• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PAI MATERI AKIDAH AKHLAK DENGAN METODE TWO STAY TWO STRAY (DUA TINGGAL DUA TAMU) PADA SISWA KELAS X BAHASA DI SMA NEGERI 3 KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PAI MATERI AKIDAH AKHLAK DENGAN METODE TWO STAY TWO STRAY (DUA TINGGAL DUA TAMU) PADA SISWA KELAS X BAHASA DI SMA NEGERI 3 KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PAI

MATERI AKIDAH AKHLAK DENGAN METODE

TWO STAY TWO STRAY (DUA TINGGAL DUA TAMU)

PADA SISWA KELAS X BAHASA DI SMA NEGERI 3 KOTA

SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh :

BETI AYU SURYANI

NIM.111-14-092

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

iii

Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya terhadap mahasiswa berikut ini:

Dengan ini kami mohon kepada Bapak Rektor IAIN Salatiga agar skripsi saudari tersebut diatas segera dimunaqosahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Pendidikan Agama Islam (PAI)

(4)
(5)
(6)
(7)

vii MOTTO

Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah,

niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayah bundaku tercinta, Mono dan Nyami yang selalu dengan sabar mencurahkan kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah putus untuk penulis.

2. Calon Suamiku tercinta Jatmiko Pitoyo yang selalu memberi dukungan dan motivasi sehingga terselesainya skripsi ini dengan lancar

3. Adikku tersayang Dhimas Adam Sukmana dan Winda Oktavia yang selalu memberi dukungan sehingga terselesainya skripsi ini dengan lancar

4. Spesial Prof. Dr.H. Mansur, M.Ag, yang tidak henti-hentinya membimbing dan meluangkan waktunya

5. Arsyila Yasna Malaika, Terima kasih atas ide-ide kreatifnya sehingga skripsi dapat tersusun dengan baik.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam pencipta langit dan bumi beserta isinya yang telah memberikan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada pemimpin umat dan penutup para Rasul, Muhammad SAW yang telah membimbing dan mendidik manusia dari masa kegelapan menuju masa yang sangat terang benderang dengan syariatnya yang lurus.

Skripsi yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar PAI Materi Akidah

Akhlak dengan Metode Two stay two stray (dua tinggal dua tamu) pada Siswa Kelas X Bahasa di SMA Negeri 3 Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018” ini, diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Salatiga.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual. Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

(10)

x

3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M. Ag selaku Ketua Program Pendidikan Agama Islam (PAI)

4. Prof. Dr.H. Mansur, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi

6. Ayah dan Ibuku tercinta Mono dan Nyami yang selalu dengan sabar mencurahkan kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah putus untuk penulis

7. Sahabat-sahabatku PAI angkatan 2014 yang telah menemani hari-hari saat kuliah di IAIN Salatiga.

Semoga segala amal yang telah diperbuat akan menjadi amal saleh, yang akan mendaptakan pahala yang berlipat dari Allah SWT, kelak di kemudian hari. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.ya rabbal „alamin.

Salatiga, 18 Februari 2018 Yang menyatakan

(11)

xi ABSTRAK

Suryani, Beti Ayu. 2017. Peningkatan Prestasi Belajar PAI Materi Akidah Akhlak dengan Metode Two stay two stray (dua tinggal dua tamu) pada Siswa Kelas X Bahasa di SMA Negeri 3 Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018).

Kata kunci: Prestasi Belajar, PAI, Two stay two stray

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan Prestasi Belajar PAI Materi Akidah Akhlak dengan Metode Two stay two stray (dua tinggal dua tamu) pada Siswa Kelas X Bahasa di SMA Negeri 3 Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018.

Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar yang berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi, tes, dan pengamatan langsung selama proses pembelajaran.Tekni analisis data yang digunakan adalah teknis analisis deskriptif, kualitatif dan kuantitatif.

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN DEKLARASI DAN PERNYATAAN KESEDIAAN DIPUBLIKASIKAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Hipotesis Penelitian ... 6

F. Penegasan Istilah ... 6

G. Metode Penelitian... 8

H. Teknik Analisa Data ... 10

I. Sistematika Penulisan Skripsi ... 21

BAB II KAJIAN TEORI A. Prestasi Belajar ... 23

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 23

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 25

3. Bentuk-Bentuk Upaya Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa ... 42

(13)

xiii

5. Upaya Guru dalam Mengatasi Kesulitan Belajar ... 45

B. Pendidikan Agama Islam Jenjang SMA ... 50

C. Metode Two stay two stray (dua tinggal dua tamu) ... 60

D. Kriteria Ketuntasan Minimal ... 65

E. Penelitian yang Relevan ... 67

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum di SMA Negeri 3 Salatiga ... 70

1. Sejarah singkat SMA Negeri 3 Salatiga ... 70

2. Identitas di SMA Negeri 3 Salatiga ... 71

3. Kepala Sekolah ... 72

4. Visi Misi ... 72

5. Struktur organisasi sekolah ... 74

6. Keadaan Pendidik dan siswa ... 75

B. Subyek Penelitian dan Karakteristik ... 77

C. Deskripsi Siklus ... 79

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 87

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 96

B. Saran ... 97 DAFTAR PUSTAKA

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang masalah

Guru adalah orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid, baik secara individual atau kelompok baik sekolah atau di luar sekolah. Guru dalam arti kata digugu dan ditiru jadi guru adalah pembimbing dan pengajar, pembimbing artinya pembentuk watak, perilaku, dan akhlak anak didik (transfer of values) (Akhmal Hawi, 2006:57). Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2011:107), menyatakan bahwa guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan. Unsur manusia lainnya adalah anak didik. Guru dan anak didik berada dalam suatu relasi kejiwaan. Keduanya berada dalam proses interaksi edukatif dengan tugas dan peranan yang berbeda. Guru yang mengajar dan mendidik dan anak didik yang belajar dengan menerima bahan pelajaran dari guru di kelas.

Dari pengertian di atas, dapat dipahami pendidikan Islam merupakan proses bimbingan perkembangan jasmani dan rohani manusia melalui ajaran Islam dengan memperhatikan fitrah manusia yang ada pada diri manusia dimana manusia mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya sesuai dengan tujuan pencipta-Nya (Akhmal Hawi, 2005:159).

(15)

2

pengajaran atau latihan serta penggunaan pengalaman (Ramayulis, 2005:21). Jadi, Pendidikan Agama Islam adalah orang yang mengajarkan materi-materi pendidikan Agama Islam kepada siswa, agar siswa menjadi orang berilmu pengetahuan, beriman dan berakhlak mulia.

