BAB II
AKIBAT HUKUM SETORAN MODAL PERSEROAN
TERBATAS YANG TERBUKTI BERASAL DARI TINDAK
PIDANA PENCUCIAN UANG
2.1Modal Perseroan Terbatas
Modal awal PT berasal dari kontribusi para pemegang saham PT. Modal
yang berasal dari kontribusi pemegang saham disebut sebagai equitas (equity).
Dalam hal ini PT menerbitkan equity securities berupa saham.25 Para
pemegang saham wajib mengambil saham dalam jumlah nominal tertentu
yang ditentukan oleh Undang-Undang dan/atau anggaran dasar PT.26
Di Indonesia berdasarkan UU PT, modal PT dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
jenis, yaitu modal dasar, modal yang ditempatkan, dan modal yang disetor.
Modal dasar adalah keseluruhan nilai nominal saham yang ada dalam PT.
Modal dasar ditentukan dalam anggaran dasar PT. Modal yang ditempatkan
adalah modal yang disepakati para pendiri untuk disetor ke dalam PT pada
saat PT didirikan. Demikian dengan modal yang ditempatkan sama dengan
modal dasar, dimana modal ditempatkan belum memberikan gambaran
kekuatan financial riil PT, dikarenakan modal tersebut belum berupa uang
tunai atau belum terdapat penyetoran dalam kas PT.27 Modal disetor adalah
25 Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas : Doktrin, Peraturan Perundang – Undangan, dan
Yurisprudensi, Total Media,Yogyakarta, 2009, hlm. 72.
26 Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas, No. 40 Tahun 2007. Pasal 33.
27 Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas : Doktrin, Peraturan Perundang – Undangan, dan
modal PT yang berupa sejumlah uang tunai atau bentuk lainnya yang
diserahkan oleh para pendiri kepada kas PT pada saat PT didirikan. Modal
yang disetor dan dimiliki oleh PT tidak hanya dalam bentuk saham, tetapi juga
dapat berbentuk surat berharga.
UU PT mengatur mengenai persyaratan modal minimum dalam pendirian
suatu PT. Tujuan diaturnya persyaratan modal minimum dimaksudkan supaya
PT yang telah didirikan setidaknya sudah memiliki modal, yaitu sebesar
modal yang disetor. Hal demikian dapat menjadi jaminan bagi setiap tagihan
terhadap pihak ketiga terhadap PT yang merupakan suatu bentuk pemberian
perlindungan jaminan terhadap tagihan pihak ketiga.28 UU PT menentukan
bahwa modal dasar PT minimal Rp. 50.000.000,00 (Lima Puluh Juta
Rupiah).29 Namun, UU PT juga menentukan bahwa untuk bidang usaha
tertentu seperti perasuransian dan perbankan, modal dasar minimum yang
harus disetorkan akan ditentukan berdasarkan Undang-Undang atau peraturan
pelaksana yang mengatur usaha tertentu tersebut. Persyaratan modal dasar
sebagaimana telah diatur dapat diubah melalui Peraturan Pemerintah.30
Untuk modal yang ditempatkan, UU PT mengatur bahwa paling sedikit
25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 UU PT harus ditempatkan dan disetor penuh.31 Sisa saham yang
belum diambil akan menjadi dana cadangan. Dana cadangan tersebut akan
28 Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas Disertai Dengan Ulasan Menurut
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, Airlangga University Pers, Surabaya, 1995, hlm. 183.
29 Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas, No. 40 Tahun 2007. Pasal 32 ayat (1). 30 Ibid. Pasal 32 ayat (3) dan penjelasan.
