EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELING DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA
DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
dalam Bidang Bimbingan dan Konseling
Oleh
TIKA EGA FABELLA NPM :1311080044
Jurusan : Bimbingan dan Konseling
Pembimbing I : Dr. Rifda El Fiah, M.Pd Pembimbing II : Hardiyansyah Masya, M.Pd
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELING DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA
DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
dalam Bidang Bimbingan dan Konseling
Oleh
TIKA EGA FABELLA NPM :1311080044
Jurusan : Bimbingan dan Konseling
Pembimbing I : Dr. Rifda El Fiah, M.Pd Pembimbing II : Hardiyansyah Masya, M.Pd
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
ABSTRAK
EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELING DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA
DIDIK KELAS VIII SMPN 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Oleh :
TIKA EGA FABELLA
Kedisiplinan belajar adalah kadar atau derajat kepatuhan peserta didik terhadap peraturan-peraturan dan tata tertib sekolah untuk memperoleh kondisi yang lebih baik dengan menjadikan disiplin sebagai kontrol penguasaan diri yang dilakukan tanpa adanya paksaan. Dapat dilihat dari permasalahan tersebut terdapat peserta didik yang mempunyai disiplin belajar rendah kelas VIII SMPN 3 Bandar Lampung, sehingga perlu upaya untuk meningkatkan disiplin belajar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas layanan konseling kelompok teknik modeling dalam meningkatkan disiplin belajar pada peserta didik kelas VIII SMPN 3 Bandar Lampung.
Penelitian menggunakan metode kuantitatif dan menggunakan desain penelitian Nonequivalent Control Group Design . Sampel dalam penelitian berjumlah 20 peserta didik kelas VIII SMPN 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2017/2018 yang memiliki disiplin belajar dalam kategori rendah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket disiplin belajar wawancara dan dokumentasi sebagai teknik pendukung.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui terdapat peningkatan disiplin peserta didik setelah melakukan layanan konseling kelompok dengan teknik modeling. Hasil dari analisis data pretest pada peserta didik setelah diberikan layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank. , berdasarkan test statistik dari uji Wilcoxon Signed Ranks diperoleh Zhitung ≤ Ztabel (52.5 ≤ 2807), nilai asymptotik sig.(2-tailed) untuk uji dua arah sebesar 005 karena sig ≤ 0.005, ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, dari hasil data tersebut disiplin belajar peserta didik kelas VIII SMPN 3 Bandar Lampung dapat ditingkatkan melalui layanan konseling kelompok. Artinya layanan konseling kelompok teknik modeling efektif dalam meningkatkan disipin belajar.
MOTTO
ِ ۡﻺِﻟ َﺲۡﯿﱠﻟ نَأَو
ٰﻰَﻌَﺳ ﺎَﻣ ﱠﻻِإ ِﻦ َٰﺴﻧ
٣٩
Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya,
(Q.S An-Najm ayat 39)1
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah. Dengan penuh rasa bangga ku persembahkan skripsi ini kepada:
1. Kedua Orang tuaku tercinta Ayah F. Kasmanto dan Ibu Maria Agustina yang telah memberikan dukungan moril dan materi untuk kesuksesan anaknya, yang tak pernah patah semangat memberikan cinta kasih sayang dan pengorbanan, serta senantiasa mendoakan anaknya, karena tiada do’a yang paling khusuk selain do’a yang terucap dari orang tua demi keberhasilan dan kebahagian untuk anak-anaknya, karena itu terimalah persembahan bakti dan cintaku untuk kalian ayah ibuku.
2. Kanda tercinta Desfran Faltian, dan adik-adikku Gilang Rahmat Fassa dan Echa Qhodila Asyiffa. yang sangat aku sayangi dan banggakan yang selalu memberikan semangat, senyum, dan do’anya untuk menantikan keberhasilanku, terimakasih dan sayang ku untuk kalian.
RIWAYAT HIDUP
Peneliti bernama lengkap Tika Ega Fabella, lahir Di Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan pada tanggal 25 Agustus 1995, dan Tinggal di Jl. Pratu M. Amin, Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan. yang merupakan anak Kedua dari Empat bersaudara dari pasangan suami istri Bapak F. Kasmanto dan Ibu Maria Agustina.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh peneliti antara lain pendidikan di SD TPI Perkemas, lulus pada tahun 2007. Kemudian peneliti melanjutkan pendidikan di MTs Negeri 01 Lampung Selatan, lulus pada tahun 2010. Setelah itu peneliti kembali melanjutkan pendidikan di SMAN 2 Kalianda Kabupaten Lampung Selatan, dan lulus pada tahun 2013.
Pada tahun 2013 peneliti terdaftar sebagai Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung, yang saat ini sudah bertransformasi menjadi Unversitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung melalui Jalur UM-PTKIN pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Bimbingan dan Konseling.
KATA PENGANTAR
Puji beserta syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Layanan Konseling Kelompok Dengan Teknik Modeling Dalam Meningkatkan Disiplin Belajar Peserta Didik Kelas VIII Di SMPN 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2017/2018”.
Shalawat beriring salam peneliti sanjungkan kepada tambatan hati panutan cinta kasih yakni Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua dari alam kegelapan menuju kepada alam yang terang benderang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung. Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung beserta jajarannya;
3. Dr. Rifda El Fiah, M.Pd selaku pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan arahan dalam penulisan skripsi ini, ditengah kesibukan beliau telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam menyelesaikan skripsi ini 4. Hardiyansyah Masya, M.Pd selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga terwujud karya ilmiah ini seperti yang diharapkan;
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan selama menuntut ilmu di Jurusan Bimbingan dan Konseling UIN Raden Intan Lampung. Terimakasih atas ilmunya yang sangat bermanfaat;
6. Seluruh staf karyawan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung, khususnya Jurusan Bimbingan dan Konseling, terimakasih atas ketulusan dan kesediannya membantu peneliti dalam menyelesaikan syarat-syarat administrasi;
7. Sahabat-sahabat dan rekan-rekan terutama untuk Rori Gumintang Rivelly, Fernanda, Anggi Arya, Furqon Priyadi, Kevin Ferdialdo, Fepbrina, Yunita Uni, Siti Maisyaroh , Maya Puspa, Ayu iswara, Musdariah, Iqromatul, Resty, Sischa, Vaulia, Nadia, Uswatun, Isnatun, Ririn, Putri, Yunita Verawati, dan semuanya terimakasih atas bantuan, do’a, dan motivasinya;
penelitian yang peneliti kuasai. Oleh karena itu kepada pembaca kiranya dapat memberikan masukan dan saran-saran yang bersifat membangun.
Bandar Lampung, 2017 Peneliti,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
6. Manfaat dan Kegunaan Penelitian ... 11
7. Ruang Lingkup Penelitian ... 12
BAB II LANDASAN TEORI A. Konseling Kelompok ... 14
1. Pengertian Konseling Kelompok ... 14
2. Tujuan Konseling Kelompok ... 16
3. Tahapan Penyelenggara Konseling Kelompok ... 17
B. Teknik Modeling ... 20
2. Macam-macam Modeling ... 21
3. Karakteristik Live Model ... 21
4. Pengaruh Modeling ... 22
C. Disiplin Belajar ... 24
1. Pengertian Disiplin Belajar ... 24
2. Tujuan Disiplin ... 28
3. Manfaat Disiplin ... 30
4. Bentuk-bentuk Masalah Ketidakdisiplinan Di Sekolah ... 30
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Di Sekolah ... 31
6. Unsur-unsur Disiplin Belajar ... 33
7. Indikator Disiplin Belajar ... 35
D. Penelitian Relevan ... 36
E. Kerangka Berfikir... 37
F. Hipotesis ... 40
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 42
B. Desain Penelitian ... 42
C. Variabel Penelitian ... 44
D. Definisi Oprasional ... 45
E. Populasi dan Sampel ... 47
1. Populasi ... 47
2. Sampel dan Teknik Sampling ... 48
F. Teknik Pengumpulan Data ... 49
G. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 62 1. Drskripsi Data ... 63 2. Efektifitas Layanan Konseling Kelompok dengan Menggunakan
Teknik Modeling Dalam Meningkatkan Disiplin Belajar
Peserta Didik ... 69 B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 79 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 82 B. Saran-Saran ... 83
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan
yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat
membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas kehidupannya sendiri.
