KABUPATEN MAGELANG 2007/2008
Diajukan Kepada :
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program SI Dalam Ilmu Tarbiyah
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh :
NAMA : Asih Winarti NIM : 11406461
F A K U L T A R T A R B IY A H
SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISL A M N E G R I
(ST A IN ) SA L A T IG A
Lamp
Setelah kami mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudari:
Nama : ASIH WINARTI
NIM :11406461
Jurusan/Program Studi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam
Judul : Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Fiqih Melalui Metode Pembiasaan Siswa Kelas III MI Al-Iman Senobayan Kecamatan Secang Kabupaten Magelang 2007/2008.
Dengan ini kami mohon agar naskah skripsi tersebut dapat segera dimunaqosahkan.
Demikian atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
MELALU1 METODE PEMBIASAAN SISWA KELAS III MI AL IMAN SENOBAYAN KECAMATAN SECANG KABUPATEN MAGELANG 2007 / 2008 .
Nama : ASIH WINART1 NIM : 11406461
Program studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)
«s
t
AlUTi Ak^ti McHi55ikAn Orans
-Or^ng \fat15 beriniAti DiAMtArAmw t>AH
Or&ng
- Or*ti5
\\xns
THberi llmvi
Pen
geteMu&n
BeberApA t>er&j&f*
(A1 Muj*b*UVi: 11)
* •“
VntnU jlyaH I6u Tercinta dengan SegaCa
<Pengor6anan dan %flsih Sayangnya yang Taf^
M ungfyn <Di6atas dengan Jipapun
***Suom i ‘Tercinta yang SetaCu M endampingi
<
Penults daCam S u fe dan (Du^g
jMmamaterf{u ‘Tercinta
Saudara-saudara^ul.Tersayang
Assalamu 'alaikum wr. wb.
Bismillahirrahmanirrahim, pertama-tama saya panjatkan puji dan syukur yang tak terhingga kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik, serta
kekuatan untuk melaksanakan tugas penyusunan skripsi ini. Sebagai syarat penyelesaian gelar Saijana pada jenjang Strata Satu, pada Fakultas Tarbiyah
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Dalam rangka penyelesaian skripsi ini penulis tidak lupa mengucapkan banyak
terima kasih yang tak terhingga, serta penghargaan rasa hormat setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Ketua STAIN Salatiga, Dr. Imam Sutomo, M.Ag. yang telah mengijinkan dan memberi restu dalam penyusunan skripsi ini.
2. Dosen Pembimbing bapak M. Hafidz, M. Ag., yang telah mencurahkan
pikiran, perhatian serta pengorbanan banyak waktuuntuk membimbing dan mengarahkan penyusunan skripsi ini.
3. Segenap staf pengajar Fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga yang telah memberi bekal pengetahuan.
4. Bapak Ibu Tersayang, kakak-kakakku, adik-adikku serat sahabat-sahabatku
yang telah memberikan bantuan bimbingan serta dorongan sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.
5. Bapak Kepala MI Al-Iman beserta Dewan Guru yang telah memberi ijin dan telah membantu dalam membuat skripsi.
Semoga Allah SWT membalas jasa-jasa mereka.
Penulis merasa yakin karunia serta hidayah Allah SWT dan bantuan serta dorongan tersebut di atas maka skripsi ini mungkin tidak dapat diselesaikan. Dan penulis hanya berdo'a kepada Allah SWT, semoga amal beliau serta sahabat- sahabat sekalian mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Dalam
penuliusan ini penulis yakin, akan adanya banyak kekurangan, kesalahan karena
keterbatasan, kemampuan yang saya miliki, maka kritik dan saran yang sifatnya membangun diharapkan sekali akan penulis terima dengan tangan terbuka.
Akhimya hanya kepada Allah SWT skripsi ini penulis serahkan, dengan harapan semoga bermanfaat. Amin.
Wassalamu 'alaikum. wr. wb.
Salatiga,
Halaman
HALAMANJUDUL... i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN... v
HALAMAN KATA PENGANTAR... vi
HALAMAN DAFTAR ISI...vii
HALAMAN DAFTAR TABEL... x
ABSTRAK... xi
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 3
C. Tujuan Penelitian... 3
D. Hipotesis... 4
E. Kegunaan Penelitian... 4
F. Sistematika Penulisan... 5
BAB II LANDASAN TEORI... 7
A. Prestasi Belajar... 7
1. Pengertian Prestasi Belajar...7
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar... 8
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan... 45
c. Refleksi... 48
d. Revisi... 49
2. Siklus II... 49
a. Tahap Perentanaan... 50
b. Tahap Kegidtan dan Pelaksanaan... 50
c. Refleksi... 53
d. Revisi... 53
3. Siklus III... ... 54
a. Tahap Perencdnaan...54
b. Tahap Kegidtan dan PelakSdnaan...54
c. Refleksi... ... 5?
d. Revisi... ... 57
B. Pembahasan...i;;... ... 58
BAB V PENUTUP... 59
A. Kesimpulan... 59
B. Saran...60 DAFTAR PUSTAKA
1. Pengertian Fiqih... 12
2. Obyek Fiqih...15
3. Tujuan Mempelajari Ilmu Fiqih...16
C. Metode Pengajaran...18
1. Ciri-ciri Umum Metode Mengajar Pendidikan...18
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Mengajar... 20
D. Metode Pembiasaan... 22
1. Pengertian Pembiasaan...22
2. Landasan Teori Metode Pembiasaan... 22
3. Syarat-syarat Metode Pembiasaaan... 23
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembiasaan...24
5. Pembiasaan Sebagai Sarana Pendidikan... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...32
A. Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian... 32
1. Tempat Penelitian... 32
2. Waktu Penelitian...35
3. Subyek Penelitian...36
B. Rancangan Penelitian...38
C. Instrumen Penelitian...41
D. AnalisisData...43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 45
2008 ...33
Tabel 2 : Keadaan Siswa MI Al-Iman Senobayan Tahun 2007 / 2008...33
Tabel 3 : Jumlah Ruang MI Al-Iman Senobayan Tahun 2007 / 2008... 35
Tabel 4 : Nama-nama Siswa Kelas III MI Al-Iman Senobayan Tahun 2007 / 2008 ... 36
Tabel 5 : Hasil Kegiatan Belajar Mengajar Salat Sunat Rawatib Siklus I ... 47
Tabel 6 : Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I ...48
Tabel 7 : Hasil Kegiatan Belajar Mengajar Salat Sunat Rawatib Siklus I I ... 51
Tabel 8 : Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I I ... 52
Tabel 9 : Hasil Kegiatan Belajar Mengajar Salat Sunat Rawatib Siklus I I I ... 55
Tabel 10 : Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I I I ... 56
Asih Winarti, Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Fiqih Melalui Metode Pembiasaan Pada Siswa Kelas III MI A1 Iman Senobayan Kecamatan Secang Kabupaten Magelang 2007/ 2008, Skripsi : Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Prestasi Belajar dalam Pembelajaran Fiqih, untuk mengetahui metode pembiasaan dalam pembelajaran fiqih untuk mengetahui pengaruh prestasi belajar fiqih dengan metode pembiasaan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan dari siklus I , II dan III mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari rata - rata pada siklus I 45, 45% , Siklus II 54,54% dan Siklus III 81, 81% .
Dengan demikian bahwa metode pembiasaan terbukti efektif dalam meningkatkan prestasi belajar fiqih pada siswa kelas III MI A1 Iman Senobayan Kecamatan Secang Kabupaten Magelang. Peneliti akhimya merekomendasikan kepada pihak-pihak yang berkompeten untuk menjadikan metode pembiasaan sebagai salah satu altematif yang dapat dipilih dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya dalam pembelajaran fiqih.
A. L atar Belakang Masalah
Peranan pendidikan dianggap sangat penting untuk menghasilkan sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa. Adanya kemajuan dalam
pendidikan menimbulkan dorongan melakukan berbagai inovasi pendidikan agar tercapai tujuan seperti apa yang diharapkan.