Pendidikan Agama Islam membimbing dan melatih agar siswa cerdas secara lahir dan batin. Pendidikan Agama Islam membimbing siswa agar menjadi hamba pengabdi kepada Allah SWT dari dunia hingga akhirat. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan perwujudan individu. Pada prinsipnya pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat dengan memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (Permendiknas, 2011:7).

(16)

3

maksimal karena siswa hanya diberi tugas untuk mengisi LKS kemudianguru memberikan nilai. Hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi kurang efektif. Ketercapaian hasil belajar siswa bukan hanya dilihat dari metode atau cara penyampaian materi kepada siswa, akan tetapi proses belajar mengajar siswa sangat berperan penting dalam meningkatkan tercapainya hasil belajar siswa.

Untuk meningkatkan hasil pembelajaran tersebut diperlukan upaya perbaikan dalam model pembelajarannya. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat dengan mengacu pada pembelajaran yang berpusat pada siswa.Di dalam proses pembelajaran, guru harus memiliki model, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengenai pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki model itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut metode mengajar. Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar.

Seperti diungkapkan oleh Slameto (2013:65), bahwa metode mengajar digunakan untuk memotivasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi ataupun menjawab suatu pertanyaan yang bertujuan agar siswa mampu berfikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam menghadapi segala hal persoalan.

(17)

4

Agama Islam. Minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ini perlu mendapat perhatian khusus, karena minat merupakan salah satufaktor penunjang keberhasilan proses belajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi hasil belajar siswa yang kurang baik pula.

Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan ajar sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, serta penggunaan metode yang kurang menarik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar. Untuk itu disinilah penggunaan metode dalam belajar sangat penting agar siswa tidak bosan ketika sedang mengikuti pelajaran atau ketika proses belajar mengajar berlangsung. Dalam hal ini salah satu metode yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar disekolah, terutama dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah metode kerja kelompok. Didalam kerja kelompok ini proses interkasi siswa terlibat, saling tukar informasi, memecahkan masalah, siswa berperan aktif, tidak pasif dalam interaksi tersebut.

Temuan di SMA Negeri 3 Salatiga saat di lakukan Pra Siklus hanya ada 7 siswa yang tuntas KKM 75 atau 36, 84 %. Berkaitan dengan hal tersebut maka penulis melakukan penelitian tindakan kelas yang akan tertuang dalam skripsi dengan judul:

Peningkatan Prestasi Belajar PAI Materi Akidah Akhlak dengan

(18)

5

pada Siswa Kelas X Bahasa di SMA Negeri 3 Kota Salatiga Tahun Pelajaran

2017/2018)”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah di atas, maka dapat diambil sebuah rumusan masalah yaitu : Apakah penggunaan Metode Two stay two stray (dua tinggal dua tamu) dapat meningkatkan Prestasi Belajar PAI Materi Akidah Akhlak pada Siswa Kelas X Bahasa di SMA Negeri 3 Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan Prestasi Belajar PAI Materi Akidah Akhlak dengan Metode Two stay two stray (dua tinggal dua tamu) pada Siswa Kelas X Bahasa di SMA Negeri 3 Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini terbagi dua, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.

1. Secara teoritis, penelitian ini mendukung teori yang sudah ada dan dapat membantu meningkatkan kemampuan prestasi belajar siswa mata pelajaran PAI pokok bahasan Akidah Akhlak menggunakan metode Two stay two stray (dua tinggal dua tamu) dalam proses pembelajaran.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu: a. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah strategi

(19)

6

mata pelajaran mata pelajaran PAI pokok bahasan Akidah Akhlak menggunakan metode Two stay two stray (dua tinggal dua tamu) dalam proses pembelajaran.

b. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gairah belajar dalam pelajaran, sehingga siswa lebih mandiri, menumbuhkan mental yang kuat, termotivasi dan menjadikan siswa mampu bersikap kritis terhadap prestasi belajar.

c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan positif terhadap penggunaan metode Two stay two stray (dua tinggal dua tamu) untuk meningkatkan prestasi belajar.

E.Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian (Saifuddin Azwar, 2010:49). Hipotesis yang diajukan oleh penulis adalah Penggunaan Metode Two stay two stray (dua tinggal dua tamu) dapat meningkatkan prestasi belajar pada Mata Pelajaran PAI Materi Akidah Akhlak Kelas X Bahasa di SMA Negeri 3 Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018. F.Penegasan Istilah

1. Prestasi Belajar

(20)

7

pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.

Jadi, prestasi belajar adalah perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu.

2. Pelajaran PAI

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk menyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muhaimin, 2002:183).

Jadi, Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama serta menjadikannya sebagai pedoman sebagai pandangan hidup.

3. Metode Two stay two stray (dua tinggal dua tamu)

(21)

8

Model pembelajaran Two stay two stray (dua tinggal dua tamu) ini memberi kesempatan kepada kelompok untuk mengembangkan hasil informasi dengan kelompok lainnya.Selain itu, struktur Two stay two stray (dua tinggal dua tamu) ini memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil kesempatan kepada kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup diluar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu dengan yang lainnya.

G.Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar yang berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. PTK merupakan suatu tindakan yang bersifat reflektif oleh para pelaku tindakan, dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional mengenai tindakan mereka dalam bertugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta memperbaiki kondisi di mana praktik pembelajaran dilaksanakan.

(22)

9

kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Suharsimi Arikunto. dkk, 2010:3).

Adapun tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah: a. Peningkatan dan perbaikan praktik pembelajaran.

b. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah

c. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam kelas.

d. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan e. Menumbuh-kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah

sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable).

Tahap-tahap dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari empat tahapan penting, meliputi ; (1) planning (perencanaan), (2) Action (tindakan), (3) Observation (pengamatan) dan (4) Reflection (refleksi) Lebih jelasnya sebagai berikut :

a. Tahap Perencanaan (planning)

Merupakan bagian awal yang harus dilakukan peneliti sebelum seluruh rangkaian kegiatan dilakukan. Kegiatan yang dilakukan adalah: 1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ).

(23)

10 3) Menyusun soal test.

4) Membuat lembar observasi kegiatan guru dan siswa. 5) Membuat skenario perbaikan

b. Tahap Tindakan (action)

1) Guru membuat skenario atau konsep pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.

2) Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat

c. Tahap Pengamatan (observation)

Pada tahap ini segala aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran diamati, dicatat dan danilai, kemudian dianalisis untuk dijadikan umpan balik. Aktivitas guru antara lain: pemberian motivasi belajar, kejelasan dan sistematika penyampaian materi, pengelolaan pembelajaran, kejelasan suara, penguasaan bahan, tuntutan pencapaian atau ketercapaian kopetensi siswa, memberikan evaluasi, ketetapan strategi pembelajaran. Sedangkan aktivitas siswa antara lain: memperhatikan penjelasan guru, bertanya mengenai materi yang belum jelas, rasa ingin tahu siswa meningkat, mengerjakan soal evaluasi, kerjasama dengan kelompok, keaktifan dalam kelompok.

d. Tahap Analisis dan Refleksi (reflection)

(24)

11

1) Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran. 2) Evaluasi hasil observasi.

3) Analisis hasil pembelajaran. Memperbaiki kelemahan siklus I pada siklus II dan siklus III (Suharsimi Arikunto. dkk, 2010:20).

Hasil refleksi berupa refleksi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan tersebut, yang akan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada tahap selanjutnya, yaitu siklus II dan seterusnya.

(25)

12

Gambar. 3.1. Langkah-langkah Siklus Penelitian

2. Waktu dan Subjek Penelitian

Penelitian akan dimulai tanggal 08 Desember – 20 Januari 2018 adapun subjek penelitian yang dikenai tindakan dalam penelitian ini adalah Siswa kelas X Bahasa SMA Negeri 3 Kota Salatiga yang berjumlah 19 Siswa.

3. Langkah-langkah Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas, peneliti memakai 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. Sebelum peneliti melaksanakan siklus, terlebih dahulu diadakan pre tes yaitu untuk mengetahui sejauhmana kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang telah diajarkan sebelumnya yaitu Akidah Akhlak dengan Pokok Bahasan Demokrasi. Nilai dari soal akan digunakan sebagai skor awaldalam menentukan poin bagi kemajuan tim. Sedangkan untuk tiap – tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, danrefleksi.

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara kolaborasi partisipasif antara guru mata pelajaran PAI kelas X Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga dengan peneliti.

a. Siklus I

1) Perencanaan tindakan (planning)

(26)

13

persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan tindakan siklus I diantaranya:

a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode Two stay two stray (dua tinggal dua tamu) b) Membuat instrumen pengamatan yang terdiri dari lembar observasi

dan pedoman wawancara

c) Menyiapkan media yang diperlukan dalam rencana tindakan kelas. 2) Pelaksanaan tindakan (acting)

Tahap pelaksanaan ini meliputi: Pendahuluan dan kegiatan inti

3) Kegiatan Inti a) Ekplorasi

Guru meminta membaca Q.S. Ali Imran : 159 dan Asy-Syura : 38 dengan baik dan benar, menyebutkan arti Q.S. Ali Imran; 159 dan Asy-Syura; 38 dan mengidentifikasi ciri-ciri orang yang demokratis sesuai dengan QS Ali Imran: 159 dan Asy - Syura: 38.

b) Elaborasi

(1) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang materi yang belum jelas

(27)

14

(3) Gurumelakukan tanya jawab tentang Q.S. Ali Imran : 159 dan Asy-Syura : 38 beserta ciri-ciri orang yang demokratis

(4) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang materi yang belum jelas

(5) Setelah materi disampaikan, guru mengajak siswa untuk menunjukkan perilaku yang demokratis seperti yang terkandung dalam QS Ali Imran;159 dan Q.S. Asyura; 38. (6) Guru mengulang-ulang bacaan dan menjelaskan arti yang

terkandung dalam QS Ali Imran;159 dan Q.S. Asyura; 38 c) Konfirmasi

(1) Guru memberikan siswa lembar kerja materi QS Ali Imran;159 dan Q.S. Asyura; 38

(2) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik.

d) Penutup, pada tahap ini guru menyampaikan ulasan terhadap jawaban atau tanggapan siswa serta membuat kesimpulan dan memberikan penguatan terhadap jawaban atau tanggapan siswa. 4) Pengamatan (Observation)

(28)

15 5) Refleksi

Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengungkapkan kembali apa yang sudah dilakukan, dari pelaksanaan tindakan dan observasi, maka diperoleh informasi tentang penerapan metode Two stay two stray (dua tinggal dua tamu). Kemudian hasilnya dianalisis dan disimpulkan bersama oleh peneliti dan observer untuk mengetahui apakah tindakan yang dilaksanakan sudah berjalan sesuai tujuan yang diinginkan atau belum.

b. Siklus II

Siklus ini merupakan tahap perbaikan dari siklus I . siklus ini bertujuan untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus II ini sama dengan tahapan pada siklus I, hanya pada siklus II ini lebih ditekankan pada perbaikan siklus I. Tahapan yang dilakukan pada siklus II ini adalah:

1) Perencanaan (planning)

Pada tahap ini tindakan yang dilakukan adalah menyusun rancangan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan sebagaimana pada siklus I.

2) Pelaksanaan tindakan (action)

(29)

16 3) Kegiatan Inti

a) Ekplorasi

Guru meminta membaca Q.S. Ali Imran : 159 dan Asy-Syura : 38 dengan baik dan benar, menyebutkan arti Q.S. Ali Imran; 159 dan Asy-Syura; 38 dan mengidentifikasi ciri-ciri orang yang demokratis sesuai dengan QS Ali Imran: 159 dan Asy - Syura: 38.

b) Elaborasi

(1) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang materi yang belum jelas

(2) Peserta didik diarahkan untuk membacaQ.S. Ali Imran : 159 dan Asy-Syura : 38

(3) Gurumelakukan tanya jawab tentang Q.S. Ali Imran : 159 dan Asy-Syura : 38 beserta ciri-ciri orang yang demokratis

(4) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang materi yang belum jelas

(5) Setelah materi disampaikan, guru mengajak siswa untuk menunjukkan perilaku yang demokratis seperti yang terkandung dalam QS Ali Imran;159 dan Q.S. Asyura; 38. (6) Guru mengulang-ulang bacaan dan menjelaskan arti yang

(30)

17 c) Konfirmasi

(1) Guru memberikan siswa lembar kerja materi QS Ali Imran;159 dan Q.S. Asyura; 38

(2) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik.

d) Penutup, pada tahap ini guru menyampaikan ulasan terhadap jawaban atau tanggapan siswa serta membuat kesimpulan dan memberikan penguatan terhadap jawaban atau tanggapan siswa 4) Pengamatan (observation)

Peneliti mengamati kegiatan pembelajaran pada siklus II untuk mengetahui kekurangan yang terjadi pada siklus I.

5) Refleksi

Data dan informasi yang telah didapatkan kemudian didiskusikan oleh peneliti dan observer yang kemudian akan dijadikan sebagai landasan untuk menentukan apakah tujuan yang diharapkan sudah tercapai atau belum. Apabila pada siklus II ini sudah terjadi peningkatan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, maka penelitian akan dihentikan.

