• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Medis a. Definisi - ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI NY.S UMUR 0 JAM DENGAN ASFIKSIA SEDANG DI RUANG PERISTI RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Medis a. Definisi - ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI NY.S UMUR 0 JAM DENGAN ASFIKSIA SEDANG DI RUANG PERISTI RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO - repository perpustakaan"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Medis a. Definisi

Asfiksia Neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat

bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 (oksigen)

dan makin meningkatnya CO2 (karbondioksida) yang menimbulkan akibat

buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba.2010.H.421)

Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan

teratur segera setelah lahir. Sebelumnya bayi mengalami gawat janin

kemudian mengalami asfiksia sesudah persalinan, Asfiksia dapat terjadi

karena keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi selama atau

sesudah persalinan. (JNPK-KR.2008.H.146)

Asfiksia tidak mudah didefinisikan, Asfiksia disebabkan oleh

pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga menyebabkan hipoksemia dan

asidosis campuran akibat pembentukan asam laktat dan penumpukan

karbon dioksida. (David drew.2009.H.6)

Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan

asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan

kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaaruhi fungsi

organ vital lainnya. (Sarwono. 2006.H347)

Asfiksia adalah bayi yang tidak bernafas dalam waktu 0. 5 hingga 1.

(2)

Jadi dapat di simpulkan asfiksia adalah Kelahiran bayi di mana pada

saat semua tubuh bayi terlahir, bayi tidak dapat bernafas spontan pada

menit pertama dan ditandai dengan gejala-gejala yang lain.

b. Sirkulasi Darah Janin Intrauterin ke Ekstrauterin.

Bayi baru lahir harus memenuhi sejumlah tugas perkembangan

untuk memperoleh dan mempertahankan eksistensi fisik secara terpisah

dari ibunya. Perubahan biologis besar yang terjadi saat bayi lahir

memungkinkan transisi dari lingkungan intrauterin ke ekstrauterin.

Perubahan ini menjadi dasar pertumbuhan dan perkembangan di kemudian

hari.

Pada kehamilan cukup bulan, berbagai system fisiologi dan anatomi

mencapai tingkat perkembangan dan fungsi yang memungkinkan janin

memiliki eksistensi terpisah dari ibunya. Saat dilahirkan, bayi baru lahir

memiliki kompetensi perilaku dan kesiapan interaksi social. Periode

neonatal yang berlangsung sejak bayi lahir sampai usianya 28 hari,

merupakan waktu berlangsungnya perubahan fisik yang dramatis pada

bayi baru lahir.

(3)

Keterangan :

Darah arteri dari plasenta mengalir ke janin melalui vena umbilicus

dan dengan cepat mengalir ke hati kemudian masuk ke vena kava inferior.

Darah mengalir ke foramen ovale dan masuk ke atrium kiri, tidak lama

kemudian, darah muncul di aorta dan arteri di daerah kepala. Sebagian

darah mengalir melalui jalan pintas di hati dan menuju ke duktus venosus.

Sebagian besar darah vena dari tungkai bawah dan kepala masuk

ke atrium kanan, ventrikel kanan, dan kemudian menjadi arteri pulmoner

desenden dan duktus arteriosus. Dengan demikian, foramen ovale dan

duktus arteriosus berfungsi sebagai saluran bypass, yang memungkinkan

sejumlah besar darah campuran yang di keluarkan jantung kembali ke

plasenta tanpa melalui paru-paru.

Kira-kira 55 % darah campuran,yang keluar dari ventrikel, mengalir

menuju plasenta, 35 % darah mengalir ke jaringan tubuh, dan 10 %

sisanya mengalir ke paru-paru (Behrman, Vaughan, 1987). Setelah lahir,

Foramen ovale menutup, duktus arteriosus menutup dan menjadi sebuah

ligament, duktus venosum menutup dan menjadi sebuah ligament, arteri

dan vena umbilikalis menutup dan menjadi ligament (Dari Laboratorium

Ross, Colombus, OH. ) . (Irene.2005.H.362-365)

c. Evaluasi nilai APGAR

Penilaian bayi harus di mulai segera sesudah bayi lahir meliputi

penilaian pernafasan, denyut jantung dan warna. (Sarwono

prawirohardjo.2006.349). Pengkajian ini dapat di lakukan dalam waktu 20

(4)

Nilai APGAR dilaksanakan pada 1 menit dan 5 menit sesudah bayi

lahir. (Sarwono prawirohardjo.2006.H.349). Nilai (skor) APGAR tidak

dilakukan sebagai dasar keputusan untuk tindakan resusitasi, Penilaian

harus dilakukan segera, sehingga keputusan resusitasi tidak didasarkan

penilaian APGAR, akan tetapi skor APGAR tetap digunakan untuk menilai

kemajuan kondisi BBL pada saat 1 menit dan 5 menit setelah kelahian.

(JNPK-KR.2008.H152)

Menurut Drage penilaian secara APGAR mempunyai hubungan

yang bermakna dengan mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir, dimana

patokan klinis yang dinilai ialah :

1. Menghitung frekuensi jantung.

2. Melihat usaha nafas.

3. Menilai tonus otot.

4. Menilai refleks rangsangan.

5. Memperhatikan warna kulit.

Skor APGAR dinilai 1 menit setelah bayi lahir lengkap, yaitu pada

saat bayi telah diberi lingkungan yang baik serta telah dilakukan

pengisapan lendir dengan sempurna. Skor APGAR 1 menit menunjukkan

beratnya asfiksia yang diderita dan baik sebagai pedoman untuk

menentukan cara resusitasi. Skor APGAR perlu pula dinilai setelah 5 menit

bayi lahir, karena hal ini mempunyai korolasi yang erat dengan morbiditas

(5)

Tabel : SKOR APGAR

Tanda 0 1 2

Frekuensi jantung Usaha nafas

Lambat, tidak teratur

Ekstremitas fleksi

sedikit

Gerakan sedikit

Tubuh kemerahan dan Ekstremitas biru

> 100 x/menit Menangis kuat Gerakan aktif

d. Klasifikasi atau macam

Menurut Prof.DR.Iskandar wahidiyat.2007.H.1077 Asfiksia di bagi

dalam :

1. Asfiksia Ringan “Vigorous baby” (APGAR Skor 7-10).

2. Asfiksia Sedang “Mild-moderate asphyxia” (APGAR Skor 4-6).

3. Asfiksia Berat dengan scor APGAR Skor 0-3.

e. Etiologi

Pengembangan paru-paru neonatus terjadi pada menit-menit

pertama kelahiran kemudian disusul dengan pernafasan teratur, bila terjadi

gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu akan terjadi

asfiksia janin atau neonatus. Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir

ini merupakan kelanjutan asfiksia janin, karena itulah penilaian janin selama

masa kehamilan, persalinan memegang peranan penting untuk kesehatan

dan keselamatan bayi. (Prof.DR.Iskandar wahidiyat.2007.H.1072)

Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu

melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen kejanin berkurang,

(6)

1. Keadaan Ibu

a. Preeklamsia dan eklamsia.

b. Kehamilan post matur (Kehamilan 42 minggu atau lebih).

c. Partus lama atau partus macet.

2. Keadaan Plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi

plasenta. Asfiksia pada janin akan terjadi bila terdapat gangguan

mendadak seperti :

a. Plasenta previa.

b. Solusio plasenta.

3. Keadaan tali pusat

Kompresi umbilicus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah

dalam pembuluh darah umbilicus dan menghambat pertukaran gas

antara ibu dan janin, gangguan aliran darah dapat ditemukan pada

keadaan:

a. Lilitan tali pusat.

b. Tali pusat pendek.

c. Simpul tali pusat.

d. Prolapsus tali pusat.

4. Keadaan bayi

a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamialn).

b. Persalinan sulit (Ekstraksi Vakum).

(7)

f. Patofisiologis

1. Keadaan bayi

Bayi yang normal bernafas dalam waktu 0,5 hingga 1,0 menit

setelah dilahirkan . (harry oxorn.2010.H.660). Alveoli paru janin dalam

uterus berisi cairan paru.

Sebelum lahir, paru terisi oleh cairan dan oksigen dipasok oleh

plasenta. Pembuluh darah yang memasok dan mengaliri paru

mengalami konstriksi (resistensi vaskular pulmonal tinggi), sehingga

sebagian besar darah dari sisi kanan jantung melewati paru dan

mengalir melalui duktus arteriosus menuju aorta. Sesaat sebelum lahir

dan selama persalinan, produksi cairan paru berkurang. (Tom

lissauer.2008.H.32)

Selama menuruni jalan lahir, dada bayi terperas dan sejumlah

cairan paru keluar dari trakea. Sejumlah stimulus (termal, kimiawi, taktil)

memulai terjadinya pernapasan. Kadar kartisol ADH (antidiuretic

hormone), TSH (tyroid-stimulating hormone) dan katekolamin serum

meningkat dengan sanagat cepat. (Tom, Lissauer.2008.H.32)

Pada saat lahir dan bayi mengambil nafas pertama, udara

memasuki alveoli paru dan cairan paru diabsorpsi oleh jaringan

paru.(IDAI.2010.H.104). Tarikan nafas pertama biasanya terjadi dalam

beberapa detik setelah lahir. Tekanan intratoraks yang tinggi diperlukan

untuk mencapai hal ini. Pengisian udara ke dalam paru disertai dengan

peningkatan tegangan oksigen arterial ; aliran darah arteri pulmonalis

meningkat dan resistensi vascular pulmonal turun. (Tom

(8)

Pada nafas kedua dan berikutnya, udara yang masuk alveoli

bertambah banyak dan cairan paru diabsorpsi sehingga seluruh alveoli

berisi udara yang mengandung oksigen.(IDAI.2010.H.104)

Penjepitan tali pusat menghilangkan sirkulasi plasental yang

memiliki resistensi rendah. Keadaan ini menyebabkan peningkatan

resistensi vascular perifer dan peningkatan tekanan darah sistemik.

