• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM SIMULASI APLIKASI MMSE PADA MULTIUSER DETECTION CDMA TUGAS AKHIR - Program simulasi aplikasi MMSE pada multiuser detection CDMA - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PROGRAM SIMULASI APLIKASI MMSE PADA MULTIUSER DETECTION CDMA TUGAS AKHIR - Program simulasi aplikasi MMSE pada multiuser detection CDMA - USD Repository"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Elektro

Oleh:

Nama : Jekson Sianipar

NIM : 015114074

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

(2)

FINAL PROJECT

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements

To Obtain the Sarjana Teknik Degree

In Electrical Engineering Study Program

By:

Name : Jekson Sianipar

Student Number : 015114074

ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

DEPARTMENT OF ELECTRICAL ENGINEERING

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2007

(3)
(4)
(5)
(6)

Ta kut a ka n ke g a g a la n se ha rusnya tida k me nja di a la sa n

untuk tida k me nc o ba se sua tu.

(Frederick Smith)

Ya ng te rpe nting da ri ke hidupa n buka nla h ke me na ng a n

na mun ba g a ima na be rta nding de ng a n ba ik.

(Baron Pierre de Coubertin)

Le bih ba ik be rte mpur da n ka la h da ri pa da tida k pe rna h be rte mpur

sa ma se ka li

Kupersembahkan karya tulis ini kepada :

Tuhan Yesus Kristus terkasih,

Bapak dan Ibu Tercinta,

Abang, kakak dan adikku Tersayang

Keluarga besar sianipar dan pardede tercinta,

Devi tersayang

Almamaterku Teknik Elektro USD, dan

untuk diriku sendiri

(7)

harus dapat memilih sinyal yang diinginkan dan menolak sinyal-sinyal lainnya. algoritma MMSE dapat digunakan sebagai multiuser detection pada CDMA.

Program simulasi aplikasi MMSE pada multiuser detection CDMA, akan menunjukkan bahwa estimasi bit-bit dari detektor MMSE di penerima sesuai dengan bit-bit input pada pengirim, dengan kesalahan hasil estimasi bit sangat kecil. Program akan mensimulasikan proses spreading sinyal informasi, modulasi QPSK, demodulasi QPSK, despreading pada matched filter dan proses estimasi bit pada detektor MMSE.

Kata kunci : multiuser detection, algoritma MMSE.

(8)

result of quantifying of signal from some other user. Receiver have to earn to chosen wanted signal and refuse other signal. Algorithm of MMSE serve the purpose of detection multiuser at CDMA

Simulation application program of MMSE for CDMA multiuser detection, will indicate that bits estimation of MMSE detector in receiver as according to input bits transmitter with mistake of result estimate beet very small. Simulation program will process spreading of information signal, QPSK modulation, QPSK demodulation, despreading for matched filter and process estimate bit for detector of MMSE.

Keyword: multiuser detection, Algorithm of MMSE.

(9)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas

Anugerah-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan

lancar.

Dalam proses penulisan tugas akhir ini penulis menyadari bahwa ada begitu

banyak pihak yang telah memberikan perhatian dan bantuan dengan caranya

masing-masing sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis ingin

mengucapkan terima kasih antara lain kepada :

1. Tuhan Yesus atas penyertaan dan bimbingannya.

2. Bapak Ir. Greg. Heliarko, SJ., B.ST., MA., M.Sc, selaku dekan fakultas sains dan

teknologi Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Bayu Primawan, S.T., M.Eng dan Bapak Damar Wijaya, S.T., M.T.,

selaku pembimbing I dan Pembimbing II atas bimbingan, dukungan, saran dan

kesabaran bagi penulis dari awal sampai tugas akhir ini bisa selesai.

4. Seluruh dosen teknik elektro atas ilmu yang telah diberikan selama penulis

menimba ilmu di Universitas Sanata Dharma.

5. Bapak dan ibu tercinta atas semangat, doa serta dukungan secara moril maupun

materiil.

6. Kelima saudara Sianipar ku, Jansen, Herta, Roselina, Pestaria dan Bangun atas

perhatian, dukungan dan cinta serta bantuan yang sangat berguna.

7. Abang-abang sumber inspirasi dan motivasiku: Rismon Hasiolan Sianipar,

Jimmy Silalahi, Fader Siahaan, Albert Manik, mas Koko semoga aku bisa seperti

apa yang kalian harapkan.

(10)
(11)

JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vi

INTISARI... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR CONTOH... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 2

1.4 Metodologi Penelitian ... 3

1.5 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II DASAR TEORI ... 5

2.1 Model Multiuser CDMA ... 5

2.2 Spreading codes (kode penyebar)... 7

2.2.1 Pembentukan Matriks Spreading Codes... 8

2.2.2 Proses Spreading (Penyebaran)... 10

2.3 Modulasi QPSK (Quadrature Phase Shift Keying) ... 12

2.4 Additive White Gaussian Noise (AWGN) ... 17

2.5 Demodulasi QPSK ... 20

2.6 Matched Filter (MF)...….. ... 23

(12)

3.2 Proses Pemeriksaan bit Input Pengguna ... 30

3.3 Perancangan Sub Program Spreading... 32

3.4 Perancangan Sub Program Modulasi QPSK... 33

3.5 Perancangan Sub Program Demodulasi QPSK ... 35

3.6 Perancangan Matched Filter (MF) ... 36

3.7 Proses Estimasi pada Detektor MMSE ... 37

3.8 Layout Program Simulasi ... 38

3.8.1 Tampilan Awal Program ... 38

3.8.2 Layout Program Utama ... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1 Tampilan Awal Program ... 44

4.2 Tampilan Program Utama... 45

4.3 Tampilan Input Program ... 47

4.4 Hubungan antara Proses Spreading dengan Bit-bit Input... 48

4.5 Hasil Modulasi QPSK... 53

4.6 Pengaruh AWGN pada Modulasi QPSK ... 57

4.7 Pengaruh Frekuensi Carrier Terhadap Modulasi QPSK... 61

4.8 Hasil Demodulasi QPSK ... 63

4.9 Proses Despreading pada Matched Filter... 64

4.10 Hasil Estimasi pada Detektor MMSE ... 66

BAB V PENUTUP ... 69

A. Kesimpulan... 69

B. Saran... 69

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

Gambar 2.2 Konfigurasi multiuser CDMA bagian penerima ... 6

Gambar 2.3 Konstruksi Modulator QPSK ... 12

Gambar 2.4 Konstruksi Demodulator QPSK... 20

Gambar 2.5 Matched Filter (MF) ... 23

Gambar 2.6 Detektor MMSE ... 26

Gambar 3.1 Algoritma perancangan program simulasi aplikasi MMSE pada multiuser detection CDMA ... 29

Gambar 3.2 Diagram alir proses pemeriksaan bit-bit input... 31

Gambar 3.3 Diagram alir penyebaran (spreading) ... 32

Gambar 3.4 Diagram alir sub program modulasi QPSK ... 34

Gambar 3.5 Diagram demodulasi QPSK ... 35

Gambar 3.6 Diagram alir Matched Filter... 36

Gambar 3.7 Diagram alir detektor MMSE... 37

Gambar 3.8 Perancangan tampilan awal program ... 38

Gambar 3.9 Layout program bagian pengirm (transmitter)... 40

Gambar 3.10 Layout program bagian penerima (receiver)... 40

Gambar 4.1 Tampilan awal program simulasi ... 44

Gambar 4.2 Tampilan program bagian Transmitter ... 45

Gambar 4.3 Tampilan program bagian Receiver... 46

Gambar 4.4 Tampilan menu Help ... 46

(14)

Gambar 4.7 Tampilan masukan sub program spreading ... 49

Gambar 4.8 Tampilan hasil sub program spreading... 50

Gambar 4.9 Grafik sinyal hasil proses spreading... 52

Gambar 4.10 Tampilan nilai hasil modulasi QPSK... 54

Gambar 4.11 Tampilan grafik sinyal modulasi QPSK ketiga pengguna ... 54

Gambar 4.12 Grafik grafik sinyal modulasi QPSK ketiga pengguna ... 55

Gambar 4.13 Tampilan hasil modulasi QPSK total... 57

Gambar 4.14 Tampilan grafik sinyal superposisi modulasi QPSK ... 58

Gambar 4.15 Tampilan input frekuensi carrier... 61

Gambar 4.16 Tampilan hasil modulasi QPSK dengan frekuensi carrier =10 Hz... 61

Gambar 4.17 Tampilan hasil modulasi QPSK dengan frekuensi carrier =100 Hz... 62

Gambar 4.18 Tampilan hasil modulasi QPSK dengan frekuensi carrier =200 Hz... 62

Gambar 4.19 Tampilan hasil demodulasi QPSK total ... 63

Gambar 4.20 Tampilan grafik sinyal hasil demodulasi QPSK total ... 63

Gambar 4.21 Tampilan hasil despreading... 64

Gambar 4.22 Tampilan grafik sinyal hasil despreading ketiga pengguna... 65

Gambar 4.23 Tampilan hasil Detektor MMSE ... 66

(15)

