• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS (OAT) PADA PASIEN HIV/AIDS DENGAN INFEKSI OPORTUNISTIK TUBERKULOSIS (Penelitian di RSUD dr. Saiful Anwar Malang) PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS (OAT) PADA PASIEN HIV/AIDS DENGAN INFEKSI OPORTUNISTIK TUBERKULOSIS (Penelitian di RSUD dr. Saiful Anwar Malang) PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2016"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

MAHFUDHOH

STUDI PENGGUNAAN OBAT

ANTITUBERKULOSIS (OAT) PADA PASIEN

HIV/AIDS DENGAN INFEKSI OPORTUNISTIK

TUBERKULOSIS

(Penelitian di RSUD dr. Saiful Anwar Malang)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)
(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Puji syukur atas segala nikmat Allah SWT, Tuhan semesta alam, karena berkat rahmat serta ridhonya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “STUDI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS (OAT) PADA PASIEN HIV/AIDS DENGAN INFEKSI OPORTUNISTIK

TUBERKULOSIS (Penelitian di RSUD dr. Saiful Anwar Malang)” sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin akan terwujud apabila tidak ada bantuan, bimbingan dan kerjasama yang ikhlas dari berbagai pihak sehingga tidak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kemudahan dan kelancaran kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi ini.

2. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, S.Kep., M.Kep., Sp.Kom. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

3. dr. Restu Kurnia Tjahjani, M.Kes. selaku direktur RSUD dr. Saiful Anwar Malang, seluruh staf bagian rekam medik beserta seluruh staf RSUD dr. Saiful Anwar Malang yang telah membantu, membimbing dan mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Nailis Syifa’, S.Farm., Apt., M.Sc. selaku Ketua Program Studi Farmasi

Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan motivasi dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk selalu belajar di Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.

(5)

v

membimbing dan memberikan arahan dan masukan yang membangun kepada penulis demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp.FRS. dan Ibu Nailis Syifa’, S.Farm., Apt., M.Sc. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Bapak Ibu Dosen dan staf Program Studi Farmasi yang telah mengajarkan penulis banyak sekali ilmu pengetahuan yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan sarjana.

8. Kedua orang tua tercinta, bapak Imam Nawawi (alm) dan ibu Machmudah yang selalu mendoakan dan mencurahkan segenap kasih sayang yang tak terbatas serta memberi dukungan selama penulis menempuh pendidikan. 9. Kakak-kakak tersayang Munthofa’ah, Nafisa, Salwa, dan Nur Robi’ah yang

selalu menemani, memberi semangat, mendukung, dan mendoakan.

10.Teman-teman seperjuangan skripsi HIV terhebat Rizqy Amalia Putri, Siska Hermawati, Inne Fatima Abubakar, Rawina Nurmarianita dan Irsan Fahmi yang selalu mendukung dalam menyelesaikan penelitian ini.

11.Evy, Rahmi, Loreng, Venny, dan seluruh teman-teman Farmasi 2012 yang telah memberi warna selama 4 tahun perkuliahan.

12.Mbak Henny dan penghuni kos 324, mbak Inna, Amel, Fani, Fatimah, Linda, Lia, yang telah memberi dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan dukungannya selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi ppenelitian berikutnya, amin.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Malang, 25 Juli 2016

(6)

vi

RINGKASAN

STUDI PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) PADA

PASIEN HIV/AIDS DENGAN INFEKSI OPORTUNISTIK

TUBERKULOSIS

(Penelitian di RSUD dr. Saiful Anwar Malang)

Infeksi virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) dapat menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh. Penekanan imun yang parah memiliki resiko tinggi berkembang menjadi infeksi oportunistik (IO) dan didefinisikan dalam kondisi AIDS. Infeksi oportunistik tuberkulosis (TB) termasuk IO serius yang paling umum pada pasien HIV positif dan penyebab utama 1/3 kematian di antara orang yang hidup dengan HIV/AIDS di dunia. IO TB disebabkan oleh infeksi

Mycobacterium tuberculosis yang ditularkan melalui droplet nuklei di udara, yang

dikeluarkan pada saat batuk, bersin atau berbicara danpaling umum menginfeksi paru-paru. Penyakit aktif TB ditandai dengan demam, menggigil, berkeringat di malam hari, penurunan berat badan dan perubahan pada radiografi dada. Terapi yang diberikan pada pasien dengan infeksi oportunistik tuberkulosis adalah Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Tujuan pengobatan tuberkulosis pada pasien HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik tuberkulosis adalah menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutus rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT. Prinsip-prinsip dasar pengobatan TB pada pasien HIV/AIDS sama seperti pada pasien yang tidak terinfeksi HIV. OAT lini pertama terapi IO tuberkulosis meliputi rifampisin, isoniazid, pirazinamid, etambutol dan streptomisin.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola penggunaan OAT pada pasien HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik tuberkulosis di instalasi rawat inap RSUD dr. Saiful Anwar Malang meliputi, bentuk, dosis, rute pemberian dan efek samping OAT yang terjadi.

Penelitian ini bersifat observasional karena peneliti melakukan penelitian dengan mengambil dan mengidentifikasi data rekam medis kesehatan (RMK) sehingga tidak memberikan perlakuan terhadap sampel yang akan diteliti. Rancangan penelitian dilakukan bersifat deskriptif dimana penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan pola penggunaan OAT dengan metode retrospektif (penelitian yang dilakukan dengan peninjauan ke belakang). Kriteria inklusi meliputi data rekam medis kesehatan pasien dewasa dengan diagnosa HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik tuberkulosis dan mendapatkan terapi OAT di instalasi rawat inap RSUD dr. Saiful Anwar Malang periode 1 Januari 2015 sampai 31 Desember 2015.