(Tom lissauer.2008.H.32)

Aliran darah paru meningkat secara dramatis. Hal ini disebabkan

ekspansi paru yang membutuhkan tekanan puncak inspirasi dan

tekanan akhir ekspirasi yang lebih tinggi. Ekspansi paru dan

peningkatan tekanan oksigen alveoli, keduanya menyebabkan

penurunan resistensi vaskuler paru dan peningkatan aliran darah paru

setelah lahir. Aliran intrakradial dan ekstrakradial mulai beralih arah

yang kemudian diikuti penutupan duktus arteriosus. Kegagalan

penurunan resistensi vaskuler paru menyebabkan hipertensi pulmonal

persisten pada BBL (Persisten Pulmonary Hypertension of the

Neonate), dengan aliran darah paru yang indekuat dan hipoksemia

relative. Ekspansi paru yang inadekuat menyebabkan gagal nafas pada

bayi sehingga menyebabkan Asfiksia pada bayi. (M.Sholeh

kosim.2010.H.104)

2. Keadaan Ibu

Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu

melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen ke janin

berkurang, akibatnya terjadi gawat janin. Hal ini dapat menyebabkan

(9)

a. Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria atau

edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah

persalinan. (Sujiyatini M.Keb.2009.H.58)

Preeklamsia memberi pengaruh buruk pada kesehatan janin yang

disebabkan oleh menurunnya perfusi utero plasenta dan

merusaknya sel endotel pembuluh darah plasenta.

(Sarwono.2008.H.541)

b. Eklamsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam

persalinan atau masa nifas yag ditandai dengan timbulnya kejang

(bukan timbul akibat kelainan neurologik) dan atau koma dimana

sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre-eklamsia.

(sujiyatini M.Keb. 2009, hal. 67)

c. Kehamilan lewat waktu (post date) adalah kehamilan yang

umurnya lebih dari 42 minggu, menurut Hanifa, 2002 adalah

kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu lengkap.

(sujiyatini M.Keb.2009, hal 34). umur kehamilan yang semakin tua

maka semakin besar terjadinya resiko gawat janin dikarenakan

penurunan kadar estrogen sehingga terjadi pengapuran pada bayi

menyebabkan pengapuran pada plasenta sehingga oksigen yang

didapatkan bayi melalui plasenta terganggu.

d. Partus lama atau persalinan lama dikaitkan dengan his yang masih

kurang dari normal sehingga tahanan jalan lahir yang normal tidak

dapat diatasi dengan baik karena durasinya tidak terlalu lama,

(10)

keduanya tidak cukup untuk mengatasi tahanan jalan lahir

tersebut. (Manuaba, 2010. hal. 385)

3. Keadaan Plasenta

Faktor plasenta menyebabkan pertukaran gas antara ibu dan janin

dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi

bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta seperti :

(FKUI.2007.H.1073)

a. Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada

segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh

ostium uteri internum, (Sujiyatini M.Keb.2009.hal.69) sehingga

menyebabkan gangguan aliran plasenta yang membawa O₂

terganggu .(Halen varney.2008.H.904)

b. Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya

normal di korpus uteri yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu

dan yang letaknya normal pada fundus atau korpus uteri sebelum

jalan lahir. (sujiyatini M.Keb.2009.hal. 52)

Menyebabkan aliran darah melalui menuju janin akan mengalami

gangguan sehingga nutrisi dan O² makin berkurang sehingga

menimbulkan asidosis. (I.B.G Manuaba.2007.H.842)

4. Keadaan tali pusat

Kompresi umbilicus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah

dalam pembuluh darah umbilicus dan menghambat pertukaran gas

antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada

(11)

a. Prolapsus tali pusat

Tekanan tali pusat oleh bagian terendah janin dan jalan lahir akan

mengurangi atau menghilangkan sirkulasi plasenta. Obstruksi yang

lengkap dari tali pusat menyebabkan dengan segera berkurangnya

detak jantung janin (deselerasi variabel). (sarwono prawirohardjo.

2008. H. 626)

Prolapsus tali pusat dapat menurunkan aliran darah ke janin

sehingga bayi mengalami Asfiksia. (Hallen varney.2008.H.904)

Kompresi tali pusat dapat menyebabkan aliran darah menuju janin

berkurang, sedangkan lilitan tali pusat dapat menyebabkan ketidak

mampuan pemenuhan oksigen dan nutrisi ke janin. (I.B.G

Manuaba.2007.H.841)

5. Keadaan bayi

a. Persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang

terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37

minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram. (Sujiyatini

M.Keb.2009.hal.38)

Bayi yang lahir kurang bulan mempunyai kecenderungan ntuk lebih

memerlukan resusitasi karena bayi kurang bulan mudah

mengalami hipotermi karena rasio luas permukaan dan masa

tubuhnya relative besar,lemak subkutan sedikit dan imaturitas

pusat pengatur suhu.(IDAI.2010.hal.109)

b. Distosia atau persalinan sulit ditandai dengan proses persalinan

(12)

janin atau bayi yang baru lahir akan mengalami masalah.

(sujiyatini, 2009, hal. 85)

c. Kelahiran sungsang merupakan mortalitas dan morbiditas bayi lahir

sungsang 3x lebih tinggi dari pada kelahiran biasa. Keadaan ini

terjadi karena faktor trauma dan hipoksia yang mungkin timbul

pada saat persalinan. Manipulasi yang salah pada saat

mengeluarkan tubuh bayi dapat menimbulkan kerusakan atau

perdarahan pada hati, limpa atau kelenjar adrenal. Factor hipoksia

terutama timbul bila terjadi kompresi tali pusat atau kepala bayi

terlambat lahir menyebabkan bayi akan menderita asfiksia.

(FKUI.2007.H.1070)

d. Ekstraksi vakum menimbulkan tarikan atau tahanan dinding jalan

lahir terhadap kepala bayi. Indikasi penggunaan alat tersebut

disertai pengalaman dalam pemakaian alat, merupakan factor

tambahan yang mempengaruhi keadaan bayi baru lahir. Frekuensi

terjadinya asfiksia berkisar antara 10-20 % timbulnya tergantung

dari keadaan bayi saat persalinan dan indikasi penggunaan alat

dalam persalinan.

FKUI.2007.H.1068-1069)

e. KPD (Ketuban Pecah Dini) adalah pecahnya ketuban sebelum

waktunya melahirkan. Ketuban pecah dini, karena KPD bisa terjadi

karena infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban

maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban

(13)

Bayi yang lahir dengan air ketuban bercampur mekonium dan tidak

bugar (ditandai dengan depresi pernafasan, frekuensi jantung

kurang dari 100 x/menit dan tonus ototnya buruk).

(IDAI.2010.hal.109)

g. Tanda dan gejala

Berdasarkan jenisnya Asfiksia dibagi menjadi 3 yaitu Asfiksia Ringan,

Asfiksia Sedang dan Asfiksia Berat.

1. Asfiksia Ringan “Vigorous baby” (skor APGAR 7-10)

Dalam hal ini bayi di anggap sehat dan tidak memerlukan tindakan

istimewa.

2. Asfiksia Sedang “Mild-moderate asphyxia” (skor APGAR 4-6)

Pada Asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul adalah

a. Frekuensi jantung lebih dari 100 x/menit.

b. Tonus otot kurang baik atau baik.

c. Bayi sianosis.

d. Refleks iritabilitas tidak ada.

3. Asfiksia Berat(nilai APGAR 0-3)

Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis, sehingga

memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. tanda dan

gejala yang muncul pada asfiksia berat adalah sebagai berikut:

a. Frekuensi jantung kurang dari 100 x/menit.

b. Tonus otot buruk.

c. Bayi sianosis berat dan kadang-kadang pucat.

d. Refleks iritabilitas tidak ada.

(14)

h. Pemeriksaan Penunjang atau Laboratorium

1. Pemeriksaan darah lengkap.

2. Pemeriksaan golongan darah ibu dan janin.

3. Pemeriksaan kadar billirubin

(Paulette.S.Haws.2008.H.175)

i. Penatalaksanaan Medis

1. Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir

Bidan harus siap melakukan resusitasi setiap menolong persalinan.

Walau hanya beberapa menit bila BBL tidak segera bernafas, bayi dapat

menderita kerusakan otak dan meninggal.Persiapan yang diperlukan

adalah persiapan keluarga, tempat, alat untuk resusitasi dan persiapan

diri (bidan). (JNPK-KR. 2008.H148).

a) Persiapan Keluarga

Sebelum menolong persalinan, membicarakan dengan keluarga

mengenai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada ibu dan bayinya

dan persiapan persalinan.

