• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Konsumen Pengguna Jasa Karaoke Keluarga Kota Salatiga T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Konsumen Pengguna Jasa Karaoke Keluarga Kota Salatiga T1 BAB II"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PEMBAHASAN

1.1.

Tinjauan Pustaka

2.1.1 Hukum Perlindungan Konsumen

Salah satu tujuan pembangunan nasional Negara Indonesia adalah untuk menngkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia, baik materiil ataupun spiritual, yaitu dengan tersediannya kebutuhan pokok, dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kesejahteraan serta kecerdasan

bangsa merupakan wujud dari pembangunan yang diwujudkan oleh Pancasila. Dalam perwujudan tersebut maka perlu penyediaan terhadap barang dan jasa dengan kualitas yang

baik. Hal tersbut akan memperjelas bahwa tiap-tiap warga negara mendapatkan hidup yang layak bagi kemanusiaan tanpa deskriminasi. Pertumbuhan serta perkembangan industri dan teknologi barang dan jasa menimbulkan dampak positif, antara lain, dapat disebutkan

tersediannya kebutuhan dalam jumlah yang mencukupi, mutu yang lebih baik, dan adanya alternatif pilihan bagi konsumen dalam pemenuhan kebutuhannya, namun di lain sisi hal

tersebut pula menimbulkan dampak negatif, yaitu dampak penggunaan yang salah serta di pengaruhi oleh prilaku bisnis yang timbul karena semakin ketatnya persaingan yang

mempengaruhi masyarakat selaku konsumen. Berkaitan mengenai hal-hal di atas maka konsumen perlu dilindungi secara hukum dari kemungkinan kerugian yang dialaminya karena praktik bisnis curang antar pelaku usaha. Maka dari itu sangat pentinglah suatu peraturan

perlindungan konsumen, dimana dalam pemahaman bahwa semua masyarakat adalah konsumen, maka melindungi konsumen berarti pula melindungi seluruh lapisan masyarakat.

(2)

adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan

kepada konsumen.1 Rumusan dalam pengertian Perlindungan konsumen pada Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen diatas tersebut cukup memadai, yang menyatakan “segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum”, Diharapkan

sebagai benteng untuk meniadakan tindakan sewenang-wenang yang merugikan para Konsumen atau pengguna jasa hanya demi kepentingan pelaku usaha.

Pemakaian barang dan atau jasa mempunyai implikasi yang sangat luas bagi kehidupan, karenanya bentuk perlindungan yang diberikan harus meliputi segala sesuatu yang

memungkinkan konsumen tidak ada mengalami kerugian sedikitpun. Dalam pengertian kerugian tersebut bukan hanya dilihat dari aspek jasmaniah semata, melainkan juga meliputi aspek ruhaniyah, diantaranya, yaitu :

i. Perlindungan konsumen terhadap kemungkinan diserahkan barang dan atau jasa yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah sehingga haram hukumnya, kenyataan

bahwa tidak semua barang atau jasa dapat dikategorikan sebagai produk yang halal. Karena itu, untuk mengarahkan konsumen kepada produk yang halal dan mencegah pemakaian suatu produk yang haram, di perlukan adanya perlindungan hukum.

ii. Perlindungan konsumen terhadap kemungkinan di serahkan barang dan atau jasa melalui proses yang tidak sesuai dengan perjanjian. Kenyataan bahwa untuk

mendapatkan keuntungan yang berlipat, produsen sering menetapkan syarat-syarat perjanjian secara sepihak hingga tanpa memberikan kesempatan bagi konsumen untuk

menentukan pilihan. Dalam hal ini, konsumen hanya diberikan kesempatan untuk menyepakati kontrak atau tidak sama sekali.2

Pada poin pertama mengartikan tujuan perlindungan cenderung pada persoalan halal

dan haram yang melekat pada barang dan atau jasa yang merupakan tanggung jawab

(3)

produsen, dan pada poin ke dua, mengartikan dengan menekankan pada bentuk perlindungan

konsumen dilihat dari aspek cara mendapatkan barang dan atau jasa yang tidak bertentangan dengan prinsip perjanjian. Poin-poin tersebut berkaitan dengan tingkah prilaku atau norma

dan etika dalam kemajemukan masyarakat Indonesia dengan mengamalkan norma-norma agama, etika, serta kaidah dalam kehidupan bernegara.

Kualifikasi peristiwa yang menimbulkan kerugian pada konsumen yang timbul karena

memakai atau mengonsumsi suatu produk, yang awal mula harus diketahui ialah apakah kualifikasi hukum dari peristiwa yang menimbulkan kerugian itu, adakah hubungan

kontraktual atau tidak ada hubungan hukum di antara pihak. Dalam kualifikasi ini dapat di saring, mana perbuatan yang merugikan akibat dari perbuatan wanprestasi, atau perbuatan melawan hukum. Unsur mana yang terpenuhi dalam peristiwa yang menimbulkan kerugian.

Dalam hal terjadinya perbuatan Wanprestasi, harus menelaah adakah hubungan kontraktual antara kedua pihak, apakah memenuhi syarat-syarat dalam unsur wanprestasi. namun dalam

kenyataan terkadang tidak mudah dilakukan, kalau ternyata ada hubungan kontraktual baik dalam bentuk sederhana sekalipun antara pelaku usaha dan konsumen, maka langkah berikutnya mencari atau mengumpulkan fakta-fakta sekitar terjadinya peristiwa yang

menimbulkan kerugian lalu mengkontruksikannya menjadi hubungan perjanjian/kontrak. seperti yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1320. Unsur kedua

yaitu Perbuatan Melawan Hukum, Dalam kaitannya dengan perlindungan konsumen, khususnya menentukan tanggung jawab pelaku usaha kepada konsumen yang menderita

kerugian dari produk barang/jasa, maka fakta-fakta sekitar peristiwa yang menimbulkan kerugian itu terlebih dahulu di kualifisir menjadi suatu perbuatan melawan hukum. Artinya, harus dapat di tunjukan bahwa perbuatan pelaku usaha adalah perbuatan melanggar hukum,

(4)

ataupun telah melakukan sesuatu yang bertentang dengan kepatutan dalam pergaulan hidup

bermasyarakat dalam menjalankan usahanya. Artinya harus di perhatikan fakta-fakta dan kemudian di terjemahkan kedalam unsur-unsur tadi. Dengan hal lain, untuk dapat

mengkualifisir apakah telah terjadi pelanggaran yaitu dengan merumuskan kedalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

 Apakah dalam peristiwa itu ada pelanggaran terhadap hak konsumen ?

 Apakah dalam peristiwa itu pelaku usaha telah bertindak bertentangan dengan

kewajibannya menurut undang-undang ?

 Apakah pelaku usaha telah melakukan pelanggaran terhadap norma-norma kesusilaan ?

 Apakah pelaku usaha telah melakukan perbuatan yang lalai mengambil langkah-langkah

dalam menjaga keselamatan konsumen.

2.1.2. Asas dan Tujuan Hukum Perlindungan Konsumen

Berkaitan dengan pelanggaran yang menyababkan kerugian di atas, ada sejumlah asas

yang terkandung dalam usaha memberikan perlindungan hukum kepada konsumen. Seperti definisi perlindungan konsumen sebelumnya telah dijelaskan, perlindungan tersebut

dimaksud diselenggarakan sebagai usaha bersama seluruh pihak terkait, masyarakat, pelaku usaha, serta peran pemerintah berdasarkan lima asas, dimana tertuang di dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen yang selanjutnya disebut

UUPK yaitu :3 i.Asas manfaat

ii.Asas keadilan iii.Asas keseimbangan

iv.Asas keamanan dan keselamatan konsumen, serta

v.Asas kepastian hukum.

(5)

Dalam pengertian dan atau tujuan dari asas tersebut Janos Sidabalok mengatakan: Asas

Manfaat mengamanatkan segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara

keseluruhan. Dengan demikian, diharapkan bahwa pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat dan pada gilirannya dapat bermanfaat bagi kehidupan berbangsa. Asas Keadilan, asas ini menghendaki

pengaturan dan penegakan perlindungan konsumen, konsumen dan pelaku usaha dapat berlaku adil dalam perolehan hak dan penunaian secara seimbang. Asas Kesimbangan

dimaksud untuk memberi keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam arti materiil dan pula spiritual.4 Asas keamana dan keselamatan konsumen dimaksud untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen

dalam penggunaan, pemakaiaan dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau di gunakan. Asas ini menghendaki adanya jaminan hukum bahwa konsumen akan

mendapatkan manfaat dari produk itu dan tidak akan mengancam ketentraman dan keselamatan jiwa dan harta bendanya. Asas Kepastian Hukum Dimaksudkan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, dan negara menjamin kepastian hukum, artinya

asas ini mengaharapkan aturan-aturan tentang hak dan kewajiban yang terkandung didalam undang-undang ini harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga masing-masing

pihak memperoleh keadilan.5

Sedangkan tujuan yang ingin dicapai melalui asas yang tertuang di dalam peraturan ini ialah, Untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk

melindungi diri, mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang dan/atau jasa, menumbuhkan kesadaran pelaku usaha

4 Asas keseimbangan ini juga dianut oleh undang-undang no.5 tahun 1999 tentang larangan praktek

monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, sebagaimana terdapat pada pasal 2.

