• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM PENGARUHNYA TERHADAP PREjTASI BELAJAR SISWA SMK NEGERI 1 SALATIGA TAHUN 20072008 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM PENGARUHNYA TERHADAP PREjTASI BELAJAR SISWA SMK NEGERI 1 SALATIGA TAHUN 20072008 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agam"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM PENGARUHNYA TERHADAP PRE$jTASI BELAJAR SISWA

SMK NEGERI 1 SALATIGA TAHUN 2007/2008

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi

Kewajiban dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama Dalam Ilmu Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam

o l c b :

Ali Mustofa

NIM : 121 04 005

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2008

D EPARTEM EN A G A M A R!

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

S A L A T I G A

Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323433, 323706

Mufiq, S.Ag

Dosen STAIN Salatiga Jl. Stadion NO. 03 Salatiga

NOTA PEMBIMBING

Lampiran : 3 ( tiga) Eksemplar Hal : Naskah Skripsi

Sdr. Ali Mustofa

Salatiga, 25 Februari 2008

Kepada Yth.

Ketua STAIN Salatiga

di

Salatiga

(2)

P E N G E S A H A N

Skripsi Saudara: Ali Mustofa dengan Nomor Induk Mahasiswa 121 04 005

Jurusan Tarbiyah/ Pendidikan Agama Islam yang berjudul:

PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

DALAM PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM PENGARUHNYA

TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMKN 1 SALATIGA TAHUN 2007/2008.

telah dimunaqasahkan pada Sidang Panitia Ujian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri pada hari: kabu, 19 Maret 2008 M. yang bertepatan dengan tanggal 11 Rabiul Awal 1429 H dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah

19 Maret 2008 M. Salatiga,

---11 Rabiul Awal 1429 H.

PANITIA UJIAN

(3)

DEKLARASI

Bismillahirrahmaanirrahim

Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab. peneliti mcnyatakan

bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau

pemah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran orang

lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan

rujukan.

Apabila di kemudian hari temvata terdapat materi atau pikiran-pikiran

orang lain di luar refemsi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup

mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang

munaqasyah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 11 Fcbruari 2008

Peneliti

AM M u s lo f a MM. 12104005

(4)

HALAMAN NOTA PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... - ... iii

HALAMAN MOTTO... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

KATA PENGANTAR... — ... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Penjelasan Istilah... 4

C. Rumusan Masalah... 7

D. Tujuan Penelitian... 7

E. Manfaat Hasil Penelitian... 7

F. Hepotesis... 8

G. Metodologi Penelitian... 8

H. Sistematika Skripsi...15

BAB II LANDASAN TEORI A. Contextual Teaching And Learning (CTL)...17

1. Konsep Contextual Teaching And Learning (CTL)...17

(5)

4. Tujuh pilar Contextual Teaching And Learning (CTL)... 23

5. Manfaat pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)... 33

6. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)... 33

B. Prestasi 1. Pengertian prestasi...41

2. Fungsi Prestasi... 42

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar... 43

4. Indikator Prestasi... 48

5. Penilaian Prestasi... 49

6. Motif Prestasi... 49

C. Belajar 1. Pengertian Belajar...50

2. Ciri-ciri Belajar... 53

3. Unsur-unsur Dinamis Dalam Belajar... 53

4. Dasar-dasar yang mempengaruhi siswa dalam belajar... 54

D. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan...57

2. Pengertian Pendidikan Agama Islam... 59

3. Dasar Pendidikan Agama Islam... 60

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam... 62

5. Fungsi Pendidikan Agama Islam... 65

6. Faktor-Faktor Pendidikan Agama Islam... 67

(6)

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Sejarah Berdirinya... 75

B. Lokasi SMK Negeri 1 Salatiga... 77

C. Visi, Misi dan Tujuan SMK Negeri 1 Salatiga... 77

D. Keadaan Guru dan Karyawan SMK Negeri 1 Salatiga... 78

E. Keadaan Siswa SMK Negeri 1 Salatiga... 86

F. Struktur Organisasi SMK Negeri 1 Salatiga... 87

G. Sistem Pendidikan SMK Negeri 1 Salatiga... 93

H. Sarana dan Prasarana... 95

I. Penyajian Data Penelitian... 99

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Pendahuluan... 107

B. Uji Hipotesis... 108

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 117

B. Saran-saran... 118

C. Penutup...119 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(7)

Tabel Nomor

2 Tujuh Pilar Contextual Teaching and Learning

3 Keadaan Guru...

11 Nilai Angket dan Prestasi...

12 Nilai Pelaksanaan Contextual Teaching and

Learning (CTL) dengan Prestasi...

13 Frekuensi yang Diperoleh...

14 Frekuensi yang Diharapkan...

15 l abel Kcrja Menghitung Chi-Kuadrat...

(8)

A. Latar Belakang Masalah

Sebagian besar Sekolah tidak menyadari bahwa kegiatan belajar semakin •

hari semakin mengalami kemunduran. Belajar semakin hari menjadi kegiatan

yang semakin membosankan, statis dan stres. Di sekolah situasinya juga tidak

jauh berbeda, anak-anak kuyu, mengantuk, bosan, malas dan tidak termotivasi

sementara guru tak jarang pula mengabaikan dirinya sendiri. Bahkan siswa-siswa

yang masuk program akselerasi terancam terkena penyakit jiwa karena beratnya

beban sekolah. Di si si lain, guru mengajar dengan materi sama dari tahun ke

tahun, transparansi atau catatan yang sama, banyak materi hapalan, gaya mengajar

tidak berubah, standar, formal dan kaku. Hal seperti ini tidak luput dari bagaimana

guru harus melaksankan tugasnya sebagai seorang guru. Seorang guru harus

mempunyai wawasan yang mantap dan utuh tentang kegiatan belajar-mengajar.

Wawasan yang perlu di miliki guru adalah strategi belajar mengajar.

Banyak ilmuan yang membahas tentang kenyataan bahwa orang belajar

melibatkan seluruh tubuh dan pikiran pada saat bersamaan. Itulah sebabnya

mengapa ketika orang belajar secara kontinyu dengan cara melakukan akan jauh

lebih baik dan lebih cepat dari pada mempelajari hal tersebut setahap demi

setahap tetapi di luar konteks. Orang akan lebih cepai dan lebih baik dalam

menguasai cara salat yang benar apabila melakukan secara langsung, begitu juga

bahasa Inggris ketika langsung di negara Inggris selama 1 tahun dibandingkan

dengan mereka yang mempelajari di sekolah selama 3 tahun. Anak siswa lebih

(9)

cepat memahami cara ibadah dari pada hanya sekedar teori atau dengan memberi

pengajaran dengan ceramah. Hal itu hasilnya akan berbeda dan lebih

menguntungkan dan anak cepat faham apabila menggunakan belajar langsung.

Pendekatan belajar tradisional yang diterapkan ternyata justru

menumpulkan potensi anak didik. Anak TK begitu antusias, gembira, dan alami,

keingintahuan mereka besar, bertanya dan ingin mencoba tentang segala hal.

Namun semakin tinggi jenjang pendidikan mereka, semakin kehilangan energi. Di

perguruan tinggi, mereka menjadi jauh lebih pendiam, tidak aktif dan tidak

bersemangat mengerjakan tugas dan belajar. Hasil belajar juga cepat hilang,

begitu semester berlalu, berlalu pula pengetahuan yang mereka dapat. Tentu ada

missing link selama mereka di sekolah? Bagaimana kita dapat mengubah keadaan

ini semua?

Kegiatan belajar sebagai kegiatan penting selama hidup manusia, yang

menjadi suatu pengalaman menyenangkan, mengasikkan, merangsang pikiran,

mempersatukan dan membebaskan jiwa.

