i
STUDI DESKRIPTIF:
ALASAN LAKI-LAKI MEMILIH PASANGAN HIDUP WARIA
BERDASARKAN TEORI HIRARKI KEBUTUHAN MASLOW
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh
Astria Novita Sari
NIM : 029114011
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
Motto
“Buat hidup lebih hidup sehingga aku dapat hidup
Dan
Mampu menghidupi sesamaku”
“Sakit dalam perjuangan itu hanya sementara, bisa jadi dirasakan
dalam semen
it, sejam, sehari, setahun.
Namun menyerah dalam perjuangan,
rasa sakit itu akan terasa selamanya.”
v
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini kupersembahkan
bagi orang-orang yang hadir dalam hidupku,
yang dengan tulus mencintaiku
dan tetap membuat adaku menjadi berarti.
Terima kasih, kalian telah mengisi hidupku
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta 16 Juni 2008
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:
Nama
: Astria Novita Sari
Nomor Mahasiswa
: 029114011
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma Karya Ilmiah saya yang berjudul:
Studi Deskriptif Mengenai Alasan Laki- laki Memilih Pasangan Hidup Waria
Berdasarkan Teori Hirarki Kebutuhan Maslow
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 16 Juni 2008
Yang menyatakan,
viii
ABSTRACT
The Reason of Men in Selecting Transsexual as Their Life Couple
Based on Maslow’s Theory of Needs Hierarchy
Astria Novita Sari
Faculty of Psychology
Sanata Dharma University
Yogyakarta
This research was conducted to deeply know about the reason of men in
selecting transsexual as their life couple based on Maslow’s Theory of Needs
Hierarchy. Maslow arranged a needs hierarchy which contains various kinds of needs,
begun from the lowest to the highest needs, i.e. physiological needs, secure needs,
love and belonging needs, esteem and self-actualization needs.
This research was qualitative research and method of research used was
descriptive qualitative. Method of data collecting used was deep interview to reveal
the reason of men in selecting transsexual as their life couple based on analysis
toward the needs of Maslow. The subject in this research comprises of three persons
by the age of 30, 38, and 23 years old. They are working as conductor of city bus,
private employees, and any of them are unemployed. These subjects had relationship
with transsexual for 4 years, 11 years and 2,5 years, respectively.
Based on analyzed data, it could be drawn conclusion that the ma les who
choose transsexual as his life couple has unfulfilled needs for current time. Since they
live with transsexual, all of their unfulfilled needs could be fulfilled by transsexual.
These two subjects which feel unfulfilled of their physiological needs had fulfilled
their needs, because all of their needs were supported by transsexual. Meanwhile, a
subject which feels unfulfilled his need of love and belonging nowadays could fulfil
their needs because transsexual could give full of care and love up to now.
ix
ABSTRAK
Alasan Laki-laki Memilih Pasangan Hidup waria
Berdasarkan Teori Hirarki Kebutuhan Maslow
Astria Novita Sari
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Penelitian ini dilakukan untuk memahami secara mendalam mengenai alasan
laki- laki memilih pasangan hidup waria berdasarkan Teori Hirarki Kebutuhan
Maslow. Maslow menyusun sebuah hiraki kebutuhan mulai dari yang paling rendah
hingga kebutuhan yang paling tinggi yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa
aman, kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan akan penghargaan dan
kebutuhan aktualisasi diri.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dan metode penelitian yang
digunakan adalah deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan
adalah wawancara mendalam untuk mengungkap alasan laki- laki memilih pasangan
hidup waria berdasarkan analisis terhadap kebutuhan-kebutuhan menurut Maslow.
Subjek dalam penelitian ini terdiri dari tiga orang laki- laki yang berusia 30 tahun, 38
tahun, dan 23 tahun. Mereka ada yang bekerja sebagai kernet bus kota, karyawan
swasta dan ada yang tidak bekerja. Subjek telah menjalin hubungan dengan waria
selama 4 tahun, 11 tahun dan 2,5 tahun.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan karya tulis ini untuk memenuhi salah satu
syarat mendapatkan gelar Sarjana Psikologi.
Terima kasih atas bantuan semua pihak yang telah mendukung penulis selama
ini dengan kritik ataupun saran, semangat, kehadiran, perhatian, gurauan, bantuan
baik mental, spritual dan materi. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang tak terhingga kepada:
1.
GOD The Almighty in Jesus Christ
…yang selalu memberikan pelangi di setiap
badai, senyum di setiap air mata, berkat di setiap cobaan dan jawab di setiap doaku.
2.
Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si
selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
3.
Ibu Sylvia Carolina. MYM, S.Psi., M.Si
selaku Dosen pembimbing Skripsi.
Terima kasih banyak telah memberikan waktu, kritik, saran serta mendengarkan
keluh kesahku selama ini, terlebih kesempatan yang sangat berarti dalam proses
penyelesaian penyusunan skripsi ini.
4.
Ibu Titik Kristiyani, S.Psi
selaku dosen pembimbing akademikku. Terima kasih
ibu untuk bimbingannya selama saya menjadi anak didik ibu, dan terima kasih atas
kesabaran yang ibu berikan dalam mengoreksi kesalahanku untuk mejadi lebih
baik.
5.
Mas Gandung, dan Mbak Nanik
yang dengan sabar melayani untuk urusan
kesekretariatan. Dan
Pak Gik
yang selalu semangat dan pantang merasa lelah,
xi
6.
Papa dan Mamaku tercinta.
Terima kasih untuk segala sesuatunya, terlebih
dukungan, doa serta harapan yang tak akan pernah lekang oleh waktu. Inilah karya
kecilku yang tidak sempurna yang aku bisa persembahkan buat Papa dan Mama.
7.
Kakakku satu-satunya ”Amex”.
Makasih atas dukungannya selama ini ya Mex
akhirnya aku lulus juga... Aku akan tetap menjadi adikmu yang ”
Nduth”
dan
menjadi
”Maskot Keluarga”
he...he...he...
8.
Mbahkung.
Terima kasih atas bantuannya selama ini karena tanpa mbahkung adek
gak bisa kuliah seperti sekarang ini.
9.
My Lovely.
Terima kasih untuk selalu menemaniku disaat aku sedang rapuh dan
jatuh. Makasih juga untuk canda tawanya selama ini yang bisa selalu buat aku
tersenyum, untuk selalu menjadi bagian dari hidupku dan aku berharap banget
untuk bisa laluin sisa hidupku denganmu…
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu dengan terbuka penulis menerima kritik dan saran demi perbaikan dan
kesempurnaan penelitian ini.
Semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak yang berkepentingan untuk
membacanya, terima kasih.
Yogyakarta 16 Juni 2008
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...
ii
HALAMAN PENGESAHAN ...
iii
HALAMAN MOTTO ...
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...
v
PERNYATAAN KEAS LIAN KARYA...
vi
ABSTRAK ...
vii
ABSTRACT
...
viii
KATA PENGANTAR...
ix
DAFTAR ISI ...
xi
DAFTAR TABEL ...
xiv
DAFTAR SKEMA ...
xv
BAB I. PENDAHULUAN ...
1
A. LATAR BELAKANG...
1
B. RUMUSAN MASALAH ...
3
C. TUJUAN PENELITIAN ...
3
D. MANFAAT PENELITIAN ...
3
BAB II. DASAR TEORI...
5
A.
WARIA ...
5
xiii
C.
KEBUTUHAN MANUSIA ...
10
1.
KEBUTUHAN SECARA UMUM ...
10
2.
KEBUTUHAN BERDASARKAN
HIRARKI KEBUTUHAN
MASLOW ...
10
1.
Kebutuhan Fisiologis ...
12
2.
Kebutuhan Rasa Aman ...
13
3.
Kebutuhan akan Cinta dan Rasa Memiliki ...
14
4.
Kebutuhan akan Penghargaan ...
15
5.
Kebutuhan Aktualisasi Diri ...
16
D.
ALASAN LAKI-LAKI MEMILIH PASANGAN HIDUP
WARIA BERDASARKAN TEORI HIRARKI KEBUTUHAN
MASLOW ...
19
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...
23
A.
JENIS PENELITIAN ...
23
B.