Sekolah sebagai lembaga formal merupakan wadah untuk mengaktualisasi tujuan tersebut melalui kegiatan pembelajaran. Sehingga diharapkan kecuali menghasilkan insan yang menguasai ilmu dan teknologi juga manusia yang bertaqwa. Untuk mewujudkan hal tersebut memerlukan komponen pembelajaran, kurikulum, guru, dan sumber belajar lainnya.
Pada saat sekarang ini, berbagai metode mengajar yang baru bervariasi dan digunakan agar tujuan dari proses pembelajaran dapat tercapai. Salah satu pendekatan dalam metode mengajar yaitu dengan menggunakan metode pembiasaan, ini merupakan konsep belajar yang membantu guru untuk
membiasakan anak didik berfikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan tuntutan ajaran agama islam1 dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
1 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat Pers, 2002, him 110.
Penguasaan mata pelajaran Fiqih pada siswa sangat tergantung dari latar
belakang dan lingkungan dimana siswa tersebut tinggal seperti pada siswa MI Al-Iman Senobayan, Secang, Magelang. Yang mempunyai latar belakang desa yang tidak memperhasilkan kebiasaan salat yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Waktu diminta mempraktikan salat siswa kelas III mengalami kesulitan dalam gerakan dan bacaannya. Menurut pengamatan penulis hal ini terjadi karena siswa kurang membiasakan mengerjakan salat.
Guru sebagai pengelola kelas berusaha memadukan sumber belajar, sarana yang tersedia, metode, media, kurikulum dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga siswa merasa senang dan aktif dalam mengikuti pelajaran. Menurut Prasurvei, pembelajaran Fiqih kelas III MI Al-Iman Senobayan Kecamatan
Secang Kabupaten Magelang menjumpai adanya beberapa permasalahan diantaranya adalah kurangnya guru dalam menggunakan metode yang bervariasi. Sehingga siswa kurang aktif dan bergairah dalam mengikuti
pembelajaran di kelas sehingga hasil yang dicapai kurang maksimal. Media pembelajaran belum digunakan secara optimal untuk menarik perhatian siswa sebagai alat untuk menjelaskan materi pelajaran.
Menurut pengamatan penulis selama ini guru kelas III dalam
menyampaikan materi pembelajaran Fiqih kurang bisa membiasakan dan menerapkan, yang seharusnya materi pelajaran Fiqih yang telah dikuasai oleh
III MI Al-Iman Senobayan Kecamatan Secang Kabupaten Magelang Tahun
2007/2008”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan yang dijadikan pokok pikiran dalam penelitian in i:
1. Bagaimanakah prestasi belajar dalam pembelajaran Fiqih pada siswa kelas III MI Al-Iman Senobayan Kecamatan Secang Kabupaten Magelang.
2. Apakah metode pembiasaan dapat meningkatkan prestasi belajar Fiqih pada siswa MI kelas III MI Al-Iman Senobayan Kecamatan Secang Kabupaten Magelang.
3. Bagaimanakah pengaruh prestasi belajar Fiqih dengan metode pembiasaan.
C. Tujuan Penelitian
Dari pokok permasalahan tersebut maka tujuan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
2. Untuk mengetahui metode pembiasaan dalam pembelajaran pada siswa kelas III MI Al-Iman Senobayan Kecamatan Secang Kabupaten Magelang,
3. Untuk mengetahui pengaruh prestasi belajar Fiqih dengan metode pembiasaan pada siswa kelas III.
D. Hipotesis
Dengan menggunakan metode pembiasaan yang diterapkan dalam
pembelajaran fiqih akan meningkatkan hasil prestasi siswa dan mencapai ketuntasan belajar.
E. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa guru, sekolah, dan orang tua.
1. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini bermanfaat bagi siswa yang prestasi belajamya rendah, karena dengan metode pembiasaan menuntut siswa untuk
membiasakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga prestasi siswa meningkat.
2. Bagi Guru
Melalui penelitian tindakan kelas guna dapat mengetahui sedikit demi
yang efektif.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pembelajaran sekolah pada khususnya dan dunia pendidikan pada
umumnya, meningkatkan kualitas sekolah melalui profesionalisme guru. 4. BagiOrangTua
Hasil penelitian ini akan menambah kepercayaan orang tua terhadap sekolah yang bersangkutan karena siswa cenderung meningkatkan prestasinya dengan pembiasaan.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun dalam lima bab yang secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian dan Sistematika Penulisan Skripsi.
Bab II Landasan Teori
C. Prestasi Belajar yang M em uat:
1. Pengertian Prestasi Belajar.
D. Fiqih yang M em uat: 1. Pengertian Fiqih. 2. Obyek Fiqih.
3. Tujuan Mempelajari Ilmu Fiqih.. E. Metode yang M em uat:
1. Ciri-ciri Umum Metode Mengajar Pendidikan Islam.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode
Mengajar.
F. Metode Pembiasaan yang m em uat:
1. Pngertian Pembiasaan.
2. Landasan Teori Metode Pembiasaan. 3. Syarat-syarat Metode Pembiasaan.
4. Kelemahan dan Kekurangan Metode Pembiasaan. 5. Pembiasaan Sebagai Sarana Pendidikan.
Bab III Metodologi Penelitian yang m em uat: A. Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian. B. Rancangan Penelitian.
C. Instrumen Penelitian.
D. AalisaData. Bab V Penutup
Dalam bab ini penulis membahas landasan teori tentang penelitian yang
berjudul Upaya M eningkatkan Prestasi Belajar Fiqih Melalui Metode Pembiasaan
Siswa Kelas III MI Al-Iman Senobayan Kecamatan Secang Kabupaten Magelang
Tahun A jaran 2007 / 2008. Adapun pengertian prestasi belajar, fiqih, metode, dan
pembiasaan akan dibahas satu per satu di pembahasan ini.
A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Dalam pelaksanaan belajar, untuk dapat mengetahui sejauh mana proses
belajar mengajar itu berhasil dilaksanakan, maka harus diadakan suatu
‘evaluasi baik secara tertulis maupun praktek. Dari evaluasi tersebut akan
menghasilkan nilai yang sering dikenal dengan istilah prestasi belajar.
Prestasi belajar terdiri dari dua gabimgan kata, yaitu kata prestasi dan
belajar. Adapun pengertian dari prestasi adalah merupakan bukti
keberhasilan usaha yang dapat dicapai. Sedangkan belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang barn secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.2 1
1 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1988, him. 700. * '^lameto, Belajar dan Faktor-faktor yan g Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta, 1984, him. 8.
Kemudian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil
dari suatu kegiatan yang telah dilakukan melalui pendidikan dan latihan
yang sistematis dan terencana sehingga teijadi perubahan tingkah laku dan
kepribadian ke arah yang lebih baik atau yang ingin dicapai dalam
pembelajaran atau latihan tersebut. Dapat dikatakan pula bahwa prestasi
belajar merupakan produk dari belajar itu sendiri atau merupakan hasil dari
proses balajar.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Belajar sebagai proses atau aktifitas disyaratkan oleh banyak faktor.
Secara global, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yakniJ ;
a. Faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yaitu keadaan atau kondisi
jasm ani dan rohani siswa.
b. Faktor Ekstemal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di
sekitar siswa.
c. .Faktor Pendekatan Belajar (Aproach to Learning), yaitu jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Ketiga faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai b e rik u t;
a. Faktor Internal Siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa dibagi menjadi dua aspek,
y a itu : 3
1) Aspek Fisiologis (yang bersifat jasmaniah)
Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan panca
indera, sangat mempengaruhi siswa dalam menyerap informasi dan
pengetahuan yang disajikan di kelas.
