• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II AKIBAT HUKUM SETORAN MODAL PERSEROAN TERBATAS YANG TERBUKTI BERASAL DARI TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG - AKIBAT HUKUM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG TERHADAP PENYERTAAN MODAL PERSEROAN TERBATAS Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II AKIBAT HUKUM SETORAN MODAL PERSEROAN TERBATAS YANG TERBUKTI BERASAL DARI TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG - AKIBAT HUKUM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG TERHADAP PENYERTAAN MODAL PERSEROAN TERBATAS Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

AKIBAT HUKUM SETORAN MODAL PERSEROAN

TERBATAS YANG TERBUKTI BERASAL DARI TINDAK

PIDANA PENCUCIAN UANG

2.1Modal Perseroan Terbatas

Modal awal PT berasal dari kontribusi para pemegang saham PT. Modal

yang berasal dari kontribusi pemegang saham disebut sebagai equitas (equity).

Dalam hal ini PT menerbitkan equity securities berupa saham.25 Para

pemegang saham wajib mengambil saham dalam jumlah nominal tertentu

yang ditentukan oleh Undang-Undang dan/atau anggaran dasar PT.26

Di Indonesia berdasarkan UU PT, modal PT dapat dibagi menjadi 3 (tiga)

jenis, yaitu modal dasar, modal yang ditempatkan, dan modal yang disetor.

Modal dasar adalah keseluruhan nilai nominal saham yang ada dalam PT.

Modal dasar ditentukan dalam anggaran dasar PT. Modal yang ditempatkan

adalah modal yang disepakati para pendiri untuk disetor ke dalam PT pada

saat PT didirikan. Demikian dengan modal yang ditempatkan sama dengan

modal dasar, dimana modal ditempatkan belum memberikan gambaran

kekuatan financial riil PT, dikarenakan modal tersebut belum berupa uang

tunai atau belum terdapat penyetoran dalam kas PT.27 Modal disetor adalah

25 Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas : Doktrin, Peraturan Perundang Undangan, dan

Yurisprudensi, Total Media,Yogyakarta, 2009, hlm. 72.

26 Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas, No. 40 Tahun 2007. Pasal 33.

27 Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas : Doktrin, Peraturan Perundang Undangan, dan

(2)

modal PT yang berupa sejumlah uang tunai atau bentuk lainnya yang

diserahkan oleh para pendiri kepada kas PT pada saat PT didirikan. Modal

yang disetor dan dimiliki oleh PT tidak hanya dalam bentuk saham, tetapi juga

dapat berbentuk surat berharga.

UU PT mengatur mengenai persyaratan modal minimum dalam pendirian

suatu PT. Tujuan diaturnya persyaratan modal minimum dimaksudkan supaya

PT yang telah didirikan setidaknya sudah memiliki modal, yaitu sebesar

modal yang disetor. Hal demikian dapat menjadi jaminan bagi setiap tagihan

terhadap pihak ketiga terhadap PT yang merupakan suatu bentuk pemberian

perlindungan jaminan terhadap tagihan pihak ketiga.28 UU PT menentukan

bahwa modal dasar PT minimal Rp. 50.000.000,00 (Lima Puluh Juta

Rupiah).29 Namun, UU PT juga menentukan bahwa untuk bidang usaha

tertentu seperti perasuransian dan perbankan, modal dasar minimum yang

harus disetorkan akan ditentukan berdasarkan Undang-Undang atau peraturan

pelaksana yang mengatur usaha tertentu tersebut. Persyaratan modal dasar

sebagaimana telah diatur dapat diubah melalui Peraturan Pemerintah.30

Untuk modal yang ditempatkan, UU PT mengatur bahwa paling sedikit

25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 32 UU PT harus ditempatkan dan disetor penuh.31 Sisa saham yang

belum diambil akan menjadi dana cadangan. Dana cadangan tersebut akan

28 Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas Disertai Dengan Ulasan Menurut

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, Airlangga University Pers, Surabaya, 1995, hlm. 183.

29 Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas, No. 40 Tahun 2007. Pasal 32 ayat (1). 30 Ibid. Pasal 32 ayat (3) dan penjelasan.