SUBJEK PENELITIAN ...
24
C.
METODE PENGUMPULAN DATA ...
24
1.
Wawancara ...
24
D.
ANALISIS DATA...
40
E.
KEABSAHAN DATA ...
42
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...
44
xiv
B.
HASIL PENELITIAN ...
46
1.
Deskripsi Subjek Penelitian ...
46
2.
Penyajian Data...
46
C.
PEMBAHASAN ...
83
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...
89
A.
KESIMPULAN ...
89
B.
SARAN ...
90
DAFTAR PUSTAKA ...
91
LAMPIRAN ...
94
A.
Transkrip Verbatim Wawancara Subjek I ...
95
B.
Transkrip Verbatim Wawancara Subjek II...
114
C.
Transkrip Verbatim Wawancara Subjek III ...
147
xv
DAFTAR TABEL
TABEL I. Pedoman Umum Wawancara ...
25
TABEL II. Ringkasan Analisis Kebutuhan Laki- laki yang Memilih
Pasangan Hidup waria ...
74
xvi
DAFTAR SKEMA
Skema 1 : Skema Hasil Penelitian Subjek I (Rn)...
80
Skema 2 : Skema Hasil Penelitian Subjek II (Rd) ...
81
1
BAB I
A. PENDAHULUAN
Pada saat mendengar kata “lelaki”, akan terbayang seseorang yang gagah,
jantan, pemberani, macho,
cool
dan keren. Manusia diciptakan sebagai laki- laki dan
perempuan, dimana seorang laki- laki akan berpasangan dengan perempuan dan
begitu juga sebaliknya. Mereka akan saling melengkapi satu sama lain dengan
kekurangan dan kelebihan yang mereka miliki.
Pada umumnya laki- laki akan tertarik dengan lawan jenisnya yaitu
perempuan. Keduanya akan menjalin hubungan dan memahami satu sama lain.
Mereka juga akan memperkenalkan keluarga masing- masing sehingga dapat
mengenal lebih dekat dengan keluarga pasangannya. Begitu juga dengan para orang,
mereka diperkenalkan satu sama lain agar dapat lebih mengenal. Setelah kedua pihak
saling mengenal keluarga masing- masing dan merasa cocok maka mereka akan
memutuskan untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan.
Seorang laki- laki akan mencari istri yang sejati yang dapat menjalankan tugas
dan kodratnya sebagai perempuan seperti melahirkan, menyusui, memasak, mengurus
rumah tangga dan mendidik anak dengan baik. Mereka akan hidup sebagai suami istri
dan menjalankan tugas serta kewajibannya sebagai suami dan istri. Berbeda dengan
pasangan pada umumnya dimana laki- laki akan menyukai lawan jenisnya yaitu
(singkatan dari wanita dan pria) bahkan sampai tinggal bersama dengannya (Heuken
dalam Koeswinarno, 1996).
Padahal secara fisik, waria adalah seorang laki- laki yang mengidentifikasikan
dirinya sebagai seorang perempuan dengan cara berpenampilan dan berdandan seperti
perempuan. Waria ingin menj adi wanita sepenuhnya maka cara yang mereka gunakan
adalah berperan sebagai perempuan dan bertingkah laku sebagai perempuan, bahkan
sifatnya yang feminin lebih terlihat jelas dibandingkan perempuan normal. Maka
sebagai wanita, waria akan menyukai laki- laki normal dalam arti laki- laki itu tidak
”sakit” atau bukan seorang homoseksual. Laki- laki dan waria akan hidup bersama
seperti suami istri pada umumnya, tetapi waria tetap tidak bisa menjalankan kodrat
sebagai perempuan seperti melahirkan dan menyusui walaupun penampilan dan
tingkah lakunya seperti perempuan.
Dalam masyarakat, waria masih belum bisa diterima dengan baik begitu juga
laki- laki yang hidup bersama waria karena mereka berbeda dengan pasangan pada
umumnya. Keluarga mereka pun biasanya tidak setuju jika anaknya yang laki- laki
menyukai dan hidup bersama dengan waria karena hal itu dianggap tidak wajar.
Begitu juga dengan masyarakat, mereka akan menganggap hal itu aneh bahkan
sebagian dari masyarakat menganggap ”jijik” terhadap waria (www.
Google/waria.com, 4 Desember 2006). Masyarakat akan lebih menerima pasangan
yang normal yaitu laki- laki dan perempuan yang memang pada dasarnya sudah
ditakdirkan untuk berpasangan. Tetapi ada juga masyarakat yang tidak terlalu peduli
masyarakat sekitar. Selain itu, waria dan pasangannya juga mau mengikuti peraturan
yang ada di masyarakat misalnya seperti ronda malam, jimpitan beras dan iuran-iuran
yang lain sehingga masyarakat bisa mene rimanya.
Kehidupan laki- laki bersama waria memang merupakan hal yang tidak biasa,
maka tanggapan masyarakat terhadap hal tersebut juga berbeda-beda. Ada yang
beranggapan biasa saja yang penting tidak mengganggu masyarakat tetapi ada juga
yang mengganggap ”jijik” hal tersebut.
Adanya beberapa pikiran dan pertanyaan yang muncul inilah yang membuat
peneliti merasa tertarik akan kehidupan laki- laki yang memilih pasangan hidup waria.
Maka dari itu, peneliti akan mencoba mengkaji dan melihat secara objektif mengenai
alasan laki- laki memilih pasangan hidup waria dan bagaimana kehidupan sehari- hari
mereka di tengah-tengah masyarakat.
B.
Rumusan Masalah
Apa alasan laki- laki memilih pasangan hidup waria berdasarkan Teori Hirarki
Kebutuhan Maslow ?
C.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan laki- laki memilih pasangan
D.
Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini antara lain :
1.
Manfaat Teoritis
a.
Pene litian ini ingin menyumbangkan suatu informasi mengenai
faktor-faktor yang menyebabkan seorang lelaki menyukai seorang waria dan
menjadi kekasihnya.
b.
Penambahan kajian dalam bidang Psikologi, khususnya dalam Psikologi
Klinis mengenai faktor yang menyebabkan seorang lelaki menyukai
waria.
2.
Manfaat Praktis
a.
Penelitian ini dapat menginformasikan kepada masyarakat mengenai
keberadaan lelaki yang menyukai seorang waria. Sehingga masyarakat
dapat berpandangan lebih objektif, lebih toleransi, lebih humanis dan
dapat lebih memahami adanya fenomena ini dalam masyarakat.
b.
Dengan adanya sikap toleransi dan humanis terhadap kehidupan atau
fenomena tersebut, maka akan tercipta kondisi masyarakat atau
komunitas yang sehat dan ada keselarasan antara masyarakat dengan
kelompok mereka yaitu seorang lelaki yang menyukai waria., dengan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Waria
Definisi waria, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), adalah
kependekan dari wanita pria, pria yang berjiwa dan bertingkah laku seperti wanita;
pria yang mempunyai perasaan seperti wanita. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia karangan Yus Badudu-Zain (1998), juga dikatakan bahwa waria yang
merupakan kependekan dari wanita pria, merupakan pria yang jiwa, tingkah laku,
serta fisiknya bersifat wanita atau kewanita-wanitaan memang bukan dibuat-buat,
tetapi merupakan bawaan dari lahir (Pria-pria Jelita Upaya Miring Fantasi &
Penyimpangan Seks).
Boellstorff (2003) juga mengungkapkan bahwa waria adalah akronim dari
wanita dan pria, secara kasar bisa diartikan sebagai
male transvestite
atau laki- laki
yang berpenampilan seperti seorang perempuan.
Drs. Marcel Latuihamallo, Msc, Ketua Mitra Indonesia, memaparkan bahwa
pada dasarnya secara fisiologis, waria itu sebenarnya adalah pria. Namun pria ini
mengidentifikasikan dirinya menjadi seorang wanita. Misalnya, dalam penampilan
dandanannya, mereka mengenakan busana dan aksesori seperti halnya wanita, bahkan
kadang aksesoris dan dandanannya terlihat berlebihan. Dalam pengertian secara
secara psikis cenderung bertingkah laku sebagai orang dari jenis kelamin yang
berlainan (Koeswinarno, 1996 dan P. Esty dan Sugoto, 1998).
