• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA DENGAN TINDAKAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA TAHUN 2014 ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA DENGAN TINDAKAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA TAHUN 2014 ABSTRAK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA DENGAN TINDAKAN SECTIO CAESAREA

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA TAHUN 2014 Eti Noviatul Hikmah*), Sugeng Maryanto**), Niken Dyah Ariesti***)

*) Alumnus Program Studi D-IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar Program Studi Ilmu Gizi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Staf Pengajar Program Studi Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRAK

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) yang masih tinggi dibandingkan negara-negara di Asia Tenggara lainnya. Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan SDKI tahun 2012 tercatat 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi cenderung mengalami penurunan sedangkan preeklampsia-eklampsia proporsinya semakin meningkat. Tujuan penelitian secara umum untuk mengetahui Hubungan Kejadian Preeklampsia Dengan Tindakan Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Tahun 2014.

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi korelasi yang pada hakekatnya menghubungkan dua variabel. Populasi dalam penelitian seluruh ibu hamil yang mengalami preeklamsia sebesar 162 orang di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa dengan teknik sampling jenuh.

Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil bahwa ibu yang mengalami kejadian preeklamsia berat sebagian besar mengalami tindakan sectio caesarea sejumlah 98 orang (85,2%), sedangkan ibu yang mengalami preeklamsia ringan lebih banyak tidak mengalami tindakan sectio caesarea sejumlah 27 orang (57,4%).

Berdasarkan uji Chi Square, didapatkan nilai p value 0,000 (α = 0,05) maka ada hubungan kejadian preeklampsia dengan tindakan sectio caesarea di rumah sakit umum daerah ambarawa tahun 2014.

Kata Kunci: Preeklamsia dan Sectio Caesarea

(2)

ABSTRACT

Indonesia is a country with high maternal mortality rate (MMR) that compared to others countries in Southeast Asia. Based on the Indonesian Demographic and Health Survey in 2012, this rate reached 359 per 100 thousand of live births. The causes of maternal mortality have changed, in which the bleeding and infection tended to decreased while the proportion of preeclampsia-eclampsia is increasing. The purpose of this study is to find the correlation between the incidence of preeclampsia and sectio caesarea at Ambarawa Public Hospital in 2014.

This study used descriptive-correlative design which essentially correlating the two variables. The population in the study was all pregnant women with preeclampsia as many as 162 women at Ambarawa Public Hospital that sampled by using saturated sampling technique.

Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil bahwa ibu yang mengalami kejadian preeklamsia berat sebagian besar mengalami tindakan sectio caesarea sejumlah 98 orang (85,2%), sedangkan ibu yang mengalami preeklamsia ringan lebih banyak tidak mengalami tindakan sectio caesarea sejumlah 27 orang (57,4%).

The results of this study indicate that women who experience severe preeclampsia are mostly experienced sectio caesarea as many as 98 women (85.2%), while women who experience mild preeclampsia are mostly do not experience sectio caesarea as many as 27 women (57.4%).

Based on the Chi Square test, obtained the p value of 0.000 (α = 0.05), which means there is a correlation between the incidence of preeclampsia and sectio caesarea at Ambarawa Public Hospital in 2014.

(3)

PENDAHULUAN

Penyebab kematian ibu terbesar adalah perdarahan, preeklampsia-eklampsia, infeksi, partus lama/macet dan abortus. Kematian ibu di Indonesia tetap didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, preeklampsia-eklampsia, dan infeksi. Proporsi ketiga penyebab kematian ibu telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi cenderung mengalami penurunan sedangkan preeklampsia-eklampsia proporsinya semakin meningkat. Lebih dari 30% kematian ibu di Indonesia pada tahun 2010 disebabkan oleh preeklampsia-eklampsia (Departemen Kesehatan RI, 2013).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Semarang pada tahun 2013 sebesar 120,22 per 100.000 Kelahiran Hidup dan tahun 2012 Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 78,01 per 100.000 kelahiran hidup mengalami peningkatan sebesar 42,21%. Kenaikan AKI antara lain disebabkan terjadinya pegeseran penyebab kematian karena Pre-eklamsia Berat (PEB) dan Eklamsia (Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2013).