(3)

menjadi saham simpanan atau saham tambahan modal, sehingga dapat

dikeluarkan saham simpanan. Modal ditempatkan disetor penuh dan

dibuktikan dengan bukti penyetoran yang sah.32 Bukti penyetoran yang sah

yang dimaksud adalah bukti setoran pemegang saham ke dalam rekening bank

atasnama PT, data dari laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan atau

neraca PT yang ditandatangani oleh direksi dan dewan komisaris. Pengeluaran

saham untuk menambah modal yang ditempatkan harus disetor penuh, hal ini

menyebabkan tidak dimungkinkannya penyetoran atas saham dengan cara

mencicil.33

Terhadap modal yang disetor, penyetoran atas modal dapat dilakukan

dalam bentuk uang dan/atau dalam bentuk lainnya. Pada umumnya penyetoran

modal adalah dalam bentuk uang, namun tidak menutup kemungkinan

penyetoran modal dapat dilakukan dengan bentuk lain baik berupa benda

berwujud maupun benda tidak berwujud, yang dapat dinilai dengan uang dan

yang secara nyata telah diterima oleh PT. Modal yang disetor dalam bentuk

lain selain uang harus disertai rincian yang menerangkan harga, status, jenis,

tempat kedudukan, dan lain-lain, dikarenakan untuk memberi kejelasan

mengenai asal-usul barang yang disetor tersebut.34 Dalam hal penyetoran

modal dalam bentuk lain selain uang, maka penilaian setoran modal

ditentukan berdasarkan nilai wajar yang ditetapkan sesuai dengan harga pasar

(4)

atau oleh ahli yang tidak terafiliasi dengan PT.35

Penyetoran saham dalam bentuk benda tidak bergerak harus diumumkan

dalam 1 (satu) surat kabar atau lebih, dalam jangka waktu 14 (empat belas)

hari setelah akta pendirian ditandatangani atau setelah RUPS memutuskan

penyetoran saham tersebut. Maksud daripada diumumkannya penyetoran

saham dalam bentuk benda tidak bergerak dalam surat kabar adalah agar

diketahui umum dan memberikan kesempatan kepada pihak yang

berkepentingan untuk dapat mengajukan keberatan atas penyerahan benda

tersebut sebagai setoran modal saham, andaikata ternyata diketahui benda

tersebut bukan milik penyetor.36

Di dalam modal PT dapat dilakukan penambahan dan pengurangan,

penambahan modal dilakukan bilamana salah satu pemegang saham keluar

dari pemegang saham dikarenakan terlibat tindak pidana sehingga modal yang

disetorkan disita oleh untuk kepentingan negara, dengan disitanya modal yang

disetor oleh salah satu pendiri disita oleh negara mengakibatkan modal PT

berkurang yang tidak sesuai dengan disyaratkan oleh UU PT, sehingga harus

dilakukan penambahan modal. Penambahan modal PT dilakukan berdasarkan

persetujuan RUPS.37 Keputusan RUPS untuk penambahan modal ditempatkan

dan disetor dalam batas modal dasar adalah sah apabila dilakukan dengan

kuorum kehadiran lebih dari 1/2 (satu perdua) bagian dari seluruh jumlah

saham dengan hak suara dan disetujui oleh lebih dari 1/2 (satu perdua) bagian

(5)

dari jumlah seluruh suara yang dikeluarkan, kecuali ditentukan lebih besar

dalam anggaran dasar dan terhadap penambahan modal PT wajib

diberitahukan kepada Menteri Hukum dan HAM untuk dicatat dalam daftar

PT.38

Pengurangan modal PT dilakukan berdasarkan persetujuan RUPS,

Keputusan RUPS untuk pengurangan modal PT adalah sah apabila dilakukan

dengan memperhatikan persyaratan ketentuan kuorum dan jumlah suara setuju

untuk perubahan anggaran dasar, Direksi wajib memberitahukan keputusan

kepada semua kreditor dengan mengumumkan dalam 1 (satu) atau lebih Surat

Kabar dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal

keputusan RUPS.39 Dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari terhitung sejak

tanggal pengumuman kreditor dapat mengajukan keberatan secara tertulis

disertai alasannya kepada PT atas keputusan pengurangan modal dengan

tembusan kepada Menteri Hukum dan HAM. Dalam jangka waktu 30 (tiga

puluh) hari terhitung sejak keberatan diterima, PT wajib memberikan jawaban

secara tertulis atas keberatan yang diajukan. Dalam hal PT menolak keberatan

atau tidak memberikan penyelesaian yang disepakati kreditor dalam jangka

waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal jawaban PT diterima atau

tidak memberikan tanggapan dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari

terhitung sejak tanggal keberatan diajukan kepada PT, kreditor dapat

mengajukan gugatan ke pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi

(6)

