PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN
KECERDASAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL (ESQ)
SISWA DI MA AL BIDAYAH CANDI
KECAMATAN BANDUNGAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pdi)
OLEH
AHMAD JAMHARI
NIM: 11111024
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)
SALATIGA
MOTTO
KEHEBATAN KITA BUKAN TERLETAK PADA KITA
TIDAK PERNAH GAGAL, KEHEBATAN KITA
KARENA KITA BISA BANGKIT DARI KEGAGALAN
LAO TSE
Tugas saya adalah melakukan apa yang benar. Dan
selanjutnya di tangan Tuhan
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Orang tuaku tercinta bapak Mukhlasin dan ibu Elmiyati, yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, dukungan moral maupun materiil dan doa yang tak pernah putus untuk putra-putrinya
2. Kakakku M. Sukron Ibnu Asrin yang mendukungku dan Latif Mashadi yang selalu memberi semangat dan membantuku.
3. Bapak Mufiq yang telah sabar membimbingku dalam penyusunan skripsi ini 4. Teman-temanku PAI A dan angkatan 2011 yang sama-sama berjuang dan
belajar di IAIN Salatiga
5. Teman-teman crisopillum cainito yang telah membantuku
6. Semua pihak yang selalu memberi semangat kepada penulis dalam
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada
Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar
kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. 3. Ibu Siti Rukhayati M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).
4. Bapak Mufiq S.Ag. M.Phil sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam
upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini.
5. Bapak M. Farid Abdullah, S.PdI., M.Hum., selaku pembimbing akademik.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
7. Bapak dan ibu serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan
mendukung penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.
8. Keluarga besar MA Al Bidayah Candi Bandungan yang telah memberikan penulis tempat dalam mengadakan penelitian, sehingga terselesainya skripsi ini.
9. Seluruh teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung
dalam penyelesaian skripsi ini
Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang
setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga, 29 Februari 2016 Penulis,
ABSTRAK
Jamhari, Ahmad. 2016. Peran Guru Dalam Mengembangkan Kecerdasan
Emosional Dan Spiritual Siswa Di MA Al Bidayah Candi KEC. Bandungan.
Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Mufiq S.Ag. M.Phil.
Kata kunci: peran guru , kecerdasan emosional dan spiritual
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru agama dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa di MA Al Bidayah Candi Kecamatan Bandungan. Fokus masalah yang akan dikaji adalah: 1) peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa di MA Al Bidayah Candi Kecamatan Bandungan. 2) Apa faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) siswa di MA Al Bidayah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian dilaksanakan dengan tahap persiapan, pelaksanaan, penyelesaian. Subjek penelitian adalah peran guru. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan tiga komponen utama yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa peran guru di MA Al Bidayah dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual meliputi: pengembangan sikap konsistensi (istiqomah), kerendahan hati (tawadu’), berusaha dan berserah diri
(tawakkal), ketulusan (keikhlasan) serta integritas dan penyempurnaan (ihsan).
DAFTAR ISI
JUDUL ... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
DAFTAR FOTO ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Kegunaan Penelitian ... 7
E. Penegasan Istilah ... 7
F. Metode Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Kecerdasan Emosional dan Spiritual ... 17
1. Pengertian Kecerdasan Emosional ... 17
2. Pengertian Kecerdasan spiritual ... 25
3. Pengertian Kecerdasan Emosional dan Spiritual ... 31
B. Peran Guru ... 34
1. Peran Guru Dalam Pembelajaran ... 35
2. Peran Guru Secara Pribadi ... 37
3. Peran Guru Secara Psikologi ... 38
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum MA Al Bidayah ... 42
B. Hasil Penelitian ... 53
BAB IV PEMBAHASAN A. Peran Guru Agama Dalam Mengembangkan ESQ ... B. Faktor Pendukung ESQ ... 74
C. Faktor Penghambat ESQ ... 74
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 77
B. Saran-Saran ... 81
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar SKK
2. Riwayat Hidup Penulis
3. Surat Tugas Pembimbing Skripsi
4. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian 5. Surat Keterangan Melakukan Penelitian
DAFTAR FOTO
Foto 1. Dokumentasi Wawancara
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan proses pendewasan dan mengembangkan
aspek-aspek manusia baik fisik, biologis maupun psikologis. Aspek fisik biologis manusia dengan sendirinya akan mengalami proses perkembangan,
pertumbuhan dan penuaan. Sedangkan aspek psikologis manusia melaluai pendidikan dicoba untuk didewasakan, dikembangkan dan disadarkan. Proses penyadaran dan pendewasaan dalam konteks pendidikan ini mengandung
makna yang mendasar karena bersentuhan dengan aspek yang paling dalam dari diri manusia. yaitu kejiwaan dan kerohanian, dua elemen ini sangat
penting dalam membina moralitas pada pendidikan sehingga menghasilkan lulusan pendidikan yang berwawasan luas dalam bidang ilmu pengetahuan, dan memiliki kecerdasan emosional yang mencakup aspek kejiwaan serta
memiliki kecerdasan spiritual yang mencakup aspek kehormatan.
Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional menyebutkan : “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
Pengertian pendidikan diatas menunjukkan bahwa tugas seorang pendidik adalah untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan
potensi yang dimiliki anak didik, serta berperan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dalam membentuk kepribadian siswa baik secara lahir maupun
secara batin.
Namun pendidikan kita saat ini sering dikritik masyarakat yang disebabkan oleh adanya sejumlah pelajar dan lulusan pendidikan yang
menunjukkan sikap kurang terpuji, banyak pelajar yang terlibat tawuran, melakukan tindakan kriminal, penodongan, penyimpangan seksual dan
sebagainya. Perbuatan-perbuatan seperti ini sangat meresahkan masyarakat. Hal-hal tersebut masih ditambah lagi dengan meningkatnya jumlah pengangguran yang pada umumnya adalah tamatan pendidikan. Keadaan
inilah yang semakin membuat potret hitam dunia pendidikan.
Di antara penyebab dunia pendidikan kurang mampu menghasilkan
lulusan sesuai yang diharapkanan adalah karena banyak pendidikan kita selama ini hanya membina kecerdasan intelektual, wawasan dan keterampilan saja, tanpa diimbangi oleh kecerdasan emosional. Sekaligus juga didukung
kecerdasan spiritual bagi timbulnya kearifan sosial.
Berdasarkan permasalahan yang banyak timbul di dunia pendidikan
inilah, guna mempersiapkan/melahirkan generasi-generasi pendidikan yang berkualitas, tidak hanya berintelektual tinggi, berwawasan luas tapi juga harus memiliki kemantapan emosi, etika moral dan spiritual yang luhur. Sehingga
siswa dalam dunia pendidikan.
Daniel Goleman mengatakan bahwa, kecerdasan emosi mengandung
beberapa pengertian, pertama kecerdasan emosi tidak hanya berarti sikap ramah, tetapi juga pada saat-saat tertentu yang diperlukan bukan sifat ramah,
melainkan sifat tegas yang barangkali tidak menyenangkan, tentang mengungkapkan kebenaran yang selama ini dihindari. Kedua kecerdasan emosi bukan berarti memberikan kebebasan kepada perasan untuk berkuasa,
memanjakan perasaan, melainkan untuk mengelola perasan sedemikian rupa sehingga terekspresikan dengan tepat dan efektif yang memungkinkan orang
bekerja sama dengan lancar menuju sasaran yang sama.