(6)

dalam pentingnya perlindungan terhadap konsumennya sehingga tumbuh sikap yang jujur

dan bertanggung jawab dalam berusaha, Meningkatkan kualitas usaha yang menjamin kelangsungan usaha tersebut terhadap barang dan atau jasa, kesehatan, kenyamanan,

keamanan dan keselamatan konsumen.

Berangkat dari pemahaman tersebut, penulis menjadikandikan sebagai pemahaman dasar untuk menggagas lebih dalam apa tujuan dari suatu aturan perlindungan konsumen itu,

dan bagaimana polemik yang terjadi di kehidupan bermasyarakat, Dalam penulisan sekripsi ini, penulis mengangkat mengenai perlindungan konsumen terhadap tanggung jawab pelaku

usaha, dan peran serta pemerintah daerah Salatiga dalam praktek penyelenggaraan jasa hiburan Karaoke Keluarga yang berasaskan keamanan dan keselamatan konsumen. Penting

sekali bila kita perhatikan dalam lingkungan daerah kota Salatiga ini dimana banyak nya berdiri tempat hiburan karaoke keluarga. Namun kesadaran pemerintah serta lalai nya perhatian dari pelaku usaha mengenai tempat hiburan yang mereka dirikan sangat tidak sesuai

dengan asas keamanan dan keselamatan tersebut. Terciptanya produk jasa hiburan ini apakah sengaja menjadi obyek yang berbeda dengan tempat hiburan malam lainnya yang ada di

Salatiga, namun kegiatan usaha ini justru berjalan sama dengan tempat hiburan malam yang tidak sesuai dengan norma serta etika masyarakat sekitar, dimana telah di uaraikan diatas hukum perlindungan konsumen tercipta untuk melindungi seluruh lapisan masyarakat dimana masyarakat tersebut tidak lain adalah konsumen yang dilindungi oleh hukum tersebut.

2.1.3.

Perlindungan Konsumen Jasa Hiburan Karaoke Keluarga

Dalam penjelasan Hukum perlindungan konsumen sebelumnya, disebutkan bahwa Konsumen di lindungi dalam Pembelian, penggunaan, Pemakaian, dan atau pemanfaatan

(7)

mengenai Barang atau jasa, Barang merupakan setiap benda baik berwujud maupun tidak

berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh

konsumen. Jasa Merupakan setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen.6 Jelas bahwa obyek yang di lindungi oleh hukum perlindungan konsumen disini berupa barang dan jasa sesuai dengan

definisi yang telah dijelaskan dalam UUPK tersebut.

Definisi dari Jasa hiburan karaoke keluarga memiliki pengertian yang sangat luas,

namun secara umum Jasa Hiburan karaoke keluarga sama saja seperti tempat hiburan karaoke yang berkembang sekarang ini. Menurut Nugrahani dalam bukunya, Hiburan adalah segala sesuatu baik yang berbentuk kata-kata, tempat, benda, perilaku yang dapat menjadi penghibur

atau pelipur hati yang susah atau sedih7. Pada umumnya hiburan dapat berupa musik, film, opera, drama, ataupun berupa permainan bahkan olahraga. Berwisata juga dapat dikatakan

sebagai upaya hiburan dengan menjelajahi alam ataupun mempelajari budaya, Selain itu terdapat tempat-tempat hiburan atau klab malam sebagai tempat-tempat untuk melepas lelah, umumnya berupa hotel serta sarana hiburan seperti musik, karaoke, opera. Karaoke sendiri

merupakan suatu wadah pelayanan jasa hiburan yang menyediakan tempat dan fasilitas menyanyi dengan atau tanpa pemandu lagu, Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2008: 507) Karaoke adalah salah satu jenis hiburan dengan menyanyikan lagu-lagu populer dengan iringan musik yang telah direkam terlebih dahulu. Jadi Karaoke

merupakan suatu tempat hiburan, yang terdapat disuatu wilayah dengan fungsi sebagai media hiburan bernyanyi, di iringi dengan musik yang sebelumnya telah direkam terlebih dahulu.

Hiburan Karaoke Keluarga masuk dalam kategori suatu jasa karena menyediakan

suatu tempat hiburan bagi keluarga dan pelayanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi

(8)

yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh calon pengguna jasa layanan

tersebut. Maka dari itu setiap konsumen yang akan menggunakan, memakai, dan atau memanfaatkan layanan jasa tersebut dilindungi oleh hukum, memiliki hak-hak serta

kewajiban yang telah di tentukan oleh UUPK, dan peraturan yang terkait lainnya. Munculnya media hiburan dengan penggunaan kata Family atau berikut disebut keluarga sangat lah jelas mendefinisikan suatu wadah praktek hiburan yang sehat. Maka dari ini, penulis mendasari

penulisan skripsi, apakah media huburan ini beroprasi dengan berdasar peraturan yang ada, atau hanya menjadi kedok bisnis agar tidak disamakan dengan karaoke lain, padahal dalam

prakteknya sama. Untuk itu kita perlu meluruskan suatu penyimpangan yang bertumbuh di tengah-tengah masyarakat dengan melirik aturan-aturan perlindungan konsumen yang ada.

Perlindungan Konsumen jasa karaoke keluarga yang dimakasud ialah, perlindungan

terhadap Hak-hak para konsumen tempat hiburan karaoke keluarga, perlindungan mengenai pemakaian, pemanfaatan, atau penggunaan jasa. Perlindungan dalam artian pelaku usaha

yang menyediakan tempat atau sarana hiburan karaoke keluarga harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan, menyangkut keamanan, keselamatan, kenyamanan, serta kesehatan dalam beroperasi tempat hiburan tersebut. Dalam menggunakan atau memakai

suatu jasa, seorang konsumen pasti memeriksa adanya suatu kekurangan dan atau kelebihan dari jasa tersebut. Konsumen tidak menginginkan jasa yang tidak memenuhi standar mutu.

Apa yang menentukan konsumen akan puas, atau tidak puas terhadap suatu pemakaian jasa. Kepuasan konsumen adalah fungsi seberapa dekat harapan konsumen atas suatu jasa dengan

mutu, kenyamanan, dan keamanan yang dirasakan oleh para konsumen itu sendiri. Untuk melindungi Hak-hak Para konsumen dalam menggunakan jasa yang disediakan oleh para pelaku usaha yang tidak menjalankan kewajibannya berdasar pada peraturan

(9)

dinilai tidak baik di pandang sebagai masalah menuju situasi yang ideal. Dengan kata lain,

menyelesaikan berbagai masalah yang ada, dengan melakukan perubahan-perubahan baik terhadap perilaku maupun situasi tertentu, itulah yang pada dasarnya dijadikan sebagai

landasan mengapa suatu peraturan perundang-undangan diberlakukan.

Perlindungan yang berusaha penulis terangkan dan teliti ialah mengenai perlindungan konsumen dalam konteks terhadap keamanan, keselamatan, serta mutu yang sesuai dengan

aturan perundang-undangan dan aturan-aturan yang terkait, apakah pelaku usaha telah menjamin terpenuhinya asas keselamatan, dan keamanan yang telah tertuang dalam

undang-undang no 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen pasal 4 point a mengenai Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan/atau jasa. Hak tersebut mencakup seperti yang dirumuskan oleh mantan Presiden Amerika Serikat JohnF.

Kennedy dalam pidatonya dihadapan kongres Amerika Serikat pada tahun 1962 yang menggagas tentang perlunya perlindungan konsumen, dan menyebutkan salah satu dari empat

hak konsumen yang perlu mendapatkan perlindungan secara hukum, yaitu Hak Memperoleh Keamanan (The Right To safety).8

2.1.4.

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Jasa Hiburan Karaoke Keluarga.

