• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN DAN STUDI KASUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN DAN STUDI KASUS"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

- Musik yang dapat digunakan untuk membuat pengguna terfokus dan berkonsentrasi seperti: Relax with the Classics dari the Lind Institute, Velvet Dreams karya Daniel Kobialka, Mozart and Baroque Music dari the Barzak Institute, dan lain-lain.

- Musik yang dapat digunakan untuk membangkitkan energi dan produktivitas, seperti: Earth Tribe Rhythms karya Brent Lewis, Hooked on Classics, Tunes for Trainers, dan lain-lain.

- Musik yang dapat digunakan untuk membangkitkan kreativitas, seperti: Pianoforte karya Eric Daub, Oceans karya Christopher Peacock, Mozart Effect: Relax, Daydream, and Draw, dan lain-lain.

- Musik yang dapat membangkitkan suasana yang menyenangkan dan penyambutan, seperti: Boundaries karya Scott Wilkie, Echoes of Incas karya Ventana al Sol, dan lain-lain.

BAB III

METODE PENELITIAN DAN STUDI KASUS

3.1Metode Penelitian

3.1.1 Rancangan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan pada bab di depan, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dan metode kualitatif. Dalam kaitan dengan penelitian ini, metode kuantitatif dan kualitatif bertujuan untuk menjelaskan tentang metode pembelajaran seperti apa, bagaimana fasilitas ruang pendidikan yang dapat mengakomodasi metode pembelajaran, dan bagaimana desain ruang studio desain interior yang dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa desain interior di pendidikan tinggi (seni rupa dan) desain di Indonesia.

(2)

3.1.2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah mahasiswa desain interior Universitas Pelita Harapan dan mahasiswa desain interior Universitas Tarumanagara, sedangkan lokasi penelitian adalah ruang studio desain interior Universitas Pelita Harapan dan ruang studio Universitas Tarumanagara. Keduanya berlokasi di Jakarta. Lama penelitian kira-kira 1 bulan.

Pemilihan Universitas Pelita Harapan dan Universitas Tarumanagara sebagai lokasi penelitian didasarkan atas beberapa pertimbangan. Pertama, karena Universitas Pelita Harapan mewakili universitas yang memiliki fasilitas yang terkenal lengkap, sedangkan Universitas Tarumanagara mewakili universitas dengan fasilitas yang biasa. Kedua, dengan pembanding kedua universitas ini maka peneliti berharap dapat melihat perbedaan dan dampak yang jelas antara fasilitas yang lengkap dengan fasilitas yang biasa terhadap kreativitas mahasiswa. Ketiga, kedua universitas ini cukup dikenal dan mempunyai reputasi yang baik di masyarakat.

Sebagai referensi untuk ruang studio di kampus, maka ditambahkan hasil observasi di ruang kerja sebuah konsultan desain interior (PT. Citra Duta Artistry di Jakarta) dan hasil wawancara dengan seorang desainer interior yang bekerja di konsultan interior tersebut. Pemilihan PT. Citra Duta Artistry sebagai tambahan masukan bagi penelitian ini adalah karena selain peneliti pernah bekerja profesi di sana, juga karena PT. Citra Duta Artistry merupakan sebuah biro konsultan yang terkenal, banyak menangani proyek-proyek besar, dan klien-kliennya merupakan perusahaan-perusahaan yang terkenal di dunia (seperti ABN AMRO, British American Tobacco, CNOOC, L’Oreal, Lexus Showroom, dan lain-lain)

3.1.3 Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/ objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kenudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,1999). Populasi yang dimaksud dalam penelitian adalah mahasiswa tingkat 3 desain interior Universitas Pelita Harapan sebanyak 120 orang dan mahasiswa tingkat 3 desain interior Universitas Tarumanagara sebanyak 100 orang sehingga jumlah populasi seluruhnya sebanyak 220 orang.

(3)

b. Sampel dan Teknik Pengambilannya

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 1999). Karena jumlah populasi besar dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua anggota populasi, penelitian menggunakan sampel yang diambil dari populasi yang dimaksud. Sampel yang diambil dianggap mewakili populasi yang ada. Sampel yag diambil adalah 80 orang dari mahasiswa tingkat 3 desain interior Universitas Pelita Harapan dan 30 orang dari mahasiswa tingkat 3 desain interior Universitas Tarumanagara. Tiap-tiap sampel diambil secara acak (random sampling) baik dari Universitas Pelita Harapan maupun dari Universitas Tarumanagara. Sampel ini diambil untuk metode penelitian angket (kuisioner).

Untuk metode penelitian secara wawancara (interview), diambil 2 orang dari mahasiswa tingkat 3 desain interior Universitas Pelita Harapan dan 2 orang dari mahasiswa tingkat 3 desain interior Universitas Tarumanagara. Metode wawancara (interview) digunakan untuk mendukung jawaban dari angket (kuisioner) secara lebih lengkap. Selain itu, sebagai masukan juga ditambahkan hasil wawancara dengan seorang desainer interior yang bekerja di PT. Citra Duta Artistry. 3.1.4 Instrumen Penelitian Jawaban : YA (1) TIDAK (0) Pendapat Saudara No Butir pertanyaan YA TIDAK Kreativitas dalam kuliah

1 Program studi Anda membutuhkan kreativitas yang tinggi

2 Anda sering terlibat dalam proses berpikir kreatif ketika mengikuti kuliah

(4)

3. Jika YA, dalam mata kuliah apa Anda merasa paling terlibat di dalam proses berpikir kreatif?

… Studio desain interior (4)

… Desain mebel (3) … Gambar teknik (2) … Konstruksi interior (1) Pendapat Saudara No Butir pertanyaan YA TIDAK Kreativitas dan mendesain

(merancang) 4

Anda sering merasa kesulitan berpikir kreatif ketika sedang merancang

5. Jika Ya, apa yang membuat Anda seringkali merasa kesulitan dalam berpikir secara kreatif: (jawaban boleh lebih dari 1)

… Karena ruang pendidikan tempat Anda kuliah saat ini kurang memenuhi syarat untuk Anda berpikir secara kreatif. (4)

… Karena dari sejak kecil pendidikan di sekolah tidak membiasakan Anda berpikir kreatif. (3)

… Karena dari sejak kecil (dalam keluarga) Anda tidak dibiasakan berpikir kreatif. (2)

Pendapat Saudara

No Butir pertanyaan

YA TIDAK Kreativitas dan metode belajar di kelas

6 Proses pembelajaran desain yang diterapkan di kelas membuat potensi kreatif Anda meningkat

7. Jika Ya, hal apa di dalam proses pembelajaran desain di kelas yang Anda rasakan paling bermanfaat untuk meningkatkan potensi kreatif Anda (dikaitkan dengan perolehan nilai-nilai dalam tugas perancangan yang semakin baik) ? (pilih salah 1)

… Ketersediaan fasilitas dan desain interior kelas yang menarik sehingga mampu membangkitkan semangat (4)

(5)

… Mahasiswa mendapat banyak kesempatan untuk bereksperimen (3)

… Dosen sebagai fasilitator dan tidak mendominasi sehingga mahasiswa secara perorangan lebih dituntut untuk aktif dan mandiri baik untuk mata kuliah praktik maupun teori (2)

8. Jika Tidak, hal apa di dalam proses pembelajaran di kelas yang Anda rasakan paling menghambat potensi kreatif Anda?...(tidak ada nilai, jawaban akan dijadikan sebagai masukan).