tempat kedudukan PT.40 Dalam melakukan pengurangan modal PT harus

mendapatkan persetujuan Menteri Hukum dan HAM.41 Setelah pengurangan

modal PT disetujui oleh pemegang saham dan telah mendapat persertujuan

Menteri Hukum dan HAM, maka pemegang saham harus melakukan RUPS

untuk merubah anggaran dasar PT.42

Saham dapat digolongkan sebagai benda bergerak.43 Saham diberikan

kepada pendiri sebagai suatu bentuk penyertaan modal ke dalam PT, dimana

bukti penyertaan tersebut juga merupakan bukti kepemilikan harta bersama

melalui penyetoran penuh modal yang diambil bagian oleh para pendiri PT

yang keberadaannya telah melalui mekanisme pendaftaran pada Menteri

Hukum dan HAM.44

Berdasarkan UU PT, saham dalam PT yang dapat diterbitkan hanya saham

atas nama.45 PT hanya diperkenankan mengeluarkan saham atas nama

pemiliknya dan PT tidak diperkenankan mengeluarkan saham atas tunjuk.46

Hal yang demikian berbeda dengan pengaturan dalam Undang-Undang Nomor

1 Tahun 1995 dimana dalam Undang-Undang tersebut PT diperkenankan

mengeluarkan saham atas nama dan saham atas tunjuk.47 Hal yang demikian

merupakan salah satu perbedaan antara UU PT dengan Undang-Undang

40 Ibid. Pasal 45 ayat (1), (2), dan (3). 41 Ibid. Pasal 46 ayat (1).

42 Ibid. Pasal 21 ayat (2) huruf (e). 43 Ibid. Pasal 34 ayat (2) dan penjelasan.

44 Gunawan Widjaja, Hak Individu dan Kolektif Para Pemegang Saham, Forum Sahabat, Jakarta,

2008, hlm. 50.

45 Op.Cit. Pasal 48 ayat (1).

46 Ibid. penjelasan Pasal 48 ayat (1).

47 Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas, No. 1 Tahun 1995. Penjelasan Pasal 24

(7)

Nomor 1 Tahun 1995.

Sebagai persyaratan kepemilikan saham dalam PT dapat ditetapkan dalam

anggaran dasar dengan memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh

instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.48

Dalam hal persyaratan kepemilikan saham telah ditetapkan dan tidak

dipenuhi, maka pihak yang memperoleh kepemilikan tersebut tidak dapat

menjalankan haknya selaku pemegang saham dan saham tersebut tidak

diperhitungkan dalam kuorum yang harus dicapai sesuai dengan ketentuan UU

PT dan/atau anggaran dasar.49

Pemilik saham diberikan hak untuk :50

a. Menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS;

b. Menerima pembayaran deviden dan sisa kekayaan hasil likuidasi;

c. Menjalankan hak lainnya berdasarkan UU PT.

Hak yang disebut diatas berlaku setelah saham dicatat dalam daftar

pemegang saham atasnama pemiliknya.51 Kemudian, hak-hak tersebut tidak

berlaku bagi klasifikasi saham tertentu sebagaimana ditetapkan dalam UU

PT.52 Setiap saham memberikan hak kepada pemiliknya yang tidak dapat

dibagi-bagi.53 Para pemegang saham tidak diperbolehkan membagi hak atas 1

(satu) saham sesuai dengan keinginannya. Dalam hal satu saham dimiliki oleh

(8)

lebih dari 1 (satu) orang, maka hak yang timbul karenanya digunakan dengan

cara menunjuk salah 1 (satu) orang sebagai wakil.54

UU PT memberikan peluang pada PT untuk mengeluarkan saham dalam

beberapa klasifikasi saham. Apabila PT menerbitkan saham dengan klasifikasi

tertentu, maka klasifikasi beserta jumlah klasifikasi saham dan jumlah saham

untuk setiap klasifikasi harus disebutkan didalam anggaran dasar PT.55

Pada dasarnya anggaran dasar menetapkan 1 (satu) klasifikasi saham atau

lebih. Manakala terdapat lebih dari 1 (satu) klasifikasi saham, maka anggaran

dasar menetapkan salah 1 (satu) diantaranya sebagai saham biasa.56

Saham berdasarkan pemegang saham dibedakan menjadi 2 yaitu :

1. Saham Biasa (common stocks)

Saham biasa adalah saham yang mempunyai hak suara untuk

mengambil keputusan dalam RUPS mengenai segala hal yang berkaitan

dengan pengurusan PT, mempunyai hak untuk menerima deviden yang

dibagikan, dan menerima hasil kekayaan hasil likuidasi.57 Hak suara yang

dimiliki oleh pemegang saham biasa dapat juga dimiliki oleh pemegang

saham dengan klasifikasi lain.58 Pemegang saham biasa tidak mempunyai

hak yang lebih tertentu dari pemegang saham dengan klasifikasi lainnya.

2. Saham yang memiliki keistimewaan (preference shares)

Saham istimewa merupakan saham yang memiliki keistimewaan

54 Ibid. Pasal 52 ayat (5).

55 Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas : Doktrin, Peraturan Perundang Undangan, dan

Yurisprudensi, Total Media, Yogyakarta, 2009, hlm. 101.