Rumusan UUPK tentang pelaku usaha pada pasal 1 angka 3 disebutkan, Pelaku usaha ialah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun

bukan badan hukum yang di dirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan di wilayah Hukum Republik Indonesia, Baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. Definisi diatas cukup

jelas penjelasan mengenai pelaku usaha tersebut agar mudah menjaring kesalahan dan kelalaian yang dilakukan oleh pelaku usaha yang dapat mengakibatkan kerugian bagi

konsumen yang menggunakan, memanfaatkan atau memakai barang dan/atau jasa, dan sesuai

8 Darus, M.1980. Perlindungan Konsumen Dilihat dari Sudut Perjanjian Baku (Standar). Symposium

(10)

tujuan yang dituju oleh UUPK dimana untuk meningkatkan mutu, dan daya saing pelaku

usaha secara lebih kompotitif dapat diwujudkan.

Dalam UUPK tidak semata-mata perlindungan hanya di khususkan pada konsumen

saja, namun peraturan menyangkut perlindungan terhadap pelaku usaha pula. Peraturan ini memberi suatu kepastian hukum kepada konsumen serta pelaku usaha. Dimana telah di jelaskan sebelum terhadap konsumen, begitupun Pelaku usaha yang memiliki Hak dan

Kewajiban, yang diatur dalam UUPK yakni terdiri dari :

 Hak Pelaku Usaha

o Hak Untuk menerima pembayaran sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan

nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.

o Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik.

o Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya dalam penyelesaian hukum sengketa

konsumen.

o Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian

konsumen tidak di akibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.

o Dan Hak-hak yang diatur dalam peraturan perundangan-undangan lainnya.  Kewajiban Pelaku usaha :

o Beritikad baik melakukan kegiatan usahanya.

o Menberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barang dan/atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan.

o Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak

(11)

o Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan

berdasarkan ketentuan standar mutu barang da/atau jasa yang berlaku.

o Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian barang/jasa yang diterima atau

dimanfaatkan konsumen tidak sesuai dengan perjanjian.

Dari ketentuan yang di atur mengenai hak dan kewajiban pelaku usaha ini berketentuan yang saling berkaitan dimana kewajiban yang harus di lakukan oleh pelaku

usaha di imbangi dengan hak-hak yang harus di lindungi pula. Dengan itu jika terjadi kesalahan, kelalaian yang merugikan pihak konsumen dapat dengan mudah untuk

mendiagnosa apakah ada kelalaian atau kesalahan dari pelaku usaha yang melanggar peraturan.

Mendasar dari itu penulis berusaha melakukan penelitian terhadap tempat hiburan

karaoke keluarga yang memiliki tingkat perlindungan yang kurang memadai, atau tidak mendasar pada peraturan perundang-undangan. Hal tersebut menyangkut keamanan,

keselamatan serta mutu yang di tawarkan oleh pelaku usaha yang menimbulkan kerugian dari pihak konsumen. Dimana ada kelalaian dari pelaku usaha terhadap beroprasinya tempat hiburan jasa karaoke keluarga di Salatiga, menyangkut pelanggaran hak dan kewajiban dalam

UUPK. Pelanggaran yang dimaksud yaitu pelaku usaha yang menentang asas keamanan, dan keselamatan terhadap konsumen. Pelanggaran tersebut harus dipertanggung jawabkan oleh

pelaku usaha, baik secara perdata, pidana dan atau administratif. Dimana adanya indikasi kerugian konsumen dalam memanfaatkan produk tersebut dan menimbulkan kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian.9

Dalam bentuk tanggung jawab pelaku usaha terhadap terjadinya kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian dapat secara perdata, pidana dan atau administratif. Persoalan

(12)

pertanggung jawaban merupakan perihal yang sangat penting dalam hukum perlindungan

konsumen. Sangat diperlukan kehati-hatian dalam menganalisis siapa yang harus bertanggung jawab dan seberapa jauh tanggung jawab dapat dibebankan kepada pihak-pihak

terkait. Perlu diketahui pada lapangan hukum keperdataan kerap memberikan pembatasan-pembatasan terhadap tanggung jawab yang dipikul oleh pelanggar hak konsumen, seperti penjelasan Kelik Wardiono S.H, M.H. dalam bukunya tentang Hukum perlindungan

konsumen, secara umum, prinsip-prinsip tanggung jawab dapat dibedakan sebagai berikut :

a) Pertanggung jawaban berdasarkan kesalahan (liability based on fault), Prinsip tanggung

jawab berdasarkan unsur kesalahan (liability based on fault) adalah prinsip yang cukup umum berlaku dalam hukum pidana dan perdata. Dalam KUHPdt, Pasal 1365, 1366,

1367 prinsip ini dipegang secara teguh. Prinsip ini menyatakan seseorang baru dapat dimintakan pertanggung jawaban secara hukum jika ada unsur kesalahan yang dilakukannya, Pasal 1365 KUHPdt yang dikenal sebagai pasal tentang Perbuatan

Melawan Hukum mengharuskan terpenuhinya empat unsur pokok, yaitu :

o adanya perbuatan.

o adanya unsur kesalahan.

o adanya kerugian yang diderita.

o adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian.

b) Pertanggung jawaban berdasarkan praduga selalu bertanggung jawab (presumption of

liability), Prinsip praduga selalu bertanggung jawab sampai ia dapat membuktikan ia tidak bersalah. Jadi beban pembuktian ada pada si tergugat. Tampak beban pembuktian

terbalik (omkering van bewijslas) diterima dalam prinsip tersebut. UUPerlindungan Konsumen mengadopsi pembuktian terbalik ini ditegaskan dalam Pasal 19, 22, dan 23

(13)

tentu bertentangan dengan asas hukum praduga tak bersalah yang lazim dikenal dalam

hukum pidana. Namun jika diterapkan dalam kasus perlindungan konsumen akan tampak, asas demikian cukup relevan. Jika digunakan teori ini maka yang berkewajiban

untuk membuktikan kesalahan itu ada di pihak pelaku usaha yang digugat.

c) Pertanggung jawaban berdasarkan Praduga Selalu Tidak Bertanggung Jawab (Presumption of non-liability), Prinsip praduga untuk selalu tidak bertanggung jawab ini

kebalikan dari prinsip praduga untuk selalu bertanggung jawab, namun, hanya dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat terbatas, dan pembatasan demikian dapat

di benarkan. Contoh dari penerapan prinsip ini adalah pada hukum pengangkutan. Kehilangan atau kerusakan pada bagasi kabin/bagasi tangan yang biasanya dibawa dan diawasi si penumpang (konsumen) adalah tanggung jawab dari penumpang. Dalam hal

ini, pengangkut (pelaku usaha) tidak dapat diminta pertanggungjawabannya.

d) Pertanggung jawaban berdasarkan Tanggung Jawab Mutlak (strict liability), tanggung jawab

yang menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang menentukan. Namun ada pengecualian-pengecualian yang memungkinkan untuk dibebaskan dari tanggung jawab, misalnya keadaan force majeure atau keadaan memaksa.

e) Pertanggung jawaban berdasarkan Pembatasan Tanggung Jawab (limitation of liability), Tanggung jawab dengan pembatasan ini sangat disenangi oleh pelaku usaha untuk

dicantumkan sebagai klausula eksonerasi dalam perjanjian standar yang dibuatnya. Namun, Dalam UUPK yang baru seharusnya pelaku usaha tidak boleh secara sepihak menentukan

klausula yang merugikan konsumen, termasuk membatasi maksimal tanggung jawabnya, jika ada pembatasan, mutlak harus berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang jelas.10

(14)

Penjelasan mengenai prinsip Tanggung Jawab tersebut menjadi bahan dalam

menganalisa pertanggung jawaban pihak mana yang harus bertanggung jawab dalam kerugian yang diderita oleh Konsumen. Hal ini seharusnya di perhatikan oleh para pelaku

usaha dalam menjalankan kegiatan usaha nya, kewajiban pelaku usaha sangatlah berpangaruh bagi perlindungan konsumen itu sendiri.

2.1.5.

Kebijakan Publik

Kebijakan publik adalah alat untuk mencapai tujuan publik, bukan tujuan orang perorangan atau golongan dan kelompok. Meskipun sebagai alat (tool) keberadaan kebijakan publik sangat penting dan sekaligus krusial. Penting karena keberadaannya sangat

menentukan tercapainya sebuah tujuan, meskipun masih ada sejumlah prasyarat atau tahapan lain yang harus dipenuhi sebelum sampai pada tujuan yang di kehendaki. Krusial karena

sebuah kebijakan yang di atas kertas telah dibuat melalui proses yang baik dan isinya juga berkualitas, namun tidak otomatis bisa dilaksanakan kemudian menghasilkan suatu keselarasan dengan apa yang dinginkan oleh pembuatnya. Juga krusial karena sebuah

kebijakan dapat dan seringkali diperlakukan seolah lebih penting atau sejajar dengan tujuan yang hendak di capai, padahal ia hanyalah sekedar alat, namun sebagai alat yang sangat

penting.