4. Teknik Pengumpulan Data

(31)

18 a. Metode Observasi

Metode observasi adalah tekhnik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran (Abdurrahmat

Fathoni, 2001:104). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan situasi proses pembelajaran PAI di kelas X Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga.

b. Tes

Metode tes adalah metode penyelidikan yang menggunakan soal soal, pertanyaan-pertanyaan, atau tugas-tugas lain yang telah distandarisasikan. Dilihat dari caranya orang mengerjakan test seakan-akan seperti eksperimen, namun kedua metode ini berbeda. Pada eksperimen, orang dengan sengaja menerapkan treatment atau perlakuan dan ingin mengetahui efek dari treatment tersebut. Pada test orang ingin mengetahui kemampuan-kemampuan ataupun sifat-sifat lain dari testee. Pada test yang penting adalah telah adanya standarisasi di mana ini tidak terdapat dalam eksperimen (Suharsimi Arikunto, 1980:217-218).

Metode tes digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi belajar PAI melalui metode Two stay two stray (dua tinggal dua tamu) sebagai evaluasi setelah proses pembelajaran berlangsung. Tes yang digunakan adalah tes tertulis.

(32)

19

Dokumentasi terdiri atas tulisan pribadi seperti buku harian, surat-surat dan dokumen resmi (S. Nasution, 2002:85). Metode dokumentasi ini digunakan peneliti untuk mengetahui dan mendapatkan daftar nama peserta didik yang menjadi sampel penelitian tindakan kelas. 5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang peneliti gunakan untuk menilai tingkat keberhasilan peserta didik adalah Instrumen evaluasi. Instrumen ini digunakan untuk memperoleh hasil yang telah sesuai dengan kenyataan yang dievaluasi. Sedang bentuk evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik adalah soal pilihan ganda sebanyak 25 soal, dimana setiap item yang benar nilai 1 dan salah 0. Serta uraian sebanyak 5 soal, setiap item yang benar nilai 2.

(33)

20 H.Teknik Analisis Data

1. Nilai Rata-rata Kelas

Data yang diperoleh dari penelitian baik melalui pengamatan, tes, atau dengan menggunakan metode yang lain kemudian diolah dengan analisis data deskriptif untuk menggambarkan keberhasilan pembelajaran PAI dengan penerapan metode Two stay two stray (dua tinggal dua tamu).

Semua data hasil penelitian di analisis dengan menggunakan deskriptif Persentase, hasil penelitian dianalisis dua kali yaitu analisis ketuntasan belajar secara individu dan analisis ketuntasan belajar secara klasikal. Ketuntasan belajar secara individu menggunakan rumus berikut:

Nilai = x100%

Dengan kriteria ketuntasan yang ditunjukkan tabel berikut:

Nilai Kriteria Ketuntasan

< 75 Tidak Tuntas

≥ 75 Tuntas

(34)

21

n2 = Jumlah total peserta didik

2. Indikator Keberhasilan

Indikator pencapaian dalam penelitian tindakan Kelas X ini adalah meningkatnya prestasi belajar peserta didik. apabila peserta didik mampu memperoleh nilai dengan KKM 75 dan meningkatnya prestasi belajar ditandai rata-rata nilai hasil lebih dari 75. Dan rata-rata siswa yang mendapatkan nilai tersebut dinyatakan tuntas apabila telah mencapai 85 % dari jumlah siswa kelas X Bahasa yang ada di SMA Negeri 3 Kota Salatiga. I. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini penulis bagi dalam beberapa bab dengan sistematika sebagai berikut:

Sebelum memasuki Bab pendahuluan akan penulis kemukakan terlebih, halaman judul, lembar persetujuan, lembar pengesahan, motto, abstraksi, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran.

Bab I Pendahuluan berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan, Metode Penelitian (Rancangan Penelitian, Subjek Penelitian, Langkah-langkah Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Instrumen Penelitian, Pengumpulan Data) dan Analisis Data.

(35)

22

Bab III Pelaksanaan Penelitian yaitu Deskripsi Pelaksanaan Siklus I (perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi), Deskripsi Pelaksanaan Siklus II.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi Deskripsi per siklus (data hasil penelitian, refleksi) serta Pembahasan.

(36)

23 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Prestasi adalah hasil, kinerja (Eko Endarmoko, 2007:317). Adapun pengertian prestasi menurut WJS. Poerwadarminta adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan

sebagainya) dan menurut Mas’ud Khasan Abdul Qohar (2007, 65) dalam

kamus ilmiah populer, prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan kerja (W.J.S Poerwadarminta, 1982:768).

Sedangkan Belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah menuntut ilmu, bersekolah, berlatih. Untuk menjelaskan maksud tersebut disini dipaparkan pengertian belajar:

a.Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku manusia sebagai hasil dari pengalaman, tingkah laku dapat bersifat jasmaniah (kelihatan) dapat juga bersifat intelektualatau merupakan suatu sikap sehingga tidak dapat dilihat.

(37)

24

c.Belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman (Muhaimin, 1996:37).

Jadi belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman dan proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan (Oemar Hamalik, 2007:27-28).

Prestasi belajar merupakan simbol dari keberhasilan seorang siswa dalam studinya. Menurut Bloom salah satu tokoh Humanistik menyebutkan bahwa prestasi belajar adalah sebagai perubahan tingkah laku meliputi tiga ranah yang disebut Taksonomi. Tiga ranah dalam Taksonomi Bloom adalah: a. Domain kognitif, terdiri atas enam tingkatan: Pengetahuan, Pemahaman,

Aplikasi, Analisis, Sintesis, Evaluasi.

b. Domain psikomotor, terdiri atas lima tingkatan: Peniruan, Penggunaan, Ketepatan, Perangkaian, Naturalisasi.

c. Domain afektif terdiri atas lima tingkatan: Pengenalan, Merespon, Penghargaan, Pengorganisasian, Pengamalan (Asri Budiningsih, 2005:75).

(38)

25

Jadi, prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, Ujian Tengah Semester, Ujian Akhir Semester bahkan Ujian Akhir Nasional dan ujian-ujian masuk Perguruan Tinggi. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut:

a. Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal), terdiri dari faktor fisiologis, psikologis dan kematangan.

1) Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh (kesehatan).

Kondisi tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajari kurang dipahami. Untuk mempertahankan jasmani yang sehat maka siswa dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olah raga ringan yang berkesinambungan.