menjadi saham simpanan atau saham tambahan modal, sehingga dapat
dikeluarkan saham simpanan. Modal ditempatkan disetor penuh dan
dibuktikan dengan bukti penyetoran yang sah.32 Bukti penyetoran yang sah
yang dimaksud adalah bukti setoran pemegang saham ke dalam rekening bank
atasnama PT, data dari laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan atau
neraca PT yang ditandatangani oleh direksi dan dewan komisaris. Pengeluaran
saham untuk menambah modal yang ditempatkan harus disetor penuh, hal ini
menyebabkan tidak dimungkinkannya penyetoran atas saham dengan cara
mencicil.33
Terhadap modal yang disetor, penyetoran atas modal dapat dilakukan
dalam bentuk uang dan/atau dalam bentuk lainnya. Pada umumnya penyetoran
modal adalah dalam bentuk uang, namun tidak menutup kemungkinan
penyetoran modal dapat dilakukan dengan bentuk lain baik berupa benda
berwujud maupun benda tidak berwujud, yang dapat dinilai dengan uang dan
yang secara nyata telah diterima oleh PT. Modal yang disetor dalam bentuk
lain selain uang harus disertai rincian yang menerangkan harga, status, jenis,
tempat kedudukan, dan lain-lain, dikarenakan untuk memberi kejelasan
mengenai asal-usul barang yang disetor tersebut.34 Dalam hal penyetoran
modal dalam bentuk lain selain uang, maka penilaian setoran modal
ditentukan berdasarkan nilai wajar yang ditetapkan sesuai dengan harga pasar
atau oleh ahli yang tidak terafiliasi dengan PT.35
Penyetoran saham dalam bentuk benda tidak bergerak harus diumumkan
dalam 1 (satu) surat kabar atau lebih, dalam jangka waktu 14 (empat belas)
hari setelah akta pendirian ditandatangani atau setelah RUPS memutuskan
penyetoran saham tersebut. Maksud daripada diumumkannya penyetoran
saham dalam bentuk benda tidak bergerak dalam surat kabar adalah agar
diketahui umum dan memberikan kesempatan kepada pihak yang
berkepentingan untuk dapat mengajukan keberatan atas penyerahan benda
tersebut sebagai setoran modal saham, andaikata ternyata diketahui benda
tersebut bukan milik penyetor.36
Di dalam modal PT dapat dilakukan penambahan dan pengurangan,
penambahan modal dilakukan bilamana salah satu pemegang saham keluar
dari pemegang saham dikarenakan terlibat tindak pidana sehingga modal yang
disetorkan disita oleh untuk kepentingan negara, dengan disitanya modal yang
disetor oleh salah satu pendiri disita oleh negara mengakibatkan modal PT
berkurang yang tidak sesuai dengan disyaratkan oleh UU PT, sehingga harus
dilakukan penambahan modal. Penambahan modal PT dilakukan berdasarkan
persetujuan RUPS.37 Keputusan RUPS untuk penambahan modal ditempatkan
dan disetor dalam batas modal dasar adalah sah apabila dilakukan dengan
kuorum kehadiran lebih dari 1/2 (satu perdua) bagian dari seluruh jumlah
saham dengan hak suara dan disetujui oleh lebih dari 1/2 (satu perdua) bagian
dari jumlah seluruh suara yang dikeluarkan, kecuali ditentukan lebih besar
dalam anggaran dasar dan terhadap penambahan modal PT wajib
diberitahukan kepada Menteri Hukum dan HAM untuk dicatat dalam daftar
PT.38
Pengurangan modal PT dilakukan berdasarkan persetujuan RUPS,
Keputusan RUPS untuk pengurangan modal PT adalah sah apabila dilakukan
dengan memperhatikan persyaratan ketentuan kuorum dan jumlah suara setuju
untuk perubahan anggaran dasar, Direksi wajib memberitahukan keputusan
kepada semua kreditor dengan mengumumkan dalam 1 (satu) atau lebih Surat
Kabar dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal
keputusan RUPS.39 Dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari terhitung sejak
tanggal pengumuman kreditor dapat mengajukan keberatan secara tertulis
disertai alasannya kepada PT atas keputusan pengurangan modal dengan
tembusan kepada Menteri Hukum dan HAM. Dalam jangka waktu 30 (tiga
puluh) hari terhitung sejak keberatan diterima, PT wajib memberikan jawaban
secara tertulis atas keberatan yang diajukan. Dalam hal PT menolak keberatan
atau tidak memberikan penyelesaian yang disepakati kreditor dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal jawaban PT diterima atau
tidak memberikan tanggapan dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari
terhitung sejak tanggal keberatan diajukan kepada PT, kreditor dapat
mengajukan gugatan ke pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi
tempat kedudukan PT.40 Dalam melakukan pengurangan modal PT harus
mendapatkan persetujuan Menteri Hukum dan HAM.41 Setelah pengurangan
modal PT disetujui oleh pemegang saham dan telah mendapat persertujuan
Menteri Hukum dan HAM, maka pemegang saham harus melakukan RUPS
untuk merubah anggaran dasar PT.42
Saham dapat digolongkan sebagai benda bergerak.43 Saham diberikan
kepada pendiri sebagai suatu bentuk penyertaan modal ke dalam PT, dimana
bukti penyertaan tersebut juga merupakan bukti kepemilikan harta bersama
melalui penyetoran penuh modal yang diambil bagian oleh para pendiri PT
yang keberadaannya telah melalui mekanisme pendaftaran pada Menteri
Hukum dan HAM.44
Berdasarkan UU PT, saham dalam PT yang dapat diterbitkan hanya saham
atas nama.45 PT hanya diperkenankan mengeluarkan saham atas nama
pemiliknya dan PT tidak diperkenankan mengeluarkan saham atas tunjuk.46
Hal yang demikian berbeda dengan pengaturan dalam Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1995 dimana dalam Undang-Undang tersebut PT diperkenankan