2) Aspek Psikologis
Faktor yang termasuk aspek psikologis dibagi menjadi lima, yaitu ;
a) Faktor Intelegensi Siswa
Faktor intelegensi siswa merupakan faktor bawaan sejak lahir.
Untuk itu dapat dilihat di lapangan, ada anak yang cerdas dan ada
anak yang kurang cerdas, yang keduanya memerlukan perlakuan
yang berbeda dalam bimbingan belajar. Anak yang intelegensinya
tinggi biasanya lebih cepat menguasai materi pelajaran sehingga
prestasinya akan cenderung lebih tinggi. Sedangkan anak yang
intelegensinya rendah, mereka membutuhkan waktu yang relatif
lama untuk memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh guru,
b) Sikap Siswa
Sikap siswa adalah gejala internal yang berdimensi afektif
berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (respon
tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang,
barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap
positif siswa terhadap materi pelajaran dan guru yang mengajar akan
memacu prestasi belajar siswa, begitu juga sebaliknya. Sikap negatif
memicu kesulitan belajar pada siswa, sehingga prestasinya pun akan
menurun.
c) Bakat Siswa
Bakat merupakan kemampuan individu untuk melakukan tugas
tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan
latihan. Bakat sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya prestasi
belajar siswa.
d) Minat Siswa
Adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Anak yang mempunyai
minat yang besar terhadap pelajaran tertentu pasti akan senang
mempelajarinya, sehingga akan mendorong tercapainya prestasi
belajar yang lebih baik.
e) Motivasi Belajar
Motivasi dapat diartikan sebagai keadaan internal organisme,
baik manusia atau hewan, yang mendorongnya untuk berbuat
sesuatu.dalam belajar, siswa bisa memperoleh motivasi dari dalam
diri siswa, seperti perasaan menyenangi materi pelajaran dan
kebutuhan terhadap materi pelajaran, maupun motivasi tersebut
sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Dari uraian di atas, faktor internal siswa yang mempengaruhi prestasi
dibagi lima, yaitu faktor intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat
siswa, dan motivasi belajar.
b. Faktor Ekstemal Siswa
Faktor ekstemal siswa dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Faktor Lingkungan Sosial
Yang termasuk dalam lingkungan sosial adalah lingloingan
keluarga, sekolah, masyarakat, dan teman sepermainan. Lingkungan
sosial yang banyak berpengaruh adalah terhadap kegiatan belajar
siswa adalah lingkungan keluarga.
2) Lingkungan Non Sosial
Yang termasuk lingkungan non sosial antara lain gedung
sekolah, tempat tinggal siswa, sarana dan prasarana belajar dan lain-
lain.
c. Faktor Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi
yang digunakan siswa untuk menunjang keefektifan dan efisiensi dalam
proses pembelajaran terentu.
Faktor pendekatan belajar dapat ini dibagi menjadi tiga, yaitu ;
1) Pendekatan tinggi, yang meliputi speculative (spekulasi) dan
achieving (penyelesaian)
2) Pendekatan menengah yang meliputi analitical (analisa) dan deep
3) Pendekatan rendah yang meliputi reproductive (reproduksi) dan
surface (menerima apa adanya).
Demikianlah penjelasan sub pokok tentang prestasi belajar yang penulis
sajikan. Dimana dalam sub pokok judul itu penulis membahas tentang prestasi
belajar dan faktor yang mempengaruhinya.
B.Fiqih
1. Pengertian Fiqih
Menurut bahasa, “fiqih” berasal dari kata faqiha-yafqahu-fiqhan, yang
berarti “mengerti” atau “faham”. Dari sinilah ditarik perkataaan fiqih, yang
memberi pengertian kepahaman dalam hukum syariat yang sangat dianjurkan
oleh Allah dan RasulNya. Jadi Ilm u Fiqih ialah suatu ilmu yang yang
mempelajari syariat yang bersifat amaliah (perbuatan) yang dieroleh dari dalil-
dalil hukum yang terinci dari ilmu tersebut.**
Menurut pengertian fuqaha (faqih), fiqih merupakan pengertian zhanni
(sangkaan = dugaan) tentang hukum syariat yang berhubungan dengan
tingkah laku mausia. Pengertian mana yang dibenarkan dari dalil-dalil hukum
syariat tersebut terkenal dengan Ilmu Fiqih.
Arti fiqih yang populer bagi kaum muslimin pada masa Rasulullah SAW,
sahabat dan tabi'in besar adalah segala pengetahuan agama yang tidak mudah diketahui umum atau dengan kata lain arti fiqih pada abad pertama Hijriyah
adalah pengetahuan agama yang diperoleh melalui kecerdasan dan 4
kebijaksanaan yang mendalam tentang A l-Q ur'an, hukum-hukum yang terkait
dengan peribadatan dan ketentuan-ketentuan lainnya dalam Islam. Perlu
diketahui bahwa pada masa ini kaum muslimin belum bemazhab kepada salah
satu mazhab tertentu.5
Berbeda dengan abad kedua Hijriyah, yaitu masa lahimya pemuka-
pemuka mujtahid yang membangun mazhab dimana fiqih diartikan secara
lebih sempit yaitu hukum-hukum yang dipetik dari Kitabullah dan Sunat
Rasul melalui ijtihad dan istinbat yang sempuma terhadap hukum-hukum
amaliah (perbuatan) para mukallaf.
Selanjutnya sesudah abad kedua Hijriyah arti dan istilah fiqih banyak
dipengaruhi dan diwamai oleh pendapat-pendapat para ahli ushul fiqih dan
ahli fiqih sebagai satu istilah ilmu pengetahuan mengalami perkembangan dan
perubahan. Sebagian ulama mendefinisikannya secara luas dan sebagian yang
lain mendefinisikannya secara sempit dan lebih khusus.
Imam Abu Hanifah mendefinisikan fiqih yang dikutip oleh Drs. Abd.
Rahman Gazali itu lebih dekat kepada pengertian syari'at, yaitu meliputi
pengetahuan tentang usuluddin, akhlak, dan furu' (amaliah manusia).
Demikian pula Imam Ibnu Hazm, beliau memasukkan ilmu tafsir / ilmu Al-
Qur'an, ilmu hadist, dasar-dasar ushul fiqih dan hukum-hukum fiqih yang
disepakati dan diperselisihkan kedalam cakupan pengertian fiqih. Sementara
itu para mujtahid lainnya mendefinisikan fiqih secara lebih khusus, yaitu
hanya menyangkut masalah -m asalah perbuatan para m ukallaf yang diambil
dari dalil-dalilnya yang tafsiliy. Sekalipun demikian, mereka masih berbeda
pendapat tenteng cara memperoleh hukum tersebut. A1 Juijany dan Jalaluddin
A1 Makally menjelaskan bahwa pengertian fiqih hanya terbatas pada ilmu
yang membawa hukum-hukium yang diambil dari dalil-dalilnya melalui
ijtihad. Sedangkan A1 Gazali, At Tahanawiy dan Abdus Salam Al-Qabbaniy
menetapkan bahwa fiqih mencakup semua hukum syara' yang amaly baik
yang dapat diketahui dengan mudah ataupun dengan jalan ijtihad.0
Berikut beberapa pangertian fiqih yang dikemukakan oleh beberapa ahli
fiqih yang dikutip oleh Drs. H. A. Syafi'i Karim :
a. Definisi ilmu fiqih secara umum ialah suatu ilmu yang mempelajari
macam-macam syariat atau hukum Islam dan berbagai macam-macam aturan hidup bagi
manusia, baik yang bersifat individu maupun yang berbentuk masyarakat
sosial.
b. Ilmu fiqih merupakan suatu ilmu yang sangat besar pembahasannya, yang
mengumpulkan berbagai ragam hukum Islam dan bermacam aturan hidup,
untuk keperluan seseorang, golongan dan masyarakat umum manusia.
c. Definisi fiqih menurut ustadz Abdul Hamid Hakim, dalam kitabnya Sulam,
yang dikutip oleh Drs. H. A. Syafi'i Karim antara lain ; 1) Fiqih menurut
bahasa Faham, maka tahu akan perkataan engkau, artinya faham aku. 2)
Fiqih menurut istilah adalah mengetahui hukum-hukum agama islam
dengan cara atau jalannya ijtihad.' 6 7
Kalau kita mengetahui dan mempelajari definisi fiqih yang telah
dikemukakan para ahli fiqih dalam berbagai masa perkembangannya, jelaslah
bahwa definisi fiqih telah mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan
zamannya masing-masing.