(7)

vii

sebanyak 17 pasien (39%) diikuti PCP sebanyak 7 pasien (16%), kandidiasis sebanyak 12 pasien (28%), diare sebanyak 5 pasien (12 pasien) dan toksoplasmosis serebral sebanyak 2 pasien (5%). Jenis TB terbanyak adalah TB paru sebanyak 26 pasien (64%). Pengobatan TB kategori 1 sebanyak 28 pasien (82%), kategori 2 sebanyak 5 pasien (15%), dan pengobatan MDR-TB sebanyak 1 pasien (3%). Bentuk OAT yang digunakan yaitu KDT sebanyak 7 pasien (21%), non KDT sebanyak 25 pasien (73%), 4KDT+S sebanyak 1 pasien (3%) dan 2KDT+E sebanyak 1 pasien (3%). OAT KDT yang paling banyak diberikan adalah 4 KDT (Rifampisin 150 mg, Isoniazid 750 mg, Pirazinamid 400 mg, Etambutol 275 mg) sebanyak 5 pasien (71%). OAT non KDT yang paling banyak diberikan adalah R/H/Z/E 1x (450/300/1000/750) mg PO sebanyak 8 pasien (37%). Efek samping dari penggunaan OAT yang terjadi pada pasien yaitu peningkatan serum transaminase 10 pasien (47%), mual 5 pasien (24%), muntah 5 pasien (24%) dan gelisah 1 pasien (3%).

(8)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGUJIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

RINGKASAN ... vi

ABSTRACT ... viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Tinjauan HIV/AIDS ... 6

2.1.1 Epidemiologi HIV/AIDS ... 6

2.1.2 Definisi HIV/AIDS ... 6

2.1.3 Etiologi HIV/AIDS ... 7

2.1.4 Transmisi HIV/AIDS ... 8

2.1.5 Patogenesis HIV/AIDS... 8

2.1.6 Manifestasi Klinik HIV/AIDS ... 11

2.1.7 Infeksi Oportunistik pada Pasien HIV/AIDS ... 13

2.2 Tinjauan Infeksi Oportunistik TB pada Pasien HIV/AIDS ... 13

2.2.1 Epidemiologi Infeksi Oportunistik TB pada Pasien HIV/AIDS ... 13

2.2.2 Definisi Infeksi Oportunistik TB pada Pasien HIV/AIDS ... 14

2.2.3 Etiologi TB pada Pasien HIV/AIDS ... 15

(9)

xi

2.2.5 Patofisiologi TB pada Pasien HIV/AIDS ... 16

2.2.6 Diagnosis TB pada Pasien HIV/AIDS ... 18

2.2.7 Manifestasi Klinis TB pada Pasien HIV/AIDS ... 20

2.2.8 Terapi TB pada Pasien HIV/AIDS... 21

2.2.9 Multi Drug Resisten Tuberkulosis (MDR-TB)... 25

2.3 Tinjauan Obat Anti Tuberkulosis ... 27

2.3.1 OAT Lini Pertama ... 27

2.3.2 OAT Lini Kedua ... 31

2.3.3 Efek Samping OAT ... 34

2.3.4 Toksisitas OAT ... 36

2.3.5 Interaksi OAT ... 37

2.4 Tinjauan Terapi Lain ... 38

2.4.1 Terapi Anti Retroviral (ARV) ... 38

2.4.2 Terapi Pencegahan Kotrimoksasol... 40

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 42

3.1 Kerangka Konseptual... 42

3.2 Kerangka Operasional Penelitian ... 44

BAB IV METODE PENELITIAN ... 45

4.1 Rancangan Penelitian... 45

4.2 Bahan Penelitian ... 45

4.3 Kriteria Inklusi ... 45

4.4 Kriteria Eksklusi ... 45

4.5 Populasi ... 45

4.6 Sampel ... 46

4.7 Instrumen Penelitian ... 46

4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 46

4.9 Definisi Operasional ... 46

4.9.1 Pasien HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik TB ... 46

4.9.2 Infeksi Oportunistik ... 46

4.9.3 Obat Antituberkulosis (OAT) ... 46

4.9.4 Dosis Obat ... 46

(10)

xii

4.9.6 Data Laboratorium ... 46

4.10 Prosedur Pengumpulan Data ... 47

4.11 Pengolahan dan Analisis Data ... 47

BAB V HASIL PENELITIAN ... 48

5.1 Karakteristik Demografi Pasien ... 49

5.1.1 Jenis Kelamin ... 49

5.1.2 Faktor Resiko ... 49

5.1.3 Usia ... 49

5.1.4 Pekerjaan ... 49

5.1.5 Status Penjamin Biaya Pasien ... 50

5.2 Infeksi Oportunistik Lain pada Pasien HIV/AIDS dengan IO Tuberkulosis 50 5.3 Jenis Tuberkulosis pada Pasien HIV/AIDS dengan IO Tuberkulosis ... 50