mengeluarkan saham atas nama dan saham atas tunjuk.47 Hal yang demikian
merupakan salah satu perbedaan antara UU PT dengan Undang-Undang
40 Ibid. Pasal 45 ayat (1), (2), dan (3). 41 Ibid. Pasal 46 ayat (1).
42 Ibid. Pasal 21 ayat (2) huruf (e). 43 Ibid. Pasal 34 ayat (2) dan penjelasan.
44 Gunawan Widjaja, Hak Individu dan Kolektif Para Pemegang Saham, Forum Sahabat, Jakarta,
2008, hlm. 50.
45 Op.Cit. Pasal 48 ayat (1).
46 Ibid. penjelasan Pasal 48 ayat (1).
47 Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas, No. 1 Tahun 1995. Penjelasan Pasal 24
Nomor 1 Tahun 1995.
Sebagai persyaratan kepemilikan saham dalam PT dapat ditetapkan dalam
anggaran dasar dengan memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh
instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.48
Dalam hal persyaratan kepemilikan saham telah ditetapkan dan tidak
dipenuhi, maka pihak yang memperoleh kepemilikan tersebut tidak dapat
menjalankan haknya selaku pemegang saham dan saham tersebut tidak
diperhitungkan dalam kuorum yang harus dicapai sesuai dengan ketentuan UU
PT dan/atau anggaran dasar.49
Pemilik saham diberikan hak untuk :50
a. Menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS;
b. Menerima pembayaran deviden dan sisa kekayaan hasil likuidasi;
c. Menjalankan hak lainnya berdasarkan UU PT.
Hak yang disebut diatas berlaku setelah saham dicatat dalam daftar
pemegang saham atasnama pemiliknya.51 Kemudian, hak-hak tersebut tidak
berlaku bagi klasifikasi saham tertentu sebagaimana ditetapkan dalam UU
PT.52 Setiap saham memberikan hak kepada pemiliknya yang tidak dapat
dibagi-bagi.53 Para pemegang saham tidak diperbolehkan membagi hak atas 1
(satu) saham sesuai dengan keinginannya. Dalam hal satu saham dimiliki oleh
lebih dari 1 (satu) orang, maka hak yang timbul karenanya digunakan dengan
cara menunjuk salah 1 (satu) orang sebagai wakil.54
UU PT memberikan peluang pada PT untuk mengeluarkan saham dalam
beberapa klasifikasi saham. Apabila PT menerbitkan saham dengan klasifikasi
tertentu, maka klasifikasi beserta jumlah klasifikasi saham dan jumlah saham
untuk setiap klasifikasi harus disebutkan didalam anggaran dasar PT.55
Pada dasarnya anggaran dasar menetapkan 1 (satu) klasifikasi saham atau
lebih. Manakala terdapat lebih dari 1 (satu) klasifikasi saham, maka anggaran
dasar menetapkan salah 1 (satu) diantaranya sebagai saham biasa.56
Saham berdasarkan pemegang saham dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Saham Biasa (common stocks)
Saham biasa adalah saham yang mempunyai hak suara untuk
mengambil keputusan dalam RUPS mengenai segala hal yang berkaitan
dengan pengurusan PT, mempunyai hak untuk menerima deviden yang
dibagikan, dan menerima hasil kekayaan hasil likuidasi.57 Hak suara yang
dimiliki oleh pemegang saham biasa dapat juga dimiliki oleh pemegang
saham dengan klasifikasi lain.58 Pemegang saham biasa tidak mempunyai
hak yang lebih tertentu dari pemegang saham dengan klasifikasi lainnya.