Kini, tugas pendidikan adalah mempersiapkan orang untuk menghadapi

dunia yang semakin tua dan penuh tantangan. Dengan semangat juang, melibatkan

seluruh pikiran/tubuh dengan program belajar yang memungkinkan orang untuk

memilih. Lingkungan belajar sedapat mungkin memberi kesan positif, melibatkan

semua pihak dalam belajar (orang tua dan anggota masyarakat lain) dan

menerjunkan diri secara langsung dan sedekat mungkin dengan dunia nyata.

Berikut ini contoh perbandingan kecenderungan belajar menurut paradigma lama

(10)

Tabel I

Paradigma Lama Paradigma Baru

Berbasis pada teks Berbasis pada kegiatan

Mementingkan segi kognitif/hapalan Keseluruhan kognitif, fisik dan

Tidak bersemangat dan muram emosional

Kaku dan serius Antusias dan hidup

Guru memberi siswa menerima Fleksibel dan gembira

Otoriter Guru adalah fasilitator, pendamping

Verbal Demokrasi

Hasil belajar diukur dengan tes Multi indrawi

Individualistis Tes dan non tes

Gotong royong/kerja sama1

Untuk mengantisipasi penurunan pada pendidikan pada generasi penerus,

maka ada suatu konsep yang bisa mengurangi kegagalan pada pendidikan, yaitu

menggunakan pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL).

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsepsi pembelajaran

yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata

dan memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan penerapan dalam

kehidupan sehari-hari sebagai angggota keluarga dan masyarakat2.

'Hamid Muhammad, Ph.D., Materi Pelatihan Terintegrasi, tlmu Pengetahuan Sosial, Perencanaan Pembelajaran IPS, Departemen Pendidikan Nasianal, Jilid 4, 2005, him. 6

(11)

Pendekatan CTL yang begitu mudah tapi memerlukan banyak sarana dan

prasarana, mengakibatkan banyak sekolah tidak mampu memperaktekkan secara

keseluruhan. Ada salah satu sekolah favorit di Kota Salatiga yang memperaktekan

pendekatan CTL yaitu SMK Negeri 1 Salatiga pada pengajaran umum maupun

pengajaran agama.

Proses pembelajaran di SMK Negeri 1 Salatiga adalah menerapkan

pendekatan CTL, proses seperti ini masih digunakan sekolah hingga sekarang.

Apakah ada kelebihan menggunakan Contextual Teaching and Learning?

Maka bertitik tolak dari pemikiran tersebut, perlu kiranya dikaji secara

mendalam untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dan objektif dengan

memakai pendekatan ilmiah. Untuk itu penulis mencoba mengkaji persoalan

tersebut di atas secara kritis dan analitis, dengan membuat skripsi yang berjudul :

“PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

DALAM PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM PENGARIJHNYA

TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMK NEGERI 1 SALATIGA TAHUN 2007/2008”.

B. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman judul yang penulis ajukan dan agar

kehendak dari pemahaman yang sebenamya tidak menimbulkan interprestasi lain,

(12)

1. Pengaruh

Dalam kamus umum bahasa Indonesia, Kata pengaruh berarti; sesuatu

yang dapat membentuk perilaku, kepercayaan atau tindakan seseorang, sesuatu

yang menimbulkan akibat.1

2. Contextual Teaching and Learning (CTL) a. Contextual,

Con, dalam kamus Advanced English-Indonesia Dictionary berarti awalan yang berarti dengan atau bersama.4 5 Textual, Berkenaan dengan naskah/kontektual/dunia nyata tidak sebatas teori.3

b. Teaching

Mengajar atau mcmberikan pengelahuan/ilmu seorang pendidik pada anak

didik.6

c. Learning

Pembelajaran antara Guru dan seorang Siswa dalam menyampaikan ilmu

pengetahuan.7

Arti Contextual Teaching and Learning (CTL) secara keseluruhan adalah

konsepsi pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran

dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa agar menghubungkan

3 Dewi S. Bahartlui, Kamus Umum bahasa Indonesia, Bintang Terang 99, Surabaya, Tahun 1995, hlm.304

4 Drs Peter Salin, Advenced English-Indonesia Dictionary, modem English Pres. Jakarta, 1988.him. 879

(13)

pengetahuan dan penerapanya d^Iam kehidupan sehari-hari sebagai anggota

keluarga dan masyarkat.8

3. Belajar

Secara psikologi belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan di

dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi

kebutuhanya.9

4. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah usaha-usaha secara sistematis dan praktis

dalam membantu anak agar mereka hidup sesuai dengan ajaran agama Islam,

sehingga terjalin suatu kebahagiaan dunia dan akherat.10 11

5. Prestasi

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilaksanakan), dikeijakan .n Penulis

mengukur prestasi anak dengan melihat nilai rapor dengan standar Departemen

Agama pada laporan hasil belajar. Juga memberi angket tentang pemyataan

prestasi.

6. Siswa

Seorang anak yang mencari ilmu pengetahuan dan pengalaman untuk

mempersiapkan masa depan menuju hidup lebih sejahtera.12

8 Elain B. Johnson, PU.D.Op 0 7 ., hlm.60

9 Drs. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Reneka Cipta, Jakarta. 1991, him. 121

10 Zuhairi, Abdul Ghofur, Slamet As Yusuf, Melode Khusus Pendidikan Agama, Usaha Mas, Surabaya, 1983, him. 27

(14)

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam

pembelajaran Agama Islam pada siswa SMK Negeri 1 Salatiga

2. Bagaimana Prestasi belajar PAI siswa SMK Negeri 1 Salatiga

3. Adakah pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

terhadap prestasi belajar PAI siswa SMK Negeri 1 Salatiga.

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bagaimana pelaksanaan CTL (Contextual Teaching and

Learning) dalam pembelajaran PAI pada siswa SMK Negeri 1 Salatiga.

2. Mengetahui Prestasi belajar PAI siswa SMK Negeri 1 Salatiga

3. Mengetahui adanya pengaruh Contextual Teaching and Learning (CTL)

terhadap prestasi belajar PAI siswa SMK Negeri 1 Salatiga.

E. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas

tentang ada tidaknya pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL) terhadap prestasi belajar siswa. Dari informasi tersebut diharapkan dapat

memberikan manfaat yaitu:

1. Secara praktis, bagi sekolahan khususnya SMK Negeri 1 Salatiga dapat

memperoleh informasi tentang pengaruh Contextual Teaching and Learning

(15)

2. Secara tearitik, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi sekolahan

khususny^ sekolah SMK Negeri 1 Salatiga yang diperoleh dari penelitian

lapangan.

F. Hipotesjs.

Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara, terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.13

Sedangkan menurut Prof. DR. Winarno Surachmat hipotesis adalah suatu

kesimpulan tetapi masih belum final, masih harus dibuktikan kebenarannya.14

Oleh karena sifatnya yang masih sementara, maka suatu hipotesis dapat

diulang atau diganti dengan hipotesis lain bila mana dalam penelitian selanjutnya

dijumpai hipotesis yang kurang tepat. Dalam penelitian ini, penulis mempunyai

asumsi bahwa ada keterkaitan antara pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) dengan prestasi belajar siswa SMK Negeri 1 Salatiga.

Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan adalah : “Ada pengaruh

yang signifikan pemakaian metode Contextual Teaching and Learning (CTL)

terhadap prestasi belajar siswa SMK Negeri 1 Salatiga.”

