun suatu proses konseling

yang utuh. Apabila proses ini gagal untuk dibangun maka suatu keterampilan yang

dilakukan dapat mengganggu konseling secara keseluruhan.19

Dalam melaksanakan layanan konseling individu, konselor harus mampu

menerapkan keterampilan-keterampilan dasar konseling karena keterampilan dasar

konseling sangat berpengaruh terhadap keberhasilan konseling. Apabila konselor

(24)

tidak mampu menerapkan keterampilan dasar konseling dengan baik dan benar maka

konseling tidak akan berjalan lancar dan tidak berhasil.20

Keterampilan konseling menurut Ivey ia mengatakan bahwa keterampilan

konseling dapat juga dipandang sebagai keterampilan minimal seorang konselor

profesional, sehingga penguasan akan keterampilan-keterampilan ini dapat sedikit

banyak menjamin keberlangsungan suatu proses konseling untuk mencapai tujuan

konseling.21

Sofyan S. Willis mengatakan bahwa keterampilan dasar konseling

merupakan kunci keberhasilan agar tujuan konseling dapat tercapai. Konselor yang

efektif harus mampu merespon konseli dengan teknik atau keterampilan yang benar,

sesuai keadaan konseli saat itu. Respon yang baik seperti pernyataan-pernyataan

verbal dan non verbal yang dapat menyentuh, merangsang, dan mendorong konseli

untuk terbuka sehinga dapat menyatakan dengan bebas perasaan, pikiran, dan

pengalamannya.22

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa

keterampilan dasar konseling merupakan keterampilan konselor dalam menangkap

atau merespon pernyataan konseli dan mengkomunikasikannya kembali kepada

konseli, sehingga penggunaan ketarampilan dasar konselor sangat mempengaruhi

keberha silan dalam proses konseling tersebut.

20Mei Melinda, Denok Setiawati, Pengembangan Media Keterampilan Dasar Konseling Berbasis Software dalam Layanan Informasi di SMAN 11 Surabaya, ( Surabaya: UNESA,2015).h.3

21Ivey, A.E dan Ivey, M.B. Intentional Interviewing and Counseling:Facilitating Client Development and Multicultural Society, (CA; Brooks/Cole, 2003).h.11.

(25)

Aspek kompetensi kepribadian konselor lainnya yang masih perlu

ditingkatkan adalah menampilkan kinerja berkualitas tinggi. Kinerja dalam konteks

tugas seorang konselor merupakan jati diri yang merefleksikan seberapa

sungguh-sungguh seorang konselor melaksanakan tugasnya. Cavanagh dan Justin

memaparkan: “Wholehearted counselors add enthusiasm and adventurousness to the

quality of self-knowledge and, therefore, devote themselves to improving their skills

and understanding in every possible way.” Konselor diharapkan mampu membuka

diri dengan sepenuh hati untuk meningkatkan kemampuan diri, sekaligus

mempelajari hal apapun yang dapat dilakukannya.23

B. Macam-macam keterampilan dasar konseling menurut para ahli:

Keterampilan konseling yang disajikan oleh Carkhuff, keterampilan tersebut

didasarkan pada tujuan untuk menumbuhkan suatu kondisi yang harus dilalui oleh

konseli dalam proses konseling. Keterampilan konseling ini menyajikan keterampilan

yang harus dikuasai oleh konselor meliputi keterampilan attending, responding,

personalizing, dan initiating. Keterampilan tersebut bertujuan untuk menumbuhkan

kondisi involving, exploring, understanding dan acting pada konseli. Secara rinci

Charkuff menyusun keterampilan-keterampilan konseling pada setiap tahap konseling

yang dimaksud.24 Menurut Carkhuff dalam Abimanyu dan Manrihu di dalam

23Ulya Makhmudah, Mempersiapkan Kompetensi Kepribadian Calon Konselor untuk Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Jurnal Psikoedukasi dan Konseling Vol 1, No. 1 (Surakatra: Universitas Sebelas Maret 2017).h.7

(26)

komunikasi dengan konseli, konselor harus menggunakan respon-respon yang

diklasifikasikan ke dalam berbagai teknik keterampilan dasar komunikasi, seperti (1)

tahap pembukaan yaitu membangun rapport, attending, acceptance (penerimaan),

mendengarkan, empati, refleksi; (2) tahap eksplorasi masalah yaitu mengajak terbuka,

mengikuti pokok pembicaraan, pertanyaan terbuka, konfrontasi, dorongan minimal,

menjernihkan (clarifying), memimpin (leading), fokus, diam, mengambil inisiatif,

memberi nasehat; dan kemudian (3) tahap terminasi (pengakhiran) seperti

menyatakan waktu telah habis, menyimpulkan, menanyakan perasaan, memberi tugas

dan tindak lanjut, merencanakan pertemuan selanjutnya serta berpisah secara

formal.25 Menurut Carkhuff konselor yang menguasai sejumlah keterampilan

konseling akan tiba pada suatu keadaan proses konseling yang berjalan secara

efektif.26

Menurut Tan ada 12 tugas inti konseling yang berkaitan dengan

tahap-tahap konseling dan dapat mempengaruhi proses konseling, yaitu: (1) contacting

(membangun rapport), (2) connecting (membangun rapport), (3) relating

(membangun hubungan dan maintenance), (4) assessing, (5) profiling, (6)

conceptualizing (formulating), (7) planning, (8) intervening, (9) monitoring, (10)

evaluating, (11) terminating, dan (12) following. Selanjutnya, Tan menambahkan ada

25Ramdana, Pengaruh Latihan Keterampilan Dasar Komunikasi konseling terhadap Penguasaan

Kompetensi Profesional Guru Pembimbing di SMA/SMK se Kota Makassar, (Makasaar:Program Pascasarjana UNM, 2011).h.8

(27)

empat tipe keterampilan konseling : keterampilan dasar konseling, keterampilan

intermediate konseling, keterampilan advance konseling dan metaskill konseling.