2. Saham yang memiliki keistimewaan (preference shares)
Saham istimewa merupakan saham yang memiliki keistimewaan
54 Ibid. Pasal 52 ayat (5).
55 Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas : Doktrin, Peraturan Perundang – Undangan, dan
Yurisprudensi, Total Media, Yogyakarta, 2009, hlm. 101.
56 Op.Cit. Pasal 53 ayat (3).
daripada saham biasa. Keistimewaan dalam hal pembagian deviden, yang
dalam hal ini juga berkaitan dengan pencalonan anggota direksi dan
komisaris, serta pembagian sisa kekayaan PT setelah PT dibubarkan dan
dilikuidasi. Saham istimewa dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu :
a. Saham preferen, yaitu saham yang memberikan hak kepada
pemiliknya dalam hal pembagian deviden.59
b. Saham preferen kumulatif, yaitu saham yang memberikan hak lebih
kepada pemiliknya dari pemilik saham preferen utama. Pemegang
saham preferen kumulatif mempunyai hak lebih, misalnya dalam 1
(satu) tahun buku PT tidak memperoleh keuntungan sehingga tidak
dilakukan pembagian deviden, maka hak pemegang saham preferen
kumulatif masih dapat diperhitungkan dalam pembagian deviden tahun
berikutnya.60
c. Saham prioritas, yaitu saham yang memberikan hak khusus kepada
pemiliknya dalam RUPS seperti hak untuk mengusulkan nama calon
anggota direksi dan anggota dewan komisaris. Hak pemegang saham
prioritas ini merupakan hak yang termasuk dalam klausul oligarchie.
Yang dimaksud sebagai klausul oligarchie adalah klausul didalam
anggaran dasar PT dimana pemegang saham tertentu memiliki hak-hak
istimewa yang tidak dimiliki pemegang saham yang lain. Pemilihan
dan penunjukan direksi dan dewan komisaris PT terikat pada
pencalonan yang dikemukakan oleh pemegang saham yang memiliki
hak istimewa tersebut. Klausul tersebut tidak selalu ada didalam
anggaran dasar PT, tetapi dapat dicantumkan dalam anggaran dasar PT
jika dikehendaki.61
Pemegang saham juga diberi hak untuk mengalihkan hak milik atas
sahamnya yang diatur dalam anggaran dasar PT sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.62 Pengalihan hak atas saham dapat terjadi
dengan berbagai macam cara yang memungkinkan terjadinya peralihan hak
milik atas benda lainnya. Pada umumnya peralihan hak milik dapat terjadi
karena perjanjian (jual-beli, tukar menukar, atau hibah), karena
Undang-Undang (misalnya pewarisan), dan karena putusan hakim yang berkekuatan
hukum tetap (misalkan proses lelang). Manakala pengalihan hak atas saham
melalui perjanjian jual-beli, menurut Yahya Harahap dalam bukunya
mengatakan bahwa pemindahan hak atas saham melalui jual beli tunduk
kepada ketentuan Pasal 1457 KUHPer.63 Dalam pengalihan hak atas saham
harus melalui mekanisme sebagai berikut :64
a. Dilakukan dengan Akta Pemindahan Hak, artinya yang dimaksud dengan
akta adalah akta yang dibuat di hadapan Notaris atau Akta di bawah
tangan;
61 H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang, jilid II, Djambatan, Jakarta, 1982, hlm.
115.
b. Akta pemindahan hak tersebut atau salinannya disampaikan secara tertulis
kepada PT;
c. Direksi wajib mencatat pemindahan hak atas saham, tanggal, dan hari
pemindahan hak tersebut dalam daftar pemegang saham atau daftar khusus
dan memberitahukan perubahan susunan pemegang saham kepada Menteri
Hukum dan HAM untuk dicatat dalam daftar PT paling lambat 30 (tiga
puluh) hari terhitung sejak tanggal pencatatan pemindahan hak.