G. Metodologi Penelitian

Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik, maka kesesuaian metode

merupakan salah satu kunci penentu keberhasilan suatu penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut:

1. Populasi dan Sampel

13 Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, him. 67

(16)

a. Populasi

Menurut Sutrisno Hadi bahwa populasi merupakan semua individu untuk

siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu hendaknya

digeneralisasikan.i:i Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah

kelas satu, dua, tiga SMK. Negeri 1 Salatiga tahun 2007/2008. Jumlah

keseluruhan murid kurang lebih 1344 siswa dibagi menjadi 36 kelas, dengan

ketentuan kelas 1 ada 12 kelas, kelas 2 ada 12 kelas, kelas 3 ada 12 kelas.

b. Sampel

Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti,

Yang di anggap mewakili terhadap populasi.15 16

Sedangkan untuk menentukan berapa besar yang akan dijadikan sampel

dalam populasi tidak ada ketentuan yang pasti.17 Dalam hal ini Suharsimi

Arikunto mengatakan, bahwa untuk mengambil sampel bila populasinya

besar (100 lebih), maka dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau

lebih. Akan tetapi apabila kurang dari 100, maka semua dijadikan sampel.18

1) Adapun yang menjadi sampel pada penelitian ini semua kelas satu, dua

dan tiga yang diwakili 2 siswa perkelasnya.

2. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ilmiah variabel merupakan hal yang sangat penting untuk

mencapai keseluruhan suatu penelitian.

15 Prof. Dr. Sutrisno Hadi, M.A; Melodologi Research, jilid 1, Yasbit. Fak. Psikologi UGM, Yogyakarta, Cet. XII, 1981, him. 70

16 Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Op. Cit, him. 102. 17 Sutrisno Hadi, Op. Cit, him. 73.

(17)

Variabel adalah obyek penelitian yang bervariasi.10 Adapun yang menjadi

variabel pada penelitian ini adalah :

a. Variabel pengaruh adalah pelaksanaan Contextual Teaching and Learning

(CTL).

b. Variabel terpengaruh adalah prestasi belajar siswa.

Dari dua variabel tersebut mempunyai indikator-indikator antara lain :

a. Pelaksanaan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan indikator :

1) Belajar Berbasis Masalah

2) Pengajaran Autentik

3) Belajar berbasis Inquiri

4) Belajar berbasis proyek/ tugas terstruktur

5) Belajar berbasis kerja

6) Belajar Jasa Layanan

7) Belajar KooperatifTbelajar bersama19 20

b. Prestasi belajar siswa dengan indikator

1) nilai rapor 7 atau 70 dan lebih

2) mempunyai semangat untuk meningkatkan prestasi

3) mengulangi pelajaran

4) bisa mengingat pelajaran lebih dari 75 %

5) selalu mengerjakan tugas

6) menggunakan waktu untuk belajar

7) dapat menjelaskan materi yang diajarkan

19 Ibid., him. 89.

(18)

8) memahami materi pelajaran21

Dari variabel yang pertama yaitu Pelaksanaan Contextual Teaching and

Learning (CTL) penulis kategorikan menjadi dua tingkatan :

a) Tinggi

b) Sedang

dan variabel yang kedua Prestasi Belajar penulis kategorikan menjadi dua

tingkatan dengan mengacu pada buku hasil penilaian yang dikeluarkan oleh

Departemen Agama:

a) Baik Sekali

b) Baik

Dari variabel yang pertama bila mendapat dari instrumen yang disampaikan

responden adalah:

(1) Nilai 3 bila menjawab a

(2) Nilai 2 bila menjawab b

(3) Nilai 1 bila menjawab c

Sedangkan variabel kedua dengan melihat nilai rata-rata perkelas pada

pelajaran Pendidikan Agama Islam.

3. Metode pengumpulan data.

Metode pengumpulan data adalah cara yang dipakai untuk

mengumpulkan data. Dalam penelitian ilmiah ada beberapa cara yang dipakai

untuk mengumpulkan data. Adapun yang penulis gunakan adalah sebagai

berikut:

(19)

Yaitu cara untuk memperoleh data yang berdasarkan penelitian,

dimana data tersebut diperoleh dari buku-buku dan bacaan yang lain yang ada

korelasinya.22 Metode ini di pakai untuk mengumpulkan data mcngcnai

informasi dan memperkuat paparan mengenai kerangka pikiran dalam

penelitian yang penulis lakukan.

b. Observasi

Observasi adalah adalah suatu pengumpulan data dimana penyelidik

mengadakan pengamatan secara langsung.23 Observasi digunakan untuk

melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena

yang diselidiki, baik untuk mengumpulkan monografi, histories, dan lain

sebagainya.

Ada dua macam observasi, yaitu :

i. Observasi partisipan

Yaitu observasi yang di lakukan dengan cara terlibat langsung dalam

kegiatan penelitian.

ii. Observasi non Partisipan

Yaitu observasi dimana observer tidak terlibat dan tidak mengambil

bagian dalam kegiatan observasi. Dalam kaitan penelitian ini penulis

menggunakan metode observasi non partisipan, artinya penulis dalam

melaksanakan penelitian tidak masuk dalam objek penelitian.

22 Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Op. Cit, him. 190 23 Ibid, him. 131

(20)

Yaitu observasi dimana observer tidak terlibat dan tidak mengambil bagian

dalam kegiatan observasi. Dalam kaitan penelitian ini penulis menggunakan

metode observasi non partisipan, artinya penulis dalam melaksanakan penelitian

tidak masuk dalam objek penelitian.

c. Angket

Angket adalah perianyaan yang dikirimkan oleh seorang peneliti kepada

responden tentang data pribadi sendiri atau orang lain.2'1 Pengumpulan

angket/koesioner merupakan hal yang pokok untuk mengumpulkan data. Hasil

koesioner tersebut terjelma dalam angka-angka, tabel-tabel, analisa statitik dan

uraian serta kesimpulan dari hasil penelitian. Koesiner adalah memperoleh

informasi dengan reabilitas dan validitas setinggi mungkin.2''

Model angket yang penulis gunakan adalah angket tertutup, yaitu

responden tinggal menjawab sesuai dengan kehendak peneliti, dan tujuannya

adalah untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) pada siswa terhadap prestasinya.

d. Interview

Menurut Sutrisno Hadi, interview merupakan metode pengumpulan data

dengan jalan proses tanya jawab secara lisan dua orang atau lebih berhadap-

hadapan. Secara fisik yang satu dapat melihat yang lain.24 * 26

Interview atau tanya jawab ini digunakan untuk mengumpulkan data

dengan jalan komunikasi langsung antara penyelidik dengan yang di selidiki.

24 Ibid, him. 192

2i Masri Singaribun dan Sofan Efendi, Metodologi Penelitian Survai, Lp 3ES, Jakarta, 1985, hlm.130.

(21)

Metode ini penulis gunakan pada permasalahan yang belum jelas yang ada

kaitanya dengan penelitian.

e. Dokumentasi

i

Yaitu menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah.

dokumen, peraturan-peraturan, hasil rapat, catatan harian, dan sebagainya.27

Penulis menggunakan metode ini untuk memperoleh catatan-catatan sejarah serta

data-data tentang keadaan sekolah pada manajemennya dan lain-lain.

4. Tehnik Analisis Data

Setelah data terkumpul dalam penelitian ini, maka langkah selanjutnya

adalah menganalisa data yang terkumpul.

a. Analisa yang berfungsi untuk mengetahui pendekatan

Contextual Taching and Learning (CTL) dan prestasi belajar PAI pada siswa

SMK Negeri 1 Salatiga

Untuk mengetahui variabel ini dengan menggunakan ramus :

P = — x 100

N

Dimana P : Prosentase individu dalam golongan

F : Frekuensi

N : Jumlah subyek secara keseluruhan

b. Analisa data yang kedua berfungsi untuk mengetahui tentang pelaksanaan

Contextual Teaching and Learning (CTL) akan membawa pengaruh atau tidak

(22)

membawa pengaruh terhadap prestasi. Adapun teknik data yang digunakan

dalam mengolah data ini adalah menggunakan tehnik statistik yaitu :

- Tehnik Analisis Chi-Kuadrat

Tehnik Chi-kuadrat yaitu metode statistik yang digunakan untuk mencari

ada tidaknya korelasi antara satu gejala dengan gejala yang lain atau gejala yang

diselidikinya.