Pendapat Saudara

No Butir pertanyaan

YA TIDAK Motivasi intrinsik dan interior ruang studio desain

interior di kampus 9

Interior ruang studio penting dalam meningkatkan hasrat dan keinginan belajar mahasiswa desain

10

Ruang studio yang didesain dengan baik dan menarik memberikan dampak positif dan peningkatan terhadap kemauan belajar dan prestasi belajar mahasiswa desain

11. Menurut pengalaman Anda, suasana kelas yang bagaimana yang dapat membuat proses pembelajaran desain menjadi efektif?

… Informal (1)

… Formal (0)

Pendapat Saudara

No Butir pertanyaan

YA TIDAK Metode belajar berkelompok, sosialisasi

(brainstorming) dan proses belajar desain 12

Diskusi dengan teman memegang peranan penting dalam proses pembelajaran desain di kelas

(6)

… Mencari gagasan (4)

… Mengembangkan ide desain (3)

… Mengevaluasi hasil belajar dan menerima kritik serta saran dari teman (2)

… Refreshing dari kepenatan belajar (1)

14. Dalam proses merancang, apakah Anda lebih nyaman mengerjakannya di:

… Ruang studio di kampus (tidak dinilai)

… Rumah (kamar) (tidak dinilai)

15. Jika di RUANG STUDIO, alasannya karena: (jawaban boleh lebih dari 1)

… Suasana interior ruang studio yang nyaman dan membuat betah (4)

… Bisa sering bertanya pada dosen dan mencari informasi yang dibutuhkan di perpustakaan atau internet (3)

… Bisa lebih mendapat ide karena bertukar pendapat dengan teman (bisa berinteraksi

dengan teman) (2)

16. Jika di RUMAH (KAMAR), alasannya karena: (jawaban boleh lebih dari 1)

… Suasana kamar tenang (tidak gaduh) (4)

… Suasana kamar yang personal sehingga merasa nyaman dan lebih mudah untuk bebas

berimajinasi (3)

Pendapat Saudara

No Butir pertanyaan

YA TIDAK Proses kreatif dan perubahan suasana

17 Saat Anda merancang, Anda seringkali berpindah-pindah tempat

18. Jika YA, apa saja tujuan Anda ketika berpindah-pindah tempat (baik ketika merancang di studio maupun di rumah) ? (jawaban boleh lebih dari 1)

… Mencari udara segar dan melepas kepenatan dengan melihat pemandangan hijau(pepohonan) di luar (4)

… Meregangkan badan dengan berjalan-jalan di sekitar kelas (3)

(7)

… Untuk membeli makanan ringan (cemilan) sehingga bekerja sambil ngemil (1)

… Untuk mengobrol dengan teman-teman (0)

Pendapat Saudara

No Butir pertanyaan

YA TIDAK Proses kreatif dan privasi

19 Saat Anda merancang, Anda membutuhkan suatu privasi agar bebas bereksplorasi ide

20. Apakah pada saat Anda merancang membutuhkan suasana yang: (pilih salah 1)

… Tenang dan terdengar suara musik sayup-sayup (4)

… Sunyi sepi bebas suara (3)

… Ramai dengan obrolan teman-teman sekelas (2)

Pendapat Saudara

No Butir pertanyaan

YA TIDAK Fasilitas dan kebutuhan pembelajaran desain

21 Fasilitas di program studi (desain interior) sudah dapat memenuhi kebutuhan pembelajaran desain

(khusus untuk pertanyaan ini, jawaban YA mendapat nilai 0 sedangkan jawaban TIDAK mendapat nilai 1).

22. Jika Tidak, fasilitas apa yang Anda rasa dapat memenuhi kebutuhan pembelajaran desain?...(jawaban tidak dinilai, digunakan sebagai masukan)

*angka tidak digunakan untuk menilai, tetapi hanya menunjukkan urutan. Semakin besar angka yang tercantum maka pernyataan tersebut semakin berhubungan secara positif dengan penelitian.

3.1.5 Prosedur Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dari dokumen-dokumen yang relevan dengan judul penelitian dan dari hasil studi kepustakaan. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dengan observasi, lembar angket (kuisioner), dan panduan wawancara kepada responden.

(8)

Pengumpulan data dan dokumen, studi kepustakaan, observasi, penyebaran angket, dan wawancara, dilakukan sendiri oleh peneliti.

Penelitian ini dilakukan di Universitas Pelita Harapan (program studi desain interior) dan di Universitas Tarumanagara (program studi desain interior). Kedua universitas ini terletak di Jakarta. Penelitian dilakukan selama 1 bulan (Mei akhir- Juni awal tahun 2007).

Sebagai tambahan masukan penelitian ini, maka hasil observasi di ruang kerja PT. Citra Duta Artistry dan wawancara dengan seorang desainer interior yang bekerja di PT. Citra Duta Artistry juga dimasukkan ke dalam data penelitian ini.

(9)

3.2Studi Kasus

3.2.1 Universitas Pelita Harapan

Universitas Pelita Harapan (UPH) didirikan pada tahun 1994 di Lippo Karawaci, Tangerang. Universitas ini terkenal akan standar fasilitas tempat belajar, teknologi, dan laboratoriumnya yang berstandar internasional. Selain itu, secara fisik susunan bangunan kampus telah didesain untuk keamanan, kepantasan dan kenyamanan belajar.

3.2.1.1 Data Hasil Observasi

Ruang Studio Desain Interior di Universitas Pelita Harapan.

Gambar 3.1 Ruang studio desain interior di Universitas Pelita Harapan, Jakarta

Dari gambar di atas, ruang studio desain interior di Universitas Pelita Harapan memiliki bukaan yang cukup untuk melihat pepohonan di luar. Tetapi jendela tidak

(10)

dibuka karena udara kota Jakarta yang panas sehingga di dalam ruang memakai pendingin udara (AC).

Tampak pada gambar bahwa kursi yang digunakan untuk mahasiswa adalah kursi yang cukup nyaman karena empuk, memiliki sandaran, dan mudah untuk digeser-geser (karena di bagian kaki kursinya terdapat roda). Material lantai yang digunakan adalah karpet berwarna abu-abu muda. Warna dinding dan langit-langit putih. Pencahayaan lebih mengandalkan pencahayaan buatan yang disebar secara merata.

(11)

Gambar 3.3 Ruang studio desain interior di Universitas Pelita Harapan, Jakarta

(12)

Gambar 3.5 Ruang studio desain interior di Universitas Pelita Harapan, Jakarta

Dari keempat gambar di atas, dapat dilihat bahwa ruang studio penuh dengan meja serta kursi dan area sirkulasi yang kurang. Meja-meja saling berdempetan dan tidak ada jarak untuk memungkinkan privasi yang cukup. Meja-meja disusun secara berbaris dan terlihat padat. Satu ruangan studio ini menampung sekitar 80 siswa.

Dengan penuhnya siswa dalam satu ruangan juga menyebabkan tingkat kebisingan yang cukup tinggi dan lebih sulit bagi dosen untuk memperhatikan pekerjaan mahasiswa.

3.2.1.2 Data Hasil Angket (Kuisioner)

Dari 74 orang mahasiswa tingkat 3 desain interior Universitas Pelita Harapan yang dijadikan sampel kuisioner, dihasilkan jawaban-jawaban sebagai berikut:

1. Program studi desain interior membutuhkan kreativitas yang tinggi

YA 72 orang

(13)

2. Mahasiswa sering terlibat di dalam proses kreatif ketika mengikuti kuliah.

YA 69 orang

TIDAK 5 orang

3. Mata kuliah yang dirasa paling membutuhkan pemikiran kreatif. • Studio desain interior 66 orang

Desain mebel 5 orang

Gambar teknik 1 orang

Konstruksi interior 1 orang

4. Mahasiswa seringkali merasa kesulitan dalam berpikir kreatif ketika sedang merancang.

YA 64 orang

TIDAK 9 orang

5. Hal-hal yang membuat mahasiswa merasa kesulitan dalam berpikir secara kreatif. • Ruang pendidikan (ruang studio) kurang memenuhi syarat untuk mahasiswa

berpikir secara kreatif.