Dalam anggaran dasar dapat diatur persyaratan mengenai pemindahan hak
atas saham, yaitu :65
a. Keharusan menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham dengan
klasifikasi tertentu atau pemegang saham lainnya;
b. Keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Organ PT;
dan/atau
c. Keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari instansi yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketentuan sebagaimana disebutkan diatas tidak berlaku dalam hal
pemindahan hak atas saham disebabkan peralihan hak karena hukum, yang
dimaksud peralihan hak karena hukum adalah peralihan hak karena pewarisan
atau peralihan hak akibat penggabungan, peleburan, atau pemisahan PT.66
Manakala dalam anggaran dasar mensyaratkan pemegang saham yang
menjual sahamnya menawarkan terlebih dahulu sahamnya kepada pemegang
65Ibid. Pasal 57 ayat (1).
saham klasifikasi tertentu atau pemegang saham lain, dan dalam jangka waktu
30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal penawaran dilakukan ternyata
pemegang saham tersebut tidak membeli, pemegang saham penjual dapat
menawarkan dan menjual sahamnya kepada pihak ketiga.67
2.2Sumber Pendapatan
Dalam mempertahankan hidup, manusia harus bekerja untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari. Warga Negara Indonesia untuk memperoleh
pekerjaan dan haknya untuk mendapatkan imbalan berupa gaji telah dijamin
oleh konstitusi sebagaimana diatur dalam Pasal 28D ayat (2) UUD NRI 1945.
Dimana setiap pekerjaan yang ada berbeda-beda penghasilan yang diterima.
2.2.1 Sumber Pendapatan Yang Sah
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya haruslah bekerja. Dimana orang dapat bekerja
dengan berusaha sendiri (wirausaha) ataukah bekerja pada instansi
pemerintah. Sumber pendapatan yang sah adalah pendapatan yang
didapat bukan dengan cara yang melaanggar peraturan
perundang-undangan dan tidak melanggar nilai-nilai kepatutan.
2.2.2 Sumber Pendapatan Yang Tidak Sah
Sumber pendapatan yang tidak sah adalah pendapatan yang
didapat dengan cara yang melanggar peraturan perundang-undangan
dan nilai-nilai kepatutan. Sebagai contoh Seorang Pegawai Negeri
Sipil (selanjutnya disebut pegawai PNS) Provinsi Jawa Timur yang
bekerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Biro Pemerintahan
(selanjutnya disebut SKPD) dengan pangkat dan golongan IV/b dan
masa kerja 32 tahun dengan menduduki jabatan sebagai kepala biro
pemerintahan mendapatkan gaji pokok setiap bulannya sebesar Rp.
4.682.400,00, sebagaimana telah diatur dalam Lampiran Peraturan
Pemerintah No. 34 Tahun 2014 Tentang Perubahan Keenam Belas
Atas Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1977 Tentang Peraturan Gaji
Pegawai Negeri Sipil. Tidak hanya sekedar gaji pokok yang diterima
setiap bulannya tetapi ditambah tunjangan-tunjangan yang lain seperti
tunjangan anak, tunjangan istri, tunjangan beras, tunjangan jabatan,
uang makan, uang lembur, perjalanan dinas, dan honorarium yang
manakala ditotal setiap bulannya pegawai tersebut menerima gaji
kurang lebih sebesar Rp. 25.000.000,00.
Dalam bidang tersebut terdapat beberapa tugas yang harus
dikerjakan oleh pegawai yang menduduki jabatan tersebut yaitu
melaksanakan pemantauan sebelum dan pada waktu proses pemilihan
umum kepala daerah Kabupaten/Kota yang dilaksanakan oleh Komisi
Pemilihan Umum Daerah Kabupaten/Kota, dan setelah terpilihnya
kepala daerah Kabupaten/Kota, pegawai tersebut berkewajiban untuk
mengusulkan Surat Keputusan (selanjutnya disebut SK) kepada
Kementerian Dalam Negeri (selanjutnya disebut Kemendagri) atas
kepala daerah Kabupaten/Kota yang terpilih, setelah SK dari
berkewajiban untuk mempersiapkan proses pelantikan kepala daerah
Kabupaten/Kota terpilih oleh Gubernur. Selain itu pegawai yang
menduduki jabatan tersebut juga mempunyai tugas lain yaitu
mengusulkan Surat Keputusan Pergantian Antar Waktu (selanjutnya
disebut SK PAW) untuk anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(selanjutnya disebut DPRD) Kabupaten/Kota kepada Kemendagri.