(39)

26

memperoleh bantuan pemeriksaan rutin dari dinas kesehatan. Kiat lain adalah menempatkan siswa yang penglihatan dan penglihatan dan pendengarannya kurang sempurna di deretan bangku terdepan secara bijaksana (Muhibbin Syah, 2005:145-146).

2) Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh (intelegensi, perhatian, sikap siswa, bakat, minat, motivasi)

a) Intelegensi

Intelegensi adalah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berpikir yang sesuai dengan tujuannya (Ngalim Purwanto, 2007:52). Tingkat intelegensi siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan intelegensi siswa maka semakin besar peluangnya meraih sukses, demikian pula sebaliknya.

b) Perhatian

(40)

27

kesadaran kehendak (nonvolitional attention) (Tohirin, 2005:129-130).

c) Sikap

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relative tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya baik secara positif maupun negatif. Untuk mengantisipasi sikap negatif guru dituntut untuk lebih menunjukkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan mata pelajarannya. Selain menguasai bahan-bahan yang terdapat dalam bidang studinya, tetapi juga meyakinkan siswa akan manfaat bidang studi itu bagi kehidupan mereka. Sehingga siswa merasa membutuhkannya, dan muncullah sikap positif itu.

d) Bakat

(41)

28 e) Minat

Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Siswa yang menaruh minat besar terhadap kesenian akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada yang lain. Pemusatan perhatian itu memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat dan mencapai prestasi yang diinginkan (E. Mulyasa, 2004:194).

f) Motivasi

(42)

29

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis (kesiapan, kelelahan) a) Kematangan

Kematangan merupakan suatu tingkatan atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana seluruh organ-organ biologisnya sudah siap untuk melakukan kecakapan baru. Anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajar akan lebih berhasil apabila anak sudah siap (matang) untuk belajar. Dalam konteks proses pembelajaran kesiapan untuk belajar sangat menentukan aktivitas belajar siswa. b) Kesiapan

Kesiapan atau readiness merupakan kesediaan untuk memberi respons atau bereaksi. Kesediaan itu datang dari dalam diri siswa dan juga berhubungan dengan kematangan. Kesiapan amat perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dengan kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. c) Kelelahan

(43)

30

b. Faktor yang berasal dari luar (eksternal) diantaranya:

Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri anak didik.Faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

1) Faktor keluarga

Pengertian keluarga menurut Abu Ahmadi adalah Unit satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan kelompok terkecil dalam masyarakat (Abu Ahmadi, 1997:87).

Keluarga akan memberikan pengaruh kepada siswa yang belajar berupa: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.

a) Cara orang tua mendidik

Orang tua merupakan sumber pembentukan kepribadian anak, karena anak mulai mengenal pendidikan yang pertama kali adalah pendidikan keluarga oleh orang tuanya.

b) Relasi antar anggota keluarga

(44)

31

pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sikap yang terlalu keras, ataukan sikap yang acuh tak acuh dan sebagainya.

Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk menyukseskan belajar anak sendiri.

c) Suasana rumah tangga

Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi-situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja. Suasana rumah yang gaduh/ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar. Suasana tersebut dapat terjadi pada keluarga yang besar dan terlalu banyak penghuninya. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antar anggota keluarga atau dengan keluarga lainnya menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, akibatnya belajarnya menjadi kacau.

d) Keadaan ekonomi keluarga

(45)

32

perlindungan, kesehatan dan lain-lainnya, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis, buku-buku dan lain sebagainya. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang (Abu Ahmadi, 1997:90).

Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu. Akibat yang lain anak selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa minder dengan teman lain, hal ini pasti akan mengganggu belajar anak. Bahkan mungkin anak harus bekerja mencari nafkah untuk membantu orang tuanya walaupun sebenarnya anak belum saatnya untuk bekerja, hal yang seperti ini akan mengganggu belajar anak. Walaupun tidak dapat dipungkiri tentang adanya kemungkinan anak yang serba kekurangan dan selalu menderita akibat ekonomi keluarga yang lemah, justru keadaan yang begitu menjadi cambuk baginya untuk belajar lebih giat dan akhirnya sukses besar. Hal ini terjadi karena anak merasa bahwa nasibnya tidak akan berubah jika dia sendiri tidak berusaha mengubah nasibnya sendiri.

(46)

33

memusatkan perhatiannya kepada belajar. Hal tersebut juga dapat mengganggu belajar anak.

e) Latar belakang kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaaan-kebiasaaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar

2) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Berikut ini akan penulis bahas faktor-faktor tersebut satu persatu.

a) Metode Mengajar

Metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan (Winarno Surakhmad, 1980:75).

Sebagaimana kita ketahui ada banyak sekali metode mengajar. Faktor-faktor penyebab adanya berbagai macam metode mengajar ini adalah:

(47)

34

(2) Perbedaan latar belakang individual anak, baik latar belakang kehidupan, tingkat usia maupun tingkat kemampuan berfikirnya.

(3) Perbedaan situasi dan kondisi di mana pendidikan berlangsung. (4) Perbedaan pribadi dan kemampuan dari pendidik

masing-masing.

(5) Karena adanya sarana/fasilitas yang berbeda baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitas (Zuhairini, 1983:80).

Metode mengajar seorang guru akan mempengaruhi belajar siswa. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa menjadi tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menerangkannya tidak jelas. Akibatnya siswa malas untuk belajar.

(48)

35 b) Kurikulum

Kurikulum dipandang sebagai sejumlah mata pelajaran yang tertentu yang harus ditempuh atau sejumlah pengetahuan yang harus dikuasai untuk mencapai suatu tingkat atau ijazah (Zuhairini, 1983:84).

Kurikulum sangat mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Kurikulum yang tidak baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa. Sistem instruksional sekarang menghendaki proses belajar mengajar yang mementingkan kebutuhan siswa. Guru perlu mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani siswa belajar secara individual.

c) Relasi Guru dengan Siswa

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar juga dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya.

(49)

36

mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju.

Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab, menyebabkan proses belajar mengajar itu kurang lancar. Juga siswa merasa jauh dari guru, maka segan untuk berpartisipasi secara aktif dalam belajar.

d) Relasi Siswa dengan Siswa

Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing individu tidak tampak.

Siswa yang mempunyai sifat-sifat dan tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya. Lebih-lebih lagi ia akan menjadi malas untuk masuk sekolah dengan alasan-alasan yang tidak-tidak karena di sekolah mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman-temannya.

e) Disiplin Sekolah

(50)

37

adalah: dengan pembiasaaan, dengan contoh atau tauladan dan dengan penyadaran.

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan atau keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain. Kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya, dan kedisiplinan team BP dalam pelayanannya kepada siswa.

f) Alat Pelajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.