5.4 Pola Penggunaan OAT pada Pasien HIV/AIDS dengan IO Tuberkulosis ... 51

5.4.1 Bentuk OAT yang diterima Pasien HIV/AIDS dengan IO Tuberkulosis ... 51

5.4.2 Kategori dan Fase Terapi OAT Pasien HIV/AIDS dengan IO Tuberkulosis ... 51

5.4.3 Pola Terapi OAT pada Pasien HIV/AIDS dengan IO Tuberkulosis ... 52

5.4.4 Pola Switching OAT pada Pasien HIV/AIDS dengan IO Tuberkulosis ... 53

5.4.5 Lama Pemberian OAT pada Pasien HIV/AIDS dengan IO Tuberkulosis ... 53

5.5 Efek Samping OAT pada Pasien HIV/AIDS dengan IO Tuberkulosis ... 53

5.6 Interaksi OAT dengan Obat Lain ... 54

5.8 Kondisi Keluar Rumah Sakit (KRS) Pasien HIV/AIDS dengan IO Tuberkulosis ... 57

BAB VI PEMBAHASAN ... 58

BAB VII KESIMPULAN ... 74

7.1 Kesimpulan ... 74

7.2 Saran ... 74

(11)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

II.1 Stadium dan Gejala Klinis ... 12

II.2 Regimentasi OAT ... 22

II.3 Dosis Paduan OAT KDT ... 23

II.4 Rekomendasi Dosis OAT ... 23

II.5 Sediaan OAT di Indonesia ... 24

II.6 OAT yang Digunakan dalam Pengobatan TB-MDR ... 26

II.7 Dosis Rekomendasi Terapi OAT-MDR ... 27

II.8 Efek Samping OAT dan Penatalaksanaan ... 34

II.9 Tatalaksana Efek Samping Obat pada Pasien dengan Pengobatan TB-HIV .. 35

II.10 Interaksi OAT (Rifampisin dan Isoniazid) dengan Obat Lain ... 37

II.11 Pedoman Terapi ARV pada ODHA dengan TB ... 39

II.12 Daftar Obat ARV di Indonesia ... 40

V.1 Jenis Kelamin Pasien HIV/AIDS dengan IO Tuberkulosis ... 41

V.2 Faktor Resiko pada Pasien HIV/AIDS ... 49

V.3 Usia Pasien HIV/AIDS ... 49

V.4 Distribusi Pekerjaan Pasien HIV/AIDS dengan IO Tuberkulosis ... 49

V.5 Infeksi Oportunistik Lain pada Pasien HIV/AIDS dengan IO Tuberkulosis . 50 V.6 Jenis Tuberkulosis pada Pasien HIV/AIDS dengan IO Tuberkulosis ... 50

V.7 Bentuk OAT yang Diterima Pasien HIV/AIDS dengan IO Tuberkulosis... 51

V.8 OAT KDT yang Diterima Pasien HIV/AIDS dengan IO Tuberkulosis ... 51

V.9 Kategori dan Fase Terapi OAT Pasien HIV/AIDS dengan IO Tuberkulosis . 51 V.10 Pola Terapi OAT Pasien HIV/AIDS dengan IO Tuberkulosis ... 52

V.11 Pola Switching OAT pada Pasien HIV/AIDS dengan IO Tuberkulosis ... 53

V.12 Lama Pemberian OAT pada Pasien HIV/AIDS dengan IO Tuberkulosis.... 53

V.13 Efek Samping OAT pada Pasien HIV/AIDS dengan IO Tuberkulosis ... 53

V.14 Interaksi Potensial OAT dengan Obat Lain pada Pasien HIV/AIDS dengan IO Tuberkulosis ... 54

V.15 Terapi Lain pada Pasien HIV/AIDS dengan IO Tuberkulosis ... 55

(12)

xiv

V.17 Jenis Terapi selain Antibiotik pada Pasien HIV/AIDS dengan IO

Tuberkulosis ... 56 V.18 Kondisi Keluar Rumah Sakit (KRS) Pasien HIV/AIDS dengan IO

(13)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar ... Halaman

2.1 Struktur Anatomi Virus HIV ... 7

2.2 Siklus Hidup HIV ... 8

2.3 Patogenesis HIV/AIDS ... 10

2.4 Faktor Resiko Penularan TB... 15

2.5 Patogenesis TB ... 16

2.6 Struktur Kimia Isoniazid ... 27

2.7 Struktur Kimia Rifampisin ... 28

2.8 Struktur Kimia Pirazinamid ... 29

2.9 Struktur Kimia Etambutol ... 30

2.10 Struktur Kimia Streptomisin ... 30

2.11 Struktur Kimia Asam p-aminosalisilat ... 31

2.12 Struktur Kimia Etionamid ... 32

2.13 Struktur Kimia Sikloserin ... 33

3.1 Kerangka Konseptual ... 43

3.2 Kerangka Operasional Penelitian ... 44

5.1 Skema Inklusi dan Eksklusi Penelitian pada Pasien HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik Tuberkulosis ... 48

(14)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran ... Halaman

1. Daftar Riwayat Hidup... 81

2. Surat Pernyataan... 82

3. Nota Dinas ... 83

4. Keterangan Kelayakan Etik ... 84

(15)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Acquired Immunodeficiency Syndrome

ART : Antiretovital Therapy

ARV : Antiretroviral

AZT : Zidovudin

CDC : Centers for Disease Control and Preventing

Cs : Cycloserin

Dirjen PP dan PL : Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

DNA : Deoxyribonucleic Acid

d4T : Stavudin E : Etambutol EFV : Efavirens, Etio : Etionamid FTC : Emtricitabine

HIV : Human Immunodeficiency Virus

H : Isoniazid IL : Interleukin IM : Intra Muskular IO : Infeksi Oportunistik IV : Intra Vena