17 orang

• Sejak kecil pendidikan di sekolah tidak membiasakan untuk berpikir kreatif. 27 orang

• Sejak kecil (dalam keluarga) tidak dibiasakan untuk berpikir kreatif. 15 orang

• Tidak menjawab: 11 orang • Lainnya:

- sulit untuk memunculkan ide 11 orang - tidak mood 8 orang

6. Proses pembelajaran desain yang diterapkan di kelas membuat potensi kreatif mahasiswa meningkat.

YA 60 orang

TIDAK 13 orang

(14)

7. Hal yang dirasakan mahasiswa paling bermanfaat untuk meningkatkan potensi kreatifnya (dikaitkan dengan perolehan nilai-nilai dalam tugas perancangan yang semakin baik).

• Ketersediaan fasilitas dan desain interior ruang studio yang menarik sehingga mampu membangkitkan semangat

11 orang

• Mahasiswa mendapat benyak kesempatan untuk bereksperimen 34 orang

• Dosen sebagai fasilitator dan tidak mendominasi sehingga mahasiswa secara perorangan lebih dituntut untuk aktif dan mandiri baik untuk mata kuliah teori maupun praktik

26 orang

• Tidak menjawab 10 orang • Lainnya:

- Memberi kesempatan pada mahasiswa untuk meriset 1 orang

- Memberi kesempatan pada mahasiswa untuk bekerja di luar ruang studio 1 orang

8. Hal yang dirasakan mahasiswa peling menghambat potensi kreatifnya.

• Situasi dan suasana kelas 6 orang - membosankan 2 orang

- kurang meningkatkan ide kreatif 1 orang - kurang nyaman 1 orang - terlampau ramai, bising 1 orang - tidak ada keseriusan 1 orang

• Dosen dan cara mengajar yang kurang sesuai 3 orang

9. Interior ruang studio di program studi desain interior memegang peranan penting dalam meningkatkan hasrat dan keinginan belajar mahasiswa.

YA 64 orang

(15)

10. Ruang studio yang didesain dengan baik dan menarik akan memberikan dampak positif dan peningkatan terhadap kemauan belajar dan prestasi belajar mahasiswa.

YA 64 orang

TIDAK 9 orang

11. Suasana kelas yang dapat membuat proses pembelajaran desain menjadi efektif. • Informal 67 orang

• Formal 7 orang

(1 orang mahasiswa tidak mengisi pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di halaman selanjutnya sehingga sampel menjadi 73 orang)

12. Diskusi dengan teman memegang peranan penting dalam proses pembelajaran desain di kelas.

YA 69 orang

TIDAK 4 orang

13. Hal-hal yang dilakukan ketika diskusi dengan teman. • Mencari gagasan 39 orang • Mengembangkan ide desain 56 orang

• Mengevaluasi hasil belajar dan menerima kritik serta saran dari teman 42 orang

• Refreshing dari kepenatan belajar 48 orang

14. Mahasiswa merasa lebih nyaman dalam proses merancang ketika mengerjakan di: • Ruang studio di kampus 22 orang

• Rumah (kamar pribadi) 51 orang

15. Alasan yang mendasari mahasiswa merasa lebih nyaman dalam mengerjakan proses merancang di ruang studio:

• Suasana interior ruang studio yang nyaman dan membuat betah 1 orang

(16)

• Bisa sering bertanya kepada dosen dan mencari informasi yang dibutuhkan di perpustakaan atau internet

12 orang

• Bisa lebih mendapat ide karena bertukar pendapat dengan teman (bisa berinteraksi dengan teman)

14 orang

• Tidak menjawab 1 orang • Lainnya:

- Bisa lebih serius bekerja 2 orang - Meja di ruang studio lebih besar 3 orang

16. Alasan yang mendasari mahasiswa merasa lebih nyaman dalam mengerjakan proses merancang di rumah (kamar pribadi):

• Suasana kamar tenang (tidak gaduh) 26 orang

• Suasana kamar yang personal sehingga merasa nyaman dan lebih bebas berimajinasi

45 orang • Lainnya:

- Sendirian sehingga lebih bebas dan santai 4 orang

- Ketika sendirian, dapat menjadi diri sendiri dan lebih maksimal dalam berpikir 1 orang

- Lebih nyaman dan privasi 1 orang

- Banyak bahan, sarana untuk mendapa ide seperti majalah, dan lain-lain 1 orang

- Peralatan yang dibutuhkan semua tersedia sehingga tidak perlu ketinggalan 5 orang

17. Pada saat merancang (baik di studio kampus maupun ketika di rumah), mahasiswa seringkali berpindah-pindah tempat.

(17)

TIDAK 37 orang 18. Tujuan mahasiswa ketika berpindah-pindah tempat:

• Mencari udara segar dan melepas kepenatan dengan melihat pemandangan hijau (pepohonan) di luar

27 orang

• Meregangkan badan dengan berjalan-jalan di sekitar kelas 23 orang

• Mencari informasi dari literatur (perpustakaan) dan dari dosen 17 orang

• Membeli makanan ringan sehingga bekerja sambil ngemil 14 orang

• Mengobrol dengan teman-teman 17 orang

• Tidak menjawab 1 orang • Lainnya:

- Berganti-ganti suasana untuk mencari inspirasi 1 orang

19. Mahasiswa membutuhkan privasi ketika sedang merancang agar lebih bebas bereksplorasi ide.

YA 54 orang

TIDAK 19 orang

20. Pada saat merancang, mahasiswa membutuhkan suasana:

• Tenang dan terdengar suara musik sayup-sayup 49 orang • Sunyi sepi bebas suara 17 orang • Ramai dengan obrolan teman-teman sekelas 4 orang • Tidak menjawab 3 orang

21. Fasilitas yang terdapat di program studi desain interior di kampus sudah dapat memenuhi kebutuhan pembelajaran desain.

• YA 40 orang

(18)

• Tidak menjawab 1 orang

22. Fasilitas yang dirasa mahasiswa perlu ditambahkan untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran desain interior.

• Ruang kelas yang lebih besar, nyaman, bagus, modern, rapi, warna dinding kelas yang lebih semangat 9 orang

• Jumlah meja gambar diperbanyak, meja yang lebih bagus, bersih, ukuran meja diperbesar, lampu meja 9 orang

• Pengadaan loker 9 orang • Pengadaan data-data material yang lengkap 2 orang • Kemampuan komputer ditingkatkan 1 orang • Tidak menjawab 8 orang

3.2.1.3 Paparan Informasi dari Wawancara (Interview)

Wawancara dilakukan peneliti terhadap dua orang mahasiswa tingkat 3 desain interior Universitas Pelita Harapan, yaitu Christy dan Alvin.

Menurut Christy dan Alvin, mereka merasa cukup puas dengan fasilitas yang telah ada di program studi mereka di kampus. Mereka mendapatkan lebih banyak fasilitas yang di universitas lain belum ada, seperti halnya laptop yang diberikan kepada masing-masing mahasiswa (meskipun ini sudah termasuk ke dalam biaya masuk ketika mendaftar di universitas tersebut yang memang lebih mahal dibandingkan dengan universitas-universitas lain). Adanya laptop memudahkan mahasiswa dalam belajar, mencari informasi di internet, presentasi, dan lain-lain. Selain laptop, fasilitas internet juga tersedia secara hotspot yang mencakup seluruh bagian kampus sehingga mahasiswa dapat dengan mudah mencari informasi yang dibutuhkan di mana pun mereka berada di kampus.

Selain fasilitas berupa perangkat seperti di atas, fasilitas ruang di Universitas Pelita Harapan juga dikenal lengkap dan berkualitas, lebih daripada di universitas-universitas lain di Indonesia. Hal ini tidak terkecuali di fakultas desain khususnya di program studi desain interiornya.