Capuzzy membagi keterampilan menjadi dua yaitu keterampilan dasar dan

keterampilan lanjutan. Keterampilan dasar terdiri dari: a) Keterampilan penampilan,

meliputi kontak mata, bahasa tubuh, jarak, tekanan suara, dan alur verbal (verbal

tracking); b) Keterampilan mendengar dasar, meliputi pengamatan terhadap konseli,

perilaku verbal, dorongan, parafrase dan membuat kesimpulan, refleksi perasaan dan

mengajukan pertanyaan; c) Self attending skills, meliputi kesadaran diri, humor, sikap

nonjudgmental terhadap diri, sikap nonjudgmental terhadap orang lain, genuine dan

concreteness. Sementara keterampilan lanjutan terdiri dari : a) Keterampilan

memahami dan menolak (understanding & challenging), meliputi b) Keterampilan

perilaku, dan c) Keterampilan terminasi (pengakhiran).27

Menurut Supriyo dan Mulawarman dalam komunikasi dengan klien,

konselor seharusnya menggunakan respon-respon yang fasilitatif bagi pencapaian

tujuan konseling. Respon-respon tersebut dikelompokkan ke dalam berbagai teknik

dasar komunikasi konseling, yaitu teknik attending, opening, acceptance,

restatement, reflection of feeling, paraphrase, clarification, leading, structuring,

(28)

reasurrance, silence, rejection, advice, konfrontasi, interpretasi, summary dan

terminasi.28

Adapun macam- macam keterampilan dasar konseling yang digunakan dalam sesi konseling menurut Sofyan Willis , yaitu: (1) Attending (perhatian); (2) Empati;

(3) Refleksi; (4) Eksplorasi; (5) Menangkap Pesan; (6) Bertanya Untuk Membuka Percakapan (Open Question); (7) Bertanya Tertutup (Closed Questions); (8) Dorongan Minimal (Minimal Encouragement); (9) Interpretasi; (10) Mengarahkan; (11) Menyimpulkan Sementara (Summarizing); (12) Memimpin; (13) Fokus; (14)

Konfrontasi; (15) Menjernihkan (Clarifying); (16) Memudahkan (Facilitating); (17) Diam; (18) Mengambil Inisiatif; (19) Memberi Nasehat; (20) Pemberian Informasi; (21) Merencanakan; (22) Menyimpulkan.29 Sofyan Willis Membagi keterampilan

dasar konseling ke dalam 3 tahapan dalam proses konseling, dapat dilihat dari tabel berikut:

28Fitriana Mahadhita, Hubungan Antara Keterampilan Dasar Konseling (Kdk) Dengan Minat Siswa Mengikuti Layanan Konseling Individu Di Sma Negeri 1 Godong Tahun Ajaran 2014/ 2015, (Semarang: UNES 2015).h.37

(29)

- Mena

Berdasarkan tinjauan dari beberapa ahli terkait keterampilan dasar

konseling maka dapat disimpulkan keterampilan dasar konseling yang harus dimiliki oleh konselor sebagai berikut:

1. Attending, yakni keterampilan berupa pemberian perhatian, baik verbal maupun nonverbal melalui kontak mata, postur, bahasa tubuh, dan

mendengarkan.

2. Mendengarkan, yakni keterampilan menangkap inti dan makna pembicaraan, tanpa prasangka atau penilaian.

(30)

4. Empati yakni keterampilan memahami perasaan dan pikiran konseli.

5. Klarifikasi, yakni keterampilan memperjelas informasi konseli yang sebelumnya samar-samar atau tidak jelas.

6. Konfrontasi, yakni keterampilan yang menunjukkan kepada konseli tentang adanya hal-hal yang tidak konsisten yang dilakukan konseli.

7. Parafrase, yakni keterampilan mengungkapkan kembali esensi atau inti dari

ungkapan konseli.

8. Refleksi, yakni keterampilan untuk memantulkan kembali perasaan, pikiran, dan isi sebagai hasil pengamatan konselor terhadap perilaku verbal dan

nonverbal.

9. Pemokusan, yakni keterampilan yang mengarahkan arus pembicaraan ke arah topik yang diinginkan.

10. Interpretasi, yakni keterampilan menerjemahkan peristiwa kehidupan konseli

sehingga dapat difokuskan pada masalah-masalah dalam cara yang lebih baru dan lebih mendalam

11. Pemberian dorongan, yakni keterampilan memberikan stimulasi kepada konseli supaya konseli dapat terus berbicara dan lebih terarah.

12. Penutupan, yakni mengakhiri sesi konseling dengan memberikan penekanan pada inti pembicaraan dan menunjukkan attending yang relevan.