56 Op.Cit. Pasal 53 ayat (3).

(9)

daripada saham biasa. Keistimewaan dalam hal pembagian deviden, yang

dalam hal ini juga berkaitan dengan pencalonan anggota direksi dan

komisaris, serta pembagian sisa kekayaan PT setelah PT dibubarkan dan

dilikuidasi. Saham istimewa dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu :

a. Saham preferen, yaitu saham yang memberikan hak kepada

pemiliknya dalam hal pembagian deviden.59

b. Saham preferen kumulatif, yaitu saham yang memberikan hak lebih

kepada pemiliknya dari pemilik saham preferen utama. Pemegang

saham preferen kumulatif mempunyai hak lebih, misalnya dalam 1

(satu) tahun buku PT tidak memperoleh keuntungan sehingga tidak

dilakukan pembagian deviden, maka hak pemegang saham preferen

kumulatif masih dapat diperhitungkan dalam pembagian deviden tahun

berikutnya.60

c. Saham prioritas, yaitu saham yang memberikan hak khusus kepada

pemiliknya dalam RUPS seperti hak untuk mengusulkan nama calon

anggota direksi dan anggota dewan komisaris. Hak pemegang saham

prioritas ini merupakan hak yang termasuk dalam klausul oligarchie.

Yang dimaksud sebagai klausul oligarchie adalah klausul didalam

anggaran dasar PT dimana pemegang saham tertentu memiliki hak-hak

istimewa yang tidak dimiliki pemegang saham yang lain. Pemilihan

dan penunjukan direksi dan dewan komisaris PT terikat pada

(10)

pencalonan yang dikemukakan oleh pemegang saham yang memiliki

hak istimewa tersebut. Klausul tersebut tidak selalu ada didalam

anggaran dasar PT, tetapi dapat dicantumkan dalam anggaran dasar PT

jika dikehendaki.61

Pemegang saham juga diberi hak untuk mengalihkan hak milik atas

sahamnya yang diatur dalam anggaran dasar PT sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.62 Pengalihan hak atas saham dapat terjadi

dengan berbagai macam cara yang memungkinkan terjadinya peralihan hak

milik atas benda lainnya. Pada umumnya peralihan hak milik dapat terjadi

karena perjanjian (jual-beli, tukar menukar, atau hibah), karena

Undang-Undang (misalnya pewarisan), dan karena putusan hakim yang berkekuatan

hukum tetap (misalkan proses lelang). Manakala pengalihan hak atas saham

melalui perjanjian jual-beli, menurut Yahya Harahap dalam bukunya

mengatakan bahwa pemindahan hak atas saham melalui jual beli tunduk

kepada ketentuan Pasal 1457 KUHPer.63 Dalam pengalihan hak atas saham

harus melalui mekanisme sebagai berikut :64

a. Dilakukan dengan Akta Pemindahan Hak, artinya yang dimaksud dengan

akta adalah akta yang dibuat di hadapan Notaris atau Akta di bawah

tangan;

61 H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang, jilid II, Djambatan, Jakarta, 1982, hlm.

115.

(11)

b. Akta pemindahan hak tersebut atau salinannya disampaikan secara tertulis

kepada PT;

c. Direksi wajib mencatat pemindahan hak atas saham, tanggal, dan hari

pemindahan hak tersebut dalam daftar pemegang saham atau daftar khusus

dan memberitahukan perubahan susunan pemegang saham kepada Menteri

Hukum dan HAM untuk dicatat dalam daftar PT paling lambat 30 (tiga

puluh) hari terhitung sejak tanggal pencatatan pemindahan hak.

Dalam anggaran dasar dapat diatur persyaratan mengenai pemindahan hak

atas saham, yaitu :65

a. Keharusan menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham dengan

klasifikasi tertentu atau pemegang saham lainnya;

b. Keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Organ PT;

dan/atau

c. Keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari instansi yang

berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ketentuan sebagaimana disebutkan diatas tidak berlaku dalam hal

pemindahan hak atas saham disebabkan peralihan hak karena hukum, yang

dimaksud peralihan hak karena hukum adalah peralihan hak karena pewarisan

atau peralihan hak akibat penggabungan, peleburan, atau pemisahan PT.66

Manakala dalam anggaran dasar mensyaratkan pemegang saham yang

menjual sahamnya menawarkan terlebih dahulu sahamnya kepada pemegang

65Ibid. Pasal 57 ayat (1).