Unsur-unsur yang terdapat dalam pendidikan dalam hal ini adalah: (a) usaha (kegiatan),
usaha itu bersifat bimbingan (pertolongan) dan dilakukan secara sadar; (b) ada
pendidik, pembimbing atau penolong; (c) ada yang didik atau si terdidik; dan (d)
bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan.2
Dari pengertian pendidikan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah salah satu bentuk pertolongan atau bimbingan yang diberikan orang-orang
yang mampu, dewasa dan memiliki ilmu terhadap perkembangan orang lain untuk
mencapai kedewasaan dengan tujuan supaya pribadinya memiliki kecakapan yang
cukup dalam melaksanakan segala kebutuhan hidupnya secara mandiri. Seorang
peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari
berbagai peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya, dan setiap peserta
didik juga dituntut supaya bisa berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang
ada di sekolah.
Dalam hal ini perkembangan kognitif peserta didik dipengaruhi faktor
lingkungan, kemudian kognitif yang terbentuk memiliki hubungan dengan tingkah
laku yang terbentuk pada setiap remaja, khususnya peserta didik. Faktor lingkungan
yang berpengaruh tersebut adalah pertama disiplin (tata tertib), tata tertib ini diajukan
untuk membentuk sikap dan tingkah laku disiplin peserta didik, namun dalam hal ini
disiplin yang digunakan adalah disiplin demokratis, dimana disiplin demokratis
cenderung mengembangkan perasaan berharga, bahagia, tenang, dan sikap bekerja
sama.3 Faktor lingkungan yang kedua adalah teman sebaya, peserta didik yang
diterima oleh teman-temannya dia akan mengembangkan sikap positif terhadap
dirinya, dan juga orang lain. Dia merasa menjadi orang yang berharga.
Berdasarkan penjelasan tersebut, lingkungan dan pendidikan berpengaruh
terhadap perkembangan kognitif peserta didik, maka disiplin dalam mematuhi
peraturan atau tata tertib yang ada di sekolah pun menjadi penting keberadaannya.
Kedisiplinan merupakan bagian penting dalam pendidikan, baik dalam konteks
formal, non formal, maupun dalam pendidikan informal. Permasalahan mengenai
kedisiplinan merupakan hal yang sudah umum dan seringkali terjadi baik di dalam
lingkungan masyarakat maupun dalam lingkungan sekolah. Hal tersebut cukup
meresahkan karena suatu kedisiplinan merupakan awal dari sebuah kesuksesan.
Disiplin dalam pengertian bebas berarti ketaatan atau kepatuhan seseorang terhadap
peraturan/tata tertib yang telah dibuat dan disepakati.
Menurut Prijodarminto mengartikan kedisiplinan sebagai suatu kondisi yang
tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan
nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Karena sudah
menyatu dengannya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama
sekali tidak dirasakan sebegai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya
bila mana ia tidak berbuat sebagai mana lazimnya.4
Sedangkan menurut Moenir ”indikator yang digunakan untuk mengukur
tingkat disiplin belajar peserta didik berdasarkan ketentuan disiplin waktu disiplin
perbuatan, yaitu: 1. Disiplin waktu, meliputi (a) tepat waktu dalam belajar, mencakup
datang dan pulang sekolah tepat waktu; (b) tidak keluar kelas saat jam pelajaran; dan
(c) mengumpulkan dan menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. 2. Disiplin
perbuatan meliputi; (a) patuh dan tidak menentang peraturan; (b) tidak malas belajar;
(c) tidak menyuruh orang lain bekerja untuk dirinya; (d) tidak suka berbohong; dan
(e) melakukan tingkah laku yang menyenangkan, mencakup tidak mencontek, tidak
membuat keributan dan tidak mengganggu orang lain saat belajar.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan adalah suatu
sikap dan perilaku yang mencerminkan ketaatan dan ketepatan terhadap peraturan,
tata tertib, norma-norma yang berlaku baik tertulis maupun yang tidak tertulis. Pada
hakikatnya disiplin bukan hanya merupakan kepatuhan pada norma yg dipaksakan
dari luar, melainkan merupakan kemampuan mengendalikan diri yang didasarkan
pada keinginan untuk menciptakan keteraturan dan ketertiban didalam kehidupan.
Dalam surat Huud ayat 112, Allah berfirman:
ٌﺮﯿِﺼَﺑ َنﻮُﻠَﻤْﻌَﺗ ﺎَﻤِﺑ ُﮫﱠﻧِإ اْﻮَﻐْﻄَﺗ ۚ◌ َﻻَو َﻚَﻌَﻣ َبﺎَﺗ ْﻦَﻣَو ﺎَﻤَﻜَﺗْﺮِﻣُأ ْﻢِﻘَﺘْﺳﺎَﻓ
Artinya: Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (QS.
Huud : 112).5
Berdasakan surat Huud ayat 112, dijelaskan bahwa sudah seharusnya peserta
didik selalu disiplin dan jangan melampui batas yang sudah sekolah tetapkan atau
aturan yang ada di sekolah.
Fenomena ketidakdisiplinan cukup menghawatirkan dan apabila hal tersebut
dibiarkan akan membawa dampak yang kurang menguntungkan terhadap prestasi
belajar maupun sikap mental peserta didik, ketidakdisiplinan akan mengganggu
pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap kurang berkembangnya prestasi belajar
peserta didik. Oleh karena itu, agar proses belajar mengajar berjalan lancar salah satu
upaya yaitu dengan meningkatkan kedisiplinan pada peserta didik khususnya
kedisiplinan dalam belajar.
Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian upaya meningkatkan kedisiplinan siswa
menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 2
Majalengka Tahun Pelajaran 2012/2013, yang dilakukan oleh Danang P, Nanda Dwi
P, dan Shinta Lailasari, hasil risetnya menyatakan bahwa disiplin belajar yang
dimaksut adalah keseluruhan sikap dan perbuatan yang timbul dari kesadaran diri
nya untuk belajar, dengan mentaati dan melaksanakan sebagai siswa dalam berbagai
kegiatan belajarnya disekolah, sesuai dengan peraturan yang ada. Dengan demikian
disiplin belajar yang dimaksud oleh peneliti ada relevansinya dengan yang penulis
buat yaitu pengaruh disiplin sekolah terhadap prestasi belajar siswa.6
Permasalahan yang sering terjadi adalah terdapat peserta didik yang terlambat
masuk dalam kelas, bolos, tidak pernah mencatat, suka mengobrol dengan teman,
peserta didik tidak mendengarkan dan tidak memperhatikan penjelasan guru dan
lambat dalam mengumpulkan tugas maupun PR. Hal serupa terjadi di SMP Negeri 3
Bandar Lampung khususnya kelas VIII dari pengamatan yang dilakukan selama
melaksanakan praktek pengalaman lapangan (PPL) tahun pelajaran 2016/2017.
Peneliti mengamati banyaknya peserta didik yang tidak disiplin dalam
belajar. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peserta didik yang tidak patuh dan taat
saat belajar berlangsung.7 Berdasarkan hasil wawancara Ibu Desi Ferli Yanti S.Pd di
SMP Negeri 3 Bandar Lampung, terdapat peserta didik yang terkesan tidak serius
saat belajar, berbicara dengan teman saat pelajaran berlangsung, bahkan tidak
mengikuti pelajaran. Peneliti sering menjumpai peserta didik yang kurang
memperhatikan adanya peserta didik yang datang terlambat masuk kelas, berbicara
dengan teman saat pelajaran berlangsung.