2. Obyek Fiqih
Mempelajari ilmu fiqih besar sekali faedahnya bagi manusia. Ilmu fiqih
memberikan petunjuk kepada manunsia tentang pelaksanaan nikah, talaq,
rujuk, dan memelihara jiw a, harta benda, serta kehormatan, juga mengetahui
segala hukum yang berhubungan dengan perbuatan manusia.
Yang dibahas dalam fiqih ialah perbuatan orang-orang mukallaf, tentunya
orang-orang yang telah dibebani ketetapan hukum agama Islam, berarti sesuai
dengan tujuannya.
Yang dibicarakan dalam fiqih (menurut ta 'rif ahli ushul) atau yang
dijadikan m adhu'nya ialah segala pekeijaan para m ukallaf dari jurusan
hukum.
Adapun hasil pembicaraan atau m ahmulnya ialah salah satu dari jurusan
hukum. Yang dimaksud dengan salah satu dari hukum lima, ialah dari hukum
taklifi yang lima.
Hukum taklifi a d a la h :
1. Ijab (wajib)
2. Nadab (anjuran)
4. Karahah (menuntut meningkatkan sesuatu perbuatan dengan tuntutan tidak pasti).
5. Ibahah (mubah = membolehkan) dikeijakan atau ditinggalkan.
Hukum mempelajari Ilmu Fiqih itu terbagi menjadi dua, yaitu ilmu fiqih yang wajib dipelajari oleh seluruh umat Islam dan ilmu fiqih yang wajib dipelajari oleh sebagian orang yang ada dalam kelompok mereka ;
1. ) Ada ilmu fiqih itu yang wajib dipelajari oleh seluruh umat islam yang mukalaf, seperti mempelajari masalah salat, puasa dan lain-lain.
2. ) Ada ilmu fiqih yang wajib dipelajari oleh sebagian orang yang ada dalam kelompok mereka (umat Islam), seperti mengetahui masalah pasakh,
ruju', syarat-syarat menjadi qadhi' atau wali hakim dan lain-lain.
Selain yang tersebut di atas hukum mempelajari fiqih itu ialah untuk keselamatan di dunia dan akhirat.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa pokok bahasan dalam ilmu fiqih
ialah perbuatan mukalaf menurut apa yang telah ditetapkan syara' dan ketentuan hukumnya. Karena itu dalam ilmu fiqih yang dibicarakan tentang perbuatan-perbuatan yang menyangkut hubungan dengan Tuhannya yang dinamakan “ibadah” dalam pelbagai aspeknya, hubungan dengan orang lain dalam bidang kebendaan dan sebagainya.
3. Tujuan M empelajari Ilmu Fiqih
1) Untuk mencari kebiasaan faham dan pengertian dari agama Islam
2) Untuk mempelajari hukum-hukum Islam yang berhubungan dengan
kehidupan manusia
3) Kaum muslimin harus bertafaqquh artinya memperdalam pengetahuan
dalam hukum-hukum agama baik dalam bidang aqidah dan akhlak maupun
dalam bidang ibadah dan muammalat.8
Fiqih dalam Islam sangat penting fungsinya karena ia memmtun manusia
kepada kebaikan dan bertaqwa kepada Allah. Setiap saat manusia itu mencari
atau mempelajari keutamaan fiqih, karena fiqih menunjukkan kita kepada
sunnah Rasul serta memelihara manusia dari bahaya-bahaya kehidupan.
Seseorang yang mengetahui dan mengamalkan fiqih akan dapat menjaga diri
dari kecemaran dan lebih takut dan disegani oleh musuhnya. Jelasnya tujuan
mempelajari ilmu fiqih adalah menerapkan hukum syara' pada setiap
perkataan dan perbuatan mukallaf, karena itu ketentuan-ketentuan fiqih itulah
yang dipergunakan untuk memutuskan segala perkara dan menjadi dasar
fatwa, dan bagi setiap m ukallaf akan mengetahui hukum syara' pada setiap
perbuatan atau perkataaan yang mereka lakukan.9
Metode adatah suatu cara mengajar yang berfungsi sebagai alat untuk
mencapai tujuan pengajaran.10 11 Semakin baik metode yang digunakan akan semakin efektif dan efisien pula pencapaian tujuannya.
1. Ciri-ciri umum metode mengajar pendidikan agama Islam
Metode dan pengajaran cara-cara bimbingan dalam pendidikan Islam berbeda-beda dan berlainan, tetapi terdapat ciri-ciri dan sifat umum yang menonjol, antara lain adalah11 :
a. Berpadunya metode-metode atau cara-cara, dari segi tujuan dan alat, dengan jiwa dan jiwa akhlak Islam yang mulia. Pendidik muslim baik
sebagai guru, ustadz, atau da'i mengambil tujuan-tujuan, metode, prinsip-prinsip dan alat-alatnya dari akhlak Islam. Ia berusaha melaksanakannya dalam suasana keislaman yang sempuma.
b. Metode tersebut bersifat luwes dan dapat menerima perubahan dan
penyesuaian sesuai dengan keadaan dan suasana, dan mengikuti sifat pelajar yang menerima perbedaan ilmu dan mata pelajaran dan topik tertentu, begitu juga dengan perbedaan umur pelajar-pelajar dan perbedaan kemampuan-kemampuan dan tahap kematangan mereka. c. Metode tersebut berusaha sungguh-sungguh mengaitkan antara teori dan
praktek, proses belajar dan amal, riwayat dan kefahaman, hafalan dan fahaman, imla' dan ijtihad, memelihara pusaka nenek moyang dan pembaharuan dan daya cipta, memelihara hafalan dan aktifitasnya dan
kemampuan berpikir, dan menekankan peranan positif guru-guru dan
pentingnya penggunaan aktifitas murid-murid dalam memperoleh ilmu
dan keterampilan. Jadi, siswa-siswa pendidikan Islam telah berjaya
memadukan dan mengaitkan antara semua perkara-perkara yang
berlawanan tersebut.
d. Membuang cara-cara meringkaskan dalam pengajaran dan menganggap
bahwa ringkasan-ringkasan ini sebab-sebab rusaknya kebolehan-
kebolehan ilmiah yang berguna.
e. Menekankan kebebasan murid-murid, berdiskusi, berdebat dan berdialog
dalam batas-batas kesopanan dan hormat-menghormati. Murid-murid
mempunyai kebiasaan mutlak untuk menyatakan pendapat di depan
gurunya dalam pendapat dan pikiran jik a ia mempunyai bukti yang
benar yang menguatkan pendiriannya.
f. Kalau Pendidikan Islam menghormati hak kebebasan murid-murid dan
pribadi, dan pendapatnya dalam turut serta pada proses pendidikan, ia
juga mengangkat deraj ad guru dan meletakkannya dalam tingkat
pimpinan dan tauladan dalam bidang pikiran dan spiritual dan
memberinya hak penghargaan dan penghormatan dan mengajak murid-
murid patuh dan mendengar padanya. Begitu juga diberinya hak untuk
memilih metode yang dianggapnya sesuai bagi suatu pelajaran dan
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan raetode mengajar
Banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan metode mengajar pendidikan Islam, diantaranya12:
a. Guru / Instruktur
Guru hendaknya terampil memilih dan menggunakan bermacam metode belajar-mengajar, dalam melaksanakan tugas mendidik melalui proses belajar-mengajar memerlukan berbagai pengetahuan dan kemampuan, diantaranya;
1. ) Menguasai materi pelajaran. 2. ) Menguasai metodologi pengajaran. 3. ) Menguasai dikdatik metodik.