Wenas (Yanti dalam P. Esty dan Sugoto, 1998) mengatakan bahwa istilah
waria sendiri memang ditujukan untuk penderita transseksual atau seseorang yang
memiliki fisik berbeda dengan keadaan jiwanya. Huffman, K., Vernoy, M., Vernoy, J
(1997) mengungkapkan bahwa transseksualisme adalah ketika seseorang secara fisik
memiliki jenis kelamin tertentu tetapi secara psikologis berlawanan dan memiliki
keinginan yang kuat untuk mengubah tubuhnya secara fisik dengan jenis kelamin
yang berlawanan dengan yang dimilikinya. Sejalan dengan definisi tersebut, menurut
PPDGJ III F.64.0, transseksualisme adalah suatu hasrat untuk hidup dan diterima
sebagai anggota dari kelompok lawan jenisnya.
Edwards (2000) berpendapat bahwa transseksual adalah laki- laki atau
perempuan yang merasa identitas seksualnya inkongruen dengan realita secara
anatomis dan secara aktif berusaha untuk menyelesaikan konflik ini melalui tinjauan
ulang fungsi seksual sesuai tugasnya.
Maka sampai saat ini posisi waria masih belum dapat diakui dan diterima,
dalam arti mereka tidak seperti layaknya laki- laki dan perempuan yang memiliki
kedudukan atau status yang jelas dalam masyarakat kita. Seperti yang dipaparkan
oleh Dede Oetomo (Jawa Pos, 11 Mei 2000), kaum waria belum diterima para
pemuda metropolis. Mereka menganggap kehidupan waria itu norak dan vulgar.
Penolakan terhadap mereka tidak hanya sebatas “jijik”, tetapi sampai pada
waria juga merupakan bagian komunitas dari manusia normal. Kaum waria sendiri
sebenarnya sangat terbuka, khususnya di kalangan masyarakat bawah, akan tetapi di
masyarakat secara luas dapat dikatakan bahwa keberadaan mereka antara diakui dan
ditolak.
Perubahan seorang laki- laki menjadi waria akan merubah kebiasaan dan
kegemaran mereka menjadi sebagaimana seorang perempuan. Mereka benar-benar
ingin menjadi wanita sepenuhnya, sehingga cara yang mereka gunakan adalah
berperan sebagai wanita dan berdandan serta bertingkah sebagai wanita untuk
mendapatkan kepuasan. Hal ini juga menjurus pada perilaku seks mereka. Secara
psikologis, mereka yang merasa dirinya sebagai perempuan akan cenderung mencari
pasangan (seks) seorang laki- laki (Koeswinarno, 1996). Dalam Koeswinarno (1989)
diungkapkan bahwa seorang waria tidak akan melayani seorang laki- laki yang
mengidap kelainan sebagai homoseks. Dalam pemuasan dorongan seksnya, waria
melakukan hubungan seks dengan seorang laki- laki yang normal dalam arti bahwa
laki- laki itu tidak ”sakit” atau bukan seorang homoseksual.
Tidaklah mudah bagi waria untuk menjalin hubungan dengan orang lain,
apalagi dalam mencari pasangan atau kekasih. Maka seorang waria biasanya akan
mengorbankan segala sesuatu yang dimilikinya untuk membuat pasangannya senang
sehingga laki- laki itu tidak meninggalkan dirinya. Bagi waria uang bukan menjadi hal
yang sangat penting, tetapi kesenangan dan kepuasan dari laki- lakilah yang lebih ia
butuhkan. Maka asalkan laki- laki itu dapat memenuhi kebutuhan waria maka waria
Hal ini dapat kita lihat dalam budaya waria yang terdapat pada pertunjukkan
seni tradisional seperti kesenian warok Ponorogo. Warok dikisahkan sebagai orang
yang sangat sakti dan untuk mempertahankan kesaktiannya mereka memelihara
gemblak, yaitu laki- laki muda yang umumnya berusia antara 9 – 17 tahun. Gemblak
ini bertugas sebagai pelayan rumah tangga sekaligus sebagai pemuas seksual bagi
Sang Warok yang sedang menimba ilmu. Mereka kerap diperlakukan sebagai seorang
waria, baik dalam perilaku maupun pena mpilan. Koeswinarno (1996)
mengungkapkan bahwa ada beberapa waria yang ditemukan dalam penelitian pernah
menjadi gemblak.
Waria sering digunakan untuk pelampiasan nafsu laki- laki saja. Seperti yang
terdapat di Oman ,waria yang bekerja sebagai pelacur sering dikenal dengan
Xanith
yang lebih berfungsi sebagai pelacur dengan harga yang lebih murah dibandingkan
dengan pelacur wanita (Koeswinarno,1996). Laki- laki yang hanya ingin mencari
kepuasan namun tidak mau mengeluarkan uang yang banyak akan memilih waria
B. Perbedaan Waria dan Homoseksual
Secara umum waria didefinisikan sebagai individu yang secara fisik laki- laki
namun secara kejiwaan mereka adalah wanita. Persepsi diri semacam ini
menimbulkan keinginan untuk mengubah jenis kelamin mereka ke dalam bentuk
yang berlawanan. Manifestasi yang muncul adalah bagaimana mengekspresikan diri
seperti seorang wanita. Selain itu, secara seksual mereka memiliki ketertarikan
kepada sesama jenis, yaitu laki- laki.
Sebaliknya, homoseksual adalah seseorang yang memiliki ketertarikan secara
romantis dan seksual kepada anggota jenis kelamin yang sama. Namun, mereka tidak
mempersepsi identitas mereka sebagai anggota dari lawan jenis dan tidak berusaha
untuk menjadi anggota dari jenis kelamin yang berlawanan.
Waria merasa dirinya sebagai wanita walaupun mempunyai organ kelamin
pria normal. Karena merasa sebagai wanita, waria ingin berpenampilan seperti
mereka dan tertarik pada pria. Sedangkan pria homoseksual menyadari bahwa dirinya
adalah seorang laki- laki, tetapi tertarik pada sesama jenis, karena menyadari dirinya
seorang laki- laki, seorang homoseksual pria bisa jadi berpenampilan sangat maskulin
(Kompas, 17 Maret 2003).
Penelitian yang dilakukan oleh Langevin,et. al (1978) menunjukkan bahwa
tingkat femininitas waria lebih tinggi daripada laki- laki homoseksual. Maka dengan
femininitas yang ia miliki biasanya waria menjalin hubungan dengan laki- laki
C. KEBUTUHAN MANUSIA
1.
Kebutuhan Secara Umum
Kartono (1987) mendefinisikan kebutuhan sebagai setiap kekurangan yang
ada pada individu sebagai persayaratan untuk tetap hidup, baik yang berupa
kegemaran, maupun kebutuhan fisiologis, atau penyesuaian yang optimal terhadap
lingkungan. Sedangkan Winkel memandang kebutuhan sebagai suatu kekosongan
yang diperlukan bagi kesejahteraannya, paling sedikit menurut pikirannya sendiri
(Winkel, dalam Purwaningsih, 2002).
Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkah
laku manusia timbul karena adanya suatu kebutuhan, dan tingkah laku manusia
tersebut mengarah pada pencapaian tujuan yang dapat memenuhi atau memuaskan
kebutuhan itu (Handoko, 1992). Sarwono (1995) berpendapat bahwa setiap manusia
memiliki kebutuhan yang pemunculannya berbeda-beda tergantung pada kondisi
individu yang bersangkutan. Manusia ingin mendapatkan atau memenuhi semua
kebutuhan dan keinginannya masing- masing dalam porsi yang memang sesuai
dengan kehendaknya sendiri.
2.
Kebutuhan Berdasarkan Hirarki Kebutuhan Maslow
Kebutuhan karena adanya ketidakseimbangan dalam diri individu membuat
individu yang bersangkutan melakukan suatu tindakan. Tindakan itu mengarah pada
suatu tujuan, tujuan tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan yang ada. Bila
taraf yang lebih tinggi. Keadaan ini menimbulkan kebutuhan baru dan seterusnya
sehingga manusia boleh dikatakan tidak pernah diam (Handoko, 1992).
