• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA (SHU) PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) KOTA SURAKARTA TAHUN 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA (SHU) PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) KOTA SURAKARTA TAHUN 2011"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

SISA HASIL USAHA (SHU) PADA KOPERASI PEGAWAI

REPUBLIK INDONESIA (KPRI) KOTA SURAKARTA

TAHUN 2011

Skripsi

Diajukan Sebagai Kelengkapan dan Syarat Untuk Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pada Program Sarjana Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Oleh :

NUR HADI WICAKSONO F1110022

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

(2)
(3)
(4)

MOTTO

Orang-orang yang terbaik adalah mereka selalu

mencoba untuk terus memperbaiki

dirinya

(Imam Gozali)

(5)

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini kupersembahkan untuk : 1. Kedua orang tuaku dan kakakku 2. Mbah Kung dan Mbah Dok 3. Seseorang yang ada disana 4. Sahabat-sahabatku

5. Almamaterku

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Skripsi dengan judul ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA (SHU) PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 dapat diselesaikan dengan baik.

Penyusunan skripsi oleh penulis tidak akan berhasil apabila tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Drs. Wahyu Agung S, Msi selaku pembimbing yang arif dan bijak dan telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan memberikan masukan yang berarti dalam penulisan skripsi ini.

2. Dr. Wisnu Untoro, M.S, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Supriyono, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta staf dan karyawan yang telah memberikan ilmu, arahan, pelayanannya kepada penulis. 5. Kedua orang tuaku dan saudara-saudaraku yang telah memberikan motivasi dan

dukungan yang besar kepada penulis.

6. Staf dan karyawan Dinas Koperasi dan UKM Kota Surakarta atas kerjasama dan bantuannya dalam pengumpulan data penelitian ini.

(7)

7. Teman-teman kampus Fakultas Ekonomi atas persahabatan, saling membantu dan kerjasamanya selama ini.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan masukan bagi semua pihak yang berkepentingan.

Surakarta, Desember 2012

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN ABSTRAKSI ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xi

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Landasan Teori ... 6

1. Pengertian Koperasi ... 6

2. Tujuan, Fungsi dan Peran Koperasi ... 8

3. Jenis-Jenis Koperasi di Indonesia ... 10

(9)

4. Modal Koperasi ... 12

5. Koperasi Pegawai Republik Indonesia ... 16

6. Pengertian Partisipasi ... 18

7. Keanggotaan Koperasi ... 20

8. Pengurus Koperasi ... 24

9. Manager Koperasi ... 28

10.Volume Usaha ... 31

11.Sisa Hasil Usaha... 32

B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 35

C. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 37

1. Kerangka Pemikiran ... 37

2. Hipotesis... 39

BAB III. METODE PENELITIAN ... 40

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 40

B. Jenis dan Sumber Data ... 40

C. Metode Pengumpulan Data ... 40

D. Definisi Operasional Variabel ... 41

E. Metode Analisis Data ... 43

1. Analisis Regresi Linear Berganda ... 43

2. Uji Statistik ... 44

3. Uji Asumsi Klasik ... 47

BAB IV.ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Gambaran Objek Penelitian ... 51

(10)

1. Keadaan Geografis ... 51

2. Keadaan Alam Kota Surakarta ... 52

3. Aspek Demografi ... 53

5. Kondisi Perekonomian Surakarta... 58

6. Koperasi Kota Surakarta ... 60

B. Hasil dan Analisis Data ... 62

1. Deskripsi Variabel... 62

C. Analisis Data dan Pembahasan ... 67

1. Analisis Regresi Linear Berganda ... 68

2. Uji Statistik ... 69

3. Uji Asumsi Klasik ... 71

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 76

BAB V. PENUTUP ... 78 A. KESIMPULAN ... 78 B. SARAN ... 79 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

commit to user

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 38 Gambar 3.1 Daerah Kritis Uji t ... 45 Gambar 4.1 Uji Normalitas ... 72

(12)

DAFTARTABEL

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Tahun 2004-2009 ... 54

Tabel 4.2 Penduduk Kota Surakarta Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2011 (jiwa) ... 55

Tabel 4.3 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan Di Kota Surakarta Tahun 2011 ... 56

Tabel 4.4 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Di Kota Surakarta Tahun 2011... 57

Tabel 4.5 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Kota Surakarta Tahun 2007-2011 59 Tabel 4.6 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Surakarta Tahun 2007-2011 ... 60

Tabel 4.7 Jumlah KPRI Kota Surakarta Tahun 2011 ... 61

Tabel 4.8 Pembagian SHU KPRI Kota Surakarta Tahun 2011 ... 63

Tabel 4.9 Modal Sendiri KPRI Kota Surakarta Tahun 2011 ... 64

Tabel 4.10 Modal Pinjaman KPRI Kota Surakarta Tahun 2011 ... 65

Tabel 4.11 Volume Usaha KPRI Kota Surakarta Tahun 2011 ... 66

(13)

Tabel 4.12 Managerial Koperasi KPRI Kota Surakarta Tahun 2011 ... 67

Tabel 4.13 Hasil Regresi Linear Berganda ... 68

Tabel 4.14 Hasil Uji t ... 70

Tabel 4.15 Uji Autokorelasi ... 73

Tabel 4.16 Uji Multikolinearitas ... 74

Tabel 4.17 Uji White Heteroskedastisitas ... 75

(14)

ABSTRAKSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA (SHU) PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA

(KPRI) KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NUR HADI WICAKSONO

F1110022

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel jumlah modal sendiri, jumlah modal pinjaman, jumlah volume usaha dan kepengurusan managerial koperasi terhadap besarnya jumlah Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Pegawai Republik Indonesia Kota Surakarta. Sehubungan dengan tujuan tersebut diajukan empat hipotesis dimana jumlah modal sendiri, jumlah modal pinjaman, jumlah volume usaha dan managerial koperasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap besarnya SHU koperasi.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Data berupa sekunder yang didapat dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Surakarta. Jumlah sampel yang dalam penelitian ini berjumlah 30 koperasi pegawai negeri dengan pengambilan secara acak sederhana. Metode pengujian statistik antara lain uji t, uji F, dan uji R2 serta uji asumsi klasik (uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas / uji white). Peneliti menggunakan signifikansi pada tingkat 5%.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah variabel modal sendiri dan variabel volume usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap besarnya SHU pada KPRI di Kota Surakarta. Sedangakan dua variabel yaitu modal pinjaman dan managerial koperasi tidak berpengaruh terhadap besarnya SHU pada KPRI di Kota Surakarta.

Saran penulis berdasarkan penelitian adalah jumlah modal sendiri dan jumlah volume usaha berpengaruh positif dan signifikan. Oleh karena itu penulis memberi saran bahwa modal sendiri diharapkan agar pengurus KPRI Kota Surakarta terus aktif mendorong anggota koperasi untuk meningkatkan simpanan pokok dan simpanan wajib serta pemupukan dana cadangan. Sehingga modal sendiri dapat digunakan sebaik mungkin dan meningkatkan pelayanan usaha koperasi agar SHU juga terus meningkat. Sedangkan saran untuk volume usaha KPRI Kota Surakarta diharapkan terus ditingkatkan agar keuntungan yang diperoleh juga semakin besar dan dapat meningkatkan SHU. Dengan meningkatnya SHU diharapkan dapat mensejahterakan anggotanya.

Kata Kunci : modal sendiri, modal pinjaman, volume usaha, managerial koperasi, SHU

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan usaha koperasi merupakan penjabaran dari UUD 1945 pasal 33 ayat (1). Dengan adanya penjelasan UUD 1945 Pasal 33 ayat (1) koperasi berkedudukan sebagai soko guru perekonomian nasional dan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem perekonomian nasional. Sebagai salah satu pelaku ekonomi, koperasi merupakan organisasi ekonomi yang berusaha menggerakkan potensi sumber daya ekonomi demi memajukan kesejahteraan anggota. Karena sumber daya ekonomi tersebut terbatas, dan dalam mengembangkan koperasi harus mengutamakan kepentingan anggota, maka koperasi harus mampu bekerja seefisien mungkin dan mengikuti prinsip-prinsip koperasi dan kaidah-kaidah ekonomi.