13. Meringkas/merangkum, yakni keterampilan untuk mengungkapkan kembali

(31)

Walaupun setiap tahapan konseling mempunyai keterampilan-keterampilan diatas, tidak berarti aturannya kaku seperti itu. Artinya konselor dengan kemampuan

dan seni akan melakukan konseling dengan teknik-teknik yah bervariasi dan berganda (multi technique). Hal ini terjadi karena setiap klien berbeda kepribadian (kemampuan, sikap, motivasi kehadiran, temperamen), respon lisan dan bahasa badan

dan sebagainya.

Pengertian teknik bervariasi dan berganda adalah:

1. Bisa saja teknik ditahap awal digunakan di tahap pertengahan dan akhir.

Sebagai contoh attending, empati, bertanya, dorongan minimal, bisa dipakai pada semua tahapan konseling.

2. Respon konselor mungkin meliputi satu, dua atau lebih teknik konseling (multi technique).

Contoh 1

Ko: “ Bolehkah saya mendengarkan lebih rinci perasaan malas yang saudara katakan tadi?” (pertanyaan terbuka, eksplorasi perasaan).

Contoh 2

Ko: ” Ya,..., lalu..., emmh..., apa perasaan saudara saat itu?” (dorongan minimal, bertanya, Eksplorasi perasaan).

(32)

Ko: “Saya lihat anda begitu gugup, dan saya memahami kecemasan anda. Sebaiknya anda jelaskan pengalaman anda dengan orang tersebut.” (refleksi perasaan, empati primer, eksplorsi pengalaman).

Dari respon konselor dalam contoh 1, 2, dan 3, masih dapat dimasukan teknik attending dan empati (primer dan advance), sehingga akan menjadi lebih dari 3

teknik sekali respon (multitechnique).

C. Penelitian yang Relevan

Di Indonesia penelitian Fitriana Mahadhita yang berjudul “Hubungan Antara Keterampilan Dasar Konseling (KDK) Dengan Minat Siswa Mengikuti Layanan Konseling Individu Di Sma Negeri 1 Godong Tahun Ajaran 2014/ 2015”.

Hasil penelitian nya menunjukan bahwa keterampilan dasar konseling termasuk dalam

kategori tinggi (75,49%) dan minat siswa mengikuti layanan konseling individu termasuk

kategori tinggi (79,31%). Serta ada hubungan yang signifikan antara keterampilan dasar

konseling dengan minat siswa mengikuti layanan konseling individu di SMA Negeri 1

Godong Tahun Ajaran 2014/2015. Dengan demikian dapat diprediksikan ketika Keterampilan

Dasar Konseling (KDK) yang dikuasai konselor tinggi maka minat siswa mengikuti layanan

konseling individu juga akan tinggi.30 Penelitian Dominika Triastuti yang berjudul “Tingkat Pemahaman Keterampilan Konseling pada Guru Bimbingan dan Konseling

SMA Negeri Se-kabupaten Bantul”. Subjek penelitian yang berjumlah 63 guru hanya dapat diteliti sejumlah 60 guru dikarenakan adanya ketidaksediaan untuk diteliti dari

(33)

tiga guru Bimbingan dan Konseling dengan alasan kesibukan sekolah. Jumlah guru Bimbingan dan Konseling yang berlatar belakang pendidikan S1 Bimbingan dan Konseling 49 guru (81,67%), S1 non-Bimbingan dan Konseling 5 guru (8,33%), dan

S2 non-Bimbingan, dan Konseling 6 guru (10%). Data diperoleh dari hasil analisis skala pemahaman keterampilan konseling dapat diketahui bahwa dari 60 guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri se-kabupaten Bantul tidak ada guru (0%)

yang memiliki tingkat pemahaman keterampilan konseling dalam kategori sangat rendah maupun kategori rendah, 1 guru (1,67%) dalam kategori sedang, 32 guru (53,33%) dalam kategori tinggi, dan 27 guru (45%) kategori sangat tinggi. Hasil

keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tingkat pemahaman keterampilan konseling pada guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri se-Kabupaten Bantul berada dalam kategori tinggi.31 Penelitian Rosita Endang Kusmaryani yang berjudul “Penguasaan Keterampilan Konseling Guru Pembimbing di Yogyakarta”, menunjukkan bahwa

dalam pelaksanaaan konseling selama ini hanya sebagian guru pembimbing (47%) yang menggunakan keterampilan konseling secara optimal. Sebagian guru pembimbing yang lain (53%) belum dapat menggunakan keterampilan konseling secara optimal. Padahal berdasarkan deskripsi data subjek penelitian, sebagian besar

guru pembimbing ini telah bekerja sebagai guru pembimbing lebih dari 10 tahun, usia mereka di atas 40 tahun serta berlatar belakang pendidikan BK. Tentu saja, kondisi

31Dominika Triastuti, “Tingkat Pemahaman Keterampilan Konseling Pada Guru Bimbingan Dan

(34)

ini cukup memprihatinkan. Keterampilan konseling yang mestinya sudah ditekuni selama lebih dari 10 tahun, ternyata belum sepenuhnya dikuasai dengan baik.32