Banyak contoh di sekitar kita membuktikan orang yang memiliki kecerdasan otak saja belum tentu sukses berkiprah didunia pekerjaan,
seringkali justru orang yang berpendidikan formal rendah banyak yang ternyata mampu lebih berhasil, karena mereka memiliki kecerdasan emosi
seperti, ketangguhan mental, inisiatif, optimis dan kemampuan beradaptasi. (Ginanjar, 2005:41)
Jika mengetahui betapa besarnya pengaruh EQ (kecerdasan emosional)
bagi dunia pendidikan dan penunjang kesuksessan hidup, maka kita perlu mempersiapkan generasi-generasi penerus bangsa untuk mencapai dan
meningkatkan EQ (kecerdasan emosional). Harus diketahui bahwa kecerdasan emosional tidaklah berkembang secara alamiah semata-mata berdasarkan perkembangan umur biologisnya. Namun perkembangan EQ
pendidikan secara kontinu.
Ada banyak keuntungan jika seseorang memiliki kecerdasa emosisonal
secara memadai: pertama, kecerdasan emosional jelas mampu menjadi alat pengendalian diri. Kedua, kecerdasan emosional bisa diimplementasikan
sebagai cara yang sangat baik untuk memasarkan atau membersihkan ide, konsep atau sebuah produk. Ketiga, kecerdasan emosional adalah modal penting bagi seseorang untuk mengembangkan bakat kepemimpinan.
Dengan demikian kecerdasan emosi mempunyai pengaruh yang besar dalam menentukan keberhasilan belajar anak. Penelitian Le-Doux misalnya
menunjukan betapa pentingnya integrasi antara emosi dan akal dalam kegiatan belajar mengajar. Tanpa keterlibatan emosi, kegiatan saraf otak berkurang dari yang dibutuhkan untuk menyimpan pelajaran dalam memori.
(Desmita, 2010:172)
Setelah pembahasan singkat mengenai EQ (kecerdasan emosional).
Yang tak kalah pentingnya dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah SQ (kecerdasan spiritual) karena tanpa adanya landasan spiritual yang kuat pada diri seseorang, meskipun dia memiliki IQ tinggi, dan berkemampuan
dalam EQ, tetapi tanpa disertai SQ maka dirasa kurang sempurna. Karena SQ inilah yang dapat membantu seseorang untuk menjalani kehidupan dengan
lebih bijak dan arif.
SQ adalah kemampuan seseorang untuk mendengarkan suara hati nuraninya/bisikan kebenaran yang meng-illahi dalam cara dirinya mengambil
kecerdasan spiritual sangat ditentukan oleh upaya untuk membersihkan dan memberikan pencerahan qalbu sehingga mampu memberikan nasihat dan
arah tindakan serta caranya mengambil keputusan. Qalbu harus senantiasa menerima curahan nur yang bermuatan kebenaran dan kecintaan pada illahi.
Danah Zohar dan Ian Marshall mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai landasan kecerdasan untuk menghadapi makna atau value yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna
yang lebih luas dan kaya. Kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna daripada orang lain. (Ginanjar,
2006:46)
Pada prinsipnya di dalam dunia pendidikan, dalam proses pembelajaran seorang guru seharunya tidak hanya mementingkan kecerdasan
IQ saja pada sisiwa, tetapi juga memmperhatikan, menumbuhkan serta mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) pada siswa.
Sehingga dapat menghasilkan lulusan-lulusan yang tidak hanya berintelektual tinggi, tetapi dapat menghasilkan lulusan yang berintelektual tinggi, berwawasan luas, beretika moral dan mempunyai spiritual yang tinggi.
Maka berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas
B. FOKUS PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peran guru agama dalam mengembangkan kecerdasan
emosional dan spiritual siswa di MA Al Bidayah?
2. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa di MA Al Bidayah ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun yang menjadi tujuan penulis mengacu pada permasalahan
tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui peran guru agama dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa di MA Al Bidayah
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa di MA Al
Bidayah
D. KEGUNANAN PENELITIAN
Manfaat ataupun kegunaan penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu: 1. Secara Teoritis
Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dam penambahan wawasan mengenai peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) siswa, khususnya kajian
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan dan
dapat memberikan informasi tentang pentingnya memberikan bantuan kepada siswa untuk mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual
(ESQ) sehingga siswa tersebut dapat menjadi siswa yang tangguh dalam menghadapi persoalan hidupnya.
E. Penegasan Istilah 1. Peran Guru
Guru adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan memiliki
kemampuan yang dapat memudahkan dalam melaksanakan peranannya dalam membimbing siswanya, ia harus sanggup menilai diri sendiri tanpa berlebihan, sanggup berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang lain,
selain itu perlu diperhatikan pula bahwa ia memiliki kekurangan dan kelemahan. (Darajat, 1996:266)
Peran guru dalam penelitian ini adalah:
1) Peran guru dalam mendidik dapat mengembangkan ESQ.
2) Peran guru sebagai Pembimbing dapat mengembangkan kecerdasan
emosional dan spiritual.
3) Peran guru sebagai motivator dalam mengembangkan atau membina
kecerdasan emosional dan spiritual.
4) Peran guru dalam mengelola kelas, mengajar dan mengarahkan peserta didik untuk mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual
5) Peran guru sebagai evaluator dalam mengevaluasi kecerdasan emosional dan spiritual siswa.
2. Kecerdasan Emosional dan Spiritual (ESQ)
Kecerdasan emosional adalah kemampuaan untuk mengendalikan
diri, memotivasi diri, empati, memahami perasaan orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain, sedangkan kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang untuk mendengarkan hati nuraninya atau
bisikan kebenaran yang bersumber dari Illahi dalam cara mengambil keputusan atau pilihan-pilihan untuk menghadapi masalah dalam
hidupnya.
Kecerdasan emosional dan spiritual adalah bagaimana mengatur tiga komponen: iman, islam dan ihsan dalam keselarasan dan kesatuan
tauhid. (Ary Ginanjar, 2003:14)
Berdasarkan pengertian tersebut maka Indikator kecerdasan
emosional dan spiritual dalam penelitian ini adalah: 1. Konsistensi (istiqomah)
2. Kerendahan hati (tawadu’)
3. Berusaha dan berserah diri (tawakkal)
4. Ketulusan (keikhlasan)
5. Totalitas (kaffah)
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian skripsi ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif, dan jenis penelitianya adalah penelitian
lapangan (field research) yakni metode yang digunakan untuk memperoleh data-data melalui penyelidikan berdasarkan objek lapangan, daerah atau lokasi guna memperoleh data yang valid dan dapat dipertanggung
jawabkan.
Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian
naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah
(natural setting); disebut sebagai metode kualitatif karena data yang
terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif (Sugiyono, 2011: 8).
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan
sebagai instrument penelitian dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan. Untuk memperoleh data yang valid yang dibutuhkan dalam penelitian maka peneliti hadir secara langsung dilokasi
penelitian. 3. Sumber Data
a. Data Kepustakaan
Data ini diperoleh dari kajian kepustakaan, dari buku-buku
dan kajian ilmiah yang berkaitan dengan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ).
b. Data Lapangan
Data ini diperoleh dari informan yaitu guru dan siswa. Dalam hal ini yang berkaitan dengan bagaimana peran guru dalam
mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual. 4. Metode Pengumpulan Data
Langkah-langkah yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah dengan metode interview/ wawancara, dokumentasi, dan metode komparasi.
a. Interview/wawancara
Yaitu metode yang digunakan sebagai teknik pengumpulan
data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui tentang hal-hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil. (Sugiono, 2011:137)
Dalam metode ini peneliti ingin mengadakan wawancara langsung dengan guru, dalam hal ini guru aqidah akhlak, guru fiqih, guru yang menangani masalah kesiswaan, waka sarana dan prasarana,
bentuk terbuka sehingga dapat diperoleh data yang luas dan mendalam mengenai bagaimana peran guru dalam mengembangkan kecerdasan
emosional dan spiritual di MA Al Bidayah Candi Bandungan.