Halaman

Tabel 2.1 Logika XOR ... 11

Tabel 2.2 Tabel fasa sinyal output modulasi QPSK... 13

Tabel 4.1 Input program simulasi ... 48

Tabel 4.2 Input sub program spreading... 49

Tabel 4.3 Input modulasi QPSK masing-masing pengguna ... 53

Tabel 4.4 Hasil modulasi QPSK ketiga pengguna ... 56

Tabel 4.5 Input sub program modulasi total QPSK ... 57

Tabel 4.6 Hasil modulasi QPSK total ... 59

Tabel 4.7 Perbandingan nilai modulasi QPSK total dengan SNR = 0 dB, SNR = 8 dB dan SNR = 16.6 dB... 59

Tabel 4.8 Perbandingan dari beberapa modulasi digital ... 60

Tabel 4.9 Hasil demodulasi QPSK total ... 64

Tabel 4.10 Perbandingan hasil spreading dan despreading ... 65

Tabel 4.11 Hasil detektor MMSE ... 67

(16)

Halaman

Contoh 2.1 Proses spreading... 11

Contoh 2.2 Modulasi QPSK... 14

Contoh 2.3 Demodulasi QPSK... 21

(17)

1.1

Latar Belakang Masalah

Salah satu metode akses untuk sistem komunikasi bergerak yang

banyak digunakan saat ini selain GSM adalah CDMA (Code Division Multiple

Acces). Dengan CDMA maka setiap pengguna menggunakan frekuensi carrier

pada saat bersamaan. Pengguna yang satu dengan pengguna lainnya dibedakan

berdasarkan kode unik yang dimiliki tiap-tiap pengguna dan kode-kode

tersebut harus saling ortogonal [1].

Penerima akan menerima semua sinyal yang ditransmisikan oleh

beberapa pengguna karena sinyal tersebut menggunakan frekuensi carrier

yang sama. Proses deteksi isyarat CDMA dari pengguna yang dikehendaki

dipengaruhi oleh kondisi kanal transmisi seperti adanya multipath fading yang

menyebabkan interferensi antar simbol yang dapat menyebabkan informasi

yang dikirimkan tidak sesuai dengan yang diterima pada bagian penerima.

Oleh karena itu, pada penerima diperlukan suatu detektor yang dapat

menyeleksi sinyal-sinyal yang ditujukan kepada penerima tertentu secara tepat

dan akurat. Berbagai algoritma yang digunakan untuk menyeleksi

sinyal-sinyal yang diinginkan oleh penerima telah dikembangkan atau dimodifikasi.

Dalam tugas akhir ini algoritma MMSE (Minimum Mean Square Error) yang

digunakan sebagai detektor sinyal pada CDMA akan disimulasikan.

(18)

1.2

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tugas akhir ini bertujuan untuk menghasilkan program simulasi

multiuser detection pada CDMA dengan menggunakan algoritma MMSE

sebagai detektor bit.

Beberapa manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Dapat menambah pengetahuan tentang sistem komunikasi CDMA

dengan aplikasinya yaitu membuat simulasi aplikasi MMSE pada

multiuser detection CDMA.

2. Dapat dijadikan sebagai acuan dalam perancangan pada sistem

komunikasi CDMA khususnya bagian penerima.

1.3

Batasan Masalah

Pada penelitian ini dilakukan pembatasan masalah terhadap program

simulasi yang akan dibuat. Batasan masalah penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Banyaknya pengguna pada multiuser CDMA akan dibatasi sebanyak

tiga dengan jumlah bit sebanyak dua untuk masing-masing pengguna.

2. Sinyal tidak mengalami multipath fading untuk menyederhanakan

pembahasan .

3. Proses sinkronisasi dianggap berhasil.

4. Spreading codes yang digunakan diambil dari matriks Hadamard

(19)

5. Simulasi akan dibuat dengan program MATLAB.

1.4

Metodologi Penelitian

Pada penelitian ini, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Perumusan masalah, yaitu bagaimana mengimplementasikan algoritma

MMSE sebagai multiuser detector pada sistem komunikasi CDMA.

2. Pengumpulan dokumen pendukung berupa buku-buku dan

artikel-artikel yang berhubungan dengan teori sistem komunikasi CDMA.

3. Perancangan untuk menyelesaikan masalah, berupa perhitungan

matematis, penentuan parameter-parameter yang digunakan serta

membentuk diagram alir simulasi .

4. Menguji program simulasi yang telah dibuat.

5. Membahas dan menganalisis hasil rancangan yang diperoleh dari

program simulasi.

6. Membuat kesimpulan dari hasil pembahasan dan analisis.

1.5

Sistematika Penulisan

Keseluruhan tugas akhir ini mencakup lima bab yang disusun dalam

sistematika sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Berisi penjelasan singkat tentang latar belakang, pembatasan

masalah tujuan, manfaat, metodologi penelitian pada tugas

(20)

BAB II : Dasar Teori

Berisi teori dasar yang digunakan untuk menyelesaikan tugas

akhir ini.

BAB III : Perancangan Program Simulasi

Berisi konsep dan langkah-langkah perancangan program

simulasi aplikasi MMSE pada multiuser detection CDMA

BAB IV : Hasil dan Pembahasan

Berisi hasil simulasi dan pembahasan dari program simulasi

aplikasi MMSE pada multiuser detection CDMA.

BAB V : Kesimpulan

Berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang

(21)

2.1

Model

Multiuser

CDMA

Code Division Multiple Acces (CDMA) merupakan salah satu sistem

komunikasi yang banyak digunakan pada komunikasi seluler. Salah satu

keuntungan utama CDMA adalah akses bagi beberapa pengguna (multiple acces)

pada saat bersamaan dan menggunakan bandwidth yang sama. Gambar 2.1

menunjukkan konfigurasi multiuser CDMA pada bagian pengirim (transmitter)

[1].

Pada bagian pengirim seperti yang ditunjukkan Gambar 2.1, bit-bit

informasi bk(t) tiap-tiap pengguna akan dikalikan dengan spreading code sk(t)

yang telah dipilih sebelumnya. Proses perkalian ini disebut dengan proses Sk(t)

S1(t) b1(t)

+ b2(t)

bk(t)

S2(t)

ytotal(t) y1(t)

y2(t)

yk(t) Modulasi

Modulasi Modulasi

n(t)

Gambar 2.1 Konfigurasi multiuser CDMA bagian pengirim [1].

(22)

spreading. Hasil proses spreading masing-masing pengguna akan dimodulasi RF

dengan amplitudo Ak dan frekuensi pembawa fc yang sama. Sehingga sinyal yang

dikirimkan oleh pengirim adalah [2]

(2-1) ) ( ) ( ) ( )

(t A t b t s t

yk = k k k

Sinyal hasil modulasi masing-masing pengguna tersebut kemudian

dijumlahkan dan ditambah dengan AWGN n(t). Sinyal modulasi yang terganggu

AWGN inilah yang kemudian dikirim ke penerima. Sinyal yang terganggu

AWGN dinyatakan dengan

) ( ) ( )

(t y t n t

ytotal = k + (2-2)

atau ) ( ) ( ) ( ) ( )

(t A t b t s t n t

ytotal = k k k + (2-3)

Gambar 2.2 menunjukkan konfigurasi multiuser CDMA pada bagian

penerima. Sinyal dari beberapa pengguna ytotal(t) yang terganggu AWGN dapat

diterima sekaligus oleh penerima.

Demodulasi

Tb

0 s1(t)

b1(t)

Demodulasi

Tb

0 s2(t)

b2(t)

Demodulasi sk(t)

bk(t) ytotal(t)

ytotal(t)

ytotal(t)

Tb

0

(23)

Pada penerima, sinyal yang terganggu AWGN akan didemodulasi oleh

masing-masing pengguna untuk mendapatkan besar tegangan maksimumnya.

Hasil demodulasi kemudian dikalikan dengan spreading codes seperti yang

digunakan pada proses spreading bagian pengirim. Proses perkalian antara hasil

demodulasi dengan spreading codes pada penerima disebut dengan despreading.

