• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELING DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2017/2018 - Raden Intan Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELING DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2017/2018 - Raden Intan Repository"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELING DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA

DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

dalam Bidang Bimbingan dan Konseling

Oleh

TIKA EGA FABELLA NPM :1311080044

Jurusan : Bimbingan dan Konseling

Pembimbing I : Dr. Rifda El Fiah, M.Pd Pembimbing II : Hardiyansyah Masya, M.Pd

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

(2)

EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELING DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA

DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

dalam Bidang Bimbingan dan Konseling

Oleh

TIKA EGA FABELLA NPM :1311080044

Jurusan : Bimbingan dan Konseling

Pembimbing I : Dr. Rifda El Fiah, M.Pd Pembimbing II : Hardiyansyah Masya, M.Pd

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

(3)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELING DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA

DIDIK KELAS VIII SMPN 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Oleh :

TIKA EGA FABELLA

Kedisiplinan belajar adalah kadar atau derajat kepatuhan peserta didik terhadap peraturan-peraturan dan tata tertib sekolah untuk memperoleh kondisi yang lebih baik dengan menjadikan disiplin sebagai kontrol penguasaan diri yang dilakukan tanpa adanya paksaan. Dapat dilihat dari permasalahan tersebut terdapat peserta didik yang mempunyai disiplin belajar rendah kelas VIII SMPN 3 Bandar Lampung, sehingga perlu upaya untuk meningkatkan disiplin belajar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas layanan konseling kelompok teknik modeling dalam meningkatkan disiplin belajar pada peserta didik kelas VIII SMPN 3 Bandar Lampung.

Penelitian menggunakan metode kuantitatif dan menggunakan desain penelitian Nonequivalent Control Group Design . Sampel dalam penelitian berjumlah 20 peserta didik kelas VIII SMPN 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2017/2018 yang memiliki disiplin belajar dalam kategori rendah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket disiplin belajar wawancara dan dokumentasi sebagai teknik pendukung.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui terdapat peningkatan disiplin peserta didik setelah melakukan layanan konseling kelompok dengan teknik modeling. Hasil dari analisis data pretest pada peserta didik setelah diberikan layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank. , berdasarkan test statistik dari uji Wilcoxon Signed Ranks diperoleh Zhitung ≤ Ztabel (52.5 ≤ 2807), nilai asymptotik sig.(2-tailed) untuk uji dua arah sebesar 005 karena sig ≤ 0.005, ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, dari hasil data tersebut disiplin belajar peserta didik kelas VIII SMPN 3 Bandar Lampung dapat ditingkatkan melalui layanan konseling kelompok. Artinya layanan konseling kelompok teknik modeling efektif dalam meningkatkan disipin belajar.

(4)

MOTTO

ِ ۡﻺِﻟ َﺲۡﯿﱠﻟ نَأَو

ٰﻰَﻌَﺳ ﺎَﻣ ﱠﻻِإ ِﻦ َٰﺴﻧ

٣٩

Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah

diusahakannya,

(Q.S An-Najm ayat 39)1

(5)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah. Dengan penuh rasa bangga ku persembahkan skripsi ini kepada:

1. Kedua Orang tuaku tercinta Ayah F. Kasmanto dan Ibu Maria Agustina yang telah memberikan dukungan moril dan materi untuk kesuksesan anaknya, yang tak pernah patah semangat memberikan cinta kasih sayang dan pengorbanan, serta senantiasa mendoakan anaknya, karena tiada do’a yang paling khusuk selain do’a yang terucap dari orang tua demi keberhasilan dan kebahagian untuk anak-anaknya, karena itu terimalah persembahan bakti dan cintaku untuk kalian ayah ibuku.

2. Kanda tercinta Desfran Faltian, dan adik-adikku Gilang Rahmat Fassa dan Echa Qhodila Asyiffa. yang sangat aku sayangi dan banggakan yang selalu memberikan semangat, senyum, dan do’anya untuk menantikan keberhasilanku, terimakasih dan sayang ku untuk kalian.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti bernama lengkap Tika Ega Fabella, lahir Di Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan pada tanggal 25 Agustus 1995, dan Tinggal di Jl. Pratu M. Amin, Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan. yang merupakan anak Kedua dari Empat bersaudara dari pasangan suami istri Bapak F. Kasmanto dan Ibu Maria Agustina.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh peneliti antara lain pendidikan di SD TPI Perkemas, lulus pada tahun 2007. Kemudian peneliti melanjutkan pendidikan di MTs Negeri 01 Lampung Selatan, lulus pada tahun 2010. Setelah itu peneliti kembali melanjutkan pendidikan di SMAN 2 Kalianda Kabupaten Lampung Selatan, dan lulus pada tahun 2013.

Pada tahun 2013 peneliti terdaftar sebagai Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung, yang saat ini sudah bertransformasi menjadi Unversitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung melalui Jalur UM-PTKIN pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Bimbingan dan Konseling.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Layanan Konseling Kelompok Dengan Teknik Modeling Dalam Meningkatkan Disiplin Belajar Peserta Didik Kelas VIII Di SMPN 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2017/2018”.

Shalawat beriring salam peneliti sanjungkan kepada tambatan hati panutan cinta kasih yakni Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua dari alam kegelapan menuju kepada alam yang terang benderang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung. Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung beserta jajarannya;

(8)

3. Dr. Rifda El Fiah, M.Pd selaku pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan arahan dalam penulisan skripsi ini, ditengah kesibukan beliau telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam menyelesaikan skripsi ini 4. Hardiyansyah Masya, M.Pd selaku pembimbing II yang telah banyak

memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga terwujud karya ilmiah ini seperti yang diharapkan;

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan selama menuntut ilmu di Jurusan Bimbingan dan Konseling UIN Raden Intan Lampung. Terimakasih atas ilmunya yang sangat bermanfaat;

6. Seluruh staf karyawan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung, khususnya Jurusan Bimbingan dan Konseling, terimakasih atas ketulusan dan kesediannya membantu peneliti dalam menyelesaikan syarat-syarat administrasi;

7. Sahabat-sahabat dan rekan-rekan terutama untuk Rori Gumintang Rivelly, Fernanda, Anggi Arya, Furqon Priyadi, Kevin Ferdialdo, Fepbrina, Yunita Uni, Siti Maisyaroh , Maya Puspa, Ayu iswara, Musdariah, Iqromatul, Resty, Sischa, Vaulia, Nadia, Uswatun, Isnatun, Ririn, Putri, Yunita Verawati, dan semuanya terimakasih atas bantuan, do’a, dan motivasinya;

(9)

penelitian yang peneliti kuasai. Oleh karena itu kepada pembaca kiranya dapat memberikan masukan dan saran-saran yang bersifat membangun.

Bandar Lampung, 2017 Peneliti,

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

6. Manfaat dan Kegunaan Penelitian ... 11

7. Ruang Lingkup Penelitian ... 12

BAB II LANDASAN TEORI A. Konseling Kelompok ... 14

1. Pengertian Konseling Kelompok ... 14

2. Tujuan Konseling Kelompok ... 16

3. Tahapan Penyelenggara Konseling Kelompok ... 17

B. Teknik Modeling ... 20

(11)

2. Macam-macam Modeling ... 21

3. Karakteristik Live Model ... 21

4. Pengaruh Modeling ... 22

C. Disiplin Belajar ... 24

1. Pengertian Disiplin Belajar ... 24

2. Tujuan Disiplin ... 28

3. Manfaat Disiplin ... 30

4. Bentuk-bentuk Masalah Ketidakdisiplinan Di Sekolah ... 30

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Di Sekolah ... 31

6. Unsur-unsur Disiplin Belajar ... 33

7. Indikator Disiplin Belajar ... 35

D. Penelitian Relevan ... 36

E. Kerangka Berfikir... 37

F. Hipotesis ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 42

B. Desain Penelitian ... 42

C. Variabel Penelitian ... 44

D. Definisi Oprasional ... 45

E. Populasi dan Sampel ... 47

1. Populasi ... 47

2. Sampel dan Teknik Sampling ... 48

F. Teknik Pengumpulan Data ... 49

G. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 54

(12)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 62 1. Drskripsi Data ... 63 2. Efektifitas Layanan Konseling Kelompok dengan Menggunakan

Teknik Modeling Dalam Meningkatkan Disiplin Belajar

Peserta Didik ... 69 B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 79 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 82 B. Saran-Saran ... 83

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan

yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat

membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas kehidupannya sendiri.