KEMENKES RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Km : Kanamisin

Lfx : Levofloxacin

MDR-TB : Multi Drug Resistant-Tuberculosis

Mfx : Moxifloxacin

NNRTI : Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor

NRTI : Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor

NVP : Nevirapin

OAT : Obat Anti Tuberkulosis ODHA : Orang Dengan HIV AIDS

(16)

xviii

PI : Protease Inhibitor

PO : Per Oral R : Rifampisin

RMK : Rekam Medik Kesehatan RNA : Ribonucleic Acid

S : Streptomisin SSP : Sistem Saraf Pusat

SIV : Simian Virus Immunodeficiency

TB : Tuberkulosis TD : Tekanan Darah TDF : Tenofovir 3TC : Lamivudin

UNAIDS : United Nation Program on HIV/AIDS

WHO : World Health Organization

(17)

75

DAFTAR PUSTAKA

Adams, J.L., Dumond, J.B., and Kashuba, A.D.M., 2013. Pharmacotherapy of

Human Immunodeficiency Virus Infection, In: Koda-Kimble, M.A.,

Young, L.Y., Alldredge, B.K., Corelli, R.L., Guglielmo, B.J. Kradjan, W.A. Applied Therapeutics: The Clinical Use of Drug 9th ed.

Philadelphia: Lipincott Williams and Wilkins. Chapter 70. hal. 1694 Anderson, P. L., Kakuda, T. N. & Fletcher, C. V., 2011. Human

Immunodeficiency Virus Infection. Dalam: J. T. DiPiro, et al. penyunt.

Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. New York: McGraw

Hill.

Aidsinfo, 2012. HIV Coinfection. https://aidsinfo.nih.gov/contentfiles/ pdf. Diakses tanggal 20 November 2015.

Anderson, O.P., Knoben, E.J., Troutman, G.W., 2002. Handbook of clinical

drug data 10thed.USA:The McGraw-Hill’s Companies. p. 82-90

Arbex MA, Varella Mde C, Siqueira HR, Mello FA, 2010. Antituberculosis drugs: drug interactions, adverse effects, and use in special situations.

Part 2: second line drugs. J Bras Pneumol. 2010 Sep-Oct;36(5):641-56.

Baxter, K., 2010. Stockley’s Drug Interactions 9th ed. USA: Pharmaceutical

Press, p. 150, p. 345-348

Braun, A.C., and Anderson, M.C., 2007. Pathophysiology: functional alteration

in human health. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. p.

325-327

Carvalho, BM., Monteiro, AJ., Roberto, et al., 2008. Factors related to HIV/tuberculosis coinfection in a Brazilian reference hospital. Braz J Infect Dis. Vol.12

Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2012. http://www.cdc.gov/tb/topic/tbhivcoinfection/default.htm. Diakses 16 Desember 2015

Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2013. Core Curriculum on

Tuberculosis: What the Clinician Should Know sixth edition. Centers for

Disease Control and Prevention. p. 82

Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2013. A New Tool to

Diagnose Tuberculosis: The Xpert MTB/RIF Assay. Centers for Disease

Control and Prevention.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2013. TB and HIV

Co-infection.Diakses dari http://www.cdc.gov, tanggal 10 desember2015

(18)

76

Center for Disease Control, 2015. Fungal Opportunistik Infection. Diakses dari https://www.cdc.gov/fungal/diseases/candidiasis, tanggal 08 Juni 2016 Chhabra N, Dixit R, Aseri M.L., 2011. Adjunctive Corticosteroid Therapy In

Tuberculosis Management: A Critical Reappraisal. International Journal

ofPharmaceutical Studies and Research.E-ISSN 2229-4619. Vol. II

Chang KC., Leung CC., Yew WW, et al., 2008. Hepatotoxicity of Pyrazinamide Cohort and Case-Control Analyses. J Respir Crit Care Med; Vol 177. pp 1391–1396

Cohen, 2011. Prevention of HIV-1 Infection with Early Antiretroviral Therapy.

The New England Journal of Medicine 2011; 365:493-505

Corbett, A., Yeh, R., Dumond, J.B, and Kashuba, A.D.M., 2008. Human Immunodeficiency Virus Infection, In: Chisholm-Burns, M.A., Wells, B.G., Schwinghammer, T.L., Malone, P.M., Kolesar, J.M., Rotschafer, J.C., Dipiro, J.T. Pharmacotherapy Principles and Practice. Philadelphia: Lipincott Williams and Wilkins. Chapter 84. p. 1253, 1256

Date and Fishher, 2012. HIV infection, In: Walker, Roger and Whittlesea, Catep. Clinical Pharmacy and Therapeutics Fifth edition. Philladelphia: Elsevier,Inc. p.621

Deck, D.H., Winston, L.G., 2012. Antimycobacterial Drugs, In: Katzung, B.G., Masters, S.B., Trevor A.J. Basic and Clinical Pharmacology 12th edition.

USA: McGraw-Hill Companies, Inc. p. 840-848

Esteve et al., 2010. Miliary Tuberculosis Coinfection with Human

Immunodeficiency Virus, Western Journal of Emergency Medicine.