Tidak jarang bagi sebagian orang atau kelompok tertentu, kebijakan ditempatkan sedemikian penting, sehingga melupakan esensi dasarnya. Tarik menarik dalam perjuangan

menyusun dan menetapkan kebijakan seolah lebih penting dari upaya lain yaitu bagaimana mencari cara yang lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan. Memang perlakuan yang

(15)

dikehendaki sulit dicapai. Namun sekali lagi harus proporsional karena sejatinya ia adalah

sebuah alat, meskipun bukan alat yang biasa dalam mencapai sebuah tujuan organisasi.

Tentu tidak semua kebijakan publik memiliki nilai atau bobot yang sama jika dilihat

dari sudut tingkat pentingnya. Ada kebijakan yang sangat penting dan mendesak, namun tidak sedikit yang tergolong bukan skala prioritas, meskipun semua kebijakan publik memiliki nilai strategis atau sama sama penting. Semua itu tergantung dari isi dan tujuan

yang hendak dicapai. Dan lagi-lagi persoalan tujuan menjadi sesuatu yang penting dan menjadi tolok ukur nilai startegis kebijakan. Bisa saja kebijakan yang sama memiliki makna

strategis yang berbeda di daerah atau tempat lain. Logika serupa juga berlaku bagi sebuah negara dimana sebuah kebijakan tertentu dianggap sangat penting dan mendesak, sementara

bagi negara lain tidak diperlakukan demikian. Artinya aspek konteks kebijakan memiliki peranan yang menentukan arti strategis sebuah kebijakan, disamping faktor substansi atau isi kebijakan.11

Salah satu definisi mengenai kebijakan publik diberikan oleh Thomas R. Dye yang menyatakan “Kebijakan publik dikatakan sebagai apa yang tidak dilakukan maupun apa yang

dilakukan oleh pemerintah. Pokok kajian dari hal ini adalah negara. Pengertian ini

selanjutnya dikembangkan dan diperbaharui oleh para ilmuwan yang berkecimpung dalam ilmu kebijakan publik. Definisi kebijakan publik menurut Thomas R. Dye ini dapat

diklasifikasikan sebagai keputusan ( decision making ), dimana pemerintah mempunyai wewenang untuk menggunakan keputusan otoritatif, termasuk keputusan untuk membiarkan sesuatu terjadi, demi teratasinya suatu persoalan publik.”12 Pendapat lebih eksplisit

dikemukakakn oleh Pater Cane dengan mengatakan bahwa yang dimaksud dengan policy

11http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/10/pustaka_unpad_kebijakan_publik.pdf, dikunjungi pada tanggal 29 Agustus 2016 pukul 14.17

(16)

tidak lain adalah the nonstatutory criteria yang menjadi dasar suatu keputusan (dan tindakan)

pemerintah yang seyogianya berdasarkan statutory.13

Kebijakan tidak selalu direalisasikan dalam bentuk peraturan, tetapi juga dengan

tindakan (dan/atau tidak melakukan tindakan). Khususnya dalam konteks peraturan kebijakan, maksud dari adanya tindakan ini adalah supaya kebijakan pemerintah tersebut dapat diketahui oleh publik, naar buiten gebracht schriftelijk beleid (harfiahnya berarti

menampakkan keluar suatu kebijakan tertulis).14

Di Kota Salatiga sendiri, kebutuhan masyarakat mengenai tempat hiburan sangatlah

tinggi, mengingat bahwa perlunya melepas penat atau kesibukan sehari-hari. Maka sangatlah penting dan lumrah jika tempat hiburan berdiri dengan pesatnya di kota Salatiga, terkhusus

kebutuhan terhadap tempat hiburan seperti Karaoke keluarga. Namun kondisi seperti ini harus terkontrol oleh pemerintah, karena tingkat kebutuhan harus berimbang pula dengan pengoperasian tempat hiburan karaoke keluarga tersebut, serta melihat kondisi yang

setidaknya dapat terpercaya dan layak jika di gunakan oleh masyarakat Salatiga. intinya adalah semakin bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan terhadap tempat hiburan

pun akan semakin meningkat begitupun tempat hiiburan karaoke keluarga yang banyak peminatnya. Tetapi dalam prakteknya bertumbuhnya dan berkembangnya tempat hiburan jasa karaoke keluarga ini semakin simpang siur dalam sistem pengoperasiannya. Baik terhadap keamanan terhadap pengguna, keaamanan terhadap lingkungan sekitar, yang menimbulkan

efek negative pada konsumen terkhusus masyarakat Salatiga. Seperti beberapa waktu lalu mnyimak penelitian singkat yang dilakukan oleh penulis terhadap beberapa tempat penyedia

layanan jasa tempat hiburan karaoke keluarga di kota Salatiga, beroprasinya tempat hiburan tersebut tidak memiliki sistem keamanan yang mampu untuk menjamin keamanan konsumen

(17)

dalam memanfaatkan jasa tersebut, hal tersebut jelas membuat tingkat keselamatan para

konsumen bergantung pada nasib yang akan di deritanya, di tambah beredarnya minuman keras yang di pergangkan di tempat tersebut, jika di kaitkan atau di telaah bahwa layanan jasa

hiburan karaoke tersebut di peruntukan untuk Keluarga (Karaoke Keluarga) sangat tidak sejalur, dan menyimpangi terhadap keinginan oleh masyarakat Salatiga, begitupun terhadap pemerintah kota Salatiga sendiri terkait perizinan berdirinya lokasi hiburan tersebut.

Pengoperasian tempat hiburan yang diperuntukan kepada keluarga semestinya melihat dan memperhatikan arti dari keluarga, jika pelaku usaha lalai dalam keamanannya, dan tidak

menjamin keselamatan, juga mutu yang di berikan maka samalah arti tempat hiburan tersebut dengan hiburan malam yang memberi pengaruh negatif pada masyarakat Salatiga. Dalam hal ini, Pemerintah Kota Salatiga berperan penting dalam upaya melindungi hak para konsumen

serta menjamin kewajiban para pelaku usaha terhadap pengoperasian tempat hiburan tersebut. Keselamatan, keamanan dan mutu tempat hiburan karaoke keluarga tersebut harus lebih di

perhatikan pemerintah kota Salatiga agar tidak memberi akses negatif bagi masyarakatnya. Memberi perhatian terhadap media hiburan tersebut agar tidak membahayakan atau pada kategori aman, dengan hal ini akan memperkecil resiko yang akan ditimbulkan kepada

masyarakat. Hal tersebut melibatkan dinas yang terkait untuk terjun langsung mengawasi kondisi tempat hiburan karaoke keluarga yang berkembang di masyarakat kota Salatiga.

2.1.6

Kewenangan Pemerintah Daerah

Indonesia adalah sebuah Negara yang wilayahnya terbagi-bagi atas Daerah-Daerah Provinsi. Daerah provinsi itu dibagi lagi atas Daerah Kabupaten dan Daerah Kota. Daerah

Provinsi merupakan Wilayah Administratif yang menjadi wilayah kerja bagi Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat dan wilayah kerja bagi Gubernur dalam menyelenggarakan

(18)

penyelenggara urusan Pemerintah oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut Asas

Otonomi dan Tugas Pembantu dengan Prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.15 Urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan

Pemerinth Daerah diselenggarakan berdasarkan Kriteria Eksternalitas, Akuntabilitas, dan Efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antar tingkatan dan susunan Pemerintah.

Kriteria Eksternalitas adalah Kriteria pembagian urusan pemerintahan dengan memperhatikan dampak yang timbul bersifat lokal atau lintas Kabupaten/Kota dan atau

regional sebagai akibat dari penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan. Akuntabilitas adalah kriteria pembagian urusan pemerintahan dengan memperlihatkan pertanggungjawaban pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam

penyelenggaraan urusan Pemerintahan tertentu kepada masyarakat. Efisiensi adalah kriteria pembagian urusan pemerintah dengan memperlihatkan daya guna tertinggi yang dapat

diperoleh dari penyelenggaraan suatu urusan Pemerintahan antara ditangani pemerintah daerah kabupaten/kota, pemerintah daerah provinsi dan/atau pemerintah.

Dalam menyelenggarakan Pemerintah, Pemerintah Pusat menggunakan Asas Desentralisasi16, Tugas Pembantu17, dan Dekonsentrasi18, sesuai dengan peraturan

Perundang-Undangan. Sedangkan dalam menyelenggarakan Pemerintah Daerah menggunakan Asas Otonomi dan Tugas Pembantu.