Kebutuhan manusia secara umum dibedakan menjadi dua, yang pertama
adalah kebutuhan biologis atau kebutuhan primer dan yang keduaadalah kebutuhan
sekunder atau kebutuhan psikologis. Kebutuhan primer mutlak harus dipenuhi karena
kebutuhan ini menunjang manusia agar tetap hidup, diantaranya adalah makan,
minum, tempat tinggal, bernafas, beristirahat, dan seterusnya. Sedangkan kebutuhan
psikologis adalah kebutuhan yang jika dipenuhi akan membuat orang lebih bahagia
hidupnya. Contoh kebutuhan sekunder adalah kasih sayang, pujian, rasa aman,
kebebasan dan lain- lain (Handoko, 1992).
Seorang ahli psikologi bernama Abraham Maslow membedakan motif
manusia berdasarkan taraf kebutuhannya, mulai dari kebutuhan biologis manusia
yang dibawa sejak lahir, sampai dengan kebutuhan psikologis yang kompleks. Ia
kemudian menyusun sebuah hirarki kebutuhan yang berisi kebutuhan biologis dan
psikologis dari tingkatan yang paling rendah sampai dengan yang paling tinggi.
Menurut Maslow manusia dimotivasikan oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat
sama untuk seluruh spesies, tidak berubah dan berasal dari sumber genetis atau
naluriah. Hal ini merupakan konsep fundamental dari teori Maslow.
Menurut Maslow suatu motif akan menguasai tingkah laku seseorang bila
motif yang berada di bawahnya sudah terpenuhi. Tingkah laku manusia mula- mula
dikuasai oleh kebutuhan yang paling rendah yaitu motif fisiologis, seperti lapar, haus
(Handoko, 1992). Maslow menyebutkan 5 kebutuhan manusia di dalam hirarkinya.
Kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam hirarki tersebut bersifat saling melengkapi satu
dengan yang lainnya (Kanuk, dalam Schiffman dan Kanuk, 2000).]
Maslow menyusun kebutuhan-kebutuhan tersebut ke dalam urutan yang
berbentuk seperti piramid atau anak tangga, dengan susunan serta keterangan sebagai
berikut (dimulai dari kebutuhan yang paling rendah tingkatannya) :
(dalam Goble, 1987)
1.
Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling dasar, kuat
dan jelas dibandingkan kebutuhan lainnya. Kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis
terdiri dari kebutuhan-kebutuhan yang pemuasannya ditujukan pada pemeliharaan
proses-proses biologis dan kelangsungan hidup. Termasuk dalam kategori ini
diantaranya adalah kebutuhan untuk makan, minum, oksigen, tidur, dan
beraktivitas, seks, tempat berteduh dan berlindung dari segala suhu dan rangsang
sensoris (Ziegler & Hjelle, 1981). Seseorang akan menekan atau mengabaikan
kebutuhan lainnya sampai kebutuhan ini terpenuhi atau terpuaskan. Maslow
berpendapat bahwa kebutuhan dasar memiliki pengaruh ya ng cukup besar pada
tingkah laku manusia apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi atau terpuaskan.
Maslow juga mengatakan bahwa orang dapat saja menyusun daftar panjang
tentang kebutuhan fisiologisnya, tergantung seberapa rinci orang tersebut ingin
Goble (1987) menulis bahwa kebutuhan fisiologis dapat pula disebut
sebagai kebutuhan primer, karena telah ada sejak manusia dilahirkan.
Jika seseorang mengalami kekurangan dalam kebutuhan fisiologisnya, ia akan
mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan lain sampai kebutuhan
fisiologisnya terpenuhi. Lebih lanjut Maslow menambahkan, bahwa kebutuhan
fisiologis berbeda dengan kebutuhan lain setidaknya dalam dua hal.
Pertama, kebutuhan fisiologis merupakan satu-satunya kebutuhan yang sangat
mungkin untuk dipenuhi atau bahkan dipenuhi secara berlebihan. Sedangkan
yang kedua adalah bahwa kebutuhan fisiologis memiliki pemunculan yang
berulang (Feist & Feist, 1998).
2.
Kebutuhan Akan Rasa Aman
Kebutuhan ini meliputi kebebasan, keteraturan, aman secara finansial,
dan menjalin relasi yang harmonis dengan anggota keluarga. (Koeswara, 1989).
Kebutuhan ini akan muncul pada diri individu apabila kebutuhan fisiologisnya
terpenuhi. Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, manusia kemudian akan
didorong oleh keinginan mencari perlindungan atau memperoleh rasa aman.
Inti dari kebutuhan ini adalah untuk memperoleh kepastian yang layak
dari lingkungannya (Ziegler & Hjelle, 1981). Hal- hal yang termasuk dalam
kategori kebutuhan ini diantaranya adalah jaminan keamanan fisik, kestabilan
atau keseimbangan, dan perlindungan (Feist & Feist, 1998 ; Kanuk, dalam
apabila kebutuhan fisiologisnya terpenuhi. Kebutuhan akan rasa aman muncul
dan mema inkan peranan dalam bentuk mencari tempat perlindungan, membangun
privasi individual, mengusahakan keterjaminan finansial melalui asuransi atau
dana pensiun, dan sebagainya.
Maslow percaya bahwa kita membutuhkan sedikit banyak sesuatu
yang sifatnya rut in dan dapat diramalkan. Jika tidak terpenuhi, maka akan timbul
rasa cemas dan takut sehingga dapat menghambat pemenuhan kebutuhan lainnya.
3.
Kebutuhan Akan Cinta dan Rasa Memiliki
Setelah kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpenuhi, kebutuhan
seseorang akan meningkat pada kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki. Feist &
Feist (1998) menulis bahwa bagi sebagian besar manusia, kebutuhan fisiologis
dan rasa aman sudah terpuaskan dengan baik, tetapi tidak demikian halnya
dengan kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki. Sebagian besar manusia akan
menetap pada tingkat kebutuhan ini hingga tercapai kestabilan untuk dicintai dan
diterima oleh orang lain. Hal- hal yang termasuk dalam kategori kebutuhan ini
diantaranya adalah cinta, kasih sayang dan penerimaan (Kanuk, dalam Schiffman
dan Kanuk, 2000). Menurut Maslow kebutuhan cinta disini tidak boleh
dikacaukan dengan seks, yang dapat dipandang sebagai kebutuhan fisiologis
semata. Tanpa kasih sayang, pertumbuhan dan perkembangan akan terhambat
karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial (Goble, 1987).
Kebutuhan akan rasa memiliki mendorong individu untuk membangun
mengakibatkan individu merasa kesepian dan tidak berdaya. Kebutuhan rasa
memiliki-dimiliki akan terpenuhi bila kita menjalin hubungan yang akrab dengan
orang lain.
Kebutuhan-kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki dan kasih sayang
dapat dideskripsikan sebagai berikut (As’ad 1991; Goble 1987) :
a.
Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain dimana dia hidup dan
bekerja.
b.
Kebutuhan akan disayangi oleh teman-teman dan orang lain dimana dia
hidup dan bekerja.
c.
Kebutuhan akan dihormati karena setiap manusia merasa dirinya penting.
d.
Kebutuhan untuk bisa berprestasi.
e.
Kebutuhan untuk bisa bekerja sama.
Kebutuhan ini akan menjadi sulit untuk dipenuhi karena faktor
mobilitas kita sendiri, misalnya sering berpindah-pindah tempat kerja, rumah
rumah maupun kota. Kita tidak memiliki cukup banyak waktu untuk
mengembangkan rasa saling memiliki sehingga kadang kala ada orang yang
merasa kesepian walau banyak orang disekelilingnya (Schultz, 1998).
4.
Kebutuhan Akan Penghargaan
Kebutuhan akan penghargaan oleh Maslow dibagi menjadi 2 yaitu:
a.
Penghargaan yang berasal dari diri sendiri.