(12)

saham klasifikasi tertentu atau pemegang saham lain, dan dalam jangka waktu

30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal penawaran dilakukan ternyata

pemegang saham tersebut tidak membeli, pemegang saham penjual dapat

menawarkan dan menjual sahamnya kepada pihak ketiga.67

2.2Sumber Pendapatan

Dalam mempertahankan hidup, manusia harus bekerja untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya sehari-hari. Warga Negara Indonesia untuk memperoleh

pekerjaan dan haknya untuk mendapatkan imbalan berupa gaji telah dijamin

oleh konstitusi sebagaimana diatur dalam Pasal 28D ayat (2) UUD NRI 1945.

Dimana setiap pekerjaan yang ada berbeda-beda penghasilan yang diterima.

2.2.1 Sumber Pendapatan Yang Sah

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya haruslah bekerja. Dimana orang dapat bekerja

dengan berusaha sendiri (wirausaha) ataukah bekerja pada instansi

pemerintah. Sumber pendapatan yang sah adalah pendapatan yang

didapat bukan dengan cara yang melaanggar peraturan

perundang-undangan dan tidak melanggar nilai-nilai kepatutan.

2.2.2 Sumber Pendapatan Yang Tidak Sah

Sumber pendapatan yang tidak sah adalah pendapatan yang

didapat dengan cara yang melanggar peraturan perundang-undangan

dan nilai-nilai kepatutan. Sebagai contoh Seorang Pegawai Negeri

Sipil (selanjutnya disebut pegawai PNS) Provinsi Jawa Timur yang

(13)

bekerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Biro Pemerintahan

(selanjutnya disebut SKPD) dengan pangkat dan golongan IV/b dan

masa kerja 32 tahun dengan menduduki jabatan sebagai kepala biro

pemerintahan mendapatkan gaji pokok setiap bulannya sebesar Rp.

4.682.400,00, sebagaimana telah diatur dalam Lampiran Peraturan

Pemerintah No. 34 Tahun 2014 Tentang Perubahan Keenam Belas

Atas Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1977 Tentang Peraturan Gaji

Pegawai Negeri Sipil. Tidak hanya sekedar gaji pokok yang diterima

setiap bulannya tetapi ditambah tunjangan-tunjangan yang lain seperti

tunjangan anak, tunjangan istri, tunjangan beras, tunjangan jabatan,

uang makan, uang lembur, perjalanan dinas, dan honorarium yang

manakala ditotal setiap bulannya pegawai tersebut menerima gaji

kurang lebih sebesar Rp. 25.000.000,00.

Dalam bidang tersebut terdapat beberapa tugas yang harus

dikerjakan oleh pegawai yang menduduki jabatan tersebut yaitu

melaksanakan pemantauan sebelum dan pada waktu proses pemilihan

umum kepala daerah Kabupaten/Kota yang dilaksanakan oleh Komisi

Pemilihan Umum Daerah Kabupaten/Kota, dan setelah terpilihnya

kepala daerah Kabupaten/Kota, pegawai tersebut berkewajiban untuk

mengusulkan Surat Keputusan (selanjutnya disebut SK) kepada

Kementerian Dalam Negeri (selanjutnya disebut Kemendagri) atas

kepala daerah Kabupaten/Kota yang terpilih, setelah SK dari

(14)

berkewajiban untuk mempersiapkan proses pelantikan kepala daerah

Kabupaten/Kota terpilih oleh Gubernur. Selain itu pegawai yang

menduduki jabatan tersebut juga mempunyai tugas lain yaitu

mengusulkan Surat Keputusan Pergantian Antar Waktu (selanjutnya

disebut SK PAW) untuk anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(selanjutnya disebut DPRD) Kabupaten/Kota kepada Kemendagri.

Dikatakan pendapatan yang didapat tersebut tidak sah

manakala PNS tersebut diatas dalam melakukan tugasnya dalam hal

mengusulkan SK kepala daerah Kabupaten/Kota terpilih, pegawai PNS

tersebut meminta sejumlah uang atau menerima hadiah atau janji

padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut

diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan

dengan jabatannya, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1

(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda

paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling

banyak Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).68

2.3Kewenangan Dalam Memeriksa Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang

2.3.1 Sebelum dan Dalam Proses Penyelidikan

Di dalam TPPU terdapat sebuah badan yang didirikan pada tanggal

17 April 2002 bersamaan dengan disahkannya UU TPPU, badan tersebut

dinamakan sebagai Badan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

68 Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang

(15)

Keuangan (selanjutnya disebut PPATK). PPATK ini didirikan dengan

maksud sebagai upaya Indonesia untuk ikut serta bersama dengan

negara-negara lain memberantas kejahatan lintas negara yang

terorganisir seperti terorisme dan pencucian uang. Pencucian uang

adalah modus tindak pidana baru dibanyak Negara termasuk Indonesia

sebagai suatu kejahatan yang berdimensi internasional. Negara-negara di

dunia dan Organisasi Internasional menaruh perhatian khusus terhadap

pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, karena

memiliki dampak negatif yang sangat besar bagi perekonomian suatu

Negara.