Volume XI, no. 5

Farazi et al., 2014. Adverse Reactions to Antituberculosis Drugs inIranian

Tuberculosis Patients. Hindawi Publishing Corporation Tuberculosis

Research and Treatment. Volume 2014, ID 412893

Fauci, A.S., Lane, H.C., 2010. Human Immunodeficiency Virus Disease: AIDS Related Disorder, In.Fauci and Longo.Horrison’s Principles of Internal

Medicine 18thed. USA: The McGraw-Hill’s Companies. Chapter: 90. p. 799

Gould, Barbara.E, Dyer, and Ruthanna, 2011. Pathophysiology for The Health Professions 4th edition. Philadelphia: Elsevier Inc. p. 342-343

Gumbo, Tawannda, 2011. Chemotherapy of Tuberculosis, Mycobacterium

Avium Complex Disease, and Leprosy. In: Brunton, L., Chabner, B.,

Knollman, B. Goodman and Gilman’s: The Pharmacologycal Basis and

Therapeutics 12th edition. USA: McGraw-Hill Companies, Inc. p.

1398-1408

Hammer, D.Garry., McPhee, J.Stephen, 2014. Pathophysiology of Disease: An Introduction to Clinical Medicine 7th edition. New York: McGraw-Hill

(19)

77

Huang, L., Crothers, AK., 2010. HIV-Associated Oportunistic Pneumoia.

National Institute of Health. Public Access. May 2010

Katy, A., Jeannine, F.N., and Pythia, T. N., 2014. Effect on Treatment Adherence of Administering Drugs as Fixed-Dose Combinations versus as Separate

Pills: Systematic Review and Meta-Analysis, Hindawi Publishing

Corporation AIDS Research and Treatment. Volume 2014, Article ID

967073

Kays, M.B., 2013. Tuberculosis. In: Koda-Kimble, M.A., Young, L.Y., Alldredge, B.K., Corelli, R.L., Guglielmo, B.J. Kradjan, W.A. Applied Therapeutics: The Clinical Use of Drug 9th ed. Philadelphia: Lipincott

Williams and Wilkins. Chapter 65. p. 1534, 1537, 1539

Kemenkes RI, 2011. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral Pada Orang Dewasa. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Hal. 18

Kemenkes RI, 2012. Petunjuk Teknis Tatalaksana Klinis Ko-Infeksi TB-HIV. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Hal. 20, 21, 31, 42

Kemenkes RI, 2013. Petunjuk Teknis Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberkulosis Resisten Obat. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Kemenkes RI, 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta; Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Hal. 34, 64-65

Kemenkes RI, 2014. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 84, 89

Khan et al., 2010. Treatment of Active Tuberculosis in HIV-CoinfectedPatients.

Clinical Infectious Diseases 2010; 50(9):1288–1299.

Kingkaew et al., 2009. HIV-associated extrapulmonary tuberculosis in Thailand: epidemiology and risk factors for death, International Journal of Infectious Disease. Volume 13, Pages 722–729

Kumar et al., 2015. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease.

Philadelphia: Elsevier Inc. p.234

Leach, J.P. and Davenport, R.J., 2014. Neurological disease, In: Walker, Brian

et al., Davidson’s Principles and Practice Medicine. China: Elsevier,Inc. p. 1204

Lienhardt, Christian et al., 2011. Efficacy and Safety of a 4-Drug Fixed-Dose Combination Regimen Compared With Separate Drugs for Treatment of

Pulmonary TuberculosisThe Study C Randomized Controlled Trial, The

(20)

78

Maartens, G., and Nachega, B.J., 2009. Clinical aspect of tuberculosis in HIV-infected adults. In Schaaf, S.H., Zumla, A. Tuberculosis a Comprehensive Clinical Reference. Philadelphia: Elsevier Inc. p.524

Maartens, G., 2014. HIV infection and AIDS, In. Walker, B.R., Colledge, N.R., Ralston, S.H., Penman, I.D., Davidson’s Principles and Practice of

Medicine 22nd edition. Philadelphia: Elsevier Inc. p. 391-393

Marx G.E., and Chan E.D., 2011. TuberculousMeningitis: Diagnosis and

Treatment Overview. Hindawi Publishing Corporation Tuberculosis

Research and Treatment. Volume 2011, Article ID 798764, 9 pages doi:10.1155/2011/798764

McIlleron H. et al., 2007. Complications of Antiretroviral Therapy in Patients with Tuberculosis: Drug Interactions, Toxicity, and Immune Reconstitution Inflammatory Syndrome. The Journal of Infectious Diseases. 196 (Suppl 1)

Meda., et al, 2013. Risk Factors of Tuberculosis Infection Among HIV/AIDS

Patients in Burkina Faso. AIDS Research and Human Retroviruses.

Volume 29, number 7.

Murray, R.P., Rosenthal, S.K., and Pfaller, A.M., 2013. Medical Mucrobiology. Philadelphia: Elsevier Inc. p. 576, 254

Ngowi, J.B, Mfinanga, G.S., Bruun, N.J., and Morkye, O., 2008. Pulmonary tuberculosis among people living with HIV/AIDS attending care and treatment in rural northern Tanzania. Bio Med. Central.

Olaniran et al., 2011. Prevalence of Tuberculosis among HIV/AIDS Patients in

Obafemi Awolowo University Teaching Hospital Complex Oauthc, ILE –

IFEInt J Biol Med Res. 2(4): 874 -877

Panel on Opportunistic Infections in HIV-Infected Adults and Adolescents, 2009. Guidelines for the Prevention and Treatment of Opportunistic Infections in HIV-Infected Adults and Adolescents, 5april.

Pandit, A., Sachdeva T., and Bafna P., 2012. Drug Induced Hepatotoxicity.