Penggunaan metode interview dalam penelitian ini untuk
mengetahui lebih jauh bagaimana perencanaan pembelajaran untuk mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ). Peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa
di MA Al Bidayah Candi Bandungan dan usaha-usaha yang dilakukan serta hambatan-hambatan lembaga tersebut dalam mengembangkan
kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ). b. Observasi
Observasi merupakan metode dengan jalan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi, 1986: 136).
Metode ini penulis lakukan dengan melakukan pengamatan langsung untuk mengetahui peran guru dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan kecerdasan emosional
dan spiritual (ESQ) yang meliputi kesadaran diri, pengaturan diri, empati, ketrampilan sosial, dan mempunyai prinsip hidup yang kuat.
c. Dokumentasi.
Dokumen merupakan catatan atau peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
digunakan untuk melengkapi data tentang kondisi dan keadaan objek penelitian serta memberikan gambaran secara umum tentang objek
penelitian.
5. Metode Analisis Data
Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisirkan data ke dalam kategori, menjabarkan ke
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2011: 244).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis data
secara kualitatif. Dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a. Display data, peneliti menyajikan semua data yang
diperolehnya dalam bentuk uraian atau laporan terperinci. b. Reduksi data, peneliti memotong data-data yang tidak perlu
untuk dibuang, laporan yang diambil hanya yang pokok saja
difokuskan pada hal-hal penting.
c. Verivikasi data, peneliti berusaha untuk mencari data yang
dikumpulkanya dan kemudian disimpulkan untuk menjawab tujuan penelitian.
Keabsahan data yang akan peneliti lakukan yaitu dengan menggunakan kriteria kredibilitas. Hal ini di maksudkan bahwa
data-data yang dikumpulkan sesuai dengan latar belakang. Menurut Lexy J. Moleong (2008: 327-334) bahwa dalam menerapkan teknik
pemeriksaan data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Perpanjangan Keikutsertaan
Jadi peneliti memperpanjang waktu penelitian di lapangan
sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Karena menurut yang sudah dikemukakan, bahwa instrumen dalam penelitian
kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Maka keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data, waktunyapun tidak singkat, akan tetapi ada perpanjangan keikutsertaan pada latar
penelitian. b. Triangulasi
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
Dengan teknik ini, peneliti dapat me-recheck temuanya dengan jalan membandingkanya dengan berbagai sumber, metode, atau teori dengan cara:
2) Mengeceknya dengan berbagai sumber data
3) Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan
data dapat dilakukan
c. Ketekunan/keajegan pengamatan
Dalam hal ini bermaksud untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada
hal-hal tersebut secara rinci. Dalam teknik ini menuntut peneliti agar mampu menguraikan secara rinci bagaimana dapat
melakukan pengamatan secara detail dan penelaahan secara rinci tersebut dapat dilakukan.
d. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi
Teknik ini dilakukan dengan jalan mengumpulkan rekan sebaya, yang memiliki pengetahuan umum yang sama tentang apa
yang sedang diteliti, untuk membantu peneliti mempertajam analisis penelitian.
G. Sistematika penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan membagi dalam beberapa
bab, dengan harapan agar pembahasan dalam skripsi ini dapat tersusun dengan baik dan dapat memenuhi standar penulisan sebagai karya ilmiah.
Bab I : Dalam bab pendahuluan terdiri dari latar belakang, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan
istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II : Kajian Pustaka yang berkenaan dengan teori-teori kecerdasan
emosional dan spiritual, dan peran guru agama.
Bab III : Paparan data dan temuan penelitian tentang peran guru agama dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual,
kurikulum yang diterapkan, faktor yang mendukung dan menghambat pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual
di MA Al Bidayah Bandungan.
Bab IV : Analisis data penelitian tentang peran guru agama dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.KECERDASAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL (ESQ) 1. Pengertian kecerdasan emosional (EQ)
Dalam khasanah ilmu pengetahuan terutama psikologi istilah EQ
atau kecerdasan emosional merupakan sebuah temuan tentang kecerdasan manusia yang sangat dibutuhkan untuk menunjang manusia dalam
mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh Goleman, pada pertengahan tahun 1990-an. Daniel Goleman yang banyak berkecimpung dalam neurosains dalam psikologi
berhasil meruntuhkan legenda tentang IQ yang pernah bertahta bertahun-tahun itu dengan temuan barunya yang ia sebut dengan kecerdasan
emosional (EQ) yaitu sebuah kecerdasan yang lebih menekankan pada penguasaan dan pengendalian diri dan emosi. Dari hasil penelitian yang dilakukan Goleman, setinggi-tingginya IQ menyumbang kira-kira 20 persen
bagi faktor-faktor yang menentukan sukses dalam hidup, maka yang 80 persen diisi oleh kekuatan-kekuatan lain.(Hidayatullah, 2009:200)
Pendapat lain dikemukakan oleh Reuven Bar-On (dalam Uno, 2000:69), menjelaskan bahwa kecerdasan emosional adalah serangkaian
kemampuan, kompetensi, dan kecakapan non kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Dengan kata lain kecerdasan emosional adalah serangkaian
rumit, yang mecakup aspek pribadi, sosial, dan pertahanan dari seluruh kecerdasan, akal sehat yang penuh misteri, dan kepekaan yang penting
uentuk berfungsi secara efektif setiap hari.
Pada intinya kecerdasan emosional merupakan kemampuan
seseorang untuk mengendalikan emosi yang sedang bergejolak sehingga diharapkan tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Kecerdasan emosi ini juga dimaknai dengan kemampuan seseorang dalam membina
hubungan dengan sesamanya, memahami perasan serta mampu bekerja sama. Jadi kecerdasan emosional berkaitan dengan hubungan intrapersonal
dan interpersonal, di mana seseorang tidak hanya dituntut untuk bisa memahami diri sendiri, memotivasi diri sendiri dan mengendalikan diri. Akan tetapi juga dapat berperilaku sosial dengan orang lain. Inti
kemampuan pribadi dan sosial yang merupakan kunci utama keberhasilan sesungguhnya adalah kecerdasan emosi ( Agustian, 2001:9)
Sedangkan menurut Suharsono EQ (kecerdasan emosional) merupakan kemampuan untuk memahami perasaan diri masing-masing dan perasaan orang lain. Kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri dan
menata dengan baik emosi yang muncul dalam dirinya dan hubungan dengan orang lain (Suharsono, 2000:28)
a. Macam-Macam Emosi
Manusia memiliki berbagai macam jenis emosi yang ada dalam
mutasi, dan nuansanya. Akan tetapi Goleman (1997:411) mengemukakanya ke dalam delapan jenis emosi yaitu:
1) Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, berang, tersinggung, bermusuhan, agresi, tindak kekerasan,
dan kebencian patologis.
2) Kesedihan: pedih, sedih, muram, kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi berat.
3) Rasa Takut: cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, waspada, tidak tenang, ngeri, fobia, dan panik.
4) Kenikmatan: bahagia, gembira, puas, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, rasa terpesona, rasa terpenuhi, kegirangan, luar biasa, dan mania.
5) Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih.
6) Terkejut: kaget, terkesikap, takjub, terpana.
7) Jengkel: hina, jijik, mual, benci, tidak suka, mau muntah. 8) Malu: rasa salah, kesal hati, sesal aib, dan hati hancur lebur.