Dalam hal ini penulis menggunakan tehnik Chi-Kuadrat dengan rumus

sebagai

Keterangan :

X 2 = Nilai Chi-Kuadrat

FQ = Frekuensi hasil pengamatan

Fe = Frekuensi teoritik/harapan.28

H. Sistematika skripsi

BAB IPENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, hipotesis, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini berisi tentang teori yang menjadi landasan penelitian, khususnya

yang berkaitan dengan variabel penelitian yaitu teori-teori tentang Contextual

28 *

(23)

Teaching and Learning (CTL), prinsip dasar CTL, tujuh pilar CTL, pembelajaran

kooperatif (Cooperative Learning), pengertian prestasi, fungsi prestasi, penilaian

prestasi, indikator prestasi, motif berprestasi, tingkatan-tingkatan prestasi,

pengertian bejajar, faktor-faktor yang mempengaruhi dalam belajar.

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

M emuat: sejarah berdirinya SMK Negeri 1 Salatiga, letak georafis SMK Negeri

1 Salatiga, dasar dan tujuan SMK Negeri 1 Salatiga, keadaan guru, keadaan siswa,

struktur organisasi, sistem pendidikan, kelembagaan dan sarana prasarana serta i

data penelitian

BAB IV ANALISIS DATA

Yaitu berisi tentang analisis data sesui dengan data yang diperoleh dengan

menggunakan data analisis statistik deskriptif, yaitu prosentase dan analisis data

inferensial dengan rumus Chi kuadrat.

BAB PENUTUP

(24)

1. Konsep Contextual Teaching and Learning (CTL)

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsepsi

pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan

situasi dunia nyata dan memotifasi siswa agar menghubungkan pengetahuan

dan penerapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan

masyarakat.1 Dengan pendekatan CTL, proses belajar mengajar akan lebih

konkret, lebih realistis, lebih aktual, lebih nyata, lebih menyenangkan, dan

lebih bermakna. Pendekatan ini sebenamya bukan sama sekali baru karena

beberapa waktu yang lalu pemah disinggung mengenai pembelajaran aktif,

CBSA, dan saat ini banyak sekali pendekatan pembelajaran yang diungkap

mulai dari Active Learning, Quantum Learning, Quantum Teaching,

Accelerated Learning, Learning Revolution dan sebagainya. Apapun namanya

kesemuanya bersumber pada satu tujuan yang sama yaitu optimalisasi belajar

dengan kegiatan dan bukan ingatan.

Pendekatan pembelajaran yang sesuai adalah pembelajaran yang

berorientasi pada kepentingan siswa atau berpusat pada siswa. Hal ini sesuai

dengan pendekatan pembelajaran Discovery/Inquiry yang menunjukkan 1 2

1 Elain B. Johnson, VHD.Contextual Teaching and Learning, Corwin Press, Inc.,Thousand Oaks, California, 2002. him. 65

2Prof. Dr. Slamet PH, MA,MEd, ,MLHR, Jumal MBS, Life Skill, KBK, CTL, dan salingketerkaitannya Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah pertama, tahun, 2005

(25)

dominasi peserta didik selama proses pembelajaran (berorientasi pada peserta

didik) dan guru sebagai fasilitator. Ciri dari pendekatan ini adalah kegiatannya

beragam seperti : teknik tanya jawab dan diskusi yang bersifat terbuka,

simulasi, bermain peran, sosio drama, kolokium, demontrasi, eksperimen,

studi kasus, problem solving, kerja kelompok. Lain halnya dengan pendekatan

Ekspositori yang banyak melibatkan dominasi guru, sedang yang

membedakan terletak pada keterlibatan peserta didik, kadar keterlibatannya

terlalu rendah untuk ekspositori dan terlalu tinggi untuk Discovery/Inquiry.

Dengan memaknai kedua pendekatan ini menuntut adanya perubahan

cara mengajar guru seperti apa yang dikemukakan oleh William A. berikut ini:

"Pengajar yang bisa memberitahu; pengajar yang baik menjelaskan; pengajar

yang baik mendemontrasikan; pengajar yang terbaik memberi inspirasi”.3

Dalam proses pembelajaran yang efektif yang diinginkan adalah

perubahan pada peserta didik dalam aspek pengetahuan, sikap dan perilaku

serta ketrampilan dan kebiasaan sebagai produk, dan guru sebagai manager.

Dalam proses pembelajaran guru menempatkan siswa menjadi klien

dengan menghilangkan dinding pemisah dalam arti positif.

Belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan

keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional guna

memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif,

afektif, dan psikomotorik.4 Dalam proses belajar mengajar keaktifan siswa

berbeda-beda, Me Keachie dalam tulisannya yang beijudul “Student Centered

i William A Ward, Geography and the Integrated Curriculum, Heineman Educational Book, London, 1976. him. 19

(26)

Versus Instructorcentered Instruction ” mengemukakan dua kutub gaya

mengajar, ialah pengajaran yang terpusat pada siswa dan pengajaran yang

terpusat pada guru. Di sini dia menekankan bahwa perbedaan gaya mengajar

dengan perbedaan tekanan.5

Untuk membedakan kadar keaktifan siswa, Me Keachie

mengemukakan tujuh dimensi untuk kegiatan belajar mengajar ialah :

a. Partisipasi siswa dalam menentukan tujuan kegiatan belajar mengajar

b. Penekanan pada aspek efektif dalam pengajaran

c. Partisipasi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, terutama

yang berbentuk interaksi an tar siswa

d. Penerimaan guru terhadap perbuatan dan sumbangan siswa yang kurang

relevan atau salah

e. Keeratan hubungan kelas sebagai kelompok

f. Kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan

yang penting dalam kegiatan di sekolah

g. Jumlah waktu yang digunakan untuk menangani masalah pribadi siswa

baik yang berhubungan ataupun yang tidak berhubungan dengan

pelajaran.6

Konsep belajar aktif sudah di kembangkan oleh Confusius, 2400 tahun

yang silam dengan mengungkapkan teori sebagai berikut :

aApa yang saya dengar saya lupa. Apa yang saya lihat saya ingat. Apa yang

saya keijakan saya paham”.7

(27)

Selanjutnya Mel Silberman dalam bukunya “Active Learning” 101

Strategi Pembelajaran Aktif, 2002 mengembangkan pemyataan Connfusius

menjadi paham belajar aktif sebagai berikut:

“Apayang saya dengar saya lupa. Apayang saya lihat soya ingat sedikit. Apa

yang saya dengar, lihat dan diskusikan saya mulai mengerti. Apa yang saya

lihat, dengar, diskusikan dan kerjakan saya dapat pengetahuan dan

o

ketrampilan. Apa yang saya ajarkan saya kuasai

Keaktifan siswa tidak saja dalam menerima informasi tetapi juga

dalam memproses informasi secara efektif. Otak membantu melaksanakan

refleksi baik secara ekstemal maupun internal. Belajar secara pasif tidak akan

hidup, karena siswa mengalami proses tanpa rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan

dan tanpa ada daya tarik pada hasil. Belajar secara aktif siswa dituntut mencari

sesuatu sehingga dalam pembelajaran seluruh potensi siswa akan terlibat

secara optimal.