Sebagai contoh apa bila bayi lahir kemudian bayi tidak dapat

bernafas spontan dan memerlukan tindakan resusitasi maka memberi

tahu pada keluarga dan memberi surat persetujuan pada keluarga untuk

dilakukan tindakan yang di butuhkan untuk bayi (inform consent).

(JNPK-KR. 2008.H.148).

b) Persiapan Tempat Resusitasi

Persiapan yang dilakukan meliputi ruang bersalin dan tempat

(15)

(JNPK- KR.2008.H.148) :

a) Menggunakan ruangan yang hangat dan terang.

b) Menyiapkan tempat resusitasi yang datar, rata, keras, bersih,

kering dan hangat.

Gambar 2 : Tempat Resusitasi

Keterangan :

a) Menggunakan ruangan yang hangat akan mencegah bayi

hipotermi.

b) Menyiapkan tempat resusitasi yang rata untuk kemudahan

pengaturan posisi kepala bayi.

c) Menyediakan sumber pemancar panas gunkan lampu 60 watt,

dan menyalakan pada saat menjelang persalinan.

c) Persiapan Alat Resusitasi

Sebelum menolong persalinan, selain menyiapkan alat-alat

persalinan, harus disiapkan pula alat-alat resusitasi dalam keadaan siap

pakai yaitu : (JNPK-KR.2008. H.148) :

1) Kain ke-1 : untuk mengeringkan bayi.

2) Kain ke-2 : untuk menyelimuti bayi.

3) Kain ke-3 : untuk ganjal bahu bayi.

(16)

6) Kotak alat resusitasi.

7) Sarung tangan.

8) Jam atau pencatat waktu.

Keterangan :

1) Kain yang digunakan sebaiknya bersih, kering, hangat dan

menyerap cairan seperti handuk atau kain flanel, kalau tidak ada

gunakan kain panjang atau sarung.

2) Kain ke-3 untuk ganjal bahu dibuat dari kain (kaos, selendang,

handuk kecil) yang digulung setinggi 3cm untuk mengatur posisi

kepala bayi agar sedikit tengadah.

d) Persiapan Diri

Melindungi bayi dari kemungkinan infeksi dengan cara (JNPK-KR.

2008.H.151)

a) Memakai alat pelindung diri pada saat persalinan (celemek,

masker, penutup kepala, kacamata, sepatu tertutup).

b) Melepaskan perhiasan, cincin, jam tangan sebelum mencuci

tangan.

c) Mencuci tangan dengar air mengalir dan sabun atau dengan

campuran alkohol dan gliserin.

d) Mengeringkan dengan kain atau tisu bersih.

e) Menggunakan sarung tangan sebelum menolong persalinan.

2. Keputusan Resusitasi BBL

Melakukan penilaian untuk mengambil keputusan guna

(17)

1) Menilai keadaan guna menentukan tindakan resusitasi :Sebelum

bayi lahir :

Apakah kehamilan cukup bulan ?

a) Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah :

Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium (warna

kehijauan) ?

b) Segera setelah lahir (jika bayi cukup bulan) :

(1) Menilai apakah bayi menangis atau bernapas atau

megap-megap ?

(2) Menilai apakah tonus otot baik ?

2) Membuat keputusan :

Memutuskan bayi perlu resusitasi jika :

a) Bayi tidak cukup bulan atau bayi megap-megap/ tidak bernapas

dan tonus otot bayi tidak baik.

b) Air ketuban bercampur mekonium.

3) Membuat tindakan :

Memulai melakukan resusitasi segera jika :

a) Bayi tidak cukup bulan dan atau Bayi megap-megap atau tidak

bernafas dan tonus otot bayi tidak baik. (lakukan tindakan

resusitasi BBL)

3. Prosedur Resusitasi Bayi Baru Lahir

Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa BBL perlu

resusitasi, tindakan harus segera dilakukan . (JNPK-KR.2008.H.

154).

(18)

Bila bayi tidak cukup bulan dan atau tidak bernapas atau bernapas

megap-megapdan atau tonus otot tidak baik :

Sambil memulai langkah awal:

Memberitahu ibu dan keluarga, bahwa bayi mengalami kesulitan

untuk memulai pernapasan dan tenaga kesehatan akan menolong

bayi bernapas.

B. TAHAP I : LANGKAH AWAL

Langkah awal diseleseikan dalam waktu 30 detik. Bagi

kebanyakan BBL, 5 langkah awal di bawah ini cukup untuk

merangsang bayi bernapas spontan dan teratur. Langkah tersebut

meliputi : (JNPK-KR.2008.H.154-156)

1. Menjaga bayi tetap hangat

a. Meletakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut.

b. Menyelimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut

tetap terbuka, kemudian memotong tali pusat.

c. Memindahkan bayi ke atas kain di tempat resusitasi yang

datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat.

d. Menjaga bayi tetap diselimuti dan di bawah pemancar

panas.

2. Mengatur posisi bayi

a. Membaringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat

penolong.

b. Memposisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan

(19)

Gambar 3: Posisi Kepala dan Alur Jalan Napas

3. Menghisap lendir

Menggunakan alat pengisap lendir DeeLe dengan cara :

a. Menghisap lendir mulai dari mulut dalu kemudian dari

hidung.

b. Melakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar,

tidak pada waktu memasukkan.

c. Tidak melakukan penghisapan terlalu dalam (tidak boleh

lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari 3 cm ke dalam

hidung), hal itu dapat menyebabkan denyut jantung bayi

menjadi lambat atau bayi tiba-tiba berhenti bernapas.

Bila menggunakan bola karet lakukan dengan cara :

a) Menekan bola di luar mulut.

b) Memasukkan ujung penghisap di rongga mulut dan

melepaskan (lendir akan terhisap).

c) Untuk hidung, memasukkan ke dalam hidung. Salah

(20)

4. Mengeringkan dan merangsang bayi

(1) Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian

tubuh lainnya dengan sedikit tekanan. Rangsangan ini

dapat membantu BBL mulai bernapas.

(2) Melakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di

bawah ini :

(a) Menepuk/ menyentil telapak kaki bayi.

(b) menepuk punggung/ perut/ dada/ tungkai bayi

dengan telapak tangan.

Gambar 4 : Rangsang Taktil

5. Mengatur posisi kepala bayi dan menyelimuti bayi

a. Mengganti kain yang basah dengan kain yang kering di

bawahnya.

b. Menyelimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan

menutupi muka dan dada agar bisa memantau

pernapasan bayi.

c. Mengatur kembali posisi kepala bayi sehingga sedikit

ekstensi.

Melakukan penilaian bayi :

(1) Melakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak

(21)

(a)Bila bayi bernapas normal : melakukan asuhan pasca

resusitasi.

(b)Bila bayi megap-megap atau tidak bernapas : mulai

melakukan ventilasi bayi.

C. TAHAP II : VENTILASI

Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan

sejumlah volume udara ke dalam paru-paru dengan positif untuk

membuka alveoli paru agar bayi bisa bernapas spontan dan

teratur. (JNPK-KR.2008.H.156-159)

Langkah-langkah :

a) Memasang sungkup

Memasang dan memegang sungkup agar menutupi dagu,

mulut dan hidung.

Gambar 5 : Pemasangan Sungkup

b) Ventilasi 2 kali

(JNPK-KR.2008.H.156-157)

(1) Melakukan tiupan/ pemompaan dengan tekanan 30 cm air.

Tiupan awal tabung-sungkup atau pemompaan awal

balon-sungkup sangat penting untuk membuka alveoli

paru agar bayi dapat bernapas dan menguji apakah jalan

(22)

(2) Melihat apakah dada bayi mengembang

Saat melakukan tiupan/ pemompaan, menilai dan

memperhatikan apakah dada bayi mengembang.

Bila tidak mengembang :

(a) Memeriksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada

udara yang bocor.

(b) Memeriksa posisi kepala, memastikan posisi sudah

menghidu.

(c) Memeriksa cairan atau lendir di mulut. Bila ada lendir

atau cairan, melakukan pengisapan.

(d) Melakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30 cm air

(ulangan), bila dada mengembang, melakukan tahap

berikutnya.

c) Ventilasi 20 kali dalam 30 detik

(1) Melakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau

pemompaan dengan balon dan sungkup sebanyak 20 kali

dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air sampai bayi

mulai menangis dan bernapas spontan.

(2) Memastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan

atau pemompaan, setelah 30 detik melakukan penilaian

ulang napas.

Jika bayi mulai bernapas spontan atau

menangis,kemudian menghentikan ventilasi bertahap.

a) Melihat dada apakah ada retraksi dinding dada bawah.

(23)

Jika bernapas > 40 kali permenit dan tidak ada

retraksi berat :

(a) Tidak boleh melakukan ventilasi lagi.

(b) Meletakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit pada

dada ibu dan melanjutkan asuhan BBL.

(c) Memantau setiap 15 menit untuk pernapasan dan

kehangatan.

(d) Mengatakan kepada ibu bahwa bayinya

kemungkinan besar akan membaik.