Despreading bertujuan untuk mendapatkan kembali bentuk sinyal yang

diinginkan oleh tiap-tiap pengguna pada penerima.

Pada detektor bit, hasil proses despreading ini digunakan sebagai acuan

dalam menentukan bentuk bit yang diterima. Bit yang diterima tersebut setelah

dikonversi akan berbentuk kode biner (0 atau 1).

2.2

Spreading Codes

(Kode Penyebar)

Spreading codes merupakan kode yang digunakan sebagai kode penyebar

data informasi dalam sistem komunikasi CDMA. Kode ini sangat penting untuk

mengurangi pengaruh interferensi sehingga pengguna yang satu tidak akan

mengganggu pengguna yang lain, walaupun menggunakan frekuensi yang sama.

Kemampuan spreading codes ini didasarkan pada sifatnya yang ortogonal.

Suatu kode dikatakan ortogonal dengan kode yang lain apabila kedua kode

tersebut memiliki korelasi-silang (cross-correlation) sama dengan nol. Spreading

codes dibentuk menggunakan matriks Hadamard yang merupakan matriks yang

(24)

2.2.1. Pembentukan Matriks Spreading Codes

Secara sederhana matriks spreading codes dihasilkan dengan memulai

sebuah matriks dengan nilai 0, mengulang nilai 0 secara horisontal dan vertikal

serta membalik nilai 0 menjadi 1 secara diagonal. Proses ini akan dilanjutkan

dengan membuat blok-blok baru sehingga menghasilkan spreading codes dengan

panjang kode yang diinginkan. Spreading codes dibentuk dengan cara [2] :

H2N = ⎥

⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ N N N N H H H H (2-4)

dengan notasi 2N adalah besar orde dan HN adalah invers matriks dari . Bila

N =1, maka mempunyai 2 kemungkinan, yaitu

N

H

N

H

H2 = ⎥ (2-5)

⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ 0 1 1 1 atau

H2 = ⎥ (2-6)

⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ 1 0 0 0

Pembentukan spreading codes untuk besar orde sama dengan 4 ( 2N = 4 ) menjadi

H4 = ⎥

⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ 2 2 2 2 H H H H (2-7)

Dari persamaan (2-4), pembentukan spreading codes dengan orde sama dengan 4

(H4) dapat dituliskan sebagai

H4 = (2-8)

(25)

atau H4 = (2-9) ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0

Empat set spreading codes yang saling ortogonal seperti yang ditunjukkan

persamaan (2-8) dan persamaan (2-9) dapat dituliskan sebagai

[

1 1 1 1

]

1 =

w atau w1 =

[

0 0 0 0

]

[

1 0 1 0

]

2 =

w atau w2 =

[

0 1 0 1

]

(2-10)

[

1 1 0 0

]

3 =

w atau w3 =

[

0 0 1 1

]

[

1 0 0 1

]

4 =

w atau w4 =

[

0 1 1 0

]

Spreading codes pada persamaan (2-10) yang berbentuk sinyal biner dapat

dikonversi menjadi sinyal bipolar dengan mengubah bit 0 menjadi -1 dan bit 1

tetap 1 seperti berikut:

[

1 1 1 1

]

1 =

w atau w1 =

[

−1 −1 −1 −1

]

[

1 1 1 1

]

2 = − −

w atau w2 =

[

−1 1 −1 1

]

(2-11)

[

1 1 1 1

]

3 = − −

w atau w3 =

[

−1 −1 1 1

]

[

1 1 1 1

]

4 = − −

w atau w4 =

[

−1 1 1 −1

]

Spreading codes dikatakan bersifat ortogonal apabila memenuhi syarat-syarat

seperti berikut [2]:

1. Dot product bit satu pada satu set kode harus sama dengan satu.

2. Korelasi antara satu spreading code dengan spreading code lain pada satu

matriks Hadamard harus sama dengan nol.

(26)

Dari persamaan (2-10) dan persamaan (2-11), sifat ortogonal matriks

Hadamard berorde 4 dapat ditunjukkan melalui contoh pembuktian

w

1 dan

w

2 yang diambil pada HN = 1.

Syarat (1): R11 =

[

( )( ) ( )( ) ( )( ) ( )( )

]

4

1 1 1 1 1 1 1

1 + + +

R11 = 1

Syarat (2): R12 =

( )( ) ( )( ) ( )( ) ( )( )

1 1 + 1 −1 + 1 1 + 1 −1

R12 = 0

Syarat (3): Dari matriks H4 pada persamaan (2-9), seluruh harga spreading

codes, kecuali w1, memiliki jumlah bit 1 dan bit 0 yang sama.

Untuk HN = 1, semua elemen berisi bit 1 dan untuk HN = 0, semua

elemen berisi bit 0. Karena w1 tidak memenuhi syarat ketiga,

sehingga w1 tidak digunakan sebagai spreading codes untuk

menyebarkan bit-bit informasi. Namun w1 tetap digunakan agar

ukuran matriks menjadi n x n walaupun tidak berpengaruh pada

spreading bit-bit informasi pengguna.

2.2.2. Proses Spreading (Penyebaran)

Bit-bit input bk(t) dari tiap pengguna akan disebarkan sesuai dengan

spreading codesk(t) yang dipilih untuk tiap pengguna. Operasi XOR antara bit-bit

input dengan spreading codes dilakukan untuk mendapatkan hasil spreading.

Hasil operasi XOR tersebut akan dikonversi menjadi bentuk bipolar (+1 dan -1).

Tabel 2.1 menunjukkan tabel kebenaran logika XOR yang digunakan sebagai

(27)

Tabel 2.1 Logika XOR

A B XOR

0 0 0

1 0 1

0 1 1

1 1 0

Berdasarkan Tabel 2.1, jika A dan B bernilai sama, maka hasil operasi

XOR adalah 0 dan sebaliknya. Proses spreading masing-masing pengguna dapat

dilihat pada contoh 2.1

XOR

Hasil spreading yang berbentuk kode biner dikonversi ke dalam bentuk

bipolar sehingga menjadi y2(t): [1 1 -1 -1 -1 -1 1 1]

operasi XOR : 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 hasil spreading y2(t) : 1 1 0 0 0 0 1 1

XOR bit input b2(t) : 0 1

spreading codes2(t) : 1 1 0 0

2. Pengguna 2

Hasil spreading yang berbentuk kode biner dikonversi ke dalam bentuk bipolar sehingga menjadi y1(t): [-1 1 -1 1 1 -1 1 -1]

operasi XOR : 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 hasil spreading y1(t) : 0 1 0 1 1 0 1 0

bit input b1(t) : 1 0

spreading code s1(t) : 1 0 1 0

1. Pengguna 1

Ada tiga pengguna dengan masing-masing pengguna diberikan input sebanyak dua bit. Spreading codes yang digunakan adalah matriks Hadamard dengan orde empat (H4). Proses spreading adalah

(28)

bit input b3(t) : 1 1

spreading codes3(t) : 1 0 0 1

operasi XOR : 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 hasil spreading y3(t) : 0 1 1 0 0 1 1 0

Hasil spreading yang berbentuk kode biner dikonversi ke dalam bentuk bipolar sehingga menjadi y3(t): [-1 1 1 -1 -1 1 1 -1]

XOR

2.3

Modulasi QPSK (

Quadrature Phase Shift Keying

)

Sinyal hasil proses spreading akan dimodulasi dengan modulasi Quadrature

Phase Shift Keying (QPSK) pada masing-masing pengguna. Hasil modulasi QPSK

masing-masing pengguna adalah sinyal u(t). Gambar 2.4 memperlihatkan

kontruksi modulator QPSK yang merupakan kombinasi dua buah modulator

BPSK (Binary Phase Shift Keying) yang ortogonal atau saling tegak lurus [3].

Kanal I

Kanal Q Input yk(t) Serial to

Parallel

Cos(2Πfct)

Output u(t) Parallel to

Serial

Sin(2Πfct)

Gambar 2.3 Konstruksi Modulator QPSK [4].