Sebagai badan usaha yang berlandaskan asas kekeluargaan, maka koperasi mempunyai keunggulan yakni anggotanya yang dapat mandiri dan lebih berkembang antara individu maupun secara bersama-sama sehubungan dengan aktifnya seluruh anggotanya. Untuk dapat berkembang atas kekuatan sendiri, koperasi memerlukan peran aktif pada anggotanya dalam segala kegiatan koperasi untuk dapat berkembang atas kekuatan sendiri. Peran aktif tersebut tercipta apabila terdapat perasaan memiliki sehingga secara efektif dapat mengambil keputusan koperasi. Para anggota juga berhak dan harus

1

(16)

2 mampu menjalankan pengawasan atas jalannya usaha koperasi (K.Tjilik Suwito, dkk, 1991 : 18).

Faktor modal dalam usaha koperasi adalah salah satu sarana yang turut menentukan majunya koperasi dan berguna untuk lebih lanjut. Modal diperoleh dari anggota koperasi, pemerintah, badan usaha, koperasi lain dan bank. Modal yang diperoleh dari anggota berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, dan modal yang terbentuk dari cadangan berbagai kegiatan yang dilakukan koperasi dalam usaha pencarian dana.

Anggota koperasi harus berpartisipasi yang aktif dan akan berdampak dalam perkembangan koperasi yang positif. Angggota memiliki partisipasi di berbagai bidang, yaitu aktifitas koperasi, modal koperasi dan dalam bidang penggunaan jasa usaha koperasi. Setiap anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan pengendalian keputusan yang diselenggarakan melalui rapat anggota tahunan maupun di luar anggota.

Tujuan koperasi dalam usahanya yakni meningkatkan kondisi sosial ekonomi anggotanya dan mengumpulkan keuntungan yang nanti akan dikembalikan kepada anggotanya. Keuntungan tersebut diperoleh melalui usaha yang didirikan pada koperasi tersebut dan pembagiannya diambil melalui SHU (Sisa Hasil Usaha). Demi meningkatkan SHU dan menjaga kelangsungan hidup koperasi, maka berbagai faktor-faktor yang mendorong terus ditingkatkan semaksimal mungkin tanpa mengubah asas utama koperasi. Salah satu koperasi di Indonesia yang dibentuk oleh golongan-golongan fungsional pegawai negeri atau yang dikenal dengan Koperasi

(17)

3 Pegawai Negeri (KPN) atau sekarang Koperasi Peawai Republik Indonesia (KPRI). Para anggota KPN adalah masyarakat yang memiliki pendapatan tetap dan relatif sedang atau rendah sehingga perjuangan KPN diarahkan untuk minimal dapat mempertahankan tingkat kehidupan anggotanya sebagai suatu landasan untuk meningkatkan taraf hidup mereka dan secara maksimal dapat memperbaiki kualitas hidup anggotanya (Sumitro Joyohadikusumo dan Sri Edi Swasono, 1985 : 286).

KPRI berada di seluruh Indonesia dan salah satunya di Kota Surakarta, KPRI di kota ini semua telah berjalan dengan baik. Perolehan SHU di KPRI Kota Surakarta tergolong tertinggi di eks karisidenan Surakarta. Dengan tingginya SHU maka pelayanan koperasi akan semakin baik dan akan menarik minat orang untuk menjadi anggota koperasi. Peningkatan SHU tersebut didukung oleh beberapa faktor seperti modal sendiri, modal pinjaman, volume usaha, dan managerial koperasi. Sehingga KPRI di Kota Surakarta dapat terus maksimal dan ditingkatkan.

Maksud dari tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh faktor-faktor modal sendiri, modal pinjaman, volume usaha, dan managerial koperasi KPRI Kota Surakarta. Oleh karena itu melalui latar belakang di atas, maka penulis akan melakukan penulisan skripsi dengan mengambil judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA (SHU) PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) KOTA SURAKARTA TAHUN 2011”.

(18)

4

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh modal sendiri terhadap besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Kota Surakarta?

2. Bagaimana pengaruh modal pinjaman terhadap besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Kota Surakarta?

3. Bagaimana pengaruh volume usaha koperasi terhadap besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Kota Surakarta?

4. Bagaimana pengaruh managerial koperasi terhadap besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Kota Surakarta melalui Dummy Variabel?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui modal sendiri terhadap besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Kota Surakarta.

(19)

5 2. Untuk mengetahui pengaruh modal pinjaman terhadap besarnya Sisa Hasil

Usaha (SHU) pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Kota Surakarta.

3. Untuk mengetahui pengaruh volume usaha koperasi terhadap besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Kota Surakarta.

4. Untuk mengetahui pengaruh managerial koperasi terhadap besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Kota Surakarta melalui Dummy Variabel.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat dalam pengembangan koperasi terutama masalah SHU.

b. Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan bagi penulis.

c. Untuk membuktikan pentingnya dalam perolehan SHU pada KPRI Kota Surakarta.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian dapat bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan bagi Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Kota Surakarta untuk meningkatkan perolehan SHU.

b. Sebagai bahan pertimbangan bagi koperasi dalam menyusun strategi untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha lainnya.

(20)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Koperasi

Istilah koperasi berdasarkan asal katanya berasal dari bahasa latin yaitu Cooperere dimana dalam bahasa Inggris menjadi Cooperation yang berarti bekerjasama. Co mempunyai arti bersama, sedangkan operation berarti bekerja atau berusaha (to operate). Kata “koperasi” dikenal untuk pertama kalinya dalam Undang-undang 79 Nomor 1958, dimana dalam undang-undang ini memuat pengubahan kata dari “kooperasi” menjadi “koperasi” (Ima Suwandi, 1985:11).

Co dan operation yang mengandung makna yaitu bekerjasama untuk mencapai satu tujuan. Oleh sebab itu koperasi dapat diartikan sebagai suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau dapat juga beranggotakan badan-badan yang memberikan suatu kebebasan dan keleluasaan untuk masuk dan keluar sebagai anggota, dengan jalan bekerjasama berdasarkan kekeluargaan dalam melaksanakan berbagai kegiatan usaha yang dimaksudkan untuk mempertinggi dan meningkatkan jasmaniah bagi para anggotanya (Arifinal Chaniago dalam Pandji Anoraga dan Ninik Widiyanti 1995:8-9)

Koperasi merupakan suatu perkumpulan otonom dari orang-orang yang dengan sukarela bergabung untuk memenuhi berbagai macam

6

(21)

7 kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya yang sama yang mereka miliki melalui suatu bentuk perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis (Hendrojogi, 1998:45).

Sehingga dari definisi tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa :

a. Dalam berkoperasi terdapat suatu unsur kesukarelaan (kesadaran untuk menjadi anggota koperasi tanpa adanya paksaan dan tekanan dari pihak manapun).

b. Melalui kerjasama maka manusia akan lebih mudah mencapai segala sesuatu yang mereka inginkan dalam hidupnya, begitu juga dalam berkoperasi karena beban dan tanggungjawab yang dirasakan menjadi lebih ringan dan mudah mencapai kesuksesan jika dipikul bersama-sama.

c. Koperasi yang didirikan memiliki berbagai pertimbangan-pertimbangan ekonomis yang harus diperjuangkan (dalam segala kegiatan usaha koperasi diarahkan untuk mencapai tujuan meningkatkan kesejahteraan anggotanya dan dapat memberikan manfaat ekonomis yang diharapkan) (Margono Djojohadikoesoemo dalam Hendrojogi, 1998:21)

d. Koperasi beranggotakan orang-perorangan atau badan-badan hukum koperasi yang mempunyai landasan serta menggunakan asas kekeluargaan yang tidak dapat dimiliki oleh badan-badan hukum yang lain.

(22)

8

2. Tujuan, Fungsi dan Peran Koperasi Indonesia

a. Tujuan Koperasi

Dalam Bab II pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, koperasi Indonesia memiliki tujuan sebagai berikut :

“Koperasi Indonesia bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.”

Melalui pernyataan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa koperasi Indonesia menurut Baswir (1997:48) memiliki tujuan:

1) Untuk memajukan kesejahteraan anggotanya 2) Untuk memajukan kesejahteraan masyarakat

3) Ikut serta membangun tatanan perekonomian nasional.

Dari tiga aspek tersebut, koperasi memiliki tujuan yang yaitu memajukan kesejahteraan anggota. Setelah itu mensejahterakan sosial masyarakat. Karena anggota koperasi juga merupakan anggota masyarakat, berarti peningkatan taraf hidup anggota juga berarti peningkatan taraf hidup masyarakat yang bertahap (Firdaus, 2002:43).