2. Prinsip Dasar Contextual Teaching and Learning (CTL)

Program pembelajaran CTL yang dianggap berhasil adalah jika

mengikuti prinsip-prinsip berikut:

a. Belajar Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Belajar bukanlah

sekedar menyampaikan informasi tetapi bagaimana menggunakan 7 8

7 Mel Silberman, Active Learning, teij. Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta. 2002. him. 100

(28)

informasi dan berfikir kritis untuk memecahkan masalah yang ada di dunia

nyata.9

b. Pengajaran Autentik (Autenthic Instruction ). Pendekatan pengajaran yang

memperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna, sesuai

dengan kehidupan nyata.10 * Kata belajar berenang dengan berenang, belajar

bemyanyi dengan bemyanyi, belajar cara menjual dengan menjual.

c. Belajar berbasis Inquiri {Inquiry Based Learning). Belajar bukanlah

kegiatan mengkomsumsi melainkan kegiatan memproduksi dengan

mengetahui apa yang menjadi kebutuhan keingintahuan dan mencari

sendiri jawabannya. Bertanya pada diri sendiri dan mencari tahu

jawabannya.11

d. Belajar berbasis proyek/tugas terstruktur {Project Based Learning).

Belajar bukanlah sekedar menyerap hal kecil sedikit demi sedikit dalam

waktu yang panjang tetapi secara komprenhensif/ terpadu untuk

mendapatkan banyak hal. Proyek membantu orang untuk melibatkan

keseluruhan mental dan fisik, syaraf, indera termasuk kecakapan sosial

dengan melakukan banyak hal sekaligus. Ini adalah kebebasan bagi otak

untuk menunjukkan kapasitas yang sesungguhnya dan tantangan ini akan

mengembangkan otak kanan maupun otak kiri dengan pesat.12

9 The Liang Gie, Cara Belajar Yang Baik Bagi Mahasiswa, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2003, Edisi ke-2. him. 5r

10 Dr. H. Fachrudin, MA., Tehnik Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab, Global Pustaka Utama, Yogyakarta. Tahun. 2005 Him. 132.

"Drs. Mansur, Strategi Belajar Mengajar, Derektorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, Tahun 1994/1995, him. 17

(29)

e. Belajar berbasis keija (Work-Based Learning). Untuk membuat belajar

lebih efektif, belajar harus didasarkan pada pengalaman dan bukan kata-

kata semata.13 Jika kita mencari informasi, perlu membaca kata-kata. Jika

kita memerlukan pengalaman, milikilah pengalaman dengan melakukanya.

Belajar adalah bekeija dan ketika orang bekeija, ia belajar banyak hal.

f. Belajar Jasa Layanan (Service Learning). Emosi amat menentukan proses

dan hasil belajar. Perasaan positif yang timbul saat belajar dapat

mempercepat belajar. Belajar dengan percaya diri, merasa dibutuhkan,

bekeija sama/menolong orang lain dan akrab pada kegiatan di luar maupun

di dalam kelas.

g. Belajar Kooperatif (Cooperative Learning). Biasanya orang akan belajar

lebih banyak melalui interaksi dengan teman-teman. Satu kelas besar yang

belajar bersama akan menghasilkan prestasi lebih baik daripada setiap

individu belajar sendiri-sendiri karena persaingan yang terns menerus

an tar pribadi justru akan melelahkan dan mereduksi hasil belajar.14

3. Strategi Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

a Menekankan pentingnya pemecahan masalah/problem.

b Mengakui perlunya kegiatan belajar mengajar di lakukan dalam berbagai

konteks seperti rumah, masyarakat dan tempat keija.

c Mengontrol dan mengarahkan pembelajaran siswa, agar siswa dapat

belajar sendiri/mandiri.

13 Drs. Mansur, Op. Cit., him. 25

(30)

d Bermuara pada keragaman konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda

e Mendorong siswa belajar dari sesama teman dan belajar bersama

f Menggunakan peni laian autentik (<authentic assessment)15

4. Tujuh Pilar Contextual Teaching and Learning (CTL)

CTL mempunyai tujuh komponen yang disusun agar belajar menjadi

lebih hidup. Seperti analogi anak TK, anak kecil merupakan pembelajar yang

hebat karena totalitas mereka dalam belajar. Mereka menggunakan seluruh

tubuh dan indera untuk belajar dibandingkan dengan orang dewasa yang

duduk berjam-jam di ruang kuliah dengan aktifitas tunggal yaitu mencatat

Ketujuh pilar tersebut di susun sebagai obat untuk penyakit belajar

yang selama ini sudah menggerogoti kita. Dikatakan oleh Win Wenger dalam

bukunya yang beijudul Teaching and Learning, Ketujuh pilar tersebut yaitu :

a. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi)

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), yaitu pengetahuan

bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk

diambil dan diingat. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah,

menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-

ide. Siswa harus mengkontruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri

bukan menerima informasi dari guru secara instant.

15

(31)

Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses

mengkontruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses

pembelajaran, siswa membangurr sendiri pengetahuan mereka melalui

keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat

kegiatan, bukan guru yang menjadi pusat kegiatan.

Dalam pandangan konstruktivisme, strategi lebih diutamakan

dibandingkan seberapa banyak siswa mengingat pengetahuan. Untuk itu

tugas seorang guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan:

1) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.

2) Memberi kasempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya

sendiri

3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam

belajar.

Konstruktivisme ini merupakan obat untuk penyakit belajar lama

yaitu belajar yang berpusat pada Guru, formal, serius dan ketaatan serta

ketakutan untuk berbeda dengan pendapat guru. Guru menjadi yang maha

kuasa karena punya power menentukan hidup mati Siswa dalam

pemberian nilai akhir.

b. Menemukan (Inquiry)

Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan

bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi dari hasil

(32)

Pembelajaran berdasarkan inkuiri mendorong seluruh pikiran dan

tubuh untuk bersama-sama aktif baik di dalam maupun di luar kelas. Guru

harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan yang

menemukan, apapun materi yang diajarkan. Misalnya topik mengenai

macam-macam bentuk daratan di Indonesi. Sudah saatnya ditemukan oleh

Siswa, bukan menurut buku atau menurut guru. Siklus inkuiri yang dapat

membantu siswa dapat menemukan pengetahuanya sendiri. Siklus inkuiri

tersebut adalah melalui kegiatan:

1) Merumuskan masalah

2) Mengamati atau melakukan observasi

3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan,

bagan, tabel dan karya lainya

4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca,

teman sekelas, guru, atau audien yang lain

5) Mengevaluasi hasil temuan bersama.

Paradigma belajar yang lama telah memisahkan kesatuan utuh

manusia yang terdiri dari rasa, karsa, dan karya. Gerakan fisik bukan

hanya dianggap mengganggu tetapi justru jadi disorder behavior. Ketika

belajar perhitungan matematis, siswa sebatas menggerakkan tangan untuk

menghitung dengan muka yang serius dan kerutan di kening. Pembelajaran

menjadi abstrak, tidak masuk akal dan duduk terns menerus.

(33)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya.

Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran berbasis CTL.

Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk

mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi

siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan

pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi,

mengkonfirmasikan apa yang sudah di ketahui dan mengarahkan perhatian

pada aspek yang belum diketahuinya.

Dalam segala aktifitas belajar, Questioning dapat diterapkan:

antara Siswa dengan Siswa, antara Guru dengan Siswa, antara Guru

dengan Siswa, antara Siswa dengan orang lain dan lain sebagainya. Dalam

pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk:

1) menggali informasi, baik administrasi maupun akademis

2) mengecek pemahaman siswa

3) membangkitkan respon siswa

4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa

5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa

6) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru

7) untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa

8) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

Kegiatan bertanya menjawab permasalahan gaya pendidikan lama

yang menganggap bahwa tong kosong berbunyi nyaring atau berbicara

(34)

di tanggapi positif oleh Guru maupun oleh tern an-tern an. Kelas bukan

merupakan tempat yang am an untuk berbuat kesalahan dan eksplorasi.