Di luar Negeri Berdasarkan penelitian Mine Aladaga yang berjudul

“Keterampilan Konseling Pra-Praktikum Pelatihan di Bimbingan dan Program Konseling Sarjana”, hasil menunjukkan bahwa program sarjana kebanyakan ditujukan untuk mengajarkan kondisi terapi dan refleksi keterampilan konten/

perasaan dalam kursus; tidak menggunakan program pelatihan keterampilan konseling sebagai basis dan metode pengajaran sebagian besar digunakan untuk mengajarkan keterampilan konseling; dan dilaksanakan kertas-pensil tes untuk

menilai kemampuan konseling. Mengajarkan keterampilan konseling dasar dan mengembangkan profesional identitas dan self-efficacy sebagian besar ditekankan sebagai pentingnya tentu saja untuk pendidikan konselor. Salah satu masalah utama program sarjana mengenai konseling pra-praktikum kursus pelatihan keterampilan

adalah jumlah berlebihan siswa. Dalam terang hasil, itu bisa menyatakan bahwa keterampilan konseling pelatihan pra-praktikum tidak dilakukan secara kualitatif dalam lingkup pendidikan konselor di Turki. Hasil dibahas konseling mengenai pelatihan keterampilan dan pendidikan konselor dan saran yang diberikan.33

Berdasarkan penelitian Eshantee Engkamat yang berjudul “Persepsi Pembimbing Rakan Siswa Terhadap Kemahiran Menolong dalam Menangani

32Rosita Endang Kusmaryani, “Penguasaan Keterampilan Konseling Guru Pembimbing di Yogyakarta”. Jurnal Kependidikan, Vol. 40 No. 2, (November 2010), h. 10-11.

33Mine Aladaga, “Counseling Skills Pre-Practicum Training at Guidance and Counseling

(35)

Tekanan Akademik di Kalangan Pelajar: Satu Tinjauan di Universiti Malaysia Sarawak” uji korelasi Pearson pula digunakan untuk mengukur hubungan menolong di antara sifat dengan persepsi Pembimbing Rakan Siswa terhadap tiga rincian

keterampilan dalam keterampilan menolong yaitu keterampilan mendengarkan, keterampilan memberi respon menolong dan keterampilan menggambarkan kembali perasaan dalam menangani tekanan akademik di kalangan pelajar UNIMAS. Hasil

analisa temuan penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara sifat menolong dengan persepsi Pembimbing Rakan Siswa terhadap keterampilan mendengarkan dan keterampilan menggambarkan kembali perasaan dalam

menangani tekanan akademik siswa UNIMAS. Sementara, hasil temuan penelitian tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara sifat menolong dengan persepsi Pembimbing Rakan Siswa terhadap keterampilan memberi respon menolong dalam menangani tekanan akademik siswa UNIMAS.34

D. Kerangka Berfikir

Keterampilan dasar konseling merupakan keterampilan dalam melakukan sesi konseling. Dalam definisi ini mengindikasikan bahwa proses konseling menekankan adanya hubungan antara orang yang memberi bantuan dengan yang

menerima bantuan dengan menggunakan metode wawancara.

Benjamin dalam Sertzer & Stone mengartikan “hubungan konseling adalah interaksi antara seorang profesional dengan klien dengan syarat bahwa profesional ini mempunyai waktu, kemampuan, untuk memahami dan

34Eshantee Engkamat, Persepsi Pembimbing Rakan Siswa Terhadap Kemahiran Menolong dalam

(36)

mendengarkan, serta mempunyai minat, pengetahuan, dan keterampilan. Hubungan konseling harus dapat memudahkan dan memungkinkan orang yang dibantu untuk hidup lebih mawas diri dan harmonis.”35

Hubungan tersebut dapat terbangun dengan keterampilan dasar

konseling. Karena dalam keterampilan dasar konseling konselor dapat memberikan layanan yang maksimal agar terciptanya hubungan yang berkesan antara klien dan konselor.36 Konselor perlu memiliki berbagai teknik dan terampil

dalam berbagai teori agar dapat memberikan bimbingan yang baik kepada klien.37 Sememangnya keterampilan konseling adalah keterampilan yang harus dimiliki oleh guru konseling dalam menanggapi permasalahan yang dihadapi oleh klien.

Agar proses konseling dapat berjalan secara efektif, keahlian dari guru bimbingan dan konseling sebaiknya dapat diterapkan saat melaksanakan layanan konseling. Keahlian guru bimbingan dan konseling tersebut dapat berupa keterampilan dasar konseling. Keterampilan dasar konseling sangatlah berguna bagi

guru bimbingan dan konseling karena dapat membantu guru bimbingan dan konseling

ketika melaksanakan kegiatan konseling.38

Sofyan S. Willis mengatakan bahwa keterampilan dasar konseling

merupakan kunci keberhasilan agar tujuan konseling dapat tercapai. Konselor yang

35Sofyan Willis. Op Cit.h.36

36Geldard Kathryn & Geldard David, Keterampilan Praktik Konseling, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2011). h.53

37Paw Eng See, Noriah Mohd Ishak & Salleh Amat, Lukisan sebagai proses diagnosis dan

intervensi rawatan dalam sesi kaunseling. Jurnal PERKAMA, vol.14. (Kuala Lumpur: Persatuan Kaunseling Malaysia, 2008).h. 1-22

38Yeptha Briandana Satyawan, Tingkat Pemahaman Keterampilan Dasar Konseling Pada Guru

(37)

efektif harus mampu merespon konseli dengan teknik atau keterampilan yang benar, sesuai keadaan konseli saat itu. Respon yang baik seperti pernyataan-pernyataan verbal dan non verbal yang dapat menyentuh, merangsang, dan mendorong konseli

untuk terbuka sehinga dapat menyatakan dengan bebas perasaan, pikiran, dan pengalamannya.39

Kegiatan konseling tidak berjalan tanpa keterampilan. Untuk menguasai beragam keterampilan konseling diperlukan praktek yang terus menerus. Selama lima

tahun terakhir ini sudah terlihat kecenderungan adanya keseimbangaan antara teori dengan praktek konseling. Hal ini mengingatkan kita pada suatu kurun waktu dimana banyak lulusan yang hebat dalam teori dan lemah sekali dalam praktek konseling. Keterampilan konseling sangat penting dimiliki oleh Guru Bimbingan dan Konseling.