Pelayanan yang baik merupakan salah satu tujuan koperasi. Kegiatan usaha koperasi tidak hanya berorientasi mencari keuntungan (profit oriented) saja melainkan juga pada orientasi manfaat (benefit oriented). Oleh karena itu manajemen koperasi tidak hanya mengejar

(23)

9 keuntungan sebagai tujuan perusahaan melainkan mereka bekerja didasari dengan pelayanan (service a cost). Tujuan ini dijabarkan dalam berbagai aspek program oleh manajemen koperasi pada setiap rapat anggota tahunan.

b. Fungsi dan Peran Koperasi

Sedangkan fungsi dan peran koperasi, yang diatur di dalam Bab III bagian pertama pasal 4 Undang-undang No.25 Tahun 1992 sebagai berikut :

1) Mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi para anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

2) Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara.

3) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya mengingat perekonomian rakyat merupakan sumber kekuatan perekonomian nasional,

4) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi yang sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia.

(24)

10 5) Mengembangkan kreativitas dan jiwa berorganisasi bagi pelajar

bangsa.

3. Jenis-Jenis Koperasi di Indonesia

Penjenisan koperasi diatur menurut pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 1959 tentang Perkembangan Pergerakan Koperasi. Pengertian dari penjenisan koperasi merupakan pembedaan koperasi yang didasarkan pada golongan dan fungsi ekonomi. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut, penjenisan koperasi lebih ditekankan pada lapangan usaha atau tempat tinggal para anggota suatu koperasi (Hendrojogi, 1998:50).

Jenis koperasi Indonesia berdasarkan Pasal 16 Undang-undang nomor 25 Tahun 1992 ada dua yaitu koperasi berdasarkan kebutuhan dan koperasi berdasarkan golongan fungsional. Sedangkan dasar untuk menentukan jenis koperasi adalah kesamaan aktivitas, kepentingan dan kebutuhan ekonomi anggotanya.

Berdasarkan kebutuhan dan efisiensi dalam ekonomi sesuai dengan sejarah timbulnya gerakan koperasi, terdapat beberapa kategori dan penjelasannya sebagai berikut :

a. Koperasi Konsumsi

Koperasi yang menyelenggarakan fungsi pembelian atau pengadaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan anggota sebagai konsumen akhir. Di sini anggota sebagai pemilik dan pembeli atau konsumen bagi koperasinya.

(25)

11 b. Koperasi Kredit atau Simpan Pinjam

Koperasi yang bergerak dibidang simpan pinjam yang dimiliki dan dikelola oleh anggotanya, dan yang bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya sendiri.

c. Koperasi Produksi

Koperasi yang menghasilkan barang dan jasa, dimana anggotanya bekerja sebagai pegawai atau karyawan koperasi. Di sini anggota berperan sebagai pemilik dan pekerja koperasi.

d. Koperasi Jasa

Koperasi yang menyelenggarakan pelayanan jasa yang dibutuhkan oleh anggota, misalnya: simpan pinjam, asuransi, dan sebagainya. Di sini anggota berperan sebagai pemilik dan pengguna layanan jasa koperasi.

e. Koperasi Distribusi atau Pemasaran

Koperasi yang menyelenggarakan fungsi distribusi barang atau jasa yang dihasilkan oleh anggotanya agar sampai di tangan konsumen. Di sini anggota berperan sebagai pemilik dan pemasok barang atau jasa kepada koperasinya.

Untuk Koperasi Golongan Fungsional dijelaskan pada pasal 16 Undang-undang nomor 25 Tahun 1992 antara lain :

a. Koperasi angkatan darat (Kopad) b. Koperasi angkatan laut (Kopal) c. Koperasi angkatan udara (Kopau)

(26)

12 d. Koperasi angkatan kepolisian (Koppol)

e. Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) f. Koperasi Pensiunan Angkatan Darat

g. Koperasi Pensiunan h. Koperasi Karyawan i. Koperasi Sekolah

Jenis-jenis koperasi di atas merupakan sebagian kecil, masih banyak penjenisan koperasi yang didasarkan bukan pada golongan fungsional dan kebutuhan ekonomi anggotanya.

4. Modal Koperasi

Seperti halnya bentuk badan usaha yang lain, untuk menjalankan kegiatan usahanya koperasi juga memerlukan modal. Koperasi merupakan kumpulan dari orang-orang yang mengumpulkan modal untu modal usaha dan setiap orang mempunyai hak yang sama. Menurut Pasal 41 Undang-undang No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian, modal sebuah koperasi berasal dari modal sendiri, modal luar dan modal penyertaan.

Modal sendiri dalam usaha koperasi menunjukkan bahwa keaktifan dan partisipasi anggota sangat diperlukan. Modal sendiri didapat dari :

a. Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib disetorkan ke dalam kas koperasi oleh para pendiri atau anggota koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat ditarik kembali

(27)

13 oleh anggota koperasi tersebut selama yang bersangkutan masih tercatat menjadi anggota koperasi.

b. Simpanan Wajib merupakan yang harus dilakukan oleh semua anggota koperasi yang dapat disesuaikan besar kecilnya dengan tujuan usaha koperasi dan kebutuhan dana yang hendak dikumpulkan, arena itu akumulasi simpanan wajib para anggota harus diarahkan mencapai jumlah tertentu agar dapat menunjang kebutuhan dana yang akan digunakan menjalankan usaha koperasi.

c. Dana cadangan ialah sejumlah uang yang diperoleh dari sebagian hasil usaha yang tidak dibagikan kepada anggotanya, tujuannya adalah untuk memupuk modal sendiri yang dapat digunakan sewaktu-waktu apabila koperasi membutuhkan dana secara mendadak atau menutup kerugian dalam usaha.

d. Hibah adalah bantuan, sumbangan atau pemberian cuma-cuma yang tida mengharapkan pengembalian atau pembalasan dalam bentuk apapun. Siapa pun dapat memberikan hibah kepada koperasi dalam bentuk apapun sepanjang memiliki pengertian seperti itu, untuk menghindarkan koperasi menjadi tergantung dengan pemberi hibah sehingga dapat mengganggu prinsip-prisnsip dan asas koperasi.

Modal luar atau pinjaman merupakan modal koperasi yang diperoleh dari pinjaman-pinjaman. Pinjaman tersebut bisa diperoleh dari :

(28)

14 a. Pinjaman dari anggota

Pinjaman yang diperoleh dari anggota koperasi dapat disamakan dengan simpanan sukarela anggota. Kalau dalam simpanan sukarela, maka besar kecil dari nilai yang disimpan tergantung dari kerelaan anggota. sebaliknya dalam pinjaman, koperasi meminjam senilai uang atau yang dapat dinilai dengan uang yang berasal dari anggota.

b. Pinjaman dari Koperasi Lain

Pada dasarnya diawali dengan adanya kerja sama yang dibuat oleh sesama badan usaha koperasi untuk saling membantu dalam bidang kebutuhan modal. Bentuk dan lingkup kerja sama yang dibuat bisa dalam lingkup yang luas atau dalam lingkup yang sempit, tergantung dari kebutuhan modal yang diperlukan.

c. Pinjaman dari Lembaga Keuangan

Pinjaman komersial dari lembaga keuangan untuk badan usaha koperasi mendapat prioritas dalam persyaratan. Prioritas tersebut diberikan kepada koperasi sebetulnya merupakan komitmen pemerintah dari negara-negara yang bersangkutan untuk mengangkat kemampuan ekonomi rakyat khususnya usaha koperasi.

d. Obligasi dan Surat Utang

Untuk menambah modal koperasi juga dapat menjual obligasi atau surat utang kepada masyarakat investor untuk mencari dana segar dari masyarakat umum diluar anggota koperasi. Mengenai persyaratan

(29)

15 untuk menjual obligasi dan surat utang tersebut diatur dalam ketentuan otoritas pasar modal yang ada.

e. Sumber Keuangan Lain

Semua sumber keuangan, kecuali sumber keuangan yang berasal dari dana yang tidak sah dapat dijadikan tempat untuk meminjam modal.

Modal penyertaan merupakan pemupukan modal koperasi yang berasal dari modal penyertaan baik yang berasal dari dana pemerintah maupun dari dana masyarakat dalam bentuk investasi dilakukan dalam rangka memperluas kemampuan untuk menjalankan kegiatan usaha koperasi, terutama usaha-usaha yang membutuhkan dana untuk usaha yang memerlukan proses jangka panjang. Para pemilik modal penyertaan tidak mempunyai kekuasaan dalam rapat anggota tahunan serta dalam penentuan kebijakan koperasi secara keseluruhan. Pemilik modal penyertaan hanya dilibatkan dalam pengelolaan usaha koperasi serta pengawasan usaha investasinya, sesuai perjanjian dengan koperasi.