Dalam modulasi QPSK, sinyal mempunyai dua komponen, yaitu In-Phase

(I) dan Quadrature (Q). Komponen I dan Q ini tidak saling berkorelasi atau saling

(29)

ortogonalitas atau saling tidak berkorelasi antara I dengan Q adalah sebagai

berikut [3]:

(

ft

)

dt ft

f k

π π

μ cos( 2 )sin 2

0

= (2-11)

,... 3 , 2 , 1 , 0 = k n

μ = 0

Karena terdiri dari dua komponen, sehingga pada suatu saat sinyal QPSK dapat

memodulasi dua bit pada satu periode simbol. Persamaan matematis modulasi

QPSK dinyatakan dengan [3]:

(2-12)

jQ I t

u( ) = +

Persamaan (2-12) dapat dituliskan kembali sebagai

) 4 2 sin( ) 4 2 cos( )

(t =V πfct+ π +V πfct+ π

u m m (2-13)

dengan Vm adalah tegangan maksimum sebesar 2 Volt, fc adalah frekuensi

pembawa (carrier frequency), t adalah perioda sinyal dan 4 π

fase sinyal modulasi.

Tabel 2.2 Tabel fasa sinyal output modulasi QPSK

Bit ganjil Bit genap Output kanal I Output kanal Q Fasa sinyal output

1 1 Vm cos (2πft + 4 π

) Vm sin (2πft + 4 π

) 450

-1 1 - Vm cos (2πft + 4 π

) Vm sin (2πft + 4 π

) 1350

-1 -1 - Vm cos (2πft + 4 π

) - Vm sin (2πft + 4 π

) 2250

1 -1 Vm cos (2πft + 4 π

) - Vm sin (2πft + 4 π

)

(30)

Dalam teknik modulasi QPSK, sinyal memiliki 4 kemungkinan nilai fasa

[4]. Tabel 2.2 adalah tabel fasa sinyal output modulasi QPSK yang menunjukkan

nilai fasa masing-masing deretan bit pada masing-masing kanal. Bit-bit hasil

proses spreading akan dimodulasi oleh masing-masing pengguna. Bit–bit tersebut

akan dibedakan berdasarkan urutannya. Bit-bit urutan ganjil masuk ke kanal I dan

dimodulasi dengan sinyal Vm cos (2πft + 4 π

). Sedangkan bit-bit urutan genap

masuk ke kanal Q dan dimodulasi dengan sinyal Vm sin (2πft + 4 π

). Hasil

modulasi pada kedua kanal (kanal I dan Q) kemudian akan dijumlahkan. Proses

modulasi QPSK secara matematis dapat dilihat pada Contoh 2.2.

I1(t) = - Vm cos (2πft +

4

π

) Q1(t) = + Vm sin (2πft +

4

π

)

I2 (t) = -Vm cos (2πft +

4

π

) Q2 (t) = + Vm sin (2πft +

4

π

)

I3(t) = + Vm cos (2πft +

4

π

) Q3 (t) = - Vm sin (2πft +

4

π

)

I4(t) = + Vm cos (2πft +

4

π

) Q4 (t) = - Vm sin (2πft +

4

π

) Bit_genap1 = [ 1 1 -1 -1 ]

Modulasi pada kanal I (Ik(t)) Modulasi pada kanal Q (Qk(t))

Bit_ganjil1 = [ -1 -1 1 1 ]

Hasil spreading pengguna 1 y1(t) : [ -1 1 -1 1 1 -1 1 -1 ]

Dengan mengambil input hasil proses spreading pada Contoh 2.1, modulasi QPSK masing-masing pengguna adalah

1. Modulasi QPSK Pengguna 1

(31)

u(t) = - 2 cos (2πft + 4

π

) + 2sin (2πft + 4

π

)

untuk t = T < t <2T

u(t) = - 2 cos (2πft + 4

π

) + 2sin (2πft + 4

π

)

untuk t = 2T <t < 3T

u(t) = 2 cos (2πft + 4

π

) - 2sin (2πft + 4

π

)

untuk t = T < t <2T

u(t) = 2cos (2πft + 4

π

) - 2sin (2πft + 4

π

)

2. Modulasi QPSK pengguna 2

Hasil spreading pengguna 2 y2(t) : [1 1 -1 -1 -1 -1 1 1]

Bit_genap2 = [ 1 -1 -1 1 ]

Bit_ganjil2 = [ 1 -1 -1 1 ]

Modulasi pada kanal I (Ik(t)) Modulasi pada kanal Q (Qk(t))

I1(t) = Vm cos (2πft +

4

π

) Q1(t) = Vm sin (2πft +

4

π

)

I2 (t) = -Vm cos (2πft +

4

π

) Q2 (t) = -Vm sin (2πft +

4

π

)

I3(t) = -Vm cos (2πft +

4

π

) Q3 (t) = - Vm sin (2πft +

4

π

)

I4(t) = Vm cos (2πft +

4

π

) Q4 (t) = Vm sin (2πft +

4

π

)

Dengan amplitudo (Vm) sinyal = 2 Volt, maka u(t) :

Untuk t = 0 < t <T

u(t) = 2 cos (2πft + 4

π

) + 2sin (2πft + 4

π

)

Untuk t = T < t <2T

u(t) = - 2 cos (2πft + 4

π

) - 2sin (2πft + 4

π

(32)

u(t) = 2cos (2πft + 4

π

) - 2sin (2πft + 4

π

) Untuk t = T < t <2T

u(t) = 2 cos (2πft + 4

π

) - 2sin (2πft + 4

π

) Untuk t = 2T <t < 3T

u(t) = - 2 cos (2πft + 4

π

) - 2sin (2πft + 4

π

)

Untuk t = T < t <2T

u(t) = 2cos (2πft + 4

π

) + 2sin (2πft + 4

π

)

3. Modulasi QPSK pengguna 3

Hasil spreading pengguna 3 y3 (t) : [ -1 1 1 - 1 -1 1 1 -1 ]

Bit_genap3 = [ -1 -1 1 1 ]

Bit_ganjil3 = [ 1 1 -1 -1 ]

Modulasi pada kanal I (Ik(t)) Modulasi pada kanal Q (Qk(t))

I1(t) = - 2 cos (2πft +

4

π

) Q1(t) = + 2 sin (2πft +

4

π

)

I2 (t) = - 2cos (2πft +

4

π

) Q2 (t) = + 2sin (2πft +

4

π

)

I3(t) = + 2cos (2πft +

4

π

) Q3 (t) = - 2 sin (2πft +

4

π

)

I4(t) = + 2cos (2πft +

4

π

) Q4 (t) = - 2sin (2πft +

4

π

)

Dengan amplitudo (Vm) sinyal = 2Volt, maka u(t) :

Untuk t = 0 < t <T

u(t) = - 2 cos (2πft + 4

π

) + 2sin (2πft + 4

π

)

Untuk t = T < t <2T

u(t) = - 2 cos (2πft + 4

π

) + 2sin (2πft + 4

π

)

(33)

2.4

Additive White Gaussian Noise

(AWGN)

Additive White Gaussian Noise adalah noise yang memiliki spektrum

frekuensi yang kontinyu dan uniform pada seluruh band frekuensi dengan

kepadatan daya tiap hertz adalah sama di seluruh pita frekuensi. AWGN memiliki

sifat Additive, White, dan Gausssian [4]. Sifat additive artinya sinyal dijumlahkan

dengan noise, sifat white artinya tidak tergantung dari frekuensi operasi sistem

dan memiliki rapat daya yang konstan, dan sifat Gausssian artinya besar tegangan

noise memiliki rapat peluang terdistribusi secara Gaussian.

Sinyal dengan persamaan (2-2 ) akan dilewatkan pada matched filter. Pada

matched filter, sinyal tersebut akan dikorelasikan dengan spreading codes yang

berkesesuaian dengan masing-masing pengguna.Sinyal tersebut dapat dinyatakan

dengan

(2-14)

[

y t n t

]

s t dt

t s t y k T k k T

total ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

0 0

= + dengan (2-15) k kk

total

y

n

y

=

+

dan

, k = 1, 2,3, …, N (2-16)

dt t s t y y k T k

kk ( ) ( )

0

=

, k = 1, 2,3, .., N (2-17)

dt t s t n n k T

k ( ) ( )

0

=

Sinyal pada persamaan (2-16) dan persamaan (2-17) dapat dibuat dalam bentuk

(34)

yang timbul dari white noise. Dengan demikian sinyal yang diterima dalam

interval waktu dapat dinyatakan sebagai

total y T t≤ ≤ 0 (2-18) ) ( ' ) ( ) ( ) ( 1 1 t n t t t k N x k N k k kk

total

y

s

n

s

y

=

+

+

= = (2-19) ) ( ' ) ( ) ( ) ( 1 t n t s t t k N k k total total

y

y

=

+

= dengan ) ( ) ( ) ( ' 1 t s n t n t n k N x k

= −

= (2-20)

Sinyal pada persamaan (2-20) muncul karena tidak adanya

ortogonalitas spreading codes yang digunakan. Karena spreading codes yang

digunakan berasal dari matriks Hadamard yang telah terbukti ortogonalitasnya,

maka sinyal noise tersebut bernilai nol. Komponen dari white noise tersebut

adalah Gaussian (distribusi normal), sehingga nilai rata-rata (u) adalah nol.