Penghargaan yang berasal dari diri sendiri berupa hasrat individu
untuk memperoleh rasa percaya diri, kompetensi, kekuatan pribadi, prestasi,
kemandirian, dan kebebasan (Koeswara, 1989; Goble, 1987). Sedangkan
penghargaan dari orang lain berupa prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian,
nama baik serta penghargaan (Goble, 1987). Maslow menekankan bahwa
terpuaskannya kebutuhan akan rasa harga diri pada individu menghasilkan rasa
dan sikap percaya diri, rasa berharga, rasa kuat dan rasa mampu. Sebaliknya jika
kebutuhan ini tidak terpuaskan maka akan menyebabkan individu tersebut
mengalami perasaan rendah diri, rasa tak pantas, rasa lemah dan rasa tidak
berguna (Koeswara, 1989).
Schultz (1998) berpendapat bahwa penghargaan yang berasal dari
orang lain merupakan hal yang utama, karena kita akan cenderung lebih mudah
untuk berpikir baik tentang diri kita sendiri jika kita merasa yakin bahwa orang
lain berpikir baik tentang diri kita.
5.
Kebutuhan Aktualisasi Diri
Saat seseorang telah memenuhi kebutuhannya akan penghargaan, ia
akan mulai membentuk dasar yang kuat untuk menapaki kebutuhan selanjutnya
yaitu aktualisasi diri (Feist & Feist, 1998). Kebutuhan ini mengacu pada
keinginan individu untuk menggunakan potensi, bakat dan kemampuan yang
dimilikinya secara maksimal, sehingga ia dapat menjadi apapun sesuai dengan
yang optimal akan memberi kesempatan bagi individu untuk mengembangkan
potensinya secara maksimal (Bruno, 1983).
Aktualisasi diri merupakan kebutuhan manusia yang paling tinggi
tingkatannya dalam teori hirarki kebutuhan Maslow. Definisi aktualisasi diri
menurut Maslow adalah penggunaan dan pemanfaatan secara penuh bakat,
kapasitas, potensi-potensi dan lain- lain. Orang-orang yang teraktualisasi dirinya
dapat memenuhi dirinya dan melakukan sesuatu secara maksimal. Maslow
menyebutkan bahwa orang yang teraktualisasi dirinya adalah orang yang berusia
lanjut, cenderung dipandang sebagai keadaan puncak atau keadaan akhir bukan
suatu proses dinamis yang terus aktif sepanjang hidup. Namun sering penelitian
Maslow terhadap orang yang teraktualisasi diri atau istilah lainnya adalah
menjadi manusiawi secara penuh, maka Maslow mengkategorikan orang-orang
yang teraktualisasikan dirinya sebagai berikut (Goble, 1987) :
a.
Orang yang teraktualisasi dirinya adalah orang yang berkembang atau
menemukan jati diri dan berkembangnya potensi-potensi yang ada atau yang
terpendam.
b.
Harapan- harapan dan hasrat pribadi tidak dibiarkan menyesatkan pengamatan
mereka sendiri.
c.
Tegas dan memiliki pengertian yang lebih jelas tentang mana yang benar dan
mana yang salah.
d.
Mampu menembus dan melihat realitas yang tersembunyi dan
e.
Memiliki sifat rendah hati, mampu mendengarkan orang lain dengan penuh
kesabaran, mampu mengakui bahwa mereka tidak tahu segala-galanya dan
orang lain mampu mengajari mereka tentang sesuatu.
f.
Persepsi orang teraktualisasi dirinya lebih sedikit dicemari oleh hasrat,
kecemasan, ketakutan, harapan, optimisme, palsu atau pesimisme.
g.
Membaktikan hidupnya pada pekerjaan, tugas, kewajiban, atau
panggilan-panggilan tertentu yang dianggap penting.
h.
Mampu bekerja keras, disiplin, latihan dan tidak jarang menunda kenikmatan.
i.
Kreatif, fleksibel, spontan, berani, berani membuat kesalahan, terbuka dan
rendah hati.
j.
Kadar konflik rendah. Orang yang teraktualisasikan dirinya tidak melawan
dirinya sendiri dan ia memiliki energi untuk tujuan yang produktif.
Aktualisasi diri merupakan kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan,
mengembangkan dan menggunakan kemampuan manusia secara penuh atau
maksimal. Membaktikan hidupnya dan melakukan pekerjaan, tugas, kewajiban
atau panggilan tertentu yang mereka anggap penting akan memberikan suatu
kebahagiaan. Rasa tanggung jawab akan suatu tugas yang penting merupakan
syarat utama untuk menumbuhkan aktualisasi diri. Orang bisa mengaktualisasikan
dirinya melalui pekerjaan yang ia lakukan.
Maslow juga menyebut dorongan untuk orang-orang yang mengaktualisasikan
melampaui ide tradisional tentang dorongan. Dalam arti lain suatu keadaan
dimana dorongan sama sekali tidak berperan. Orang yang teraktualisasikan
dirinya tidak berjuang namun mereka berkembang untuk menjadi manusia
seutuhnya menurut potensi mereka. Mereka memperhatikan kebutuhan-kebutuhan
yang lebih tinggi, memenuhi potensi-potensi dan mengetahui serta memahami
dunia di sekitar mereka. Orang tidak berusaha memperbaiki
kekurangan-kekurangan atau mereduksi tegangan. Tujuannya adalah memperkaya dan
memperluas pengalaman hidup, meningkatkan kesenangan dan kegembiraan yang
luar biasa dalam hidup (Schultz, 1991).
Maslow juga menyebutkan tentang D- motivation atau deficiency motivation atau
dorongan karena kekurangan. Deficiency motivation adalah dorongan untuk
membereskan suatu kekurangan dalam organisme. Dorongan karena kekurangan
tidak hanya berkaitan dengan kebutuhan fisiologis tapi juga kebutuhan akan rasa
aman, memiliki dan cinta serta penghargaan.
E. Alasan laki-laki memilih pasangan hidup waria berdasarkan Teori Hirarki
Kebutuhan Maslow
Berdasarkan Teori Hirarki Kebutuhan yang telah dipaparkan oleh Maslow,
dapat dilihat adanya kebutuhan yang dibutuhkan oleh setiap orang sesuai dengan
tingkatannya. Dimulai dari kebutuhan yang paling dasar yaitu kebutuhan fisiologis,
kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki dan akan kasih sayang,
Setiap orang akan berusaha dengan berbagai cara agar dapat memenuhi
kebutuhannya. Ada yang dengan cara bekerja, mengemis, minta makanan kepada
orang lain, menjual barang-barang yang ia miliki, bahkan ada yang sampai mencuri
ataupun membunuh. Demi memenuhi kebutuhan hidupnya orang dapat melakukan
apa saja, termasuk juga memilih pasangan hidup waria. Seorang lelaki memilih
pasangan waria karena mungkin ada sesuatu hal yang membuatnya mengambil
keputusan seperti itu. Mungkin saja dengan menjalin hubungan dengan waria
kebutuhannya terpenuhi.
Disini akan dijelaskan bagaimana teori hirarki kebutuhan tersebut memotivasi
atau mendorong laki- laki untuk memilih pasangan waria. Kebutuhan fisiologis
merupakan kebutuhan yang paling utama yaitu kebutuhan akan makan, minum,
tempat tinggal, tidur, dan oksigen. Setiap orang akan menggunakan berbagai cara
untuk memenuhi tersebut, termasuk menjalin hubungan dengan waria. Dengan
menjalin hubungan dengan waria, laki- laki tidak perlu bekerja atau bersusah payah
mendapatkan uang untuk makan, minum atau memenuhi kebutuhan pokoknya setiap
hari.
Kebutuhan akan rasa aman akan muncul dominan pada diri individu apabila
kebutuhan-kebutuhan fisiologisnya telah terpuaskan. Ba gi orang dewasa kebutuhan
akan rasa aman merupakan suatu kebutuhan yang normal. Apabila seorang laki- laki
dapat memenuhi kebutuhan pokoknya, maka ia akan merasa aman. Laki- laki akan
merasa lebih lega dan tenang apabila kebutuhannya telah dipenuhi, maka ia memilih
juga terjadi pada laki- laki yang sudah berkeluarga tetapi belum mempunyai pekerjaan
yang tetap. Penghasilan yang ia dapatkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya, maka ada juga laki- laki yang sudah beristri pun menjalin hubungan
dengan waria karena dengan begitu dapat meringankan bebannya.
Kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki dan kasih sayang adalah kebutuhan
yang mendorong individu untuk membangun hub ungan afektif dengan orang lain,
baik di lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, atau dalam kelompok.
Keterpisahan atau ketiadaan ikatan dengan orang lain bisa mengakibatkan individu
merasa kesepian, terasing, hampa dan tak berdaya. Keadaan semacam ini bisa dan
sering dialami dalam perpisahan dengan orang-orang yang dicintai dan mencintai
(orang tua, saudara, kekasih, atau sahabat), yang memotivasi mereka untuk
membentuk ikatan baru dengan orang-orang yang dijumpai di lingkungan yang baru.
Adanya perhatian, pengertian, kasih sayang, dan sikap menerima dari waria akan
membuat laki- laki senang dan memilih untuk menjalin hubungan dengannya. Seorang
laki- laki akan merasa senang karena pada saat ia mengalami kesulitan atau masalah,
kekasihnya dapat memberikan perhatian, pengertian dan kasih sayang yang sedang ia
butuhkan. Apalagi bagi laki- laki yang sebelumnya kurang mendapat perhatian dan
kasih sayang dari orang tua, saudara dan orang-orang di sekitarnya. Tidak mudah
bagi waria untuk mencari pasangan, maka biasanya waria selalu setia terhadap
pasangannya. Ia akan terlihat sangat sayang dan perhatian dengan pasangannya
Kebutuhan akan penghargaan dibagi menjadi dua yaitu penghargaan yang
berasal dari diri sendiri dan penghargaan yang berasal dari orang lain. Penghargaan
merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang, terkadang orang merasa
jengkel karena dirinya tidak dihargai. oleh orang-orang di sekitarnya. Dalam
masyarakat keberadaan waria masih belum dapat diterima dengan baik, maka
masyarakat juga akan merasa aneh dan tidak wajar apabila seorang laki- laki menjalin
hubungan dengan waria. Apalagi ada laki- laki yang sudah berkeluarga dan
meninggalkan keluarganya untuk tinggal bersama kekasihnya waria. Waria akan
merasa sangat senang karena demi dirinya laki- laki itu sampai meninggalkan
keluarganya, maka ia akan menerima laki tersebut apa adanya, sekalipun
laki-laki itu tidak bekerja. Ia akan mencurahkan segala perhatian untuk kekasihnya.
Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang paling tinggi
tingkatannya dalan teori hirarki kebutuhan Maslow. Mungkin dapat dikatakan bahwa
seorang laki- laki yang memilih waria sebagai pasangan hidupnya sudah merupakan
keputusan atau pilihan yang ia ambil. Laki- laki tersebut sudah memikirkan untuk
menjalani hidupnya dengan seorang waria, maka ia sanggup menerima resiko apa
saja. Meskipun begitu, sebenarnya laki- laki tersebut memiliki suatu keinginan atau
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
JENIS PENELITIAN
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Poerwandari (2005) menjelaskan bahwa metode penelitian
kualitatif ini merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan dan mengolah
data yang sifatnya deskriptif, seperti transkrip wawancara, catatan lapangan,
gambar, foto, rekaman video dan lain sebagainya”. Menurut Cresswel (1998),
pendekatan kualitatif adalah sebuah proses pemahaman penyelidikan yang
didasarkan pada tradisi metodologi penyelidikan berbeda yang mengeksplorasi
masalah manusia atau sosial. Peneliti kualitatif membangun sebuah
kekompleksan, gambaran yang holistik, analisis kata-kata, laporan yang
mendetail, dan menyusun studi dalam suasana yang natural.
Penelitian deskriptif ini merupakan penelitian dengan tujuan penelitian
untuk membuat pecandraan (deskriptif) secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta- fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Suryabrata,
2002). Penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan serta memahami secara
mendalam tentang alasan laki- laki memilih pasangan hidup waria berdasarkan
B.
SUBJEK PENELITIAN
Pemilihan subjek penelitian dalam penelitian kualitatif ini tidak diarahkan
pada keterwakilan, dalam arti jumlah atau peristiwa acak, melainkan pada
kecocokan konteks teoritis tentang laki- laki yang memilih pasangan hidup waria.
(Poerwandari, 2005).
Subjek penelitian diperoleh dengan cara mencari informasi tentang waria
yang tinggal bersama kekasihnya. Subjek dalam penelitian ini adalah laki- laki
yang memiliki kekasih seorang waria dan saat ini tinggal bersama waria.
Beberapa identitas subjek seperti nama, tempat tinggal, alamat asal,
pekerjaan, nama orang tua, dan sebagian besar nama tokoh-tokoh yang banyak
terkait dalam kehidupan subjek akan disamarkan untuk menjaga kerahasiaan
subjek.
C.
METODE PENGUMPULAN DATA
Penelitian ini menggunakan metode wawancara sebagai alat utama untuk
mengumpulkan data dan observasi sebagai metode pendukung.
1.
Wawancara
Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk
mencapai tujuan tertentu. Wawancara kualitatif ini dilakukan guna
memperoleh pengetahuan tentang makna- makna subjektif yang dipahami
eksplorasi terhadap isu- isu atau suatu hal yang tidak dapat dilakukan melalui
pendekatan lain (Poerwandari, 2005)
Penelitian ini menggunakan teknik wawancara dengan pedoman
umum. Pedoman wawancara umum berisi tentang hal- hal atau isu- isu yang
harus diliput dan terungkap tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan
mungkin tanpa pertanyaan eksplisit. Pedoman wawancara digunakan untuk
mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas dan
sekaligus menjadi daftar pengecek
(checklist)
apakah aspek-aspek relevan
tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Bentuk wawancara dalam penelitian
ini adalah mendalam
(in-deph-interview)
, dimana peneliti mengajukan
pertanyaan mengenai berbagai segi kehidupan subjek secara utuh dan
mendalam (Poerwandari, 2005).
Tabel I.
Pedoman Umum Wawancara
Topik Utama
Indikator
Topik Pertanyaan
Pertanyaan Umum
a.
Dalam pergaulan
sehari-hari anda mengenal banyak
perempuan, tetapi mengapa
anda memilih menjalin
hubungan dengan waria?
b.
Apakah anda sudah pernah
berpacaran?
d.
Apa kelebihan yang
dimiliki waria dibandingkan
dengan pacar-pacar anda
sebelumnya?
e.
(Apabila belum pernah)
Mengapa anda belum
pernah berpacaran?
Pertanyaan bagi yang sudah
memiliki istri:
a.
Mengapa sudah memiliki
istri tetapi anda selingkuh?
b.
Apakah sudah pernah
selingkuh?
c.
Mengapa memilih
selingkuh dengan waria,
bukan dengan perempuan?
d.
Kelebihan yang dimiliki
waria dibandingkan dengan
istri anda?
e.
Bagaimana perasaan anda
apabila keluarga
mengetahui hubungan anda
dengan waria?
f.
Dampak apa yang kira-kira
muncul apabila keluarga
mengetahui hubungan anda
dengan waria?
Latar Belakang Keluarga
a.
Anda memiliki berapa
saudara?
b.
Anda anak ke berapa?
c.
Bagaimana hubungan anda
dengan saudara-saudara
anda?
d.
Bagaimana hubungan
antara anak-anak dengan
orang tua?
e.
Bagaimana hubungan kedua
orang tua?
orang tua anda sering
bertengkar?
g.
Bagaimana hubungan anda
dengan orang tua?
h.
Menurut anda, apakah
selama ini orang tua dapat
memenuhi kebutuhan anda
dengan baik?
i.
Apakah perhatian dan kasih
sayang yang diberikan
orang tua kepada anda
selama ini sudah cukup?
j.
Permasalahan apa saja yang
sering muncul dalam
keluarga?
Kebutuhan Fisiologis
1.
Makan dan Minum
2.
Tempat tinggal
a.
Pada saat tinggal bersama
bagaimana memenuhi
kebutuhan makan dan
minum setiap harinya?
b.
Siapa yang biasanya
mengeluarkan untuk makan
sehari- harinya?
c.
Apakah anda dapat makan
secara teratur 3x sehari?
d.