PPATK adalah lembaga independen yang dibentuk dalam rangka

mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang.69 PPATK

berkedudukan di Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia, tetapi

manakala diperlukan badan PPATK dapat dibentuk suatu perwakilan di

daerah Provinsi, Kabupaten/Kota. PPATK bertanggungjawab kepada

Presiden Republik Indonesia, dalam melaksanakan tugas dan

kewenangannya, PPATK bersifat independen dan bebas dari campur

tangan dan pengaruh dari kekuasaan atau lembaga Negara manapun.

Susunan organisasi PPATK terdiri atas kepala, wakil kepala, jabatan

struktural lain, dan jabatan fungsional.70

69 Undang-Undang tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, No. 15 Tahun 2002. Pasal 1

angka 8.

70 Undang-Undang tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian

(16)

PPATK mempunyai tugas mencegah dan memberantas TPPU.71

PPATK dalam melaksanakan tugasnya mempunyai 4 fungsi yaitu :72

a. Pencegahan dan pemberantasan TPPU;

b. Pengelolaan data dan informasi yang diperoleh PPATK;

c. Pengawasan terhadap kepatuhan Pihak Pelapor; dan

d. Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi Transaksi

Keuangan yang berindikasi TPPU dan/atau tindak pidana lain.

Dalam melaksanakan fungsi pencegahan dan pemberantasan

TPPU, PPATK berwenang :73

a. Meminta dan mendapatkan data dan informasi dari instansi

pemerintah dan/atau lembaga swasta yang memiliki kewenangan

mengelola data dan informasi, termasuk dari instansi pemerintah

dan/atau lembaga swasta yang menerima laporan dari profesi

tertentu;

b. Menetapkan pedoman identifikasi Transaksi Keuangan

Mencurigakan;

c. Mengkoordinasikan upaya pencegahan TPPU dengan instansi

terkait;

d. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai upaya

pencegahan TPPU;dan

e. Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi dan

(17)

forum internasional yang berkaitan dengan pencegahan dan

pemberantasan TPPU;

Dalam melaksanakan fungsi pengelolaan data dan informasi,

PPATK berwenang menyelenggarakan sistem informasi.74 Dalam

menjalankan fungsi pengawasan terhadap kepatuhan pihak pelapor,

PPATK berwenang:75

a. Menetapkan ketentuan dan pedoman tata cara pelaporan bagi Pihak

Pelapor;

b. Menetapkan kategori Pengguna Jasa yang berpotensi melakukan

TPPU;

c. Melakukan audit kepatuhan atau audit khusus;

d. Menyampaikan informasi dari hasil audit kepada lembaga yang

berwenang melakukan pengawasan terhadap Pihak Pelapor;

e. Memberikan peringatan kepada Pihak Pelapor yang melanggar

kewajiban pelaporan;

f. Merekomendasikan kepada lembaga yang berwenang mencabut izin

usaha Pihak Pelapor; dan

g. Menetapkan ketentuan pelaksanaan prinsip mengenali Pengguna Jasa

bagi Pihak Pelapor yang tidak memiliki Lembaga Pengawas dan

Pengatur.

(18)

Selain itu PPATK dalam melaksanakan fungsi analisis atau

pemeriksaan laporan dan informasi mempunyai kewenangan yaitu :76

a. Meminta dan menerima laporan dan informasi dari Pihak Pelapor;

b. Meminta informasi kepada instansi atau pihak terkait;

c. Meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkan

pengembangan hasil analisis PPATK;

d. Meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkan permintaan

dari instansi penegak hukum atau mitra kerja di luar negeri;

e. Meneruskan informasi dan/atau hasil analisis kepada instansi

peminta, baik di dalam maupun di luar negeri;

f. Menerima laporan dan/atau informasi dari masyarakat mengenai

adanya dugaan TPPU;

g. Meminta keterangan kepada Pihak Pelapor dan pihak lain yang

terkait dengan dugaan TPPU;

h. Merekomendasikan kepada instansi penegak hukum mengenai

pentingnya melakukan intersepsi atau penyadapan atas informasi

elektronik dan/atau dokumen elektronik sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

i. Meminta penyedia jasa keuangan untuk menghentikan sementara

seluruh atau sebagian Transaksi yang diketahui atau dicurigai

merupakan hasil tindak pidana;

j. Meminta informasi perkembangan penyelidikan dan penyidikan

(19)

yang dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal dan TPPU;

k. Mengadakan kegiatan administratif lain dalam lingkup tugas dan

tanggung jawab sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini; dan

l. Meneruskan hasil analisis atau pemeriksaan kepada penyidik.