Tidak boleh meninggalkan bayi sendiri.

c) Melanjutkan asuhan pasca resusitasi

Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas,

melanjutkan ventilasi.

(3) Ventilasi, setiap 30 detik, menghentikan dan melakukan

penilaian ulang

a) Melanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan

tekanan 20 cm air).

b) Menghentikan ventilasi setiap 30 detik, melakukan

penilaian bayi apakah bernapas, tidak bernapas atau

megap-megap :

(a) Jika bayi sudah mulai bernapas spontan,

menghentikan ventilasi bertahap dan melakukan

asuhan pasca resusitasi.

(b) Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas,

(24)

kemudian melakukan penilaian ulang napas setiap

30 detik. (JNPK-KR.2008.H.159)

D. TAHAP III : ASUHAN PASCA RESUSITASI

Setelah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pasca

resusitasi yang merupakan perawaan intensif selama 2 jam

pertama. Penting sekali pada tahap ini dilakukan konseling,

asuhan BBL dan pemantauan secara intensif serta pencatatan.

(JNPK-KR.2008.H.160)

Asuhan pasca resusitasi adalah pelayanan kesehatan pasca

resusitasi yang diberikan baik kepada BBL ataupun ibu dan

keluarga. Pelayanan kesehatan yang diberikan berupa

pemantauan, asuhan BBL dan konseling.

(JNPK-KR.2008.H.162)

Membicarakan dengan ibu dan keluarga bayi tentang

resusitasi yang telah dilakukan. Menjawab setiap pertanyaan yang

diajukan.

Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan keadaan

BBL setelah menerima tindakan resusitasi dan dilakukan pada

keadaan : (JNPK-KR.2008.H.162-163)

a) Resusitasi berhasil : bayi menangis dan bernapas normal

sesudah langkah awal atau sesudah ventilasi.

b) Resusitasi belum/ kurang berhasil : bayi perlu rujukan yaitu

sesudah resusitasi 2 menit belum bernapas atau

megap-megap atau pada pemantauan didapatkan kondisinya

(25)

c) Resusitasi tidak berhasil : sesudah resusitasi 10 menit

dihitung dari bayi tidak bernapas dan detak jantung 0.

A. Resusitasi berhasil

Mengajari ibu dan keluarga untuk membantu

bidan menilai keadaan bayi. Menjelaskan mengenai

pemantauan BBL dan bagaimana memperoleh

pertolongan segera bila bayi mengalami masalah.

Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi :

(a) Tidak dapat menyusu.

(b) Kejang.

(c) Mengantuk atau tidak sadar.

(d) Napas cepat (> 60 menit).

(e) Merintih.

(f) Retraksi dinding dada bawah.

(g) Sianosis sentral.

Merujuk segera bila ada salah satu tanda-tanda

bahaya di atas, sebelum merujuk lakukan tindakan

pra rujukan.

B. Pemantauan dan perawatan tali pusat :

(a) Memantau perdarahan tali pusat, jika ikatan lepas

batulkan oleh bidan.

(b) Menjelaskan perawatan tali pusat yang benar

pada ibu dan keluarga

C. Bila napas bayi dan warna kulit normal, memberikan

(26)

(a) Meletakkan bayi di dada ibu (kulit ke kulit),

menyelimuti keduanya.

(b) Membantu ibu untuk menyusui bayi dalam 1 jam

pertama.

(c) Menganjurkan ibu mengusap bayinya dengan

kasih sayang.

D. Pencegahan hipotermi :

(a) Membaringkan bayi dalam ruangan > 25 oC

bersama ibunya.

(b) Mendekap bayi dengan lekatan kulit ke kulit

sesering mungkin.

(c) Menunda memandikan bayi sampai dengan 6-24

jam.

(d) Menimbang berat badan terselimuti, kurangi berat

selimut.

(e) Menjaga bayi tetap hangat selama pemeriksaan,

buka selimut bayi sebagian-sebagian.

E. Pemberian vitamin K1 :

(a) Memberikan suntikan vitamin K1 di paha kiri

anterolateral 1 mg intramuskular.

F. Pencegahan infeksi :

(a) Memberikan salep mata antibiotika.

(b) Memberikan imunisasi hepatitis B di paha kanan

0,5 ml intramuskular, 1 jam setelah pemberian

(27)

(c) Memberitahu ibu dan keluarga cara pencegahan

infeksi bayi.

G. Pemeriksaan fisik :

(a) Mengukur panjang badan dan lingkar kepala bayi.

(b) Melihat dan meraba kepala bayi.

(c) Melihat mata bayi.

(d) Melihat mulut dan bibir bayi.

(e) Melihat dan meraba lengan dan tungkai, gerakan,

menghitung jumlah jari.

(f) Melihat alat kelamin dan menentukan jenis

kelamin, adakah kelainan.

(g) Memastikan adakah lubang anus dan uretra,

adakah kelainan.

(h) Memastikan adakah buang air besar an buang air

kecil.

(i) Melihat dan meraba tulang punggung bayi.

j. KOMPLIKASI

Komplikasi dari Asfiksia meliputi (Hull,david.2008.H.52) :

a. Otak : kejang dan hipoglikemia.

Kejang BBL adalah perubahan proksimal dari fungsi neurologic (misalnya

perilaku, sensorik, motorik, dan fungsi autonom system saraf) yang terjadi

pada bayi berumur sampai dengan 28 hari.

(28)

Asfiksia menyebabkan kerusakan langsung susunan saraf pusat berupa

degenerasi dan nekrosis atau tidak langsung menyebabkan kerusakan

endotel vascular dengan akibat perdarahan. (FKUI.2007.H.1140)

Trauma lahir dan asfiksia biasanya disertai gangguan metabolism seperti

hipoglikemia. (FKUI.2007.H.1140)

Hipoglikemia adalah kadar glukosa serum yang kurang dari 45 mg% (< 2,6

mmol/liter) selama beberapa hari pertama kehidupan. (Tom

lissauer.2008.H.06). Keadaan ini bersifat sementara akibat kekurangan

produksi glukosa karena kurangnya depot glikogen di hepar atau

menurunnya glukoneogenesis lemak dan asam amino. Hipoglikemia dapat

terjadi pada bayi ibu penderita diabetes mellitus, pada BBLR, dismaturitas

dan bayi dengan penyakit umum yang berat seperti sepsis, meningitis dan

sebagainya. (FKUI.2007.H.1141)

b. Paru-paru : sindrom gawat napas.

Adalah keadaan bayi yang sebelumnya normal atau bayi dengan asfiksia

yang sudah dilakukan resusitasi dan berhasil, tetapi beberapa saat

kemudian mengalami gangguan nafas, biasanya mengalami masalah

sebagai berikut : (Depkes-RI.2010.H.10-1)

1. Frekuensi nafas bayi lebih dari 60 x/menit.

2. Frekuensi nafas bayi kurang dari 40 x/menit.

3. Bayi dengan sianosis sentral (biru pada lidah dan bibir).

(29)

c. Asfiksia berat. (FKUI.2007.H.1079)

Resusitasi aktif dalam hal ini harus segera dikerjakan. Langkah utama ialah

memperbaiki ventilasi paru dengan memberikan oksigen dengan tekanan

dan intermiten. (FKUI.2007.H.1079)

d. Ikterus (Depkes RI.2010.8-14)

Ikterus adalah pewarnaan kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa yang

terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah. Ikterus dapat

terjadi pada riwayat bayi baru lahir dengan asfiksia.

(Depkes-RI.2010.H.8-14).

Ikterus ditemukan pada BBL yang merupakan suatu gejala fisiologis

(terdapat pada 25-50% neonatus cukup bulan) atau dapat merupakan hal

(30)

Kerangka Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir

BAYI LAHIR

PENILAIAN

Sambil meletakkan dan menyelimuti bayi diatas perut ibu atau dekat perineum,lakukan penilaian BBL

1. Apakah bayi sudah cukup bulan?

2. Apakah air ketuban jernih,tidak bercampur mekonium? 3. Apakah bayi bernafas atau menangis?

4. Apakah bayi aktif

4. Keringkan dan rangsang taktil 5. Reposisis

NILAI NAFAS

Bayi Bernafas Normal Asuhan Pasca Resusitasi

1. Pemantoan

2. Pencegahan Hipotermi 3. Inisiasi menyusui dini 4. Pemberian vitamin K1 5. Pencegahan infeksi 6. Pemeriksaan fisik

7. Pencatatan dan pelaporan

Bayi tidak bernafas atau bernafas megap-megap VENTILASI

1. Pasang sungkup-perhatian lekatan 2. Ventilasi 2x dengan tekanan 30cm air

3. Bila dada mengembang lakukan ventilasi 20x dengan tekanan 20cm air selama 30 detik

NILAI NAFAS

Bayi tidak bernafas atau bernafas megap-megap 1. Ulangi ventilasi sebanyak 20X selama 30 detik

2. Hentikan ventilasi dan nilai kembali nafas tiap 30 detik 3. Bila bayi tidak bernafas spontan sesudah 2 menit

resusitasi,siapkan rujukan Bayi mulai bernafas

Bila tidak mau dirujuk dan tidak berhasil

1. Sesudah 10 menit pertimbangkan untuk menghentikan resusitasi

1. Konseling

(31)

B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan

a. Tinjauan Asuhan Kebidanan Varney

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, temuan ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan

yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien.

Manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah yang berurutan, yang

dimulai dengan pengumpulan data sampai dengan evaluasi. Proses ini bersifat

siklik (dapat berulang),dengan tahap evaluasi sebagai data awal pada siklus

berikutnya.

Tinjauan asuhan kebidanan menggunakan kerangka bervikir varney

yang terdiri 7 langkah yaitu

1. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

Mengumpulkan data dasar yang menyeluruh untuk mengevaluasi ibu

dan bayi baru lahir. Data dasar ini meliputi pengkajian riwayat, pemeriksaan

fisik dan pelvik sesuai indikasi, meninjau kembali proses perkembangan

keperawatan saat ini atau catatan rumah sakit dahulu, dan meninjau kembali

data hasil laboratorium dan laporan penelitian terkait secara singkat, data

dasar yang diperlukan adalah semua data yang berasal dari sumber

informasi yang berkaitan dengan kondisi ibu dan bayi baru lahir. (Helen

varney.2007.hal.27)

Pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang

dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah

(32)

sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. (Eny retna Ambarwati

M.Kes.2010.hal.131)

2. Langkah II : Interpretasi Data

Bermula dari data dasar: menginterpretasi data untuk kemudian

diproses menjadi masalah atau diagnosis serta kebutuhan perawatan

kesehatan yang diidentifikasi khusus. (Helen varney.2007.hal.27)

Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan

interpretasi yang benar atas data-data yang telah dilakukan. Dalam langkah

ini data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi diagnosa

kebidanan dn masalah. (Diah Wulandari M.Kes.2010.hal141)

3. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial berdasarkan

masalah dan diagnosis saat ini berkenaan dengan tindakan antisipasi,

pencegahan jika memungkinkan, menunggu dengan waspada penuh dan

persiapan terhadap semua keadaan yang mungkin muncul. Langkah ini

adalah langkah yang sangat penting dalam memberi perawatan kesehatan

yang aman. (Helen varney.2007.hal.27)

Diagnosa potensial atau diidentifikasikan masalah berdasakan

rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi,

pencegahan, bila memungkinkan menunggu menggamati dan bersiap-siap

apabila hal tersebut benar-benar terjadi, melakukan asuhan yang aman

(33)

4. Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan

Penanganan Segera

Mencermikan sifat kesinambungan proses penatalaksanaan, yang

tidak hanya dilakukan selama perawatan primer atau kunjungan pranatal

periodik, tetapi juga saat bidan melakukan perawatan berkelanjutan bagi

wanita tersebut. Data baru yang diperoleh terus dikaji dan kemudian

dievaluasi.Beberapa data mengindikasikan situasi kedaruratan, yang

mengharuskan bidan mengambil tindakan secara cepat untuk

mempertahankan nyawa ibu dan bayinya. (Helen varney.2007.hal.27)

Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan.

Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter

dan atau untuk dokonsultasikan atau ditangani bersamaan dengan anggota

tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien. .(Diah Wulandari

M.Kes.2010.hal143)

5. Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Mengembangkan sebuah rencana keperawatan yang menyeluruh

ditentukan dengan mengacu pada hasil langkah sebelumnya. Langkah ini

merupakan pengembangan masalah atau diagnosis yang diidentifikasi baik

pada saat ini maupun yang dapat diantisipasi serta perawatan kesehatan

yang dibutuhkan.Langkah ini dilakukan dengan mengumpulkan setiap

informasi tambahan yang hilang atau diperlukan untuk melengkapi data

dasar. Sebuah rencana perawatan yang menyeluruh tidak hanya melibatkan

kondisi ibu atau bayi baru lahir yang terlihat dan masalah lain yang

berhubungan, tetapi juga menggambarkan petunjuk antisipasi bagi ibu atau

(34)

juga mencakup pendidikan dan konseling kesehatan dan semua rujukan

yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah sosial, ekonomi, agama,

keluarga, budaya atau psikologis. (Helen varney.2007.hal.27-28)

6. Langkah VI: Melaksanakan Perencanaan

adalah melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh.

Langkah ini dapat dilakukan secara menyeluruh. Langkah ini dapat dilakukan

secara keseluruhan oleh bidan atau dilakukan sebagian oleh ibu atau orang

tua, bidan atau anggota tim kesehatan lain. Apabila tidak dapat melakukan

sendiri, bidan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa implementasi

benar-benar dilakukan. (Helen varney.2007.hal.28)

Melaksanakan rencana asuhan penyuluhan pada klien dan keluarga.

Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman..

(Eny retna Ambarwati M.Kes.2010.hal.145)

7. Langkah VII : Evaluasi

Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang

telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan,

melihat kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek

asuhan yang sudah dilaksanakan dan merencanakan kembali yang belum

terlaksana. (Diah Wulandari M.Kes.2010.hal147)

Evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksa apakah rencana

perawatan yang dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan yaitu

memenuhi kebutuhan ibu, seperti yang diidentifikasikan pada langkah kedua

tentang masalah, diagnosis, maupun kebutuhan peraatan kesehatan. (Helen

(35)

b. Tinjauan Asuhan Kebidanan SOAP

Pendokumentasian adalah pendokumentasian yang dapat

mengomunikasikan kepada orang lain mengenai asuhan yang telah

dilakukan dan yang akan di lakukan pada seorang klien sesuai langkah

langkah dalam proses manajemen kebidanan. (Dra.Nengah.2006.H.172).

pada kasus bayi Ny.S data perkembangan menggunakan dokumentasi

dalam bentuk SOAP, yaitu

(S) Subjektif, : menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan

data klien melalui anamnesis sebagai langkah 1 varney.

(O) Objektif : menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan

fisik klien, hasil laboratorium dan uji diagnostik lain yang

dirumuskan dalam data focus untuk mendukung asuhan

sebagai langkah 1 varney.

(A) Assessment : menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan

interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu

identifikasi:

1. Diagnosis/masalah.

2. Antisipasi diagnosis/ masalah potensial.

3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,

konsultasi atau kolaborasi dan rujukan sebagai

langkah 2,3 dan 4 varney.

(P) Plan : menggambarkan pendokumentasian dan tindakan dan

evaluasi perencanaan bedasarkan assessment sebagai

(36)

C. Tinjauan Asuhan Kebidanan I. PENGUMPULAN DATA DASAR

1. Pengkajian

A. Data Subyektif

1) Identitas Klien (bayi)

Merupakan bagian yang paling penting dalam anamnesis,

diperlukan untuk memastikan bahwa yang diperikasa benar-benar

anak yang dimaksud dan tidak keliru dengan anak lain. Kesalahan

identifikasi pasien dapat berakibat fatal, baik secara medis, etika

maupun hukum.

a) Nama

Identitas dimulai dengan nama pasien, yang jelas dan lengkap :

nama depan, nama tengah (bila ada), nama keluarga dan nama

panggilan akrabnya.(Matondang.2003.hal.4)

b) Umur

Umur pasien sebaiknya didapat dari tanggal lahir, yang dapat

ditanyakan ataupun dilihat dari kartu menuju sehat atau kartu

pemeriksaan kesehatan lainnya. Usia bayi diperlukan untuk

menginterprestasi apakah data pemeriksaan klinis bayi tersebut

normal sesuai dengan umurnya. (Matondang.2003.hal.4)

Bayi baru lahir dengan Asfiksia menunjukkan tidak dapat

bernafas secara sepontan pada umur (waktu) 0,5 hingga 1,0

(37)

Bayi baru lahir dengan Asfiksia terjadi pada menit pertama

(umur 1 menit ) setelah kelahiran bayi dapat dilihat bayi tidak

bernafas atau megap-megap. (Saifuddin.2002.hal.M.118)

c) Jenis kelamin

Untuk identitas penilaian data pemeriksaan klinis, misalnya

nilai-nilai baku-baku, insidens seks, penyakit-penyakit terangkai seks

(sex-linked). (Matondang.2003.hal.5)

2) Identitas Penanggung Jawab

a) Nama orang tua

Nama ayah, ibu atau wali pasien harus dituliskan dengan jelas

agar tidak keliru dengan orang lain, mengingat banyak sekali

nama yang sama. Bila ada titel yang bersangkutan harus

disertakan. (Matondang.2003.hal.6)

b) Umur

Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti

kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental

dan psikisnya belum siap, sedangkan umur lebih dari 35 tahun

rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas. (Eny

retna ambarwati.2010.h.131)

Dalam kurun waktu reproduksi dikenal bahwa usia aman untuk

kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal

pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun

ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang

terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat

(38)

3) Alasan datang : -

4) Keluhan utama

Adalah keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa

berobat. (Matondang.2003.hal.6)

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan

masalah klien. (Diah wulandari M.keb.2010.hal.132)

Pada kasus Asfiksia sedang (Mild-moderate asphyxia) keluhan

yang dapat di lihat adalah terlihat frekuensi jantung lebih dari

100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis dan refleks

iritabilitas tidak ada. (Prof.DR. Iskandar Wahidayat.2007.H1077)

5) Riwayat Kesehatan

a) Riwayat penyakit yang pernah diderita

Penyakit yang pernah diderita bayi sebelumnya perlu

diketahui karena ada hubungannya dengan penyakit sekarang,

atau setidak-tidaknya memberikan informasi untuk membantu

pembuatan diagnosis dan tata laksana penyakitnya sekarang.