Sedangkan menurut Darwis Hude (2006: 137), di dalam Al Qur’an,
Segala sesuatu yang membuat hidup dalam perasaan senang, seperti perasaan cinta, puas, gembira, disebut emosi senang. Pada umumnya
manusia tertarik dengan lawan jenisnya, harta dan kemewahan, menerima kenikmatan dan lepas dari kesulitan.
sesudah bencana yang menimpanya, niscaya Dia akan berkata: "Telah hilang bencana-bencana itu daripadaku"; Sesungguhnya Dia sangat gembira lagi bangga,”2) Emosi Marah
Emosi marah muncul, disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor internal berasal dari dalam diri manusia atau temperament. Sedang faktor eksternal datang dari lingkungan alam dan sosial. Emosi ini bisa diidentifikasi dengan perubahan raut muka, nada suara yang
berat, badan bergetar, dan bersedia menyerang. Jika tidak demikian, maka ekspresi marah diungkapkan dengan diam saja. Setiap orang
mengekspresikan kemarahan melalui tindakan yang berbeda-beda.
Artinya” kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. berkata Musa: "Hai kaumku, Bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, dan kamu melanggar perjanjianmu dengan Aku?".
3) Emosi Sedih
Emosi sedih menghinggapi manusia ketika sedang tertimpa musibah, mendapatkan masalah, dan akibat dari hubungan interpersonal
yang tidak baik, dikarenakan perilaku dan sikap seseorang yang menyakitkan hati. Emosi ini diekspresikan dengan tangisan dan
kekhawatiran.
Dalam kehidupanya manusia kadang diliputi emosi takut. Manusia takut dengan kematian, kekurangan harta, tertimpa bencana alam, dan lain-lain. Sebab-sebab yang membuat manusia takut dari
Artinya “Maka Musa merasa takut dalam hatinya. Kami
berkata: "Janganlah kamu takut, Sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang)".
5) Emosi Benci
Dalam Al Qur’an telah digambarkan tentang orang-orang yang
membenci kebenaran dari Allah, keharusan untuk taat, dan berjihad.
Artinya “Luth berkata: "Sesungguhnya aku sangat benci kepada perbuatanmu". (Luth berdoa): "Ya Tuhanku selamatkanlah aku beserta keluargaku dari (akibat) perbuatan yang mereka kerjakan."
6) Emosi Heran dan Kaget
Seandainya ada sesuatu yang terjadi diluar dugaan dan rencananya,
maka emosi heran dan kaget akan menghinggapi batin manusia.
Artinya “ isterinya berkata: "Sungguh mengherankan,
b. Ciri-Ciri Kecerdasan Emosional
Menurut Salovely yang dikutip oleh Goleman (1997:56), tanda-tanda orang yang memiliki kecerdasan emosi adalah sebagai berikut:
1) Mampu mengenali emosi diri sendiri
Mengenali emosi adalah dasar dari kecerdasan emosional. Orang
yang mengenali emosi diri, akan menyadari apa yang sedang dirasakanya. Apakah dalam kondisi senang, susah, atau khawatir. Tanda orang yang bisa mengenali emosi, dia bisa mengatakan
bagaimana suasana hatinya saat itu, dan dia menyadarinya sehingga dengan mudah mengatasi perasaanya. Bila suasana
hatinya sedang jelek, mereka tidak risau dan tidak larut kedalamnya, dan mereka mampu melepaskan diri dari suasana itu
dengan lebih cepat. (Goleman, 1997:65) 2) Mampu mengelola emosi
Emosi seperti kesedihan, jika dibiarkan akan menggangu kesehatan
dan berlanjut pada depresi. Emosi yang menyenangkan seperti cinta, apabila tidak dikelola juga akan membuat lupa diri. Dengan
mengelola emosi, berarti mampu untuk menjaga keseimbangan emosi. Menjaga emosi yang merisaukan agar tetap terkendali adalah kunci kunci kecerdasan emosi. (Mustofa, 2007:43)
3) Mampu memotivasi diri sendiri
Motivasi adalah menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk
mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif, serta untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi (Mustofa, 2007:47).
Langkah memotivasi diri merupakan upaya untuk mengantarkan seseorang kepada kesuksesan di berbagai bidang.
4) Memiliki Empati
Empati merupakan kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain. Empati adalah memahami perasaan dan
masalah orang lain, berpikir dengan sudut pandang orang lain dan menghargai perbedaan perasaan orang mengenai berbagai hal
(Goleman, 1997:428). Hasil hasil dari empati menghasilkan sikap altruisme
5) Mampu membina hubungan dengan lingkungan sekitar
Dari kematangan empatik yang dimiliki seseorang akan dapat mengarahkan orang tersebut untuk dapat berhubungan dengan
orang lain sekaligus memelihara hubungan tersebut, menyakitkan, mempengaruhi, dan membuat orang lain merasa aman (Yasin Mustofa :46). Hubungan sosial sangat dibutuhkan daalam
kehidupan, karena manusia adalah zoon politicon (makhluk sosial dan tidak dapat hidup sendiri). Jika hubungan sosial diabaikan,
2. Kecerdasan Spiritual a. Pengertian
Kecerdasan spiritual tersusun dalam dua kata yaitu kecerdasan dan
spiritual. Kecerdasan adalah kecakapan untuk menangani situasi-situasi dan kemampuan mempelajari sesuatu, termasuk pencapaian hubungan dengan yang lain. Kemampuan berurusan dengan kerumitan, kerumitan atau
abstrak-abstrak, kemampuan dan kecakapan berfikir. (Sudarsono, 1993:118)
Kecerdasan berasal dari kata “cerdas” yang mendapat imbuan ke-an.
Cerdas berarti akal budi, pandai, tajam dalam pikiran. (Poerwadarminta, 2006:363).
Spiritual adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan atau
bersifat kejiwaan, rohani atau batin. (Poerwadarmita, 2006:1143)
Kecerdasan spiritual atau spiritual Quetiont adalah kemampuan
seseorang untuk mendengarkan hati sebagai bisikan kebenaran yang berasal dari Allah SWT. Ketika seseorang mengambil keputusan atau melakukan pilihan, berempati, dan beradaptasi. Potensi ini sangat ditentukan oleh upaya
membersihkan qalbu dan memberikan pencerahan qalbu, sehingga mampu memberikan nasehat dan mengarahkan tindakan, bahkan akhirnya menuntut
seseorang dalam mengambil tiap-tiap keputusan (Tasmara, 2001 : 48) Sedangkan menurut Danah Zohar dan Ian Marshall kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menempati makna dan value yaitu
makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau tujuan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.
SQ adalah landasan yang digunakan untuk mengoptimalkan EQ dan IQ dengan baik. Bahkan dapat dikatakan bahwa SQ merupakan kecerdasan
tertinggi kita.(Zohar,Marshall dalam Nasution, 2009:16).
Sebagaimana firman Allah dalam surat Ar Ruum ayat 30:
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus
kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui.”
Dalam perbuatanya setiap orang memiliki prinsip-prinsip yang
dipegangi dan mengikuti dorongan hati. Jiwa manusia ada nilai-nilai spiritual yang bersifat universal seperti kejujuran, kebenaran, kepedulian, cinta, tenggang rasa, keberanian, tanggung jawab, keadilan, rasa syukur, dan
lain-lain. Menurut Ary Ginanjar, nilai-nilai itu dinamakan suara hati fitrah yang bersumber dari asmaul husna. Ia menjelaskan bahwa nilai yang paling
dalam itu (God Spot) mengandung sifat-sifat tuhan (Asmaul Husna) sebagai potensi diri untuk dikembangkan.
serta menyinergikan IQ, EQ dan SQ ssecara komprehensif (Ginanjar, 2007 : 47)
Yang dimaksud dengan SQ yakni pengetahuan akan kesadaran diri, makna hidup dan nilai-nilai tertinggi. Kecerdasan ini berupa mengelola
“kecerdasan hati” sehingga terekspresikan kita bekerja sama dengan lancar
menuju sasaran yang lebih luas dan bermakna.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa definisi
kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial manusia yang menjadikan ia dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta
terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama makhluk hidup, karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan.