Guru Bimbingan dan Konseling dapat mencapai tujuan yang diharapkan apabila Guru tersebut menguasai keterampilan konseling dengan baik.

(38)

Berikut dapat digambarkan alur kerangka berfikir dalam penelitian ini :

Gambar 1 Kerangka Berfikir

Konselor

Keterampilan Dasar Konseling yang harus dimiliki oleh konselor: Attending, Mendengarkan, Bertanya, Empati, Klarifikasi, Konfrontasi, Parafrase, Refleksi, Pemokusan,

Interpretasi, Pemberian dorongan, penutupan,

Meringkas/merangkum.

Konseling Individu

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif, penelitian kualitatif

adalah penelitian yang berdasar pada latar belakang ilmiah sebagai kebutuhan,

mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif

analisis secara induktif, mengarahkan sasaran penelitian pada usaha menemukan teori

lebih mementingkan proses dari pada hasil, memilih seperangkat komponen untuk

menulis keabsahan data, rancangan penelitian bersifat sementara dan hasil penelitian

disepakati oleh subjek penelitian.40

Menurut S. Margono penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau uraian dari orang dan perilaku yang dapat diamati.41 Metode penelitian kualitatif digunakan

untuk meneliti pada kondisi yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci.42Penelitian kualitatif ini juga memiliki kepekaan dan daya

penyesuaian diri dengan banyak yang timbul dari pola-pola nilai yang dihadapi.43

Margono mengemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif ini analisis yang digunakan lebih bersifat deskriptif analitik yang berarti interpretasi terhadap isi dibuat dan disusun secara menyeluruh dan sistematis. Selain itu, penggunaan metode penelitian juga mengarahkan pusat perhatian kepada titik pandang orang dan pemaparan hasil penelitian berdasarkan data dan informasi lapangan dengan menarik makna dan konsepnya.44Penelitian ini

40Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), H. 4 41 S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), H. 36 42Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 15

43 S. Margono, Op. Cit, h. 41

44 Maman Rachman, strategi dan langkah-langkah penelitian pendidikan, (Semarang: IKIP

(40)

mempelajari permasalahan ilmiah yang terjadi dengan cara menggambarkan situasi atau kejadian sebagaimana adanya.

Dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan bukan angka-angka tetapi

berupa kata-kata atau gambaran. Data yang dimaksud berasal dari wawancara, catatan

lapangan, foto, dokumen pribadi, dan lainnya. Sesuai dengan tema yang peniliti

bahas, penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (field research), dimana

penelitian ini dilakukan langsung dilapangan yaitu di SMK Negeri 3 Bandar

Lampung untuk mendapatkan data yang diperlukan terkait penggunaan keterampilan

dasar konseling oleh Guru BK untuk membantu menyelesaikan masalah minat belajar

peserta didik.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti. Subjek penelitian

ini adalah 1 orang Guru BK di SMK Negeri 3 Bandar Lampung. Sebagai objek

penelitian yaitu bagaimanakah penggunaan keterampilan dasar konseling oleh Guru

BK untuk membantu menyelesaikan masalah minat belajar peserta didik di SMK N 3

Bandar Lampung. Adapun penulis mengambil satu orang guru bk sebagai

sumber/subjek data karena peneliti menganggap guru bk tersebut lebih menguasai

dan akan memberikan informasi tentang objek yang akan diteliti, selain itu guru bk

(41)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam peneitian ini peneliti memilih SMK N 3 Bandar Lampung yang

berlokasi di Jln Cut Mutia No. 21 RT 01/ RW 05 Kel. Gulak-Galik Kec.Teluk betung

Utara Bandar Lampung. Waktu penelitian di tahun ajaran 2017/2018.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode observasi partisipan (berperan serta). Dalam observasi ini, peneliti terlibat

langsung dengan aktivitas orang yang sedang diamati atau sumber data penelitian.

E. Teknik Analisis data

Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk menguraikan

keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data tersebut dapat dipahami.

Bodgan menyatakan bahwa ”analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehimgga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.”45

Analisis data dilakukan dengan cara mengorganisasikan data dalam

kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sinetesa, menyusun kedalam

pola, memilih yang mana penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah untuk dipahami.

45Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,

(42)

Untuk menganalisis data yang diperoleh dalam penelitian, peneliti

menggunakan teknik analisis kualitatif, ada tiga komponen dalam analisis data

kualitatif,46yaitu:

1. Reduksi dan Kategorisasi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,

untuk itu perlu dicatat dan rinci. Semakin lama peneliti kepalangan,

maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu

perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi

data dan kategori data maksudnya adalah proses penyederhanaan dan

pengkategorian data yang didapatkan dalam penelitian, merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,

dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang

lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan

data selanjutnya.

2. Display Data (penyajian data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori.

(43)

Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan “yang paling digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.47

Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan peneliti untuk

memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah dipahami.