Khususnya di ruang studio desain interior yang menjadi fokus penelitian ini, fasilitas cukup lengkap dan memperhatikan kenyamanan mahasiswa. Menurut Christy dan Alvin, meskipun kenyamanan sepintas merupakan hal sepele dan jarang

(19)

diperhatikan di universitas-universitas lain, tetapi kenyamanan memberikan dampak yang besar dan positif terhadap motivasi belajar mahasiswa dan hal ini secara tidak langsung mempengaruhi kelancaran berpikir pada saat proses belajar desain yang membutuhkan kemampuan untuk memecahkan masalah dari tugas yang diberikan. Kenyamanan yang dimaksud oleh Christy dan Alvin di antaranya yaitu: kursi mahasiswa yang seperti kursi sekretaris (yang empuk dan bisa diatur sandarannya serta bisa dengan mudah digeser karena terdapat roda), lalu meja untuk menggambar yang cukup besar, lalu terdapat AC yang bisa diatur sendiri oleh mahasiswa tergantung kebutuhan, lantai yang diberi karpet sehingga mahasiswa tidak terganggu oleh bunyi sepatu orang-orang yang berjalan, penerangan (buatan) yang cukup terang. Lingkungan sekitar ruang studio juga cukup nyaman dengan adanya pohon-pohon (meskipun jendela tidak dibuka karena udara di Jakarta yang sangat panas) karena pohon-pohon memberikan rasa sejuk ketika melihatnya. Di dekat bangunan program studi desain interior terdapat bangunan fakultas (program studi) musik. Hal ini membuat mereka merasa nyaman karena suasana sekitar ruang studio tidak bising oleh kendaraan dan lain-lain, dan kadang-kadang terdengar suara musik dari bangunan sebelah.

Menurut Christy dan Alvin, mata kuliah yang mereka anggap paling penting dan paling membutuhkan pemikiran kreatif adalah mata kuliah studio desain interior. Mata kuliah ini mengambil 6 SKS dari mulai semester 2 sampai semester akhir (8). Sehingga yang mereka paling butuhkan dari fasilitas ruang pendidikan (seperti kelas untuk kuliah, perpustakaan, dan lain-lain) adalah ruang studio.

Selain dari kenyamanan yang ditawarkan oleh ruang studio di Universitas Pelita Harapan tersebut, ternyata masih ada juga kekurangannya. Menurut Christy, hal yang paling dirasa menganggunya ketika sedang dalam proses merancang adalah keadaan kelas yang terlalu penuh. Dalam satu ruang studio terdapat 80 siswa. Hal ini membuat meja-meja saling berdempetan. Ruang studio menjadi terasa sangat penuh pada saat kuliah berlangsung. Hal ini cukup menganggu konsentrasinya karena terasa sesak dan sumpek (meskipun ruang studio tersebut ber-AC). Sehingga Christy lebih memilih mengerjakan tugas studio di rumah karena keadaan di rumah (kamar pribadinya) dapat membuatnya lebih konsentrasi dan berpikir jernih, sehingga ide-ide kreatif pun dapat lebih lancar mengalir. Alasannya adalah karena kamar selain suasananya tenang, juga personal dan privasi sehingga bisa lebih bebas berimajinasi.

(20)

Bagi Christy, studio hanya sebagai tempat untuk bertukar pendapat dan mengobrol dengan teman, serta bertanya kepada dosen.

Sedangkan menurut Alvin, keadaan studio yang begitu penuh juga cukup menganggu. Menurutnya, alangkah baiknya jika ruang studio diperbanyak atau jumlah mahasiswa yang diterima dikurangi agar ruangan menjadi tidak terlalu penuh dan area untuk masing-masing mahasiswa menjadi lebih luas dan lega. Tetapi dengan keadaan seperti sekarang pun, sebatas suasananya tidak terlalu gaduh, ia bisa bekerja dan berpikir kreatif. Bagi Alvin, bertukar pendapat dengan teman merupakan hal yang penting, baik untuk mengembangkan ide, mengevaluasi hasil pekerjaan, atau sekedar untuk mengobrol. Alvin mengatakan bahwa dalam suasana santai justru ide kreatif bisa muncul, bukan dalam suasana formal dan tegang. Karena itu, suasana informal dan santai lebih baik untuknya berpikir secara lebih jernih dan kreatif. Alvin tidak terlalu mementingkan privasi, tetapi dirasakannya bahwa ketercukupan ruang untuk diri sendiri juga merupakan suatu kebutuhan, sehingga ruang studio yang demikian penuh tidak begitu membuatnya betah.

Baik Alvin maupun Christy berpindah tempat hanya dilakukan ketika badan terasa capai dan membutuhkan peregangan sejenak. Tetapi hal ini pun agak sulit dilakukan karena ruangan studio yang sempit dan sedikit area sirkulasinya. Ini salah satu yang membuat mereka tidak betah karena merasa terkungkung di area mereka sendiri.

Menurut Alvin dan Christy, fasilitas di ruang studio yang perlu ditambah adalah pengadaan loker sehingga mereka dapat menyimpan peralatan dan tidak perlu dibawa pulang ke rumah karena barang bawaan untuk desain interior banyak dan berat.

Dalam hal cara pengajaran dosen, mereka cukup puas karena mereka dapat dengan mudah menemui dan asistensi dengan dosen yang mereka maksud. Kapan saja mereka membutuhkannya selama masih waktu bekerja, mereka dapat datang dan bertanya. Dalam proses asistensi ini, mahasiswa bertanya hal-hal yang spesifik pada dosen yang bidangnya spesifik pula. Seperti misalnya, jika ada mahasiswa yang ingin bertanya tentang sistem pencahayaan yang sesuai untuk tugasnya, maka ia dapat bertanya langsung kepada dosen bidang khusus tata cahaya. Dalam mengajar, dosen tidak hanya sendirian, melainkan membentuk sebuah tim yang di dalamnya terdiri dari dosen kepala yang sudah senior dan beberapa dosen pendukung.

(21)

- Ruang studio merupakan ruangan yang penting karena di situ tempat berlangsungnya mata kuliah studio desain interior yang terdiri dari 6 SKS.

- Ruang studio desain interior di Universitas Pelita Harapan cukup nyaman dalam hal furniture (kursi dan meja gambar), suhu udara di dalam ruangan, material lantai, dan lingkungan sekitar ruang studio yang banyak pepohonan.

- Kekurangan ruang studio di Universitas Pelita Harapan adalah ruang studio yang terlalu penuh sehingga menimbulkan rasa tertekan, sesak, sumpek. Sehingga hal ini berdampak pada terganggunya konsentrasi dan kelancaran berpikir untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif.

- Di ruang studio seharusnya terdapat area untuk sirkulasi yang cukup sehingga mahasiswa dapat leluasa bergerak dan berpindah tempat (baik untuk meregangkan badan, refreshing dengan melihat pemandangan, dan lain-lain).

- Kenyamanan merupakan hal yang seringkali dianggap sepele tetapi berdampak penting terhadap motivasi belajar dan secara tidak langsung hal ini mempengaruhi kelancaran berpikir secara positif.

- Suasana belajar informal dirasakan lebih efektif untuk pembelajaran kreatif daripada suasana formal karena suasana formal bisa membuat tertekan, bosan, dan jenuh. - Diskusi dengan teman merupakan hal yang penting dan hampir setiap orang

membutuhkannya baik untuk brainstorming, mengevaluasi pekerjaan, maupun refreshing dari kepenatan belajar.

- Privasi tetap dibutuhkan baik secara harfiah yaitu berada di ruangan pribadi sendirian (seperti di kamar pribadi), maupun privasi dengan cara ketercukupan jarak antara area pribadi dengan area orang lain.