Nilai-nilai spiritual inilah yang dapat memberikan makna kehidupan
karena sesungguhnya pemaknaan terhadap kehidupan ini bukan datang dari luar akan tetapi datang dari dalam. Dengan kata lain, harta, jabatan, dan
kemewahan lainya (dunia luar) tidak bisa memberikan ketenangan yang hakiki bagi kehidupan manusia. Buktinya banyak orang yang cukup secaraa materi, tetapi batin mereka kering dan hampa (Nasution, 2009:10).
Meskipun demikian, bukan berarti kemiskinan (jauh dari harta, jabatan dan kemewahan) menjadi kunci ketenangan. Akan tetapi yang dimaksud adalah
kita orang Islam jangan terjebak oleh fatamorgana kemewahan dunia.
Jadikanlah materi hanya sebagai target “antara” untuk mempertahankan kelangsungan hidup mengabdi kepada Allah Ta’ala menuju target akhir
Jadi kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang untuk menghadapi dan memecahkan masalah serta memaknai kehidupan dari
berbagai sudut pandang, menjadikan setiap perilaku dan kegiatan sebagai ibadah kepada Allah serta berprinsip hanya kepada-Nya.
a. Ciri-Ciri Kecerdasan Spiritual
Menurut Zohar dan Ian Marshall dalam Muhaimin (2010:43) seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
1) Kemampuan berperilaku fleksibel (adaptif secara spontan dan
aktif).
Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi ditandai dengan sikap hidupnya yang yang berperilaku fleksibel
akan terlihat luwes dalam menyelesaikan permasalahannya yang luas dan dalam. Dia menyesuaikan diri dalam situasi dan kondisi
apapun dengan mudah.
2) Tingkat kesadaran diri yang tinggi
Orang yang mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi
ditandai dengan mengenali siapa dirinya. Kesadaran yang tinggi telah menjadikanya mudah untuk mengendalikan diri dan
memahami orang lain.
3) Kemampuan menghadapi penderitaan
Seseorang yang mampu menghadapi penderitaan itu adalah
penderitaan itu masih ada orang yang lebih menderita dari pada dirinya, dan dia akan selalu mengambil hikmah dari setiap
penderitaan itu.
4) Kemampuan menghadapi rasa takut
Rasa takut pasti pernah dialami setiap orang dalam hidupnya, manusia kadang merasa takut kehilangan jabatanya, hartanya, orang yang disayanginya, dan sebagainya. Namun
dengan kecerdasan spiritual rasa takut itu dapat dihadapi dengan wajar tanpa kecurangan ataupun tindakan yang tidak terpuji.
5) Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai
Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual selalu berpegang teguh dengan visi dan nilai yang diyakininya. Visi
dan nilai ini bisa bersumber dari pengalaman hidup. Visi dan nilai membuat kehidupan menjadi berkualitas, selalu terarah
kepada kebaikan, tidak tergoyahkan ketika menghadapi cobaan, dan lebih mudah untuk mencapai kebahagiaan.
6) Enggan menyebabkan kerugian yang tidak perlu
Agar keputusan yang diambil tidak merugikan diri sendiri dan orang lain, maka orang cerdas spiritualnya akan berpikir
7) Cenderung melihat keterkaitan berbagai hal
Berpikir holistik atau melihat keterkaitan berbagai hal,
bermanfaat untuk menghasilkan kebaikan. Berfikir holistik membuat seseorang tampak lebih matang dan berkualitas.
Kecerendungan melihat keterkaitan berbagai hal diperlukan saat menghadapi berbagai kejadian.
8) Cenderung bertanya “mengapa” atau “bagaimana jika”
Pertanyaan “mengapa” atau “bagaimana jika” merupakan pertanyaan untuk mencari jawaban yang mendasar. Dengan
mengajukan pertanyaan seperti itu, seorang akan terbantu memahami setiap permasalahan secara baik dan bukan parsial. Tjuan bertanya mengapa atau bagaimana jika adalah supaya
seseorang tidak terjebak dalam satu permasalahan yang memungkinkan seseorang dapat mengambil keputusan tidak
tepat, dan terhindar dari sebuah kegagalan mencapai sebuah keberhasilan.
9) Pemimpin yang penuh perhatian dan tanggung jawab
Apabila kita mencari seorang pemimpin, carilah pemimpin yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi. Sebab orang
3. Kecerdasan Emosional Spiritual a.Pengertian
Kecerdasan emosional spiritual adalah suatu perangkat kerja dalam
hal pemngembangan karakter dan kepribadian berdasarkan nilai-nilai rukun iman dan rukun islam yang akhirnya akan menghasilkan manusia yang unggul dalam sektor emosi dan spiritual yang mampu mengeksplorasi dan
menginternalisasi kekayaan ruhaniah dan jasadiyah dalam hidupnya. (Ginanjar, 2001: 25)
Menurut penulis kecerdasan emosional spiritual adalah gabungan antara kecerdasan emosi dan spiritual berdasarkan pemaknaan rukun iman, rukun islam dan ihsan sehingga menciptakan manusia yang utuh.
b.Ciri-ciri kecerdasan emosional spiritual
Ary Ginanjar (2001:276) berpendapat: hal-hal yang berhubungan
dengan kecakapan kecerdasan emosional dan spiritual, seperti konsistensi
(istiqomah), kerendahan hati (tawadu’), berusaha dan berserah diri
(tawakkal), ketulusan (keikhlasan), totalitas (kaffah), keseimbangan
(tawazun), integritas dan penyempurnaan (ihsan).
1) Konsistensi (istiqomah)
Orang yang istiqomah dalam melaksanakan perintah Allah jiwannya tidak akan terpengaruh oleh lingkungan, ujian kehidupan baik
yang bersifat menyenangkan maupun menyedihkan. Dengan keistiqomahan itu seseorang akan tetap berpegang teguh pada Allah meskipun menghadapi
ujian yang berat dan pedih. Hubunganya dengan kecerdasan emosi, orang yang istiqomah akan dijauhkan dari kesedihan, yang negatif yakni kesedihan yang berlarut-larut dan diliputi penyesalan yang mendalam serta
ketakutan menghadapi masa depan. 2) Kerendahan hati (tawadu’)
Kerendahan hati bukan berarti merendahkan diri dihadapan manusia akan tetapi adalah tidak memandang diri lebih tinggi daripada orang lain. Orang yang rendah diri menyadari bahwa apa yang dia miliki
baik berupa bentuk fisik yang cantik maupun tampan, ilmu pengetahuan, harta kekayaan, kedudukan dan pangkat, hanyalah karunia Allah SWT.
3) Berusaha dan berserah diri (tawakkal)
Tawakkal artinya menyerahkan diri kepada Allah SWT dan selalu bergantung padaNya. Tawakkal diawali dengan usaha (ihtiyar) yang
sungguh-sungguh danmaksimal. Kemudian apa yang telah diusahakan itu, diserahkan kepada Allah SWT.