Unsur-unsur yang terdapat dalam pendidikan dalam hal ini adalah: (a) usaha (kegiatan),

usaha itu bersifat bimbingan (pertolongan) dan dilakukan secara sadar; (b) ada

pendidik, pembimbing atau penolong; (c) ada yang didik atau si terdidik; dan (d)

bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan.2

Dari pengertian pendidikan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan

adalah salah satu bentuk pertolongan atau bimbingan yang diberikan orang-orang

yang mampu, dewasa dan memiliki ilmu terhadap perkembangan orang lain untuk

mencapai kedewasaan dengan tujuan supaya pribadinya memiliki kecakapan yang

cukup dalam melaksanakan segala kebutuhan hidupnya secara mandiri. Seorang

peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari

berbagai peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya, dan setiap peserta

didik juga dituntut supaya bisa berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang

ada di sekolah.

(14)

Dalam hal ini perkembangan kognitif peserta didik dipengaruhi faktor

lingkungan, kemudian kognitif yang terbentuk memiliki hubungan dengan tingkah

laku yang terbentuk pada setiap remaja, khususnya peserta didik. Faktor lingkungan

yang berpengaruh tersebut adalah pertama disiplin (tata tertib), tata tertib ini diajukan

untuk membentuk sikap dan tingkah laku disiplin peserta didik, namun dalam hal ini

disiplin yang digunakan adalah disiplin demokratis, dimana disiplin demokratis

cenderung mengembangkan perasaan berharga, bahagia, tenang, dan sikap bekerja

sama.3 Faktor lingkungan yang kedua adalah teman sebaya, peserta didik yang

diterima oleh teman-temannya dia akan mengembangkan sikap positif terhadap

dirinya, dan juga orang lain. Dia merasa menjadi orang yang berharga.

Berdasarkan penjelasan tersebut, lingkungan dan pendidikan berpengaruh

terhadap perkembangan kognitif peserta didik, maka disiplin dalam mematuhi

peraturan atau tata tertib yang ada di sekolah pun menjadi penting keberadaannya.

Kedisiplinan merupakan bagian penting dalam pendidikan, baik dalam konteks

formal, non formal, maupun dalam pendidikan informal. Permasalahan mengenai

kedisiplinan merupakan hal yang sudah umum dan seringkali terjadi baik di dalam

lingkungan masyarakat maupun dalam lingkungan sekolah. Hal tersebut cukup

meresahkan karena suatu kedisiplinan merupakan awal dari sebuah kesuksesan.

Disiplin dalam pengertian bebas berarti ketaatan atau kepatuhan seseorang terhadap

peraturan/tata tertib yang telah dibuat dan disepakati.

(15)

Menurut Prijodarminto mengartikan kedisiplinan sebagai suatu kondisi yang

tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan

nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Karena sudah

menyatu dengannya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama

sekali tidak dirasakan sebegai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya

bila mana ia tidak berbuat sebagai mana lazimnya.4

Sedangkan menurut Moenir ”indikator yang digunakan untuk mengukur

tingkat disiplin belajar peserta didik berdasarkan ketentuan disiplin waktu disiplin

perbuatan, yaitu: 1. Disiplin waktu, meliputi (a) tepat waktu dalam belajar, mencakup

datang dan pulang sekolah tepat waktu; (b) tidak keluar kelas saat jam pelajaran; dan

(c) mengumpulkan dan menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. 2. Disiplin

perbuatan meliputi; (a) patuh dan tidak menentang peraturan; (b) tidak malas belajar;

(c) tidak menyuruh orang lain bekerja untuk dirinya; (d) tidak suka berbohong; dan

(e) melakukan tingkah laku yang menyenangkan, mencakup tidak mencontek, tidak

membuat keributan dan tidak mengganggu orang lain saat belajar.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan adalah suatu

sikap dan perilaku yang mencerminkan ketaatan dan ketepatan terhadap peraturan,

tata tertib, norma-norma yang berlaku baik tertulis maupun yang tidak tertulis. Pada

hakikatnya disiplin bukan hanya merupakan kepatuhan pada norma yg dipaksakan

dari luar, melainkan merupakan kemampuan mengendalikan diri yang didasarkan

(16)

pada keinginan untuk menciptakan keteraturan dan ketertiban didalam kehidupan.

Dalam surat Huud ayat 112, Allah berfirman:

ٌﺮﯿِﺼَﺑ َنﻮُﻠَﻤْﻌَﺗ ﺎَﻤِﺑ ُﮫﱠﻧِإ اْﻮَﻐْﻄَﺗ ۚ◌ َﻻَو َﻚَﻌَﻣ َبﺎَﺗ ْﻦَﻣَو ﺎَﻤَﻜَﺗْﺮِﻣُأ ْﻢِﻘَﺘْﺳﺎَﻓ

Artinya: Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (QS.

Huud : 112).5

Berdasakan surat Huud ayat 112, dijelaskan bahwa sudah seharusnya peserta

didik selalu disiplin dan jangan melampui batas yang sudah sekolah tetapkan atau

aturan yang ada di sekolah.

Fenomena ketidakdisiplinan cukup menghawatirkan dan apabila hal tersebut

dibiarkan akan membawa dampak yang kurang menguntungkan terhadap prestasi

belajar maupun sikap mental peserta didik, ketidakdisiplinan akan mengganggu

pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap kurang berkembangnya prestasi belajar

peserta didik. Oleh karena itu, agar proses belajar mengajar berjalan lancar salah satu

upaya yaitu dengan meningkatkan kedisiplinan pada peserta didik khususnya

kedisiplinan dalam belajar.

Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian upaya meningkatkan kedisiplinan siswa

menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 2

Majalengka Tahun Pelajaran 2012/2013, yang dilakukan oleh Danang P, Nanda Dwi

P, dan Shinta Lailasari, hasil risetnya menyatakan bahwa disiplin belajar yang

(17)

dimaksut adalah keseluruhan sikap dan perbuatan yang timbul dari kesadaran diri

nya untuk belajar, dengan mentaati dan melaksanakan sebagai siswa dalam berbagai

kegiatan belajarnya disekolah, sesuai dengan peraturan yang ada. Dengan demikian

disiplin belajar yang dimaksud oleh peneliti ada relevansinya dengan yang penulis

buat yaitu pengaruh disiplin sekolah terhadap prestasi belajar siswa.6

Permasalahan yang sering terjadi adalah terdapat peserta didik yang terlambat

masuk dalam kelas, bolos, tidak pernah mencatat, suka mengobrol dengan teman,

peserta didik tidak mendengarkan dan tidak memperhatikan penjelasan guru dan

lambat dalam mengumpulkan tugas maupun PR. Hal serupa terjadi di SMP Negeri 3

Bandar Lampung khususnya kelas VIII dari pengamatan yang dilakukan selama

melaksanakan praktek pengalaman lapangan (PPL) tahun pelajaran 2016/2017.

Peneliti mengamati banyaknya peserta didik yang tidak disiplin dalam

belajar. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peserta didik yang tidak patuh dan taat

saat belajar berlangsung.7 Berdasarkan hasil wawancara Ibu Desi Ferli Yanti S.Pd di

SMP Negeri 3 Bandar Lampung, terdapat peserta didik yang terkesan tidak serius

saat belajar, berbicara dengan teman saat pelajaran berlangsung, bahkan tidak

mengikuti pelajaran. Peneliti sering menjumpai peserta didik yang kurang

memperhatikan adanya peserta didik yang datang terlambat masuk kelas, berbicara

dengan teman saat pelajaran berlangsung.