- Suasana kelas yang dibutuhkan untuk berpikir adalah suasana yang tenang. Boleh ada musik, karena menurut Christy jika terlalu sunyi sepi malahan akan mengantuk. - Personalisasi merupakan hal yang juga dapat menunjang pembelajaran. Karena

dengan personalisasi area pribadi, seseorang akan lebih bebas berimajinasi dan menjadi dirinya sendiri, serta merasa santai, sehingga dengan demikian ide kreatif akan lebih mudah muncul. Selain itu personalisasi terhadap barang (loker) menjadi kebutuhan karena mempermudah mahasiswa.

- Mahasiswa membutuhkan fasilitas komputer dan internet untuk mengerjakan tugas, presentasi, mencari informasi dari internet, dan lain-lain. Akses internet yang mudah dan bisa diakses dari seluruh area kampus juga mempermudah mahasiswa karena

(22)

dengan gratis dan kemudahannya, maka mahasiswa lebih termotivasi untuk mencari data-data, referensi, berbagai informasi yang dibutuhkan dari internet.

- Mahasiswa mengharapkan dosen mudah ditemui baik untuk asistensi tugas maupun bertanya. Karena itu kemungkinan ruang dosen tidak berada jauh dari ruang studio.

3.2.2 Universitas Tarumanagara

Universitas Tarumanagara merupakan universitas swasta. Didirikan pada tahun 1959 di Jakarta (daerah Grogol, bersebelahan dengan Universitas Trisakti) dan pada saat itu baru memiliki satu fakultas saja yaitu fakultas ekonomi. Fakultas seni rupa dan desain dibuka bersamaan dengan fakultas psikologi yaitu pada tahun 1994.

Universitas ini cukup terkenal di Indonesia akan kualitas pendidikannya. Jurusan desain interiornya pun cukup terkenal di kalangan masyarakat (terutama kemampuan mahasiswanya dalam menggambar perspektif ).

3.2.2.1 Data Hasil Observasi

(23)

Gambar 3.6 Ruang studio desain interior di Universitas Tarumanagara, Jakarta

Dari gambar ruang studio desain interior di Universitas Tarumanagara, tampak menggunakan meja dan kursi (furniture) standar, terbuat dari kayu. Material lantai memakai ubin (homogenous tile) putih. Warna dinding dan langit-langit juga putih. Bukaan tampak cukup lebar pada salah satu dinding ruangan, tetapi tidak ada pemandangan hijau (pepohonan) di luar. Lingkungan luar terdapat bangunan-bangunan fakultas lain yang cukup padat.

(24)

Gambar 3.7 Ruang studio desain interior di Universitas Tarumanagara, Jakarta

Dari gambar di atas, dapat kita lihat bahwa bukaan ruang cukup banyak pada salah satu dinding ruangan tetapi masih menggunakan pencahayaan buatan sebagai pendukung agar cahaya dapat menyebar secara merata pada semua sisi ruangan. Meja-meja disusun secara berbaris. Ruangan terlihat formal dan lebih seperti kelas biasa daripada ruang studio. Susunan meja seperti di atas dapat menimbulkan suasana formal dan kaku pada situasi pembelajaran desain yang justru seharusnya terjadi sebaliknya (yaitu suasana yang informal, santai). Selain itu susunan meja seperti di atas juga membatasi gerak siswa. Padahal pembelajaran desain membutuhkan kebebasan dan diskusi dengan teman.

(25)

Satu ruang studio ini menampung sekitar 60 siswa. Ruang studio merangkap ruang kelas karena kuliah-kuliah lain selain mata kuliah studio desain interior juga dilakukan di ruang ini.

Dari gambar di atas juga dapat dilihat bahwa tidak ada personalisasi siswa terhadap mejanya sendiri karena meja tersebut digunakan secara bergantian dengan banyak siswa.

3.2.2.2 Data Hasil Angket (Kuisioner)

Dari 30 orang mahasiswa tingkat 3 desain interior Universitas Tarumanagara yang dijadikan sampel kuisioner, dihasilkan jawaban-jawaban sebagai berikut:

1. Program studi desain interior membutuhkan kreativitas yang tinggi

YA 28 orang

TIDAK 2 orang

2. Mahasiswa sering terlibat di dalam proses kreatif ketika mengikuti kuliah.

YA 27 orang

TIDAK 3 orang

3. Mata kuliah yang dirasa paling membutuhkan pemikiran kreatif. • Studio desain interior 26 orang

Desain mebel 8 orang

Gambar teknik 0 orang

Konstruksi interior 0 orang

4. Mahasiswa seringkali merasa kesulitan dalam berpikir kreatif ketika sedang merancang.

YA 21 orang

TIDAK 8 orang

Tidak menjawab 1 orang

5. Hal-hal yang membuat mahasiswa merasa kesulitan dalam berpikir secara kreatif. • Ruang pendidikan (ruang studio) kurang memenuhi syarat untuk mahasiswa

berpikir secara kreatif.

(26)

• Sejak kecil pendidikan di sekolah tidak membiasakan untuk berpikir kreatif. 8 orang

• Sejak kecil (dalam keluarga) tidak dibiasakan untuk berpikir kreatif. 3 orang

• Tidak menjawab: 1 orang • Lainnya:

- lingkungan yang sulit membuat mahasiswa untuk konsentrasi 1 orang - jenuh, stres di ruang studio 4 orang - terlalu dibatasi peraturan 1 orang - kurang referensi 1 orang - tidak mood 4 orang

6. Proses pembelajaran desain yang diterapkan di kelas membuat potensi kreatif mahasiswa meningkat.

YA 25 orang

TIDAK 5 orang

7. Hal yang dirasakan mahasiswa paling bermanfaat untuk meningkatkan potensi kreatifnya (dikaitkan dengan perolehan nilai-nilai dalam tugas perancangan yang semakin baik).

• Ketersediaan fasilitas dan desain interior ruang studio yang menarik sehingga mampu membangkitkan semangat

4 orang

• Mahasiswa mendapat benyak kesempatan untuk bereksperimen 11 orang

• Dosen sebagai fasilitator dan tidak mendominasi sehingga mahasiswa secara perorangan lebih dituntut untuk aktif dan mandiri baik untuk mata kuliah teori maupun praktik

7 orang

• Tidak menjawab 2 orang • Lainnya:

(27)

8. Hal yang dirasakan mahasiswa peling menghambat potensi kreatifnya.

• Situasi dan suasana kelas 4 orang - membosankan 1 orang

- kurang meningkatkan ide kreatif 1 orang - kurang nyaman 2 orang

• Dosen dan cara mengajar yang kurang sesuai 1 orang

9. Interior ruang studio di program studi desain interior memegang peranan penting dalam meningkatkan hasrat dan keinginan belajar mahasiswa.

YA 23 orang

TIDAK 7 orang

(2 orang mahasiswa tidak mengisi pertanyaan-pertanyaan pada halaman selanjutnya sehingga sampel menjadi 28 orang)

10. Ruang studio yang didesain dengan baik dan menarik akan memberikan dampak positif dan peningkatan terhadap kemauan belajar dan prestasi belajar mahasiswa.