Selain kewenangan PPATK yang telah diuraikan diatas, terdapat

perluasan terhadap kewenangan PPATK yaitu dengan ditambahkannya

kewenangan PPATK untuk melakukan penghentian sementara transaksi

keuangan yang dianggap mencurigakan selama 5 hari dan dapat

diperpanjang selama 15 hari.77 Dalam hal ditemukan adanya indikasi

TPPU atau tindak pidana lain, maka PPATK menyerahkan hasil

pemeriksaan kepada penyidik untuk dilakukan penyidikan.78 PPATK

dalam melakukan kewenangannya tidak ada peraturan

perundang-undangan dan kode etik yang mengatur mengenai kerahasiaan.79

2.3.2 Proses Penyelidikan dan Penyidikan

Di dalam negara Indonesia terdapat beberapa badan penyidikan

yang berkaitan dengan TPPU, penyidikan TPPU dilakukan oleh penyidik

tindak pidana asal sesuai dengan ketentuan hukum acara dan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Yang dimaksud sebagai penyidik tindak

pidana asal adalah pejabat dari instansi yang oleh undang-undang diberi

kewenangan untuk melakukan penyidikan, antara lain Kepolisian Negara

Republik Indonesia, Kejaksaan, Komisi Pemberantasan Korupsi

77 Ibid. Pasal 65 ayat (1) dan Pasal 66 ayat (1) dan (2). 78 Ibid. Pasal 64 ayat (2).

(20)

(selanjutnya disebut KPK), Badan Narkotika Nasional (selanjutnya

disebut BNN), serta Direktorat Jenderal Pajak (selanjutnya disebut

Dirjen Pajak) dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (selanjutnya

disebut Dirjen Bea dan Cukai) Kementerian Keuangan Republik

Indonesia, sebagaimana diatur dalam Pasal 74 beserta penjelasan Pasal

74 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (selanjutnya disebut UU

PPTPPU).

Dalam hal TPPU berkaitan dengan tindak pidana asal, maka

diberlakukan penggabungan proses penyelidikan dan penyidikan,

dimana penyelidik tindak pidana asal diberikan kewenangan untuk

melakukan penyidikan terhadap tindak pidana pencucian uang. Setelah

proses penyidikan dinyatakan selesai dan telah mempunyai cukup bukti,

penyidik diminta untuk menyerahkan berkas kepada Penuntut Umum

yaitu Jaksa untuk dilakukan penuntutan sebagaimana mengacu pada

KUHAP.

2.3.3Proses Penuntutan

Dalam proses penuntutan terhadap perkara TPPU yang berwenang

adalah Jaksa. Legal standing Jaksa untuk melakukan penuntutan

terhadap TPPU telah diatur sebelumnya pada Pasal 30 UU TPPU dan

yang telah diganti dengan UU PPTPPU, dimana dinyatakan bahwa

“penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap

(21)

dilakukan berdasarkan ketentuan dalam Hukum Acara Pidana, kecuali

ditentukan lain dalam Undang-Undang ini”.

Pengaturan tersebut diatas sampai dengan disahkannya UU

PPTPPU tidak dirubah, sehingga dapat ditafsirkan pengaturan tersebut

sebagai legal standing bagi Jaksa untuk melakukan penuntutan terhadap

TPPU dan tidak ada badan atau lembaga lain yang berwenang untuk

melakukan penuntutan terhadap TPPU.

Penuntut umum dalam hal ini Jaksa wajib menyerahkan berkas

tindak pidana pencucian uang kepada pengadilan negeri kepada

pengadilan negeri paling lama 30 hari kerja sejak tanggal diterimanya

berkas perkara yang telah dinyatakan lengkap.80 Setelah berkas tersebut

diserahkan oleh penuntut umum kepada pengadilan negeri, ketua

pengadilan negeri wajib membentuk majelis hakim paling lama 3 hari

kerja sejak diterimanya berkas tersebut.81

2.3.4 Proses Pemeriksaan di Pengadilan

Dalam pemeriksaan di Pengadilan Negeri terdakwa wajib

membuktikan bahwa harta kekayaan bukan merupakan hasil dari tindak

pidana, dengan cara mengajukan alat bukti yang cukup.82 Apabila

terdakwa telah dipanggil secara sah dan patut, tetapi terdakwa tidak

hadir pada sidang pengadilan tanpa alasan yang sah, perkara dapat

(22)