6Angga Eka Yuda Wibawa, Pengembangan model konseling kelompok behaviour dengan teknik modelling untuk meningkatkan kedisiplinan siswa SMA Kabupaten Lamongan. Tersedia on-line:http://journal,unnes.ac.id/sju/index.php/jubk.(13 april 2017)

(18)

Hal serupa diperkuat dengan adanya catatan kasus guru bimbingan konseling

di sekolah yang menyatakan beberapa peserta didik melakukan hal serupa pada jam

pelajaran berlangsung, terlihat pada tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1

Ketidakdisiplinan Belajar Kelas VIII di SMP Negeri 3 Bandar Lampung T.A 2017/2018

NO KASUS Jumlah peserta didik Presentase

1. Datang dan pulang sekolah tidak tepat

waktu 13 36,11%

2. Keluar kelas saat jam pelajaran 11 30,56%

3. Tidak mengumpulkan dan menyelesaikan tugas tepat pada waktunya

7 19,44%

4. Tidsk patuh dan menentang peraturan 5 13,89%

Jumlah 36 100%

Sumber: Data Dokumentasi Disiplin Belajar Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 3 Bandar Lampung.8

Berdasarkan tabel tersebut peserta didik mengalami ketidadisiplinan dalam belajar, terdapat 36,11% datang dan pulang sekolah tidak tepat waktu , 30,56% keluar kelas saat jam pelajaran, 19,44% tidak mengumpulkan dan menyelesaikan tugas tepat pada waktunya, 13,89% tidak patuh dan menentang peraturan.

Peneliti menyimpulkan apabila hal ini dibiarkan maka akan menyebabkan

kegagalan dalam proses belajar dan pengembangan peserta didik. Dampak

ketidakdisiplinan belajar yaitu ketinggalan pelajaran dan nilai akademik rendah.

Untuk menanggulangi hal tersebut maka diperlukan bantuan dari konselor dan guru

pembimbing untuk dapat meningkatkan kedisiplinan peserta didik terhadap tata tertib

sekolah tersebut, upaya penanggulangan yang dapat dilakukan yaitu dengan

(19)

memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling. Salah satu bantuan yang dapat

diberikan adalah konseling kelompok dengan teknik modeling. Menurut W.S Winkel

dan Sri Hastuti, konseling kelompok berlangsung dalam kelompok, dimana terjadi

interaksi antara konselor dengan beberapa konseli dan antara konseli yang satu

dengan yang lain. Namun tujuan utama bukan mengembangkan kesatuan kelompok,

melainkan membantu masing-masing anggota kelompok itu untuk menemukan

penyelesaian terhadap masalah yang memberatkan dirinya.9 Alasan penggunaan

konseling kelompok untuk mengurangi tingkat pelanggaran peserta didik terhadap

tata tertib sekolah yaitu karena fungsi dari konseling kelompok itu sendiri adalah

kuratif atau penyembuhan sehingga diharapkan peserta didik yang memiliki tingkat

kedisiplinan terhadap tata tertib rendah mampu untuk berubah dan termotivasi untuk

lebih mematuhi tata tertib sekolah sehingga dapat merubah perilakunya sendiri

menjadi lebih disiplin.

Menurut Jamal Ma’mur Asmani teknik modeling merupakan teknik yang digunakan untuk membentuk perilaku baru pada klien dan memperkuat perilaku yang sudah terbentuk.10

Sedangkan menurut Rosjidan modeling adalah suatu komponen dari suatu strategi dimana konselor menyediakan demonstrasi tentang tingkah laku yang menjadi tujuan, teknik modeling ini sesuai diterapkan pada konseli yang mempunyai kesulitan untuk belajar tanpa contoh, sehingga konseli

9Hanif Aftiani, penerapan konseling kelompok behavior untuk meningkatkan kedisiplinan

siswa, tersedia On-line: ejournal.unesa.ac.id/article/6219/13/article.pdf.(13april2017)

10 Subardi, upaya menigkatkan konsep diri siswa dalam belajar melalui teknik modeling dalam

(20)

memerlukan contoh atau model perilaku secara konkret untuk dilihat atau diamati sebagai pembelajaran pembentukan tingkah laku konseli.11

Dalam hal ini intervensi melalui konseling kelompok, dapat dilakukan dengan

teknik modeling, peneliti memilih konseling kelompok dengan teknik modeling

karena sesuai dengan tujuan umum terapi tingkah laku yakni menciptakan

kondisi-kondisi baru bagi proses belajar, dasar alasannya bahwa segenap tingkah laku adalah

dipelajari dan ditiru termasuk tingkah laku yang maladaptif. Dalam hal ini perilaku

melanggar atau tidak disiplin dapat dianggap sebagai perilaku maladaptive dan

perilaku tersebut dapat dihapus serta dirubah menjadi efektif atau adaptif sesuai yang

diinginkan yakni disiplin dan patuh terhadap tata tertib.

Berdasarkan hal tersebut maka, peserta didik membutuhkan pemahaman diri

agar mereka sadar dan bisa bertanggung jawab serta merubah perilakunya agar dapat

disiplin belajar. Guru bimbingan konseling sangat berperan penting dalam membantu

peserta didik merubah perilaku nya agar dapat disiplin dalam belajar. Dalam hal ini

dibutuhkan satu layanan yang intensis yaitu peneliti akan menggunakan layanan

konseling kelompok dengan teknik modelling untuk meningkatkan disiplin belajar

peserta didik.

Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa layanan konseling kelompok

dengan teknik modeling adalah upaya membantu peserta didik dalam menyelesaikan

permasalahannya, khususnya pada ketidakdisiplinan belajar peserta didik.

(21)

Berdasarkan pertimbangan bahwa konseling kelompok dengan teknik

modeling dapat dipergunakan untuk mencegah ketidakdisiplinan belajar peserta

didik, maka peneliti membatasi masalah umum sebagai berikut: “Efektivitas Layanan Konseling Kelompok Dengan Teknik Modeling Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Belajar Pada Peserta Didik Kelas VIII Di SMP Negeri 3 Bandar Lampung Pelajaran 2017/2018”

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pra penelitian, maka peneliti

mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Terdapat peserta didik kelas VIII Di SMP Negeri 3 Bandar Lampung datang

dan pulang sekolah tidak tepat waktu;

2. Terdapat peserta didik kelas VIII Di SMP Negeri 3 Bandar Lampung keluar

kelas saat jam pelajaran;

3. Terdapat peserta didik kelas VIII Di SMP Negeri 3 Bandar Lampung tidak

mengumpulkan dan menyelesaikan tugas tepat pada waktunya;

4. Terdapat peserta didik kelas VIII Di SMP Negeri 3 Bandar Lampung tidak

patuh dan menentang peraturan;

C.Batasan Masalahs

Agar pembahasan pada penelitian ini terarah dan tidak keluar dari

permasalahan yang ada, maka peneliti hanya membahas: “Efektivitas layanan

(22)

belajar peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 3 Bandar Lampung Tahun

Pelajaran 2017/2018”.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang dirumuskan

adalah sebagai berikut: “Apakah Layanan Konseling Kelompok Dengan Teknik

Modeling Efektif Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Belajar Pada Pese

rta Didik Kelas VIII Di SMP Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2017/2018”?

E.Tujuan Peneliitian

Tujuan dari penelitian adalah mengetahui efektivitas layanan konseling

kelompok dengan teknik modeling dalam meningkatkan kedisiplinan belajar pada

peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2017/2018.

F.Manfaat dan Kegunaan Penelitian

1) Teoritis

Diharapkan penelitian ini mampu memberikan sumbangan ilmu dalam

bidang pendidikan khususnya bimbingan dan konseling yaitu membantu

peserta didik dalam meningkatkan kedisiplinan belajar.