Djoko Sutjiptadi dalam Nasrudin (2004:20) menjelaskan terdapat beberapa alasan tentang pentingnya pengaturan permodalan koperasi, yaitu :

a. Modal koperasi akan selalu dibutuhkan selama usaha koperasi masih bisa beroperasi. Selama kegiatan usaha koperasi masih berlangsung, maka modal koperasi ini akan terus berputar karena akan digunakan dalam pembelian, pembayaran upah buruh atau gaji karyawan dan akan kembali lagi menjadi uang kas melalui hasil penjualan yang akan

(30)

16 digunakan lagi untuk belanja pembelian, upah buruh, pembayaran gaji karyawan pada periode kerja berikutnya.

b. Modal koperasi merupakan suatu alat untuk mengukur likuiditas usaha koperasi. Hal ini berarti modal koperasi bisa digunakan sebagai alat untuk mengetahui kemampuan usaha suatu koperasi dalam memenuhi kewajiban finansial atau keuangannya, maka koperasi bisa dinyatakan likuid atau lancar.

c. Pengaturan modal koperasi dapat membantu pinjaman dalam penyusunan rencana-rencana usaha koperasi pada waktu yang akan datang dengan lebih baik dari waktu yang sebelumnya.

5. Koperasi Pegawai Republik Indonesia

Berdasarkan Koperasi Golongan Fungsional yang dijelaskan pada pasal 16 Undang-undang nomor 25 Tahun 1992 ada beberapa jenis koperasi, salah satunya adalah Koperasi Pegawai Republik Indonesia atau disingkat (KPRI). KPRI adalah koperasi yang beranggotakan para pegawai negeri di Indonesia.

Kopeasi Pegawai Negeri seringkali disebut Koperasi Pegawai Republik Indonesia. Hal ini dikarenakan untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan suatu kondisi, maka pada tanggal 4 April 1995, nama induk koperasi pegawai negeri republik Indonesia diganti. Sehingga sejak tanggal tersebut, perubahan nama KPN atau Koperasi Pegawai Negeri berubah menjadi Koperasi Pegawai Republik Indonesia.

(31)

17 Pada umunya KPRI menjalankan usaha simpan pinjam dalam usaha membantu para anggotanya dalam hal penyimpanan dana dan kebutuhan mereka yang berkaitan dengan uang tunai yang manfaatnya benar-benar dirasakan para pegawai negeri karena kepraktisannya. Unit simpan pinjam KPRI memiliki manfaat yang besar bagi pegawai negeri mengingat simpanan dan pinjaman yang dapat dilakukan dengan prosedur yang mudah dan cepat.

Dalam mengukur keberhasilan suatu koperasi berkaitan dengan efisien ekonomis, kestabilan keuangan dan prestasi usaha KPRI yang terletak pada keberhasilan dalam melayani kebutuhan anggotannya sehingga kesejahteraan atau kemampuan ekonominya meningkat. Sehingga apabila terdapat keuntungan, maka anggotalah yang pertama-tama merasakan manfaatnya. Sedangkan keuntungan yang diperoleh dari koperasi adalah hasil dari kegitan pelayanan kepada anggotannya yang dikelola secara efisien dan profesional.

Dengan dibentuknya koperasi ini diharapkan pegawai mampu berpartisipasi secara nyata dalam pembangunan sesuai dengan kemampuan masing-masing dalam usaha meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya serta masyarakat luas pada umumnya. KPRI merupakan badan usaha yang harus dikelola dengan baik layaknya badan usaha lain, para pegawai negeri merupakan kelompok yang mempunyai profesi dan kepentingan ekonomi yang sama, sehingga didirikanlah Koperasi Pegawai Republik Indonesia.

(32)

18

6. Pengertian Partisipasi

Koperasi di Indonesia didefinisikan sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip bekerjasama sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan. Sebagai badan usaha yang berorientasi pada pelayanan kepada anggota, maka usaha koperasi lebih tepat disebut sebagai social business, dari pada commercial business, sehingga tidak untuk mengejar keuntungan semata (Peter Davis, 2008).

Dalam melaksanakan kegiatannya, koperasi menghasilkan produk dan jasa yang dapat dimanfaatkan oleh anggotanya. Anggota merupakan faktor utama yang penting diperhatikan, sebab eksistensi anggota berpengaruh pada kelangsungan hidup dan keberhasilan suatu koperasi. Kedudukan anggota pada koperasi sangat penting sebagai sumber kekuatan, karena anggota adalah pemilik modal sekaligus sebagai pelanggan atau pengguna usaha. Oleh karena itu, pelayanan yang memuaskan terhadap anggota akan mendorong anggota untuk dapat meningkatkan partisipasinya.

Kata partisipasi berasal dari bahasa Perancis Kuno participation dan Latin participationem, merupakan turunan dari dasar kata participare dan particeps yang memiliki arti bagian (part) dan mengambil (capere). Dengan demikian partisipasi merupakan kegiatan mengambil bagian dari sesuatu (http://www.geocities.com/ etymonline/pr.htm). Menurut Allport,

(33)

19 seseorang yang berpartisipasi sebenarnya mengalami keterlibatan dirinya dan egonya yang sifatnya lebih daripada keterlibatan dalam pekerjaan atau tugas saja. Dengan keterlibatan dirinya juga berarti keterlibatan pikiran dan perasaannya.

Bentuk-bentuk Partisipasi Anggota Koperasi terdiri dari beberapa bentuk, yaitu :

a. partisipasi dalam kegiatan usaha koperasi (transaksi jual beli/simpan pinjam dengan koperasi),

b. partisipasi dalam pemupukan modal (kesadaran anggota dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya, yaitu membayar simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela)

c. partisipasi dalam pengambilan keputusan (mengikuti rapat-rapat anggota) dan

d. partisipasi pengawasan.

Bentuk-bentuk partisipasi anggota dihubungkan dengan prinsip identitas ganda anggota, sebagaimana dikemukakan oleh Alfred Hanel dalam Tim IKOPIN (2000), yaitu :

a. Sebagai pemilik, anggota harus turut serta dalam mengambil keputusan, evaluasi dan pengawasan terhadap jalannya perusahaan koperasi yang biasanya dilakukan pada waktu rapat anggota.

b. Sebagai pemilik, anggota harus turut serta melakukan kontribusi modal melalui berbagai bentuk simpanan untuk memodali jalannya perusahaan koperasi.

(34)

20 c. Sebagai pemilik, anggota harus turut serta menanggung resiko usaha

koperasi yang disebabkan oleh kesalahan manajemen.

d. Sebagai pengguna/pelanggan/pekerja/nasabah, anggota harus turut serta memanfaatkan pelayanan barang dan jasa yang disediakan oleh koperasi.

Setiap anggota akan mempertimbangkan untuk memasuki dan mempertahankan/ memelihara hubungannya dengan koperasi, apabila insentif yang diperolehnya lebih besar daripada kontribusi yang harus mereka berikan. Untuk memperoleh mutu partisipasi yang baik tergantung dari ketiga variabel sebagaimana dikemukakan David Corten dalam Ropke (2003) yaitu:

a. Anggota atau penerima manfaat b. Manajemen organisasi

c. Program

Pendapat tersebut menggambarkan bahwa dalam melaksanakan pelayanan yang disediakan koperasi akan berhasil apabila terdapat kesesuaian antara anggota, program dan manajemen. Kesesuaian antara anggota dan koperasi adalah adanya kesepakatan antara kebutuhan anggota dengan (output) keluaran program koperasi. Kualitas partisipasi sangat menentukan dalam upaya mencapai kemandirian koperasi.

7. Keanggotaan Koperasi

Menurut pasal 17 ayat (1) UU No 25/1992 menyebutkan bahwa anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi.

(35)

21 Berdasarkan UU tersebut, maka anggota koperasi memiliki identitas ganda atau dual identity. Oleh karena itu, koperasi berbedan dengan badan usaha yang lain.

Pengertian prinsip identitas ganda ini berarti bahwa anggota koperasi memiliki dua peran sekaligus yaitu sebagai pemilik dan sebagai pelanggan koperasi. Sehingga sebagai pemilik, anggota koperasi harus aktif dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan sebagai pelanggan, maka harus rajin mengkonsumsi barang dan jasa koperasi yang telah disediakan oleh koperasi. Sebagai pemilik, anggota juga harus ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, ikut memilih pengurus koperasi, membayar simpanan-simpanan yang telah ditetapkan, mengajukan berbagai usul dan saran-saran serta ikut menikmati hasil koperasi (Soewardi, 1995:11).