Dengan demikian variansi white noise adalah sebagai berikut : ) ( ' t n ) ( ' t n

; u = 0

(2-20)

2 2

) (n u E − =

σ

2 2 =E(n)

σ

dengan merupakan nilai ekspektasi dari noise tersebut. Dengan demikian

variansi dari noise tersebut dapat dicari dengan perhitungan sebagai berikut :

2 ) (n E (2-21)

[

]

∫∫

=TT k k

k

kn E n t n s t s dtd

n E 0 0 ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( τ τ τ =

∫∫

T k k T O k

kn N t s t s dtd

n E 0 0 ) ( ) ( ) ( 2 1 )

(35)

dengan n(t) adalah proses stokastik, yaitu proses acak elemen-elemen diskrit yang

peluang munculnya merupakan fungsi waktu. δ(t−τ) merupakan fungsi delta

yang akan bernilai satu jikat =τ dan nol jika t ≠τ sehingga persamaan (2-22) dapat disederhanakan menjadi :

=

T k k O k

kn N s t s t dt

n E 0 ) ( ) ( 2 1 )

( (2-23)

u O k

kn N

n

E δ

2 1 )

( = ; δu= 1 (2-24)

sehingga variansi (σ2) dari noise n(t)adalah sebagai berikut :

O k

kn N

n E

2 1 )

( =σ2 =

(2-25)

Karena nilai rata-rata (μ) dari white noise sama dengan nol, maka dapat

di-simpulkan bahwa:

kk k kk

total u y n y

y

u( )= ( + )= (2-26)

Nilai rata-rata dari sinyal total

(

u

(

ytotal

)

)

pada persamaan (2-26) adalah

sama dengan nilai rata-rata sinyal yang dikirim. Karena setiap dari elemen dari

white noise tersebut saling lepas, maka probabilitas total dari elemen-elemen

tersebut merupakan hasil kali dari setiap elemennya, sehingga dapat ditulis:

(

y y

)

p

(

y y

)

k N

p N k k k total k

total | | ; 1,2,...,

1

= =

=

(2-27)

Adapun Probabilitas distribusi normal dari elemen tunggal white noise tersebut

adalah [4] :

P

(

y

total |

y

kk) =

O

N

π

1

exp

⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡No kk total

y

y

2 ) (
(36)

sehingga probabilitas total dituliskan sebagai berikut :

P

(

y

total

| y

kk) =

) ( 1 2 O N N

π exp ⎥⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡

= N k kk total No

y

y

1 2 ) (

; k = 1, 2,…N (2-29)

2.5

Demodulasi QPSK

Pada demodulasi QPSK, sinyal yang diterima akan dikalikan dengan

sinyal pembawa (carrier) yang sama seperti pada pengirim (transmitter). Gambar

2.5 menunjukkan konstruksi demodulator QPSK [4].

+ T t t 2

+ T t t 2 X X

u

total (t)

ganjil

a a a

a0, 2, 4,...

Vm cos (2πft + 4

π

)

Vm sin (2πft + 4 π ) ganjil _ 4 _ 2, _ 0 _ a ,... a a , a genap _ 5 _ 3, _ 1 _ a ,... a a , a genap a a a

a1, 3, 5,...

Kanal I

Kanal Q

Gambar 2.4 Konstruksi Demodulator QPSK [4]

Pada kanal I, sinyal yang diterima dikalikan dengan gelombang cosinus

dan pada kanal Q, sinyal yang diterima dikalikan dengan gelombang sinus seperti

pada modulasi QPSK. Kemudian sinyal tersebut diintegralkan sehingga diperoleh

(37)

akan menjadi input dari matched filter. Hasil modulasi QPSK yang diterima dari

pengirim pada persamaan (2-13) akan didemodulasi dan dinyatakan dengan

dt t y T t t ) 4 t f (2 sin Vm ) 4 + t f (2 sin Vm + ) 4 + t f (2 cos Vm ) ( 2 π π π π π π + ⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧

= +

(2-30)

karena

(2-31) =

) (t

y cos(2 )sin(2 ) 0

2 =

+ dt ft ft T t t π π maka = ) (t y

+ T t t m dt V 2 2 2 ) 4 + ft (2

sin π π (2-32)

Asumsi bahwa t = 0 dan t + 2T =1, maka hasil demodulasi QPSK adalah

= ) (t y

1 0 2 2 )dt 4 + ft (2

sin π π

m V 2 ) ( 2 m V t

y = (2-33)

Karena nilai Vm = 2 volt, maka hasil = 1 untuk bit 1 dan = -1 untuk

bit 0. Dari perhitungan ini terlihat bahwa output demodulasi adalah logika 0 (-1)

atau logika 1 (+1). Sinyal yang diterima pada penerima merupakan sinyal

superposisi dari beberapa pengguna. Proses demodulasi QPSK dapat ditunjukkan

melalui Contoh 2.3.

) (t

y y(t)

Contoh 2.3

Sinyal superposisi dari ketiga penggguna pada Contoh 2.1 adalah sebagai berikut

untuk t = 0 < t <T

u(t) = - 2 cos (2πft + 4

π

) - 2sin (2πft + 4

π

(38)

u(t) = - 2 cos (2πft + 4

π

) + 3 2sin (2πft + 4

π

)

untuk t = 2T < t < 3T

u(t) = - 2 cos (2πft + 4

π

) - 2sin (2πft + 4

π

)

untuk t = 3T < t < 4T

u(t) = 3 2cos (2πft + 4

π

) - 2sin (2πft + 4

π

)

Sinyal superposisi tersebut kemudian dibedakan menurut kanalnya. sinyal superposisi pada kanal I sinyal superposisi pada kanal Q

I1(t) = - 2 cos (2πft +

4

π

) Q1(t) = - 2 sin (2πft +

4

π

)

I2 (t) = - 2cos (2πft +

4

π

) Q2 (t) = 3 2sin (2πft +

4

π

)

I3(t) = - 2 cos (2πft +

4

π

) Q3 (t) = - 2 sin (2πft +

4

π

)

I4(t) = 3 2 cos (2πft +

4

π

) Q4 (t) = - 2 sin (2πft +

4

π

)

Hasil demodulasi QPSK ketiga pengguna tersebut adalah

Demod I (1) = ft ft )dt

4 2 ( cos 2 * ) 4 2 cos( 2 1 0 π π π π + + −

Demod I (1) = -1

Demod Q (1) = ft ft )dt

4 2 ( sin 2 * ) 4 2 sin( 2 1 0 π π π π + + −

Demod Q (1) = -1

Demod I (2) = ft ft )dt

4 2 ( cos 2 * ) 4 2 cos( 2 1 0 π π π π + + −

Demod I (2) = 3

Demod Q (2) = ft ft )dt

4 2 ( sin 2 * ) 4 2 sin( 2 3 1 0 π π π π + +

Demod Q (2) = -1

Demod I (3) = ft ft )dt

4 2 ( cos 2 * ) 4 2 cos( 2 1 0 π π π π + + −

(39)

4 4

0

Demod Q (3) = -1

Demod I (4) = ft ft )dt

4 2 ( cos 2 * ) 4 2 cos( 2 3 1 0 π π π π + +

Demod I (4) = 3

Demod Q (4) = ft ft )dt

4 2 ( sin 2 * ) 4 2 sin( 2 1 0 π π π π + + −

Demod Q (4) = -1

Deretan hasil demodulasi QPSK adalah sebagai berikut:

Demod Total = [-1 -1 3 -1 -1 3 -1]

2.6

Matched Filter (MF)

Matched filter merupakan filter linear yang digunakan untuk

mengoptimalkan perbandingan daya sinyal dengan daya noise (SNR). Matched

filter memaksimalkan probabilitas kemiripan pada bit-bit yang diterima untuk

transmisi digital melalui kanal AWGN ideal. Matched filter dapat

diimplementasikan jika bentuk pulsa dan waktu pengiriman sinyal diketahui oleh

penerima [5].

ytotal(t)

Matched Filter User 1 Matched Filter User 2 Matched Filter User K y2[i] y1[i]

yk [i]

Sync k Sync 1

Sync 2

(40)