3. Penarikan Kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Huberman adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat ementara, dan akan berubah bila ditemukan

bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data

berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap

awal, didukung dengan bukti-bukti yang valid dan konsisten saat

peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan

yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Bab ini membahas hasil penelitian tentang penggunaan keterampilan dasar

konseling oleh Guru BK untuk membantu menyelesaikan masalah minat belajar

peserta didik di SMK N 3 Bandar Lampung.

Berdasarkan analisis pemerhatian terhadap guru bimbingan konseling di

SMK N 3 Bandar Lampung, peneliti memperoleh beberapa hasil bahwa guru bk

masih kurang dalam keterampilan-keterampilan sesi konseling yang harus dimiliki

oleh konselor. Hal ini tergambar saat sesi konseling berlangsung. Salah satunya

adalah dari berbagai keterampilan dasar konseling guru bk hanya menggunakan lima

keterampilan konseling saja. Berikut ini adalah beberapa keterampilan dasar

konseling yang digunakan oleh guru bk untuk membantu menyelesaikan masalah

minat pbelajar peserta didik:

1. Attending, yakni keterampilan berupa pemberian perhatian, baik verbal

maupun nonverbal melalui kontak mata, postur, bahasa tubuh dan

mendengarkan.

Penampilan guru BK saat proses sesi konseling;

a. Posisi tubuh: berhadapan dengan peserta didik, jarak duduk Guru

BK-peserta didik dekat

(45)

c. Ekspresi: cerah, tenang

d. Mata: melihat peserta didik saat berbicara

e. Mendengarkan: terarah hanya kepada peserta dididik

Berikut contoh dialog sesi konseling oleh guru bk pada keterampilan dasar

attending:

Contoh dialog 1

Guru BK : Silahkan masuk (berjabat tangan), silahkan duduk nak, siapa

namanya?

Peserta didik : Rahim buk

Guru BK : (mencatat biodata) sebelumnya, terimakasih atas

kehadirannya pada kesempatan ini.

Contoh dialog 2

Guru BK : Silahkan masuk (berjabat tangan)

Guru BK : Gimana sih? Apa kabarmu hari ini? Pelajaran siapa sekarang?

Peserta didik : Alhamdulillah baik, buk Ammi buk

2. Refleksi, yakni keterampilan untuk memantulkan kembali perasaan, pikiran,

dan isi sebagai hasil pengamatan konselor terhadap perilaku verbal dan

nonverbal. Dalam proses sesi konseling guru bk menggunakan 1 pernyataan

keterampilan dasar refleksi pada sesi konseling 1 dan 4 pada sesi konseling 2.

Berikut contoh dialog sesi konseling guru bk pada keterampilan dasar

refleksi:

(46)

Guru Bk : Dari pada kelas X sekarang perkembanganmu sudah cukup

terlihat. Nah tapi ingat kehadiran itu harus tetap diperhatikan.

Dikelas X kemarin kan praktek kamu masih lama, masih

banyak ketinggalan namun dikelas XI ini alhamdulillah sudah

banyak perkembangan ya. Dari guru prakteknya juga biasanya

kalau kamu bermasalah sudah ada omongan, tapi tidak.

Semuanya sudah baik, setidaknya kamu sudah ada perubahan

ya.

Contoh dialog2

Guru BK : Jadi gini Asih....sekarang asih pernah gk koreksi

kesalahannya. Misalnya: Asih kenapa sih gk bisa? Apa

mungkin gk diulang dirumah? Kenapa? Kenapa kawan asih

bisa, asihnya gk bisa? Kenapa? Sama kan manusia juga kan?

Guru BK : Jadi gini, kamu kan masih tanggung jawab orang tuamu.

Kamu praktek ada hambatan, hambatanmu salah satunya

kakimu sakit dan akhirnya gk bisa goyang itu kan..goyang

apa? Mesin jahit. Itu pake apa? Itu pake goyang apa pake

mesin? Perlu pake apa? Perlu pake kaki gk? Pake kaki

kan..jadi itu yang menjadi salah satu hambatanmu untuk

belajar menjahit. Kalo orang sakit harus ber..ber apa?

Guru BK : “itu gk bisa kalo gk kerja sama dengan orang tua, jadi nanti

(47)

tidak menindak lanjuti, kmi akan panggil orag tuamu. Nah

sekarang menurut asih seperti apa?

Guru BK : Ya kan? Itu ya...apalagi kesulitan asih? Oh ternyata pada

saat saya praktek kaki saya suka sakit. Akhirnya membuat

saya lamban. Bagaimana mengatasinya, karena Asih masih

anak-anak masih ada orang tua kendala itu harus konsultasi

dengan orang tua. Jadi hambatan-hambatan itu bisa

diminimalisir sama Asih gk jadi hambatan yang

terus-menerus, kenapa? Karena Asih disini sampai kelas tiga, ya

kan? Satu dua tiga 3 tahun, ini masih satu tahun berapa

bulan, masih panjang perjalanan Asih.

