• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRACT STRUCTURE AND COMPOSITION OF THE VEGETATION IN HEPANGAN AGROFORESTRY SYSTEM AT GUMAY ULU AREA LAHAT DISTRICT SOUTH SUMATERA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRACT STRUCTURE AND COMPOSITION OF THE VEGETATION IN HEPANGAN AGROFORESTRY SYSTEM AT GUMAY ULU AREA LAHAT DISTRICT SOUTH SUMATERA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

xii ABSTRACT

STRUCTURE AND COMPOSITION OF THE VEGETATION IN HEPANGAN AGROFORESTRY SYSTEM AT GUMAY ULU AREA

LAHAT DISTRICT SOUTH SUMATERA Allen Adilla Akbar*, Erny Poedjirahajoe**,

Lies Rahayu W.F.***

The area of hepangan agroforestry in Gumay Ulu is a forest that specifically formed from natural process and human intervention combination. The area of hepangan agroforestry in Gumay Ulu produce main commodity for tropical fruits. hepangan area with the species are potentially developed for genetic conservation and for forest and land rehabilitation with using local species. To understand to which extend the poetential, information of structure and composition is necessary.

The study was conducted with vegetation analysis which were structure and composition in 46 location of hepangan agroforestry. Data collected with combination of a checkered line method measuring 20 x 60 meters. The sampling intensity was 12 %. Data taken were plant species, diameter, height, individual number, crown wide, and individual coordinate. The data was analyzed with species diversity index, important value index, and structure and analysis using software of SExI-FS version 2.1.0.

Human intervention and natural process in hepangan system create a forest with very diverse plants. Plant with tree level to seedling consists of 49 species and 22 family. Undergrowth consists of 47 species and 23 family. The number of species is 50 % of the number of species in lowland rain forests of South Sumatra. The level of the tree until the pole is dominated by durian (Durio zibethinus) and can be used as a plant rehabilitation in a variety of environmental conditions. The Simpson Model showed that hepangan has a high diversity index on pole, sapling, and undergrowth; mediate on the level of tree and seedling. It is showed the strength of hepangan as well as become a base of thinking that hepangan should be preserved and developed. The vegetation structure analysis showed that the area of hepangan agroforestry dominated by stratum B, C, D, and E so that the difference is the existence of stratum A. The area of hepangan agroforestry is potential for conservation activity inside as the area with species that can be used for rehabilitation plants.

Keywords: Agroforestry, hepangan, structure, composition

*Student Of Forestry Post Graduate Programme Universitas Gadjah Mada **Lecturer Of Forestry Post Graduate Programme Universitas Gadjah Mada *** Lecturer Of Forestry Post Graduate Programme Universitas Gadjah Mada

(2)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan laju deforestasi tinggi yang sering dihubungkan dengan target pertumbuhan ekonomi sebagai negara berkembang. Anonim (2011) menyebutkan bahwa 15,2 juta hektar hutan Indonesia telah mengalami deforestasi dengan laju 1,5 juta hektar/tahun selama tahun 2000-2009, data ini mengacu laporan Forest Watch Indonesia “Potret Keadaan Hutan Indonesia Periode Tahun 2000-2009” yang diluncurkan pada 27 Juli 2011 lalu. Deforestasi telah menyebabkan rusaknya ekosistem hutan yang tampak pada perubahan struktur dan komposisinya. Perubahan penggunaan lahan secara besar-besaran menjadi penyebab utama kerusakan habitat dan fragmentasi di hutan tropika (Putz dkk., 2011), disebabkan permintaan yang meningkat tajam akan bahan baku industri makanan, energi, bahan bakar bio, dan komoditas lainnya.