Didalam matched filter, sinyal yang masuk ke dalam setiap filter

kemudian dikalikan dengan spreading code. Persamaan sinyal gabungan yang

diterima oleh matched filter seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.5 adalah :

+ (2-34)

= ( )

)

(t Akbksk n x

total

y

dengan Ak adalah amplitudo pengguna ke-k, bk bit input pengguna ke-k, adalah

spreading code, n additivewhite gaussian noise, dan x urutan pengguna.

k

s

Jika sinyal gabungan seperti pada persamaan (2-34) dikorelasikan dengan

spreading code pada filter yang berkesesuaian, maka diperoleh korelasi silang

(cross-correlations) yang telah dinormalisasi dari spreading codes dapat

dinyatakan sebagai

(2-35)

=

= N

x

k j

jk

s

x

s

x

1 ) ( ) (

ρ

dengan cross-correlations berbentuk matriks :

⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ = MM M M M R

ρ

ρ

ρ

ρ

ρ

ρ

ρ

ρ

. . . . . . . . . . . . . . . . . 1 2 1 22 12 21 11 (2-36)

Adapun kriteria dari matriks yang digunakan adalah : • Matriks harus merupakan matriks yang simetris

• Merupakan matriks Toeplizt dengan elemen-elemen pada diagonal = 1 (normalisasi)

(2-37)

=

= N

x

j total

j

y

x

s

x
(41)

( ) ( ) ( ) ( ) 1 1 1 x x x x k k j N x N k k N x j

j A b s s n s

y ∑ ∑ ∑

= = = + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ = (2-38)

= + = N k jk k k

j

A

b

n

j

y

1

ρ

Persamaan (2-38) dapat ditulis menjadi lebih sederhana

= (2-39)

j

y

r

jAb+

n

j

dengan

1.

r

j =

[

ρj1,ρj2,ρj3,...ρjm,

]

T merupakan cross-correlations dari pengguna

ke-j dan dengan pengguna lainnya

2. A = diag (A1, A2, A3,……. AM) merupakan amplitudo dari sinyal yang

diterima.

3. bk = [ b1, b2, b3, b4,……….]T merupakan vektor bit yang diterima.

Bila persamaan output dari setiap pengguna disusun menjadi satu, maka akan

didapat : ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ M y y . . . 1 = ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ MM M M M

ρ

ρ

ρ

ρ

ρ

ρ

ρ

ρ

ρ

1 1 2 22 21 1 12 11 . . . . . . . . . . . . . . . .

+ (2-40)

⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ M A A A . . 0 0 . . . . . . . . . . . . . 0 0 0 . 0 2 1 ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ M b b b . . 2 1 ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ M n n n . . 2 1

Persamaan (2-39) dapat disajikan ke dalam notasi matriks yang lebih sederhana

dan dinyatakan dengan

y

=

RAb

+

n

(2-41)

Estimasi vektor bit yang dikirim dapat diketahui dari sinyal output dari matched

(42)

2.7

Detektor MMSE (

Minimum Mean Square Error

)

Output dari matched filter kemudian akan diproses oleh detektor MMSE.

Detektor MMSE berfungsi untuk menentukan nilai estimasi output dari matched

filter.

^ 1

b

Gambar 2.6 menunjukkan konfigurasi detektor MMSE. Output dari matched filter

masing-masing pengguna, setelah proses sinkronisasi, kemudian dimasukkan ke

dalam detektor MMSE. Hasil yang diperoleh dari detektor ini berupa nilai bit

dalam bentuk bipolar (1 atau -1).

Minimum mean square error (MMSE) adalah suatu algoritma yang

digunakan untuk memperkirakan (estimasi) suatu model parameter. Dalam

algoritma MMSE, error diperoleh dengan cara meminimalkan selisih kuadrat

rata-rata antara input dengan output. Jika w merupakan input, adalah output

dan z adalah fungsi observasi, maka persamaan algoritma MMSE dapat

dinyatakan dengan [6]

( )

z w

(2-42)

( )

⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢

⎢ ⎣ ⎡

⎟ ⎠ ⎞ ⎜

⎛ − ∧ 2

z w w E

y(t)

Gambar 2.6 Detektor MMSE [6] Sync k

Matched Filter pengguna 1

Matched Filter

pengguna 2 =

(

+ 2 −2

)

−1 A R

M δ

Matched Filter pengguna ke-k

^ 2

b

^

k

b Sync 2

(43)

Dari persamaan (2-41), y = RAb+n merupakan output dari matched filter

pengguna ke-k. Hasil output dari matched filter bergantung pada bit-bit yang

dikirim, cross-correlations dan noise. Untuk menentukan nilai estimasi output

dari matched filter, maka diperlukan suatu metode pengambilan keputusan.

Metode pengambilan keputusan ini bertujuan untuk menentukan nilai estimasi

yang diterima tersebut bernilai 1 atau -1.

Proses pengambilan keputusan pada algoritma MMSE diimplementasikan

dalam dua tahap, yaitu:

1. Menyatakan = My sebagai estimasi linear output dari matched filter.

merupakan vektor bit yang diterima dan y adalah output dari matched filter. M

adalah transformasi linear yang diperoleh dengan meminimalkan jarak antara

vektor bit yang diterima dengan vektor bit b dikirim. Hasil tranformasi

linear dinyatakan dengan persamaan (2-43).

^

b

^

b

^

b

(2-43)

⎛ −

⎛ −

∧ ∧

E

b

b

b

b

T b

min

yang ekuivalen dengan

[

2

]

min

E

b

My

M

(2-44)

dengan

x 2 =trace

{ }

xxT (2-45)

Dapat dilihat bahwa

min E

[

bMy 2

]

= min trace

{

[

Ι + −2ARA

]

−1

}

M

(44)

sehingga output dari detektor MMSE dinyatakan dengan

[

]

(

)

k y A R A b k k ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ + = − − ∧ 1 2 2 1

sgn δ (2-47)

Persamaan (2-47) dapat disederhanakan menjadi

bk

((

(

[

R A

]

)

y k

1 2 2

sgn − −

+

= δ

) )

(2-48)

dan ⎪⎭ ⎪ ⎬ ⎫ ⎪⎩ ⎪ ⎨ ⎧ = − 2 2 2 1 2 2 2 ,..., k A A diag

A δ δ

δ (2-50)

2. Untuk menentukan nilai estimasi apakah bernilai -1 atau 1, diperoleh

dengan cara membandingkan hasil estimasi tersebut terhadap level 0. Hasil

estimasi bit akhir dinyatakan dengan signum function

(2-51) ^ b ) ( ∧ b sgn ⎪ ⎪ ⎩ ⎪ ⎪ ⎨ ⎧ > = < − = ∧ 1 untuk , 1 0 untuk , 0 0 untuk , 1 ) ( ^ ^ ^ b b b b sgn

Dari persamaan (2-51), maka nilai hasil estimasi dapat diperoleh. Jika hasil

estimasi < 0, maka bit bernilai -1 dan sebaliknya. Sedangkan untuk = 0,

bit bernilai 0.

^

b

^

b

Nilai hasil estimasi kemudian akan dikonversi ke dalam bentuk biner. Bit bernilai

(45)

Program simulasi ini dibuat menggunakan Graphical User Interface (GUI) yang

disediakan oleh MATLAB®.

3.1

Algoritma Perancangan Program

Algoritma perancangan program simulasi aplikasi MMSE pada multiuser

detection CDMA dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Pembentukan hasil penyebaran (spreading)

Penjumlahan semua sinyal pengguna dengan AWGN

Modulasi QPSK masing-masing pengguna

Pemeriksaan bit-bit input

Demodulasi QPSK masing-masing pengguna

Prosespadadetektor MMSE untuk mendapatkan estimasi

bit–bit yang terkirim Proses despreading pada matched filter

Gambar 3.1. Algoritma perancangan program simulasi aplikasi MMSE pada multiuser detection CDMA.

(46)

Input dari pengguna terlebih dahulu diperiksa. Apabila input program tidak

sesuai dengan yang diinginkan, maka pengguna diminta memasukkan input lagi.

Input dari pengguna adalah sinyal biner yang mempunyai nilai 0 atau 1 kemudian

akan disebarkan (spreading) oleh spreading code sesuai dengan pilihan

masing-masing pengguna. Hasil penyebaran masing-masing-masing-masing pengguna akan dimodulasi

QPSK (Quadrature Phase Shift Keying) dan dijumlahkan dengan AWGN (Additive

White Gaussian Noise).