6Angga Eka Yuda Wibawa, Pengembangan model konseling kelompok behaviour dengan teknik modelling untuk meningkatkan kedisiplinan siswa SMA Kabupaten Lamongan. Tersedia on-line:http://journal,unnes.ac.id/sju/index.php/jubk.(13 april 2017)
Hal serupa diperkuat dengan adanya catatan kasus guru bimbingan konseling
di sekolah yang menyatakan beberapa peserta didik melakukan hal serupa pada jam
pelajaran berlangsung, terlihat pada tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1
Ketidakdisiplinan Belajar Kelas VIII di SMP Negeri 3 Bandar Lampung T.A 2017/2018
NO KASUS Jumlah peserta didik Presentase
1. Datang dan pulang sekolah tidak tepat
waktu 13 36,11%
2. Keluar kelas saat jam pelajaran 11 30,56%
3. Tidak mengumpulkan dan menyelesaikan tugas tepat pada waktunya
7 19,44%
4. Tidsk patuh dan menentang peraturan 5 13,89%
Jumlah 36 100%
Sumber: Data Dokumentasi Disiplin Belajar Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 3 Bandar Lampung.8
Berdasarkan tabel tersebut peserta didik mengalami ketidadisiplinan dalam belajar, terdapat 36,11% datang dan pulang sekolah tidak tepat waktu , 30,56% keluar kelas saat jam pelajaran, 19,44% tidak mengumpulkan dan menyelesaikan tugas tepat pada waktunya, 13,89% tidak patuh dan menentang peraturan.
Peneliti menyimpulkan apabila hal ini dibiarkan maka akan menyebabkan
kegagalan dalam proses belajar dan pengembangan peserta didik. Dampak
ketidakdisiplinan belajar yaitu ketinggalan pelajaran dan nilai akademik rendah.
Untuk menanggulangi hal tersebut maka diperlukan bantuan dari konselor dan guru
pembimbing untuk dapat meningkatkan kedisiplinan peserta didik terhadap tata tertib
sekolah tersebut, upaya penanggulangan yang dapat dilakukan yaitu dengan
memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling. Salah satu bantuan yang dapat
diberikan adalah konseling kelompok dengan teknik modeling. Menurut W.S Winkel
dan Sri Hastuti, konseling kelompok berlangsung dalam kelompok, dimana terjadi
interaksi antara konselor dengan beberapa konseli dan antara konseli yang satu
dengan yang lain. Namun tujuan utama bukan mengembangkan kesatuan kelompok,
melainkan membantu masing-masing anggota kelompok itu untuk menemukan
penyelesaian terhadap masalah yang memberatkan dirinya.9 Alasan penggunaan
konseling kelompok untuk mengurangi tingkat pelanggaran peserta didik terhadap
tata tertib sekolah yaitu karena fungsi dari konseling kelompok itu sendiri adalah
kuratif atau penyembuhan sehingga diharapkan peserta didik yang memiliki tingkat
kedisiplinan terhadap tata tertib rendah mampu untuk berubah dan termotivasi untuk
lebih mematuhi tata tertib sekolah sehingga dapat merubah perilakunya sendiri
menjadi lebih disiplin.
Menurut Jamal Ma’mur Asmani teknik modeling merupakan teknik yang digunakan untuk membentuk perilaku baru pada klien dan memperkuat perilaku yang sudah terbentuk.10
Sedangkan menurut Rosjidan modeling adalah suatu komponen dari suatu strategi dimana konselor menyediakan demonstrasi tentang tingkah laku yang menjadi tujuan, teknik modeling ini sesuai diterapkan pada konseli yang mempunyai kesulitan untuk belajar tanpa contoh, sehingga konseli
9Hanif Aftiani, penerapan konseling kelompok behavior untuk meningkatkan kedisiplinan
siswa, tersedia On-line: ejournal.unesa.ac.id/article/6219/13/article.pdf.(13april2017)
10 Subardi, upaya menigkatkan konsep diri siswa dalam belajar melalui teknik modeling dalam
memerlukan contoh atau model perilaku secara konkret untuk dilihat atau diamati sebagai pembelajaran pembentukan tingkah laku konseli.11
Dalam hal ini intervensi melalui konseling kelompok, dapat dilakukan dengan
teknik modeling, peneliti memilih konseling kelompok dengan teknik modeling
karena sesuai dengan tujuan umum terapi tingkah laku yakni menciptakan
kondisi-kondisi baru bagi proses belajar, dasar alasannya bahwa segenap tingkah laku adalah
dipelajari dan ditiru termasuk tingkah laku yang maladaptif. Dalam hal ini perilaku
melanggar atau tidak disiplin dapat dianggap sebagai perilaku maladaptive dan
perilaku tersebut dapat dihapus serta dirubah menjadi efektif atau adaptif sesuai yang
diinginkan yakni disiplin dan patuh terhadap tata tertib.
Berdasarkan hal tersebut maka, peserta didik membutuhkan pemahaman diri
agar mereka sadar dan bisa bertanggung jawab serta merubah perilakunya agar dapat
disiplin belajar. Guru bimbingan konseling sangat berperan penting dalam membantu
peserta didik merubah perilaku nya agar dapat disiplin dalam belajar. Dalam hal ini
dibutuhkan satu layanan yang intensis yaitu peneliti akan menggunakan layanan
konseling kelompok dengan teknik modelling untuk meningkatkan disiplin belajar
peserta didik.
Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa layanan konseling kelompok
dengan teknik modeling adalah upaya membantu peserta didik dalam menyelesaikan
permasalahannya, khususnya pada ketidakdisiplinan belajar peserta didik.
Berdasarkan pertimbangan bahwa konseling kelompok dengan teknik
modeling dapat dipergunakan untuk mencegah ketidakdisiplinan belajar peserta
didik, maka peneliti membatasi masalah umum sebagai berikut: “Efektivitas Layanan Konseling Kelompok Dengan Teknik Modeling Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Belajar Pada Peserta Didik Kelas VIII Di SMP Negeri 3 Bandar Lampung Pelajaran 2017/2018”
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pra penelitian, maka peneliti
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Terdapat peserta didik kelas VIII Di SMP Negeri 3 Bandar Lampung datang
dan pulang sekolah tidak tepat waktu;
2. Terdapat peserta didik kelas VIII Di SMP Negeri 3 Bandar Lampung keluar
kelas saat jam pelajaran;
3. Terdapat peserta didik kelas VIII Di SMP Negeri 3 Bandar Lampung tidak
mengumpulkan dan menyelesaikan tugas tepat pada waktunya;
4. Terdapat peserta didik kelas VIII Di SMP Negeri 3 Bandar Lampung tidak
patuh dan menentang peraturan;
C.Batasan Masalahs
Agar pembahasan pada penelitian ini terarah dan tidak keluar dari
permasalahan yang ada, maka peneliti hanya membahas: “Efektivitas layanan
belajar peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 3 Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 2017/2018”.
D.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang dirumuskan
adalah sebagai berikut: “Apakah Layanan Konseling Kelompok Dengan Teknik
Modeling Efektif Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Belajar Pada Pese
rta Didik Kelas VIII Di SMP Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2017/2018”?
E.Tujuan Peneliitian
Tujuan dari penelitian adalah mengetahui efektivitas layanan konseling
kelompok dengan teknik modeling dalam meningkatkan kedisiplinan belajar pada
peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2017/2018.