YA 26 orang

TIDAK 2 orang

11. Suasana kelas yang dapat membuat proses pembelajaran desain menjadi efektif. • Informal 24 orang

• Formal 3 orang

12. Diskusi dengan teman memegang peranan penting dalam proses pembelajaran desain di kelas.

YA 27 orang

TIDAK 1 orang

13. Hal-hal yang dilakukan ketika diskusi dengan teman. • Mencari gagasan 17 orang • Mengembangkan ide desain 23 orang

• Mengevaluasi hasil belajar dan menerima kritik serta saran dari teman 18 orang

(28)

• Refreshing dari kepenatan belajar 21 orang

14. Mahasiswa merasa lebih nyaman dalam proses merancang ketika mengerjakan di: • Ruang studio di kampus 6 orang

• Rumah (kamar pribadi) 22 orang

15. Alasan yang mendasari mahasiswa merasa lebih nyaman dalam mengerjakan proses merancang di ruang studio:

• Suasana interior ruang studio yang nyaman dan membuat betah 0 orang

• Bisa sering bertanya kepada dosen dan mencari informasi yang dibutuhkan di perpustakaan atau internet 2 orang

• Bisa lebih mendapat ide karena bertukar pendapat dengan teman (bisa berinteraksi dengan teman) 6 orang

• Tidak menjawab 1 orang • Lainnya:

- Meja di ruang studio lebih besar 1 orang

16. Alasan yang mendasari mahasiswa merasa lebih nyaman dalam mengerjakan proses merancang di rumah (kamar pribadi):

• Suasana kamar tenang (tidak gaduh) 16 orang

• Suasana kamar yang personal sehingga merasa nyaman dan lebih bebas berimajinasi

18 orang • Lainnya:

- Sendirian sehingga lebih bebas dan santai 7 orang

- Lebih nyaman dan privasi 3 orang

- Peralatan yang dibutuhkan semua tersedia sehingga tidak perlu ketinggalan 5 orang

(29)

17. Pada saat merancang (baik di studio kampus maupun ketika di rumah), mahasiswa seringkali berpindah-pindah tempat.

YA 13 orang

TIDAK 15 orang

18. Tujuan mahasiswa ketika berpindah-pindah tempat:

• Mencari udara segar dan melepas kepenatan dengan melihat pemandangan hijau (pepohonan) di luar

20 orang

• Meregangkan badan dengan berjalan-jalan di sekitar kelas 16 orang

• Mencari informasi dari literatur (perpustakaan) dan dari dosen 6 orang

• Membeli makanan ringan sehingga bekerja sambil ngemil 7 orang

• Mengobrol dengan teman-teman 13 orang

19. Mahasiswa membutuhkan privasi ketika sedang merancang agar lebih bebas bereksplorasi ide.

YA 21 orang

TIDAK 7 orang

20. Pada saat merancang, mahasiswa membutuhkan suasana:

• Tenang dan terdengar suara musik sayup-sayup 19 orang • Sunyi sepi bebas suara 5 orang • Ramai dengan obrolan teman-teman sekelas 4 orang

21. Fasilitas yang terdapat di program studi desain interior di kampus sudah dapat memenuhi kebutuhan pembelajaran desain.

(30)

• TIDAK 27 orang

22. Fasilitas yang dirasa mahasiswa perlu ditambahkan untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran desain interior.

• Ruang kelas yang lebih nyaman 8 orang • Kursi yang nyaman dan ada sandaran, meja gambar yang bagus 5 orang • Area kerja per orang yang layak dan cukup privasi 4 orang • Area untuk bersantai yang jauh dari suasana formal 3 orang • Musik di dalam ruang studio 2 orang • Pengadaan data-data material yang lengkap 4 orang • Buku-buku yang lengkap di perpustakaan 5 orang • Fasilitas komputer dan internet 9 orang

3.2.2.3 Paparan Informasi dari Wawancara (Interview)

Menurut Tommy dan Sarah, dua orang mahasiswa tingkat 3 desain interior di Untar, mereka merasa bahwa ruang studio desain interior di kampus tidak bermanfaat secara maksimal. Dalam 1 minggu, mereka menghabiskan waktu hanya 3 jam saja di studio. Padahal di dalam jadwal (SKS), paling sedikit mereka harus menghabiskan waktu di studio di kampus sekitar 8 jam. Hal ini disebabkan karena:

- Dalam mata kuliah studio desain interior, mahasiswa merasa tidak diarahkan oleh dosen. Dosen hanya memberi tugas, sedikit teori, mengabsen, dan kemudian pergi. Hal ini menyebabkan mahasiswa seringkali tidak mengetahui dasar-dasar perancangan yang harus diketahuinya, bahkan hal-hal yang sepele sekalipun. Sehingga mahasiswa seringkali mencontek pekerjaan orang lain agar tugasnya bisa selesai. Karena itu, tidaklah mengherankan jika mahasiswa berpendapat bahwa mereka tidak ada gunanya mengikuti kuliah sesuai jadwal dan berada di dalam studio dalam waktu yang lama. Penerapan belajar desain di kampus dianggap tidak dapat meningkatkan potensi kreatif mahasiswa.

- Selain tidak diarahkan oleh dosen, mahasiswa juga tidak suka berada di dalam studio dalam waktu yang lama karena mereka merasa studio di kampus kurang nyaman. Kenyamanan ini terutama dalam hal kursi. Kursi terbuat dari kayu dan tidak ada sandaran. Menurut mahasiswa, hal ini membuat pegal jika harus duduk dalam waktu yang lama. Sehingga hampir semua tugas-tugas mata kuliah studio tidak dikerjakan

(31)

di studio di kampus sebagaimana seharusnya, tetapi semua dibawa pulang ke rumah. Alasan mereka lebih suka mengerjakannya di rumah adalah karena di rumah (kamar pribadi) mereka merasa lebih nyaman karena suasana kamar yang tenang, personal serta privasi sehingga mereka bisa menjadi diri mereka sendiri, dapat berimajinasi dengan lebih bebas, dapat lebih bereksplorasi ide, dapat lebih berpikir dengan jernih. Hal ini secara langsung mempengaruhi pekerjaan (tugas) mereka. Tugas mereka menjadi lebih baik jika dikerjakan di rumah daripada di studio.

- Selain alasan kenyamanan, mahasiswa merasa bahwa ruang studio memiliki banyak kekurangan yang membuat mereka menjadi tidak betah bekerja di studio di kampus. Ketenangan merupakan hal yang tidak bisa mereka dapatkan di kampus. Pertama karena dalam suatu ruangan studio menampung terlalu banyak mahasiswa yaitu sekitar 60 siswa. Lalu yang kedua adalah karena lingkungan luar ruang studio agak bising (lingkungan luar ruang studio adalah gedung-gedung fakultas lain). Selain ketenangan, hal lainnya yang dirasakan mahasiswa cukup menganggu adalah karena studio desain interior digunakan secara bergantian dengan desain komunikasi visual. Hal ini membuat mereka sama sekali tidak merasa memiliki ruang studio tersebut sehingga mereka merasa enggan mengerjakan tugas di studio dalam waktu yang lama. Rasa personal dan privasi jelas tidak ada dengan sistem ruang studio yang digunakan bergantian ini (bahkan digunakan bergantian dengan program studi lain). Meja dan kursi jelas tidak ada personalisasi dan privasi karena digunakan bergantian dengan banyak mahasiswa.

Ruang studio juga tidak memungkinkan kebebasan pada mahasiswa dalam menggunakannya. Meja-meja di ruang studio yang tersusun secara berbaris dan lurus ini, boleh digeser-geser oleh mahasiswa tetapi setelah selesai harus dibereskan seperti susunan semula. Hal ini membuat mahasiswa merasa malas untuk menggunakan ruang studio yang menurut mereka tidak memberikan kebebasan yang mereka butuhkan.

- Dari berbagai hal di atas yang telah dikemukakan, maka menurut Tommy dan juga Sarah, bahwa tujuan mahasiswa datang ke studio di kampus adalah agar absen mereka penuh, agar mereka bisa bertemu dan mengobrol dengan teman-teman. Untuk bertanya kepada dosen jika mahasiswa memerlukan juga tidak begitu memungkinkan karena selain dosen memang tidak mengarahkan dan memperhatikan mahasiswa, dosen memiliki terlalu banyak mahasiswa sehingga jika ingin bertanya kepada dosen harus mengantri panjang (1 dosen mengajar 40 siswa, seringkali tidak ada asisten

(32)

yang membantu. Hal ini menjadi gangguan bagi proses pembelajaran karena mata kuliah studio desain interior merupakan mata kuliah praktek yang banyak membutuhkan bimbingan dan arahan dari dosen).

3.2.3 Data Hasil Observasi di Konsultan Interior dan Wawancara (interview) dengan Desainer Interior

3.2.3.1 Hasil observasi pada ruang kerja sebuah biro konsultan interior (PT. Citra Duta Artistry, Jakarta).

Gambar 3.8 Ruang studio desainer interior di PT. Citra Duta Artistry

Ruang kerja di PT.CDA luasnya sekitar 100m2 dan berisi 16 orang karyawan sehingga area sirkulasi menjadi cukup luas. Pada gambar di atas tampak meja-meja kerja yang berpenyekat. Selain itu kursinya juga nyaman untuk digunakan duduk dalam waktu yang lama. Lantainya menggunakan karpet berwarna coklat. Pencahayaan menggunakan pencahayaan alami (dari bukaan jendela) tetapi dibantu oleh pencahayaan buatan yang menyebar rata di ceiling ruangan. Selain itu ruangan juga menggunakan pendingin udara (AC).

(33)

Salah satu bagian ruangan terdapat meja bulat lonjong yang cukup besar dengan kursi-kursi. Area ini digunakan khusus untuk desainer-desainer bertukar pendapat. Area ini bukan ruang rapat. Tetapi area ini serbaguna. Bisa untuk brainstorming, maupun mengobrol sejenak. Pada saat makan siang, area ini juga digunakan untuk meja makan bersama jika mereka makan di kantor sehingga ini mempererat hubungan antara pekerja-pekerjanya dan membuat mereka semakin kompak pada saat bekerja dalam tim.

Gambar 3.9 Ruang studio desainer interior di PT. Citra Duta Artistry

Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa pada masing-masing meja kerja begitu banyak kebutuhan pribadi yang disimpan baik yang berhubungan dengan pekerjaan maupun barang yang personal.

Di suatu bagian ruangan tampak rak besar yang merupakan perpustakaan buku dan material. Untuk keperluan minum, membuat kopi atau teh, disediakan di bagian ujung ruangan (lemari hijau dengan rak di bawahnya). Hal ini membuat karyawan tidak perlu membeli minum dan dengan minuman mereka lebih relaks dalam mengerjakan pekerjaannya.

(34)

3.2.3.2 Hasil Wawancara dengan Desainer Interior

Desainer interior yang diwawancara adalah Signe Skjaerlund dan Reza. Signe dan Reza adalah dua dari empat orang desainer interior yang bekerja di PT. CDA. Signe adalah lulusan Rhode Island School of Design di Amerika, sedangkan Reza adalah lulusan Universitas Trisakti di Jakarta.

Menurut Signe, ruang studio di kampus sama pentingnya seperti ruang kerja (jika telah menjadi seorang desainer interior). Yang membuat perbedaan antara ruang studio di kampus dengan ruang kerja setelah menjadi seorang desainer interior hanyalah pada namanya saja. Menurut Signe, hal itu karena pada saat kuliah dan proses mengerjakan tugas perancangan di studio di kampus tidak ada bedanya dengan proses pengerjaan proyek pada saat telah bekerja. Keduanya membutuhkan kreativitas dan tahap-tahap yang terjadi dalam proses kreatif di pikiran kita pun sama. Hanya perbedaannya adalah pada pembagian pekerjaan. Jika pada saat kuliah kita mengerjakan semuanya sendirian dari mulai tahap konsep sampai hasil desain, tetapi pada saat setelah menjadi desainer interior kita mengerjakan proyek secara tim dan pekerjaan dibagi-bagi berdasarkan spesialisasinya masing-masing. Tetapi semua pemikiran kreatif yang terjadi pada saat bekerja sebagai desainer interior di biro konsultan sama dengan ketika masih kuliah dan bekerja di studio di kampus.

Karena semua pekerjaan dikerjakan di ruang kerja, maka tidak ada pekerjaan yang dibawa pulang ke rumah. Hal itu menyebabkan peranan ruang kerja menjadi sangat penting untuk menunjang kelancaran pengerjaan. Beban stres menjadi hal lain yang juga harus diperhatikan. Kebosanan, kejenuhan, penat, juga merupakan hal seringkali terjadi pada saat seseorang bekerja dalam waktu yang lama. Hal ini harus menjadi perhatian karena amat mempengaruhi kelancaran dan hasil pekerjaan.

Dalam satu hari kerja, desainer interior di PT. CDA menghabiskan sekitar delapan jam di dalam ruang kerja. Hari kerja adalah dari Senin sampai Jumat, tetapi jika proyek sedang banyak maka seringkali memerlukan lembur sehingga jam kerja di dalam ruang kerja lebih banyak lagi.

Tuntutan pekerjaan sebagai desainer interior adalah untuk menghasilkan rancangan yang kreatif. Hal ini adalah mutlak bagi seorang desainer interior, baik ketika membuka perusahaan sendiri ataupun ketika bekerja pada perusahaan lain. Tanpa kreativitas, semua proyek akan berantakan. Apalagi saat ini persaingan yang terjadi begitu ketat. Harga bersaing sudah bukan barang baru, tetapi saat ini hasil rancangan pun menjadi bersaing. Perusahaan tidak cukup hanya memiliki nama atau

(35)

terkenal di masyarakat. Perusahaan (biro konsultan interior, arsitek) harus mampu bersaing dalam rancangan (desain) yang mereka hasilkan agar lebih unggul dan inovatif daripada rancangan perusahaan (biro konsultan interior, arsitek) yang lain. Maka dari itu, kreativitas adalah modal utama yang harus dimiliki seorang desainer interior.

Untuk menggali kreativitas, diperlukan waktu yang tidak sebentar (tidak instan) dan cara yang tepat. Maka itulah pentingnya masa kuliah. Masa kuliah dan berlatih di studio adalah masa yang penting untuk menggali kreativitas sambil mendapat ilmu untuk dasar-dasar perancangan menjadi seorang deainer interior nantinya. Maka sebaiknya ruang studio di kampus dapat mengakomodasi kebutuhan itu.

Dalam kaitannya dengan ruang kerja yang sekarang digunakan di PT. CDA, Signe merasa cukup puas dan nyaman. Menurut Signe, suasana seperti di ruang kerja seharusnya dapat menjadi masukan bagi perancangan studio di kampus. Hal-hal yang menurut Signe adalah kelebihan dari ruang kerja dibandingkan ruang studio di kampusnya di Amerika di antaranya yaitu: ruang kerja memiliki suasana yang tenang. Tidak gaduh seperti di studio di kampus. Ketenangan adalah hal penting bagi Signe untuk bisa berkonsentrasi terhaap pekerjaannya. Lalu kelebihan ruang kerja lainnya yaitu ruang kerja didesain dengan setiap orang memiliki mejanya masing-masing. Meja kerja masing-masing merupakan hal yang penting. Meja di ruang kerja jelas tidak mungkin digunakan bergantian dengan orang lain, dan hal ini membuat meja kerja seakan rumah kedua bagi pekerjanya. Mereka menyimpan barang-barang pribadi, seperti menyimpan dokumen, komputer, alat tulis, jam meja, lampu meja, dan lain-lain, juga terdapat barang-barang yang begitu pribadi dan personal seperti foto-foto keluarga. Desain meja kerja yang berpenyekat juga memungkinkan setiap orang memiliki privasinya sendiri. Bagi Signe, privasi adalah hak asasi. Signe terbiasa akan adanya privasi di mana pun dia berada (hal ini merupakan kebiasaan yang ditanamkan di Barat). Karena itu dia juga membutuhkan privasi pada saat bekerja. Privasi membuatnya lebih bebas, lebih nyaman dalam bekerja, lebih mudah untuk berimajinasi dan bereksperimen tanpa takut melakukan kesalahan karena tidak ada orang lain yang melihatnya. Tentu saja privasi juga harus dapat dipertanggungjawabkan dalam arti privasi tersebut jangan disalahgunakan. Penyekat meja kerja juga membatasinya dalam mengobrol dengan sesama rekan kerja lainnya.

(36)

Sedangkan menurut Reza, kelebihan ruang kerja lainnya selain yang telah disebutkan oleh Signe yaitu kenyamanan furniture yang terdapat di ruang kerja seperti kursi dan meja kerja (karena di Universitas Trisakti, meja dan kursinya estándar terbuat dari kayu seperti di Untar). Menurut Reza, kenyamanan seperti ini amat mempengaruhi konsentrasinya dan ini berpengaruh juga terhadap kelancaran berpikir (apa pun, baik saat berimajinasi, mengerjakan pekerjaan, dan lain-lain). Selain itu, ruang berkarpet juga salah satu kelebihan ruang kerja. Karena karpet membuat suara orang berjalan menjadi teredam sehingga tidak menganggu dan mengalihkan konsentrasi orang yang sedang bekerja. Apalagi lalu lintas orang di ruang kerja cukup sibuk. Ada yang pergi ke toilet, ada yang bolak-balik berdiskusi dengan partner timnya, ada yang bolak-balik mencocokkan material, dan lain-lain. Selain itu, pemandangan kota Jakarta yang dilihat dari atas (terlihat dari jendela karena PT. CDA terletak di lantai 23) juga cukup bagus sehingga meredam kebosanan dan kejenuhan.

Suhu juga merupakan hal yang penting dalam kenyamanan dan ini jelas sangat mempengaruhi kelancaran berpikir. Pernah suatu kali pendingin udaranya kurang berfungsi, sehingga suhu udara menjadi agak panas. Hal ini membuat semua orang kerja komplain dan mereka akhirnya malah sibuk mengipas diri sendiri dan tidak bisa bekerja karena mereka tidak bisa berkonsentrasi.

Menurut pengalaman Reza, yang penting untuk kelancaran berpikir sehingga mampu untuk menjadi kreatif adalah ketika seseorang berada dalam keadaan yang dirasanya aman dan nyaman. Keadaan yang aman dan nyaman membuat seseorang tidak perlu merasa khawatir terhadap lingkungan sekelilingnya sehingga dia dapat berkonsentrasi dan mengeluarkan ide-ide kreatifnya.

Selain soal ruangan, komputer juga merupakan hal yang sangat penting untuk proses merancang karena saat ini hampir semua pengerjaan dilakukan dengan komputer. Hanya sketsa paling awal saja berupa coretan-coretan tangan. Sedangkan selebihnya dikerjakan dengan menggunakan bantuan komputer. Internet juga cukup penting untuk mencari referensi yang tidak ada di buku, menambah informasi juga mengirim hasil rancangan kepada kontraktor.

3.2.4 Universitas-universitas di Luar Negeri 3.2.4.1 Parsons The New School for Design

Sekolah ini memiliki fakultas teknik arsitektur, desain interior, dan juga pencahayaan. Sekolah ini didirikan pada tahun 1906 oleh Frank Alvah Parsons di

(37)

New York. Sekolah desain Parsons ini merupakan sekolah yang pertama kali memperkenalkan program desain interior di Amerika dan sekolah ini menjadi international leader dalam bidang pendidikan desain interior.

(38)

Gambar 3.11 Ruang studio desain interior di Sekolah Desain Parsons

Pada gambar tampak bahwa meja-meja besar tersebut penuh dengan barang-barang pribadi dan menyerupai ruang kerja di rumah. Pencahaayaan alami dibuat menyebar rata dengan sekeliling ruang studio yang terbuka. Mahasiswa benar-benar terlihat bebas dalam menentukan kegiatan mereka di dalam studio. Pencahayaan buatan disebar secara merata di seluruh ceiling ruangan.

(39)

Gambar 3.12 Area evaluasi karya di ruang studio desain interior di Sekolah Desain Parsons

Pada gambar di atas, tampak bahwa diskusi dan evaluasi menjadi tahap yang penting dalam proses mendesain. Mahasiswa dibiarkan bebas duduk di mana saja dan setiap karya dibahas dengan teliti.

3.2.4.2 Harrington College of Design

Sekolah desain interior ini didirikan oleh Frances Harrington pada tahun 1931 yang merupakan seorang desainer interior yang berasal dari New York. Sekolah ini terletak di Chicago dan merupakan salah satu sekolah desain interior yang terkenal di Amerika.

(40)

Gambar 3.13 Ruang studio desain interior di Harrington Sollege of Design

Pada gambar tampak bahwa meja-meja besar tersebut penuh dengan barang-barang pribadi dan menyerupai ruang kerja di rumah. Mahasiswa dibiarkan bereksperimen dan bersibuk sendiri, tidak dibatasi. Meja-meja juga diletakkan tidak saling berdekatan agar masing-masing mahasiswa dapat merasa lebih leluasa dalam menyimpan barang-barangnya, bereksperimen, juga untuk menghindari saling terganggunya mahasiswa karena kegiatan eksperimen yang dilakukan mahasiswa lain.

3.2.4.3 New York School of Interior Design

Sekolah desain interior ini didirikan di New York pada tahun 1916. Sekolah ini termasuk sekolah desain interior yang bagus dan terkenal di Amerika selain Rhode Island School of Design dan California College of the Arts. Informasi ini berdasarkan data pendidikan di Amerika.

(41)

Gambar 3.14 Ruang studio desain interior di New Yorl School of Interior Design Dari gambar di atas tampak bahwa setiap mahasiswa memiliki meja besarnya masing-masing. Meja-meja tersebut dikelompokkan dua-dua sehingga tidak berdempetan dengan banyak meja lainnya.

Gambar 3.15 Ruang studio desain interior di New Yorl School of Interior Design Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa mahasiswa menggunakan kursi yang nyaman untuk digunakan duduk dalam waktu lama.

Gambar

Gambar 3.1 Ruang studio desain interior di Universitas Pelita Harapan, Jakarta
Gambar 3.2 Ruang studio desain interior di Universitas Pelita Harapan, Jakarta
Gambar 3.3 Ruang studio desain interior di Universitas Pelita Harapan, Jakarta
Gambar 3.5 Ruang studio desain interior di Universitas Pelita Harapan, Jakarta
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan mekanisme transmisi moneter syariah melalui jalur harga aset dalam mengendalikan inflasi dengan uji IRF (model 2), variabel-variabel syariah yaitu

PERUSAHAAN NON LEMBAGA KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009 – 2011 ”, sebagai salah satu syarat untuk memenuhi pendidikan S-1 pada Fakultas

Pertumbuhan yang diamati adalah fase penambahan panjang kerang setiap bulan pengamatan untuk melihat kelompok ukuran , jumlah populasi yang tetap bertahan sampai ukuran

Buka kembali file database tersebut, dengan Microsoft Office Button , kemudian klik tombol (Ctrl+O) atau klik ikon More yang ada di kanan jendela Getting Started

Pada kasus karsinoma grade rendah, perkembangan proses berjalan lambat dari kistaadeoma serous kemudian menjadi tumor serous borderline setelah mutasi KRAS atau BRAF,

Pada grafik katalisator Fe o , pada awal proses dengan penggunaan katalisator sebanyak 5 gr, memberikan efisiensi degradasi warna rendah yaitu 23 %, akan tetapi pada

Stress dan shringkage yang terjadi saat polimerisasi pada restorasi Klas V menyebabkan perlekatan diantara sistem adhesif dengan bahan restorasi dan dentin pada daerah

Respon masyakarat terhadap program acara ini juga sangat baik, banyak sekali yang telepon untuk berbicara dengan pemain ludruk tersebut, tidak hanya itu saja, pendengar