Prinsip identitas ganda akan berangsur-angsur tumbuh dan terdapat dua faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari pengaruh kepemimpinan koperasi dan pengaruh pergaulan dengan sesama anggota koperasi. Sedangkan untuk faktor eksternal yaitu diwajibkannya anggota untuk berlangganan kepada koperasi, selain itu koperasi harus bisa memberikan persediaan barang dan jasa yang murah dan memuaskan, sehingga anggota akan tertarik untuk membeli.

Sebagai suatu perkumpulan, koperasi tidak akan mungkin terbentuk tanpa adanya anggota sebagai tulang punggungnya. Sebagai

(36)

22 kumpulan orang bukannya kumpulan modal. Semakain banyak anggota maka semakin kokoh kedudukan koperasi. Sebab badan usaha koperasi dikelola serta dibiayai oleh para anggota, hal ini terlihat dari pemasukan modal koperasi yang bersumber dari simpanan-simpanan para anggota, yang dikelompokkan sebagai modal sendiri atau modal equity. Disamping itu menurut ketentuan Pasal 17 ayat ( 1 ) UU No. 25 Tahun 1992, dinyatakan bahwa anggota koperasi Indonesia adalah merupakan pemilik sekaligus sebagai pengguna jasa koperasi. Dari sini bisa disimpulkan bahwa maju mundurnya badan usaha koperasi adalah sangat ditentukan sekali dari para anggotanya.

Keanggotaan koperasi didasarkan pada kesadaran dan kehendak secara bebas. Didalam koperasi dijunjung tinggi asas persamaan derajat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam keanggotaan koperasi dikenal adanya sifat bebas, sukarela dan terbuka. Di dalam ketentuan Pasal 19 ayat (1) UU No.25 Tahun 1992, dinyatakan bahwa keanggotaan koperasi didasarkan pada kesamaan kepentingan ekonomi dalam lingkup usaha koperasi.

Dalam ketentuan Pasal 18 ayat (1) UU No.25 Tahun 1992 dinyatakan bahwa yang dapat menjadi anggota koperasi adalah setiap warga negara Indonesia yang mampu melakukan tindakan hukum, atau koperasi yang memenuhi persyaratan seperti ditetapkan dalam anggaran dasar. Menurut ketentuan Pasal 18 ayat (2) UU No.25 tahun 1992, koperasi Indonesia dapat memiliki anggoa luar biasa. Oleh ketentuan dari

(37)

23 Pasal tersebut, keanggotaan mereka sebagai anggota luar biasa adalah dimungkinkan, sepanjang mereka memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam ketentuan Pasal 19 ayat (3) UU No.25 tahun 1992, dinyatakan bahwa keanggotaan koperasi tidak dapat dipindah tangankan. Dalam hal anggota koperasi meninggal dunia maka keanggotaannya dapat dipindah tangan / diteruskan oleh ahli warisnya, yang memenuhi syarat dalam Anggaran Dasar.

Ketentuan Pasal 17 ayat (2) UU No.25 tahun 1992 menyatakan bahwa keanggotaan koperasi dicatat dalam buku anggota yang ada pada koperasi bersangkutan. Buku daftar anggota koperasi tersebut harus diselenggarakan oleh Pengurus Koperasi dan dipelihara dengan baik. Untuk menghindari adanya kecenderungan anggota hanya akan mementingkan dirinya pribadi, maka di dalam UU No.25 ahun 1992 diatur keentuan yang member batasan-batasan terhadap tindakan-tindakan anggota koperasi, khususnya pada Pasal 20.

Adapun kewajiban dari setiap anggota koperasi seperti tercantum di dalam ketentuan Pasal 20 ayat (1) UU No.25 tahun 1992, dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Mematuhi Anggaran Dasar Koperasi.

b. Mematuhi Anggaran Rumah Tangga Koperasi.

c. Mematuhi hasil keputusan – keputusan Rapat Anggota Koperasi.

d. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan koperasi.

(38)

24 e. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasar atas asas

kekeluargaan.

Sedangkan hak dari setiap anggota koperasi seperti tercantum di dalam pasal 20 ayat (2) UU No.25 Tahun 1992, dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Hadir di dalam Rapat Anggota

b. Menyatakan pendapat di dalam Rapat Anggota

c. Memberikan suara di dalam Rapat Anggota

d. Memilih dan / atau dipilih dalam kepengurusan (sebagai Pengurus atau

sebagai pengawas)

e. Meminta diadakannya Rapat Anggota menurut ketentuan – ketentuan

menurut ketentuan dalam anggaran dasar.

f. Didahulukannya unsur kewajiban dari hak anggota koperasi.

8. Pengurus Koperasi

Pengurus koperasi adalah anggota koperasi yang dipercaya untuk mengelola koperasi dengan baik. Pengurus dipilih dari dan oleh anggota koperasi melalui Rapat Anggota, dan berperan mewakili anggota dalam menjalankan kegiatan organisasi maupun usaha koperasi. Pengurus dapat menunjuk manajer dan karyawan sebagai pengelola untuk menjalankan fungsi usaha sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada, sebagaimana jelas tercantum dalam pasal 32 UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

(39)

25 Pengurus memperoleh wewenang dan kekuasaan dari hasil keputusan RAT Pengurus berkewajiban melaksanakan seluruh keputusan RAT guna memberikan manfaat kepada anggota koperasi. Pengurus merumuskan berbagai kebijaksanaan yang harus dilakukan pengelola (Tim Manajemen) dan menjalankan tugas-tugasnya sebagai berikut :

a. Mengelola organisasi koperasi dan usahanya

b. Membuat dan mengajukan Rancangan Program Kerja Serta Rancangan RAPBK (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi).

c. Menyelenggarakan Rapat Anggota.

d. Mengajukan Laporan Keuangan dan Pertanggung jawaban Pelaksanaan Tugas.

e. Menyelenggarakan pembukaan keuangan dan invetaris secara tertib. f. Memelihara daftar buku Anggota, buku Pengurus dan Pengawas. g. Memberikan Pelayanan kepada Anggota Koperasi dan Masyarakat. h. Mendelegasikan tugas kepada manajer.

i. Meningkatkan pengetahuan perangkat pelaksanaan dan anggota. j. Meningkatkan penyuluhan dan pendidikan kepada anggota.

k. Mencatat mulai sampai dengan berakhirnya masa kepengurusan pengawas dan pengurus.

l. Mencatat masuk dan keluarnya anggota.

Pengurus koperasi juga memiliki fungsi dan peran. Berikut fungsi dan peran dari pengurus :

(40)

26 a. Pengurus sebagai pusat pengambilan keputusan yang tertinggi

Fungsi pengurus sebagai pusat pengambilan keputusan tertinggi diwujudkan dalam menentukan tujuan organisasi, merumuskan kebijakan organisasi, menentukan rencana sasaran serta program kerja organisasi koperasi, memilih dan mengawasi tindakan-tindakan manajer-manajer dan karyawan dalam mengelola usaha koperasi. Pengurus merupakan perangkat organisasi koperasi yang diharapkan dapat membawa perubahan dan pertumbuhan organisasi dan sekaligus menjadi sumber inisiatif dan inspirasi bagi pengembangan usaha koperasi. Sedangkan dalam menilai semua hasil kerja kegiatan-kegiatan pengelolaan koperasi secara operasional menjadi tanggung jawab manajer.

b. Fungsi sebagai penasihat

Fungsi sebagai penasihat ini berlaku baik bagi para manajer maupun bagi para anggota. Bagi para manajer maminta nasihat kepada pengurus adalah penting sekali artinya, terutama dalam rangka penjabaran dan penerapan kebijaksanaan operasional dari kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah dirumuskan oleh pengurus. c. Pengurus sebagai pengawas

Bahwa pengurus merupakan orang yang mendapat kepercayaan dari anggota untuk melindungi semua kekayaan organisasi.