Sebelum hidup bersama
dengan pacar anda, apakah
anda selalu makan dengan
teratur?
e.
Bagaimana anda memenuhi
kebutuhan untuk makan dan
minum sebelum menjalin
hubungan dengan pacar
anda?
a.
Anda tinggal dimana
bersama pacar anda?
b.
Apakah rumah yang anda
tempati bersama pacar anda
milik pribadi atau
menyewa?
3.
Seks
bagaimana biayanya?
d.
Sebelum menjalin
hubungan anda tinggal
bersama siapa?
e.
Apakah rumah yang anda
tempati sebelumnya milik
sendiri atau menyewa?
f.
Mengapa anda lebih
memilih tinggal bersama
waria?
a.
Apakah anda merasa
senang dalam berhubungan
seksual dengan pacar anda?
b.
Apakah anda sudah merasa
puas berhubungan seksual
dengan pacar anda?
c.
Apakah anda pernah
melakukan hubungan seks
sebelum menjalin hubungan
dengan pacar anda
sekarang?
d.
Apa yang anda rasakan saat
berhubungan seksual
dengan pacar anda yang
seorang perempuan?
e.
Bagaimana jika
dibandingkan ketika anda
berhubungan seks dengan
waria?
Kebutuhan Akan Rasa
Aman
1.
Kebebasan
a.
Apakah anda merasa
terkekang selama menjalin
hubungan dengan waria?
b.
Apa yang anda rasakan saat
menjalin hubungan dengan
pacar anda?
c.
Apakah sebelum menjalin
hubungan dengan waria
anda merasa terkekang?
d.
Apa yang membuat anda
2.
Keteraturan
3.
Jaminan Finansial
a.
Bagaimana kehidupan anda
sekarang setelah menjalin
hubungan dengan waria?
b.
Siapa yang biasanya
mengatur segalanya
termasuk makan, minum,
pakaian, dan membuat
keputusan saat tinggal
bersama pacar anda?
c.
Apakah hidup anda menjadi
lebih teratur selama
menjalin hubungan dengan
pacar anda?
d.
Bagaimana peran pacar
anda dalam mengatur
kehidupan anda
sehari-hari?
e.
Bagaimana kehidupan anda
sebelum menjalin hubungan
dengan pacar anda?
f.
Siapa yang biasanya
mengatur untuk makan,
minum, pakaian dan dalam
mengambil keputusan
sebelum menjalin hubungan
dengan pacar anda?
g.
Bagaimana perasaan anda
ketika sebelum menjalin
hubungan dengan setelah
menjalin hubungan dengan
pacar anda?
h.
Mana yang lebih anda
senangi ketika tinggal
bersama pacar anda
sekarang atau sebelum
berhubungan dengan pacar
anda dan mengapa anda
lebih menyenanginya?
4.
Gambaran Relasi
dengan Keluarga
b.
Berapa kira-kira
penghasilan yang anda
peroleh sekarang?
c.
Berapa banyak pengeluaran
yang anda butuhkan selama
menjalin hubungan dengan
waria?
d.
Sebelum anda menjalin
hubungan, berapa banyak
pengeluaran yang
dibutuhkan?
e.
Bagaimana kondisi
keuangan anda selama
menjalin hubungan dengan
pacar anda?
f.
Bagaimana jika
dibandingkan dengan ketika
anda belum menjalin
hubungan dengan pacar
anda?
g.
(Apabila menurun)
Mengapa anda masih tetap
memilih untuk melanjutkan
hubungan?
a.
Apakah sebelum anda
menjalin hubungan dengan
waria, hubungan anda dan
keluarga anda baik-baik
saja?
b.
Bagaimana hubungan anda
dengan masyarakat sekitar
sebelum menjalin hubungan
dengan waria?
c.
Lalu setelah anda menjalin
hubungan dengan pacar
anda, bagaimana hubungan
anda dengan keluarga
sekarang?
menjalin hubungan dengan
pacar anda?
e.
Apakah hubungan anda
dengan keluarga dan
masyarakat menjadi
berubah pada waktu belum
menjalin hubungan dengan
pacar anda dan ketika anda
menjalin hubungan dengan
pacar anda sekarang?
f.
Bagaimana tindakan anda
setelah mengetahui adanya
perubahan tersebut?
Kebutuhan Akan Cinta
dan Rasa Memiliki
1.
Cinta dan kasih
sayang
a.
Apakah selama ini anda
mendapatkan cinta dan
kasih sayang dari keluarga
anda?
b.
Bagaimana perlakuan
keluarga anda
terhadap
anda selama ini, apakah
mereka dapat mengerti dan
memahami anda?
c.
Apakah selama ini keluarga
anda selalu membantu jika
anda sedang mengalami
masalah?
d.
Bagaimana cinta, perhatian
dan kasih sayang yang anda
dapatkan selama menjalin
hubungan dengan
pacar
anda?
e.
Apakah anda merasa pacar
anda menyayangi anda?
f.
Apakah selama ini pacar
anda dapat mengerti dan
memahami setiap kali anda
mendapatkan masalah?
g.
Bagaimana perasaan anda
2.
Penerimaan
a.
Apakah selama ini pacar
anda dapat menerima anda
apa adanya?
b.
Apakah pacar anda selama
ini banyak menuntut kepada
anda?
c.
Apakah selama ini keluarga
anda dapat menerima anda
apa adanya?
d.
Apakah keluarga anda
banyak menuntut anda?
Kebutuhan Akan
Penghargaan
1.
Penghargaan dari
orang lain
2.
Penghargaan dari
diri sendiri
a.
Bagaimana pandangan
masyarakat sekitar selama
ini terhadap hubungan anda
dengan pacar anda?
b.
Bagaimana perasaan anda
terhadap masyarakat sekitar
yang membicarakan anda?
c.
Apakah anda merasa malu
jalan berdua dengan
kekasih anda?
d.
(Apabila malu) Mengapa
tetap menjalin hubungan
dengan pacar anda?
e.
Bagaimana tanggapan
orang-orang di sekitar
tentang hubungan anda?
f.
Apakah keluarga anda
dapat menerima keadaan
anda dengan kekasih anda?
g.
Bagaimana pandangan
orang-orang di sekitar
terhadap anda, sebelum
anda menjalin hubungan
dengan pacar anda?
a.
Bagaimana perasaan anda
ketika menjalin hubungan
dengan waria?
berdua dengan pacar anda?
c.
Bagaimana jika
dibandingkan ketika anda
belum menjalin hubungan
dengan pacar anda?
Kebutuhan Aktualisasi
Diri
a.
Apakah hubungan yang
anda jalani selama ini
dengan pacar anda sudah
menjadi cita-cita anda?
b.
Apa yang sebenarnya
menjadi keinginan atau
cita-cita anda selama ini
(berhubungan
dengan
pekerjaan) ?
c.
Apakah hubungan anda
dengan pacar anda selama
ini mendukung pekerjaan
atau cita-cita anda?
d.
Apakah pekerjaan anda
dapat berkembang lebih
baik atau lebih maju selama
menjalin hubungan dengan
pacar anda?
D.
ANALISIS DATA
Analisis data merupakan proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan kesatuan uraian dasar.
Dalam menganalisis data yang diperoleh dari hasil wawancara, maka peneliti
melakukan langkah- langkah sebagai berikut (Poerwandari, 2005):
1.
Organisasi data
Data yang sudah diperoleh akan diorganisasikan secara rapi dan
peneliti untuk memperoleh kualitas data yang baik, mendokumentasikan
analisis yang dilakukan, serta menyimpan data dan analisis yang berkaitan
dalam penyelesaian penelitian (Highlen dan Finley dalam Poerwandari, 2001).
Data-data tersebut meliputi:
a.
Data mentah berupa tulisan (dari hasil wawancara) disesuaikan dengan
hasil wawancara.
b.
Data yang sudah ditandai dengan kode-kode.
c.
Penjabaran kode-kode dan kategori-kategori.
2.