F.Manfaat dan Kegunaan Penelitian
1) Teoritis
Diharapkan penelitian ini mampu memberikan sumbangan ilmu dalam
bidang pendidikan khususnya bimbingan dan konseling yaitu membantu
peserta didik dalam meningkatkan kedisiplinan belajar.
a. Bagi Peserta Didik
Dapat menambah pengetahuan tentang kedisiplinan belajar serta dampaknya, sehingga dapat mengurangi ketidakdisiplinan belajar pada peserta didik.
b. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan positif bagi sekolah, khususnya dalam meningkatkan kedisiplinan belajar sehingga peserta didik dapat berkembang secara optimal, dapat dijadikan sebagai tolak ukur atas pelaksanaan dan pemanfaatan layanan konseling kelompok dengan teknik modeling secara optimal.
c. Bagi guru bimbingan dan konseling
Dapat menambah pengetahuan guru pembimbing dalam melaksanakan konseling kelompok dengan teknik modeling di sekolah terkait dengan kedisiplinan belajar, serta dapat dijadikan sebagai bahan masukan guru pembimbing dalam memberikan layanan yang tepat terhadap peserta didik sehingga konseling kelompok dengan teknik modeling dapat digunakan dalam mencegah ketidakdisiplinan belajar.
d. Bagi peneliti
G. Ruang Lingkup Penelitian
Penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini agar lebih jelas dan tidak menyimpang dari tujuan yang ditetapkan, diantaranya adalah:
1. Ruang Lingkup Objek
Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah sejauh mana konseling kelompok dengan teknik modeling dapat meningkatkan pengetahuan tentang kedisiplinan belajar.
2. Ruang Lingkup Subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 3 Bandar Lampung.
3. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 3 Bandar Lampung.
4. Ruang Lingkup Waktu
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konseling Kelompok
1. Pengertian Konseling Kelompok
Konseling berasal dari bahasa inggris “Counseling” yang dikaitkan dengaan kata “counsel” memiliki beberapa arti, yaitu nasehat (to obtain
counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan (to take counsel).
Berdasarkan arti diatas, konseling secara etimologis berati pemberian nasihat, anjuran dan pembicaraan dengan tukar pikiran.12 Sedangkan menurut jones,
shertzer dan stone dalam buku dasar-dasar bimbingan dan konseling oleh prayitno mengemukakan bahwa:
Konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman peserta didik difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan dimana ia diberikan bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan masalah tersebut. Konselor tidak
memecahkan masalah untuk peserta didik. Konseling harus ditujukan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan.13
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konseling adalah suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada peserta didik dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dengan bertukar pikiran dan cara yang sesuai dengan kemampuannya sendiri. Konseling kelompok adalah suatu bentuk konseling
12 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi) (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2007), h. 21.
13 Prayitno dan Erman A, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004),
yang dilakukan oleh konselor untuk memberikan bantuan dalam menyelesaikan permasalahan kepada sekelompok yang di dalamnya terhadap hubungan timbal balik antara konselor dengan kelompok.Menurut Latipun konseling kelompok adalah:
merupakan salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik dan pengalaman belajar.14
Menurut Dewa Ketut Sukardi konseling kelompok adalah:
konseling yang diselenggarakan dalam kelompok, dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang terjadi di dalam kelompok itu. Masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah perorangan yang muncul di dalam kelompok itu, yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang bimbingan (bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir).
Dengan demikian Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok merupakan suatu pemberian bantuan dengan memanfaatkan dinamika kelompok oleh konselor kepada beberapa peserta didik yang tergabung dalam suatu kelompok untuk memecahkan masalah kelompok.
2. Tujuan Konseling Kelompok
Menurut Dewa Ketut Sukardi, tujuan konseling kelompJok meliputi: a. melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan orang banyak; b. melatih anggota kelompok dapat bertenggang rasa terhadap teman sebayanya;
c. dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota kelompok; dan
d. mengentaskan permasalahan-permasalahan kelompok.
Menurut Prayitno, tujuan umum konseling kelompok adalah
mengembangkan kepribadian siswa untuk mengembangkan kemampuan sosial, komunikasi, kepercayaan diri, kepribadian, dan mampu memecahkan masalah yang berlandaskan ilmu dan agama. Sedangkan tujuan khusus konseling kelompok, yaitu:
a. membahas topik yang mengandung masalah aktual, hangat, dan menarik perhatian anggota kelompok;
b. terkembangnya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, dan sikap terarah kepada tingkah laku dalam bersosialisasi atau komunikasi;
c. terpecahkannya masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya imbasan pemecahan masalah bagi individu peserta konseling kelompok yang lain; dan
d. individu dapat mengatasi masalahnya dengan cepat dan tidak menimbulkan emosi.15
3. Tahapan Penyelenggara Konseling Kelompok
Sebelum diselenggarakan konseling kelompok, ada beberapa tahapan yang perlu dilaksanakan terlebih dahulu. Tahapan penyelenggaraan konseling kelompok menjadi 4 tahapan, yaitu:
1. Tahap Pembentukan
15Uswatun Sa’diah, Pengaruh Konseling kelompok menggunakan teknik behavioristik positiven
reinforcement terhadap disiplin belajar peserta didik kelas V 1 Way Dadi Bandar Lampung, tersedia
Tahap pembentukan merupakan tahap persiapan pelaksanaan konseling
pada tahap ini terutama saat pembentukan kelompok, dilakukan dengan
seleksi angggota. Ketentuan penting yang mendasari pada tahap ini adalah:16
a) adanya minat bersama (Common Interest), dikatakan demikian jika
secara potensial anggota itu memiliki kesamaan masalah dan perhatian
yang akan dibahas;
b)suka rela atau inisiatifnya sendiri, karena hal ini berhubungan dengan hak
pribadi siswa;
c) adanya kemauman berpartisipasi di dalam proses kelompok; dan
d)mampu berpartisipasi di dalam kelompok.
Proses utama tahap awal adalah orientasi dan eksplorasi. Pada
awalnya tahap ini diwarnai keraguan dan kekhawatiran tetapi juga
harapan dari peserta konseling. Namun apabila konselor mampu
memfasilitasi kondisi tersebut tahap ini memunculkan kepercayaan
terhadap kelompok. Langkah-langkah pada tahap awal kelompok adalah:
a. pembukaan pada awal proses konseling adalah pengenalan, perlibatan
diri dan pemasukan diri;
b. pada tahap ini konselor memberikan rangkaian penjelasan yang
diperlukan, mulai dari pengertian mengapa diadakan konseling
kelompok sampai prosedur atau aturan yang akan dilaksanakan pada
c. kemudian konselor mempersilahkan para siswa untuk mengutarakan
masalah yang mereka alami berkaitan tentang materi pokok yang
menjadi bahan diskusi.
2. Tahap Transisi
Tujuan tahap ini adalah membangun rasa saling percaya yang
mendorong anggota menghadapi rasa takut yang muncul pada tahap awal.
Konselor perlu memahami karakteristik dan dinamika kelompok yang
terjadi pada tahap transisi. Peran konselor pada tahap ini adalah:
a) menjelaskan kembali kegiatan konseling kelompok;
b)tanya jawab tentang kesiapan anggota untuk kegiatan lebih lanjut; dan
c) mengenali suasana apabila anggota secara keseluruhan atau sebagian
belum siap untuk memasuki tahap berikutnya dan mengatasi suasana
tersebut.
3. Tahap Kegiatan.
Tahap ini mengentaskan masalah pribadi anggota kelompok. Kegiatan ini
meliputi setiap kelompok mengemukakan masalah pribadi yang perlu
mendapatkan bantuan untuk pengentasannya. Klien menjelaskan lebih rinci
masalah yang dialami. Semua anggota ikut merespon apa yang disampaikan
anggota yang lain.