(51)

38 g) Waktu Sekolah

Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang, sore atau malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Akibat meledaknya jumlah anak yang masuk sekolah, dan penambahan gedung sekolah belum seimbang dengan jumlah siswa, banyak siswa yang terpaksa masuk sekolah disore hari, hal yang sebenarnya kurang dapat dipertanggung jawabkan. Di mana siswa harus istirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah, sehingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan lain sebagainya. Sebaliknya bagi siswa yang belajar dipagi hari, pikiran masih segar, jasmani dan rohani dalam keadaan yang baik. Jika siswa bersekolah pada waktu kondisi badannya sudah lelah, misalnya pada siang hari, akan mengalami kesulitan di dalam menerima pelajaran. Kesulitan itu disebabkan karena siswa kurang berkonsentrasi dan berpikir pada kondisi badan yang sudah lemah tadi. Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh positif terhadap belajar.

h) Standar Pelajaran

(52)

39

semacam itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar, yang mengingat perkembangan psikis dan kepribadian siswa yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan masing-masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.

i) Keadaan Gedung

Dengan jumlah siswa yang luar biasaa banyaknya, keadaan gedung dewasa ini terpaksa kurang, mereka duduk berjejal-jejal di dalam setiap kelas.

j) Metode Belajar

Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah, dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu. Juga dalam pembagian waktu untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus menerus, karena besok akan ujian. Dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin jatuh sakit.

k) Tugas Rumah

(53)

40 3) Faktor Masyarakat

Abu Ahmadi mendefinisikan masyarakat dengan suatu kelompok yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya(Abu Ahmadi, 1997:97). Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Yang termasuk dalam faktor masyarakat ini antara lain adalah: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

a) Kegiatan siswa dalam masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.

Perlulah kiranya membatasi kegiatan siswa dalam masyarakat supaya jangan sampai mengganggu belajarnya. Jika mungkin memilih kegiatan yang mendukung belajar. Kegiatan ini misalnya kursus bahasa Inggris, PKK remaja, kelompok diskusi dan lain sebagainya.

b) Mass media

(54)

41

itu ada dan beredar dalam masyarakat (Abu Ahmadi, 1997:104). Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga memberi pengaruh yang jelek terhadap siswa. Sebagai contoh, siswa yang suka nonton film atau membaca cerita-cerita detektif, pergaulan bebas akan berkecenderungan untuk berbuat seperti tokoh yang dikagumi dalam cerita itu, karena pengaruh dari jalan ceritanya. Jika tidak ada kontrol dan pembinaan dari orang tua (bahkan pendidik), pastilah semangat belajarnya menurun bahkan mundur sama sekali.

c) Teman bergaul

Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti berpengaruh jelek pula. Teman bergaul yang tidak baik misalnya yang suka bergadang, minum-minum dan lain sebagainya. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana. d) Bentuk kehidupan masyarakat

(55)

42

yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri, dan mempunyai kebiasaaan yang tidak baik akan berpengruh jelek terhadap anak (siswa) yang berada di situ.Masih banyak lagi faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh pada prestasi belajar seseorang. Maka tugas orang tua, pendidik untuk memahami secara mendalam, sehingga dikemudian hari dapat membina anak secara individual dan efektif.

3. Bentuk-Bentuk Upaya Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Adapun bentuk upaya dalam meningkatkan proses belajar siswa antara lain yaitu :

a. Tujuan

Tujuan menunjukkan arah dari suatu usaha, sedangkan arah menunjukkan jalan yang harus ditempuh. Setiap kegiatan mempunyai tujuan tertentu karena berhasil tidaknya suatu kegiatan diukur sejauh mana kegiatan tersebut mencapai tujuannya.

b. Metode dan alat

(56)

43 c. Bahan atau materi

Dalam pemilihan materi atau bahan pengajaran yang akan diajarkan disesuaikan dengan kemampuan siswa yang selalu berpedoman pada tujuan yang ditetapkan. Karena dengan kegiatan belajar mengajar merumuskan tujuan, setelah tujuan dapat diketahui, kemudian baru menetapkan materi. Setelah materi ditetapkan guru dapat menentukan metode yang akan dipakai dalam menyampaikan materi tersebut.

d. Evaluasi

Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan metode, alat dan bahan atau materi yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan bisa tercapai semaksimal mungkin (Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo, 1997:39-40).

4. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Fenomena kesulitan belajar seorang peserta didik biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri dari:

a. Faktor intern yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri peserta didik sendiri. Meliputi gangguan psiko-fisik peserta didik, yaitu:

1) Yang bersifat kognitif seperti rendahnya kapasitas intelegensi peserta didik

(57)

44

3) Yang bersifat psikomotor seperti terganggunya alat indera penglihat dan pendengar

b. Faktor ekstern yaitu segala keadaan yang datang dari luar diri peserta didik. Meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar peserta didik, yaitu:

1) Lingkungan keluarga, contohnya ketidakharmonisan orangtua. 2) Lingkungan masyarakat, contohnya lingkungan kumuh.

3) Lingkungan sekolah, contohnya letak sekolah yang dekat pasar (Muhibbin Syah, 1999:181-186).

Dari beberapa uraian di atas penyebab dari kesulitan belajar adalah: 1) sebab-sebab individual, artinya tidak ada dua orang yang mengalami kesulitan belajar itu sama persis penyebabnya, walaupun jenis kesulitan sama, 2) sebab-sebab yang kompleks artinya seorang mengalami kesulitan belajar karena sebab yang bermacam-macam.

Para psikolog merupakan salah satu anggota tim yang sangat penting dalam menanggulangi kesulitan belajar, terutama pada tahap diagnosis dan pemberian rekomendasi upaya perbaikan. Agar guru dapat berkomunikasi dengan baik pada anggota tim psikolog maka salah satu keharusan yang sangat penting adalah memahami psikologi peserta didik dalam kesulitan belajar.

(58)

45

dengan baik. Karena kesulitan belajar ditandai dengan hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.

5. Upaya Guru dalam Mengatasi Kesulitan Belajar

Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat terkadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi. Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas belajar.

Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan anak didik. Keadaan dimana anak didik atau siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut kesulitan belajar(Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004:77).

Menurut Lovitt sebagaimana yang dikutip oleh Mulyono Abdurrahman mendefinisikan bahwa:

(59)

46

Sedang menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono menyatakan bahwa:

Kesulitan belajar tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah (kelainan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar (Abu Ahmadi, 1997:77).