Kematian ibu pada Kabupaten Semarang mengalami peningkatan yang sangat drastis yang disebabkan oleh Pre-eklamsia dimana dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 terjadi peningkatan yang sangat signifikan kematian ibu yang disebabkan oleh Pre-eklamsia dimana pada tahun 2012 kematian ibu sebesar 18,18% dan terjadi peningkatan secara drastis pada tahun 2013 yaitu sebesar 52,94% kematian ibu disebabkan ole pre-eklamsia. Penyumbang kematian ibu terbanyak pada Kabupaten Semarang pada tahun 2013 yaitu kasus pre-eklamsia dan eklamsia (Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2013).

Angka kejadian Sectio Caesarea di Indonesia menurut servey nasional tahun 2010 adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8% dari seluruh persalinan. Di Indonesia, section caesarea umumnya dilakukan bila ada indikasi medis tertentu, sebagai tindakan mengakhiri kehamilan dengan komplikasi (Depkes RI, 2012).

Persalinan dengan bedah Caesarea merupakan fenomena yang saat ini meluas di kota-kota besar di Indonesia. Beragam alasan yang menyebabkan semakin banyaknya ibu yang memilih persalinan dengan bedah Caesarea berharap keutuhan alat kelaminnya terjaga sehingga keharmonisan rumah tangganya makin terjamin (Manuaba, 2009).

Salah satu indikasi dilakukan tindakan Sectio Caesarea adalah pre-eklamsia berat. Pre-eklamsia dan eklamsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri, sebab terjadinya masih belum jelas. Syndrome pre-eklamsia dengan hipertensi, oedema dan protein urin sering tidak diperhatikan oleh wanita bersangkutan sehingga tanpa disadari dalam waktu yang singkat, jika tidak dilakukan tindakan yang tepat untuk mencegah hal tersebut akan muncul pre-eklamsia berat bahkan akan menjadi eklamsia (Cunningham, 2005 dalam Prawirohardjo, 2009).

Hasil studi pendahuluan yang diperoleh penulis di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang pada tanggal 20 April 2015 memperoleh data dari bulan Januari – Desember tahun 2013 jumlah persalinan sebanyak 1305 dengan kejadian pre-eklamsia yaitu sebanyak 101 dari 593 kasus Sectio Caesarea (17,03%), sedangkan pada bulan Januari – Desember tahun 2014 jumlah persalinan sebanyak 876 dengan kejadian pre-eklamsia 162 dari 398 kasus Sectio Caesarea (40,70%), dan pada tahun 2015 dari bulan Januari – Februari di dapatkan hasil kejadian pre-eklamsi yaitu sebanyak 10 kejadian kasus pre-eklamsia.

Bagaimana hubungan kejadian Preeklampsia dengan tindakan Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Tahun 2014?

(4)

Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Kabupaten Semarang mempertimbangkan dan meningkatkan pelayanan KIA secara menyeluruh sesuai dengan program pemerintah terutama deteksi dini faktor resiko terjadinya Sectio Caesarea.

Hasil penelitian ini juga diharapkan sebagai bahan masukan data untuk dapat ditindak lanjuti dengan kegiatan promotif pencegahan Sectio Caesarea yang disebabkan oleh Pre-Eklamsia.

METODE Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah korelasi yang pada hakekatnya menghubungkan dua variabel pada situasi atau subjek dengan pendekatan cross-sectional.

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Kabupaten Semarang pada Tahun 2014 dengan pengambilan data rekam medik semua ibu yang mengalami pre-eklamsia pada Tahun 2014.

Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mengalami pre-eklamsi di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa pada Tahun 2014 yaitu sebesar 162 orang.

Sample

Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam populasi ini adalah sampling jenuh karena semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sampel pada penelitian ini berjumlah 162 ibu yang mengalami pre-eklamsia di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa pada Tahun 2014.

Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder dalam rancangan penelitian ini digunakan untuk memperoleh data mengenai kejadian pre-eklamsia dan tindakan sectio caesarea. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi dengan pengambilan data sekunder.