Pada penerima, sinyal hasil modulasi QPSK dari tiap-tiap pengguna yang

terkena AWGN tersebut didemodulasi QPSK untuk mendapatkan besar tegangan

maksimum sebagai input pada matched filter. Proses pemisahan sinyal pada matched

filter adalah dengan cara mengalikan kembali (despreading) sinyal hasil demodulasi

QPSK dengan spreading code masing-masing pengguna. Output dari matched filter

kemudian diproses oleh detektor MMSE untuk memperoleh estimasi bit-bit

masing-masing pengguna. Hasil estimasi output dari detektor MMSE digunakan untuk

menentukan bit yang terkirim.

3.2

Proses Pemeriksaan Bit

Input

Pengguna

Input dari beberapa pengguna adalah bit-bit berupa kode biner (bk) dan

sampling frequency (fs). Jumlah pengguna dalam rancangan program simulasi ini

sebanyak tiga. Masing-masing pengguna harus memasukkan kode biner sebanyak dua

(47)

Masukkan bk, fs

bk =0 atau

bk=1 ?

Konversi bkmenjadi

bipolar

Plot grafik sinyal bk

Selesai ya Tidak

Gambar 3.2. Diagram alir proses pemeriksaan bit-bit input.

Syarat yang harus dipenuhi untuk bit input bkmasing-masing pengguna adalah

bk = 0 (3-1)

atau

bk = 1 (3-2)

Selain bit input, pengguna juga harus memasukkan nilai sampling frequency

pada program. Bentuk sinyal input yang disebarkan sangat bergantung pada nilai

sampling frequency. Semakin besar nilai sampling frequency, bentuk sinyal input

yang akan disebarkan juga semakin baik. Setelah semua syarat diatas terpenuhi,

sinyal input kemudian dikonversi menjadi sinyal berbentuk bipolar. Hasil konversi

(48)

3.3

Perancangan Sub Program

Spreading

Diagram alir perancangan sub program spreading ditunjukkan pada Gambar

3.3.

Mulai

Tampilkan nilai hsl_xor_total

hasil xor <1 ? Ambil matriks

sk dan bk

Selesai ya

Tidak Pembentukan matriks

sk dan bk

Operasi xor antara sk

dengan bk

Masukkan bk, sk, dan fs

Bit 0 hasil xor di ubah menjadi -1

Bit 1 hasil xor tetap 1

hasil pengubahan disimpan sebagai hsl_xor_total

Plot nilai grafik hsl_xor_total

(49)

Sinyal input ke matched filter adalah sinyal superposisi dari beberapa pengguna

yang didemodulasi QPSK. Untuk membentuk sinyal superposisi tersebut, diperlukan

beberapa input yaitu:

1. Spreading codes

Spreading codes sk yang digunakan pada simulasi tugas akhir ini dibentuk dari

matriks Hadamard dengan ordo 4x 4 (H4). Spreading code dari tiap-tiap

pengguna akan menentukan bentuk bit yang akan disebarkan.

2. Bit input bk dari tiap pengguna.

Jumlah pengguna ditentukan sebanyak tiga dengan jumlah bit masing-masing

pengguna adalah sebanyak dua bit. Bit input dari setiap pengguna yang

dimasukkan, akan diestimasi oleh detektor MMSE sebagai hasil akhir output.

Untuk mendapatkan hasil penyebaran, dilakukan operasi logika XOR antara bit

input dengan spreading code. Bit input kemudian akan disebar sesuai dengan

spreading code yang dipilih oleh masing-masing pengguna. Hasil penyebaran

kemudian akan ditampilkan sebagai hsl_xor_total.

3.4

Perancangan Sub Program Modulasi QPSK

Input Sub program modulasi QPSK adalah hasil penyebaran masing-masing

(50)

kanal Q. Diagram alir perancangan sub program modulasi QPSK ditunjukkan pada

Gambar 3.4 .

Ambil hsl_xor_total, fc

Mulai

Selesai A x kanal I

Urutan bit ganjil

?

Inisialisasi hsl_xor_total, kanal I, kanal Q, A, fc

A x kanal Q ya

Tidak

Modulasi QPSK Total

Tampilkan hasil modulasi QPSK total yang terganggu AWGN

Tampilkan grafik hasil modulasi total yang terganggu AWGN Tampilkan modulasi

dan grafik kanal I

Tampilkan modulasi dan grafik kanal Q

Modulasi QPSK Total terganggu AWGN

(51)

Proses penyebaran akan dibedakan berdasarkan urutannya. Bit dengan urutan

ganjil akan dimodulasi dengan sinyal berbentuk cosinus dan masuk ke kanal I dan

untuk bit genap akan dimodulasi dengan sinyal berbentuk sinus dan masuk pada

kanal Q. Hasil modulasi QPSK pengguna pada masing-masing kanal kemudian akan

dijumlahkan dan ditambah dengan AWGN. Hasil modulasi QPSK masing-masing

pengguna dan hasil modulasi QPSK total kemudian akan ditampilkan bersama

dengan grafik.

3.5

Perancangan Sub Program Demodulasi QPSK

Diagram alir sub program demodulasi QPSK ditunjukkan pada Gambar 3.5.

Mulai

Masukkan hasil modulasi total yang terganggu AWGN dan fc

Demodulasi QPSK Sinyal superposisi yang

terganggu AWGN

Selesai Tampilkan nilai hasil

demodulasi QPSK

Tampilkan grafik hasil demodulasi QPSK

(52)

Input sub program ini adalah sinyal hasil modulasi QPSK yang terkena AWGN dan

frekuensi pembawa (fc). Pada demodulasi QPSK, sinyal tersebut dikalikan dengan

frekuensi pembawa (fc). Hasil yang ditampilkan oleh sub program ini terdiri dari nilai

demodulasi QPSK dan grafik.

3.6

Perancangan Matched filter (MF)

Gambar 3.6 menunjukkan diagram alir program untuk matched filter.

Mulai

Selesai Tampilkan hasil

despreading

Proses pengalian sinyal demodulasi dengan setiap spreading codes

Ubah spreading code menjadi bentuk bipolar

Masukkan hasil demodulasi QPSK dan spreading code

Tampilkan grafik sinyal hasil despreading

(53)

Pada matched filter, sinyal demodulasi QPSK kemudian dikalikan (despreading)

dengan spreading code masing-masing pengguna. Hasil despreading ditampilkan

dalam bentuk tampilan nilai dan grafiik.

3.7 Proses Estimasi pada Detektor MMSE

Gambar 3.7 menunjukkan diagram alir detektor MMSE.

Tampilkan hasil proses estimasi

Selesai Mulai

Proses estimasi untuk mendapatkan nilai bit yang

terkirim.

Bit diterjemahkan sebagai 1 Baca output

Matched Filter

Tidak

Ya Estimasi bit > 0 ?

Konversi bit output dari bentuk

polar menjadi sandi biner

Tampilkan hasil konversi

Bit diterjemahkan sebagai -1

(54)

Pada detektor MMSE, sinyal output dari matched filter akan diproses untuk

memperoleh nilai estimasi bit-bit yang terkirim. Jika nilai estimasi lebih besar dari

nol, maka diterjemahkan sebagai bit 1. Sedangkan jika nilai estimasi lebih kecil dari

nol , maka akan diterjemahkan sebagai bit -1. Hasil terjemahan bit tersebut kemudian

akan dikonversi ke dalam bentuk sandi biner.

3.8

Layout Program Simulasi

Program ini menggunakan sistem operasi Microsoft Windows XP dengan

MATLAB® sebagai bahasa pemrograman. Layout program simulasi terdiri dari dua buah tampilan, yaitu tampilan awal program dan program utama.

3.8.1

Tampilan Awal Program

Gambar 3.8 merupakan rancangan tampilan awal program simulasi.

Push button Static text Axes

(55)

Gambar 3.8 memperlihatkan sebuah form, atau dalam MATLAB biasa disebut

dengan figure. Form tersebut terdiri dari beberapa komponen, yaitu:

1. Static text, digunakan untuk menghasilkan teks berisi judul tugas akhir, nama

penulis dan universitas yang bersifat statis (tetap).

2. Axes, digunakan untuk menampilkan logo universitas dan logo MATLAB.

3. Pushbutton, terdiri dari tombol Start dan tombol Exit. Jika tombol Start ditekan, maka program akan menampilkan rancangan tampilan program

utama seperti pada Gambar 3.9. Sedangkan jika tombol Exit ditekan, maka

program akan keluar dari seluruh operasi sistem.