Anak kecil dalam kepolosan belajamya justru sering kali bertanya banyak

hal yang kadang membingungkan orang tua seperti “kenapa langit

warnanya binP. Bagaimana adik bisa di perut Ibu? ”

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep Masyarakat Belajar {Learning community) ialah hasil

pembelajaran yang diperoleh dan keija sama dengan orang lain. Misalnya

seorang yang belum memperkecil atau memperbesar peta dapat dibantu

oleh teman yang sudah bisa membuat dengan menunjukkan earn

membuatnya. Kedua orang tersebut sudah membentuk masyarakat belajar.

Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan

pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam

kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari

yang lemah, yang sudah tahu memberi tahu yang belum tahu, dan

seterusnya.

Belajar yang baik adalah bersifat sosial. Satu telaah di Standford

University ditemukan bahwa bimbingan belajar oleh kawan itu empat kali

lebih efektif untuk meningkatkan prestasi di bidang matematika dan

membaca dibandingkan jika jumlah murid dalam kelas dikurangi atau

waktu pengajaran diperpanjang.16

(35)

Model pembelajaran dengan teknik “Learning Community” sangat

membantu proses pembelajaran 75 kelas. Prakteknya dalam pembelajaran

terwujud dalam:

1) Pembentukan kelompok kecil

2) Pembentukan kelompok besar

3) Mendatangkan ahli ke dalam kelas (tokoh, olahragawan, dokter,

perawat, petani, pengurus organisasi, polisi, tukang kayu dan

sebagainya).

4) Bekerja dengan kelas sederajat.

5) Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya

6) Bekerja dengan masyarakat.

Selama ini pendidikan kita kurang mengupayakan adanya

kebersamaan anggota kelas sebagai satu tim yang harus saling membantu

dan mendukung. Akibatnya rasa tanggung jawab atas kemajuan bersama

terabaikan. Jangankan bertanggung jawab untuk kelompoknya, pada diri

sendiri saja kurang. Hal ini kelihatan nyata apabila siswa diminta ada

dalam kelompok untuk mengerjakan sesuatu, biasanya hanya siswa

tertentu saja yang aktif. Antar pembelajaran saling bersaing dan menjadi

pelit berbagi informasi dengan teman lain. Betul bahwa prestasi

pendidikan adalah prestasi individu tetapi bukanlah jauh lebih indah jika

mendaki dan akhimya berada di puncak bersama-sama untuk melihat

pemandangan di bawah, dari pada mendaki dan berada di puncak sendirian

(36)

e. Pemodelan (Modeling)

Dalam sebuah pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan

tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa karya tubs, cara

melafalkan bahasa Inggris atau contoh maket/ peta daerah. Dengan begitu

guru memberi model tentang bagaimana cara belajar. Model berarti contoh

artinya tidak ada satu cara terbaik. Ada banyak kepatuhan pada satu model

hams ini atau harus itu sebaiknya diganti dengan boleh ini atau itu. Yang

penting bahwa orang bisa bertanggung jawab atas pilihanya.

Dalam pendekatan CTL gum bukan satu-satunya model, model

dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siwa bisa ditunjuk

untuk memberi contoh temannya melafalkan sesuatu kata. Bagaimana

contoh praktek pemodelan di kelas?

1) Gum Agama Islam memberi contoh cara salat.

2) Gum ekonomi menunjuk siswa untuk berperan sebagai seorang

pedagang

3) Gum olah raga memberi contoh berenang gaya kupu-kupu di hadapan

siswa

4) Gum biologi mendemonstrasikan penggunaan thermometer suhu

badan

5) Tukang kayu mendemonstrasikan salah satu alat pertukangan

6) Gum bahasa Indonesia menunjukkan teks berita dari surat kabar.

Beberapa sekolah telah menjadi rumah tahanan bagi siswa,

(37)

bertahun-tahun. Ketika masuk, siswa mempunyai keanekaragaman, tetapi ketika

keluar dari pabrik mereka sudah menjadi produk massa, seragam, variasi

produknya rendah. Siswa merasa berada dalam dua dunia yang berbeda

ketika berada di dalam dan di luar sekolah. Dengan adanya pemodelan,

siswa dirangsang untuk menjadi kreatif dan mencoba menampilkan segala

kemampuanya.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau

berpikir ke belakang tentang apa yang sudah di lakukan di masa lalu.

Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktifitas atau pengetahuan

yang baru diterima. Misalnya, ketika pelajaran berakhir, siswa merenung

kalau begitu, cara saya menyimpan file selama ini salah, mestinya dengan

cara yang baru saya pelajari, sehingga file dalam computer saya lebih

tertata.

Refleksi menjawab permasalahan kaum behaviorisme yang

memisahkan aspek jasmani manusia dan aspek rohaninya. Selama ini

siswa menjalani pembelajaran dengan statis dan tanpa variasi. Jarang

sekali mereka diberi kesempatan untuk “diam sejenak” dan berpikir

tentang apa yang baru saja mereka lakukan atau pelajari. Waktu amat

cepat berlalu, semua terburu-buru dan mungkin tidak sempat melakukan.

g. Penilaian yang sebenarya (Authentic Assessment)

Penilaian yang sebenarya (Authentic Assessment) adalah proses

(38)

perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu

diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses

pembelajaran dengan benar.

Apabila data yang dikumpulkan guru menunjukkan bahwa siswa

mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil

tindakan yang tepat dan benar sehingga siswa terbebas dari kemacetan

belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di

sepanjang proses pembelajaran, maka assessmen tidak dilakukan di akhir

peri ode (semester) pembelajaran tetapi dilakukan bersama secara

terintregasi (tidak terpisah) dari kegiatan pembelajaran. Karakteristik

Authentic Assessment adalah:

1) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung

2) Bisa digunakan formatif maupun sumatif

3) Yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta

4) Berkesinambungan

5) Terintegrasi

6) Dapat di gunakan sebagai feed back

Penilaian otentik menjadi diperlukan untuk pendidikan yaman

sekarang dengan mengingat proses-proses di atas dibandingkan dengan

penilaian tradisional yang mengandalkan paper and pencil test. Materi dan

presentasi tetap perlu namun semua itu digunakan untuk mendukung

pengalaman belajar bukan untuk menggantikan. Maka penilaian yang

(39)

portofolio menjadi bukti konkrit yang sesungguhnya/otentik tentang apa

yang sudah dipelajari siswa.17

Secara ringkas tujuh pilar CTL dan kelemahan pembelajaran

tradisional dapat disusun dalam tabel berikut:

Tabel II

NO Pilar/Solusi Indikator Masalah

1 Kontruktivisme Belajar berpusat pada

siswa untuk

3 Bertanya Belajar merupakan

kegiatan produktif,

4 Masyarakat Belajar Keijasama dan maju

bersama, saling membantu

Individualists dan persaingan yang

melelahkan

5 Pemodelan Pembelajaran yang

multi ways, mencoba

hal-hal baru,kreatifitas

Penbelajaran yang One Way, seragam, takut

salah.

6 Refleksi Pembelajaran yang

konferensif, evaluasi 7 Penilaian Otentik Penilaian proses dan

hasil pengalaman belajar, test, dan test,

multiaspects

Penilaian hasil, paper and pencil test,

kognitif.