15 Wikipedia, ”Pemerintah Daerah di Indonesia”, 12 Oktober 2015, pukul 02.38, http:/id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan Daerah di Indonesia,dikunjungi pada tanggal 31 Agustus 2016 pukul 20.39 WIB.

16Asas Desentralisasi adalah Penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah

otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah dalam sistem NKRI.

17Asas Tugas Pembantu adalah Asas yang menghendaki adana tugas untuk turut serta dalam

melaksanakan urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada pemerintah daerah otonom tinggi dengan kewajiban mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskannya.

18Asas Dekonsentrasi adalah asas yang menghendaki adanya pelimpahan wewenang dari pemerintah

(19)

Berbicara menenai Otonomi Daerah, istilah Otonomi Daerah berasal dari bahasa

Yunani yaitu Autos yang artinya sendiri dan Nomos yang artinya aturan. Otonomi daerah adalah Hak, Wewenang dan Kewajiban yang diberikan kepada Daerah Otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintah dan kepentingan Masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat

untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan Pemerintah dalam

rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam menyelenggarakan Otonomi, Daerah mempunyai Hak untuk :19 a. Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya;

b. Memilih pimpinan daerah; c. Mengelola aparatur daerah; d. Mengelola kekayaan daerah;

e. Memungut pajak daerah dan retribusi daerah;

f. Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya

yang berada di daerah.

g. Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah; dan

h. Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Dalam menyelenggarakan Otonomi Daerah, maka Daerah mempunyai kewajiban sebagai berikut:20

a. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, dan kesatuan dan kerukunan nasional serta

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat;

(20)

c. Mengembangkan kehidupan demokrasi;

d. Mewujudkan keadilan dan pemerataan; e. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan;

f. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan;

g. Menyediakan fasilitas social dan fasilitas umum yang layak; h. Mengembangkan sistem jaminan social;

i. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah; j. Mengembangkan sumber daya produktif di daerah;

k. Melestarikan lingkungan hidup;

l. Mengelola administrasi kependudukan; m. Melestarikan nilai sosial budaya;

n. Membentuk dan menerapkan peraturan perundang–undangan sesuai dengan kewenangannya; dan

o. Kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Adanya Hak dan Kewajiban tersebut, Otonomi Daerah memiliki peran penting dalam menyelenggarakan dan mewujudkan kesejahteraan sosial pada masyarakat disuatu Daerah

karena pelaksanaan Otonomi Daerah berorientasi kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan pada Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah adalah kepala daerah

(21)

atur sedemikian rupa melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah pada Pasal 13 Ayat (4), yang meliputi: 21

a. Urusan Pemerintahan yang lokasinya dalam Daerah kabupaten/kota;

b. Urusan Pemerintahan yang penggunanya dalam Daerah kabupaten/kota;

c. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya hanya dalam Daerah kabupaten/kota;dan/atau

d. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Daerah kabupaten/kota.

Maka berlandaskan dari peraturan diatas, jelas bahwa Pemerintah Kota Salatiga sebagai bagian dari Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki peranan yang penting dalam memberikan Kebijakan dan menyelenggarakan kesejahteraan sosial bagi

seluruh lapisan masyarakat di Kota Salatiga yang dilakukan berdasarkan Asas Otonomi dan Tugas Pembantuan. Pemerintah Kota Salatiga wajib menciptakan Ketentraman,

Keharmonisan dan Keadilan Sosial bagi seluruh lapisan Masyarakat di Kota Salatiga.

Dalam menjalankan semua kebijakan dalam menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat Salatiga, Pemerintah kota Salatiga memiliki kewenangan dalam membentuk

suatu aturan, memberi keputusan dalam menjalakan suatu kebijakan, serta dan menindak lanjuti suatu aturan yang dilanggar oleh pihak-pihak yang menentang aturan tersebut. Dalam

menjalankan pemerintahan yang kita ketahui dikenal mengenai istilah Diskresi, diskresi (discretion) adalah kebijaksanaan, keleluasaan, penilaian, kebebasan untuk menentukan.

Discretionnary berarti kebebasan untuk menentukan atau memilih. Istilah diskresi ini sering disebut dengan Ermessen yakni mempertimbangkan, menilai, menduga atau menilai, pertimbangan, dan atau keputusan. Dari kata diskresi ini Berdasarkan pengertian dari segi

bahasa tersebut, dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan diskresi yang relevan

(22)

pada tulisan ini adalah pertimbangan sendiri, wewenang untuk melakukan tindakan

berdasarkan kebijakan sendiri, pertimbangan seorang pejabat publik dalam melakukan tugasnya, dan kekuasaan seseorang untuk mengambil pilihan melakukan atau tidak

melakukan tindakan. Menurut pendapat yang di kemukakan oleh Florence Heffron dan Neil McFeeley, bahwa diskresi pemerintah itu mengandung makna sebagai berikut22: “Memperkenankan pemerintah untuk mengambil keputusan ketika, kapan, bagaimana, dan

terhadap siapa pengaturan dan ketentuan itu akan diterapkan. Diskresi pemerintah itu diperluas ketika pembuat undang-undang tidak merumuskan standar atau standar yang samar

atau tidak memiliki arti tegas yang membolehkan dan mengharuskan pemerintah menentukan sendiri substansi dan penerapan peraturan”.

Maka dari itu pemerintah kota Salatiga tidak boleh atau tidak bisa menolak untuk

memberikan pelayanan bagi warga masyarakatnya dengan alasan tidak ada peraturan perundang-undangan yang mengaturnya. Ketika tidak ada peraturan perundang-undangan

atau ada peraturan perundang-undangan, namun normanya samar atau multiinterpretasi, pemerintah dapat menggunakan diskresi. Jelas kewenangan yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Salatiga, memiliki peranan yang sangat kuat dalam setiap kebijakan nya. Hal tersebut

memberi peran dalam menindak dan atau menegakan suatu pelanggaran yang dilanggar oleh setiap pelaku usaha yang menyimpang dari peraturan yang telah ditetapkan pemerintah untuk

melindungi seluruh lapisan masyarakat kota Salatiga.

2.1.7

Ketentuan PERDA di Kota Salatiga yang Berkaitan dengan

Penyelenggaraan layanan Jasa Hiburan Karaoke Keluarga.

I. Dasar Hukum yang digunakan adalah :

(23)

o Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan

Pariwisata.

o Isi ketentuan umum.23

II. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD, adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan tertentu yang menjadi

kewenangan Pemerintah Daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

 Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang

dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau

mempelajari keunikan Daya Tarik Wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

 Wisatawan adalah orang yang melakukan Wisata.

 Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan Wisata dan didukung berbagai fasilitas serta

layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha dan Pemerintah Daerah.

 Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan

kebutuhan Wisatawan dan Penyelenggaraan Pariwisata.

 Penyelenggara Pariwisata adalah orang perseorangan atau atau Badan usaha Indonesia

yang melakukan kegiatan Usaha Pariwisata.

 Tanda Daftar Usaha Pariwisata, yang selanjutnya disingkat TDUP, adalah dokumen

resmi yang membuktikan bahwa usaha pariwasata yang dilakukan oleh Penyelenggara Pariwisata telah tercantum didalam Daftar Usaha Pariwisata.

Dalam peraturan daerah kota Salatiga tersebut, mengatur mengenai tempat hiburan jasa karaoke, kebijakan pemerintah daerah kota Salatiga mengatur layanan jasa karaoke sebagai

salah satu penyelenggaraan pariwisata. Penyelenggaraan tersebut di bawah naungan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang Selanjutnya disebut SKPD, sesuai dengan asas otonomi dan

(24)

tugas pembantuan. Para pengguna jasa layanan karaoke keluarga dalam aturan ini di sebut

sebagai wisatawan dalam artian UUPK yaitu Konsumen, dan Pelaku usaha sendiri disebut Penyelenggara Pariwisata.

Dalam kebijakan penyelenggaraan Usaha layanan jasa karaoke sebagai salah satu tujuan wisata oleh Pemerintah Daerah Kota Salatiga, penulis mengurai aturan penting dan mendasar dalam menyelenggarakan tempat wisata yang dimaksud ialah layanan jasa karaoke

termasuk dalam artian karaoke keluarga, seperti yang telah dirumuskan pada Pasal 2, Pasal Pasal 5 ayat 1 huruf f, Pasal 11 huruf h, Pasal 14 huruf f, Pasal 17, Pasal 26 ayat 2, Pasal 29,

Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Usaha Pariwisata, yang menyatakan bahwa pelaksanaan Penyelenggaraan harus memenuhi kriteria dan mendasar pada aturan sebagai berikut :

Pasal 2

Penyelenggaraan Usaha Pariwisata didasarkan pada prinsip :

(a). Menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari konsep hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan

lingkungan.