Dikatakan pendapatan yang didapat tersebut tidak sah
manakala PNS tersebut diatas dalam melakukan tugasnya dalam hal
mengusulkan SK kepala daerah Kabupaten/Kota terpilih, pegawai PNS
tersebut meminta sejumlah uang atau menerima hadiah atau janji
padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut
diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan
dengan jabatannya, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda
paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).68
2.3Kewenangan Dalam Memeriksa Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
2.3.1 Sebelum dan Dalam Proses Penyelidikan
Di dalam TPPU terdapat sebuah badan yang didirikan pada tanggal
17 April 2002 bersamaan dengan disahkannya UU TPPU, badan tersebut
dinamakan sebagai Badan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
68 Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
Keuangan (selanjutnya disebut PPATK). PPATK ini didirikan dengan
maksud sebagai upaya Indonesia untuk ikut serta bersama dengan
negara-negara lain memberantas kejahatan lintas negara yang
terorganisir seperti terorisme dan pencucian uang. Pencucian uang
adalah modus tindak pidana baru dibanyak Negara termasuk Indonesia
sebagai suatu kejahatan yang berdimensi internasional. Negara-negara di
dunia dan Organisasi Internasional menaruh perhatian khusus terhadap
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, karena
memiliki dampak negatif yang sangat besar bagi perekonomian suatu
Negara.
PPATK adalah lembaga independen yang dibentuk dalam rangka
mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang.69 PPATK
berkedudukan di Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia, tetapi
manakala diperlukan badan PPATK dapat dibentuk suatu perwakilan di
daerah Provinsi, Kabupaten/Kota. PPATK bertanggungjawab kepada
Presiden Republik Indonesia, dalam melaksanakan tugas dan
kewenangannya, PPATK bersifat independen dan bebas dari campur
tangan dan pengaruh dari kekuasaan atau lembaga Negara manapun.
Susunan organisasi PPATK terdiri atas kepala, wakil kepala, jabatan
struktural lain, dan jabatan fungsional.70
69 Undang-Undang tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, No. 15 Tahun 2002. Pasal 1
angka 8.
70 Undang-Undang tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
PPATK mempunyai tugas mencegah dan memberantas TPPU.71
PPATK dalam melaksanakan tugasnya mempunyai 4 fungsi yaitu :72
a. Pencegahan dan pemberantasan TPPU;
b. Pengelolaan data dan informasi yang diperoleh PPATK;
c. Pengawasan terhadap kepatuhan Pihak Pelapor; dan
d. Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi Transaksi
Keuangan yang berindikasi TPPU dan/atau tindak pidana lain.
Dalam melaksanakan fungsi pencegahan dan pemberantasan
TPPU, PPATK berwenang :73
a. Meminta dan mendapatkan data dan informasi dari instansi
pemerintah dan/atau lembaga swasta yang memiliki kewenangan
mengelola data dan informasi, termasuk dari instansi pemerintah
dan/atau lembaga swasta yang menerima laporan dari profesi
tertentu;
b. Menetapkan pedoman identifikasi Transaksi Keuangan
Mencurigakan;
c. Mengkoordinasikan upaya pencegahan TPPU dengan instansi
terkait;
d. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai upaya
pencegahan TPPU;dan
e. Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi dan
forum internasional yang berkaitan dengan pencegahan dan
pemberantasan TPPU;
Dalam melaksanakan fungsi pengelolaan data dan informasi,
PPATK berwenang menyelenggarakan sistem informasi.74 Dalam
menjalankan fungsi pengawasan terhadap kepatuhan pihak pelapor,
PPATK berwenang:75
a. Menetapkan ketentuan dan pedoman tata cara pelaporan bagi Pihak
Pelapor;
b. Menetapkan kategori Pengguna Jasa yang berpotensi melakukan
TPPU;
c. Melakukan audit kepatuhan atau audit khusus;
d. Menyampaikan informasi dari hasil audit kepada lembaga yang
berwenang melakukan pengawasan terhadap Pihak Pelapor;
e. Memberikan peringatan kepada Pihak Pelapor yang melanggar
kewajiban pelaporan;
f. Merekomendasikan kepada lembaga yang berwenang mencabut izin
usaha Pihak Pelapor; dan
g. Menetapkan ketentuan pelaksanaan prinsip mengenali Pengguna Jasa
bagi Pihak Pelapor yang tidak memiliki Lembaga Pengawas dan
Pengatur.