(41)

27 d. Pengurus sebagai penjaga kelangsungan hidup organisasi demi

keberlangsngan usaha dan keberlanjutan organisasi koperasi, maka pengurus harus :

1) Mampu menyediakan adanya manajer yang cakap dalam organisasi;

2) Menyeleksi dan memilih eksekutif atau manajer secara efektif; 3) Memberikan pengarahan kepada para manajer agar koperasi

berjalan secara efektif, professional;

4) Menetapkan orang-orang yang mampu mengarahkan kegiatan dari organisasi; dan

5) Mengikuti perkembangan pasar, dengan tepat mengarahkan berbagai jenis layanan barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan oleh koperasi sesuai dengan dinamika pasar dan tingkat kelayakan maupun profitabilitas usaha.

e. Pengurus sebagai simbol

Langkah-langkah yang diambil pengurus terhadap anggota maupun karyawan bersifat persuasive yang menempatkan pengurus menjadi pemimpin yang memiliki kekuatan dan motivator bagi pencapaian tujuan, strategis perusahaan dan kebijaksanaan umum dari organisasi koperasi dirumuskan secara sistematis oleh pengurus. Pengurus memperoleh dan menyajikan informasi koperasi secara cermat dalam menunjang kinerja usaha.

(42)

28

9. Manager Koperasi

Koperasi yang sudah maju pada dasarnya memerlukan tenaga manajer yang profesional untuk menjalankan kegiatan usahanya. Peranan manajer dikaitkan dengan volume usaha, modal kerja dan fasilitas yang diatur oleh pengurus. Besar kecilnya volume usaha merupakan batasan dan ukuran perlu tidaknya diangkat seorang manajer.

Untuk koperasi yang kegiatan usahanya cukup besar dan komplek perlu mengangkat banyak manajer. Sedangkan bagi koperasi yang masih sederhana kegiatannya maka cukup penguruslah yang sekaligus bertindak sebagai manajer. Sehingga dalam skripsi ini, manager digolongkan dalam bentuk dummy variabel yang berarti setiap koperasi dapat memliki seorang manager dan juga dapat tidak memiliki seorang manager.

Rencana pengangkatan pengelola / manajer koperasi harus diajukan dalam rapat anggota untuk mendapat persetujuan. Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa yang dimintakan persetujuan adalah rencana pengangkatan pengelola / manajer usaha. Sedangkan pemilihan dan pengangkatannya dilaksanakan oleh pengurus koperasi.

Pengurus bertanggung jawab penuh dan harus memahami keinginan para anggota dan merumuskannya dalam suatu kebijakan. Pengurus boleh memberikan arahan-arahan kegiatan, sedangkan pelaksanaan detilnya harus diserahkan kepada manajer. Manajer profesional dan mampu menggunakan dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia yang berada dalam kewenangannya.

(43)

29 Manajer dapat diklasifikasikan menurut tingkatannya dalam organisasi atau menurut ruang lingkup kegiatan yang dikelola manajer. Dalam hal ini manajer dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) tingkatan, yaitu :

a. Manajemen Puncak (Top Management)

Manajemen puncak bertanggung jawab langsung kepada pengurus. Ia bertanggung jawab atas manajemen bidang usaha dari koperasi secara menyeluruh. Dalam perusahaan swasta yang besar, mereka juga disebut juga sebagai Chief Executive Officer (CEO) atau Board of Directors.

b. Manajemen Menengah (Middle Management)

Manajemen menegah ini memberikan pengarahan-pengarahan kegiatan kepada manjer bawahan atau dalam hal tertentu bisa juga kepada karyawan-karyawan operasional. Jika manajemen puncak menetapkan kebijakan-kebijakan operasional dan pemecahan masalah lingkungan organisasi mana manajer / manajemen menengah bertanggung jawab terhadap implementasi kebijakan organisasi. c. Manajemen Lini Pertama / Bawah (Lower Management)

Manajer lini pertama ini bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain (bawahannya) dan memberikan pengarahan kepada mereka. Manajer yang baik harus memiliki kualifikasi sebagai berikut :

(44)

30 1) Harus cakap dan memiliki technical skill, dalam arti bawahan

mereka harus mampu memecahkan permasalahan sumber daya secara fisik (nyata).

2) Memiliki executive skill, yaitu mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan SDM.

3) Harus kreatif, mampu menciptakan ide, metode atau cara baru dalam pekerjaan, sehingga lebih efektif dan efisien.

4) Mampu mempunyai pandangan jauh ke depan.

5) Mempunyai jiwa kepemimpinan (leadership), sehingga dipatuhi oleh bawahan.

6) Memiliki organizational skill, sehingga mampu menjabarkan kegiatan-kegiatan operasional.

7) Mampu mengambil keputusan secara cepat dan tepat. 8) Mampu bekerjasama dengan orang lain.

9) Mampu memadukan dan mengakomodasi perbedaan pandangan dari bawahan.

Sedangkan tugas dan kewajiban manajer dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Memimpin kegiatan usaha yang telah digariskan oleh pengurus; b. Mengankat / memberhentikan karyawan koperasi atau kuasa dan / atau

persetujuan pengurus;

c. Membantu pengurus dalam menyusun anggaran belanja dan pendapatan koperasi;

(45)

31 d. Melaporkan secara teratur kepada pengurus tentang pelaksanaan tugas

yang diberikan dan jika perlu dapat memberikan saran perbaikan / peningkatan usaha yang dilakukan;

e. Mempertanggungjawabkan mengenai pelaksanaan tugas kepada pengurus koperasi.

10. Volume Usaha

Penjualan merupakan proses perpindahan hak milik akan suatu barang dan jasa dari tangan pemiliknya kepada calon pemilik baru (pembeli) dengan suatu harga tertentu, dan harga tersebut diukur dengan satuan uang. Tujuan penjualan yang dilakukan perusahaan adalah untuk meningkatkan volume penjualan sehingga dapat diperoleh laba yang maksimal. Melalui penjualan ini, maka perusahaan akan menghasilkan pendapatan yang akan digunakan untuk biaya operasional sehingga perusahaan dapat tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu perusahaan selalu berusaha menghasilkan tingkat penjualan yang tinggi setiap periodenya. Total penjualan yang dicapai selama periode tertentu disebut volume usaha.

Pengertian lain volume usaha adalah total nilai penjualan atau penerimaan dari barang dan jasa pada suatu periode atau tahun buku yang bersangkutan (Sitio, 2001:141). Dengan demikian volume usaha koperasi adalah akumulasi nilai penerimaan barang dan jasa sejak awal tahun buku sampai dengan akhir tahun buku. Aktivitas ekonomi koperasi pada hakekatnya dapat dilihat dari besarnya volume usaha koperasi tersebut.

(46)

32 Kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh koperasi bisa memberikan manfaat yang sebesar-besarnya terutama bagi anggota koperasi dan masyarakat pada umumnya. Usaha atau kegiatan yang dilakukan tersebut dapat dilihat dari besarnya volume usaha yang nantinya akan berpengaruh terhadap perolehan laba atau sisa hasil usaha (SHU) koperasi (Sitio dan Tamba, 2001:142).

Dalam mendirikan suatu peusahaan, koperasi memiliki faktor yaitu setiap anggota memiliki kesamaan kebutuhan ekonomi baik secara individu maupun rumah tangga, Hal utama dalam kegiatan usaha koperasi adalah pelayanan atau pemenuhan kebutuhan anggota. Kegiatan usaha ini diharapkan menjadi sumber keuntungan koperasi.

Kinerja koperasi agar dapat stabil dan lebih baik, maka perlu adanya pengawasan yaitu melalui pengukuran volume penjualan. Tujuan dilakukannya pengukuran volume penjualan yakni untuk menggambarkan perubahan biaya-biaya yang menyangkut dengan volume penjualan seperti biaya variabel, biaya tetap, dan harga jual yang tentunya akan mempengaruhi laba perusahaan atau dalam hal ini Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi. Pengukuran ini merupakan instrument yang lazim dipakai untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi manajemen dalam pengambilan keputusan seperti penetapan harga jual produk.

11. Sisa Hasil Usaha (SHU)

Dalam kegiatannya, koperasi sebagai badan usaha tetap mementingkan keuntungan yang berorientasi kepada kepentingan

(47)

33 anggotannya. Keuntungaan dari koperasi tersebut diperoleh melalui (Sisa Hasil Usaha). Pengertian SHU menurut pasal 45 ayat (1) UU No. 25/1992, adalah sebagai berikut :

a. Sisa Hasil Usaha Koperasi merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi biaya, penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.

b. SHU setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan koperasi, sesuai dengan keputusan Rapat Anggota.

c. Besarnya pemupukan modal dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota.

Penetapan besarnya pembagian SHU kepada para anggota dan jenis serta jumlahnya ditetapkan oleh Rapat Anggota sesuai dengan Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Koperasi. Besarnya SHU yang diterima oleh setiap anggota akan berbeda, tergantung besarnya partisipasi modal dan transaksi anggota terhadap pembentukan pendapatan koperasi.