Journal of Applied Phamaceutical Science. ISSN: 2231-3354

Padmapriyadarsini, C., Narendran, G., Swaminathan, S., 2011. Diagnosis & treatment of tuberculosis in HIV co-infected patients.Indian J Med Res. 2011 Dec;134(6):850-65. doi: 10.4103/0971-5916.92630.

Peloquin, C.A., 2008. Tuberculosis. In: Dipiro J.T., Robert L. T., Garry CY., Gary R.M., Barbara G.W., L. Michael, P., (Eds). Pharmacotherapy, A

pathophysiologic Approach, 7thed. USA: The McGraw-Hill’s Companies.

Chapter: 116, p. 1874

Pharmaceutical Care Network Europe Foundation (PCNE), 2010.

(21)

79

Price, S.A., Wilson, M.R., 2006. Phatophysiology: Clinical Concept of Disease Processes. Jakarta: EGC. hal. 235

Ramappa, V., and Aithal, G.P., 2012. Hepatotoxicity Related to Anti-tuberculosis Drugs:Mechanisms and Management. Journal of Clinical

and Experimental Hepatology. Vol. 3, No. 1

Raviglione, M.C., and O’Brien, R.J., 2010. Tuberculosis, In. Fauci and Longo.

Horrison’s Principles of Internal Medicine 18thed. USA: The

McGraw-Hill’s Companies. Chapter: 66 p. 597,598, 607

Robb A. and Berrington A.W., 2012. Respiratory infection, In: Walker, Roger and Whittlesea, Catep. Clinical Pharmacy and Therapeutics Fifth

edition. Philladelphia: Elsevier,Inc. p.550, 621

Safrin, S., 2012. Antiretroviral Agents. Dalam: B. G. Katzung, S. B. Masters & A. J. Trevor, penyunt. Basic and Clinical Pharmacology. New York: McGraw-Hill.

Saukkonen JJ, Cohn DL, Jasmer RM, et al., 2006. An Official ATS Statement: Hepatotoxicity of Antituberculosis Therapy. Am J Respir Crit Care Med; 174:935-95

Sharma, K. et al., 2012. Challenges in the diagnosis & treatment of miliary tuberculosis, Indian Journal of Medical Research. 135(5): 703–730. Sterling, Pham, A., 2010. HIV Infection–Related Tuberculosis: Clinical

Manifestations and Treatment. Clinical Infectious Diseases Oxford

Journal. Vol. 50(S3):S223–S230.

Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing, hal. 2232

Sweetmen, S. C., 2009. Antituberculosis Drugs, In: Martindale the Complete Drug Reference, Ed. 36th, London: Pharmaceutical Press.

Tatro, D.S., 2009. Drug Interaction Facts. Wolters Kluwer Health, Inc.

Tostmann A., Boeree MJ., Aarnoutse RE., et al., 2008. Antituberculosis drug-induced hepatotoxicity: Concise up-to-date review. Journal of

Gastroenterology and Hepatology; 192–202

Trinh, Nguyen, H.L., Nguyen, V.l., 2014. Tuberculosis and HIV co-infection— focus on the Asia-Pacific region. International Journal of Infectious Diseases. Vol. 32 170–178

United Nation Program on HIV/AIDS (UNAIDS), 2016. Global Statistics 2015.

Di akses dari http://www.unaids.org/en/resources/fact-sheet. Pada tanggal 20 Januari 2016

(22)

80

Wells, G. Barbara., DiPiro, J.T., Schwinghammer, T.L., DiPiro, V.C., 2014.

Pharmacotherapy Handbook Ninth edition. USA: McGraw-Hill

Companies, Inc. p. 368, 415-417

WHO, 2007.Case Definitions Of HIV for Surveilance and Revised Clinical Staging and Immunological Classification Of HIV-Telated Disease In Adult and Children .World Health Organization. p. 17

WHO, 2010. Treatment of Tuberculosis Guidelines 4thed. World Health

Organization. p. 67

(23)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada akhir tahun 2015, United Nation Program on HIV/AIDS (UNAIDS) melaporkan bahwa secara global sekitar 36.7 juta orang hidup dengan HIV dan 2.1 juta orang baru terinfeksi HIV dengan 1.8 juta di antaranya merupakan orang dewasa. 1.1 juta orang di dunia meninggal karena AIDS terkait dengan infeksi oportunistik (UNAIDS, 2016). Pada tahun 2014, Ditjen PP dan PL Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) melaporkan jumlah HIV di Indonesia sebanyak 32.711 orang dan AIDS sebanyak 5.494 orang dengan faktor resiko penularan tertinggi melalui hubungan heteroseksual (81,2%). Provinsi Jawa Timur menempati urutan pertama terkait kasus AIDS pada tahun 2014 (827 kasus) dan kematian karena AIDS terkait dengan infeksi oportunistik secara kumulatif pada tahun 1987 s/d 2014 (2.981 kasus). Di Indonesia infeksi oportunistik TB merupakan penyakit penyerta kedua (1.085 kasus) setelah kandidiasis (1.316 kasus) (Kemenkes RI, 2014). Pada tahun 2014, sekitar 9,6 juta orang (5,4 juta laki-laki, 3,2 juta wanita dan 1 juta anak-anak) menderita TB dan 12% hidup dengan HIV-positif. Diperkirakan 1,5 juta penderita TB meninggal dan sekitar 390.000 orang meninggal terkait HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik TB, 86% diantaranya adalah orang dewasa. 13% dari kasus TB baru adalah HIV positif. Wilayah Afrika menyumbang 78% dari perkiraan jumlah insiden kasus TB dengan HIV positif. 1/3 orang yang hidup dengan HIV di seluruh dunia, terinfeksi TB laten dan 29 kali memiliki resiko berkembang menjadi penyakit TB aktif daripada orang yang tidak terinfeksi HIV serta berpotensi mengalami resistensi obat TB. Pada tahun 2014, WHO memperkirakan bahwa ada 480.000 kasus baru Multi Drug Resistant-Tuberculosis (MDR-TB) dan sekitar 210.000 kematian akibat MDR-TB secara global (WHO, 2015).