Diantara hikmah tawakkal yaitu ketika seseorang sudah merencanakan sesuatu dengan cermat, mengerahkan segala tenaga, dan melaksanakan rencananya dengan penuh kedisiplinan, dan menyerahkan
membuat dirinya putus asa. Pada setiap proses yang akan dan telah kita lalui, tertadap takdir atau hukum ketetapan tuhan yang bersifat pasti.
(Ginanjar, 2001: 212) 4) Ketulusan (keikhlasan)
Ikhlas berasal dari bahasa arab khalasa yang artinya jernih, bersih, murni, tidak bercampur. Secara istilah ikhlas berarti beramal semata-mata hanya untuk mengharap ridla Allah SWT. (Ilyas, 2007:29). Jadi ikhlas
adalah beramal dengan sebaik-baiknya tanpa ada rasa pamrih atau mengharap sesuatu balasan apapun selain hanya mengharap ridha dari Allah
SWT. Ikhlas membuat sesorang menjadi tangguh dalam menghadapi semua masalah atau problem yang sedang dihadapi serta membuat seseorang tidak lupa diri ketika mendapat pujian dan terhindar dari sifat sombong.
Niat yang ikhlas berarti niat yang didasarkan semata-mata hanya untuk mencari ridha Allah SWT. Prinsip mencari ridha Allah itu membuat
hati seseorang menjadi tentram dan bahagia juga menjaga kesetabilan emosi (Ginanjar, 2001:133). Beramal dengan sebaik-baikya sama dengan melakukan pekerjaan secara profesional. Bekerja secara profesional berarti
bekerja untuk menghasilkan sesuatu dengan usaha atau jerih payahnya sendiri untuk kebajikan diri sendiri juga untuk orang lain.
5) Totalitas (kaffah)
Totalitas artinya keseluruhan. Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa seseorang harus masuk Islam secara keseluruhan. Seseorang yang masuk
keseluruhan baik secara fisik maupun secara batin. Dia akan komitmen melaksanakan ajaran islam seperti perintah mentaati rukun iman, langsung
dari Allah dan bersyahadat kepada Allah (Ginanjar, 2001:265). 6) Integritas dan penyempurnaan (ihsan)
Integritas adalah perilaku jujur dan dapat dipercaya (Ginanjar, 2001:129). Integritas merupakan kesamaan antara perkataan, pikiran dan perbuatan. Orang yang memiliki integritas dalam melakukan pekerjaan tidak
membutuhkan tidak membutuhkan pujian atau tepuk tangan dari orang lain. Dia melakukanya dengan penuh kesungguhan, ketuntasan dan bekerja
dengan hati. Ihsan menghendaki manusia untuk menyadari kehadiran Allah dan berperilaku sebaik-baiknya (Ginanjar, 2003:17). Ihsan membuat seseorang untuk berperilaku maksimal, karena dia merasa diawasi Allah.
B. Faktor-faktor yang menpengaruhi kecerdasan emosional dan spiritual ESQ
1. Faktor Intren
Faktor intren adalah faktor yang ada dalam diri seseorang itu
sendiri meliputi aspek fisiologis (fisik, jasmani atau pembawaan) dan aspek psikologis (kerohanian)
a. Aspek fisiologis
Kondisi fisiologis (fisik/jasmani) dapat mempengaruhi kepribadian, semisal, jika seseorang itu memiliki fisik yang cacat,
dirinya sendiri, dan semua ini akan berimbas pada kepribadiannya yang cenderung menyendiri, karena malu untuk berhubungan dan
bekerjasama dengan orang lain, sehingga berpengaruh pada kecerdasan emosinya. (Gunawan 2000:59)
b. Aspek psikologis
Dalam aspek psikologis, banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan seseorang. Namun diantara
faktor-faktor psikologis ini atau lebih dikenal dengan faktor-faktor kerohanian, cenderung dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan, sikap, bakat, minat
dan motivasi. Semisal ,seseorang memiliki kecerdasan tinggi biasanya dia akan mudah bergaul dan bekerja sama dengan orang lain. Karena dia merasa cukup percaya diri dengan kecerdasan
yang dia miliki, sama dengan sikap, bakat, ataupun minat. Dengan sikap yang tenang, percaya diri, optimis, pandai bersosialisasi,
maka semua itu akan mempengaruhi pada kematangan EQ seseorang. (Syah 1997:133)
2. Faktor Ekstren
Faktor ekstern berasal dari faktor lingkungan sosial yang meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat, dan kesemuanya itu mempengaruhi
kecerdasan emosional seseorang, jika dia hidup dalam keluarga yang harmonis dan lingkungan masyarakat yang baik, maka akan memberikan dampak positif bagi perkembangan emosional seseorang.
kecerdasan spiritual yang luhur itu dapat terwujud dengan adanya akhlaq yang baik dalam diri seseorang, jadi sebagai orang tua yang
berperan sebagai pendidik pertama bagi seorang anak maka wajib bagi mereka menanamkan akhlaq tang baik pada anaknya
Faktor eksternal meliputi faktor keluarga, faktor pendidikan dan lingkungan sosial. Dalam keluarga orang tua sangat berperan dalam pembentukan atau perkembangan spiritual anak, begitu juga dengan
faktor pendidikan,. Pendidikan moral dan budi pekerti baik yang ditanamkan kepada siswa sejak dini, mak dapat memberikan bekas dan
pengaruh kuat dalam perilaku spiritual siswa di sekolah dan kehidupan sehari-hari. (Sukidi 2000:30)
C. Peran Guru dalam mengembangkan ESQ
Guru yang baik adalah guru yang mengajar dengan hati, membimbing dengan nuraninya, mendidik dengan keikhlasan dan
menginspirasi serta menyampaikan kebenaran dengan rasa kasih sayang, tidak kalah pentingnya adalah hasratnya untuk mempersembahkan apapun yang dia karyakan sebagai ibadah terhadap tuhan.
Sebelum penjelasan mengenai peran guru dalam dalam pengembangan ESQ (kecerdasan emosional dan spiritual) perlu diketahui
beberapa peran guru disekolah yaitu:
1. Peran guru dalam proses belajar mengajar itu ada empat yaitu: a. Guru sebagai demonstrator atau pengajar, guru hendaknya
diajarkan, serta senantiasa mengembangkannya, dalam arti luas meningkatkan kemampuannya dalam ilmu
pengetahuan yang dimilikinya, karena dalam hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai siswa.
(Usman, 2011:9)
b. Guru sebagai pengelola kelas
Dalam peranannya sebagai pengelola kelas, guru
hendaknya mampu mgelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkuang sekolah yang
perlu diorganisasikan. Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai
hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan
alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan. (Usman,
2011:10)
c. Guru sebagai mediator dan fasilitator
Sebagi mediator dan fasilitator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat
mengajar tetapi guru harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk memilih dan menggunakan serta
mengusahakan media pendidikan itu dengan baik. Sedangkan sebagai fasilitator guru hendaknya mampu
mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang tercapainya tujuan dalam proses belajar mengajar baik yang bersumber dari narasumber, buku
bacaan, majalah, atau surat kabar. d. Guru sebagai evaluator
Dalam proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dilakuakan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu
tercapai atau belum, dan apakah materi yang disampaikan sudah tepat. Tujuan lain dari penilaian diataranya adalah
untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya. Dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang telah di capai siswa dalam proses belajar
mengajar.