Selain itu PPATK dalam melaksanakan fungsi analisis atau
pemeriksaan laporan dan informasi mempunyai kewenangan yaitu :76
a. Meminta dan menerima laporan dan informasi dari Pihak Pelapor;
b. Meminta informasi kepada instansi atau pihak terkait;
c. Meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkan
pengembangan hasil analisis PPATK;
d. Meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkan permintaan
dari instansi penegak hukum atau mitra kerja di luar negeri;
e. Meneruskan informasi dan/atau hasil analisis kepada instansi
peminta, baik di dalam maupun di luar negeri;
f. Menerima laporan dan/atau informasi dari masyarakat mengenai
adanya dugaan TPPU;
g. Meminta keterangan kepada Pihak Pelapor dan pihak lain yang
terkait dengan dugaan TPPU;
h. Merekomendasikan kepada instansi penegak hukum mengenai
pentingnya melakukan intersepsi atau penyadapan atas informasi
elektronik dan/atau dokumen elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
i. Meminta penyedia jasa keuangan untuk menghentikan sementara
seluruh atau sebagian Transaksi yang diketahui atau dicurigai
merupakan hasil tindak pidana;
j. Meminta informasi perkembangan penyelidikan dan penyidikan
yang dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal dan TPPU;
k. Mengadakan kegiatan administratif lain dalam lingkup tugas dan
tanggung jawab sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini; dan
l. Meneruskan hasil analisis atau pemeriksaan kepada penyidik.
Selain kewenangan PPATK yang telah diuraikan diatas, terdapat
perluasan terhadap kewenangan PPATK yaitu dengan ditambahkannya
kewenangan PPATK untuk melakukan penghentian sementara transaksi
keuangan yang dianggap mencurigakan selama 5 hari dan dapat
diperpanjang selama 15 hari.77 Dalam hal ditemukan adanya indikasi
TPPU atau tindak pidana lain, maka PPATK menyerahkan hasil
pemeriksaan kepada penyidik untuk dilakukan penyidikan.78 PPATK
dalam melakukan kewenangannya tidak ada peraturan
perundang-undangan dan kode etik yang mengatur mengenai kerahasiaan.79
2.3.2 Proses Penyelidikan dan Penyidikan
Di dalam negara Indonesia terdapat beberapa badan penyidikan
yang berkaitan dengan TPPU, penyidikan TPPU dilakukan oleh penyidik
tindak pidana asal sesuai dengan ketentuan hukum acara dan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Yang dimaksud sebagai penyidik tindak
pidana asal adalah pejabat dari instansi yang oleh undang-undang diberi
kewenangan untuk melakukan penyidikan, antara lain Kepolisian Negara
Republik Indonesia, Kejaksaan, Komisi Pemberantasan Korupsi
77 Ibid. Pasal 65 ayat (1) dan Pasal 66 ayat (1) dan (2). 78 Ibid. Pasal 64 ayat (2).
(selanjutnya disebut KPK), Badan Narkotika Nasional (selanjutnya
disebut BNN), serta Direktorat Jenderal Pajak (selanjutnya disebut
Dirjen Pajak) dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (selanjutnya
disebut Dirjen Bea dan Cukai) Kementerian Keuangan Republik
Indonesia, sebagaimana diatur dalam Pasal 74 beserta penjelasan Pasal
74 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (selanjutnya disebut UU
PPTPPU).
Dalam hal TPPU berkaitan dengan tindak pidana asal, maka
diberlakukan penggabungan proses penyelidikan dan penyidikan,
dimana penyelidik tindak pidana asal diberikan kewenangan untuk
melakukan penyidikan terhadap tindak pidana pencucian uang. Setelah
proses penyidikan dinyatakan selesai dan telah mempunyai cukup bukti,
penyidik diminta untuk menyerahkan berkas kepada Penuntut Umum
yaitu Jaksa untuk dilakukan penuntutan sebagaimana mengacu pada
KUHAP.
2.3.3Proses Penuntutan
Dalam proses penuntutan terhadap perkara TPPU yang berwenang
adalah Jaksa. Legal standing Jaksa untuk melakukan penuntutan
terhadap TPPU telah diatur sebelumnya pada Pasal 30 UU TPPU dan
yang telah diganti dengan UU PPTPPU, dimana dinyatakan bahwa
“penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap
dilakukan berdasarkan ketentuan dalam Hukum Acara Pidana, kecuali
ditentukan lain dalam Undang-Undang ini”.
Pengaturan tersebut diatas sampai dengan disahkannya UU
PPTPPU tidak dirubah, sehingga dapat ditafsirkan pengaturan tersebut
sebagai legal standing bagi Jaksa untuk melakukan penuntutan terhadap
TPPU dan tidak ada badan atau lembaga lain yang berwenang untuk
melakukan penuntutan terhadap TPPU.
Penuntut umum dalam hal ini Jaksa wajib menyerahkan berkas
tindak pidana pencucian uang kepada pengadilan negeri kepada
pengadilan negeri paling lama 30 hari kerja sejak tanggal diterimanya
berkas perkara yang telah dinyatakan lengkap.80 Setelah berkas tersebut
diserahkan oleh penuntut umum kepada pengadilan negeri, ketua
pengadilan negeri wajib membentuk majelis hakim paling lama 3 hari
kerja sejak diterimanya berkas tersebut.81
2.3.4 Proses Pemeriksaan di Pengadilan
Dalam pemeriksaan di Pengadilan Negeri terdakwa wajib
membuktikan bahwa harta kekayaan bukan merupakan hasil dari tindak
pidana, dengan cara mengajukan alat bukti yang cukup.82 Apabila
terdakwa telah dipanggil secara sah dan patut, tetapi terdakwa tidak
hadir pada sidang pengadilan tanpa alasan yang sah, perkara dapat
diperiksa dan diputus tanpa hadirnya terdakwa.83 Manakala terdakwa
hadir pada sidang berikutnya sebelum putusan dijatuhkan, terdakwa
wajib diperiksa dan segala keterangan saksi dan surat yang telah
dibacakan dalam sidang sebelumnya dianggap diucapkan dalam sidang
tersebut.84 Putusan yang diucapkan tanpa kehadiran terdakwa
diumumkan oleh penuntut umum pada papan pengumuman pengadilan,
kantor pemerintah daerah, atau diberitahukan kepada kuasanya, dan
apabila terdakwa keberatan atas putusan tersebut, terdakwa dapat
mengajukan banding paling lama 7 (tujuh) hari sejak putusan
diucapkan.85 Apabila sebelum putusan diucapkan terdakwa meninggal
dunia dan terdapat bukti yang cukup bahwa terdakwa telah melakukan
TPPU, hakim atas dasar tuntutan penuntut umum memutuskan
perampasan harta kekayaan yang telah disita, bentuk putusan hakim
tersebut berupa penetapan, penetapan tersebut tidak dapat dimohonkan
upaya hukum, dan apabila ada pihak ketiga yang berkepentingan atas
penetapan hakim tersebut dapat mengajukan keberatan pada pengadilan
yang telah menjatuhkan penetapan tersebut dalam waktu 30 hari sejak
tanggal penetapan tersebut diumumkan.86
2.4Akibat Hukum Setoran Modal Perseroan Terbatas Setelah Terbukti
Hasil Tindak Pidana Pencucian Uang
Setoran modal yang dimasukkan dalam PT yang telah terbukti hasil dari
83Ibid.Pasal 79 ayat (1). 84Ibid.Pasal 79 ayat (2).
TPPU dan telah diputus oleh pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum
tetap, maka setoran modal tersebut dinyatakan tidak sah dan terhadap setoran
modal tersebut harus dikeluarkan dari PT dan pemegang saham yang terbukti
sebagai pelaku TPPU tersebut harus dicoret dari daftar pemegang saham PT.
Manakala TPPU tersebut dilakukan dengan maksud memberi manfaat bagi
PT, maka dapat dikenakan pidana denda paling banyak Rp.
100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dan juga dapat dikenakan pidana
tambahan berupa pengumuman putusan hakim, pembekuan sebagian atau
seluruh kegiatan usaha korporasi, pencabutan izin usaha, pembubaran dan/atau
pelarangan korporasi, perampasan aset korporasi untuk negara, dan/atau
pengambilalihan korporasi oleh Negara, sebagaimana diatur dalam Pasal 7
ayat (1) dan (2) UU PPTPPU. Apabila didalam pembuktian PT tidak
menerima keuntungan dari hasil TPPU tersebut, maka PT tidak dapat
dikenakan pidana sebagaimana disebut diatas, dan yang bertanggungjawab
hanya terbatas pada pelaku TPPU. Seandainya PT dengan putusan pengadilan
diputus untuk dikenakan pidana denda dan pidana tambahan sebagaimana
disebutkan diatas, apabila pemegang saham yang lain merasa keberatan atas
putusan tersebut, pemegang saham yang lain dapat mengajukan keberatan atas
putusan pengadilan tersebut.