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala

(24)

2

and Lane, 2010). HIV adalah virus golongan retrovirus. Saat virus masuk ke dalam tubuh manusia virus HIV berikatan dengan reseptor CD4 yang terdapat pada sel limfosit T, monosit, makrofag, sel dendritik, dan makroglia otak. Kemudian virus HIV masuk ke dalam sel fagosit manusia dan selanjutnya mentranskripsikan genom RNA dengan enzim reverse transcriptase menjadi salinan DNA. DNA virus berpindah ke dalam nukleus sel inang dan bereplikasi menjadi virion baru yang akan dimaturasi oleh enzim protease HIV. Virion baru yang telah mengalami maturasi ini selanjutnya dapat menginfeksi sel inang lainnya. Pada jumlah CD4 < 200 sel /mm3 terdapat penekanan imun yang parah dan memiliki resiko tinggi berkembang menjadi infeksi oportunistik dan didefinisikan dalam kondisi AIDS (Maartens G., 2014).

Infeksi oportunistik (IO) adalah infeksi yang terjadi pada individu dengan sistem kekebalan yang lemah, termasuk orang dengan HIV/AIDS (ODHA). IO merupakan penyebab kematian paling umum pada ODHA (CDC, 2015). IO pada ODHA diantaranya, tuberkulosis (TB), toksoplasmosis, kandidiasis, Pneumonia

pneumocystis (PCP), herpes simplex, enchephalopati dan herpes zoster (Corbett et

al., 2008). Data Kemenkes RI pada tahun 2014 menunjukkan persentase IO yang menyertai ODHA tertinggi yaitu kandidiasis (47,49%) diikuti dengan tuberkulosis (39,15%), toksoplasmosis (3,39%), herpes zoster (3,39%) dan PCP (1,55%) (Kemenkes RI, 2014).

TB termasuk IO serius yang paling umum pada pasien HIV-positif dan penyebab utama 1/3 kematian di antara ODHA (Kemenkes RI, 2012; UNAIDS, 2016). TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). M. tuberculosis adalah bakteri tahan asam (BTA) aerob, berbentuk batang, dan tidak membentuk spora, dinding sel tersusun dari lapisan lemak (misalnya, asam mikolat), protein, peptidoglikan dan arabinolaktan. Penularan biasanya terjadi melalui penyebaran droplet yang mengandung mikroorganisme di udara, dihasilkan oleh pasien dengan infeksi TB paru

(Raviglione and O’Brien, 2010). M. tuberculosis paling umum menginfeksi

(25)

3

berisikan M. tuberculosis. Sel CD4 juga menghasilkan γ-interferon (INF-γ) dan sitokin lain, termasuk IL-2 dan IL-10, yang berfungsi mengkoordinasikan respon imun terhadap TB. Namun pada pasien yang terinfeksi HIV mengalami penurunan jumlah sel CD4, sehingga tidak memiliki pertahanan yang memadai untuk melawan infeksi M. tuberculosis (Peloquin C.A., 2008).

Manifestasi klinis TB pada ODHA serupa dengan TB pada umumnya, 60-80% dijumpai pada TB paru dan 40-75 % dijumpai TB ekstraparu terutama dalam bentuk TB limfatik dan TB milier (Price A. et al., 2006). Gejala utama pasien TB pada umumnya adalah batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih, dahak bercampur darah, berkeringat pada malam hari tanpa aktifitas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise dan badan terasa lemas. Gejala klinis TB pada ODHA sering kali tidak spesifik. Gejala klinis yang sering ditemukan adalah demam dan penurunan berat badan yang signifikan (lebih dari 10%). Di samping itu, dapat ditemukan gejala lain terkait TB ekstraparu (TB pleura, TB perikard, TB milier, TB susunan saraf pusat dan TB abdomen) seperti diare terus menerus lebih dari satu bulan, pembesaran kelenjar limfe di leher, sesak napas dan lain-lain. (Kemenkes RI, 2012).

Prioritas pertama terapi untuk pasien TB HIV-positif yaitu memulai pengobatan TB dengan Obat Anti Tuberkulosis (OAT), diikuti dengan terapi kotrimoksasol dan terapi ARV (WHO, 2010). Terapi TB pada ODHA di Indonesia tidak dipengaruhi oleh status HIV pada pasien TB tetapi mengikuti Buku Pedoman Nasional Program Pengendalian TB (BPN-PPTB) (Kemenkes RI, 2012). Prinsip-prinsip dasar pengobatan TB pada pasien HIV/AIDS sama seperti pada pasien yang tidak terinfeksi HIV (Padmapriyadarsini et al., 2011).

(26)

4

pirazinamid dan etambutol selama 2 bulan, diikuti dengan fase lanjutan yang terdiri dari isoniazid dan rifampisin selama 4 bulan, dan kategori 2 meliputi 2(HRZE)S/(HRZE)/ 5(HR)3E3 selama 8 bulan. Kategori 1 untuk pasien TB baru yang tidak mendapatkan pengobatan TB sebelumnya atau yang telah menerima pengobatan TB selama kurang dari satu bulan dan kategori 2 untuk pasien TB denagn tes BTA positif yang pernah diobati sebelumnya atau pengobatan ulang. Panduan standar OAT MDR-TB pada pasien TB dengan HIV positif sama seperti pada pasien HIV negatif yaitu, Km – Etio – Lfx – Cs – Z-(E) / Eto – Lfx – Cs – Z-(E). Lama pengobatan berkisar paling sedikit 18 bulan hingga 24 bulan yang terdiri dari pengobatan tahap awal (minimal 4 s/d 6 bulan) dan tahap lanjutan (Peloquin C.A., 2008; WHO, 2010; Kemenkes, 2014). Berdasarkan hasil penelitian di India pada jurnal yang berjudul Efficacy and safety of thrice weekly DOTS in tuberculosis patients with and without HIV co-infection: an

observational study, terapi OAT tiga kali seminggu lebih efektif pada pasien TB

dengan HIV-negatif dibandingkan pada pasien TB dengan HIV-positif (Vashishtha et al., 2013). Pada penelitian meta analisis dengan judul Treatment of

Active Tuberculosis in HIV-Coinfected Patients menunjukkan bahwa durasi lebih

lama rejimen terapi yang mengandung rifamisin (minimal 8 bulan) dengan dosis harian di tahap awal dan bersamaan dengan ART dapat dihubungkan dengan hasil yang lebih baik (Khan et al., 2010).

Pengobatan TB dan HIV secara bersamaan dapat dipersulit salah satunya oleh adanya interaksi antar obat (McIlleron H. et al., 2007). Interaksi paling penting yang terjadi dalam terapi OAT pada pasien AIDS terjadi akibat pemberian rifampisin (WHO, 2010). Secara farmakologis rifampisin menginduksi enzim CYP3A4 di sitokrom P450 hepar sehingga berinteraksi dengan beberapa obat termasuk ARV (Kays, 2013). Terutama obat ARV golongan Protease Inhibitor

(27)

5

rifampisin dengan PI dapat menurunkan kadar plasma PI 80% atau lebih (Sterling

et al., 2010).

Berdasarkan latar belakang tingginya prevalensi kasus HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik TB dan adanya efek samping serta interaksi obat yang potensial terjadi dalam terapi OAT, maka perlu dilakukan penelitian studi penggunaan OAT pada pasien HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik TB untuk mengetahui pola penggunaan OAT pada pasien HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik TB. Penelitian studi penggunaan obat tersebut dilakukan di instalasi rawat inap RSUD dr. Saiful Anwar Malang.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pola penggunaan OAT pada pasien HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik TB di instalasi rawat inap RSUD dr. Saiful Anwar Malang?

1.3 Tujuan Penelitian

1) Tujuan Umum

Mengetahui pola penggunaan OAT pada pasien HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik TB di instalasi rawat inap RSUD dr. Saiful Anwar Malang 2) Tujuan Khusus

Mengetahui pola penggunaan OAT pada pasien HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik TB meliputi bentuk, dosis, rute pemberian dan efek samping OAT yang terjadi.

1.4 Manfaat Penelitian

1) Memberikan gambaran pola penggunaan OAT pada pasien HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik TB

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi serta dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya.

Gambar

Gambar  ..................................................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Jabatan yang berbeda berpengaruh dalam pengambilan keputusan seseorang. Kriteria jabatan dalam penelitian ini adalah para manajer dan kepala bagian setingkat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI... PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI... PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN

HP ﺮﺘﻠﻴﻓ زا هدﺎﻔﺘﺳا ﺎﺑ يﺎﻫﺮﻴﻐﺘﻣ ﺮﻳﺎﺳ و ﺪﻴﻟﻮﺗ ﺮﻴﻐﺘﻣ ﺰﻴﻧ ﺮﻴﺛﺄﺗ ﻪـﺧﺮﭼ ﺮـﺑ راﺬـﮔ يﺎـﻫ يرﺎﺠﺗ ، ﻲﻳادزﺪﻧور ﺺﺧﺎﺷ زا هدﺎﻔﺘﺳا ﺎﺑ و و ﻪﺒـﺳﺎﺤﻣ ﺎﻫﺮﻴﻐﺘﻣ يراودا صاﻮﺧ ،يرﺎﻣآ يﺎﻫ ﻴﻠﺤﺗ رد ﻪﻛ ﺪﺷ ﻞ

Hasil tanaman yang dikenakan zakat di negeri Selangor dan Perlis adalah hanya ke atas tanaman padi iaitu apabila hasil tersebut telah mencapai kadar cukup nisab 5

Hasil penelitian ini yaitu pertama Jenis repetisi dalam lirik lagu Band ST12 Album Pangeran Cinta adalah repetisi epizeuksis, repetisi tautotes, repetisi anafora, repetisi

Perancangan data warehouse data penjualan menggunakan data yang berasal dari data penjualan yang terdiri dari 1 buah tabel fakta (Penjualan Fakta) dan 7 buah tabel dimensi

69.217.500,- (Enam Puluh Sembilan Juta Dua Ratus Tujuh Belas Ribu Lima Ratus Rupiah) pada Tahun Anggaran 2015 sebagai berikut :. NO NAMA PERUSAHAAN ALAMAT

Teknologi yang digunakan untuk pembuatan chatbot adalah dengan memanfaatkan dialogue management yang berfungsi mengatur percakapan yang dilakukan oleh chatbot dengan