Rumus pembagian SHU Menurut UU No. 25/1992 pasal 5 ayat 1 mengatakan bahwa :

(48)

34 Pembagian SHU kepada anggota dilakukan tidak semata-mata berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam koperasi, tetapi juga berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota terhadap koperasi. Ketentuan ini merupakan perwujudan kekeluargaan dan keadilan.

Di dalam AD/ART koperasi telah ditentukan pembagian SHU sebagai berikut: Cadangan koperasi 40%, jasa anggota 40%, dana pengurus 5%, dana karyawan 5%, dana pendidikan 5%, dana sosial 5%, dana pembangunan lingkungan 5%. Tidak semua komponen di atas harus diadopsi dalam membagi SHU-nya. Karena hal ini tergantung dari keputusan anggota yang ditetapkan dalam rapat anggota.

Terdapat beberapa prinsip-prinsip dalam pembagian SHU koperasi, antara lain :

a. SHU yang dibagi adalah yang bersumber dari anggota.

b. SHU anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yang dilakukan anggota sendiri.

c. Pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan. d. SHU anggota dibayar secara tunai

Sehingga dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa semakin besar transaksi (usaha dan modal) anggota dengan koperasinya, maka semakin besar SHU yang akan diterima. Dengan tingginya jumlah SHU yang diterima, maka semakin tinggi alokasi balas jasa terhadap anggota dan akan meningkatkan kesejehteraan anggota koperasi.

(49)

35

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian mengenai SHU koperasi sebelumnya telah banyak dilakukan. Dari sekian banyak penelitian tersebut, penulis mencoba membandingkan penelitian yang memiliki ruang lingkup sama terhadap penelitian ini. Berikut ringkasan penelitian terdahulu :

Atmadji pada Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol.7, No.2, 2007:217-232 Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang berjudul : “Faktor-Faktor Yang Menentukan Besarnya Sisa Hasil Usaha Koperasi Dari Aspek Keuangan dan Non-Keuangan”. Variabel independen yang digunakan dalam jurnal ini ada 6, yaitu jumlah modal sendiri, jumlah modal asing, volume usaha, jumlah unit koperasi, jumlah anggota koperasi, dan jumlah tenaga kerja. Namun karena terdapat 2 variabel yang memiliki korelasi hampir sempurna, yaitu variabel volume usaha dan jumlah anggota dibuang untuk menghindari terjadinya heteroskedastisitas. Setelah data diolah dengan tingkat keyakinan 5% maka dapat disimpulkan bahwa variabel yang signifikan dan mempengaruhi besarnya SHU adalah modal asing. Sedangkan variabel modal sendiri, jumlah unit koperasi, dan jumlah tenaga kerja tidak signifikan, sehingga tidak mempengaruhi besarnya SHU.

Annisa Aini dan Achma Hendra Setiawan pada Jurnal Dinamika Pembangunan Vol.3 No.2 / Desember 2006 : 184-195. http://eprints.undip.ac.id, yang berjudul : “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Anggota Koperasi Serba Usaha (KSU) Unit Usaha Simpan Pinjam (USP) Karyawan Pemerintah Daerah Kota Semarang”.

(50)

36 Variabel independen yang digunakan ada 2 yaitu variabel kontribusi keuangan anggota terhadap koperasi dan variabel pemanfaatan terhadap jasa pelayanan. Setelah data diolah dengan tingkat keyakinan 5% maka dapat disimpulkan bahwa kedua variabel berpengaruh positif dan signifikan sehingga mempengaruhi tingkat patisipasi anggota Koperasi Serba Usaha (KSU) Unit Usaha Simpan pinjam (USP) Karyawan Pemerintah Daerah Kota Semarang. Sehingga semakin besar kontribusi keuangan dan pemanfaatan terhadap jasa pelayanan, maka tingkat partisipasi anggota semakin besar.

Nisa Bequimaniar Rustriati pada Jurnal Universitas Komputer http://222.124.203.59/files/disk1/436/jbptunikompp-gdl-nisabequim-21786-17-jurnals-8.pdf. Dengan judul : “Analisis Modal Sendiri Pengaruhnya Terhadap Tingkat Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) Pada Primkopad Kupus II Ditkuad Kota Bandung”. Variabel independen yang digunakan adalah modal sendiri. Modal sendiri pada Primkopad tiap tahun mengalami peningkatan, sehingga dapat meningkatkan usaha koperasi. Setelah data diolah dengan tingkat signifikansi 5%, bahwa variabel modal sendiri mempunyai pengaruh yang sangat signifikan dan positif terhadap besarnya SHU. Sehingga apabila perolehan modal sendiri Primkopad Kupus II Ditkuad meningkat, maka perolehan sisa hasil usaha juga akan meningkat pula.

(51)

37

C. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1. Kerangka Pemikiran

Kinerja koperasi dipengaruhi oleh tingginya pendapatan SHU, dan setiap anggota mengharapkan SHU yang diterimanya selalu tinggi karena akan menentukan bahwa rentabilitas koperasi tersebut juga stabil dan tinggi. Selain itu dapat diketahui bahwa peningkatan SHU merupakan dampak positif bahwa keaktifan dan kesadaran sebagai anggota koperasi semakin baik sekaligus akan mengefektifkan kinerja koperasi.

Modal sendiri dalam usaha koperasi menunjukkan bahwa keaktifan dan partisipasi anggota sangat diperlukan. Jika modal yang diberikan tinggi maka akan mempengaruhi jumlah SHU yang diperoleh koperasi. Dana tersebut dapat dioptimalkan untuk modal koperasi dan dapat dimanfaatkan lebih baik, sehingga dapat meningkatkan usaha koperasi dan dapat meningkatkan SHU.

Modal pinjaman dapat diperoleh dari koperasi lain, pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lain, penerbitan obligasi atau surat utang yang berdasarkan undang-undang yang berlaku, sumber lain yang sah atau pinjaman dari bukan anggota yang dilakukan tidak melalui penawaran secara umum, dan modal yang berasal dari pemerintah atau dari masyarakat dalam bentuk investasi. Modal ini sangat membantu untuk menambah jumlah modal sehingga dapat memajukan usaha koperasi. Usaha koperasi yang maju akan memperbesar jumlah SHU yang didapat.

(52)

38 Melalui volume usaha atau tingginya transaksi koperasi tersebut maka akan mempengaruhi jumlah pendapatan. Sehingga melalui volume usaha yang tinggi, maka keuntungan dan SHU koperasi yang didapat semakin tinggi dan kegiatan koperasi dapat lebih optimal.

Managerial koperasi turut mendukung dalam kegiatan koperasi dan pada saat mengadakan rapat anggota. Sehingga managerial koperasi akan selalu mempengaruhi banyaknya SHU yang didapat.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa besarnya SHU dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu modal sendiri, modal pinjaman, volume usaha dan managerial koperasi. Berikut skema kerangka pemikiran dalam penelitian :

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

1. Variabel Independen : - Modal Sendiri - Modal Pinjaman - Volume Usaha - Managerial Koperasi 2. Variabel Dependen : - Besarnya SHU

Managerial Koperasi Volume Usaha Modal Sendiri Modal Pinjaman Besarnya SHU

commit to user

(53)

39

2. Hipotesis

Hipotesis yang dapat diambil dari pengujian berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas yaitu : a. Diduga jumlah modal sendiri berpengaruh positif dan signifikan

terhadap besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Kota Surakarta.

b. Diduga jumlah modal pinjaman berpengaruh positif dan signifikan terhadap besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Kota Surakarta.

c. Diduga volume usaha koperasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Kota Surakarta.

d. Diduga managerial koperasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Kota Surakarta.

(54)

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengambil ruang lingkup koperasi-koperasi pegawai republik Indonesia diwilayah kota Surakarta. Penelitian dilakukan dengan mencari data sekunder di Pusat Koperasi Pegawai Republik Indonesia (PKPRI) Kota Surakarta dan Dinas Koperasi dan UKM Kota Surakarta, data tersebut berupa faktor-faktor yang mempengaruhi Sisa Hasil Usaha pada KPRI Kota Surakarta.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam melakukan penelitian adalah sekunder. Data tersebut diperoleh melalui buku, arsip yang berhubungan dengan SHU, jumlah modal sendiri, jumlah modal pinjaman, volume transaksi serta managerial koperasi. Sumber data diperoleh dengan mengambil sampel sebanyak 30 KPRI Kota Surakarta dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Surakarta. Sumber data lain didapat melalui kajian pustaka yang berhubungan langsung terhadap penelitian ini.