4. Tahap Pengakhiran.
Tahap ini biasa disebut juga dengan tahap tendensi /ending dimana pada
akan berakhir begitu saja. Namun masih ada kegiatan selanjutnya yang bias
dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut :17
a) Frekuensi pertemuan
Berkenaan dengan kegiatan ini hal yang Paling urgen dilihat
adalah berkaitan dengan frekuensi pertemuan yang akan dilakukan
selanjutnya. Karena untuk mendapatkan hasil yang memuaskan tentunya
tidaklah bias dilakukan dengan hanya sekali pertemuan akan tetapi hasil
yang sempurna akan dicapai jika itu dilakukan jika pertemuan itu
dilakukan lebih dari 1 kali.
b) Pembahasan keberhasilan kelompok
Pada kegiatan ini semua kegiatan kelompok harus dipusatkan
pada pembahasan dan penerapan hal-hal yang telah mereka dapatkan dan
pelajari mulai dari awal kegiatan sampai dengan akhir kegiatan agar
mereka dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
B. TEKNIK MODELING
1. Pengertian teknik modeling
Modeling (penokohan) adalah istilah yang menunjukkan terjadinya
proses belajar melalui pengamatan (observational learning) terhadap orang
lain dan perubahan terjadi melalui peniruan. Peniruan (imitation)
menunjukkan bahwa perilaku orang lain yang diamati, ditiru lebih
merupakan peniruan terhadap apa yang dilihat dan diamati. Proses belajar
melalui pengamatan menunjukkan terjadinya proses belajar setelah
mengamati perilaku pada orang lain.18Menurut Jamal Ma’mur Asmani
teknik modeling adalah:
teknik yang digunakan untuk membentuk perilaku baru pada klien
dan memperkuat perilaku yang sudah terbentuk.19Sedangkan
menurut Perry dan Furukawa modeling adalah:
proses belajar melalui observasi dimana tingkah laku dari seorang
individu atau kelompok, sebagai model, berperan sebagai
rangsangan bagi pikiran-pikiran, sikap-sikap, atau tingkah laku
sebagai bagian dari individu yang lain yang mengobservasi model
yang ditampilkan.20
Penggunaan teknik modelling digunakan karena menurut Bandura
dalam Friedman, menyatakan bahwa dalam teknik modeling menggunakan 4
jenis informasi yaitu (1) pengalaman kita dalam melakukan perilaku yang
serupa (kesuksesan dan kegagalan dimasa lalu); (2) melihat orang lain
melakukan perilaku yang kurang lebih sama; (3) persuasi verbal (bujukan
18Komalasari Gantina, dan Wahyuni Eka., Teori dan Teknik Konseling, PT. Indeks, Jakarta,2011, h, 176
19 Subardi, upaya menigkatkan konsep diri siswa dalam belajar melalui teknik modeling dalam bimbingan kelompok, tersedia on-line:ejournal.ikip-veteran.ac.id(13juni2017)
orang lain yang menyemangati atau menjatuhkan); (4) apa perasaan kita
tentang perilaku yang dimaksud (reaksi emosional).21
2. Macam-macam Modeling
a. Penokohan nyataa (live model) adalah model hidup yang
diperoleh klien dari konselor atau orang lain dalam bentuk tingkah laku yang sesuai, pengaruh sikap, dan nilai-nilai keahlian
kemasyarakatan.22 seperti: terapis, guru, anggota keluarga atau
tokoh yang dikagumi dijadikan model oleh konselsi.
b. Penokohan simbolik (symbolik model) seperti: tokoh yang dilihat
melalui film, tokoh, video, atau media lain.sss
c. Penokohan ganda (multipel model) seperti: terjadi dalam
kelompok, seorang anggota mengubah sikap dan mempelajari
sikap baru setelah mengamati anggota lain bersikap.23
3. Karakteristik Live Model
a. Karakter peduli sosial, terwujud dalam sikap dan tindakan yang
selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Karakter ini mencerminkan sikap kegotong-royongan, kepedulian sosial menghindarkan seseorang dari sifat dan sikap egois yang cenderung “cuek” pada keadaan di sekitarnya. Kepedulian sosial membuat seseorang senantiasa peduli pada dinamika sosial yang terjadi disekitarnya. Kepedulian
21Sofwan Adiputra, “Penggunaan Teknik Modeling Terhadap Perencanaan Karir Siswa”, (On-line) tersedia On-line:
http:ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus/article/view/9935.(10mei2017)
sosial juga mendorong seseorang untuk tidak tahan jika ada orang-orang disekitarnya menghadapi kesulitan.
b. Karakter tanggung jawab, terwujud dalam sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, nilai nilai tercermin dari sikap dan perilaku seseorang saat diberi amanah yang selalu menunjukkan kesungguhan untuk melaksanakan apa yang dipercayakan, serta berusaha secara optimal menyelesaikan beban tugas dengan hasil yang baik.
c. Karakter bersahabat/komunikatif, terwujud dalam sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.24
4. Pengaruh Modeling
a. Pengambilan respon atau keterampilan baru dan
memperlihatkannya dalam perilaku baru.
b. Hilangnya respon takut setelah melihat tokoh melakukan sesuatu yang menimbulkan rasa takut konseli, tidak berakibat buruk bahkan berakibat positif.
c. Melalui pengamatan terhadap tokoh, seseorang terdorong untuk melakukan sesuatu yang mungkin sudah diketahui atau dipelajari dan tidak ada hambatan.25
24 Santoso, Life Model dalam Internalisasi Nilai-nilai Karakter Peduli Sosial Tanggung Jawab dan Bersahabat pada Siswa, tersedia di On-line:
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan modelling.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan
penokohan (modelling) adalah sebagai berikut:
a. Ciri model seperti; usia, status sosial, jenis kelamin, keramahan,
dan kemampuan, penting dalam meningkatkan imitasi;
b. Anak lebih suka meniru model yang standar prestasinya dalam
jangkauannya; dan
c. Anak cenderung mengimitasi orang tuanya yang hangat dan
terbuka. Gadis lebih mengimitasi ibunya.26
Dalam teknik modelling ada beberapa tahapan yang dapat
digunakan dalam memberikan layanan kepada individu atau kelompok
agar dalam proses pemberian layanan dapat berjalan dengan baik.
Bandura dalam Dede Rahmat Hidayat, “menemukan tahapan dalam
proses yang mengatur pembelajaran melalui modelling, yaitu:
a. Proses Memperhatikan
Beberapa variabel yang turut berpengaruh terhadap proses
belajar diantaranya berkaitan dengan karakteristik model, sifat
kegiatan, dan orang yang menjadi subjek. Model yang sangat
menarik lebih diperhatikan dibandingkan dengan model yang
memiliki daya tarik interperonal yang rendah.
b. Proses Retensi
Ketika mengamati perilaku seseorang dan segera
menirunya, maka kita akan menggunakannya sebagai panduan
untuk bertindak pada kesempatan lain. Ada dua bentuk sistem
simbol atau representasi yang membantu belajar observasional,
yaitu imaginatif dan verbal.
Representasi modelling dapat mengarahkan pada pola
respon yang baru harus dapat direpresentasikan secara simpolis
dalam ingatan. Representasi perlu disimbolisasikan dalam bentuk
verbal, karena beberapa observasi dipertahankan dalam bentuk
gambaran dan alat dimunculkan tanpa adanya model secara fisik.
c. Proses Reproduksi Motorik
Dalam rangka meniru model, seorang individu harus
mengubah representasi simbolis dari pengamatan kebentuk
tindakan. Perilaku yang muncul harus memiliki kesamaan
dengan perilaku asal.
Proses reproduksi motorik harus melibatkan empat sub
tahapan, yaitu organisasi respon kognitif, inisiasi respons,
pemantauan respons, dan penyempurnaan respons. Setelah
memperhatikan model dan mempertahankan apa yang telah
diobservasi, kemudian kita memproduksi dengan perilaku
baru.