4. ) Menguasai ilmu jiwa perkembangan. 5. ) Menguasai bimbingan dan penyuluhan. b. Siswa / Peserta Latihan.
Dalam kegiatan pengajaran siswa atau peserta latihan selalu mendapat sorotan yang utama. Guru harus memperhitungkan siapa yang akan dihadapinya. Yang harus diperhitungkannya adalah tingkat
intelektual dan latar belakang pendidikan para peserta, tingkat usianya, kelas berapa yang dihadapi serta lingkungan sosial dan budayanya. Semua itu mempengaruhi metode yang akan dipilih.
12
c. Tujuan yang hendak dicapai
Guru pada waktu akan mengajar hams memahami benar-benar tujuan
penddidikan yang akan dicapai.
d. Bidang studi / mata pelajaran yang akan diajarkan
Tiap-tiap mata pelajaran, bidang studi mempunyai karakteristik atau
ciri-ciri tersendiri. Misalnya bidang studi matematika tidak akan sama
dengan ilmu pengetahuan sosial, untuk itu penekanan pemilihan metode
tentu saja akan berbeda.
e. Fasilitas
Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memerlukan sarana atau
fasilitas yang sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan oleh gum dan
murid.
Fasilitas yang tersedia turut menentukan pilihan mengajar. Semakin
lengkap fasilitas yang tersedia maka akan semakin baik metode yang kita
pilih dan tujuan pengajaran akan tercapai dengan efisien.
Sarana-sarana fisik yang tersedia seperi ruang praktikum, tersedianya
/ alat-alat audio visual, bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan
alat-alat eksperimen juga tak kalah pentingnya dalam pemilihan metode
yang akan digunakan untuk mengajar. Tidak cukup hanya memahami ciri-
cirinya saja, tetapi faktor-faktor yang mempengaruhi didalan pemilihan
D.Metode Pembiasaan 1. Pengertian Pembiasaan
Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah “biasa”, yang artinya adalah “ 1) lazim atau umum ; 2) seperti sedia kala ; 3) sudah merupakan hal
yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.”13
Dengan adanya prefiks “pe” dan sufiks “an” menunjukkan arti proses. Sehingga pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat sesuatu /
seseorang menjadi terbiasa.14
Dalam kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan Islam
dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berpikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.
2. Landasan Teori Metode Pembiasaan
Dalam teori perkembangan anak didik, dikenal ada teori konvergensi, dimana pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya dan dengan
mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Potensi dasar ini dapat menjadi penentu tingkah laku (melalui proses). Oleh karena itu potensi dasar harus selalu diarahkan agar tujuan pendidikan dapat dicapai dengan baik.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan potensi dasar tersebut adalah melalui kebiasaan yang baik.
13 Suharto, dkk, Kamus Bahasa Indonesia Terbaru, Surabaya: INDAH Surabaya, 1989, him. 18.
14 Armai Arief, Penganlar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Ciputat: Ciputat Pers,
A1 Q ur'an sebagai sumber ajar an Islam, memuat prinsip-prinsip umum
pemakaian metode pembiasaan dal am proses pendidikan. Dalam merubah
sebuah perilaku negatif misalnya, A1 Q ur'an memakai pendekatan pembiasaan
yang dilakukan secara berangsur-angsur. Kasus pengharaman khamar
misalnya, A1 Q ur'an menggunakan beberapa tahap.
Oleh karena itu, pendekatan pembiasaan sesungguhnya sangat efektif
dalam menanamkan nilai nilai positif dalam diri anak didik, baik pada aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Selain itu, pendekatan pembiasaan juga
dinilai sangat efisien dalam mengubah kebiasaan negatif menjadi positif.
Namun demikian pendekatan ini akan jauh dari keberhasilan jik a tidak
diiringi dengan contoh tauladan yang baik dari si pendidik. Oleh karena itu
berikut ini akan kita lihat syarat-syarat pemakaian, kelebihan dan kekurangan
dari pendekatan pembiasaan dalam pencapaian tujuan proses pendidikan.
3. Syarat-syarat Metode Pembiasaan
Ditinjau dari segi ilmu psikologi kebiasaan seseorang erat kaitannya
dengan figur yang menjadi panutan dalam perilakunya. Seorang anak terbiasa
salat karena orang tua yang menjadi figumya selalu mengajak dan memberi
contoh kepada anak tersebut tentang salat yang mereka 1aksa.na.kan setiap
waktu salat. Demikian pula kebiasaan-kebiasaan lainnya. Oleh karena itu, apa
syarat-syarat yang harus dilakukan dalam mengaplikasikan pendekatan
pembiasaan dalam pendidikan. Untuk menjawab persoalan tersebut berikut ini
akan dijelaskan, yaitu antara lain15:
a. M ulailah pembiasaan itu sebelum terlambat. Usia sejak bayi dinilai waktu
yang sangat tepat untuk mengaplikasikan pendekatan ini, karena setiap
anak mempunyai rekaman yang cukup kuat dalam menerima pengaruh
lingkungan sekitamya dan secara langsung akan dapat membentuk
kepribadian seorang anak. Kebiasaan positif maupun negatif itu akan
muncul sesuai dengan lingkungan yang membentuknya.
b. Pembiasaan hendaklah dilakukan secara kontinyu, tertatur dan berprogram.
Sehingga pada akhimya akan terbentuk sebuah kebiasaan yang utuh,
permanen dan konsisten. Oleh karena itu faktor pengawasan sangat
menentukan dalam pencapaian keberhasilan dari proses ini.
c. Pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat, konsisten dan tegas. Jangan
memberi kesempatan yang luas kepada anak didik untuk melanggar
kebiasaan yang telah ditanamkan.
d. Pembiasaan yang pada mula hanya bersifat mekanis, hendaknya secara
berangsur-sngsur diubah menjadi kebiasaan yang tidak verbalistik dan
menjadi kebiasaan yang disertai dengan kata hati anak didik itu sendiri.
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembiasaan
Sebagaimana pendekatan-pendekatan lainnya didalam proses
pendidikan, pendekatan pembiasaan tidak bisa terlepas dari dua aspek yang
saling bertentangan yaitu kelebihan dan kekurangan. Sebab tidak satu pun dari
hasil pemikiran menusia yang sempuma dan bebas dari kelemahan.10
I
Kelebihan pendekatan ini antara lain adalah :
1. ) Dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik.
2. ) Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriah tetapi juga berhubungan dengan aspek batiniahnya.
3. ) Pembiasaan dalam sejarah tercatat sebagai metode yang paling berhasil dalam pembentukan kepribadian anak didik.
b. Kekurangan
Kelemahan metode ini adalah membutuhkan tenaga pendidik yang
benar-benar dapat dijadikan contoh tauladan didalam menanamkan sebuah nilai kepada anak didik. Oleh karena itu pendidik yang dibutuhkan dalam mengaplikasikan pendekatan ini adalah pendidik pilihan yang mampu menyelaraskan antara pendekatan dan perbuatan, sehingga tidak ada kesan bahwa pendidik hanya mampu memberikan nilai tetapi tidak mampu mengamalkan nilai yang disampaikannya terhadap anak didik.