3.8.2

Layout Program Utama

Layout program utama merupakan rancangan secara visual untuk

implementasi program simulasi aplikasi MMSE pada multiuser detection CDMA.

Layout pada Gambar 3.8 menggunakan beberapa komponen visual yang disediakan

oleh program aplikasi MATLAB®. Layout program utama terdiri dari dua bagian, yaitu bagian pengirim (transmitter) dan bagian penerima (receiver) seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 3.9 dan Gambar 3.10. Gambar 3.9 adalah tampilan

program bagian pengirim (transmitter). Sedangkan Gambar 3.10 merupakan tampilan

program bagian penerima (receiver). Apabila tombol Next pada Gambar 3.9 ditekan,

maka program akan menampilkan rancangan tampilan bagian penerima seperti pada

(56)

Static text

uipanel Edit text

Radio button

Pop-up Menu Push button figure 1 Axes

Gambar 3.9. Layout program bagian pengirm (transmitter).

List box figure 2

(57)

Komponen-komponen visual pada layout program utama tersebut adalah:

1. Figure

Figure adalah objek yang digunakan sebagai tempat untuk merancang

program simulasi dan dapat diisi dengan komponen. Figure disebut sebagai

layout area.

2. Edit text

Edit text adalah area yang dapat digunakan sebagai tempat untuk

menuliskan satu baris text input. Pada program simulasi ini, edit text

digunakan sebagai tempat memasukkan nilai bit input, frekuensi sampling

dan frekuensi carrier. Selain sebagai input, edit text digunakan sebagai output

nilai waktu sampling, perioda sinyal, bitrate, spreading codes, hasil proses

spreading, hasil modulasi QPSK, hasil modulasi QPSK total, hasil

demodulasi QPSK total, hasil despreading sinyal, estimasi output, dan hasil

konversi bit.

3. Static text

Static text adalah area yang digunakan sebagai tempat untuk

menampilkan text informasi. Text informasi pada static text tidak dapat

diubah oleh pengguna. Pada program simulasi ini, static text digunakan untuk

menampilkan keterangan input dan tipe spreading codes (tipe 1 dan tipe 2).

4. Radio button

(58)

banyak pilihan pada suatu waktu. Pada program simulasi ini radio button

digunakan untuk memilih spreading code yang akan digunakan.

5. Pop-up menu

Pop-up menu digunakan untuk menampilkan daftar pilihan yang dapat

dipilih oleh pengguna. Pada program simulasi ini, pop-up menu digunakan

untuk memilih besarnya (AWGN) sebagai salah satu input modulasi QPSK.

6. List box

List box digunakan untuk menampilkan daftar informasi. Pada program

simulasi ini list box digunakan untuk menampilkan besarnya BER (bit error

rate) dan MMSE.

7. Axes

Axes digunakan untuk menampilkan grafik atau kurva. Pada program

simulasi ini axes digunakan sebagai tempat untuk menampilkan grafik sinyal

data informasi, hasil spreading, hasil modulasi QPSK, hasil modulasi QPSK

total, hasil demodulasi QPSK total, dan hasil despreading.

8. Push button

Push button merupakan tombol yang digunakan untuk mengeksekusi

sebuah perintah. Pada Gambar 3.9 dan Gambar 3.10 terdapat beberapa

tombol, yaitu

a. Tombol plot data yang digunakan untuk menjalankan program dengan

(59)

b. Tombol Spread yang digunakan untuk menjalankan program spreading.

Tombol ini akan menampilkan dua tampilan, yaitu hasil spreading dan

grafik sinyal spreading.

c. Tombol Modulasi yang digunakan untuk menjalankan program

modulasi. Tombol ini akan menampilkan dua tampilan, yaitu hasil

modulasi dan grafik modulasi QPSK.

d. Tombol Mod Total yang digunakan untuk menjalankan program

modulasi QPSK total sekaligus menampilkan hasil dan grafik sinyal.

e. Tombol Plot Kanal I dan Plot Kanal Q yang digunakan untuk

menampilkan grafik sinyal pada kanal I dan kanan Q

f. Tombol Next yang digunakan untuk pindah ke figure 2.

g. Tombol Demod Total yang digunakan untuk menjalankan program

demodulasi QPSK total sekaligus menampilkan hasil dan grafik sinyal.

h. Tombol Despread yang digunakan untuk menjalankan program

despreading, menampilkan hasil dan grafik sinyal.

i. Tombol Konversi Bit yang digunakan untuk menjalankan program

detektor MMSE dan menampilkan hasilnya.

j. Tombol Back yang digunakan untuk kembali ke figure 1

(60)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan hasil yang diperoleh dari progam simulasi aplikasi MMSE

pada multiuser detection CDMA yang telah dibuat menggunakan software aplikasi

Matlab 7. Perbandingan antara perhitungan secara teori dan simulasi juga akan

dibahas.

4.1.

Tampilan Awal Program Simulasi

Saat pertama kali menjalankan program simulasi, pengguna akan melihat

tampilan halaman pembuka program. Halaman pembuka berisi judul, logo dan nama

pembuat program. Tampilan halaman pembuka dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Tampilan awal program simulasi

Pada tampilan awal program terdapat dua tombol yang dapat digunakan oleh

pengguna, yaitu tombol Start dan tombol Exit. Tombol Start digunakan untuk masuk

(61)

ke program utama, sedangkan tombol Exit digunakan untuk keluar dari program

simulasi.

4.2.

Tampilan Program Utama

Program utama simulasi terdiri dari dua tampilan, yaitu tampilan program

bagian pengirim (transmitter) dan bagian penerima (receiver). Tampilan program

untuk bagian pengirim, ditunjukkan pada Gambar 4.2, terdiri dari empat sub

program, yaitu pemeriksaan bit-bit input, proses penyebaran (spreading), modulasi

QPSK dan superposisi sinyal QPSK yang terganggu AWGN. Data hasil

masing-masing proses akan ditampilkan dengan grafik.

Gambar 4.2 Tampilan program bagian Transmitter.

Sedangkan tampilan program bagian penerima (receiver), seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 4.3, juga terdiri dari beberapa sub program yaitu

(62)

detektor MMSE dan tampilan grafik hasil masing-masing proses. Tampilan program

ini akan muncul jika tombol Next pada program simulasi ditekan.

Gambar 4.3 Tampilan program bagian Receiver.

(a) (b)

(63)

Pada bagian atas program utama terdapat menu program yang berisi menu File

dan menu Help. Menu File berisi Save yang berfungsi untuk menyimpan data seluruh

hasil simulasi. Menu Help terbagi menjadi dua, yaitu submenu Help_MMSE yang

berisi dasar teori dari program simulasi ini. Sedangkan submenu Help_ProgMMSE

yang berfungsi untuk menuntun pengguna bagaimana cara memakai program ini.

Tampilan sub menu

Gambar

Gambar 2.2 Konfigurasi multiuser  CDMA bagian penerima [2].
Gambar 3.1. Algoritma perancangan program simulasi  aplikasi MMSE pada multiuser detection CDMA
Gambar 3.2. Diagram alir proses pemeriksaan bit-bit input.
Gambar 3.3. Diagram alir sub program penyebaran (spreading).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Artinya, konten pendidikan yang dirumuskan dalam Standar Kompetensi Lulusan dan dikembangkan dalam kurikulum harus menjadi dasar bagi peserta didik untuk dikembangkan dan

Lirik lagu yang disusun sedemikian rupa membuat kita terlena dalam makna eksplisit, namun apabila kita kaji dengan menggunakan analisis semiotik, kita akan mendapatkan makna

Pada penelitian ini penulis akan menentukan nilai keandalan dan berbagai indeks yang berhubungan dengan kualitas saluran penyulang 20 kV pada jaringan distribusi

Sehubungan dengan itu, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang bekerjasama dengan Pimpinan Universitas, telah memfasilitasi peneliti untuk melaksanakan penelitian

Demikian juga dengan kepemimpinan manajer yang menunjukkan kategori kurang baik dengan persentase 70%.Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa adanya hubungan yang

yang ditemukan selama pengamatan adalah Gejala serangan Penggerek Batang padi, populasi Wereng hijau dan Walang sangit (lihat gambar 4, 5 dan Lampiran 2), Hasil pengamatan rata

Yohanes Indrayono/Iman Santoso, S.E.. Yohanes Indrayono/Iman

Dalam pembuatan iklan animasi motion graphic diperlukan 3 tahap pembuatan yaitu tahap pra produksi dimana pada tahap ini terdapat 4 proses yang dilakukan penulis, proses tersebut