(Matondang.2003.hal.12)

(a) Riwayat kesehatan dahulu (ibu)

Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan

adanya penyakit yang diderita ibu yang ada hubungannya

dengan masa kehamilan, persalinan dan bayi, seperti ibu

hamil dengan penyakit jantung, diabetes melitus, toksemia

gravidarum dan lain-lain, yang dapat mempengaruhi bayi baru

(39)

(1) Penyakit jantung

Prognosis bayi dari ibu penderita jantung biasanya

kehamilan berakhir abortus, kematian janin dalam

kandungan atau persalinan prematur. Bila bayi lahir hidup

ia akan mengalami asfiksia atau retardasi pertumbuhan

intrauterin. Kelainan pada bayi terutama karena adanya

gangguan pertukaran gas dan makanan dari ibu kejanin

selama hamil. (FKUI.2007.H.1067)

(2) Diabetes melitus

Kelainan yang mungkin ditemukan pada bayi lahir

hidup ialah kelainan kongenital, gangguan

kardiopulmonal, gangguan neorologis sebagai akibat

perubahan metabolik seperti hipoglikemia atau

hipokalsemia yang dapat menimbulkan gangguan berupa

tremor, hiperiritabilitas, serangan apnu dan kejang.

(FKUI.2007.H.1067)

(3) Anemia

Apabila ibu menderita anemia akan mengurangi

kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu

pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk

seperti abortus, BBLR dan persalinan prematuritas tinggi.

(40)

(4) Hipertensi

Hipertensi yang menyertai kehamilan adalah hipertensi

yang telah ada sebelum kehamilan. Apabila dalam

kehamilan disertai proteinuria dan edema maka disebut

pre-eklamsi. Penyebab utama hipertensi adalah

hipertensi esensial yang disebabkan oleh factor

lingkungan dan emosi yag labil, dengan tanda-tanda

tekanan darah antara 140/90 mmHg.

(5) Toksemia gravidarum

Gangguan yang terjadi pada janin atau bayi baru lahir

disebabkan oleh faktor-faktor tidak langsung yang

terdapat pada ibu akibat dari penyakitnya. Faktor tersebut

misalnya ialah perubahan pada plasenta, hipertensi ibu,

kejang pada ibu dan obat sedativum yang diberikan pada

ibu. Bergantung pada beratnya penyakit ibu, gangguan

pada bayi dapat berupa kematian bayi dalam rahim,

asfiksia, depresi pernafasan terjadi akibat pemberian obat

pada ibu gejala lanjut pada bayi baru lahir berupa

hipoglikemia, hipokalsemia dan odem.

(FKUI.2007.H.1066)

(6) Malaria

Infeksi malaria dapat menyebabkan infeksi plasenta

sehingga makin menganggu pertukaran nutrisi ke janin

dan menimbulkan gangguan perkembangan dan

(41)

terjadi pada kehamilan karena daya tahan tubuh ibu hamil

makin menurun terhadap semua bentuk infeksi.

(Manuaba.2010.H.339)

(7) Tuberkulosis (TBC)

Ibu hamil yang mengidap TBC pertolongan persalinan

dibantu mempercepat kelahiran dengan tindakan operasi

pervagianam atau SC. Ibu dengan TBC aktif tidak

dibenarkan untuk memberikan ASI karena dapat

menularkan pada bayi. Bayi perlu dikonsultasikan ke

dr.Anak untuk mendapatkan pengawasan dan vaksinasi

BCG. (Manuaba.2010.H.336)

(8) Penyakit menular seksual

Pengaruh infeksi gonore pada kehamilan praktis tidak

ada, tetapi terhadap bayi dapat menimbulkan infeksi mata

konjungtivitas gonore neonaturum yang selanjutnya dapat

menyebabkan kebutaan. Oleh karena itu, pada setiap

persalinan selalu diberikan tetes mata untuk mencegah

infeksi yang dapat menyebabkan kebutaan.

(Manuaba.2010.H.228)

Rubella dapat menyebabkan kelainan kongenital pada

mata, otak dan jantung. Sitomegalia menimbulkan

hiperbillirubinemia dan kelainan susunan saraf pusat.

Hepatitis dan influenza dapat menyebabkan partus

prematurus, abortus, gangguan pertumbuhan janin atau

(42)

(9) Human immunodeficiency virus (HIV)

Pertolongan persalinan ibu dengan HIV sebaiknya

berhati-hati karena bahaya terkontaminasi melalui cairan

tubuh, darah dan urine. Ruangan pertolongan persalinan

harus terisolasi dengan baik sehingga alat dan bahan

dapat diisolasi dan dimusnahkan. Setelah pertolongan

persalinan harus segera mencuci diri dan membilasnya

dengan antiseptic. Untuk virus HIV tidak tahan dengan

kekeringan atau sabun. (Manuaba.2010.H.343)

(10) Kehamilan kembar

Pertumbuhan janin kehamilan kembar bergantung

pada faktor plasenta apakah menjadi satu (sebagian

besar hamil kembar monozigotik) atau bagian mana

lokalisasi implantasi plasentanya. Dari kedua factor

tersebut, mungkin jantung salah satu janin lebih kuat dari

lainnya, sehingga janin yang mempunyai jantung lemah

mendapat nutrisi yang kurang yang menyebabkan

pertumbuhan terhambat sampai kematian janin dalam

rahim. (Matondang.2010.H.276)

(b) Riwayat kesehatan Sekarang (bayi)

Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan

adanya penyakit yang diderita pada saat ini ada hubungannya

dengan masa kehamilan, persalinan dan bayi.

(43)

Berdasarkan jenisnya Asfiksia dibagi menjadi 3 yaitu

Asfiksia Ringan, Asfiksia Sedang dan Asfiksia Berat.

(1) Asfiksia Ringan “Vigorous baby” (skor APGAR 7-10)

Dalam hal ini bayi di anggap sehat dan tidak

memerlukan tindakan istimewa.

(2) Asfiksia Sedang “Mild-moderate asphyxia” (skor APGAR

4-6)

Pada Asfiksia sedang, tanda dan gejala adalah

(a) Frekuensi jantung lebih dari 100 x/menit.

(b)Tonus otot kurang baik atau baik.

(c) Bayi sianosis.

(d)Refleks iritabilitas tidak ada.

(3) Asfiksia Berat(nilai APGAR 0-3)

Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami

asidosis, sehingga memerlukan perbaikan dan resusitasi

aktif dengan segera. Tanda dan gejala yang muncul pada

asfiksia berat adalah sebagai berikut:

(a)Frekuensi jantung kurang dari 100 x/menit.

(b)Tonus otot buruk.

(c) Bayi sianosis berat dan kadang-kadang pucat.

(d)Refleks iritabilitas tidak ada.

(FKUI.2007.H.1077)

(c) Riwayat kesehatan keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan

(44)

kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit

keluarga yang menyertainya.

(Eny Retna Ambarwati.2010.hal133)

Riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui adanya

resiko penyakit menular atau diturunkan, seperti : keturunan

kembar, DM dan hipertensi yang dapat menyebabkan bayi

baru lahir dengan asfiksia. (Mufdlilah MSC.2009.H12)

6) Riwayat Obstetrik

a. Riwayat haid

Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklus dari

uterus, disertai pelepasan (deskuamsi) endomertrium.

(Sarwono.2008.h.103)

Riwayat menstruasi untuk mengetahui tentang alat reproduksi,

hal yang dikaji adalah usia menarche, siklus, lama menstruasi,

nyeri, perdarahan inta menstruasi, problem dan prosedur seperti

amenorrhoe, perdarahan irregular). (Mufdlilah MSc.2009.H.11)

Haid merupakan periodik tahap akhir pubertas wanita,secara

biologis proses reproduksi sudah dapat berlangsung. Menarche

adalah haid yang pertama. (Matondang.2003.h.163)

Siklus haid adalah jarak antara menstruasi yang dialami

dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari (sekitar 23-32

hari).

Volume untuk menjelaskan seberapa banyak darah haid yang

(45)

Keluhan untuk menyampaikan keluhan yang dirasakan ketika

mengalami haid, seperti sakit kepala atau jumlah darah yang

banyak.

(Ari sulistyawati.2009.H.112-113)

b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.

Untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah

abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong

persalinan dan keadaan nifas yang lalu. (Ambarwati

M.Kes.2010.H.134)

c. Riwayat kehamilan sekarang

Hal pertama yang perlu ditanyakan adalah keadaan

kesehatan ibu selama hamil ada atau tidaknya penyakit, serta

upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit tersebut. Serta

untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan kunjungan antenatal

dan kepada siapa kunjungan antenatal dilakukan (dukun, perawat,

bidan, dokter).