Pembelajaran melalui observasi paling efektif terjadi
apabila pihak yang belajar termotivasi untuk melakukan
perilaku yang ditiru. Perhatian dan representasi dapat
berakibat dapat berakibat pada pengumpulan informasi untuk
belajar, namun pertama difasilitasi oleh motivasi untuk
melakukan perlaku tertentu.27
C. Disiplin Belajar
1. Pengertian Disiplin Belajar
Secara umum diakui, dalam rangka mencapai tujuan organisasi
termasuk organisasi sekolah diperlukan banyak faktor, salah satunya adalah
disiplin. Disiplin berarti ketaatan, kepatuhan pada peraturan atau tata tertib dan
sebagainya.
Menurut Harbangun Siagian, disiplin adalah kadar atau derajar
kepatuhan peserta didik terhadap aturan atau ketentuan yang ada disekolah.
Menurut Amir Danien Indrakusuma, disiplin berarti adanya kesediaan
untuk memenuhi peraturan-peraturan dan larangan-larangan tanpa adanya
paksaan.
Kemudian pengertian belajar menurut Slameto adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.28
Dari beberapa pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa
kedisiplinan belajar adalah kadar atau derajat kepatuhan peserta didik terhadap
peraturan-peraturan dan tata tertib sekolah untuk memperoleh kondisi yang
lebih baik dengan menjadikan disiplin sebagai kontrol penguasaan diri yang
dilakukan tanpa adanya paksaan.
Disiplin sangat penting bagi peserta didik, oleh karena itu kedisiplian
harus ditanamkan secara terus-menerus kepada peserta didik, jika disiplin
ditanamkan secara terus-menerus maka disiplin tersebut akan menjadi
kebiasaan bagi peserta didik. Orang-orang yang berhasil dalam bidangnya
masing-masing umumnya memiliki kedisiplinan yang tinggi, sehingga
kedisiplina menduduki tempat penting bagi dunia pendidikan dan perlu
ditanamkan pada diri anak sejak dini. Melalui kedisiplinan, sekolah tidak hanya
sekedar mengembangkan kemampuan intelektual para peserta didik, melainkan
juga memberikan sumbangan dasar bagi persiapan moral anak didik dalam
kehidupan. Menurut widodo, bentuk indisipliner siswa antara lain: perilaku
membolos, terlambat masuk sekolah, ribut dikelas, ngobrol dikelas saat guru
28 Retmono Jazib Prasojo, pengaruh perhatian orang tua dan kedisiplinan belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPS, tersedia On-line:
sedang menjelaskan mata pelajaran, tidak mengenakan atribut sekolah secara
lengkap, dan menyontek.29
Perilaku indisiplin peserta didik tersebut apabila dibiarkan akan
membawa dampak yang kurang menguntungkan terhadap prestasi belajar
maupun sikap mental para peserta didik, ketidakdisiplinan akan mengganggu
pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap kurang berkembangnya prestasi
belajar peserta didik. Oleh karena itu, agar proses belajar mengajar berjalan
lancar salah satu upaya yaitu, dengan meningkatkan disiplin belajar pada
peserta didik.
Menurut Atmosurdirjo “disiplin adalah suatu bentuk ketaatan dan
pengendalian diri erat hubungannya dengan rasionalisme, sadar dan
emosional”.30 Selain akan membuat seseorang akan memiliki kecakapan
mengenai cara belajar yang baik juga merupakan proses pembentukan watak
yang baik dalam diri seseorang. Gie memberikan pengertian disiplin sebagai
berikut “disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang
tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah
ada dengan rasa senang hati”.31
29Lilik Widosari, upaya meningkatkan kedisiplinan melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik behavior pada siswa, tersedia
online:http://download.portalgaruda.org/article.php?article=267439&val=upaya%20meningkatkan%2 0kedisiplinan%20melalui%20layanan%20bimbingan%20kelompok%20dengan%20teknik%20pada% 20siswa.(16 maret 2017)
Seorang peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah
tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di
sekolahnya, dan setiap peserta didik dituntut untuk dapat berperilaku sesuai
dengan aturan dan tata tertib yang berlaku disekolahnya. Disiplin sekolah
adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku peserta didik agar tidak
menyimpang dan dapat mendorong peserta didik untuk perilaku sesuai dengan
norma, peraturan, dan tata tertib yang berlaku disekolah.
Imron menyatakan “disiplin peserta didik sebagai suatu sikap tertib
dan teratur yang dimiliki oleh peserta didik di sekolah, tanpa ada
pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap peserta didik sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan”.32 Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan peserta didik
merupakan suatu sikap yang teratur tanpa adanya pelanggaran yang dapat
merugikan pihak manapun. Sehingga tercipta suatu keteraturan di dalam
sekolah yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran dan kegiatan akademik
berjalan dengan lancar.
Hal ini senada dengan pendapat Sofan Amri yang menyatakan
bahwa “disiplin belajar merupakan suatu bentuk kesadaran tindakan
untuk belajar seperti disiplin mengikuti pelajaran, ketepatan dalam
menyelesaikan tugas, kedisiplinan dalam mengikuti ujian, kedisiplinan
dalam menepati jadwal, belajar, kedisiplinan dalam menaati tata tertib
yang berpengaruh langsung terhadap cara dan teknik siswa dalam
belajar yang hasilnya dapat dilihat dari prestasi belajar yang
dicapai”.33 Sofan juga mengungkapkan bahwa ”disiplin belajar
merupakan sikap yang terbentuk melalui proses dari serangkaian
perilaku yang menunjukkan nilai-nilai individu ketaatan dan ketentuan
berdasarkan acuan nilai moral individu untuk memperoleh perubahan
tingkah laku yang mencakup perubahan berfikir, sikap, dan tindakan
yang sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan
seseorang dalam belajar secara konsisten dan konsekuen dalam usaha
untuk mendapatkan kepandaian ilmu”.34
Pembiasaan diri dalam belajar merupakan hal yang penting,
karena dengan membiasakan diri secara teratur dalam belajar peserta didik dapat
meningkatkan pengetahuannya di dalam pembelajaran dan akan membentuk pribadi
dan watak individu yang lebih baik.
2. Tujuan Disiplin
Penanaman dan penerapan sikap disiplin dalam pendidikan tidak
dimunculkan sebagai suatu tindakan pengekangan atau pembatasan kebebasan
peserta didik dalam melakukan perbuatan sekehendaknya, akan tetapi hal itu
tidak lebih sebagai tindakan pengarahan kepada sikap yang bertanggung jawab
33Sofan Amri, pengembangan dan model pembelajaran dalam kurikulum 2013, Jakarta, PT. Prestasi Pustakaraya, 2013, h,168
dan mempunyai cara hidup yang baik dan teratur sehingga peserta didik tidak
merasakan bahwa disiplin merupakan beban, tetapi disiplin merupakan suatu
kebutuhan bagi dirinya dalam menjalankan tugas sehari-hari. Adapun tujuan
disiplin menurut Charles adalah:35
a. tujuan jangka pendek yaitu supaya anak terlatih dan terkontrol dengan
ajaran yang pantas; dan
b. tujuan jangka panjang yaitu untuk mengembangkan dan pengendalian
diri anak tanpa pengaruh pengendalian diri luar.
Sedangkan menurut Rimm tujuan disiplin adalah mengarahkan
anak agar mereka belajar mengenal hak-hak baik yang merupakan
persiapan bagi masadewasa, saat mereka sangat bergantung pada disiplin
diri. Diharapkan, kelak disiplin diri mereka akan membuat hidup mereka
bahagia, berhasil, dan penuh kasih sayang.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan
memiliki tujuan diantaranya adalah megarahkan anak untuk belajar
hal-hal yang baik bagi persiapan masa dewasa dan agar anak terlatih dengan
ajaran yang pantas, selain itu terdapat tujuan jangka panjang yaitu
megembangkan dan mengendalikan diri anak terhadap pengaruh
pengendalian dari luar.