Selanjutnya Derek Wood, dkk mendefinisikan kesulitan belajar adalah rendahnya kepandaian yang dimiliki seseorang dibandingkan dengan kemampuan yang harus dicapai oleh seseorang tersebut ( Derek Wood, dkk, 2005:44). Dengan berbagai definisi dari kesulitan belajar diatas dapat ditarik kesimpulan kesulitan belajar adalah suatu keadaan yang diduga bersumber neurologis yang secara selektif menganggu perkembangan, integrasi, dan/atau kemampuan verbal dan atau non verbal. Kesulitan belajar khusus tampil sebagai suatu kondisi ketidakmampuan yang nyata pada orang-orang yang memiliki intelegensi rata-rata hingga superior, yang memiliki sistem sensoris yang cukup, dan kesempatan untuk belajar yang cukup pula. Berbagai kondisi tersebut bervariasi dalam perwujudan dan derajatnya. Kesulitan belajar tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah (kelainan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar.

(60)

47

a. Faktor intern yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri. Meliputi gangguan psiko-fisik siswa, yaitu:

1) Yang bersifat kognitif seperti rendahnya kapasitas intelegensi siswa 2) Yang bersifat afektif seperti labilnya emosi dan sikap

3) Yang bersifat psikomotor seperti terganggunya alat indera penglihat dan pendengar

b. Faktor ekstern yaitu segala keadaan yang datang dari luar diri siswa. Meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa, yaitu:

1) Lingkungan keluarga, contohnya ketidakharmonisan orangtua. 2) Lingkungan masyarakat, contohnya lingkungan kumuh.

3) Lingkungan sekolah, contohnya letak sekolah yang dekat pasar (Muhibbin Syah, 1999:181-186).

Dari beberapa uraian di atas penyebab dari kesulitan belajar adalah: 1) sebab-sebab individual, artinya tidak ada dua orang yang mengalami kesulitan belajar itu sama persis penyebabnya, walaupun jenis kesulitan sama, 2) sebab-sebab yang kompleks artinya seorang mengalami kesulitan belajar karena sebab yang bermacam-macam.

(61)

48

keharusan yang sangat penting adalah memahami psikologi siswa dalam kesulitan belajar(Mulyono Abdurrahman, 2003:83).

Seorang petugas psikolog mendiagnosis hendaknya lebih teliti, cermat, hati-hati agar dalam usaha-usaha diagnosisnya dapat berhasil dengan baik. Karena kesulitan belajar ditandai dengan hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Dalam menetapkan alternative pemecahan masalah kesulitan belajar peserta didik, guru dianjurkan terlebih dahulu untuk mengidentifikasi fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda peserta didik. Dalam melakukan diagnosis kesulitan belajar peserta didik, perlu ditempuh langkah-langkah berikut sebagaimana prosedur dari Weener dan Senf yang dikutip oleh Winarni, dikutip oleh Muhibin Syah sebagai berikut:

a. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang peserta didik ketika mengikuti pelajaran.

b. Memeriksa penglihatan dan pendengaran peserta didik khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar

c. Mewawancarai orangtua peserta didik untuk mengetahui hal-hal dalam keluarga peserta didik yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar d. Memberikan tes diagnostic bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui

hakikat kesulitan belajar yang dialami peserta didik

(62)

49

Langkah-langkah tersebut di atas pada umumnya dapat dilakukan dengan mudah oleh guru kecuali tes IQ. Untuk keperluan tes IQ orang tua dan guru dapat berhubungan dengan klinik psikologi. Disitulah akan ditemukan peserta didik jauh dibawah normal atau anak yang cemerlang, berbakat yang mempengaruhi kesulitan belajar dan berpengaruh pada prestasi belajar peserta didik.

Selanjutnya, anak berkesulitan belajar tergolong anak biasa, mereka tidak memerlukan sekolah khusus atau sekolah luar biasa. Mereka dapat belajar disekolah biasa atau sekolah reguler bersama anak lain yang tidak berkesulitan belajar. Meskipun demikian anak berkesulitan belajar tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus atau pendidikan luar biasa.

Di negara kita guru khusus bagi anak berkesulitan belajar masing sangat langka. Meskipun jurusan pendidikan Luas Biasa FIP IKIP Jakarta sudah menyelenggarakan pendidikan guru khusus bagi anak berkesulitan belajar sejak tahun 1970-an, penempatan lulusannya ke dalam sistem pendidikan masih mengalami banyak kesulitan (Mulyono Abdurrahman, 2003:102).

(63)

50 B.Pendidikan Agama Islam Jenjang SMA

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pengertian pendidikan itu bermacam-macam, hal ini disebabkan karena perbedaan falsafah hidup yang dianut dan sudut pandang yang memberikan rumusan tentang pendidikan itu. Menurut Sahertian (2000 : 1) mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan Ihsan mengatakan bahwa pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Atau dengan kata lain bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan pendidikannya (Ihsan, 1996 : 1).

(64)

51

sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal dan juga karena ajaran islam berisi tentang ajaran sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat. Semula yang bertugas mendidik adalah para Nabi dan Rasul selanjutnya para ulama, dan cerdik pandailah sebagai penerus tugas, dan kewajiban mereka (Drajat, 1992 : 25-28).

Pendidikan agama dapat didefenisikan sebagai upaya untuk mengaktualkan sifat-sifat kesempurnaan yang telah dianugerahkan oleh Allah Swt kepada manusia, upaya tersebut dilaksanakan tanpa pamrih apapun kecuali untuk semata-mata beribadah kepada Allah (Bawani, 1993 : 65). Dalam Jurnal Budiyono saputro (Vol. 12, No. 2, Agustus 2017:293)

mengemukakan bahwa, “Pendidikan Agama Islam menekankan

keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya sebagai bukti

ketaatan pada Allah SWT”.

(65)

52

Allah sebagai sunnatullah. Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmani juga harus berlangsung secara bertahap oleh karena suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan dan pertumbuhan dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan atau pertumbuhannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar atau kegiatan yang disengaja dilakukan untuk membimbing sekaligus mengarahkan anak didik menuju terbentuknya pribadi yang utama (insan kamil) berdasarkan nilai-nilai etika islam dengan tetap memelihara hubungan baik terhadap Allah Swt (Hablumminallah) sesama manusia (hablumminannas), dirinya sendiri dan alam sekitarnya.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan merupakan faktor yang sangat penting, karena merupakan arah yang hendak dituju oleh pendidikan itu. Demikian pula halnya dengan Pendidikan Agama Islam, yang tercakup mata pelajaran akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.