diperiksa dan diputus tanpa hadirnya terdakwa.83 Manakala terdakwa

hadir pada sidang berikutnya sebelum putusan dijatuhkan, terdakwa

wajib diperiksa dan segala keterangan saksi dan surat yang telah

dibacakan dalam sidang sebelumnya dianggap diucapkan dalam sidang

tersebut.84 Putusan yang diucapkan tanpa kehadiran terdakwa

diumumkan oleh penuntut umum pada papan pengumuman pengadilan,

kantor pemerintah daerah, atau diberitahukan kepada kuasanya, dan

apabila terdakwa keberatan atas putusan tersebut, terdakwa dapat

mengajukan banding paling lama 7 (tujuh) hari sejak putusan

diucapkan.85 Apabila sebelum putusan diucapkan terdakwa meninggal

dunia dan terdapat bukti yang cukup bahwa terdakwa telah melakukan

TPPU, hakim atas dasar tuntutan penuntut umum memutuskan

perampasan harta kekayaan yang telah disita, bentuk putusan hakim

tersebut berupa penetapan, penetapan tersebut tidak dapat dimohonkan

upaya hukum, dan apabila ada pihak ketiga yang berkepentingan atas

penetapan hakim tersebut dapat mengajukan keberatan pada pengadilan

yang telah menjatuhkan penetapan tersebut dalam waktu 30 hari sejak

tanggal penetapan tersebut diumumkan.86

2.4Akibat Hukum Setoran Modal Perseroan Terbatas Setelah Terbukti

Hasil Tindak Pidana Pencucian Uang

Setoran modal yang dimasukkan dalam PT yang telah terbukti hasil dari

83Ibid.Pasal 79 ayat (1). 84Ibid.Pasal 79 ayat (2).

(23)

TPPU dan telah diputus oleh pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum

tetap, maka setoran modal tersebut dinyatakan tidak sah dan terhadap setoran

modal tersebut harus dikeluarkan dari PT dan pemegang saham yang terbukti

sebagai pelaku TPPU tersebut harus dicoret dari daftar pemegang saham PT.

Manakala TPPU tersebut dilakukan dengan maksud memberi manfaat bagi

PT, maka dapat dikenakan pidana denda paling banyak Rp.

100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dan juga dapat dikenakan pidana

tambahan berupa pengumuman putusan hakim, pembekuan sebagian atau

seluruh kegiatan usaha korporasi, pencabutan izin usaha, pembubaran dan/atau

pelarangan korporasi, perampasan aset korporasi untuk negara, dan/atau

pengambilalihan korporasi oleh Negara, sebagaimana diatur dalam Pasal 7

ayat (1) dan (2) UU PPTPPU. Apabila didalam pembuktian PT tidak

menerima keuntungan dari hasil TPPU tersebut, maka PT tidak dapat

dikenakan pidana sebagaimana disebut diatas, dan yang bertanggungjawab

hanya terbatas pada pelaku TPPU. Seandainya PT dengan putusan pengadilan

diputus untuk dikenakan pidana denda dan pidana tambahan sebagaimana

disebutkan diatas, apabila pemegang saham yang lain merasa keberatan atas

putusan tersebut, pemegang saham yang lain dapat mengajukan keberatan atas

putusan pengadilan tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: jumlah jenis tumbuhan bawah yang ditemukan di RPH Kalirajut yaitu 32 jenis yang terdiri dari 17 famili, sedangkan di

harganya diperkirakan mencapai 20 Miliyar. Dengan besarnya biaya investasi yang dibutuhkan, cukup sulit untuk perusahaan pelayaran dalam negeri untuk melakukan

Tidak akan jadi soal, kalau anggaran yang tidak terserap, lebih karena efisiensi dengan capaian kinerja yang Sangat mengejutkan lagi, Kota Pekanbaru yang

TRANSOCEAN INDONESIA Dalam Proses 24 024/PWSKKK/14 YORDI SUBEKTI Lulus Pengawas K3 CONOCOPHILLIPS INDONESIA Dalam Proses 25 025/PWSKKK/14 YOYOK SUNYOTO Lulus Pengawas K3 PT.

Isolat diperoleh dari sampel darah penderita demam tifoid dipilih secara Purposive Sampling yang telah meme- nuhi kriteria inklusi yaitu isolat salmo- nella typhii yang

Setelah mengalami proses pembelajaran dengan metode HOTS peserta didik diharapkan dapat memahami pengetahuan tentang prinsip perancangan, pembuatan, penyajian, dan pengemasan hasil

Kelebihan penggunaan metode pemisahan berdasarkan kromatografi gas (GC) adalah: Waktu analisis yang singkat dan ketajaman pemisahan yang tinggi, Dapat menggunakan

Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Harga Diri/ Self Esteem , Studi Persepsi Siswa Kelas X Jurusan Akuntansi SMK