3. Dorongan minimal

Dorongan minimal adalah suatu balasan spontan dari konselor kepada

klien yang bercerita dalam sesi konseling. Maksudnya selama sesi konseling

berlangsung perasaan konselor bukan hanya mendengarkan saja, tetapi

konselor perlu mendengarkan dan memberi dukungan dan dorongan untuk

klien terus bercerita.48 Tujuannya adalah: merangsang klien untuk terus

bercerita, menunjukan bahwa konselor mendengarkan klien dan menunjukan

konselor faham dan mengikuti apa yang sedang dikatakan klien.49 Dalam

48Abdul Ghani, Kemahiran Asas Kounseling, (Malaysia: University Pendidikan Sultan Idris, 2003),

h.48

(48)

proses sesi koneling guru bk menggunakan 2 pernyataan keterampilan dasar

dorongan minimum pada sesi konseling 2.

Contoh Dialog 2

Peserta didik : Kesulitan di jurusan ini memulai dari buat pola buk

Guru BK : Teruuusss..?

Peserta didik : Membuat polanya belum bisa

Guru BK : Iya..apa lagi?

4. Pertanyaan terbuka

Pertanyaan terbuka adalah untuk memudahkan membuka percakapan

seorang guru BK dengan peserta didik sehingga memungkinkan munculnya

pertayaan baru dari peserta didik.50 Penggunaan pertanyaan terbuka memberi

autonomi kepada klien untuk bercerita.51 Dalam proses sesi konseling guru bk

menggunakan 4 keterampilan dasar pertanyaan tertutup pada sesi konseling 1

dan 8 pertanyaan tertutup pada sesi konseling 2. Berikut beberapa contoh

dialog sesi konseling dengan keterampilan dasar pertanyaan tertutup:

Contoh dialog 1

Guru BK : Dari semua masalahmu, jadi sekarang menurut kamu apa

solusinya?

Peserta didik : Benerin absen, jangan alfa lagi

(49)

Guru BK : Gimana cara benerin absen, biar gk ada alfa biar masuk terus?

Jangan sering sakit, harus jaga kesehatan him. Apa lagi

solusinya?

Peserta didik : Jangan leha-leha dirumah buk. Bangun pagi biar gk telat buk

Guru BK : Terus berikutnya biar kamu ikutin ujian praktek lancar.

Nilainya bagus, prakteknya bagus gimana?

Peserta didik : dicoba berulang-ulang, belajar lagi buk, kalau gak ngrti

bertanya kepada kawan dan guru buk

Contoh dialog 2

Peserta didik : masih bingung buk

Guru BK : Bingung...pegangan dong kalo bingung..bingungnya itu

dimana?

Guru BK : Tapi kenapa kata wali kelasnya sudah dilakukan

berulang-ulang masih aja salah?

Guru BK : Sekarang kira-kira kurangnya Asih dimana?

Peserta didik : Kalau menjahit buk..kakinya sering sakit

Guru BK : Heeh, jadi kalau seperti itu gimana caranya supaya Asih bisa

gk sakit lagi..bisa lancar..tidak menghalangi praktekmu?

(50)

5. Pertanyaan Tertutup

Pertanyaan konselor tidak selalu terbuka, akan tetapi juga ada yang

tertutup yaitu bentuk-bentuk pertanyaan yang sering dimulai dengan kata-kata

apakah, adakah, dan harus dijawab dengan ya atau tidak atau dengan kata-kata

singkat. Dalam proses sesi koneling guru bk menggunakan 9 keterampilan

dasar pertanyaan tertutup pada sesi konseling 1 dan 25 pertanyaan tertutup

pada sesi konseling 2. Berikut beberapa contoh dialog sesi konseling dengan

keterampilan dasar pertanyaan tertutup:

Contoh dialog 1

1) Guru BK : Kamu sudah alfa berapa kali dikelas XI ini?

Peserta didik : 3 Buk

2) Guru BK : Nah sudah 3, kemana?

Peserta didik : dirumah Buk

Contoh dialog 2

Guru BK : Jadi ini sudah yang keberapa kali dipanggil?

Peserta didik : dua kali buk (mengangkat jari)

Guru Bk : untuk tahun ini, untuk semester ini dua kan?

Peserta didik : iya Buk (menganggukan kepala)

Guru Bk : kelas satu udah berapa kali?

Peserta didik : hmmmm....gk tau buk lupa (tersenyum)

Berdasarkan hasil penelitian diatas maka guru bk sudah menggunakan

(51)

yang dipakai oleh Guru BK pada saat proses konseling yaitu: attending, refleksi,

dorongan minimum, pertanyaan terbuka, pertanyaan tertutup. Dalam proses konseling

guru bk menggunakan ketrampilan attending pada awalan sesi konseling. Dalam

proses sesi koneling guru bk menggunakan 1 pernyataan keterampilan dasar refleksi

pada sesi konseling 1 dan 4 pada sesi konseling 2, 2 pernyataan keterampilan dasar

dorongan minimum pada sesi konseling 2 sesi konseling 1 guru bk tidak

menggunakan dorongan minimum, 4 keterampilan dasar pertanyaan tertutup pada

sesi konseling 1 dan 8 pertanyaan tertutup pada sesi konseling 2, dan menggunakan 9

keterampilan dasar pertanyaan tertutup pada sesi konseling 1 dan 25 pertanyaan

tertutup pada sesi konseling 2. Dapat diambil kesimpulan bahwa dalam proses

konseling oleh guru bk di SMK N 3 Bandar Lampung keterampilan yang sering

digunakan yaitu keterampilan dasar konseling pertanyaan terbuka dan tertutup dilihat

dari banyaknya pernyataan tentang keterampilan tersebut di proses konseling guru bk.