3. Manfaat Disiplin
Kedisiplinan merupakan suatu yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia. Soetjiningsih mengemukakan bahwa
disiplin harus dilatihkan kepada anak sejak awal agar anak mempunyai
kebiasaan-kebiasaan berperilaku yang baik dan tertib yang akan sangat
berguna dalam mendukung perkembangan aspek-aspek lainnya dan
untuk kehidupannnya kelak. Soetjinigsih menambahkan manfaat disiplin
adalah antara lain:
a. anak merasa aman karena ia tahu mana yang boleh dan mana yang
tidak boleh dilakukannya;
b. membantu anak menghindari perasaan bersalah dan malu akibat
perbuatan salah;
c. memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui kelompok
social;
d. merasa disayang dan diterima karena dalam proses disiplin anak
mendapat pujian bila melakukan hal baik; dan
e. membantu anak dalam mengembangkan hati nuraninya.
Dalam penjelasan diatas dapat diketahui bahwa
kedisiplinan sangat diperlukan dan harus ditanamkan kepada anak sedini
mungkin agar anak terbiasa melakukan perbuatan yang baik dan sesuai
manfaat bagi kehidupan anak, sehingga disiplin tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia.
4. Bentuk-bentuk masalah ketidak disiplinan di sekolah
Bentuk masalah ketidakdisiplinan umumnya adalah perilaku
yang melanggar peraturan atau tata tertib yang telah dibuat. Namun Aqib
mengemukakan bentuk-bentuk masalah ketidakdisiplinan dikelas atau
disekolah secara lebih khusus lagi, yaitu : a) makan dikelas; b) membuat
suara gaduh; c) kurang tepat waku; d) mengganggu peserta didik lain; e)
agresif; f) mengejek teman lain; g) tidak memperhatikan;dan h) membaca
materi lain.36
Hurlock menambahkan pelanggaran yang umum dilakukan
anak-anak di sekolah adalah seperi mencuri, menipu, berbohong,
menggunakan kata-kata kasar, merusak milik sekolah, membolos,
mengganggu teman lain dengan mengejek, menggertak, menciptakan
gangguan, membaca komik atau mengunyah permen saat pelajaran
berlangsung, berbuat gaduh dikelas, dan berkelahi dengan teman kelas.37
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin di sekolah
Terlaksananya disiplin di sekolah sangatlah penting karena
dengan disiplin peserta didik dapat belajar dengan teratur dan dapat
mengikuti peraturan atau tata tertib di sekolah sehingga kegiatan
36 Aqib, Z, Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa, (Bandung:Yrama Widya,
2006 ), h.117
pendidikan di sekolah dapat berjalan dengan kondusif. Terlaksananya
penanaman disiplin disekolah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik
faktor intern maupun faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang
datang dari dalam diri peserta didik sedangkan faktor ekstern adalah faktor
dari luar diri peserta didik.
Menurut Slameto, faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
disiplin peserta di sekolah adalah sebagai berikut :38
1. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu.
a) Kesehatan peserta didik
Kesehatan peserta didik sangat mempengaruhi peserta didik dalam
mengikuti proses belajar di sekolah. Karena kondisi kesehatan yang sehat,
peserta didik dapat lebih berkonsentrasi dalam belajar dan dapat mematuhi
segala peraturan di sekolah.
b) Minat peserta didik
Minat adalah kecendrungan dalam individu untuk tertarik pada suatu
objek atau aktifitas dan merasa senang terlibat dalam aktifitas tersebut.
Minat sangat penting pengaruhnya terhadap belajar, karena bila peserta
didik kurang berminat pada materi pelajaran yang diberikan oleh guru
maka dapat dipastikan peserta didik kurang dapat menerima pelajaran
dengan sebaik-baiknya, tetapi sebaliknya bila bahan pelajaran dapat
menarik peserta didik maka bahan pelajaran itu akan mudah dipelajari dan
diingat karena minat peserta didik dapat menambah kegiatan belajar.
c) Motivasi belajar peserta didik
Motivasi adalah dorongan dari dalam diri peserta didik untuk
melakukan kegiatan belajar. Motivasi sangat penting pengaruhnya
terhadap belajar, karena bila seorang peserta didik memiliki motivasi
belajar yang baik sudah dapat dipastikan ia akan berhasil dalam belajar
dan dapat melaksanakan disiplin di sekolah dengan baik.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar individu
itu sendiri. Faktor eksternal meliputi: lingkungan tempat tinggal peserta
didik, perhatian orang tua, dan keadaan sekolah.
7. Unsur-Unsur Disiplin Belajar
Terdapat unsur-unsur yang penting dalam perilaku disiplin, menurut
Hurlock dalam Sofan unsur pokok disiplin yaitu:
a. Peraturan sebagai pedoman perilaku
Peraturan digunakan untuk membentuk perilaku individu, peraturan
memperkenalkan individu pada perilaku yang di setujui lingkungan
sekitar. Seperti pada sekolah peserta didik diperkenalkan perilaku disiplin
yang harus diterapkan di lingkungan sekolah, sehingga nantinya akan
b. Konsistensi dalam peraturan dan dalam cara yang digunakan
mengajarkannya.
Konsistensi merupakan tingkat keseragaman atau stabilitas terhadap
peraturan yang digunakan dalam pedoman perilaku. Seperti konsistensi
dalam hukuman yang diberikan kepada peserta didik yang berperilaku
tidak sesuai dengan standar, dan dalam penghargaan bagi mereka yang
menyesuaikan.
c. Hukuman untuk pelanggaran peraturan.
Hukuman berasal dari kata kerja latin, punire yang berarti
menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan,
perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan.
Hukuman dapat menghalangi terulangnya tindakan yang tidak diinginkan,
hukuman juga dapat digunakan untuk mendidik, dalam hal ini agar
individu dapat mengetahui perbuatan mana yang baik untuk dilakukan
dan perbuatan yang tidak baik untuk dilakukan (perbuatan yang
melanggar peraturan).
d. Penghargaan untuk perilaku yang baik yang sejalan dengan peraturan
Penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi dapat berupa
kata-kata pujian, senyuman dan tepukan di punggung. Penghargaan akan
diterima setelah individu dapat menyelesaikan kewajibannya.39
Sedangkan menurut Sofan “unsur pokok yang membentuk disiplin yaitu,
sikap yang telah ada pada diri manusia dan sistem nilai budaya yang ada di
dalam masyarakat. Sikap atau attitude merupakan unsur yang hidup di dalam
jiwa manusia yang harus mampu bereaksi terhadap lingkungannya, dapat
berupa tingkah laku atau pemikiran. Sedangkan sistem nilai budaya
merupakan bagian dari budaya yang berfungsi sebagai petunjuk atau
pedoman dan penuntun bagi kelakuan manusia”.40
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut unsur-unsur disiplin belajar yaitu,
peraturan, konsistensi dalam peraturan, hukuman, penghargaan terhadap peserta
didik yang dapat meningkatkan disiplin belajar. Peserta didik yang memiliki sikap
yang baik dalam ketaatan berperilaku, maka dengan mudah dapat menyesuaikan diri
terhadap peraturan yang sudah ditetapkan.