(c). Memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan proporsionalitas. (h). Memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pasal 5

(1) Huruf f. Usaha pariwisata termasuk didalamnya, usaha Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi.

 Pasal 11 huruf h.

Usaha Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi sebagaimana dimaksud dalam

(25)

Pasal 14 huruf f

Usaha Pariwisata yang diselenggarakan oleh orang perseorangan dan/atau Badan usaha.  Pasal 17

1) Setiap Penyelenggara Usaha Pariwisata di Daerah wajib melakukan pendaftaran Usaha Pariwisata untuk mendapatkan TDUP sesuai jenis Usaha Pariwisata sebagaimana dimaksud Pasal 5, kecuali bagi pelaku Usaha Mikro atau Usaha Kecil.

2) (2) TDUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Walikota.

3) (3) Walikota dapat mendelegasikan penerbitan TDUP sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) kepada Kepala SKPD yang membidangi kepariwisataan atau Kepala SKPD yang membidangi perizinan terpadu.

Pasal 26 ayat (2)

Setiap Penyelenggara Usaha Pariwisata berkewajiban :

a) Melakukan pendaftaran Usaha Pariwisata.

b) Memiliki tanda daftar Usaha Pariwisata.

c) Memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada setiap

pengunjung/tamu/pemakai/penyewa Usaha Pariwisata.

d) Menjamin keamanan, kenyamanan dan keselamatan setiap pengunjung/tamu/pemakai/

penyewa Usaha Pariwisata.

e) Mencegah tempat Usaha Pariwisata untuk kegiatan yang bertentangan dengan ketentuan yang berlaku.

f) Melakukan upaya peningkatan pelestarian lingkungan alam, sosial budaya, sanitasi dan higienis baik di dalam maupun di sekitar lingkungan usahanya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(26)

pembinaan teknis, pengendalian, pemantauan dan pengawasan secara berkala terhadap

usaha Kepariwisataan.

h) Menjalin kerjasama kemitraan dengan pemangku kepentingan dibidang Kepariwisataan,

baik institusi pemerintah, swasta, masyarakat maupun dengan sesama pelaku usaha Kepariwisataan dalam rangka mendukung pembangunan bidang Kepariwisataan.

i) Memenuhi ketentuan perjanjian kerja, keselamatan kerja serta jaminan sosial bagi

karyawannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

j) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan karyawannya sesuai dengan fungsi dan

tugasnya dalam rangka peningkatan pelayanan kepada

pengunjung/tamu/pemakai/penyewa.

k) Membayar pajak Daerah sesuai ketentuan yang berlaku.

l) Memberi jaminan perlindungan berupa asuransi kecelakaan kepada setiap pengunjung/tamu/ pemakai/penyewa Usaha Pariwisata.

Pasal 30.

Pengawasan atas Penyelenggaraan Usaha Pariwisata secara teknis dilaksanakan oleh

SKPD yang membidangi Pariwisata dan secara fungsional dilaksanakan oleh aparat pengawas fungsional sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Dalam peraturan tersebut, Layanan jasa karaoke keluarga di Salatiga masuk dalam kebijakan pemerintah daerah Salatiga sebagai bagian dari penyelenggaraan pariwisata dalam

bidang hiburan dan rekreasi, Pelaksanaan layanan jasa karaoke ini di dasari dengan prinsip menjunjung tinggi norma agama dan kebudayaa, saling berkaitan antara manusia dengan lingkungan serta sesamanya, memiliki kemanfaatan bagi kesejahteraan, dan keadilan bagi

(27)

Pariwisata untuk mendapatkan TDUP, yang di sahkan oleh Walikota, dan atau Walikota

dapat mendelegasikan nya kepada Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah. Dalam pelaksanaan, para penyelenggara sebagai pelaku usaha memiliki kewajiban menjalankan

usaha jasa karaoke sesuai dengan peraturan perundang-udangan, dimana harus menjamin Memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada setiap pengunjung, tamu, pemaka, penyewa Usaha Pariwisata, Menjamin keamanan, kenyamanan dan keselamatan setiap

pengunjung, tamu, pemakai, atau penyewa Usaha Pariwisata, Mencegah tempat Usaha Pariwisata untuk kegiatan yang bertentangan dengan ketentuan yang berlaku. Hal tersebut

juga di atur dalam undangang-undang Nomor 1 tahun 2015 tentang perlindungan konsumen. Dalam pengawasan atas penyelenggaraan parawisata tersebut secara teknis dilaksanakan oleh SKPD yang membidangi Pariwisata dan secara fungsional dilaksanakan oleh aparat

pengawas fungsional sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

2.1.8. Teori Peran

Pemerintah melalui Dinas Budaya dan Pariwisata (DISBUDPAR) memiliki peran penting dalam menyelenggarakan serta mewujudkan Kesejahteraan Sosial bagi seluruh lapisan Masyarakat termasuk pelaku usaha sebagai penyelenggara pariwisata dan juga para

konsumen yang memanfaatkan layanan di sediakan. Peran adalah pola perilaku yang diharapkan dilakukan oleh seseorang yang memiliki atau menduduki suatu status dan posisi

tertentu dalam organisasi, kelompok atau lembaga-lembaga.24

Menurut Soerjono Soekanto, Peran (role) merupakan aspek dinamis kedudukan

(status). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak yang kewajiban-kewajiban sesuai dengan kedudukan, maka dia menjalankan suatu peranan.25 Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan masyarakat. Posisi seseorang

24 Robert M.Z Lawang, Buku Pokok Pengantar Sosiologi, Penerbit Karunia, Jakarta, hl. 85

(28)

dalam Masyarakat (social-position) merupakan unsur yang statis yang menunjukan tempat

Individu dalam organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam

masyarakat serta menjalankan suatu peranan.

Suatu peranan mencakup paling sedikit tiga hal, antara lain :26

1) Peranan adalah meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.

2) Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3) Peranan juga dapat dikatakan perilaku individu yang penting bagi struktur sosial.

Bahwasanya, setiap peranan bertujuan agar antara individu yang melaksanakan peranan tadi dengan orang-orang disekitarnya yang bersangkutan, atau ada hubungan dengan

peran tersebut, terdapat hubungan yang diatur oleh nilai-nilai sosial yang diterima dan ditaati kedua belah pihak.

Abu Ahmadi juga mengatakan bahwa Peran adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang berdasarkan status dan fungsi sosialnya. Sebagai pola perikelakuan, maka peranan

mempunyai beberapa unsur, yakni antara lain :27

a. Peranan ideal, sebagaimana dirumuskan atau diharapkan oleh masyarakat, terhadap

status-status tertentu. Peranan ideal tersebut merumuskan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang terkait pada status-status tertentu.

b. Peran yang dianggap oleh dirinya sendiri, peranan ini merupakan hal yang oleh individu

harus dilakukan pada situasi-situasi tertentu. Artinya, seorang individu menganggap bahwa

26Ibid, h. 131

(29)

dalam situasi-situasi tertentu (yang dirumuskannya sendiri), dia harus melaksanakan peranan

tertentu.

c. Peranan yang dilaksanakan atau dikerjakan, ini merupakan peranan yang sesungguhnya

dilaksanakan oleh individu di dalam kenyataannya, yang terwujud dalam perikelakuan yang nyata. Peranan yang dilaksanakan dalam kenyataan, mungkin saja berbeda dengan peranan ideal maupun peranan yang di anggap oleh dirinya sendiri. Peranan yang dilaksanakan secara

aktual senantiasa dipengaruhi oleh sistem kepercayaan, harapan-harapan, persepsi, dan juga oleh kepribadian individu yang bersangkutan.

Pembahasan perihal aneka macam peranan yang melekat pada individu-individu dalam masyarakat penting bagi hal-hal sebagai berikut :28

a. Peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak

dipertahankan kelangsungannya.

b. Peranan tersebut seyogyanya diletakkan pada individu-individu yang oleh masyarakat di

anggap mampu melaksanakannya.

c. Dalam masyarakat kadangkala dijumpai individu-individu yang tak mampu melaksanakan peranannya sebagaimana diharapkan oleh masyarakat karena mungkin pelaksanaannya

memerlukan pengorbanan arti kepentingan-kepentingan pribadi yang terlalu banyak.

d. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya, belum tentu

masyarakat akan dapat memberikan peluang-peluang yang seimbang.