5. Pembiasaan Sebagai Sarana Pendidikan
Sudah kita ketahui, bahwa tujuan pendidikan moral ialah agar anak didik berbuat luhur sesuai dengan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, umat manusia, warga negara, anggota masyarakat, dan sebagai individu. Anak didik wajib kita bimbing agar terbiasa berbuat luhur, atau anak didik kita
a. Teijadinya Kebiasaan
Kebiasaan seseorang adalah hasil bimbingan, yaitu hasil pengaruh
faktor dalam anak dan pengaruh faktor luar. Secara rinci terdapat empat
cara pembentukan kebiasaan, yaitu : 1.) Dengan cara paksaan, 2.) Dengan
cara yang sesuai dengan tingkatan human atau manusia, 3.) Dengan cara
yang sesuai dengan tingkatan animal atau hewani, 4.) Dari tingkatan
animal ke tingkatan human.17
1. Dengan Cara Paksaan
Dalam kedudukan tertentu, misalnya sebagai budak, sebagai
tawanan, sebagai pekeija kontrak, sebagai penghuni asrama, dan
sebagainya, orang dipaksa tiap hari berbuat, sesuai dengan perintah,
misalnya : mandi bersama di alam terbuka dengan air kotor,
berpakaian yang tidak memenuhi tuntutan kesehatan, bekeija
melampaui batas kemampuan dan sebagainya. Karena dilaksanakan
tiap hari, maka perbuatan itu lambat laun menjadi kebiasaan.
Tetapi m otif perbuatan itu tidak mendapat persetujuan dari orang
yang melakukan kebiasaan itu. Perbuatan dilaksanakan tanpa
keinsyafan dan kemerdekaan. Karena itu tidak menimbulkan tanggung
jaw ab dan tidak mengandung nilai keluhuran budi. Kebiasaan itu
dijalankan untuk menghindari hukuman. Kebiasaan paksaan ini tidak
dapat menjadi kodrat kedua, dan akan lekas ditinggalkan, apabila
pelaku sudah terlepas dari paksaan.
2. Kebiasaan Dalam Taraf Human
Pada mulanya perbuatan manusia dewasa dijalankan atas
keinsyafan serta kebebasan dan berdasarkan m otif yang disetujui,
misalnya bangun pagi, melaksanakan tugas penuh kesungguhan,
berpakaian bersih, ramah terhadap sesama, siap sedia menolong orang
lain dan sebagainya. Pelaku mengetahui dan menyetujui nilai dan
tujuan perbuatan. Karena kerapnya ada ulangan perbuatan itu, maka
perbuatan lambat laun menjadi mekanis. Pertengkaran m otif makin
berkurang dan akhimya hilang, tetapi nilai keluhuran budi tetap ada.
Keinsyafan dan kebebasan tidak disadari lagi. Kebiasaan ini dapat
menjadi kodrat kedua, dibawa sampai besar dan tidak berubah sampai
dewasa. Kebiasaan humani ini hanya dapat ditinggalkan apabila
kemudian timbul m otif baru yang juga disetujui pelaku.
3) Kebiasaan Dalam Taraf Animal
Tingkatan perkembangan rohani anak didik belum cukup masak
untuk berbuat berdasarkan keinsyafan, kebebasan dan tanggung
jawab. M otif obyektif dan luhur belum banyak dimiliki anak. Pendidik
merencanakan perbuatan baik, yang akan ditanamkan pada anak didik
agar menjadi kebiasaan. Pembuatan rencana itu berdasarkan m otif
yang baik. Kebiasaan ini ditanamkan pada anak didik, secara
perulangan terns menerus untuk menimbulkan asosiasi antara menurut
dan hadiah, antara membangkang dan hukuman, sebab kalau anak
dihukum. Anak didik menjalankan perbuatan kebiasaan ini tanpa
pengertian, tanpa keinsyafan, tanpa dasar m otif luhur dan tanpa
mengerti tujuannya. Latihan ini dikenakan pada hewan dan dinamai
dressuur. Hasil dressuur ini tidak menimbulkan tanggung jaw ab dan
didalamnya tidak terdapat nilai keluhuran budi. Kalau menurut hewan
itu menerima hadiah, kalau membangkang menerima hukuman.
4. Kebiasaan dan Tingkatan Animal M enuju ke Tingkatan Human
Pendidik wajib menanamkan kebiasaan mulai dan tingkatan
animal menuju ke tingkatan human. Pemupukan kebiasaan ini
dijalankan pendidik mulai masa vital sampai masa adolesens. Dalam
masa vital kebiasaan ditanamkan secara dressuur seperti hewan.
Tetapi lambat laun, sejajar dengan kemajuan tingkatan perkembangan
rohani anak didik, pendidik wajib menerangkan tentang motif, nilai
dan tujuan kebiasaan tersebut. Adapun caranya disesuaikan dengan
tingkatan perkembangan anak didik dan situasi lingkungannya.
Apabila anak didik sudah menyadari akan nilai dan tujuan kebiasaan
itu dan menjalankannya penuh kebebasan, keinsyafan dan tanggung
jaw ab, maka tercapailah tingkatan human. Perbuatan kebiasaan
semacam itu lalu mengandung nilai perbuatan luhur.
Usaha pendidik tersebut hanya dapat tercapai dengan kesabaran,
ketekunan, kebijaksanaan, dan terpenting kecintaan. Tiap tindakan
akibat yang merugikan anak didik, misalnya harga diri kurang dan
sifat buruk yang dapat tumbuh karenanya.
b. Nilai Kebiasaan
1. Kebiasaan mengenalkan anak didik pada kaidah luhur dan
keingkarannya.
2. Kebiasaan memupuk rasa suka kepada perbuatan yang luhur dan tidak
menyukai perbuatan kebalikannya.
3. Kebiasaan mempercepat pertengkaran m otif sebelum teijadi
pemilihan dan penentuan pilihan atas m otif yang luhur.
4. Kebiasaan memperkuat kemempuan anak didik untuk melaksanakan
perbuatan yang telah dipilihnya.
c. Kebiasaan Dalam Berbagai Bidang Kehidupan
Di segala lingkungan pendidikan anak didik wajib memperoleh
pendidikan kebiasaan yang meliputi semua bidang kehidupan sebagai
berikut18:
1. Pendidikan kebiasaan dalam kehidupan keagamaan : melaksanakan
ibadah secara teratur dan khidmat.
2. Pendidikan kebiasaan dalam kehidupan kemanusiaan : menolong
sesama hidup, menghargai sesama hidup sebagai hamba Tuhan, tanpa
memperhatikan perbedaan bangsa, suku, golongan, agama, dan
sebagainya.
3. Pendidikan kebiasaan dalam kehidupan sosial : melaksanakan tugas
kampung dengan keija bakti, hidup bergotong-royong dengan tetangga
dan sebagainya.
4. Pendidikan kebiasaan dalam kehidupan kebangsaan : mengikuti
perayaan-perayaan nasional, menjunjung tinggi Bahasa Indonesia,
Sang Merah Putih, dan sebagainya.
5. Pendidikan kebiasaan dalam kehidupan pribadi : bersikap baik,
berdisiplin, hemat, menghargai waktu, hidup sehat, rajin dan
sebagainya.
d. Beberapa Petunjuk Dalam Usaha Menanamkan Kebiasaan
1. Kebiasaan jelek yang sudah terlanjur dimiliki anak, wajib sedikit demi
sedikit dilenyapkan dan diganti dengan kebiasaan yang baik, dengan
bermacam-macam usaha. M isaln y a:
a. Menjauhkan anak didik dari kesempatan menjalankan lagi
kebiasaan jelek yang telah dimiliki.
b. Menanamkan kebiasaan barn yang berlawanan dengan kebiasaan
jelek, yang telah dimiliki.
c. Menginsyafkan anak didik akan buruknya kebiasaan yang
dimilikinya.
2. Sambil menanamkan kebiasaan, pendidik terkadang secara sederhan
menanamkan motifnya, sesuai dengan tingkatan perkembangan anak
3. Sebelum dapat menerima dan mengerti m otif perbuatan, kebiasaan
ditanamkan secara latihan terus menerus disertai pemberian
penghargaan dan pembetulan.
4. Kebiasaan tentang hidup sehat, tentang adat istiadat yang baik, tentang
kehidupan keagamaan yang pokok, wajib sejak kecil sudah mulai
ditanamkan.