(40)

5. Manfaaat Pembelajaran CTL bagi Siswa:

a. Meningkatkan kemampuan untuk bekeijasama dan bersosialisasi

b. Melatih kepekaan diri, empati melalui variasi perbedaan sikap dan prilaku

selama bekeijasama

c. Mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri

d. Meningkatkan motifasi belajar, harga diri dan sikap prilaku yang positif,

sehinga pembelajaran kooperatif siswa akan tahu kedudukanya dan belajar

untuk saling menghargai satu sama lain

e. Meningkatkan prestasi belajar dengan menyelesaikan tugas akademik,

sehingga dapat membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit

6. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

a. Konsep Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif mengupayakan seorang peserta didik

mampu mengajarkan kepada peserta lain. Mengajar teman sebaya

memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu

dengan baik pada waktu yang bersamaan, ia menjadi nara sumber bagi

teman yang lain. Pengorganisasian pembelajaran dicirikan siswa yang

bekeija dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk bekeija

sama pada suatu tugas bersama, dan mereka harus mengkordinasikan

usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Mereka akan berbagi

(41)

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan metode diskusi yang

biasanya dilaksanakan di kelas, karena pembelajaran kooperatif

menekankan pembelajaran dalam kelompok kecil dimana siswa belajar

dan bekeija sama untuk mencapai tujuan yang optimal. Pembelajaran

kooperatif meletakkan tanggung jawab individu sekaligus kelompok,

sehingga diri siswa tumbuh dan berkembang sikap dan prilaku yang saling

ketergantungan secara positif. Kondisi ini dapat mendorong siswa untuk

belajar, bekeija dan bertanggung jawab secara sungguh-sungguh untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Muslimin Ibrohim dkk dalam pembelajaran kooperatif. Unsur-

unsur pembelajaran kooperatif adalah :

1) Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan bahwa mereka sehidup

sepenanggungan bersama

2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya,

seperti milik mereka sendiri

3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya,

memiliki tujuan yang sama

4) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di

antara anggota kelompoknya

5) Siswa akan di kenakan evaluasi atau di berikan hadiah/penghargaan

juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok

6) Siswa berbagi kepimimpinan dan mereka membutuhkan ketrampilan

(42)

7) Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual

• 18 mated yang ditangani dal am kelompok kooperatif.

b. Ciri-ciri pembelajaran yang menggunakan model kooperatif

1) Siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan

mated belajamya

2) Kelompok di bentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi,

sedang dan rendah

3) Bilamana mungkin, angota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,

jenis kelamin berbeda-beda

4) Penghargaan lebih berorientasi kelompok dari pada individual.18 19

c. Model pembelajaran kooperatif

1) Model Jigsaw

Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut

a) Kelompok cooperative (awal)

(1) Siswa dibagi kedalam kelompok kecil yang beranggotakan 3 - 5

orang.

(2) Bagikan wacana atau tugas yang sesuai dengan materi yang

diajarkan

(3) Masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan wacana

(tugas) yang berbeda-beda dan memahami informasi yang ada

didalamnya

b) Kelompok Ahli

18 Muslimin Ibrahim dkk, Pembelajar kooperatif, University Press, Surabaya,Th. 2000. him. 6

19

(43)

(1) Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana/tugas

yang sama dalam satu kelompok sehingga jumlah kelompok ahli

sesuai dengan wacana /tugas yang telah dipersiapkan oleh guru

(2) Dalam kelompok ahli ini tugaskan agar siswa belajar bersama

untuk menjadi ahli sesuai dengan wacana/tugas yang menjadi

tanggung jawabnya

(3) Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami

dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil dan

wacana/tugas kepada kelompok kooperatif

(4) Apabila tugas sudah selesai dikeijakan dalam kelompok ahli

masing-masing siswa kembali kelompok kooperatif

(5) Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk

menyampaikan hasil dari tugas di kelompok ahli

(6) Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya, secara

keseluruhan masing-masing kelompok melaporkan hasilnya dan

guru memberi klarifikasi.20

2). Model Numbered Heads Together

Menurut Spencer Kagan di buku Materi Pelatihan Terintegrasi

halaman 22 mengatakan : Teknik ini memberikan kesempatan kepada

siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban

yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk

20

(44)

meningkatkan semangat keijasama mereka. Teknik ini juga digunakan

dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik

a) Langkah-langkah pembelajaran Numbered Heads Together sebagai

berikut:

(1) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap siswa dalam setiap

kelompok mendapat nomor unit

(2) Gum memberikan tugas dan masing-masing kelompok

mengeijakannya

(3) Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan

memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini

(4) Gum memanggil salah satu nomer siswa dengan nomer yang

dipanggil melaporkan hasil keija sama mereka

(5) Tanggapan dari kelompok yang lain

(6) Teknik kepala bemomer ini juga dapat dilanjutkan untuk mengubah

komposisi kelompok yang biasanya dan bergabung dengan siswa-

siswa lain yang bemomer sama dari kelompok lain.21

3). Model Group to Group Exchange

a) Model pembelajarannya yaitu pertukaran kelompok mengajar, tugas

yang berbeda diberikan kepada kelompok peserta didik yang berbeda.

Masing-masing kelompok mengajar apa yang telah dipelajari untuk sisa

kelas.

(45)

b) Langkah-langkah pembelajaran Group to Group Exchange sebagai

berikut:

(1) Pilihlah sebuah topik yang mencakup perbedaan ide, kejadian,

posisi, konsep, pendekatan untuk ditugaskan. Topik haruslah sesuatu

yang mengembangkan sebuah pertukaran pandangan atau informasi

(kebalikan teknik debat)...

(2) Bagilah kelas kedalam beberapa kelompok, jumlah kelompok sesuai

jumlah tugas. Diusahakan tugas masing-masing kelompok berbeda.

(3) Berikan cukup waktu untuk berdiskusi dan mempersiapkan

bagaimana mereka dapat menyajikan topik yang telah mereka

keijakan.

(4) Bila diskusi telah selesai, mintalah kelompok memilih seorang juru

bicara . Undanglah setiap juru bicara menyampaikan kepada

kelompok lain.

(5) Setelah presentasi singkat, doronglah peserta didik bertanya pada

presenter atau tawarkan pandangan mereka sendiri. Biarkan anggota

juru bicara kelompok menanggapi.

(6) Lanjutkan sisa presentasi agar setiap kelompok memberikan

informasi dan merespon pertanyaan juga komentar peserta.

Bandingkan dan bedakan pandangan serta informasi yang saling

ditukar.22

4). Model Decision Making

(46)

a) Menurut John Dewey pengambilan keputusan (decision making)

tidak jarang disamakan dengan berpikir kritis, pemecahan masalah

dengan berpikir logis serta berpikir replektif. Berpikir kritis (critical

thinking) untuk sampai suatu kesimpulan diawali dengan pertanyaan

dan pertimbangan kebenaran serta nilai apa yang sebenamya ada

dal am pertanyaan itu.

b) Langkah-langkah pengambilan keputusan :

(1) Informasi tujuan dan perumusan masalah.

(2) Secara klasikal tayangkan gam bar, wacana atau kasus

permasalahan yang sesuai dengan materi pelajaran atau

kompetensi yang diharapkan

(3) Buatlah pertanyaan agar siswa dapat merumuskan masalah

sesuai dengan gambar, wacana atau kasus yang disajikan

(4) Secara kelompok siswa diminta mengidentifikasi permasalahan

dan membuat altematif pemecahannya

(5) Secara kelompok/individu siswa diminta mengidentifikasi

permasalahan yang terdapat di lingkungan sekitar siswa yang

sesuai dengan materi yang dibahas dan cara pemecahannya

(6) Secara kelompok/individu siswa diminta mengemukakan alasan

mereka memilih altematif tersebut

(7) Secara kelompok/individu siswa diminta mencari penyebab

(47)

(8) Secara kelompok/individu siswa diminta mengemukakan

tindakan untuk mencegah teijadinya masalah tersebut.23

5) Model Problem Solving

a) Pemecahan masalah (model problem solving) adalah suatu bentuk

cara belajar aktif yang mengembangkan kemampuan anak untuk

berfikir dan bertindak- secara logis, kreatif dan krisis untuk

memecahkan masalah. _

b) Langkah-Langkah Pemecahan Masalah

(1) Informasi tujuan dan perumusan masalah

(2) Secara klasikal tayangkan gambar dan wacana permasalahan

yang sesuai dengan materi pembelajaran

(3) Buatlah pertanyaan agar siswa dapat merumuskan permasalahan

sesui gambar dan wacana yang disajikan

(4) Secara kelompok siswa diminta mengidentifikasi permasalahan

dan membuat altematif pemecahannya.