2. Peran guru secara pribadi
Dilihat dari segi dirinya sendiri, seorang guru harus berperan sebagai berikut:
a. Petugas sosial, yaitu seseorang yang harus membantu untuk
guru merupakan petugas yang dapat dipercaya berpartisipasi di dalamnya.
b. Pelajar dan ilmuan yaitu senantiasaterus menerus menuntut ilmu pengetahuan. Dengan berbagai cara seorang guru harus
senantiasa belajar untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.
c. Orang tua yaitu mewakili orang tua disekolah untuk pendidikan
anaknya. Sekolah merupakan lembaga pendidikan setelah keluarga, sehingga dalam arti luas sekolah merupakan keluarga,
guru berperan sebagi orang tua untuk siswa-siswinya.
d. Pencari teladan yaitu guru senantiasa mencarikan teladan yang baik untuk siswa-siswinya. Guru menjadi ukuran bagi
norma-norma tingkah laku.
e. Pencari keamanan yaitu guru senantiasa mencarikan rasa aman
bagi siswa-siswanya (https://fixguy.wordpress.com/peran
guru/, diakses pada hari sabtu, 26 September 2015 pukul 12.15).
3. Peran guru secara psikologis
a. Ahli psikologi yaitu petugas psikologi dalam pendidikan yang melaksanakan tugas-tugasnya atas dasar prinsip-prinsip
b. Seniman dalam hubunganya antar manusia yaitu orang yang mampu membuat hubungan antar manusia untuk tujuan
tertentu, dengan cara tertentu, khususnya dalam hal pendidikan. c. Pembentuk kelompok atau jalan dalam pendidikan
d. Catalytic agent yaitu orang yang memberi pengaruh dalam hal
pembaharuan atau sering disebut dengan (inovator)
e. Petugas kesehatan mental yaitu pentugas yang bertanggung
jawab atas pembinaan mental, khususnya mental siswa.
(http://file.upi.edu/Direktori/FTIK/M_K_D_U/jtptiain-gdl-eny
ulfatur -3844-1-3103250_/.pdf, diakses Hari Rabu, 08/07/2015
pukul 09.43).
Keseluruhan peran tersebut sangatlah berkaitan, baik peran
guru dalam proses belajar mengajar, peran guru secara pribadi, maupun peran guru dalam psikologis menentukan keberhasilan
dalam proses belajar mengajar. Sedangkan kualitas dan kuantitas siswa dipengaruhi oleh hubungan dengan guru,
hubungan antara siswa dengan siswa baik didalam maupun diluar sekolah. Sebagai seorang guru harus mampu menjadi perantara dalam hubungan antar manusia. Untuk itu guru harus
terampil dalam menggunakan pengetahuan tentang bagaimana seseorang berkomunikasi dan berinteraksi. Tujuanya agar guru
berlangsungnya tingkah laku yang baik, mengembangkan gaya interaksi pribadi, dan menumbuhkan hubungan yang positif
dengan siswa. Dari sinilah peran guru dalam mengembangkan ESQ (kecerdasan emosional dan spiritual) siswa sangat
diperlukan.
Adapun menjadi seorang guru untuk mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) harus memiliki karakter sebagai berikut:
1. Guru dalam menjalankan profesinya diniatkan sebagai ibadah Mengajar jika diniatkan sebagai persembahan kepada sang maha
berilmu, yang terbesit hanyalah kerendahan hati, penghargaan kepada sang pembelajar dan hasrat yang mengagumkan untuk memberi yang terbaik. Mengajarkan akan menjadi lebih nikmat,
mengajar menjadi lebih menentramkan dan membahagiakan semua pihak.
2. Guru yang mengajar dengan hati
Pada dasarnya apa yang berasal dari hati akan mudah diterima pula oleh hati. Oleh sebab seorang guru haruslah mampu mengajar
dengan hatinya sehinga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik karena mudah diterima oleh siswanya. Percaya atau tidak
semua perkataan guru akan didengarkan oleh siswanya. 3. Guru sebagai orang yang membimbing dengan hati nuraninya
Membimbing dengan hati nurani adalah mengarahkan seseorang
Membantu seseorang menyelesaikan masalahnya dengan memberi masukan. Memberi masukan-masukan dengan cara yang arif,
sehingga yang dibantu tidak merasa diajari dan menimbulkan kesan saya lebih tahu daripada kamu. Guru sudah sepatutnya
memercikan cahaya kebenaran kepada para pelajarnya, guru yang mampu membimbing dengan hati dan memercikan cahaya kebenara, maka akan membuat siswanya melakukan sesuatu tanpa
disuruh.
4. Guru sebagai orang yang mendidik dengan segenap keikhlasan
Memang tugas menjadi guru sangatlah mulia, apalagi jika seorang guru mengajar dengan ikhlas dan dengan niat serta tujuan yang baik kepada siswanya dalam proses belajar mengajar dan
memberantas kebodohan maka semua ini akan berdampak positif bagi siswa dalam perkembang kecerdasan anak baik IQ, EQ, dan
SQ.
5. Guru sebagai pengajar yang menginspirasi dan menyampaikan kebenaran dengan rasa kasih
Dalam menyampaikan informasi seorang guru harus selalu berpijak pada kebaikan dan kebenaran, sehingga menanamkan kepada siswa
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN HASIL PENELITIAN
A.Gambaran umum MA Al Bidayah Candi Bandungan 1. Letak Geografis
MA Al Bidayah berada dalam satu kompleks dengan Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Ibtidaiyah, Raudhlotul Adfal dan Paud dalam
yayasan pendidikan Islam Al Bidayah yang terletak di dusun Kalibendo, desa Candi, Kecamatan Bandungan, kabupaten Semarang kode pos 50665.
Gedung MA Al Bidayah didirikan di atas tanah seluas 3750 m2, sedangkan luas bangunan 1791 m2 dengan setatus gedung milik sendiri dan bangunan permanen. Di sebelah timur MA Al Bidayah terdapat
beberapa pondok pesantren yang sebagaian siswanya adalah santri di pondok pesantren tersebut. MA Al Bidayah juga memiliki halaman yang
cukup luas, bangunan yang sudah terbentuk dan rapi. Di sebelah halaman madrasah juga terdapat bangunan masjid yang lumayan besar. Masjid tersebut digunakan untuk shalat dzuhur berjamaah dan shalat jum’at oleh siswa-siswi MA Al Bidayah dan lembaga pendidikan lain yang ada di sekitarnya.
2. Identitas sekolah
Nama Madrasah : Ma Al Bidayah
Status : Terakreditasi B
Alamat Madrasah : Jl. Pangeran Diponegoro Km. 4 Desa Candi Kecamatan Bandungan
Kabupaten Semarang 50665 Telp ( 0298 ) 712005
Nama Yayasan / Penyelenggara Madrasah : Yayasan Pendidikan Islam Al Bidayah Candi
Bandungan
NSS/NDS : 131233220007
NPSN : 20320569
Tahun Didirikan : 1984 Status Tanah : Hak Milik Surat Kepemilikan tanah : Sertifikat / Akte
-. Luas Tanah : 3750 m2 Status Bangunan : Milik Sendiri
-. Luas bangunan : 1791 m2 3. Visi dan Misi
a. Visi
Terciptanya anak didik yang berkualitas dalam iman, ilmu dan memiliki ketrampilan serta berakhlak mulia, dengan melaksanakan
syariat Islam ala ahli sunah wal jama’ah.
b. Misi
Mempersiapkan dan membekali peserta didik dengan ilmu
mandiri ulet, gigih dan berkarir dan berakhlaq mulia sehingga mampu melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi dan atau bekerja
secara profesional dan berorientasi pada kemampuan dan beradaptasi dengan lingkungan.
4. Keadaan Guru
Tenaga pendidik dan karyawan yang bertugas di MA Al Bidayah Candi Bandungan pada tahun ajaran 2015/2016 seluruhya adalah terdiri
b.
- Kebersihan : 1 orang
- Satpam : 1 orang
- Penjaga : 1 orang
Tabel 2
Tabel Daftar Pegawai
No Nama / NIP Jabatan TMT Status
01. Nur Rowiyano Ka. TU 2008 PTY
02 Bejo Suseno Kebersihan 2008 PTY
03 Dawam Muroji Satpam 2007 PTY
04 Sutrisno Penjaga 2011 PTY
5. Keadaan peserta didik
Peserta didik merupakan faktor yang sangat penting dalam
pendidikan. Tanpa peserta didik maka kegiatan pendidikan tidak akan terlaksana. Jumlah peserta didik di MA Al Bidayah Candi dari tahu pelajaran 2010/2011 adalah 148 peserta didik, tahun ajaran 2011/2012
sebanyak 202 peserta didik, tahun 2012/2013 sebanyak 196 peserta didik, tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 190 peserta didik dan pada tahun ajaran 2014/1015 sebanyak 202 peserta didik. Adapun pada tahun ajaran
Tabel 3
Tabel Data Peserta Didik Tahun Ajaran 2015/2016
No Kelas
Keadaan Siswa
Laki-laki Perempuan Jumlah
1. X 33 65 98 lembaga pendidikan agar tujuan dilaksanakannya pendidikan dapat tercapai.
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan sebagai penunjang proses pendidikan, khususnya proses
belajar mengajar seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
a. Gedung
Tabel 4
Tabel Data Bangunan
No Jenis Ruangan
Jumlah Ruangan
Luas
01 Ruang Kelas 9 315 M2
02 Ruang Labolaturium 1 15 M2
03 Ruang Perpustakaan 1 12 M2
04 Ruang UKS 1 3 M2
05 Ruang Kepala Madrasah 1 15 M2
06 Ruang Guru 1 15 M2
07 Masjid 1 120 M2
08 Kamar Kecil Siswa 5 18 M2
09 Kamar Kecil Guru 2 12 M2
10 Toko Koperasi 1 12 M2
11 Ruang OSIS 1 6 M2
12 Sanggar Pramuka 1 6 m2
13 Ruang TU 1 12 M2
14 Ruang BK 1 4 M2
Tabel 5 Tabel Data Mebeler
No Uraian Jumlah
01 Meja Siswa 126
02 Kursi Siswa 252
03 Meja Guru 15
04 Kursi Guru 15
05 Meja TU 3
06 Kursi TU 3
07 Almari 4
08 Kursi Tamu 1 set
c. Keadaan Barang
Tabel 6
Tabel Data Keadaan Barang
No Nama Barang Jumlah
Keadaan
Baik Sedang
Rusak
Ringan
Rusak
Berat
1 Komputer 12 2 5 5
2 Mesin Jahit 21 15 5 1
3 Kursi Siswa 160 10 5
5 Kursi Guru 15 15
6 Almari Laborat 5 5
7
Meja,Kursi Ketik
1 1
8
Meja Kantor/TU
4 4
9 Almari 4 4
10 Televisi 1 1
11 Telepon 1 1
12 Pompa Air 1 1
13 Radio tape 3 1 2
14 VCD Play 2 2
15 Pengeras Suara 2 1 1
16 LCD 4 4
17 Mesin Ketik 1 1
18 Alat Kesenian 1 set 1 set
19
Peralatan Pramuka
d. Lapangan Olah Raga
Tabel 7
Tabel Data Lapangan Olah Raga
No Jenis Lapangan Olah Raga Jumlah Keterangan
1 Bola Volly 1
2 Tenis Meja 1
3 Sepak Bola 1 Milik Desa
e. Labolatorium
Tabel 8
Tabel Keadaan Labolaturium
No Laboratorium Ada / Tidak
Baik/ Rusak Ringan/ Berat
1 Bahasa Tidak -
2 IPA Ada Baik
3 Komputer Ada Rusak ringan
f. Perpustakaan
1) Jumlah Buku : 2340 2) Jumlah Judul : 237
3) Jenis Buku : a ) Karya Umum : 25 Judul
d ) Bahasa : 25 Judul e ) Ilmu Murni : 53 Judul
f ) Ilmu Terapan : 60 Judul g ) Kesusastraan : 17 Judul
h ) Geografi dan Sejarah : 87 Judul I ) Kesenian, Hiburan,
dan Olah Raga : 49 Judul
7. Kegiatan Sekolah
Dalam sebuah lembaga pendidikan tidak hanya sarana dan
prasarana saja yang dibutuhkan untuk menunjang atau meningkatkan kemampuan atau potensi peserta didik. Akan tetapi, juga diperlukan kegiatan-kegiata yang secara langsung dapat mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilan peserta didik. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan di MA Al Bidayah adalah sebagai berikut:
a.Intra Kurikuler
1). Seluruh Pelajaran Mengacu Peraturan Pemerintah
2). Program Tambahan Ciri Khusus ( Hafalan Surat Pendek, Praktek
Mengkafani Jenazah, Tahlil Dan Dzikir ) B. Ekstra Kurikuler
1). Olah Raga Prestasi Dan Non Prestasi
2). Berorganisasi Baik Melalui Osis Maupun Pramuka Dan Juga Ormas Lain Seperti Ipnu,Ippnu.
4). Khotbah
5). Tadarus Alqur’an
6). Menjahit 7). Komputer
C. Kegiatan Sosial
1). Pembagian Zakat Fitrah Kepada Kaum Dhuafa 2). Penyembelihan Hewan Kurban
3). Kemah Bakti Sosial
4). Ikut Serta Aktif Kegiatan Desa Maupun Tingkat Kecamatan
B. Hasil Temuan Penelitian
Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumya bahwa guru yang baik adalah guru yang mengajar dengan hati nuraninya, membimbing dengan
hati nuraninya, mendidik dengan keikhlasan dan menginspirasi serta menyampaikan kebenaran dengan rasa kaih sayang, tidak kalah pentingnya
adalah hasrat untuk mempersembahkan apa yang dia karyakan sebagai ibadah terhadap Tuhanya.
Guru memiliki peran penting dalam hal mewujudkan pencapaian
pendidikan dan pembelajaran yang berkualitas disekolah. Agar pencapaian kualitas pendidikan dan pembelajaran dapat berjalan secara optimal perlu
diupayakan bagaimana mengembangkan diri peserta didik untuk memiliki kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) yang stabil. Melalui kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) diharapkan semua unsur yang terlibat dalam
tepat, memiliki kepercayaan diri yang kuat, tidak iri hati, dengki, cemas, takut, murung, tidak mudah putus asa dan tidak mudah marah, sehingga
menjadi manusia yang berkualitas dalam iman, ilmu dan pengetahuan serta berakhlaq mulia.
Sesuai dengan hasil observasi, wawancara, serta dokumentasi di lokasi penelitian yaitu di MA Al Bidayah Candi peneliti mendapatkan beberapa hal diantaranya:
1. Peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa di MA Al Bidayah Candi Bandungan
Adapun peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa di MA Al Bidayah yang meliputi konsistensi, kerendahan hati, berusaha dan berserah diri, ketulusan, totalitas, keseimbangan,
intergitas dan penyempurnaan: a. Konsistensi (Istiqomah)
Menurut HT selaku guru waka kesiswaan mengatakan:
“guru mengharuskan kepada siswa untuk shalat dhuhur berjamaah bagi siswa laki-laki maupun perempuan yang tidak berhalangan serta shalat jum’at dan guru hanya membimbing dan mengabsen
siswa”
Siswa diwajibkan mengerjakan shalat dzuhur berjamaah dan shalat
jum’at diharapkan mampu membantu siswa untuk konsistensi
(istiqomah) dalam menjalankan ibadahnya di manapun mereka berada.