Pada kasus bayi baru lahir dengan asfiksia dapat disiapkan

kebutuhan untuk manajemen resusitasi khusus nya bila ibu

tersebut memiliki riwayat preeklamsia dan eklamsi, partus macet

atau lama, kehamilan post matur (kehamilan 42 minggu atau

lebih). (JNPK-KR.2008.H.146)

7) Riwayat Persalinan

Ikhwal kelahiran pasien harus ditanyakan dengan teliti, termasuk

tanggal dan tempat lahir, siapa yang menolong, cara kelahiran

(46)

kehamilan ganda, keadaan segera setelah lahir dan morbiditas pada

hari-hari pertama setelah lahir. Masa kehamilan juga perlu

ditanyakan, apakah cukup bulan, kurang bulan atau lewat waktu

(informasi di peroleh dari tempat bayi lahir puskesmas atau rumah

bersalin termasuk nilai Apgar).

Pada persalinan sesar ditanyakan apakah indikasi tindakan

tersebut. Berat dan panjang badan lahir selalu ditanyakan,

morbiditas yang berhubungan dengan kelahiran dan selama masa

neonatus ditanyakan apakah bayi mengalami Asfiksia, trauma lahir,

infeksi intrapartum, ikterus yang mungkin berhubungan dengan

masalah yang dihadapi sekarang. (Matondang.2003.H.13)

Pada keadaan bayi yang mengalami Asfiksia diantaranya bayi

prematur (sebelum 37 minggu kehamilan), persalinan sulit (ekstraksi

vakum, forsep, letak sungsang), air ketuban bercampur mekonium

dan kelainan congenital. (JNPK-KR.2008.H.146)

8) Riwayat Perkawinan

Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah yang

syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan

berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi

proses persalinan dan nifas. (Ambarwati.2010.H.33)

9) Riwayat Imunisasi

Status imunisasi pasien, baik imunisasi ulang (booster) harus

secara rutin ditanyakan. Informasi tentang imunisasi juga dapat

dipakai sebagai umpan balik tentang perlindungan pediatric yang di

(47)

Pada bayi Asfiksia pemberian imunisasi vitamin K₁ dan hepatitis B

di tunda terlebih dahulu karena bayi dilakukan manajemen resusitasi

terlebih dahulu setelah berhasil, bayi diberikan perawatan pasca

resusitasi termasuk pemberian imunisasi vitamin K₁ dan hepatitis B.

(JNPK-KR.2008.163)

10) Pola Kebutuhan Sehari-hari

a. Pola intake nutrisi

Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,

banyaknya, jenis makanan. (Ambarwati.2010.H.136)

Pada bayi yang terkena Asfiksia tidak langsung melakukan

IMD sehingga bayi tidak mendapatkan ASI secara langsung dari

ibu melainkan mendapatkan pertolongan kegawat daruratan

pada bayi. (Manajemen Resusitasi.

Bayi yang membutuhkan ventilasi tekanan positif dengan

kantong dan masker selama lebih dari 2 menit harus di pasang

selang orogastrik lambung kemudian di kosongkan dan selang

dibiarkan terpasang. (Sinclair.2010.H.349)

Kebutuhan cairan pada tiap-tiap bayi untuk mencapai

kenaikan berat badan yang optimal berbeda-beda. Pada

umumnya cairan yang diberikan pada hari pertama sebanyak 60

ml/kg berat badan dan setiap hari ditambah, sehingga pada hari

ke-14 dicapai 200 ml/kg berat badan sehari. Dalam hari-hari

pertama berat badan akan turun oleh karena pengeluaran

mekonium dan masuknya cairan belum mencukupi. Turunnya

(48)

pada hari ke-4 sampai hari ke-10 dan seterusnya.

(FKUI.2007.H.1159)

Pada bayi dengan berat badan diatas 1500 gram dapat

dimulai dengan 3 ml/kg/setiap 2 jam dan setiap kali bayi akan

diberi minum dengan cairan lambung harus dikeluarkan.

Pemberian minum berikutnya dapat di tambah 1 ml- 20 ml setiap

kali minum. Berikutnya dapat diberi minum setiap 3 jam. Bila

cairan lambung yang diisap lebih dari 2ml, maka jumlah susu

yang diberikan dikurangi dengan jumlah cairan yang dikeluarkan

sebelumnya. Kegagalan pemberian pengganti ASI dapat dilihat

dari turunya berat badan yang lebih dari 10% yang disebabkan

oleh pencemaran kuman pathogen atau susunan nutrient yang

tidak sesuai dengan kebutuhan bayi. (FKUI.2007.H.1162)

b. Pola eliminasi

Menggambarkn pola kebiasaan buang air besar meliputi

frekuensi, jumlah, konsistensi dan buang air kecil meliputi

frekuensi, warna dan jumlah. (Ambarwati.2010.H.136)

c. Pola aktivitas

Menggambarkan pola aktivitas bayi. Pada kasus Asfiksia saat

lahir bayi tidak mampu bernafas secara spontan setelah lahir.

(David drew.2009.H.6)

d. Pola istirahat

(49)

11) Lingkungan yang berpengaruh

Keadaan lingkungan sangat mempengaruhi status keluarga,

seperti fasilitas MCK, letak tempat tinggal dekat dengan kandang

ternak atau tidak, polusi udara, keadaan kamar yang sehat atau

tidak dengan sirkulasi udara lancer dan ventilasi udara yang

memungkinkan cahaya matahari masuk ke dalam kamar, serta

tempat bersalin dan alat-alat persalinan apakah dalam keadaan

yang steril atau tidak. (Sulistyawati.2009.H.118-119)

B. Data Obyektif

Pemeriksaan fisis harus selalu dimulai dengan penilaian pada bayi

baru lahir untuk mengambil keputusan guna menentukan tindakan

resusitasi atau tidak.

1. Keadaan umum

Untuk mengamati keadaan pasien secara keseluruhan.

Neonatus dan bayi kecil normal belum dapat memberikan

respons terhadap stimulus tertentu, dalam keadaan ini kesadaran

disimpulkan dari kemampuan bayi memberikan respons terhadap

stimulus yang sesuai dengan tingkat perkembangannya.

(Matondang.2003.H.25)

Baik : bayi memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan

dan orang lain.

Lemah : bayi tidak memberikan respon yang baik terhadap

lingkungan dan orang lain. (Sulistyawati.2009.H.122)

2. Kesadaran

(50)

Samnolen: tingkat kesadaran daripada apatik, pasien tampak

mengantuk, selalu ingin tidur, bayi tidak responsif terhadap stimulus

ringan, tetapi masih memberikan respons terhadap stimulus yang

agak keras kemudian tertidur lagi. (matondang.2003.H.25)

Adapun macam-macam tingkat kesadaran menurut Matondang

antara lain:

Composmentis : bayi sadar sepenuhnya dan memberi respons yang

adekuat terhadap stimulus yang diberikan.

Apatik : bayi dalam keadaan sadar, tetapi acuh tak acuh terhadap

keadaan sekitarnya, ia akan memberi respons yang adekuat bila

diberikan stimulus.

Sopor : bayi tidak memberikan respon ringan maupun sedang,

tetapi masih memberi sedikit respons terhadap stimulus yang kuat,

refleks pupil terhadap cahaya masih positif.

3. Tanda vital

Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan

kondisi yang dialaminya.

a. Bunyi jantung

Laju jantung dihitung selama satu menit penuh dengan

menggunakan stetoskop. Laju jantung normal neonatus 120-160

x/menit.(Matondang.2003.H.154)

Pada bayi dengan Asfiksia sedang frekuensi jantung lebih dari

100 x/menit, sedangkan Asfiksia berat frekuensi jantung kurang

(51)

b. Suhu

Sangat penting bagi semua bayi baru lahir untuk dijaga agar

tetap kering, bersih dan hangat untuk mencegah bayi kedinginan

(hipotermi) yang membahayakan. Prinsip ini tetap dianut dalam

penatalaksanaan resusitasi BBL dan terlebih lagi bayi Asfiksia

sangat rentan terhadap hipotermi. (JNPK.2008.h.153)

Bayi yang normal adalah bayi dengan suhu badan > 36⁰ C

dan < 38⁰C. (saifuddin.2002.hal.N.36)

Menghindari memandikan bayi hingga sedikitnya enam jam

dan hanya setelah itu jika tidak terdapat masalah medis dan jika

suhu tubuh bayi yaitu 36,5 derajat C atau lebih.

(Saifuddin.2002.hal.N.32)

c. Respirasi

Pada saat bayi lahir sambil secara cepat menilai pernapasan

bayi, letakkan bayi dengan handuk di atas perut ibu. Dengan kain

bersih dan kering atau kasa lap darah atau lender dari wajah bayi

untuk mencegah jalan udaranya terhalang, memeriksa ulang

pernafasan bayi. Sebagian besar bayi akan menangis atau

bernafas spontan dalam waktu 30 detik setelah lahir. Bila bayi

menangis atau bernapas terlihat dari pergerakan dada paling

sedikit 30 x/menit, biarkan bayi dengan ibunya apabila bayi tidak

bernafas dalam waktu 30 detik maka melakukan

langkah-langkah resusitasi pada bayi. (Saifuddin.2002.hal.N.30)

Memeriksa pernafasan dan warna kulit pada bayi setiap 5

(52)

keringkan bayi dengan selimut atau handuk kering dan hangat

dan menggosokkan punggung bayi dengan lembut. Apabila bayi

sianosis (kulit biru) atau sukar bernafas (frekuensi pernafasan

kurang dari 30 atau lebih dari 60 kali/menit) memberikan oksigen

kepada bayi dengan kateter naa atau nasal prongs.