Konsekuensi dari degradasi dan fragmentasi hutan yang seringkali menjadi bahan perdebatan adalah permasalahan biodiversitas dan dampak fungsional yang diakibatkan perubahan kondisi hutan tersebut (Lewis, 2009). Anonim (1991) menyebutkan bahwa pengurangan hutan tropika secara berkelanjutan akan menutup kemungkinan untuk memanfaatkan spesies-spesies yang banyak belum diketahui serta mengakhiri banyak perkembangan evolusi berbagai spesies tersebut. Penurunan keanekaragaman hayati yang menjadi fokus berbagai forum kehutanan dan lingkungan hanya merupakan salah satu bagian kecil dari bentuk perubahan

(3)

2 struktur dan komposisi vegetasi. Sebagai sebuah bentuk ekosistem yang rentan (fragile), perubahan struktur dan vegetasi hutan hujan tropis lebih jauh lagi akan berdampak serius bagi keseimbangan ekosistem secara keseluruhan.

Kawasan hutan Gumay Ulu seperti sebagian besar kawasan hutan hujan tropis lainnya di Indonesia mengalami deforestasi dan fragmentasi yang disebabkan intervensi manusia di dalamnya. Intervensi manusia terlihat pada berbagai kegiatan pertanian dan perkebunan. Salah satu yang kegiatan yang mendominasi adalah perkebunan kopi milik masyarakat. Kegiatan budidaya kopi sudah dilakukan turun temurun dan menjadi salah satu komoditi andalan masyarakat Gumay Ulu.

Sejak dulu, kelompok masyarakat tradisional di seluruh dunia dan juga di Indonesia telah mempunyai suatu bentuk pengetahuan lokal/tradisional tentang pengelolaan sumber daya alam termasuk sumberdaya hutan. Pengetahuan yang biasa disebut pengetahuan ekologi tradisional (traditional ecological knowledge) ini didapat dari akumulasi hasil pengamatan pada kurun waktu yang lama dan oleh masyarakat Gumay Ulu. Secara turun temurun masyarakat Gumay Ulu mengenal adanya pola hepangan sebagai suatu bentuk pengelolaan lahan yang mengarah pada bentuk agroforestry yang mendukung keberadaan jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan khususnya pepohonan tropis yang mampu menghasilkan buah-buahan. Pola pengelolaan ini dapat dilihat sebagai potensi bagi kompleksitas struktur dan komposisi hutan.

Masyarakat Gumay Ulu mengenal hepangan sebagai salah satu bentuk pemanfaatan lahan yang erat dengan konsep agroforestry. Hepangan didominasi oleh tanaman berkayu berupa pepohonan yang menghasilkan buah tropis. Bentuk

(4)

3 pemanfaatan lahan ini (hepangan) memperlihatkan intervensi manusia yang muncul dalam bentuk pemanfaatan secara terbatas. Pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai sumberdaya yang dilakukan secara terbatas pada hepangan sebagian besar hanya dalam bentuk komoditi non kayu seperti buah, daun, kulit kayu, madu dsb. Beragamnya komoditas hasil hutan yang dapat digunakan masyarakat pula yang menjadi salah satu modal penting bagi eksistensi kawasan hepangan hingga saat ini.

Pola pengelolaan hutan dalam bentuk hepangan memiliki potensi sebagai sistem pengelolaan hutan yang berpihak pada konservasi ekosistem, konservasi lahan, dan konservasi genetik, serta kelestarian ekologi. Hal menonjol yang membedakan hepangan dengan bentuk penggunaan lahan lainnya adalah kompleksitas dan heterogenitas vegetasinya. Hepangan berpotensi menjadi sebuah sistem pengelolaan hutan yang mempertemukan kepentingan masyarakat akan sumberdaya hutan dan kepentingan ekologi akan kelestarian dan keseimbangan. Salah satu cara untuk melihat kondisi hepangan sebagai potensi pengembangan konservasi kawasan adalah dengan melihat kondisi vegetasinya. Tumbuhan berkayu atau flora berkayu dan berbagai tingkat pertumbuhannya mulai semai hingga pohon merupakan komponen penting sebagai penyusun utama ekosistem hutan khususnya hutan hujan tropis. Kondisi struktur dan komposisi serta tingkat keanekaragaman jenis pada hepangan harus dikuantifikasikan menggunakan cara-cara tertentu atau metode ekologi hutan berupa analisis vegetasi. Analisis vegetasi menjadi salah satu cara untuk mengukur dan mengamati kondisi suatu hutan atau kumpulan tumbuhan guna menganalisis kondisi hutan secara keseluruhan.