Akan tetapi, didalam interaksi sosial terkadang kurang disadari bahwa yang paling penting adalah melaksanakan peranan dari pada kedudukan sehingga terjadi hubungan-hubungan yang timpang yang tidak seharusnya terjadi. Hubungan yang timpang tersebut

(30)

lebih cenderung mementingkan bahwa suatu pihak hanya mempunyai hak saja, sedangkan

pihak lain hanyalah mempunyai kewajiban belaka.29

2.2 Hasil Analisis

Dalam penjelasan ini, penulis akan memaparkan 4 hal, antara lain mengenai Tempat-tempat hiburan layanan jasa karaoke keluarga di Salatiga yang menjadi objek penelitian,

Dinas terkait yang berperan penting dalam teknis penyelenggaraan serta dalam pengawasan, hasil penelitian, dan analisa. Hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum tentang keadaan dan situasi yeng sebenarnya pada praktek hiburan di Salatiga, serta untuk

mengetahui beberapa kebijakan yang sampai saat ini telah dilakukan oleh Dinas-Dinas terkait (DISBUDPAR, dan Satpol-PP Kota Salatiga).

2.2.1. Layanan Jasa hiburan Karaoke Keluarga di Salatiga

Kota Salatiga terletak di antara dua Kota besar di Jawa Tengah yaitu Kota Semarang

(49 km ke arah utara) dan Kota Solo (52 km ke arah selatan). Secara mortologi, Kota Salatiga berada di daerah cekungan kaki Gunung Merbabu, diantara gunung-gunung kecil antara lain :

Gajah Mungkur, Telomoyo, dan Payung Rong, oleh sebab itu kota ini memiliki iklim tropis dan memiliki hawa yang sejuk dan segar. Secara astronomi Kota Salatiga terletak antara 1100.27'.56,81" - 1100.32'.4,64"BT 0070.17'. - 0070.17'.23" LS30. Kota Salatiga secara

administratif terbagi atas 4 kecamatan yakni Kecamatan Sidorejo, Kecamatan Sidomukti, Kecamatan Argomulyo, Kecamatan Tingkir.

Seiring dengan waktu, perkembangan kegiatan perkotaan pun tidak dapat di pungkiri akan terus berkembang, Begitupun mengenai berkembangnya tempat-tempat hiburan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Hal tersebut akan mempengaruhi norma-norma atau

29Ibid, hlm. 214.

(31)

nilai-nilai budaya di lingkungan kota Salatiga, jika tidak di imbangi dengan adanya

aturan-aturan yang di keluarkan oleh pemerintah kota Salatiga, serta pengawasan nya. Sesuai dengan perkembangannya kini, tempat hiburan pun tersedia dengan media hiburan untuk bernyanyi

yang biasa disebut Karaoke. Namun dalam prakteknya tempat hiburan ini identik dengan tempat hiburan malam dewasa yang menurut masyarakat sangat memberi dampak negatif bagi masyarakat. Untuk meminimalisir pandangan masyarakat tersebut, muncullah media

hiburan Karaoke yang di sediakan untuk keluarga yang kini di sebut Karaoke Keluarga atau Karaoke keluarga.31

Lokasi penelitian berada di kawasan Kota Salatiga, Obyek penelitian tersebut terdiri dari Karaoke Keluarga Queen, Karaoke Keluarga Zensho, Karaoke Keluarga New Zensho dan Karaoke keluarga Inul Vizta. Layanan jasa hiburan ini sangat diminati oleh banyak

Kalangan Masyarakat baik penduduk Salatiga sendiri ataupun penduduk daerah lain, khususnya pada hari-hari libur, dan akhir pekan. Ketersediaan layanan hiburan keluarga ini

menjadi permasalahan yang menarik jika dilihat pada prakteknya. Daya pembeda dari perizinan nya pun memiliki perbedaan dari karaoke dewasa sebagai hiburan malam, dengan Karaoke keluarga. Yang memberi perbedaan ialah, tidak di perkenankannya memperjual beli

kan minuman beralkohol, adanya security atau pihak keamanan yang akan menjamin keamanan konsumen serta lingkungan. Tidak ada penyediaan pemandu karaoke (Ladies

karaoke).32

2.2.2. Hasil Penelitian

A.

Kebijakan Pemerintah Kota Salatiga Terhadap Penyelenggaraan Usaha

Karaoke Keluarga.

31 Wawancara dengan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Salatiga Kusumo Aji. S.H, Tanggal 25

(32)

Perencanaan pemanfaatan lingkungan sebagai obyek wisata dalam rangka menjamin kepastian hukum dan meningkatkan tertib usaha pariwisata di Kota Salatiga, perlu mengatur mengenai pengklasifikasian bidang, jenis dan pelaku usaha pariwisata, serta prosedur

penerbitan tanda daftar usaha pariwisata, agar pembinaan, pengaturan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian terhadap usaha pariwisata dapat berjalan tertib, lancar, berdaya guna, dan berhasil guna maka dari itu diatur dalam Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 1

Tahun 2015 Tentang Penyelanggaraan Usaha Pariwisata.

Dalam klasifikasi jenis usaha pariwisata yakni Karaoke dalam perda tersebut sama

dengan adanya jenis Hiburan Karaoke, dalam hal ini berarti tidak ada perbedaan terhadap perizinan pendirian nya. Dinas Kebudayaan dan Priwisata selanjutnya disebut DISBUDPAR dalam hal ini memiliki wewenang yang di berikan oleh pemerintah dalam melakukan

kebijakan, pembinaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian dibantu oleh instansi lain yakni Satuan Polisi Pamong Praja yang selanjutnya disebutb Satpol PP, dimana Satpol PP

berwenang untuk membantu memberi pengawasan terhadap beroperasinya Karaoke Keluarga sebagai kebijakan Penyelenggaraan Usaha Pariwisata.

Akan tetapi, telah berlakunya kebijakan yang memang tidak secara tertulis di terapkan

oleh Pemerintah Kota Salatiga terhadap pengaturan lebih lanjut mengenai layanan jasa hiburan Karaoke Keluarga dengan syarat tidak mengganggu keamanan lingkungan,

menjunjung tinggi norma-norma yang hidup dalam lingkungan masyarakat Kota Salatiga, Pelaku Usaha yang menjalankan Layanan jasa hiburan Karaoke Keluarga harus membedakan

jenis hiburannya dengan karaoke yang diperuntukan sebagai hiburan malam, dimana karaoke keluarga harus benar-benar diperuntukan kepada keluarga dalam artian dapat digunakan oleh bermacam kalangan masyarakat baik itu anak-anak, remaja, dewasa, ataupun orang tua.33. hal

33 Wawancara dengan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Salatiga Kusumo Aji. S.H, Tanggal 25

(33)

tersebut yang mengakibatkan Layanan Jasa Hiburan Karaoke Keluarga semakin bertambah

dan atau bertumbuh dilingkungan Kota Salatiga.

B. Hasil Wawancara dengan Pemerintah Kota Salatiga

Karaoke Keluarga merupakan bagian dari suatu pelaksanaan Penyelenggaraan usaha pariwisata dimana yang dimaksud merupakan suatu kebijakan dari Pemerintah Kota Salatiga dalam mewujudkan pemanfaatan ruang Kota Salatiga agar di daya gunakan sebaik-baiknya

oleh seluruh lapisan masyarakat, dan untuk memberi kemakmuran masyarakat Salatiga dan sekitarnya. Penyelenggaraan Usaha Pariwisata berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani,

rohani, dan intelektual setiap Wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan Daerah untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.34 Hal tersebut pun di amini oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Sri Danudjo, yang berpendapat bahwa Karaoke

Keluarga merupakan suatu kebijakan pemerintah Salatiga untuk menambah jumlah obyek wisata yang dapat dikunjungi oleh seluruh lapisan masyarakat baik oleh masyarakat Salatiga

ataupun masyarakat Sekitaran Kota Salatiga sendiri, Hal tersebut tidak lain untuk meningkatkan pendapatan daerah Kota Salatiga.35

Maka dari itu Pemerintah Kota Salatiga yang di wakili oleh DISBUDPAR dan Satpol

PP selaku legal sektor dari penerapan Perda No. 1 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Usaha Pariwisata, selalu memonitoring berjalannya aktivitas layanan jasa karaoke keluarga

agar Menjalankan Usaha sesuai dengan peraturan yang telah di tetapkan, serta menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan, budaya dalam lingkungan masyarakat Kota Salatiga dan tidak

bertentangan dengan hukum. pemerintah dilekati dengan kewajiban untuk memberikan pelayanan publik, melaksanakan fungsi pelayanan, dan juga menerapkan kebijakan publik yang memasyarakatkan masyarakat, sesuai dengan konsep negara kesejahteraan.