(23)

a. Bagi Peserta Didik

Dapat menambah pengetahuan tentang kedisiplinan belajar serta dampaknya, sehingga dapat mengurangi ketidakdisiplinan belajar pada peserta didik.

b. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan positif bagi sekolah, khususnya dalam meningkatkan kedisiplinan belajar sehingga peserta didik dapat berkembang secara optimal, dapat dijadikan sebagai tolak ukur atas pelaksanaan dan pemanfaatan layanan konseling kelompok dengan teknik modeling secara optimal.

c. Bagi guru bimbingan dan konseling

Dapat menambah pengetahuan guru pembimbing dalam melaksanakan konseling kelompok dengan teknik modeling di sekolah terkait dengan kedisiplinan belajar, serta dapat dijadikan sebagai bahan masukan guru pembimbing dalam memberikan layanan yang tepat terhadap peserta didik sehingga konseling kelompok dengan teknik modeling dapat digunakan dalam mencegah ketidakdisiplinan belajar.

d. Bagi peneliti

(24)

G. Ruang Lingkup Penelitian

Penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini agar lebih jelas dan tidak menyimpang dari tujuan yang ditetapkan, diantaranya adalah:

1. Ruang Lingkup Objek

Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah sejauh mana konseling kelompok dengan teknik modeling dapat meningkatkan pengetahuan tentang kedisiplinan belajar.

2. Ruang Lingkup Subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 3 Bandar Lampung.

3. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 3 Bandar Lampung.

4. Ruang Lingkup Waktu

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konseling Kelompok

1. Pengertian Konseling Kelompok

Konseling berasal dari bahasa inggris “Counseling” yang dikaitkan dengaan kata “counsel” memiliki beberapa arti, yaitu nasehat (to obtain

counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan (to take counsel).

Berdasarkan arti diatas, konseling secara etimologis berati pemberian nasihat, anjuran dan pembicaraan dengan tukar pikiran.12 Sedangkan menurut jones,

shertzer dan stone dalam buku dasar-dasar bimbingan dan konseling oleh prayitno mengemukakan bahwa:

Konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman peserta didik difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan dimana ia diberikan bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan masalah tersebut. Konselor tidak

memecahkan masalah untuk peserta didik. Konseling harus ditujukan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan.13

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konseling adalah suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada peserta didik dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dengan bertukar pikiran dan cara yang sesuai dengan kemampuannya sendiri. Konseling kelompok adalah suatu bentuk konseling

12 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi) (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2007), h. 21.

13 Prayitno dan Erman A, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004),

(26)

yang dilakukan oleh konselor untuk memberikan bantuan dalam menyelesaikan permasalahan kepada sekelompok yang di dalamnya terhadap hubungan timbal balik antara konselor dengan kelompok.Menurut Latipun konseling kelompok adalah:

merupakan salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik dan pengalaman belajar.14

Menurut Dewa Ketut Sukardi konseling kelompok adalah:

konseling yang diselenggarakan dalam kelompok, dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang terjadi di dalam kelompok itu. Masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah perorangan yang muncul di dalam kelompok itu, yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang bimbingan (bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir).

Dengan demikian Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok merupakan suatu pemberian bantuan dengan memanfaatkan dinamika kelompok oleh konselor kepada beberapa peserta didik yang tergabung dalam suatu kelompok untuk memecahkan masalah kelompok.

2. Tujuan Konseling Kelompok

Menurut Dewa Ketut Sukardi, tujuan konseling kelompJok meliputi: a. melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan orang banyak; b. melatih anggota kelompok dapat bertenggang rasa terhadap teman sebayanya;

c. dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota kelompok; dan

d. mengentaskan permasalahan-permasalahan kelompok.

(27)

Menurut Prayitno, tujuan umum konseling kelompok adalah

mengembangkan kepribadian siswa untuk mengembangkan kemampuan sosial, komunikasi, kepercayaan diri, kepribadian, dan mampu memecahkan masalah yang berlandaskan ilmu dan agama. Sedangkan tujuan khusus konseling kelompok, yaitu:

a. membahas topik yang mengandung masalah aktual, hangat, dan menarik perhatian anggota kelompok;

b. terkembangnya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, dan sikap terarah kepada tingkah laku dalam bersosialisasi atau komunikasi;

c. terpecahkannya masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya imbasan pemecahan masalah bagi individu peserta konseling kelompok yang lain; dan

d. individu dapat mengatasi masalahnya dengan cepat dan tidak menimbulkan emosi.15

3. Tahapan Penyelenggara Konseling Kelompok

Sebelum diselenggarakan konseling kelompok, ada beberapa tahapan yang perlu dilaksanakan terlebih dahulu. Tahapan penyelenggaraan konseling kelompok menjadi 4 tahapan, yaitu:

1. Tahap Pembentukan

15Uswatun Sa’diah, Pengaruh Konseling kelompok menggunakan teknik behavioristik positiven

reinforcement terhadap disiplin belajar peserta didik kelas V 1 Way Dadi Bandar Lampung, tersedia

(28)

Tahap pembentukan merupakan tahap persiapan pelaksanaan konseling

pada tahap ini terutama saat pembentukan kelompok, dilakukan dengan

seleksi angggota. Ketentuan penting yang mendasari pada tahap ini adalah:16

a) adanya minat bersama (Common Interest), dikatakan demikian jika

secara potensial anggota itu memiliki kesamaan masalah dan perhatian

yang akan dibahas;

b)suka rela atau inisiatifnya sendiri, karena hal ini berhubungan dengan hak

pribadi siswa;

c) adanya kemauman berpartisipasi di dalam proses kelompok; dan

d)mampu berpartisipasi di dalam kelompok.

Proses utama tahap awal adalah orientasi dan eksplorasi. Pada

awalnya tahap ini diwarnai keraguan dan kekhawatiran tetapi juga

harapan dari peserta konseling. Namun apabila konselor mampu

memfasilitasi kondisi tersebut tahap ini memunculkan kepercayaan

terhadap kelompok. Langkah-langkah pada tahap awal kelompok adalah:

a. pembukaan pada awal proses konseling adalah pengenalan, perlibatan

diri dan pemasukan diri;

b. pada tahap ini konselor memberikan rangkaian penjelasan yang

diperlukan, mulai dari pengertian mengapa diadakan konseling

kelompok sampai prosedur atau aturan yang akan dilaksanakan pada

(29)

c. kemudian konselor mempersilahkan para siswa untuk mengutarakan

masalah yang mereka alami berkaitan tentang materi pokok yang

menjadi bahan diskusi.

2. Tahap Transisi

Tujuan tahap ini adalah membangun rasa saling percaya yang

mendorong anggota menghadapi rasa takut yang muncul pada tahap awal.

Konselor perlu memahami karakteristik dan dinamika kelompok yang

terjadi pada tahap transisi. Peran konselor pada tahap ini adalah:

a) menjelaskan kembali kegiatan konseling kelompok;

b)tanya jawab tentang kesiapan anggota untuk kegiatan lebih lanjut; dan

c) mengenali suasana apabila anggota secara keseluruhan atau sebagian

belum siap untuk memasuki tahap berikutnya dan mengatasi suasana

tersebut.

3. Tahap Kegiatan.

Tahap ini mengentaskan masalah pribadi anggota kelompok. Kegiatan ini

meliputi setiap kelompok mengemukakan masalah pribadi yang perlu

mendapatkan bantuan untuk pengentasannya. Klien menjelaskan lebih rinci

masalah yang dialami. Semua anggota ikut merespon apa yang disampaikan

anggota yang lain.