(5)

4 Penelitian mengenai struktur dan komposisi vegetasi hepangan secara garis besar akan menghasilkan keluaran berupa kondisi dan jenis penyusun tegakan. Keluaran ini berkaitan erat dengan konsep konservasi jenis-jenis tumbuhan lokal serta perencanaan rehabilitasi. Pembuat kebijakan setempat dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan penentuan jenis-jenis potensial yang akan digunakan dalam kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan. Hasil ini pada akhirnya diharapkan mampu menjadi informasi penting guna merumuskan konsep rehabilitasi hutan dan lahan yang terdegradasi. Penggunaan jenis-jenis lokal dengan memanfaatkan konsep yang sudah dipahami sejak lama oleh masyarakat sangat berpotensi untuk diterapkan dalam kegiatan rehabilitasi. Keberhasilan rehabilitasi pada akhirnya dapat dilakukan dengan pendekatan yang lebih baik.

Pengembangan hutan hujan tropika Indonesia yang berkelanjutan sebagai turunan dari pembangunan berkelanjutan menjadi salah satu hal penting yang harus diatur strateginya dalam menjamin kelestarian biodiversitas hutan tropika saat permintaan akan sumberdaya hutan meningkat tajam untuk menunjang perokonomian dan memenuhi kebutuhan manusia. Salah satu strategi yang paling efektif adalah dengan membangun hutan dengan menggunakan jenis tumbuhan lokal serta memanfaatkan pola pengelolaan hutan yang mempertemukan kepentingan manusia dan kepentingan ekologi. Penggunaan jenis-jenis lokal berfungsi sebagai langkah konservasi biodiversitas dan konservasi genetik karena secara langsung melindungi sumber plasma nutfah terhadap jenis-jenis tersebut. Hepangan tanpa disadari sebelumnya berpotensi menjadi kawasan konservasi genetik bagi jenis tumbuhan lokal. Hepangan sebagai pola pemanfaatan lahan

(6)

5 sekaligus pengelolaan hutan yang diterapkan oleh masyarakat Gumay Ulu sangat potensial untuk diangkat sebagai sebuah konsep pengelolaan sekaligus dapat digunakan dalam perencanaan rehabilitasi hutan dan lahan yang diterapkan pada kawasan setempat atau bahkan di luar kawasan Gumay Ulu.

1.2 Permasalahan

Hepangan sebagai salah satu bentuk agroforestry yang diterapkan masyarakat Gumay Ulu memiliki potensi untuk diterapkan sebagai konsep pengelolaan hutan untuk mengatasi permasalahan degradasi hutan, degradasi lahan, dan deforestasi serta sebagai bentuk konservasi genetik. Namun sampai pada titik ini belum bisa dilakukan penggambaran mengenai kondisi struktur dan komposisi lahan agroforestry yang dikelola dengan konsep hepangan. Kondisi struktur, komposisi, dan keanekaragaman jenis serta jenis-jenis tumbuhan lokal penyusun hepangan hanya dapat dilihat secara objektif melalui kuantifikasi data dengan penggunaan analisis vegetasi. Kerangka permasalahan ini memunculkan beberapa pertanyaan penelitian, antara lain:

1. Bagaimana kondisi komposisi vegetasi dalam sistem agroforestry hepangan di kawasan Gumay Ulu?

2. Seberapa besar tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan dalam sistem agroforestry hepangan di kawasan Gumay Ulu?

3. Bagaimana kondisi struktur vegetasi dalam sistem agroforestry hepangan di kawasan Gumay Ulu?

4. Seperti apa potensi pengembangan sistem agroforestry hepangan di kawasan Gumay Ulu?

(7)

6

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian ini antara lain:

1. Mengkaji komposisi vegetasi dalam sistem agroforestry hepangan di kawasan Gumay Ulu.

2. Mengkaji tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan dalam sistem agroforestry hepangan di kawasan Gumay Ulu.

3. Mengkaji struktur vegetasi dalam sistem agroforestry hepangan di kawasan Gumay Ulu.

4. Mengkaji potensi pengembangan sistem agroforestry hepangan di kawasan Gumay Ulu.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian terkait kondisi struktur, komposisi, serta keanekaragaman jenis tumbuhan dalam sistem agroforestry hepangan yang diterapkan oleh masyarakat di kawasan Gumay Ulu diharapkan mampu menjadi salah satu acuan dalam menentukan bentuk pengelolaan hutan hujan tropika khususnya di daerah kawasan hutan Gumay Ulu, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Konsep agroforestry hepangan juga dapat menjadi salah satu solusi alternatif dalam mengatasi permasalahan degradasi hutan dan lahan serta deforestasi. Konsep agroforestry hepangan pada akhirnya menawarkan sebuah bentuk pengelolaan hutan dan penggunaan lahan menggunakan jenis-jenis lokal dan pengetahuan yang sudah sejak lama dimiliki oleh masyarakat.

(8)

7 Penelitian ini secara tidak langsung juga bermanfaat untuk mengangkat isu bentuk pengelolaan hutan berdasarkan pengetahuan lokal. Selama ini, hepangan yang banyak diterapkan masyarakat di Kabupaten Lahat hanya diketahui oleh masyarakat setempat dan belum diangkat dalam dunia kehutanan secara luas. Penelitian mengenai hepangan akan mampu menjadi salah satu referensi terkait bentuk pengelolaan hutan hujan tropika yang berkaitan erat dengan masyarakat sekitar hutan. Hepangan yang diangkat dalam penelitian ini dapat menjadi sebuah alternatif dalam pengelolaan hutan hujan tropika mengingat bahwa hepangan merupakan bentuk teknologi lokal yang berbasis pada ekologi. Selain itu, isu hepangan yang diangkat pada penelitian ini juga diharapkan mampu menjadi sumbangsih pustaka bagi dunia akademisi kehutanan, dan instansi terkait yang ada pada wilayah penelitian serta sebagai referensi bagi penelitian-penelitian yang akan dilaksanakan selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya dilakukan karakterisasi tepung tapioka (kadar pati, amilosa, amilopektin, profil pasting pati dan Swelling Power ), aplikasi pembuatan pilus dengan lima kombinasi

Variabel moderasi terkait dengan penelitian ini adalah variabel motivasi yang didefinisikan sebagai proses yang bermula dari kekuatan dalam hal fisiologis dan

1) Memengaruhi distribusi darah sebagai respons terhadap peningkatan kebutuhan bagian tubuh yang lebih spesifik akan darah. Misalnya saat melakukan olahraga maka

I work with children/ adults with autism and developm ental disabilities as well as m usic

Rancangan aktualisasi merupakan dokumen atau produk pembelajaran aktualisasi yang dihasilkan peserta Pelatihan Dasar Calon PNS. Dalam merancang aktualisasi

Untuk keluarga karena lebih banyaknya aktifitas dan untuk menjaga privasi setiap pekerja yang sudah bekerja, maka ruang tamu dan ruang dapur maupun kamar mandi berada di

Telah dilakukan penelitian tentang uji aktivitas antibakteri ekstrak daun kemangi ( Ocimum sanctum L ) terhadap bakteri patogen dengan menggunakan metode

Suhu hasil pengukuran langsung dengan custer pada sumur panasbumi setelah pemanasan sumur selang 90 hari menunjukkan suhu 260 °C (SBY 3 dan 4), sedangkan hasil pengukuraii