Analisis Data

Analisis Univariat

Pada penelitian ini analisis univariat yang digunakan adalah distribusi frekuensi. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang digunakan adalah Chi Square untuk menentukan hubungan dua gejala yang semuanya nominal dengan rumus:

(5)

HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden

Umur Responden

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur

Umur PER % PEB % Frekuensi Persentase (%)

< 20 Tahun 20-35 Tahun > 35 Tahun 2 26 19 4,4 32,1 34,6 7 52 56 1,2 16,0 11,7 9 78 75 5,6 48,1 46,3 Jumlah 47 71,1 115 28,9 162 100,0 Paritas

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas

Paritas PER % PEB % Frekuensi Persentase (%)

Primipara Multipara Grandemultipara 15 23 9 22,2 30,9 17,9 36 50 29 9,3 14,2 5,6 51 73 38 31,5 45,1 23,5 Jumlah 47 71 115 29 162 100,0 Kejadian Preeklamsia

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Preeklamsia

Kejadian Preeklamsia Frekuensi Persentase (%)

Preeklamsia Berat Preeklamsia Ringan 115 47 71,0 29,0 Jumlah 162 100,0

Tindakan Sectio Caesarea

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tindakan Sectio Caesarea

Tindakan Sectio Caesarea Frekuensi Persentase (%)

Ya Tidak 118 44 72,8 27,2 Jumlah 162 100,0

Hubungan kejadian Preeklampsia dengan tindakan Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Tahun 2014

Tabel 5.

Hubungan Kejadian Preeklampsia dengan Tindakan Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Tahun 2014

Kejadian Preeklamsia

Tindakan Sectio Caesarea

Total P-value OR Ya Tidak f % f % f % Preeklamsia Berat Preeklamsia Ringan 98 20 85,2 42,6 17 27 14,8 57,4 115 47 100 100 0,000 7,782 Jumlah 118 72,8 44 27,2 162 100

(6)

besar dilakukan tindakan Sectio Caesarea dibandingkan ibu yang mengalami kejadian preeklamsia ringan.

PEMBAHASAN Analisa Univariat

Kejadian Preeklamsia

Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Kabupaten Semarang pada tahun 2014 dari 162 responden ibu yang mengalami peeklamsia ringan sebanyak 47 orang (29,0%) dan yang mengalami preeklamsia berat sebanyak 115 orang (71,0%).

Sectio Caesarea

Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Kabupaten Semarang pada tahun 2014 dari 162 responden ibu yang menderita preeklamsia mendapatkan tindakan Sectio Caesarea sebanyak 118 orang (72,8%) dan yang tidak mendapatkan tindakan Sectio Caesarea sebanyak 44 orang (27,2%).

Berdasarkan data di atas bahwa ibu yang tidak mendapatkan tindakan Sectio Caesarea lebih kecil dibandingkan dengan ibu yang mendapatkan tindakan Sectio Caesarea. Hal ini dimugkinkan karena ibu yang mendapatkan tindakan Sectio Caesarea itu telah dilakukan pertolangan pervaginam akan tetapi tidak berhasil sehinga diputuskan untuk dilakukan tindakan Sectio Caeserea karena dalam kasus preeklamsia itu sendiri jika tidak ditangani secara segera akan menimbulkan kematian pada bayi maupun ibunya. Sedangkan pada ibu yang tidak mendapatkan tindakan Sectio Caesarea itu dikarena ibu masih bisa di tolong persalinan secara pervaginam atau persalinan dengan alat bantu. Menurut Rahmawati (2011), Morbiditas maternal setelah menjalani tindakan Sectio Caesarea masih 4-6 kali lebih tinggi daripada persalinan pervaginam, karena ada peningkatan resiko yang berhubungan dengan proses persalinan sampai proses perawatan setelah pembedahan. Dari hasil penelitian Bensons dan Pernolls (2005), angka kematian pada operasi Sectio Caesarea adalah 40 – 80 tiap 100.000 kelahiran hidup.Angka ini menunjukkan risiko 25 kali lebih besar dibanding persalinan normal. Untuk kasus infeksi mempunyai angka 80 kali lebih tinggi dibandingkan persalinan pervagina.