Koding
Penelitian kualitatif menganggap tahap koding sebagai tahap yang
penting. Koding dilakukan untuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi
data secara lengkap dan mendetail, sehingga data dapat memunculkan
gambaran tentang topik yang dipelajari. Kode yang diberikan berupa
singkatan atau simbol yang digunakan pada sekelompok kata-kata. Teknik
koding dalam penelitian ini digunakan untuk mengidentifikasi hal-hal yang
terkait dengan tindak aborsi pada remaja dalam kasus kehamilan pranikah
yang diperoleh dari hasil wawancara. Langkah- langkah koding dalam
penelitian ini meliputi :
a.
Menyusun transkripsi verbatim (kata demi kata) wawancara sedemikian
kanan transkrip. Hal ini akan memudahkan dalam membubuhkan
kode-kode atau catatan-catatan tertentu .
b.
Peneliti secara urut dan kontinyu melakukan penomoran pada baris
transkrip.
c.
Peneliti secara urut melakukan pengkodean pada baris transkrip. Memberi
nama untuk masing- masing berkas dengan kode-kode tertentu. Kode yang
digunakan adalah singkatan atau simbol yang mudah diingat dan mewakili
berkas tersebut.
3.
Analisis
a)
Penelitian ini menggunakan analisis tematik yang memungkinkan peneliti
menemukan pola-pola yang tidak terlihat jelas oleh pihak lain. Analisi
tematik merupakan proses mengkode informasi yang dapat menghasilkan
daftar tema, model tema atau indikator yang kompleks. Analisis tematik
adalah suatu proses yang dapat digunakan dalam mengolah informasi
kualitatif dan memungkinkan penerjemahan gejala/informasi kualitatif
menjadi data kualitatif sesuai kebutuhan peneliti (Boyatzis dalam
Poerwandari, 2005).
E.
KEABSAHAN DATA
1.
Kredibilitas
Dalam penelitian kualitatif, konsep validitas diganti dengan istilah
kualitas penelitian kualitatif. Kredibilitas studi kualitatif terletak pada
keberhasilannya mendeskripsikan
setting
, proses, kelompok sosial atau pola
interaksi yang kompleks. Sala h satu ukuran kredibilitas penelitian kualitatif
adalah deskripsi mendalam yang menjelaskan kemajemukan atau
kompleksitas aspek-aspek yang terkait dan interaksi dari berbagai aspek
(Poerwandari, 2005). Pencapaian validitas atau kredibilitas dilakukan melalui
orientasi dan upayanya mendalami dunia empiris dengan menggunakan
metode yang paling cocok untuk pengambilan dan analisis data.
Adapun konsep yang digunakan antara lain:
validitas argumentatif
yang
tercapai bila presentasi alur temuan dan kesimpulan dapat diikuti dengan baik
serta dapat dibuktikan dengan melihat kembali ke data mentah. Hal ini dapat
dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan kepada ketiga subjek yang telah
dilampirkan.
Validitas ekologis
yang menunjuk pada sejauh mana studi
dilakukan pada kondisi alamiah dari subjek penelitian sehingga kondisi ‘apa
adanya’ dan kehidupan sehari- hari menjadi konteks penting penelitian. Hal ini
dapat dibuktikan karena wawancara dilakukan di tempat tinggal ketiga subjek.
2.
Triangulasi
Salah satu usaha untuk meningkatkan generabilitas penelitian kualitatif
adalah dengan melakukan triangulasi. Triangulasi mengacu pada usaha
mengambil sumber-sumber data yang berbeda untuk menjelaskan suatu hal
tertentu (Poerwandari, 1998). Penelitian ini menggunakan triangulasi data
Sumber data diperoleh melalui wawancara dengan waria yang selama
ini tinggal bersama subjek. Penunjukkan sumber data lain ini dilakukan untuk
pengecekan antara yang diungkapkan subjek dengan pacarnya. Triangulasi
nantinya berguna untuk pengecekan atau sebagai pembanding data hasil
wawancara sehingga dapat diperoleh keakuratan data. Hal ini dilakukan
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
PELAKSANAAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini, pelaksanaan penelitian dilakukan dalam dua tahap
yaitu, tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Langkah- langkah yang ditempuh
adalah sebagai berikut:
1.
Tahap Persiapan
a.
Peneliti mencari informasi tentang waria yang saat ini hidup bersama
seorang laki- laki yang merupakan kekasihnya.
b.
Setelah mendapatkan informasi, peneliti awalnya mendatangi tempat
perkumpulan waria dan melakukan perkenalan dengan waria. Setelah itu
peneliti meminta bantuan untuk dikenalkan dan ditemukan dengan
pacarnya. Dalam perkenalan, peneliti juga meminta ijin kepada laki- laki
yang menjalin hubungan dengan waria dan memilih pasangan hidup
waria.
c.
Setelah perkenalan, peneliti melakukan pendekatan secara pribadi untuk
membangun kedekatan dan kepercayaan dengan berkunjung informal ke
kost dan rumah kontrakan subjek sebanyak 2 kali, menjaga komunikasi
melalui
handphone
.
d.
Peneliti mempersiapkan pokok-pokok pertanyaan sebagai pedoman
ditujukan kepada laki- laki yang menjalin hubungan dengan waria dan
memilih waria sebagai pasangan hidupnya.
e.
Membuat kesepakatan dengan subjek penelitian untuk melaksanakan
wawancara dan observasi.
f.
Peneliti melaksanakan
try out
wawancara terlebih dulu terhadap salah
seorang laki- laki yang juga hidup bersama waria
2.
Tahap Pelaksanaan
a.
Peneliti melaksanakan pengambilan data sesuai dengan metode yang telah
ditentukan.
b.
Melaksanakan pengambilan data sesuai dengan waktu yang ditentukan.
c.
Wawancara dengan subjek dilaksanakan berdasarkan janji yang telah
disepakati bersama antara subjek dan peneliti.
d.
Melaksanakan pengambilan data dengan merekam hasil wawancara.
e.
Memindahkan data-data hasil rekaman wawancara dalam bentuk
verbatim.
f.
Memasukkan data-data wawancara yang telah didapatkan ke dalam
pengkodingan.
g.
Memasukkan data-data wawancara yang telah dikoding ke dalam
tema-tema yang muncul.
h.
Menganalisis tema-tema yang muncul dari hasil wawancara.
B.
HASIL PENELITIAN
1.
Deskripsi Subjek Penelitian
Keterangan
Subjek 1
Subjek 2
Subjek 3
Inisial
Rn
Rd
Ags
Usia
30 tahun
38 tahun
23 tahun
Pekerjaan
Kernet Bus Kota
Karyawan Swasta
-
Asal
Wonosari
Jogjakarta
Wonosari
Status
Sudah menikah
Belum menikah
Belum Menikah
Lama
berhubungan
4 tahun
11 tahun
2 ½ tahun
2.
Penyajian data
Pada bagian ini disajikan data-data yang diperoleh dari wawancara.
Untuk mempermudah dalam menganalisis data, maka data yang disajikan ini
sesuai dengan materi atau pokok permasalahan yang hendak dibahas.
a.
Latar Belakang Keluarga
Dari hasil wawancara dapat kita lihat bahwa ketiga subjek memiliki
latar belakang yang berbeda-beda. Subjek Rn merupakan anak pertama dari
dua bersaudara. Ia tinggal bersama adik dan orang tuanya di Wonosari.
Subjek Rn berasal dari keluarga yang kurang mampu sehingga kehidupan
mereka sehari- hari cukup sederhana. Orang tua subjek seorang petani yang
dibilang kurang. Subjek memutuskan untuk berhenti sekolah waktu lulus SD
dan ingin bekerja untuk membantu orang tuanya.
Meskipun subjek Rn dan keluarganya hidup dengan sederhana tetapi
hubungan yang terjalin antara anggota keluarga satu dengan yang lain baik,
bahkan subjek cukup dekat dengan adiknya. Ketika subjek memutuskan
pindah ke Jogja untuk bekerja ia menjadi jarang bertemu dengan adiknya
karena subjek jarang pulang. Sampai akhirnya subjek menikah dan memiliki
dua orang anak yang saat ini juga tinggal di Wonosari. Subjek memilih tetap
bekerja di Jogja dan tinggal di kos sendiri. Subjek bekerja sebagai kernet bus
kota. Penghasilan yang ia peroleh juga tidak begitu besar, untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya saja kadang masih kurang belu