(5) Secara kelompok/individual siswa diminta mengindentifikasi

permasalahan yang terdapat di lingkungan sekitar siswa yang

sesuai dengan materi yang dibahas dan cara pemecahanya.

(6) Secara kelompok/individual siswa diminta mencari penyebab

teijadinya masalah tersebut.

(7) Secara kelompok/individual siswa diminta mengemukakan

tindakan untuk mencegah teijadinya masalah tersebut.24

23

(48)

B. PRESTASI

1. Pengertian Prestasi

Menurut Zainal Arifin bahwa kata prestasi berasal dari Belanda, yaitu

prestatie ” kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi ” yang berarti

hasil usaha.24 25

Adapun pengertian prestasi belajar menurut para ahli adalah sebagai berikut:

a. Morgan dalam bukunya Introduction to Psychology (1978)

mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah setiap perubahan yang

relatif menetap dalam tingkah laku yang teijadi sebagai suatu hasil dari

latihan akan pengalaman.26

b. Whiterington, dalam bukunya Educational Psychologi mengemukakan:

“prestasi belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang

mengatakan diri sebagai suatu pola barn dan pada reaksi yang berupa

kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.27

Makna belajar juga dapat didefinisikan sebagai berikut:

1) Crambach memberikan definisi“learning is shown by a change in behavior

as result o f experience.”

2) Harold Spear memberikan bahasan “learning is to observase, to read, to

imitate, to try something than selves, to listen, to follow direction

24 Ibid. him. 26

25 Zainal arifin, Evaluasi Intruksional Prinsip, Teknik dan Prosedur, Remaja Karya, Bandung, 1988. him. 2-3.

26 Ngalim Purwoto, Interaksi dan M otivasi Belajar, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, him. 20

(49)

3) Geoch, mengatakan “learning is a change in performance as a resulf o f

practice.,,z8

Dari pengertian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

prestasi belajar adalah merupakan hasil dari aktifitas belajar atau prestasi

belajar. Merupakan hasil dari usaha, latihan dan pengalaman serta di

pengaruhi oleh faktor ekstemal dan faktor internal. Adapun hasil yang

diperoleh oleh anak didik setelah mereka mengikuti pejaran adalah berupa

kecakapan pengetahuan, sikap dan ketrampilan.

Sedangkan yang di maksud Pendidikan Agama Islam adalah

bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum Agama Islam

menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.28 29

2. Fungsi Prestasi Belajar

Prestasi belajar semakin terasa penting untuk di permasalahkan kama

mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain :

a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang

telah dikuasai anak didik

b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

Asumsinya bahwa para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai

tendensi keingintahuan dan merupakan kebutuhan umum pada manusia.

c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dan inovasi pendidik. Asumsinya

adalah bahwa prestasi belajar dapat di jadikan pendorong bagi anak didik

28 Sardinian, Interaksi dan M otifasi Belajar, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996. him. 20

(50)

dal am meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan berperan sebagai

umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.

d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstem dari suatu institusi

pendidikan. Indikator intern dalam hal ini bahwa dalam prestasi belajar

dapat dijadikan indikator tingkat produktifitas suatu institusi pendidikan.

Asumsinya kurikulum yang _ digunakan relevan dengan kebutuhan

masyarakat dan anak didik. Indikator ekstem dalam arti bahwa tinggi

rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak

didik di masyarakat.

e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan)

anak didik.30

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Pada Prinsipnya belajar adalah merupakan suatu aktifitas yang

berlangsung dengan melalui proses dimana proses tersebut tidak lepas adanya

pengaruh.

Demikian halnya dengan prestasi atau hasil belajar bidang studi

Pendidikan Agama Islam yang merupakan hasil adanya suatu proses atau

aktifitas belajar juga tidak lepas dari adanya pengaruh.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa pada intinya

dapat dikelompokkan menjadi dua golongan saja, yaitu : faktor intern dan

faktor ekstem. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang

(51)

sedang belajar, sedangkan faktor ekstem adalah faktor yang ada di luar

individu si terdidik.

Berkaitan dengan hal ini Drs. Sumadi Suryabrata mengungkapkan

bahwa factor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain adalah

sebagai berikut:

a. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri si pelajar dan ini di golongan

menjadi dua golongan yaitu :

1) Faktor-faktor non sosial

Yang di maksut dengan faktor non sosial di sini adalah meliputi

beberapa faktor antara lain :

(a) Faktor-faktor lingkungan alam

Termasuk dalam kelompok faktor ini adalah seperti keadaan udara,

suhu udara, cuaca, waktu maupun tempat belajar. Hal ini karena

belajar pada kondisi udara yang sehat akan berbeda hasilnya dengan

belajar pada kondisi udara yang tidak segar atau udara yang

tercemar.

(b) Faktor Instrumental

Yaitu suatu faktor yang adanya dan pengguna sesuai dengan hasil

belajar sebagai yang diharapkan. Faktor ini berupa gedung, alat

perlengkapan dan sebagainya.

2) Faktor sosial.

a) Faktor Sosial

1

(52)

Faktor sosial yang di maksud di sini adalah faktor manusiawi yang

dalam hal ini adalah adanya interaksi antara sesama manusia yakni

lingkungan di mana anak itu melakukan pendidikan.

Lingkungan pendidikan dapat di bedakan menjadi tiga macam, yaitu :

(1) Lingkungan keluarga _

Keluarga adalah lingkungan utama yang di kenal dan di geluti oleh

anak didik. Pada lingkungan ini banyak indentifikasi yang di peroleh

anak dari anggota keluarganya, baik yang berupa bimbingan atau

didikan. Secara informal anak diberikan pengetahuan yang tidak

diberikan di sekolahnya. Berkaitan dengan lingkungan keluarga ini,

maka keluarga yang sehat akan sangat berarti besar untuk pendidikan

dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan

dalam ukuran kecil maupun besar yaitu pendidikan bangsa, Negara,

dan dunia.32

(2) Lingkungan Sekolah

Sebagai mana telah kita ketahui bersama bahwa lingkungan

sekolah adalah merupakan lingkungan belajar secara sistematis dan

terampil serta terarah. Sekolah merupakan tempat belajar yang

sangat efektif, maka dari itu tugas dan tanggung jawab sekolah

mempunyai arti yang sangat besar dalam mempengaruhi

pendidikan anak.

(3) Lingkungan Masyarakat

Gambar

Tabel IParadigma Baru
Tabel IIIndikator
NoTabel IIINama/NipL/PTempat & Agama
UTabel IVTempat & Agama
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VIIIC setelah diterapkan pembelajaran

Berdasarkan Penelitian dalam jurnal “Kontribusi Motivasi Belajar Dan Keterampilan Metakognitif Pada Hasil Belajar Kognitif Siswa Dalam Strategi Pembelajaran yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) dengan

2 Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Resource Based Learning RBL dengan memanfaatkan media lingkungan dapat meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik dalam

Dalam proses kegiatan beiajar mengajar SMA Negeri 1 Salatiga didukung adanya Sarana dan Prasarana yang cukup memadai sebagai sekolah unggulan di kota Salatiga

Keaktifan siswa merupakan suatu proses yang sangat penting dalam proses belajar mengajar karena dapat menunjang keberhasilan proses belajar, dalam

ini bertujuan untuk 1). Mengetahui apakah model pembelajaran inquiry akan berpengaruh terhadap keaktifan siswa dalam belajar biologi materi ekosistem di MTs Nu

Judul : Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX SMP Islam Asy-Syafi’iyah Pekalongan Batealit Jepara dalam Pembelajaran PAI Materi Meningkatkan Keimanan