(66)

53

anak didik setelah selesai suatu pelajaran di sekolah, karena tujuan berfungsi mengarahkan, mengontrol dan memudahkan evaluasi suatu aktivitas sebab tujuan pendidikan itu adalah identik dengan tujuan hidup manusia. Dari uraian di atas tujuan Pendidikan Agama peneliti sesuaikan dengan tujuan Pendidikan Agama di lembaga-lembaga pendidikan formal dan peneliti membagi tujuan Pendidikan Agama itu menjadi dua bagian dengan uraian sebagai berikut :

a. Tujuan Umum

Tujuan umum Pendidikan Agama Islam adalah untuk mencapai kwalitas yang disebutkan oleh Al-Qur'an dan hadits sedangkan fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang dasar No. 20 Tahun 2003 .

(67)

54

dengan akhlak yang mulia sebagai sasaran akhir dari Pendidikan Agama itu.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus Pendidikan Agama adalah tujuan yang disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan jenjang pendidikan yang dilaluinya, sehingga setiap tujuan Pendidikan Agama pada setiap jenjang sekolah mempunyai tujuan yang berbeda-beda, seperti tujuan Pendidikan Agama di sekolah dasar berbeda dengan tujuan Pendidikan Agama di SMP, SMA dan berbeda pula dengan tujuan Pendidikan Agama di perguruan tinggi.

Tujuan khusus pendidikan seperti di SMA adalah untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut serta meningkatkan tata cara membaca Al-Qur’an dan tajwid sampai kepada tata cara menerapkan hukum bacaan mad dan wakaf. Membiasakan perilaku terpuji seperti qanaah dan tasawuh dan menjawukan diri dari perilaku tercela seperti ananiah, hasad, ghadab dan namimah serta memahami dan meneladani tata cara mandi wajib dan shalat-shalat wajib maupun shalat sunat (Riyanto, 2006 : 160).

(68)

55

agama yang aktif secara otomatis akan menjadi warga negara yang baik, terciptalah warga negara yang pancasila dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa.

3. Ruang Lingkup Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup Pembelajaran Pendidikan agama Islam meliputi tiga

bidang yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak

a. Aqidah

Aqidah arti bahasanya ikatan atau sangkutan. Bentuk jamaknya

ialah aqa’id. Arti aqidah menurut istilah ialah keyakinan hidup atau lebih

khas lagi iman. Sesuai dengan maknanya ini yang disebut aqidah ialah bidang keimanan dalam islam dengan meliputi semua hal yang harus diyakini oleh seorang muslim. Terutama sekali yang termasuk bidang aqidah ialah rukun iman yang enam, yaitu iman kepada Allah, kepada malaikat-malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada Rasul-rasul-Nya,

kepada hari Akhir dan kepada qada’dan qadar.

b. Syari’ah

Syari’ah arti bahasanya jalan, sedang arti istilahnya ialah

(69)

56

yang khusus yang materi dan tata caranya telah ditentukan secara parmanen dan rinci dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasululah SAW. Selanjutnya muamalah dapat dirinci lagi, sehingga terdiri dari:

1) Munakahat (perkawinan), termasuk di dalamnya soal harta waris (faraidh) dan wasiat

2) Tijarah (hukum niaga) termasuk di dalamnya soal sewa-menyewa, utang-piutang, wakaf.

3) Hudud dan jinayat keduanya merupakan hukum pidana islam

Hudud ialah hukum bagi tindak kejahatan zina, tuduhan zina, merampok, mencuri dan minum-minuman keras. Sedangkan jinayat adalah hukum bagi tindakan kejahatan pembunuhan, melukai orang, memotong anggota dan menghilangkan manfaat badan, dalam tinayat berlaku qishas yaitu hukum balas.

Akhlak adalah berasal dari bahasa Arab jamat dari “khuluq”

yang artinya perangai atau tabiat. Sesuai dengan arti bahasa ini, maka akhlak adalah bagian ajaran islam yang mengatur tingkahlaku perangai manusia. Ibnu Maskawaih mendefenisikan akhlak dengan keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan fikiran. Akhlak ini meliputi akhlak manusia kepada tuhan, kepada Nabi, kepada diri sendiri, kepada keluarga, kepada tetangga, kepada sesama muslim, kepada non muslim.

(70)

57

apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat (Amin, 1975 : 3).

Jadi, etika adalah perbuatan baik yang timbul dari orang yang melakukannya dengan sengaja dan berdasarkan kesadarannya sendiri serta dalam melakukan perbuatan itu dia tau bahwa itu termasuk perbuatan baik atau buruk. Etika harus dibiasakan sejak dini, seperti anak kecil ketika makan dan minum dibiasakan bagaimana etika makan atau etika minum, pembiasaan etika makan dan minum sejak kecil akan berdampak setelah dewasa. Sama halnya dengan etika berpakaian, anak perempuan dibiasakan menggunakan berpakaian berciri khas perempuan seperti jilbab sedangkan laki-laki memakai kopya dan sebagainya. Islam sangat memperhatikan etika berpakai sebagaimana yang tercantum dalam surat al-Ahsab di atas.

4. Pentingnya Pendidikan Agama Bagi Kehidupan

Gambar

Tabel. 1. 3.  Hasil Tes
Gambar 3.1. Struktur Organisasi SMA Negeri 3 Salatiga
Tabel. 3.1. Keadaan Guru dan Karyawan
Tabel. 3.3. Jumlah Siswa dan Agama
+7

Referensi

Dokumen terkait

sekolah saja yang mendapatkan pengakuan dunia dalam kategori The Diploma

Menentukan percepatan waktu penyelesaian dan crash cost (biaya akibat percepatan) dari masing- masing kegiatan. Memilih kegiatan kritis dengan slope terkecil dan melakukan

Dengan adanya dokumen muatan dan tiket penumpang kapal laut ini maka penumpang yang menjadi korban dalam kecelakaan kapal laut dapat menerima ganti rugi dari

Konsep dasar yang ideal bagi bisnis waralaba dalam perspektip hukum kontrak adalah berdasarkan rasa keadilan dan kepatutan (equity) dengan mengacu kepada asas-asas hukum

Dalam wawancara dengan Wirosatan seorang desainer grafis album musik yang telah berpengalam lebih dari 10 tahun menyatakan bahwa “Desain maupun bentuk visual (dalam)

Maka rekomendasi mengenai perancangan dari hasil evaluasi / analisis kondisi sistem proteksi petir eksternal dan internal sesuai dengan SNI 03-7015-2004 dan SNI IEC 62305-2009

Dalam konteks pengukuran kinerja untuk instansi pemerintah, Whittaker (1995) mendefmisikan sebagai suatu alat manajemen yang digunakan untk meningkatkan kualitas

Siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal rendah, kemampuan komunikasi matematika tulisnya menempati kategori informasi yang diberikan tidak rinci dan tidak