(Saifuddin.2002.hal.N.32)

d. Nadi

Nadi dihitung dengan bayi dalam keadaan tidur, tetapi dapat

pula dihitung dengan anak dalam keadaan tenang dalam posisi

berbaring terlentang atau duduk diruangan yang tenang.

Laju nafas normal neonatus berkisar antara 40-60 kali per

menit. (matondang.2003.hal.154)

4. Antropometri

a. Berat badan

Berat badan bayi ditimbang dengan timbangan bayi, sebelum

menimbang, periksa lebih dahulu apakah alat sudah dalam

keadaan seimbang (jarum menunjuk angka 0). Berat badan bayi

yang normal adalah 2500-4000 gram. (matondang.2003. hal.156)

Pada bayi asfiksia dengan keadaan bayi premature (sebelum

37 minggu kehamilan) maka berat badan lahirnya pada saat

kelahiran kurang dari 2500 gram sampai dengan 2499 gram.

(FKUI.2007.h.1051) akan mudah menderita asfiksia neonaturum

(53)

b. Panjang badan

Alat pengukur panjang badan bayi terbuat dari kayu, yang

salah satu ujungnya mempunyai batasan yang tetap sedang

ujung lainnya mempunyai kayu yang dapat digerakkan. Bayi

ditidurkan terlentang tanpa sepatu dan tanpa topi diatas tempat

tidur yang keras, panjang badan bayi normal adalah 45-54 cm .

(Matondang.2003.h.156)

Pada bayi dengan Asfiksia dengan keadaan bayi yang

premature maka panjang badan kurang atau sama dengan 45

cm. (FKUI.2007.h.1053)

c. Lingkar kepala

Yang diukur adalah lingkaran kepala besar caranya dengan

meletakkan pita melingkari kepala melalui glabela pada dahi,

bagian atas alis mata, dan bagian belakang kepala pasien yang

paling menonjol yaitu protuberansia oksipitalis, lingkar kepala

normal 33-37 cm. (Matondang.2003.h.156)

Lingkar kepala pada bayi asfiksia dengan bayi premature

lingkar kepala kurang dari 33 cm. (FKUI.2007.h.1053)

d. Lingkar dada

Caranya dengan meletakkan pita mengelilingi dada melalui

puting susu dalam keadaan ekspirasi maksimal. Lingkar dada

biasanya 2 cm lebih kecil dari lingkar kepala.

Pada bayi Asfiksia dengan keadaan bayi premature maka

(54)

e. Lingkar lengan atas

Mengukur pada pertengahan lengan kiri antara akromion dan

olekranon.

5. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala

Pada bayi dengan asfiksia pada pemeriksaan lingkar kepala

meraba tulang kepala apakah tidak dijumpai depresi saat

persalinan dan raba tulang kepala apakah dijumpai maulase

yang menunjukan kompresi otak janin dan selanjutnya di

konsultasikan bagian saraf. (Manuaba.2007.h.360)

Pada bayi asfiksia dengan persalinan ekstraksi vakum maka

pada kepala terdapat kaput suksedaneum adalah edema pada

kulit kepala yang di temukan dini. Tekanan vertex yang lama

pada serviks menyebabkan pembuluh darah setempat mendapat

penekanan, sehingga memperlihatkan aliran balik vena. Aliran

balik vena yang melambat membuat cairan jaringan di kulit

daerah kepala meningkat, sehingga terjadi pembengkakkan

edema. Tonjolan edema, yang terlihat saat bayi lahir,

memanjang sesuai garis sutura tulang tengkorak dan lenyap

secara spontan dalam tiga sampai empat hari.

(Irene.2005.H.371-372)

b. Muka atau Wajah

Asimetri wajah pada neonatus biasanya disebabkan oleh

(55)

Pembengkakan wajah lokal biasanya disebabkan oleh

edema, radang lokal, atau akibat infeksi.

Pada bayi dengan asfiksia terdapat tanda kriput pada dahi.

(manuaba.2007.h.359)

c. Mata

Sklera : berwarna putih, kadang-kadang pada bayi sedikit

kebiruan, karena terdapat osteogenesis imperfekta, glaukoma.

Pada bayi dengan asfiksia dilakukan pemeriksaan bola mata

apakah dapat mengikuti arah pemeriksa gerak bola mata sangat

penting untuk menentukan kelainan pertumbuhan otot mata atau

tentang nervus sentralis. (manuaba.2007.h.360)

d. Telinga

Telinga diperiksa mulai dari daun telinga apakah bentuk,

besar dan posisinya normal.

e. Mulut

Dilihat apakah bibir simetris, warna bibir, langit-langit, celah.

Pemeriksaan mulut untuk mengetahui apakah terdapat

palatokisis dan apakah terdapat kelainan yang mungkin di

jumpai. (manuaba.2007.h.360)

f. Hidung

Pada penyakit yang berhubungan dengan kesulitan

pernafasan, cuping hidung akan mengembang pada saat

inspirasi dan menguncup pada saat ekspirasi : hal ini disebut

(56)

Pada bayi Asfiksia terdapat nafas cuping menunjukkan

seluruh tanda pada bayi baru lahir yang menunjukkan

mekanisme kompensasi untuk mempertahankan ventilasi

normal. (Irene.2005.H.865-866)

g. Leher

Leher neonatus tampak pendek akan tetapi pergerakannya

baik. (Matondang.2003.H.153)

Perhatikan vena leher, palpasi adakan pembesaran kelenjar

limpe, tyroid, apakah bayi kaki kuduk dan adakah bendungan

vena jugularis. Pada pemeriksaan leher bayi untuk menetapkan

ada kemungkinan tumor thyroid atau tumor pada bagian

stornomastoid. (manuaba.2007.h.360)

h. Dada

Bentuk dada pada bayi hampir bulat dan dalam

pertumbuhanya dada akan membesar pada diameter tranversal.

lingkar dada pada bayi kurang dari 2 tahun lebih kecil atau sama

dengan lingkaran kepala.

Pada bayi asfiksia pemeriksaan dada dilakukan untuk

mengetahui pernafasan dada dimana jumlah pernafasan normal

harus kurang dari 60 denyut/menit. (manuaba.2007.h.360)

Retraksi dinding dada mengindikasikan peningkatan upaya

napas, terjadi bila tekanan negative intrapleura yang tinggi

dibutuhkan untuk membuka paru selama inspirasi.

(57)

i. Abdomen

Pemeriksaan abdomen pada bayi seringkali didahulukan

daripada pemeriksaan bagian tubuh lainnya.pemeriksaan

abdomen untuk mengetahui bentuk, kembung atau tidak, kondisi

tali pusat dan adakah pembesaran lien dan limpa.

(matondang.2003.H.95)

j. Punggung

Untuk memeriksa tulang belakang, neonatus diletakkan dalam

posisi tengkurap, tangan pemeriksa meraba sepanjang tulang

belakang untuk mencari terdapatnya kelainan seperti spina

bifida. (Matondang.2003.H.156)

k. Ekstremitas

Pada bayi pemeriksaan anggota gerak dimulai dengan

memperhatikan sikap kedua lengannya, bayi abnormal

diantaranya amelia (tidak terdapat semua anggota gerak),

ekstromelia (tidak ada salah satu anggota gerak), fokomelia

(anggota gerak bagian proksimal yang pendek), sidaktili

(bergabungnya jari), polidaktili (jumlah jari lebih dari normal)

l. Genitalia

Biasanya orang tua ingin segera mengetahui jenis kelamin

anaknya. Bila terdapat keraguan, misalnya : pembesaran klitoris

pada bayi perempuan atau terdapatnya sebaiknya

pemberitahuan jenis kelamin ditunda sampai dilakukan

Gambar

Gambar 1. : Sirkulasi Darah Janin
Tabel : SKOR APGAR
Gambar  2 : Tempat Resusitasi
Gambar 3: Posisi Kepala dan Alur Jalan Napas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan segala kerendahan hati atas terselesainya penyusunan Tugas Akhir ini, penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa telah

Dalam menghafal Al- Qur’an tidak hanya memb utuhkan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional saja tetapi juga membutuhkan kecerdasan spiritual.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa salah satu pencegah utama kecelakaan kerja pada proyek The Manhattan Medan adalah manajemen yang dilaksanakan begitu ketat

RATNA PERTIWI, D1115029, Pengaruh Motivasi, Gaya Kepemimpinan, Disiplin Kerja, dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai di PDAM Tirta Taman Sari Kota Madiun,

The research is a descriptive study combining both qualitative and quantitative method. The population of this research is the eleventh grade students of the international class in

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa di Surga, berkat rahmat dan lindungan kasih-Nya dapat terselesaikan pelaksanaan penelitian, penulisan dan penyusunan

Dalam kenyataan tidak sedikit orang berambisi untuk menduduki jabatan terhomat atau jabatan istimewa baik yang ada di pemerintahan, kantor, sekolah, dan Gereja. Orang yang

panas yang ditimbulkan busur listrik yang terjadi antara benda kerja dengan elektroda. • Elektroda