8. Indikator Disiplin Belajar
39 Daryanto dan suryati, pendidikan karakter di sekolah. Jakarta : PT Bumi Aksara 2013. h 50.
40 Sofan Amri, pengembangan dan model pembelajaran dalam kurikulum, jakarta:PT.prestasi
Menurut Moenir “indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat
disiplin belajar peserta didik berdasarkan ketentuan disiplin waktu dan
disiplin perbuatan, yaitu:
1. Disiplin waktu, meliputi: (a) tepat waktu dalam belajar, mencakup datang
dan pulang sekolah tepat waktu; (b) tidak keluar kelas saat jam pelajaran;
dan (c) mengumpulkan dan menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
2. Disiplin Perbuatan, meliputi: (a) patuh dan tidak menentang peraturan;
(b) tidak malas belajar; (c) tidak menyuruh orang lain bekerja demi
dirinya; (d) tidak suka berbohong; dan (e) melakukan tingkah laku yang
menyenangkan, mencakup tidak mencontek, tidak membuat keributan dan
tidak mengangggu orang lain saat belajar”.41
Berdasarkan indikator tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa peserta
didik yang memiliki disiplin belajar yang tinggi merupakan peserta didik yang
memiliki kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas-tugas dan
pembelajaran yang diberikan oleh guru seperti datang ke sekolah tepat waktu, tidak
mengobrol saat jam pelajaran, tidak mencontek, dan tidak merokok dilingkungan
sekolah.
41 Khusnalia Dian Maharani, Pengaruh Disiplin Belajar dan Keaktifan Kegiatan Ekstrakulikuler Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi
D. Penelitian Relevan
Berdasarkan telaan pustaka dan kajian penulis ditemukan penelitian yang
relevan dengan penelitian penulis yaitu:
a. Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh peneliti yang bernama Ita
Roshita, meningatkan kedisiplinan siswa melalui layanan konselinng
kelompok dengan teknik modeling pada siswa kelas VIII di SMP
Negeri 2 Majalengka Tahun Pelajaran 2012/2013, hasil risetnya
menyatakan bahwa disiplin belajar yang dimaksut adalah keseluruhan
sikap dan perbuatan yang timbul dari kesadaran diri nya untuk belajar,
dengan mentaati dan melaksanakan sebagai siswa dalam berbagai
kegiatan belajarnya disekolah, sesuai dengan peraturan yang ada.
Dengan demikian disiplin belajar yang dimaksud oleh peneliti ada
relevansi nya dengan yang penulis buat yaitu pengaruh disiplin
sekolah terhadap prestasi belajar.42
b. Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Gede Sedanayasa dkk,
Efektivias Konseling Kelompok dengan Teknik Modeling dan Teknik
Asertif untuk Meningktkan Disiplin Belajar siswa kelas X SMK Negeri
2 Singajara tahun pelajaran 2012/2013, hasil penelitian ini
42 Ita Roshita, menigkatkan kedisiplinan siswa memalui layanan konseling kelompok teknik modeling, pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Majalengka tersedia
diharapkan peserta didik dapat melihat tingkah laku yang baik yang
berhubungan dengan kedisip;inan belajarnya.43
Dari beberapa hasil peneitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa layanan
konseling kelompok dengan teknik modelling dapat membantu meningkatkan
disiplin belajar peserta didik, dan mempermudah guru BK dalam menjalankan fungsi
serta program layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
E. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan sintesis tentang hubungan antara dua
variable yang disusun dari berbagai teori yang telah diseskripsikan . menutut
Sugiyono “kerangka pemikiran merupakan sintesa tentang hubungan antara
dua variabel yang di susun dari berbagai teori yang dideskripsikan.”44
Kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah layanan
konseling kelompok dengan teknik modelling dalam meningkatkan disiplin
belajar peserta didik kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3
Bandar Lampung diharapkan dapat membantu peserta didik, untuk
memahami dampak dari ketidakdisiplinan belajar peserta didik dan mencapai
perubahan yang positif setelah mengikuti konseling kelompok. Apabila
peserta didik memahami dampak dari disiplin belajar maka peserta didik akan
43Gede Sedanayasa dkk, Efektifias Konseling Kelompok dengan Teknik Modeling dan Teknik Asertif untuk Meningktkan Disiplin Belajar siswa kelas X SMK Negeri
menjadi generasi muda yang memiliki batasan dalam berperilaku, membantu
peserta didik dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi dan dapat
mengembangkan kemampuannya dalam disiplin belajar.
Berikut adalah kerangka berfikir dalam penelitian ini:
D Disiplin Belajar Rendah
Ll Layanan konseling kelompokk dengan teknik modeling
Disipin Belajar Meningkat
111.mengobrol pada saat guru menerangkan di dalam kelas, berjalan-jalan dan membuat suara gaduh saat pelajaran berlangsung.
222. Makan dan minum saat jam pelajaran berlangsung.
333. Tidak segera masuk kelas ketika bel berbunyi.
444. Membolos keluar kelas saat jam pelajaran berlangsung.
555. Mengganggu teman dan bersifat kurang sopan terhadap guru.
666. Terlambat mengumpulkan PR dan mengerjakan tugas.
111. Pre-test untuk mengetahui tingkat disiplin belajar peserta didik sebelum diberikan layanan.
322. Proses pemberian layanan konseling kelompok tehnik modeling dalam hal ini ada empat tahapan yang dilakukan yaitu: (a) taha pembetukan; (b) tahap peralihan; (c) tahap kegatan; (d) tahap pengakhiran.
333. Post-test merupakan kegiatan untuk mengetahui perubahan tingkat disiplin belajar peserta didik setelah melakukan.
Gambar I
KERANGKA BERFIKIR
F. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang
kebenarannya harus diuji empiris.45 Dengan demikian hipotesis adalah jawaban
sementara terhadap rumusan masalah dan hipotesis yang akan diuji dinamakan
hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (H0). Sementara yang dimaksud
hipotesis alternatif (Ha) adalah menyatakan saling berhubungan antara dua
variabel atau lebih, atau menyatakan adanya perbedaan dalam hal tertentu pada
kelompok-keloompok yang dibedakan. Sementara yang dimaksud hipotesis nol
(H0) adalah hipotesis yang menunjukan tidak adanya saling hubungan antara
kelompok satu dengan kelompok lain.46
Rumus uji hipotesis sebagai berikut:
H0 = kedisiplinan belajar peserta didik di sekolah tidak dapat ditingkatkan
menggunakan layanan konseling kelompok dengan teknik modelling.
Ha = kedisiplinan belajar peserta didik di sekolah dapat ditingkatkan
menggunakan layanan konseling kelompok dengan teknik modelling.
Berikut hipotesis statistiknya:
H0 : µ1 = µ2
45 Abdurrahman Fatoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, Jakarta Rineka Cipta, 2011, h. 20
Ha : µ1 ≠ µ2
Dimana:
µ1: disiplin belajar sebelum diberikan teratment layanan konseling kelompok dengan teknik modeling.
µ2 : disiplin belajar setelah diberikan teratment layanan konseling kelompok dengan teknik modeling.
Untuk menguji hipotesis, selanjutnya nilai t(thitung) dibandingkan dengan
nilai-t dari tabel distribusi t(ttabel). Cara penentuan nilai t tabel berdasarkan pada taraf
signifikan tertentu (misal α = 0,05) dan dk = n-1. Kriteria pengujian hipotesis untuk
uji yaitu:
Tolak Ha, jika thitung ≥ttabel dan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian quasi experimental. Alasan peneliti menggunakan metode ini karena, dalam rancangan
metode quasi experimental, terdapat kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.47
B. Desain Penelitian
Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non-equivalent Control Group Design. Pada dua kelompok tersebut, sama-sama dilakukan pre-test
dan post-test. Namun hanya kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan
(treatment). Desain eksperimen ini digunakan karena, pada penelitian ini terdapat
kelompok eksperimen yang akan diberikan perlakuan dan kelompok kontrol sebagai
pembanding, pada dua kelompok tersebut akan dilakukan pengukuran sebanyak dua
kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan. Pertama dilakukan pengukuran (pre-test),
kemudian pada kelompok eksperimen diberi perlakuan menggunakan konseling
kelompok dengan teknik modeling, namun pada kelompok kontrol tidak diberikan
perlakuan sepenuhnya seperti pada kelompok eksperimen, selanjutnya dilakukan
pengukuran kembali (post-test) guna melihat ada atau tidaknya pengaruh perlakuan