4. Tahap Pengakhiran.

Tahap ini biasa disebut juga dengan tahap tendensi /ending dimana pada

(30)

akan berakhir begitu saja. Namun masih ada kegiatan selanjutnya yang bias

dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut :17

a) Frekuensi pertemuan

Berkenaan dengan kegiatan ini hal yang Paling urgen dilihat

adalah berkaitan dengan frekuensi pertemuan yang akan dilakukan

selanjutnya. Karena untuk mendapatkan hasil yang memuaskan tentunya

tidaklah bias dilakukan dengan hanya sekali pertemuan akan tetapi hasil

yang sempurna akan dicapai jika itu dilakukan jika pertemuan itu

dilakukan lebih dari 1 kali.

b) Pembahasan keberhasilan kelompok

Pada kegiatan ini semua kegiatan kelompok harus dipusatkan

pada pembahasan dan penerapan hal-hal yang telah mereka dapatkan dan

pelajari mulai dari awal kegiatan sampai dengan akhir kegiatan agar

mereka dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

B. TEKNIK MODELING

1. Pengertian teknik modeling

Modeling (penokohan) adalah istilah yang menunjukkan terjadinya

proses belajar melalui pengamatan (observational learning) terhadap orang

lain dan perubahan terjadi melalui peniruan. Peniruan (imitation)

menunjukkan bahwa perilaku orang lain yang diamati, ditiru lebih

(31)

merupakan peniruan terhadap apa yang dilihat dan diamati. Proses belajar

melalui pengamatan menunjukkan terjadinya proses belajar setelah

mengamati perilaku pada orang lain.18Menurut Jamal Ma’mur Asmani

teknik modeling adalah:

teknik yang digunakan untuk membentuk perilaku baru pada klien

dan memperkuat perilaku yang sudah terbentuk.19Sedangkan

menurut Perry dan Furukawa modeling adalah:

proses belajar melalui observasi dimana tingkah laku dari seorang

individu atau kelompok, sebagai model, berperan sebagai

rangsangan bagi pikiran-pikiran, sikap-sikap, atau tingkah laku

sebagai bagian dari individu yang lain yang mengobservasi model

yang ditampilkan.20

Penggunaan teknik modelling digunakan karena menurut Bandura

dalam Friedman, menyatakan bahwa dalam teknik modeling menggunakan 4

jenis informasi yaitu (1) pengalaman kita dalam melakukan perilaku yang

serupa (kesuksesan dan kegagalan dimasa lalu); (2) melihat orang lain

melakukan perilaku yang kurang lebih sama; (3) persuasi verbal (bujukan

18Komalasari Gantina, dan Wahyuni Eka., Teori dan Teknik Konseling, PT. Indeks, Jakarta,2011, h, 176

19 Subardi, upaya menigkatkan konsep diri siswa dalam belajar melalui teknik modeling dalam bimbingan kelompok, tersedia on-line:ejournal.ikip-veteran.ac.id(13juni2017)

(32)

orang lain yang menyemangati atau menjatuhkan); (4) apa perasaan kita

tentang perilaku yang dimaksud (reaksi emosional).21

2. Macam-macam Modeling

a. Penokohan nyataa (live model) adalah model hidup yang

diperoleh klien dari konselor atau orang lain dalam bentuk tingkah laku yang sesuai, pengaruh sikap, dan nilai-nilai keahlian

kemasyarakatan.22 seperti: terapis, guru, anggota keluarga atau

tokoh yang dikagumi dijadikan model oleh konselsi.

b. Penokohan simbolik (symbolik model) seperti: tokoh yang dilihat

melalui film, tokoh, video, atau media lain.sss

c. Penokohan ganda (multipel model) seperti: terjadi dalam

kelompok, seorang anggota mengubah sikap dan mempelajari

sikap baru setelah mengamati anggota lain bersikap.23

3. Karakteristik Live Model

a. Karakter peduli sosial, terwujud dalam sikap dan tindakan yang

selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Karakter ini mencerminkan sikap kegotong-royongan, kepedulian sosial menghindarkan seseorang dari sifat dan sikap egois yang cenderung “cuek” pada keadaan di sekitarnya. Kepedulian sosial membuat seseorang senantiasa peduli pada dinamika sosial yang terjadi disekitarnya. Kepedulian

21Sofwan Adiputra, “Penggunaan Teknik Modeling Terhadap Perencanaan Karir Siswa”, (On-line) tersedia On-line:

http:ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus/article/view/9935.(10mei2017)

(33)

sosial juga mendorong seseorang untuk tidak tahan jika ada orang-orang disekitarnya menghadapi kesulitan.

b. Karakter tanggung jawab, terwujud dalam sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, nilai nilai tercermin dari sikap dan perilaku seseorang saat diberi amanah yang selalu menunjukkan kesungguhan untuk melaksanakan apa yang dipercayakan, serta berusaha secara optimal menyelesaikan beban tugas dengan hasil yang baik.

c. Karakter bersahabat/komunikatif, terwujud dalam sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.24

4. Pengaruh Modeling

a. Pengambilan respon atau keterampilan baru dan

memperlihatkannya dalam perilaku baru.

b. Hilangnya respon takut setelah melihat tokoh melakukan sesuatu yang menimbulkan rasa takut konseli, tidak berakibat buruk bahkan berakibat positif.

c. Melalui pengamatan terhadap tokoh, seseorang terdorong untuk melakukan sesuatu yang mungkin sudah diketahui atau dipelajari dan tidak ada hambatan.25

24 Santoso, Life Model dalam Internalisasi Nilai-nilai Karakter Peduli Sosial Tanggung Jawab dan Bersahabat pada Siswa, tersedia di On-line:

(34)

5. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan modelling.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan

penokohan (modelling) adalah sebagai berikut:

a. Ciri model seperti; usia, status sosial, jenis kelamin, keramahan,

dan kemampuan, penting dalam meningkatkan imitasi;

b. Anak lebih suka meniru model yang standar prestasinya dalam

jangkauannya; dan

c. Anak cenderung mengimitasi orang tuanya yang hangat dan

terbuka. Gadis lebih mengimitasi ibunya.26

Dalam teknik modelling ada beberapa tahapan yang dapat

digunakan dalam memberikan layanan kepada individu atau kelompok

agar dalam proses pemberian layanan dapat berjalan dengan baik.

Bandura dalam Dede Rahmat Hidayat, “menemukan tahapan dalam

proses yang mengatur pembelajaran melalui modelling, yaitu:

a. Proses Memperhatikan

Beberapa variabel yang turut berpengaruh terhadap proses

belajar diantaranya berkaitan dengan karakteristik model, sifat

kegiatan, dan orang yang menjadi subjek. Model yang sangat

menarik lebih diperhatikan dibandingkan dengan model yang

memiliki daya tarik interperonal yang rendah.

b. Proses Retensi

(35)

Ketika mengamati perilaku seseorang dan segera

menirunya, maka kita akan menggunakannya sebagai panduan

untuk bertindak pada kesempatan lain. Ada dua bentuk sistem

simbol atau representasi yang membantu belajar observasional,

yaitu imaginatif dan verbal.

Representasi modelling dapat mengarahkan pada pola

respon yang baru harus dapat direpresentasikan secara simpolis

dalam ingatan. Representasi perlu disimbolisasikan dalam bentuk

verbal, karena beberapa observasi dipertahankan dalam bentuk

gambaran dan alat dimunculkan tanpa adanya model secara fisik.

c. Proses Reproduksi Motorik

Dalam rangka meniru model, seorang individu harus

mengubah representasi simbolis dari pengamatan kebentuk

tindakan. Perilaku yang muncul harus memiliki kesamaan

dengan perilaku asal.

Proses reproduksi motorik harus melibatkan empat sub

tahapan, yaitu organisasi respon kognitif, inisiasi respons,

pemantauan respons, dan penyempurnaan respons. Setelah

memperhatikan model dan mempertahankan apa yang telah

diobservasi, kemudian kita memproduksi dengan perilaku

baru.

(36)

Pembelajaran melalui observasi paling efektif terjadi

apabila pihak yang belajar termotivasi untuk melakukan

perilaku yang ditiru. Perhatian dan representasi dapat

berakibat dapat berakibat pada pengumpulan informasi untuk

belajar, namun pertama difasilitasi oleh motivasi untuk

melakukan perlaku tertentu.27

C. Disiplin Belajar

1. Pengertian Disiplin Belajar

Secara umum diakui, dalam rangka mencapai tujuan organisasi

termasuk organisasi sekolah diperlukan banyak faktor, salah satunya adalah

disiplin. Disiplin berarti ketaatan, kepatuhan pada peraturan atau tata tertib dan

sebagainya.

Menurut Harbangun Siagian, disiplin adalah kadar atau derajar

kepatuhan peserta didik terhadap aturan atau ketentuan yang ada disekolah.

Menurut Amir Danien Indrakusuma, disiplin berarti adanya kesediaan

untuk memenuhi peraturan-peraturan dan larangan-larangan tanpa adanya

paksaan.

Kemudian pengertian belajar menurut Slameto adalah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku

(37)

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.28

Dari beberapa pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa

kedisiplinan belajar adalah kadar atau derajat kepatuhan peserta didik terhadap

peraturan-peraturan dan tata tertib sekolah untuk memperoleh kondisi yang

lebih baik dengan menjadikan disiplin sebagai kontrol penguasaan diri yang

dilakukan tanpa adanya paksaan.

Disiplin sangat penting bagi peserta didik, oleh karena itu kedisiplian

harus ditanamkan secara terus-menerus kepada peserta didik, jika disiplin

ditanamkan secara terus-menerus maka disiplin tersebut akan menjadi

kebiasaan bagi peserta didik. Orang-orang yang berhasil dalam bidangnya

masing-masing umumnya memiliki kedisiplinan yang tinggi, sehingga

kedisiplina menduduki tempat penting bagi dunia pendidikan dan perlu

ditanamkan pada diri anak sejak dini. Melalui kedisiplinan, sekolah tidak hanya

sekedar mengembangkan kemampuan intelektual para peserta didik, melainkan

juga memberikan sumbangan dasar bagi persiapan moral anak didik dalam

kehidupan. Menurut widodo, bentuk indisipliner siswa antara lain: perilaku

membolos, terlambat masuk sekolah, ribut dikelas, ngobrol dikelas saat guru

28 Retmono Jazib Prasojo, pengaruh perhatian orang tua dan kedisiplinan belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPS, tersedia On-line:

(38)

sedang menjelaskan mata pelajaran, tidak mengenakan atribut sekolah secara

lengkap, dan menyontek.29

Perilaku indisiplin peserta didik tersebut apabila dibiarkan akan

membawa dampak yang kurang menguntungkan terhadap prestasi belajar

maupun sikap mental para peserta didik, ketidakdisiplinan akan mengganggu

pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap kurang berkembangnya prestasi

belajar peserta didik. Oleh karena itu, agar proses belajar mengajar berjalan

lancar salah satu upaya yaitu, dengan meningkatkan disiplin belajar pada

peserta didik.

Menurut Atmosurdirjo “disiplin adalah suatu bentuk ketaatan dan

pengendalian diri erat hubungannya dengan rasionalisme, sadar dan

emosional”.30 Selain akan membuat seseorang akan memiliki kecakapan

mengenai cara belajar yang baik juga merupakan proses pembentukan watak

yang baik dalam diri seseorang. Gie memberikan pengertian disiplin sebagai

berikut “disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang

tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah

ada dengan rasa senang hati”.31

29Lilik Widosari, upaya meningkatkan kedisiplinan melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik behavior pada siswa, tersedia

online:http://download.portalgaruda.org/article.php?article=267439&val=upaya%20meningkatkan%2 0kedisiplinan%20melalui%20layanan%20bimbingan%20kelompok%20dengan%20teknik%20pada% 20siswa.(16 maret 2017)

(39)

Seorang peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah

tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di

sekolahnya, dan setiap peserta didik dituntut untuk dapat berperilaku sesuai

dengan aturan dan tata tertib yang berlaku disekolahnya. Disiplin sekolah

adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku peserta didik agar tidak

menyimpang dan dapat mendorong peserta didik untuk perilaku sesuai dengan

norma, peraturan, dan tata tertib yang berlaku disekolah.

Imron menyatakan “disiplin peserta didik sebagai suatu sikap tertib

dan teratur yang dimiliki oleh peserta didik di sekolah, tanpa ada

pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung

terhadap peserta didik sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan”.32 Dari

pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan peserta didik

merupakan suatu sikap yang teratur tanpa adanya pelanggaran yang dapat

merugikan pihak manapun. Sehingga tercipta suatu keteraturan di dalam

sekolah yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran dan kegiatan akademik

berjalan dengan lancar.

Hal ini senada dengan pendapat Sofan Amri yang menyatakan

bahwa “disiplin belajar merupakan suatu bentuk kesadaran tindakan

untuk belajar seperti disiplin mengikuti pelajaran, ketepatan dalam

menyelesaikan tugas, kedisiplinan dalam mengikuti ujian, kedisiplinan

dalam menepati jadwal, belajar, kedisiplinan dalam menaati tata tertib

(40)

yang berpengaruh langsung terhadap cara dan teknik siswa dalam

belajar yang hasilnya dapat dilihat dari prestasi belajar yang

dicapai”.33 Sofan juga mengungkapkan bahwa ”disiplin belajar

merupakan sikap yang terbentuk melalui proses dari serangkaian

perilaku yang menunjukkan nilai-nilai individu ketaatan dan ketentuan

berdasarkan acuan nilai moral individu untuk memperoleh perubahan

tingkah laku yang mencakup perubahan berfikir, sikap, dan tindakan

yang sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan

seseorang dalam belajar secara konsisten dan konsekuen dalam usaha

untuk mendapatkan kepandaian ilmu”.34

Pembiasaan diri dalam belajar merupakan hal yang penting,

karena dengan membiasakan diri secara teratur dalam belajar peserta didik dapat

meningkatkan pengetahuannya di dalam pembelajaran dan akan membentuk pribadi

dan watak individu yang lebih baik.

2. Tujuan Disiplin

Penanaman dan penerapan sikap disiplin dalam pendidikan tidak

dimunculkan sebagai suatu tindakan pengekangan atau pembatasan kebebasan

peserta didik dalam melakukan perbuatan sekehendaknya, akan tetapi hal itu

tidak lebih sebagai tindakan pengarahan kepada sikap yang bertanggung jawab

33Sofan Amri, pengembangan dan model pembelajaran dalam kurikulum 2013, Jakarta, PT. Prestasi Pustakaraya, 2013, h,168

(41)

dan mempunyai cara hidup yang baik dan teratur sehingga peserta didik tidak

merasakan bahwa disiplin merupakan beban, tetapi disiplin merupakan suatu

kebutuhan bagi dirinya dalam menjalankan tugas sehari-hari. Adapun tujuan

disiplin menurut Charles adalah:35

a. tujuan jangka pendek yaitu supaya anak terlatih dan terkontrol dengan

ajaran yang pantas; dan

b. tujuan jangka panjang yaitu untuk mengembangkan dan pengendalian

diri anak tanpa pengaruh pengendalian diri luar.

Sedangkan menurut Rimm tujuan disiplin adalah mengarahkan

anak agar mereka belajar mengenal hak-hak baik yang merupakan

persiapan bagi masadewasa, saat mereka sangat bergantung pada disiplin

diri. Diharapkan, kelak disiplin diri mereka akan membuat hidup mereka

bahagia, berhasil, dan penuh kasih sayang.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan

memiliki tujuan diantaranya adalah megarahkan anak untuk belajar

hal-hal yang baik bagi persiapan masa dewasa dan agar anak terlatih dengan

ajaran yang pantas, selain itu terdapat tujuan jangka panjang yaitu

megembangkan dan mengendalikan diri anak terhadap pengaruh

pengendalian dari luar.

(42)

3. Manfaat Disiplin

Kedisiplinan merupakan suatu yang tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan manusia. Soetjiningsih mengemukakan bahwa

disiplin harus dilatihkan kepada anak sejak awal agar anak mempunyai

kebiasaan-kebiasaan berperilaku yang baik dan tertib yang akan sangat

berguna dalam mendukung perkembangan aspek-aspek lainnya dan

untuk kehidupannnya kelak. Soetjinigsih menambahkan manfaat disiplin

adalah antara lain:

a. anak merasa aman karena ia tahu mana yang boleh dan mana yang

tidak boleh dilakukannya;

b. membantu anak menghindari perasaan bersalah dan malu akibat

perbuatan salah;

c. memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui kelompok

social;

d. merasa disayang dan diterima karena dalam proses disiplin anak

mendapat pujian bila melakukan hal baik; dan

e. membantu anak dalam mengembangkan hati nuraninya.

Dalam penjelasan diatas dapat diketahui bahwa

kedisiplinan sangat diperlukan dan harus ditanamkan kepada anak sedini

mungkin agar anak terbiasa melakukan perbuatan yang baik dan sesuai

(43)

manfaat bagi kehidupan anak, sehingga disiplin tidak dapat dipisahkan

dari kehidupan manusia.

4. Bentuk-bentuk masalah ketidak disiplinan di sekolah

Bentuk masalah ketidakdisiplinan umumnya adalah perilaku

yang melanggar peraturan atau tata tertib yang telah dibuat. Namun Aqib

mengemukakan bentuk-bentuk masalah ketidakdisiplinan dikelas atau

disekolah secara lebih khusus lagi, yaitu : a) makan dikelas; b) membuat

suara gaduh; c) kurang tepat waku; d) mengganggu peserta didik lain; e)

agresif; f) mengejek teman lain; g) tidak memperhatikan;dan h) membaca

materi lain.36

Hurlock menambahkan pelanggaran yang umum dilakukan

anak-anak di sekolah adalah seperi mencuri, menipu, berbohong,

menggunakan kata-kata kasar, merusak milik sekolah, membolos,

mengganggu teman lain dengan mengejek, menggertak, menciptakan

gangguan, membaca komik atau mengunyah permen saat pelajaran

berlangsung, berbuat gaduh dikelas, dan berkelahi dengan teman kelas.37

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin di sekolah

Terlaksananya disiplin di sekolah sangatlah penting karena

dengan disiplin peserta didik dapat belajar dengan teratur dan dapat

mengikuti peraturan atau tata tertib di sekolah sehingga kegiatan

36 Aqib, Z, Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa, (Bandung:Yrama Widya,

2006 ), h.117

(44)

pendidikan di sekolah dapat berjalan dengan kondusif. Terlaksananya

penanaman disiplin disekolah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik

faktor intern maupun faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang

datang dari dalam diri peserta didik sedangkan faktor ekstern adalah faktor

dari luar diri peserta didik.

Menurut Slameto, faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

disiplin peserta di sekolah adalah sebagai berikut :38

1. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu.

a) Kesehatan peserta didik

Kesehatan peserta didik sangat mempengaruhi peserta didik dalam

mengikuti proses belajar di sekolah. Karena kondisi kesehatan yang sehat,

peserta didik dapat lebih berkonsentrasi dalam belajar dan dapat mematuhi

segala peraturan di sekolah.

b) Minat peserta didik

Minat adalah kecendrungan dalam individu untuk tertarik pada suatu

objek atau aktifitas dan merasa senang terlibat dalam aktifitas tersebut.

Minat sangat penting pengaruhnya terhadap belajar, karena bila peserta

didik kurang berminat pada materi pelajaran yang diberikan oleh guru

maka dapat dipastikan peserta didik kurang dapat menerima pelajaran

dengan sebaik-baiknya, tetapi sebaliknya bila bahan pelajaran dapat

(45)

menarik peserta didik maka bahan pelajaran itu akan mudah dipelajari dan

diingat karena minat peserta didik dapat menambah kegiatan belajar.

c) Motivasi belajar peserta didik

Motivasi adalah dorongan dari dalam diri peserta didik untuk

melakukan kegiatan belajar. Motivasi sangat penting pengaruhnya

terhadap belajar, karena bila seorang peserta didik memiliki motivasi

belajar yang baik sudah dapat dipastikan ia akan berhasil dalam belajar

dan dapat melaksanakan disiplin di sekolah dengan baik.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar individu

itu sendiri. Faktor eksternal meliputi: lingkungan tempat tinggal peserta

didik, perhatian orang tua, dan keadaan sekolah.

7. Unsur-Unsur Disiplin Belajar

Terdapat unsur-unsur yang penting dalam perilaku disiplin, menurut

Hurlock dalam Sofan unsur pokok disiplin yaitu:

a. Peraturan sebagai pedoman perilaku

Peraturan digunakan untuk membentuk perilaku individu, peraturan

memperkenalkan individu pada perilaku yang di setujui lingkungan

sekitar. Seperti pada sekolah peserta didik diperkenalkan perilaku disiplin

yang harus diterapkan di lingkungan sekolah, sehingga nantinya akan

(46)

b. Konsistensi dalam peraturan dan dalam cara yang digunakan

mengajarkannya.

Konsistensi merupakan tingkat keseragaman atau stabilitas terhadap

peraturan yang digunakan dalam pedoman perilaku. Seperti konsistensi

dalam hukuman yang diberikan kepada peserta didik yang berperilaku

tidak sesuai dengan standar, dan dalam penghargaan bagi mereka yang

menyesuaikan.

c. Hukuman untuk pelanggaran peraturan.

Hukuman berasal dari kata kerja latin, punire yang berarti

menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan,

perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan.

Hukuman dapat menghalangi terulangnya tindakan yang tidak diinginkan,

hukuman juga dapat digunakan untuk mendidik, dalam hal ini agar

individu dapat mengetahui perbuatan mana yang baik untuk dilakukan

dan perbuatan yang tidak baik untuk dilakukan (perbuatan yang

melanggar peraturan).

d. Penghargaan untuk perilaku yang baik yang sejalan dengan peraturan

(47)

Penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi dapat berupa

kata-kata pujian, senyuman dan tepukan di punggung. Penghargaan akan

diterima setelah individu dapat menyelesaikan kewajibannya.39

Sedangkan menurut Sofan “unsur pokok yang membentuk disiplin yaitu,

sikap yang telah ada pada diri manusia dan sistem nilai budaya yang ada di

dalam masyarakat. Sikap atau attitude merupakan unsur yang hidup di dalam

jiwa manusia yang harus mampu bereaksi terhadap lingkungannya, dapat

berupa tingkah laku atau pemikiran. Sedangkan sistem nilai budaya

merupakan bagian dari budaya yang berfungsi sebagai petunjuk atau

pedoman dan penuntun bagi kelakuan manusia”.40

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut unsur-unsur disiplin belajar yaitu,

peraturan, konsistensi dalam peraturan, hukuman, penghargaan terhadap peserta

didik yang dapat meningkatkan disiplin belajar. Peserta didik yang memiliki sikap

yang baik dalam ketaatan berperilaku, maka dengan mudah dapat menyesuaikan diri

terhadap peraturan yang sudah ditetapkan.

8. Indikator Disiplin Belajar

39 Daryanto dan suryati, pendidikan karakter di sekolah. Jakarta : PT Bumi Aksara 2013. h 50.

40 Sofan Amri, pengembangan dan model pembelajaran dalam kurikulum, jakarta:PT.prestasi

(48)

Menurut Moenir “indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat

disiplin belajar peserta didik berdasarkan ketentuan disiplin waktu dan

disiplin perbuatan, yaitu:

1. Disiplin waktu, meliputi: (a) tepat waktu dalam belajar, mencakup datang

dan pulang sekolah tepat waktu; (b) tidak keluar kelas saat jam pelajaran;

dan (c) mengumpulkan dan menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.

2. Disiplin Perbuatan, meliputi: (a) patuh dan tidak menentang peraturan;

(b) tidak malas belajar; (c) tidak menyuruh orang lain bekerja demi

dirinya; (d) tidak suka berbohong; dan (e) melakukan tingkah laku yang

menyenangkan, mencakup tidak mencontek, tidak membuat keributan dan

tidak mengangggu orang lain saat belajar”.41

Berdasarkan indikator tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa peserta

didik yang memiliki disiplin belajar yang tinggi merupakan peserta didik yang

memiliki kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas-tugas dan

pembelajaran yang diberikan oleh guru seperti datang ke sekolah tepat waktu, tidak

mengobrol saat jam pelajaran, tidak mencontek, dan tidak merokok dilingkungan

sekolah.

41 Khusnalia Dian Maharani, Pengaruh Disiplin Belajar dan Keaktifan Kegiatan Ekstrakulikuler Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi

(49)

D. Penelitian Relevan

Berdasarkan telaan pustaka dan kajian penulis ditemukan penelitian yang

relevan dengan penelitian penulis yaitu:

a. Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh peneliti yang bernama Ita

Roshita, meningatkan kedisiplinan siswa melalui layanan konselinng

kelompok dengan teknik modeling pada siswa kelas VIII di SMP

Negeri 2 Majalengka Tahun Pelajaran 2012/2013, hasil risetnya

menyatakan bahwa disiplin belajar yang dimaksut adalah keseluruhan

sikap dan perbuatan yang timbul dari kesadaran diri nya untuk belajar,

dengan mentaati dan melaksanakan sebagai siswa dalam berbagai

kegiatan belajarnya disekolah, sesuai dengan peraturan yang ada.