Analisis Bivariat

Berdasarkan uji Chi Square (Continuty Correction) diperoleh p-value 0,000. Oleh karena itu p-value = 0,000 < α (0,05), bahwa ada hubungan yang signifikan antara kejadian Preeklamsia dengan tindakan Section Caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Tahun 2014.

Penanganan pre-eklamsia-berat terdiri atas pengobatan medik dan penanganan obstetrik. Obstetrik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang optimal, yaitu sebelum janin mati dalam kandungan akan tetapi sudah cukup matur untuk hidup diluar uterus janin yang sudah cukup matur lebih baik hidup diluar kandungan dari pada dalam uterus dan tindakan yang aman untuk mengakhiri kehamilan pada bayi yang matur adalah dengan cara sectio caesarea (Winkjosastro 2007) .

Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Gondo (2006) yang menggambarkan tingginya angka kejadian Sectio Caesarea di Rumah Sakit swasta Surabaya, yang diteliti adalah indikasi medis, salah satunya yaitu preeklampsia, didapatkan sebagian besar (65,18 %) dari 3469 pasien dilakukan tindakan Sectio Caesarea dari 7062 persalinan yang ada. Berdasarkan penelitian tersebut, preeklampsia merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tingginya angka kejadian Sectio Caesarea.

(7)

Hasil penelitian ini juga didapatkan dari 44 orang ibu bersalin yang pre eklampsia ringan dan berat hampir sebagian (27,2%) persalinan tidak dilakukan tindakan Sectio Caesarea. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan Wibisono (1997), berdasarkan penelitiannya, terdapat ibu yang preeklampsi sebagian (50%) persalinan tidak dilakukan tindakan Sectio Caesarea. Hal ini disebabkan karena ibu yang preeklampsi tidak memiliki indikasi untuk dilakukannya tindakan Sectio Caesarea, sehingga masih dapat ditolong dengan persalinan pervaginam atau persalinan buatan. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Winkjosastro (2007), bila keadaan umum ibu telah diperbaiki, direncanakan untuk mengakhiri kehamilan dengan cara yang aman, hal tersebut tergantung dari banyak faktor. Jika ibu tidak memiliki faktor-faktor yang mengharuskan ibu dilakukan tindakan SC, maka pengakhiran kehamilan dapat ditolong dengan persalinan pervaginam atau induk. Menurut Mochtar R (2012) Operasi Sectio Caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan Sectio Caesarea, proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal (Dystasia), resiko tersebut antara lain: pada ibu faktor-faktornya, Disproporsi cevalo-pelvik (ketidak seimbangan antar ukuran kepala dan panggul), Disfungsi uterus, Distosia jaringan lunak, Plasenta previa, His lemah / melemah, Rupture uteri mengancam, Primi muda atau tua, partus dengan komplikasi, Preeklampsi dan eklampsi, dan problema plasenta. Sedangkan pada anak, faktor-faktornya, janin besar, gawat janin, janin dalam posisi sungsang atau melintang, Fetal distress, kelainan letak, dan Hydrocephalus.

Dari beberapa pendapat dan hasil penelitian diatas, sesuai dengan hasil penelitian yang didapat peneliti yang menunjukkan nilai Odds Ratio (OR) = 7,782, artinya ibu yang mengalami preeklampsia berat berisiko 7,781 kali lebih besar dilakukan tindakan Sectio Caesarea dibandingkan ibu yang mengalami kejadian preeklamsia ringan.

Keterbatasan

Dalam Penelitian ini peneliti menyadari bahwa penelitian ini banyak keterbatasan. Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu peneliti baru melihat faktor kejadian preeklamsia dengan tindakan Sectio Caesarea. Masih banyak faktor-faktor lain yang belum terkontrol seperti plasenta previa, panggul sempit, partus takmaju, distosia serviks, partus lama, rupture uteri mengancam, dan malpresentasi. Dalam penelitian ini terdapat kendala karena peneliti tidak bertemu secara langsung secara responden untuk mengumpulkan data sehingga tidak dapat didatakan secara langsung dari responden.

SIMPULAN

Sebagian besar responden mengalami preeklamsia berat sebanyak 115 orang (71,0%) dan ibu sebagian kecil responden mengalami preeklamsia ringan sebanyak 47 orang (29,0%).