C. Pembahasan

Konselor dalam memberikan layanan konseling perlu mengetahui dan

mempunyai keterampilan konseling yang merupakan sangat penting untuk membantu

klien.52 Selain itu, pada penelitian Capuzzi dan Gross mendapati bahwa kepahaman

mengenai fungsi BK serta peranan konselor masih lemah dan tidak tepat.53

Selanjutnya, pada penelitian Bultsma mendapati bahwa masih banyak konselor

52Mohamed Sharif, Roslee dan Sulaiman Shakib Kemahiran Asas Seorang Kaunselor. SeminarAntara bangsa Guru-Guru Agama Singapura (PERGAS, 2010),) pada 14-15 Jun 2003.

(52)

sekolah di Indonesia belum memberikan fokus pada keterampilan dasar pada saat

membantu klien.54 Selain itu, sebahagian besar konselor tidak fokus dan menguasai

penggunaan kemahiran asas konseling.55

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari macam-macam keterampilan dasar

konseling guru bk di smk negeri 3 bandar lampung dalam dua proses sesi

konselingnya menggunakan lima keterampilan dasar konseling yaitu: attending,

refleksi, dorongan minimum, pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup.

Bagaimanapun dengan lima keterampilan dasar tersebut hasil penelitian menunjukan

bahwa guru bk sudah dapat membantu menyelesaikan masalah peserta didik.

Sekiranya guru bk disekolah menguasai keterampilan dasar konseling yang komplite

seperti yang dikemukakan oleh Carkhuff dalam Abimanyu dan Manrihu di dalam

komunikasi dengan konseli, konselor harus menggunakan respon-respon yang

diklasifikasikan ke dalam berbagai teknik keterampilan dasar komunikasi, seperti (1)

tahap pembukaan yaitu membangun repo, attending, acceptance (penerimaan),

mendengarkan, empati, refleksi; (2) tahap eksplorasi masalah yaitu mengajak terbuka,

mengikuti pokok pembicaraan, pertanyaan terbuka, konfrontasi, dorongan minimal,

menjernihkan (clarifying), memimpin (leading), fokus, diam, mengambil inisiatif,

memberi nasehat; dan kemudian (3) tahap terminasi (pengakhiran) seperti

menyatakan waktu telah habis, menyimpulkan, menanyakan perasaan, memberi tugas

54Bultsma, S. A. Supervision experiences of new professional school counselors. Michigan

(53)

dan tindak lanjut, merencanakan pertemuan selanjutnya serta berpisah secara

formal.56 Sehingga dalam proses konseling akan memberikan dampak konseling yang

lebih bermakna dan akan tiba pada suatu keadaan proses konseling yang berjalan

secara efektif.

Dengan menggunakan sedikit saja keterampilan dasar konseling guru bk di

SMK Negeri 3 Bandar Lampung sudah dapat membantu menyelesaikan masalah

peserta didik, apalagi jika guru bk menggunakan keterampilan dasar yang maksimal

atau guru bk menguasai semua keterampilan dasar konseling. Karena mungkin dalam

proses konseling tidak semua keterampilan dasar itu digunakan, hanya sebagian saja

yang digunakan dilihat dari permasalahan yang ada pada peserta didik. Memang

menurut Willis walaupun setiap tahapan konseling mempunyai

keterampilan-keterampilan dasar konseling yang bermacam-macam dalam setiap proses

konselingnya, tidak berarti aturannya kaku seperti itu. Artinya konselor dengan

kemampuan dan seni akan melakukan konseling dengan teknik-teknik yang bervariasi

dan berganda (multi technique).

Beberapa hal yang terjadi di lapangan juga ada beberapa masalah mengapa

keterampilan dasar yang digunakan oleh guru bk tidak maksimum misalnya seperti

penstrukturan konseling tidak jelas, konselor larut dalam konseling, konseling hanya

ngobrol biasa dan hanya bersifat nasihat biasa, konseli tidak siap konseling, konselor

56Ramdana, Pengaruh Latihan Keterampilan Dasar Komunikasi konseling terhadap Penguasaan

Gambar

Gambar 1 Kerangka Berfikir

Referensi

Dokumen terkait

Secara individu, guru pendidikan agama Islam yang ada telah memenuhi syarat untuk menjadi seorang guru karena mengetahui lebih banyak tentang ilmu pengetahuan agama atau

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah layanan konseling kelompok dengan teknik penokohan (modelling) efektif untuk meningkatkan etika dalam pergaulan peserta

“alasan saya menggu nakan konseling individu dengan teknik REBT, atas dasar berlandaskan pada latar belakang masalah yang dihadapi konseli yang menunjukkan

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui penerapan layanan konseling kelompok dalam membantu peserta didik untuk meningkatkan konsentrasi belajar. Jenis penelitian

Layanan konseling kelompok dilakukan pada saat jam-jam tertentu atau disaat tidak ada jam pelajaran (jam kosong). Meskipun demikian, proses konseling kelompok

Pelaksanaan layanan Konseling kelompok menggunakan teknik Client Centered dilaksanakan pada kelompok eksperimen dengan peserta didik yang berjumlah 7 orang. Dalam

Keterampilan Komunikasi dalam Hal Pemberian Konfrontasi Berdasarkan data yang diperoleh mengenai persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi Guru BK dalam konseling

Maka dapat disimpulkan bahwa persepsi peserta didik tentang keterampilan attending dalam pelaksanaan konseling perorangan oleh guru BK, yang dilihat dari sub variabel memperhatikan