C. Metode Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan adalah:

40

(55)

41 1. Teknik Purposive Sampling adalah salah satu teknik pengambilan sampel

yang sering digunakan dalam penelitian dan dilakukan secara random (acak).

2. Teknik dokumentasi yaitu menggunakan data yang berkaitan dengan penelitian yang didapat melalui Dinas Koperasi dan UKM Kota Surakarta. 3. Studi Kepustakaan (Library Research) yaitu mempelajari literatur-literatur

yang sesuai dengan masalah penelitian.

D. Definisi Operasional Variabel

Data dalam penelitian ini yakni seluruh KPRI yang berada di Dinas Koperasi dan UKM Kota Surakarta tahun 2011. Dalam penelitian ini terdapat satu variabel dependen yakni Sisa Hasil Usaha (SHU) dan lima variabel independen yang terdiri dari modal sendiri, modal pinjaman, volume usaha dan managerial koperasi yang mempengaruhi besar SHU. Berikut penjelasan variabel-variabel yang digunakan :

1. SHU (Sisa Hasil Usaha)

Keuntungan SHU diatur dalam UU No 25 Tahun 1992 Pasal 45 ayat 1 yang menyatakan bahwa perolehan SHU merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi biaya, penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. SHU setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota

(56)

42 dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan koperasi sesuai dengan keputusan rapat anggota.

2. Modal Sendiri

Modal sendiri adalah dana yang diperoleh melalui anggotanya yang berasal dari simpanan wajib, simpanan pokok, cadangan dan hibah yang dihitung dalam satuan rupiah. Simpanan wajib dibayarkan sekali saat bergabung menjadi anggota koperasi. Simpanan pokok dibayar oleh anggota setiap bulan dengan jumlah nominal yang sama. Cadangan adalah cadangan modal. Hibah merupakan pemberian sukarela dar anggota dengan jumlah nominal bebas. Modal sendiri diatur dalam Pasal 41 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

3. Modal Pinjaman

Modal pinjaman merupakan modal yang didapat dari luar koperasi. Modal baik dari anggota, koperasi lain, bank dan lembaga keuangan lain. Modal luar diatur dalam Pasal 41 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

4. Volume Usaha

Akumulasi barang dan jasa pada sebuah koperasi yang terjadi selama satu tahun dari awal tahun buku hingga akhir tahun buku, sehingga volume usaha transaksi koperasi dapat diketahui. Volume usaha adalah total nilai penjualan atau penerimaan dari barang dan jasa pada suatu periode atau tahun buku yang bersangkutan. (Sitio dan Tamba, 2001 : 142).

(57)

43 5. Managerial Koperasi

Peranan manager koperasi dikaitkan dengan volume usaha, modal kerja dan fasilitas yang diatur oleh pengurus. Sehingga ada tidaknya manager dalam sebuah koperasi akan mempengaruhi SHU.

Diukur dalam variabel dummy dengan satuan : 1 : Ada Manager Koperasi

0 : Tidak Ada Manager Koperasi

Variabel dummy adalah variabel kuatitatif yang dikuatitatifkan dengan mengambil nilai seperti 0 dan 1, disebut juga variabel katagori dan variabel dhicotomacis (Gujarati, 1995 : 264).

E. Metode Analisis Data

Pengujian hipotesis dilakukan mengetahui sejauh mana pengaruh modal sendiri, modal pinjaman, volume usaha, dan managerial koperasi terhadap SHU KPRI di wilayah Kota Surakarta. Secara umum pernyataan tersebut sebagai berikut :

1. Analisis Regresi Linear Berganda

0 + 1 2 Log MP + Log VU + MK + µ

Dimana : SHU = Sisa Hasil Usaha MS = Modal Sendiri MP = Modal Pinjaman VU = Volume Usaha MK = Managerial Koperasi

= Dummy Variabel

0 = Intersep atau Dependen Variabel 1 – 4 = Koefisien Regresi Independen Variabel

µ = Kesalahan standar

(58)

44 Melalui hasil analisis model regresi di atas, selanjutnya dilakukan pengujian ekonometrika.

2. Uji Statistik

Uji ini didasarkan atas teori statistik yang meliput uji t, uji F, dan uji R. Sedangkan uji ekonomi teori adalah pengujian yang didasarkan pada konsep yang terdapat dalam teori-teori ekonomi. Pengujian ekonomi teori akan berhubungan dengan tanda koefisien yang menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel dependen, serta menunjukkan seberapa pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

a. Uji t

Uji t digunakan untuk menguji variabel-variabel independen secara individu dan digunakan untuk melihat signifikansi dari variabel independen, sementara variabel yang lain tetap konstan. Pengujian uji t dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu :

1) Perbandingan t tabel dengan t hitung a) Menyusun formulasi H0 dan H1

H0 : 1 = 0

H1 : 1

(59)

45 b) Kriteria Pengujian

Gambar 3.1 Daerah Kritis Uji t

Jangan Tolak Ho 95%

Tolak Ho

1,96 -1,96

Sumber : Ekonometrika Dasar

Keterangan :

K : Banyaknya variabel atau parameter N : Banyaknya sampel data yang digunakan H0 : Diterima jika hitung

H0 : Ditolak jika thitung < atau

thitung >

Nilai thitung diperoleh dengan rumus :

1 : Koefisien Regresi

Se : Standar error koefisien regresi

Jadi apabila thitung > ttabel maka H0 ditolak yang berarti

signifikan atau variabel independen yang diuji secara nyata berpengaruh terhadap variabel dependen. Namun jika thitung < ttabel

maka H0 diterima yang berarti tidak signifikan atau variabel

independen yang diuji secara nyata tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Daerah Tolak Daerah Tolak

Daerah Terima

-t tabel t tabel

(a/2 ; n-k) (a/2 ; n-k)

(60)

46 2) Melihat perbandingan probabilitas t dengan tingkat derajat

signifikansi.

Apabila nilai probabilitas misalnya t < (5% = 0,05) tingkat signifikansi, maka variabel independen mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen, yang berarti koefisien regresi tersebut signifikan pada tingkat signifikansi 5%. Namun misalnya t > (5% = 0,05) tingkat signifikansi, maka variabel independen tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen, yang berarti koefisien regresi tersebut tidak signifikan pada tingkat signifikansi 5%.

b. Uji F

Uji F adalah pengujian yang digunakan untuk mengetahui variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Terdapat 2 (dua) cara yaitu :

1) Membandingkan hasil Fhitung dengan Ftabel dengan menyusun

Formula H0 dan H1

H0 : 0 = 1 = 2

H1 : 0 1 2

Apabila Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak yang berarti variabel

independen berpengaruh terhadap variabel dependen secara bersama-sama, begitu juga sebaliknya. Rumus Fhitung sebagai

berikut :

Gambar

Gambar 2.1  Skema Kerangka Pemikiran ...............................................   38  Gambar 3.1  Daerah Kritis Uji t .............................................................
Gambar 3.1  Daerah Kritis Uji t
Tabel 4.14  Hasil Uji t  Variabel  Dependen  Probabilitas t  Signifikansi (%)  Kesimpulan
Gambar 4.1  Uji Normalitas
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat belum mendaftarkan tanahnya yang masih berupa Letter C dan upaya

Selanjutnya untuk menjelaskan bagaimana melaksanakan keseluruhan use case dan hubungan serta keterkaitan antar use case tersebut, digunakan analisis Class

Distribusi status periodontal berdasarkan kontrol gula darah (HbA1c) menunjukkan bahwa yang mengalami skor 4 paling banyak pada penderita DM dengan kontrol gula darah buruk

Dari hasil olahan data menggunakan indeks Geary, analisis visual jumlah penduduk miskin dan kepadatan penduduk miskin, dan gambaran mengenai kebijakan pemerintah

Berdasarkan uraian di atas, kemampuan membangun empati adalah kemampuan untuk memahami dan menghargai suatu pemikiran dan tindakan yang berbeda dengan orang lain sehingga membantu

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kredibilitas bintang iklan, daya tarik bintang iklan dan keahlian bintang iklan terhadap keputusan pembelian

Jadi bakat dan minat adalah kemampuan yang dimiliki individu yang harus dikembangkan dengan baik sesuai dengan keinginan yang akan dicapai sesuai dengan apa yang telah