34 Pasal 3 Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Usaha

Pariwisata.

35 Wawancara Bapak Sri Danudjo, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Salatiga, Tanggal 24

(34)

Melalui wawancara dengan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bapak Sri

Danudjo, Kamis 24 Agustus 2017, Menjelaskan Bahwa Peran DISBUDPAR dalam terselenggaranya layanan jasa hiburan karaoke keluarga ialah :

o Memberikan pelayanan publik, dalam hal ini DISBUDPAR berwenang dalam perizinan suatu

penyelenggaraan usaha sesuai dengan ketentuan perizinan dalam Peraturan Daerah Kota Sala.

o Melakukan pembinaan dan penyuluhan kepada pelaku usaha untuk menjalankan usaha nya

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, kordinasi dengan Satpol PP.

o Melakukan pengawasan terhadap beroperasinya layanan jasa hiburan karaoke keluarga,

kordinasi dengan Satpol PP.

Berkaitan dengan peran pengawasan DISBUDPAR kota Salatiga terhadap terselenggaranya layanan jasa hiburan karaoke keluarga yang mengatur kebijakan lisan agar

adanya daya pembeda dengan karaoke sebagai hiburan malam, selain perihal perizinan, yaitu :

o Pengawasan terhadap peredaran minuman beralkohol, dimana layanan jasa karaoke keluarga

tidak satupun yang di izinkan dalam penjualan minuman beralkohol.

o Pengawasan terhadap tenaga kerja, perlindungan terhadap mempekerjakan anak di bawah umur.

o Pengawasan terhadap penyediaan Pemandu karaoke (ladies karaoke), dalam hal ini tidak

boleh ketersedianya.

o Dan menaati aturan terhadap jam Operasional.36

Wawancara dengan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Salatiga, Bapak Kusumo Aji. S.H, Tanggal 25 Agustus 2017, Jam 15:00 WIB, Menjelaskan bahwa peran

Satpol PP dalam kordinasi bersama DISBUDPAR berkaitan dengan, yaitu :

36

(35)

o Pengawasan beroperasinya layanan jasa karaoke keluarga, Satpol PP langsung melakukan

operasi rutin ke tempat layanan jasa karaoke keluarga, untuk melakukan razia peredaran minuman beralkohol, ketersediaan pekerja anak di bawah umur, tersedianya pemandu

karaoke (Ladies Karaoke).

o Melakukan pembinaan, dan penyuluhan terhadap terselenggaranya usaha layanan jasa

karaoke keluarga sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

o Menajalankan tugas utama, menegakan peraturan daerah, peraturan walikota, menciptakan

ketentraman masyarakat dan ketertiban umum.

Dalam menjalankan perannya, Satpol PP berwenang dalam menindak lanjuti suatu tindakan pelaku usaha yang terbukti melanggar Peraturan daerah, hal tersebut sudah menjadi tugas dan wewenang yang di berikan kepada Satpol PP. Terhadap pelanggaran apa yang di

lakukan, maka langkah yang dilakukan Satpol PP adalah menindak lanjuti pelanggaran sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dengan kordinasi langsung pada DISBUDPAR dan

instansi Kepolisian.37

C. Hasil Wawancara Dengan Pelaku Usaha Karaoke Keluarga.

Pertumbuhan serta perkembangan industri dan teknologi barang dan jasa menimbulkan

dampak positif, antara lain, dapat disebutkan tersediannya kebutuhan dalam jumlah yang mencukupi, mutu yang lebih baik, dan adanya alternatif pilihan bagi konsumen dalam

pemenuhan kebutuhannya, namun di lain sisi hal tersebut pula menimbulkan dampak negatif, yaitu dampak penggunaan yang salah serta di pengaruhi oleh prilaku bisnis yang timbul

karena semakin ketatnya persaingan yang mempengaruhi masyarakat selaku konsumen. Berkaitan mengenai hal-hal di atas maka konsumen perlu dilindungi secara hukum dari kemungkinan kerugian yang dialaminya dikarenakan praktik bisnis curang atau menjalan

uasaha tanpa itikad baik dalam mengamalkan aturan perundang-undangan,

37

(36)

mengesampingkan nilai agama dan kebudayaan, tidak menjamin kepuasan, mutu dan

keamanan serta keselamatan para konsumen hanya untuk meraup keuntungan yang besar.

Dalam penulisan skripsi ini, dimana penulis membahas menganai terjaminnya asas keamanan dan keselamatan konsumen yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen oleh pelaku usaha. Untuk menemukan indikasi

terhadap itikad tidak baik pelaku usaha dalam menjalankan usaha layanan jasa karaoke keluarga Penulis melakukan penelitian ke beberapa tempat jasa karaoke keluarga. Dalam

penelitian yang dilakukan penulis melakukan wawancara dengan pimpinan atau pemangku jabatan dalam hal menjalankan usaha yang di berikan oleh pelaku usaha atau pemilik usaha layanan jasa karaoke keluarga di kota Salatiga. Adapun Tempat layanan jasa karaoke

keluarga yang menjadi obyek penelitian oleh penulis yaitu :

 New ZenSho narasumber atas nama Budi Purwanto.38

 Queen Narasumber atas nama Fajar Yanto.39

 Inul Vizta Narasumber atas nama Kresna Pradipta.40

Wawancara yang dilakukan penulis berupa pertanyaan dan di tuangkan pada tabel

sebagai berikut :

Tabel 2.2.4

38 Wawancara dengan Pimpinan jasa Karaoke Keluarga New Zensho, Budi Purwanto. Tanggal 23

Agustus 2017, Jam 21:00 WIB.

39 Wawancara dengan Pimpinan jasa Karaoke Keluarga Queen, Fajar yanto. Tanggal 23 Agustus 2017,

Jam 19:00 WIB.

40 Wawancara dengan Pimpinan jasa Karaoke Keluarga Inul Vizta, Kresna Pradipta. Tanggal 24 Agustus

(37)

Wawancara Terhadap Pelaku Usaha Dalam Menjalankan Usaha Layanan Jasa

1 Bentuk perizinan Mengantongi izin

(38)
(39)

membawa minuman

(40)

Hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis, Perihal perizinan penyelenggaraan layanan jasa karaoke keluarga kota Salatiga, pelaku usaha harus memiliki izin berbentuk

Tanda Daftar Usaha Pariwisata yang disahkan oleh Walikota Salatiga. Tiga tempat layanan karaoke keluarga telah memiliki izin beroperasi. Hal tersebut dapat dikatakan pelaku usaha memiliki itikad baik dalam mendaftarkan usahanya dan telah mengantongi izin oleh

pemerintah Kota Salatiga. Namun mengenai penjualan minuman keras, dari keterangan masing-masing pelaku usaha menyatakan bahwa mereka menyediakan minuman beralkohol

golongan (A) di maksud minuman yang mengandung alkohol paling tinggi sebesar 5% kandungan alkohol, dari keterangan tersebut para pelaku usaha mengaku bahwa terhadap

41 Wawancara dengan Pimpinan jasa Karaoke Keluarga New Zensho, Budi Purwanto. Tanggal 23

Agustus 2017, Jam 21:00 WIB.

42 Wawancara dengan Pimpinan jasa Karaoke Keluarga Queen, Fajar yanto. Tanggal 23 Agustus 2017,

Jam 19:00 WIB.

43 Wawancara dengan Pimpinan jasa Karaoke Keluarga Inul Vizta, Kresna Pradipta. Tanggal 24 Agustus

Gambar

Tabel 2.2.4
Tabel 2.2.5
Tabel 2.2.6
Tabel 2.2.7
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase kecerdasan emosional siswa dari jumlah keseluruhan sampel 116 yaitu : 33,62% tergolong dalam kategori

Di Masjid Taqwa Kota Metro Masjid Taqwa metro sudah berdiri sejak 21 Juli 1967 dibangun secara swadaya oleh masyarakat islam (kabupaten) Lampung Tengah, dan diresmikan

perekonomian yang sangat besar serta realisasi harga yang lebih tinggi untuk petani banyak langkah yang diperlukan untuk mencapainya terkait dengan reformasi dari komite

Bentrok merupakan suatu tindakan yang bersifat negatif dalam hal kekerasan dilakukan secara serentak ,dapat merugikan orang lain yang terkait dalam suatu

Analisis data kecerdasan emosi pada siswa SMP Islam Sunan Gunung Jati Ngunut. Tulungagung dilaporkan pada

ini adalah Untuk mendeskripsikan penerapan metode pembelajaran snowball throwing yang dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi pokok.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Penyelesaiannya dengan dilakukan Sidang desa yang diwakili dengan tokoh-tokoh desa yang menjadi

[r]