5. Pemberian m otif selama pendidikan suatu kebiasaan, wajib disertai
usaha menyentuh perasaan suka anak didik. Rasa suka ini wajib selalu
meliputi sikap anak didik dalam melatih diri memiliki kebiasaan.
M aka penulis menyimpulkan bahwa pendekatan pembiasaan pada
initinya adalah pengalaman. Karena apa yang kita biasakan itulah yang kita
amalkan. Karena seorang siswa yang selalu bertanya, terbiasa dengan kritis.
Kebiasaan kririsnya terbentuk dari apa yang diamalkan dalam
M ETODOLOGIPENELITIAN
Metodologi penelitian yang penulis sajikan terdiri dari empat sub pokok judul,
yaitu : a.) Tempat, waktu dan subjek penelitian, b.) Rancangan penelitian, c)
Instrumen penelitian, d.) Analisis data.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena
penelitian tindakan dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.
Penelitian ini ju g a termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan
bagaimana suatu teknik / metode pembelajaran ditetapkan dan bagaimana hasil
yang diinginkan dapat tercapai.
A. Tempat, W aktu, dan Subjek Penelitian
Pada sub judul yang pertama ini, penulis memaparkan tentang tempat
penelitian, dan subjek penelitian, yang akan diuraikan sebagai b e rik u t:
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini
bertempat di MI Al-Iman Senobayan, Desa Ngabean Kecamatan Secang
Kabupaten Magelang. Adapun batas wilayah desa Ngabean adalah sebagai
b e rik u t:
a. Sebelah utara desa Pare
b. Sebelah barat desa Haijosari
c. Sebelah selatan kelurahan Secang
d. Sebelah timur desa Nguwet
nomor statistik sekolah 152030820302.
Pengelola MI Al-Iman Senobayan terdiri dari 6 orang guru. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut in i;
Tabel 1
Keadaan Guru dan Karyawan MI Al-Iman Senobayan Tahun 2007/2008
No. Nama NIP L/P Pangkat Jabatan
1. Slamet, A. Ma 150140936 L HID KepSek & Guru kls II
2. Heniyatul K., A. ma P Guru kelas VI
3. Istiqomah R., A. ma P Guru kelas V
4. Mir'atul H., A. Ma P Guru kelas IV
5. Dewi Kumiawati P Guru kelas III
6. Asih Winarti P Guru kelas I
Sedangkan jumlah siswa MI Al-Iman Senobayan tahun pelajaran 2007 / 2008 beijumlah 63 siswa, yang terdiri dari 38 siswa putri dan 26 siswa
putra dan tersebar dalam enam kelas. Selanjutnya akan dapat dilihat pada tabel berikut in i:
Tabel 2
No. Kelas
Jenis Kelamin
Jumlah Ket.
L P
1. I 6 7 13
2. II 1 8 9
3. III 6 5 11 Yang diteliti
4. IV 4 8 12
5. V 3 6 9
6. VI 5 4 9
Jutnlah 25 38 63
Sebagaimana MI lainnya MI Al-Iman Senobayan memiliki sarana dan
prasarana yang cukup memadai, seperti kantor, ruang guru, perpustakaan
Jumlah Ruang MI Al- Iman Senobayan Tahun 2007 / 2008
No. Nama Ruang Jumlah Keadaan
1. I 1 Baik
2. II 1 Baik
3. III 1 Baik
4. IV 1 Baik
5. V 1 Baik
6. VI 1 Baik
7. Kantor 1 Baik
8. Perpustakaan 1 Baik
9. Ruang guru 1 Baik
10. UKS 1 Baik
11. WC 1 Baik
2. Waktu Penelitian
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas III
pada mata pelajaran fiqih materi salat sunat rowatib. Dengan jumlah siswa 11 siswa, yang terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 6 siswa dan siswa perempuan sebanyak 5 siswa.
Penelitian yang penulis lakukan ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang istilah populemya adalah Classroom Action Research (CAR)
yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam melaksanakan salat sunat rawatib pada siswa kelas III.
Berikut adalah tabel siswa kelas III MI Al-Iman Senobayan ;
Tabel 4
Nama-nama Siswa Kelas III MI Al-Iman Senobayan Tahun 2007/2008
10. M. Sya'bani Desiyanto L
11. Siti Romanah P
1. Keaktifan siswa, m eliputi:
a. Motivasi dan kesiapan menerima pelajaran.
b. Perhatian siswa dalam menerima penjelasan guru.
c. Mengerjakan tugas.
d. Mendemonstrasikan salat sunat rawatib. e. Merangkum.
2. Keterampilan membaca bacaan-bacaan pada salat sunat rawatib, m eliputi:
a. Kelancaran. b. Melafaikan.
c. Kefasihan.
d. Mempraktekkan bacaan-bacaan pada salat sunat rawatib. 3. Hasil belajar siswa, m eliputi:
a. Nilai-nilai tes.
b. Nilai pekeijaan rumah.
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut
Suharsimi Arikonto, ada tiga kata yang membentuk pengertian PTK. Adapun
tugas pengertian itu dapat diterangkan sebagai berikut1 :
1. Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data
atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang
menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus
kegiatan untuk siswa.
3. Kelas dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam
pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam
bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas
adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima
pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Dengan menggabungkan pengertian tiga kata ini, yaitu (1) penelitian, (2)
tindakan, (3) kelas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan yang sengaja dimunculkan dan teijadi dalam sebuah kelas secara bersama.
1. Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2007, him
Adapun tujuan utama PTK adalah untuk memperbaiki mutu praktik
pembelajaran di kelas yang masih banyak diminati. Tidak sedikit tenaga
pendidik yang melakukan PTK dalam upaya mereka mengembangkan
profesinya.
Sesuai dengan jenis pengertian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,
maka peneliti menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart yaitu membentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang
berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan),
observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus
berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan pengamatan, dan
refleksi. Sebelum pada siklus I, dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa
identifiikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian kelas
Refleksi
Tindakan / observasi
Refleksi
Tindakan / observasi
Refleksi
Tindakan / observasi
Berdasarkan diagram di atas, peneliti perlu menjelaskan sebagai b e rik u t:
1. Rancangan / rencana awal, sebelum mengadakan penelitian, peneliti
menyusun rumusan masalah, tujuan, dan membuat rencana tindakan
termasuk didalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti
sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati
hasil atau dampak dari diterapkaxmya metode pembelajaran pengajaran
3. Refleksi. Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan
yang diisi oleh pengamat.
4. Rancangan / rencana yang direvisi. Berdasarkan hasil refleksi dari
pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada
siklus berikutnya.
Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti membuatnya dal am 3 putaran,
yaitu putaran 1, 2, dan 3. Adapun pelaksanaan dalam putaran 1, peneliti
melakukan rencana, kemudian barn diadakan tindakan observasi, setelah itu
peneliti melakukan refleksi. Yang dilakukan peneliti dalam refleksi adalah
mengkaji dan melihat hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan
berdasarkan pengamatan dan sekaligus berfikir untuk membuat rancangan
yang direvisi untuk dilaksanakan pada putaran berikutnya, yaitu putaran yang
ke-2 dan putaran yang ke-3. Dibuat dalam 3 putaran dimaksudkan untuk
memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
Demikian rancangan penelitian yang penulis paparkan, yang kemudian
akan dilaksanakan pada waktu penelitian.
C. Instrumen Penelitian
Pada sub judul yang ketiga ini, penulis akan menyebutkan dan
menjelaskan instrumen penelitian yang akan digunakan pada waktu
ini terdiri dari silabus, rencana pelajaran, tes formatif, dan metode observasi.
Keempat instrumen itu akan diuraikan sebagai b e rik u t:
1. Silabus
Silabus yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan
pembelajaran pengelolaan kelas, serta penilaian hasil belajar. Adapun isi
dari silabus itu adalah Kompeten Dasar (KD), Standar Kompetensi, dan
Materi Pokok. Untuk silabus yang digunakan pada penelitian ini ada pada
lampiran 1.