Sebagian besar responden yang mengalami preeklamsi banyak dilakukan tindakan Sectio Caesarea sebesar 118 orang (72,8%) dan sebagian kecil responden yang mengalami preeklamsia tidak mendapatkan tindakan sectio caesarea sebanyak 44 orang (27,2%).

Ada hubungan yang signifikan antara kejadian preeklamsia dengan tindakan Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa tahun 2014.

(8)

bila terdapat kelainan pada kehamilannya dapat segera di deteksi sedini mungkin dan dapat di tangani secepatnya.

Pihak Rumah Sakit Ambarawa, diharapkan dapat melakukan penatalaksanaan pada ibu hamil dengan preeklamsia ringan dengan baik sehingga akan mencegah terjadinya preeklamsia berat serta eklamsia.

Setiap wanita sebaiknya diharapkan untuk memeriksakan kehamilan secara rutin minimal 4 kali selama kehamilannya sehingga bila terdapat kelainan pada kehamilannya dapat segera di deteksi sedini mungkin dan dapat di tangani secepat muingkin sehingga mengurangi angka kesakitan dan kematian pada ibu maupun pada bayi.

Peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih luas untuk memiliki rangsangan intelektual atau masukkan dan referensi yang berguna berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki, dan diharapkan untuk peneliti selanjutnya lebih di kembangkan lagi sehingga peneliti selanjutnya lebih baik dan lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

[2] Cunningham. F. Get. Al. 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC

[3] Depertemen Kesehatan RI. 2013. ProfilKesehatan 2012. Jakarta: Depertemen kesehatan RI

[4] Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang. 2013. Profil Kesehatan Kabupaten Semarang. [5] Dinas Kesehatan Provinsi Jateng. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jateng Tahun 2013.

http://www.dinkeskabsemarang.go.id

[6] Hidayat A.A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medik

[7] Manuaba IAC & Manuaba, IBGF, dkk,. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC

[8] Mochtar R. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

[9] Notoadmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

[10] Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

[11] Prawirohardjo. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo

[12] Pudiastuti R.D. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Hamil Normal dan Patologi. Yogyakarta: Nuha Medika

[13] Rahmawati. 2011. Ilmu Praktis Kebidanan. Surabaya : Victory IntiCipta [14] Riwidikdo H. 2012. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika

[15] Rukiyah Y. 2010. Asuhan Kebidanan IV (patologi). Jakarta:CV Trans Info Medika

[16] Saifuddin, A. B. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

[17] Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, SI, dan S2. Yogyakarta : Nuha Medika.

[18] Setiawan A.S. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1, S2. Yogyakarta : Nuha Medika

[19] Sugiono, 2010. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

[20] Wiknjosastro. H. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Referensi

Dokumen terkait

Dari temuan penelitian yang diperoleh disimpulkan bahwa dalam rangka meningkatkan kepuasan konsumen melalui kualitas pelayanan, hendaknya wedangan tradisional (Pak Amir)

1) The properties of porous asphalt are influenced by NMAS and binder type. The important properties of SLPA such as VIM, Abrasion Loss, and permeability increase when a

Sub Dinas Pendidikan Dasar dan Taman Kanak-Kanak sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 Peraturan Daerah ini, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan yang berkaitan

Tersedia program sekolah dalam bentuk RKJM, RPJP, program khusus pengembangan diri dalam bahasa Indonesia dan Inggris dan dapat diakses melalui internet. Tersedia program

Pada triwulan IV 2016 inflasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencapai 6,75% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya 4,26% (yoy) yang disebabkan

Most publications on mysid feeding rates report the factors (usually food density) affecting the clearance rates for filter feeding (on phytoplankton) or predatory feeding (on

Pembandingan prioritas dilakukan dari belakang seperti proses enqueue pada queue biasa, ketika data didepannya prioritasnya lebih rendah maka data akan berpindah

enunjuk pada Berita Acara Hasil P elelangan paket Rehabilitasi Bendung dan Saluran Talang Desa Ngadiwarno Kecamatan Sukorejo Nomor: 027 / 17 / 2.35.1 / ULP tanggal 26