Dengan demikian disiplin belajar yang dimaksud oleh peneliti ada

relevansi nya dengan yang penulis buat yaitu pengaruh disiplin

sekolah terhadap prestasi belajar.42

b. Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Gede Sedanayasa dkk,

Efektivias Konseling Kelompok dengan Teknik Modeling dan Teknik

Asertif untuk Meningktkan Disiplin Belajar siswa kelas X SMK Negeri

2 Singajara tahun pelajaran 2012/2013, hasil penelitian ini

42 Ita Roshita, menigkatkan kedisiplinan siswa memalui layanan konseling kelompok teknik modeling, pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Majalengka tersedia

(50)

diharapkan peserta didik dapat melihat tingkah laku yang baik yang

berhubungan dengan kedisip;inan belajarnya.43

Dari beberapa hasil peneitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa layanan

konseling kelompok dengan teknik modelling dapat membantu meningkatkan

disiplin belajar peserta didik, dan mempermudah guru BK dalam menjalankan fungsi

serta program layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

E. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir merupakan sintesis tentang hubungan antara dua

variable yang disusun dari berbagai teori yang telah diseskripsikan . menutut

Sugiyono “kerangka pemikiran merupakan sintesa tentang hubungan antara

dua variabel yang di susun dari berbagai teori yang dideskripsikan.”44

Kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah layanan

konseling kelompok dengan teknik modelling dalam meningkatkan disiplin

belajar peserta didik kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3

Bandar Lampung diharapkan dapat membantu peserta didik, untuk

memahami dampak dari ketidakdisiplinan belajar peserta didik dan mencapai

perubahan yang positif setelah mengikuti konseling kelompok. Apabila

peserta didik memahami dampak dari disiplin belajar maka peserta didik akan

43Gede Sedanayasa dkk, Efektifias Konseling Kelompok dengan Teknik Modeling dan Teknik Asertif untuk Meningktkan Disiplin Belajar siswa kelas X SMK Negeri

(51)

menjadi generasi muda yang memiliki batasan dalam berperilaku, membantu

peserta didik dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi dan dapat

mengembangkan kemampuannya dalam disiplin belajar.

Berikut adalah kerangka berfikir dalam penelitian ini:

D Disiplin Belajar Rendah

Ll Layanan konseling kelompokk dengan teknik modeling

Disipin Belajar Meningkat

111.mengobrol pada saat guru menerangkan di dalam kelas, berjalan-jalan dan membuat suara gaduh saat pelajaran berlangsung.

222. Makan dan minum saat jam pelajaran berlangsung.

333. Tidak segera masuk kelas ketika bel berbunyi.

444. Membolos keluar kelas saat jam pelajaran berlangsung.

555. Mengganggu teman dan bersifat kurang sopan terhadap guru.

666. Terlambat mengumpulkan PR dan mengerjakan tugas.

111. Pre-test untuk mengetahui tingkat disiplin belajar peserta didik sebelum diberikan layanan.

322. Proses pemberian layanan konseling kelompok tehnik modeling dalam hal ini ada empat tahapan yang dilakukan yaitu: (a) taha pembetukan; (b) tahap peralihan; (c) tahap kegatan; (d) tahap pengakhiran.

333. Post-test merupakan kegiatan untuk mengetahui perubahan tingkat disiplin belajar peserta didik setelah melakukan.

(52)

Gambar I

KERANGKA BERFIKIR

F. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang

kebenarannya harus diuji empiris.45 Dengan demikian hipotesis adalah jawaban

sementara terhadap rumusan masalah dan hipotesis yang akan diuji dinamakan

hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (H0). Sementara yang dimaksud

hipotesis alternatif (Ha) adalah menyatakan saling berhubungan antara dua

variabel atau lebih, atau menyatakan adanya perbedaan dalam hal tertentu pada

kelompok-keloompok yang dibedakan. Sementara yang dimaksud hipotesis nol

(H0) adalah hipotesis yang menunjukan tidak adanya saling hubungan antara

kelompok satu dengan kelompok lain.46

Rumus uji hipotesis sebagai berikut:

H0 = kedisiplinan belajar peserta didik di sekolah tidak dapat ditingkatkan

menggunakan layanan konseling kelompok dengan teknik modelling.

Ha = kedisiplinan belajar peserta didik di sekolah dapat ditingkatkan

menggunakan layanan konseling kelompok dengan teknik modelling.

Berikut hipotesis statistiknya:

H0 : µ1 = µ2

45 Abdurrahman Fatoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, Jakarta Rineka Cipta, 2011, h. 20

(53)

Ha : µ1 ≠ µ2

Dimana:

µ1: disiplin belajar sebelum diberikan teratment layanan konseling kelompok dengan teknik modeling.

µ2 : disiplin belajar setelah diberikan teratment layanan konseling kelompok dengan teknik modeling.

Untuk menguji hipotesis, selanjutnya nilai t(thitung) dibandingkan dengan

nilai-t dari tabel distribusi t(ttabel). Cara penentuan nilai t tabel berdasarkan pada taraf

signifikan tertentu (misal α = 0,05) dan dk = n-1. Kriteria pengujian hipotesis untuk

uji yaitu:

Tolak Ha, jika thitung ≥ttabel dan

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian quasi experimental. Alasan peneliti menggunakan metode ini karena, dalam rancangan

metode quasi experimental, terdapat kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.47

B. Desain Penelitian

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non-equivalent Control Group Design. Pada dua kelompok tersebut, sama-sama dilakukan pre-test

dan post-test. Namun hanya kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan

(treatment). Desain eksperimen ini digunakan karena, pada penelitian ini terdapat

kelompok eksperimen yang akan diberikan perlakuan dan kelompok kontrol sebagai

pembanding, pada dua kelompok tersebut akan dilakukan pengukuran sebanyak dua

kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan. Pertama dilakukan pengukuran (pre-test),

kemudian pada kelompok eksperimen diberi perlakuan menggunakan konseling

kelompok dengan teknik modeling, namun pada kelompok kontrol tidak diberikan

perlakuan sepenuhnya seperti pada kelompok eksperimen, selanjutnya dilakukan

pengukuran kembali (post-test) guna melihat ada atau tidaknya pengaruh perlakuan

Gambar

Tabel 1 Ketidakdisiplinan Belajar Kelas VIII di SMP Negeri 3 Bandar Lampung
Gambar 2 : Pola Non-equivalent Control Group Design
Tabel 3 Skor Alternatif Jawaban
Tabel 4 Kriteria Gambaran Umum Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BUKU SAKU DIGITAL GEO-SMART BERBASIS ANDROID UNTUK MENINGKATKAN KECAKAPAN BERPIKIR KERUANGAN PADA SISWA KELAS X SMA N 8

Maka dari itu sangat mungkin tenaga yang hilang tersebut dimanfaatkan kembali untuk energy alternative di kapal, salah satunya adalah pemanfaatan energy dari

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Surakarta , SMA Negeri 2 Surakarta dan SMA Negeri 5 Surakarta. SMA Negeri 1 Surakarta kelas XI dijadikan sebagai

Selamat Datang di Sistem Informasi Penghitungan Kenaikan Pangkat Dosen Sistem ini adalah sistem untuk dosen bisa melakukan kegiatan yang berkenaan dengan kenaikan pangkat.

• Understanding the Adjective Superlative Degree. Find the patterns of Adjective Superlative Degree. Answer the questions in order to apply the Adjective Superlative Degree. Choose

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kuantitas dan kualitas pertanyaan siswa melalui penerapan model pembelajaran problem posing pada

Wilayah Kecamatan Serengan meliputi Kelurahan Joyotakan dan Tipes memiliki karakteristik banjir lokal dan kiriman dengan elevasi dan durasi waktu yang masuk dalam