2. Rencana Pelajaran (RP)
Rencana pelajaran (RP) yaitu perangkat pembelajaran yang digunakan
sebagai pedomen guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran.
Masing-masing RP berisi Kompetensi Dasar (KD), Indikator Pencapaian,
Tujuan Pembelajaran, dan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Untuk
format RP dalam penelitian ini, penulis menyajikannya pada lampiran 2.
3. Tes Form atif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam mendalami pelajaran
fiqih khususnya pada materi salat sunat rawatib.
4. Metode Observasi
Metode observasi yaitu suatu teknik yang dilakukan dengan cara
c. Memperoleh data tentang kegiatan pembelajaran baik siswa maupun guru melalui lembar pengamatan yang dilakukan langsung oleh peneliti.
d. Memperoleh data tentang aktifitas siswa dan data pengelolaan pembelajaran guru selama proses pembelajaran berlangsung.
Demikianlah penjelasan tentang instrumen penelitian yang penulis sajikan.
D. Analisis Data
Dalam rangka menyusun dan mengolah data yang terkumpul sehingga
dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan, maka digunakan analisis data kuantitatif, dan pada metode observasi digunakan metode kualitatif. Cara penghitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:
1. Merekapitulasi hasil tes belajar (data kuantitatif) diklasifikasikan kemudian dicari presentase tertinggi, untuk selanjutnya ditafsirkan dalam bentuk data atau urain dan ditarik kesimpilan. Adapun rumus yang dipakai dalam mencari presentase adalah :
P = F X 1 0 0 % N
F = Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya
P = Angka prosentase2
2. Untuk ketuntasan belajar ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara
individual dan secara klasikal. Berdasarkan buku petunjuk teknis penilaian
yaitu siswa dikatakan tuntas secara individual jika mendapatkan nilai minimal 65. Sedangkan secara klasikal dikatakan tuntas belajar jika jumlah siswa yang tuntas secara individu mencapai 80% yang telah
mencapai daya serap lebih dari satu atau sama dengan 65%.
3. Data yang bersifat kualitatif disajikan dalam bentuk uraian, data ditafsirkan, dan selanjutnyan ditarik kesimpulan.
Dalam bab ini peneliti menyajikan dua poin yaitu hasil penelitian dan
pembahasan, yang disajikan dalam uraian sebagai b e rik u t:
A. Hasil Penelitian 1. Siklus 1
Sebagaimana telah diketahui bahwa setiap siklus terdiri dari empat
bagian, yaitu : tahap perencanaan, tahap kegiatan dan pelaksanaan, tahap
refleksi, dan tahap revisi.
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes form atif 1 dan alat-alat
pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar
observasi pengolahan belajar aktif. Adapun materi rencana pelajaran 1
yaitu tentang salat sunat rawatib, dan soal tes form atif 1 dibuat sebagai
latihan, membuat Lembar K eija Siswa (LKS) siklus 1, dan
memperbanyaknya sesuai dengan jum lah siswa. Kemudian
menentukan jadw al penelitian, yaitu bulan Pebruari minggu kedua.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus 1 dilaksanakan
pada tanggal 14 Februari 2008 di kelas III MI Al-Iman Senobayan
Kecamatan Secang Kabupaten Magelang, dengan jum lah siswa 11
siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana
pelajaran yang telah dipersiapkan.
Pada tahap ini peneliti bekeija sama dengan pangamat lain,
mengadakan pengamatan terhadap siswa dan mengisi lembar
pengamatan. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes
form atif 1 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa
dalam proses belajar mengajar yang telah ditentukan. Peneliti dan
pengamat memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami
kesulitan dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru.
Peneliti mengadakan pengamatan terhadap hasil belajar siswa dan
memberikan penilaian terhadap lembar keija siswa dan soal-soal
latihan siswa yang telah dikeijakan, sebagai analisis hasil belajar pada
siklus I. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai
Hasil Kegiatan Belajar Mengajar Solat Sunat Rowatib Siklus I
No. Nama Siswa Jenis Kesalahan
1 2 3
1. Akhmad Syafi'i
2. Ardeva Rakha N.
V
3. Avi Laelasari
V
4. Bagas Prasetyo
V
5. Eni Riati
V
6. Hastin Sabila H.
V
7. Kumia Indriyanti
V
8. M. Ardianto
V
9. M. Nurul Huda
V
10 M. Sya'bani D.
V
11. Siti Romanah
V
Jumlah 3 2 6
Keterangan:
1. Benar Semua : 3 siswa
Tabel 6
Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I
No. Uraian Hasil Siklus
1. Benar Semua 27,27 %
2. Benar Sebagian 18,18%
3. Salah Semua 54,54 %
Tingkat keberhasilan pada siklus I adalah 27,27 % + 18,18 % = 45,45 %. Siswa yang tidak mampu mengeijakan soal tes formatif 1 sebanyak 6 siswa. Hal ini menunjukkan siswa kurang mampu
memahami penjelasan guru. Hasil observasi masih kurang memuaskan, karena perhatian siswa diperoleh secara paksa. Meskipun hanya tahap awal, perhatian tidak tumbuh secara alamiah.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada silkus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memahami
mata pelajaran fiqih hanya sebesar 45,45 % lebih kecil dari presentase ketuntasan yang dikehendaki, yaitu sebesar 85 %. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa barn dan belum mengerti apa yang
dimaksudkan guru dengan menerapkan metode belajar aktif. c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar peneliti memperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
2. Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu.
3. Siswa kurang antusias selama pembelajaran berlangsung.
Itulah hasil pengamatan peneliti, yang menemukan tiga poin utama
yang menyebabkan kegiatan belajar mengajar fiqih pada materi salat
sunat rawatib belum tuntas.
d. Revisi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih
terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan
pada siklus berikutnya. Adapun revisi itu diantaranya :
1. Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas
dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak
untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan
dilakukan.
2. Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan
menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi
catatan.
3. Guru hams lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi
siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.
Demikianlah revisi yang penulis sajikan pada siklus I.
2. Siklus II
Setelah penulis menyajikan siklus pertama, maka akan dilanjutkan
siklus pertama yaitu : tahap perencanaan, tahap kegiatan dan pelaksanaan,
tahap refleksi, dan tahap revisi.
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes form atif 2 dan alat-alat
pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar
observasi pengolahan belajar aktif. Adapun materi rencana pelajaran 2
yaitu masih tentang salat sunat rawatib, dan untuk soal tes form atif 2
dibuat dengan cara membuat soal sebagai latihan, membuat Lembar
Keija Siswa (LKS) dan memperbanyaknya sesuai dengan jum lah
siswa. Kemudian menentukan jadw al penelitian yaitu bulan Pebruari
minggu ketiga.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II
dilaksanakan pada tanggal 21 Februari 2008 di kelas III MI Al-Iman
Senobayan Kecamatan Secang Kabupaten Magelang, dengan jum lah
siswa 11 siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada
rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I,
sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi
pada siklus II.
Pada tahap ini peneliti bekeija sama dengan pangamat lain,
mengadakan pengamatan terhadap siswa dan mengisi lembar
dalam proses belajar mengajar yang telah ditentukan. Peneliti dan pengamat memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. Peneliti mengadakan pengamatan terhadap hasil belajar siswa dan
memberikan penilaian terhadap lembar keija siswa dan soal-soal latihan siswa yang telah dikeijakan, sebagai analisis hasil belajar pada siklus II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai
berikut:
Tabel 7
Hasil Kegiatan Belajar Mengajar Salat Sunat Rawatib Siklus II
Keterangan:
Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II
No. Uraian Hasil Siklus
mencapai 54,54 % atau ada 6 siswa yang tuntas belajar. Hasil ini juga menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan