• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL VII PURNA PASKIBRAKA INDONESIA Nomor : 05/MUNAS-VII/PPI/2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL VII PURNA PASKIBRAKA INDONESIA Nomor : 05/MUNAS-VII/PPI/2016"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

16

KEPUTUSAN

MUSYAWARAH NASIONAL VII PURNA PASKIBRAKA INDONESIA

Nomor : 05/MUNAS-VII/PPI/2016

PERUBAHAN DAN PENYEMPURNAAN AD-ART PURNA PASKIBRAKA

INDONESIA

ANGGARAN DASAR PURNA PASKIBRAKA INDONESIA PEMBUKAAN

Hakekat pembinaan dan Pembangunan Bangsa Indonesia adalah usaha untuk menyiapkan kader penerus cita-cita perjuangan bangsa dan manusia pembangunan yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berjiwa Pancasila sebagai Pandu Ibu Pertiwi.

Purna pasukan pengibar bendera pusaka yang bertugas di tingkat nasional atau provinsi atau kabupaten/kota merupakan w a r g a n e g a r a I n d o n e s i a yang selalu terus membina diri agar memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara, idealisme, patriotisme dan harga diri serta mempunyai wawasan yang luas, kokoh kepribadiannya, memiliki kesegaran jasmani dan daya kreasi serta dapat mengembangkan kemandirian, kepemimpinan, ilmu, keterampilan, semangat kerja keras dan kepeloporan.

Bahwa dalam upaya mewujudkan pembinaan tersebut, maka Purna Paskibraka Indonesia membentuk suatu wadah berorganisasi yang diberi nama Purna Paskibraka Indonesia.

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa serta didorong oleh kebulatan tekad dan semangat yang ikhlas, keinginan luhur, berkebudayaan dalam kesatuan dan persatuan, persaudaraan dan kekeluargaan antar sesama elemen bangsa yang tergabung dalam satu kesatuan yang kokoh, sentosa, sejahtera dan dinamis serta harmonis lahir dan bathin, maka setiap warga negara Indonesia yang pernah dikukuhkan dan/atau bersama-sama mengemban tugas negara sebagai Pasukan Pengibar Bendera Pusaka di Ibukota Negara atau Ibukota Provinsi atau Ibukota Kabupaten/Kota, menuangkan kesadaran dan keinginan luhur itu dalam Anggaran Dasar Organisasi sebagai landasan berpijak guna melaksanakan darma baktinya kepada tanah tumpah darah Indonesia dengan berazaskan Pancasila dan berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I

NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN DAN WAKTU Pasal 1

1. Organisasi ini bernama Purna Paskibraka Indonesia yang disingkat PPI.

2. PURNA PASKIBRAKA INDONESIA adalah satu – satunya organisasi wadah berhimpun purna paskibraka.

3. Purna Paskibraka Indonesia didirikan di Cipayung, Bogor pada tanggal 21 Desember 1989 melalui Musyawarah Nasional MUNAS I Purna Paskibraka Indonesia, untuk waktu yang tidak ditentukan. Purna Paskibraka Indonesia berkedudukan di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB II AZAS, DASAR DAN SIFAT

Pasal 2 AZAS-DASAR

Purna Paskibraka Indonesia berazaskan Pancasila dan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Pasal 3 SIFAT

1. Purna Paskibraka Indonesia adalah Organisasi Sosial Kemasyarakatan yang bersifat kekeluargaan. 2. Purna Paskibraka Indonesia bukan merupakan organisasi sosial politik dan tidak menjalankan kegiatan politik.

BAB III TUJUAN DAN FUNGSI

Pasal 4 TUJUAN Purna Paskibraka Indonesia mempunyai tujuan :

1. Menghimpun dan membina para anggota agar menjadi warga Negara Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila, setia dan patuh pada NegaraKesatuan Republik Indonesia dan menjadi Pandu Ibu Pertiwi.

2. Mengamalkan dan mengamankan Pancasila.

3. Membina watak kemandirian dan profesionalisme, memelihara dan meningkatkan rasa persaudaraan, kekeluargaan, persatuan dan kesatuan, mewujudkan kerja sama yang utuh serta jiwa pengabdian kepada bangsa dan negara, memupuk rasa tanggung jawab dan daya cipta yang dinamis serta kesadaran nasional di kalangan para anggota dan keluarganya.

4. Membentuk manusia Indonesia yang memiliki ketahanan mental tangguh, cukup pengetahuan dan kemahiran teknis untuk dapat melaksanakan pekerjaannya tanggap serta daya tahan fisik/jasmani tangkas .

(2)

17

Pasal 5 FUNGSI Purna Paskibraka Indonesia mempunyai fungsi :

1. Pendorong dan pemrakarsa pembaharuan melalui kegiatan yang konstruktif sehingga dapat menjadi pelopor pembangunan demi kemajuan Bangsa dan Negara.

2. Sebagai wadah pembinaan dan pengembangan potensi anggota untuk menjadi insan yang mandiri, berkarya, profesional dan bertanggung jawab.

BAB IV

KODE ETIK, MARS, DAN ATRIBUT Pasal 6

KODE ETIK Kode Etik Purna Paskibraka Indonesia adalah Ikrar Putra Indonesia.

Pasal 7 MARS DAN ATRIBUT

1. Purna Paskibraka Indonesia mempunyai mars dan atribut berupa lambang, bendera, seragam, dan tanda jasa.

2. Mars dan atribut Purna Paskibraka Indonesia diatur dan ditetapkan lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Organisasi.

BAB V

KEANGGOTAAN, HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA Pasal 8

KEANGGOTAAN Keanggotaan dalam Purna Paskibraka Indonesia terdiri dari:

a. Anggota Biasa. b. Anggota Kehormatan.

Pasal 9

HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA

1. Anggota Biasa mempunyai hak bicara, hak suara, memilih dan hak dipilih sebagai pengurus.

2. Anggota Kehormatan mempunyai hak bicara, menghadiri upacara dan rapat-rapat tertentu, tidak mempunyai hak suara dan tidak mempunyai hak untuk dipilih sebagai pengurus.

3. Anggota Biasa dan Anggota Kehormatan berkewajiban menjunjung tinggi nama baik dan kehormatan organisasi serta mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang ditetapkan oleh Musyawarah Nasional serta Peraturan Organisasi yang ditetapkan oleh Pengurus Pusat

BAB VI

ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN SERTA MAJELIS PERTIMBANGAN ORGANISASI Pasal 10

HIRARKI ORGANISASI Organisasi Purna Paskibraka Indonesia disusun secara vertikal dengan

urutan sebagai berikut :

1. Pengurus Pusat Purna Paskibraka Indonesia berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia. 2. Pengurus Provinsi Purna Paskibraka Indonesia berkedudukan di Ibukota Provinsi.

3. Pengurus Kabupaten - Kota Purna Paskibraka Indonesia berkedudukan di Ibukota Kabupaten - Kota.

Pasal 11

1. Pengurus Pusat Purna Paskibraka Indonesia ditetapkan dan disahkan berdasarkan Keputusan Musyawarah Nasional.

2. Pengurus Provinsi Purna Paskibraka Indonesia ditetapkan berdasarkan Keputusan Musyawarah Tingkat Provinsi untuk kemudian disahkan dengan Keputusan Pengurus Pusat Purna Paskibraka Indonesia.

3. Pengurus Kabupaten - Kota Purna Paskibraka Indonesia ditetapkan berdasarkan Keputusan Musyawarah Tingkat Kabupaten - Kota, untuk kemudian disahkan dengan Keputusan Pengurus Provinsi Purna Paskibraka Indonesia.

4. Pelantikan pengurus Pusat, pengurus Provinsi, pengurus Kabupaten - Kota Purna Paskibraka Indonesia diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 12

MAJELIS PERTIMBANGAN ORGANISASI Organisasi Purna Paskibraka Indonesia mempunyai Majelis Pertimbangan Organisasi.

Pasal 13

1. Majelis Pertimbangan Organisasi Purna Paskibraka Indonesia Pusat, terdiri dari beberapa anggota Purna Paskibraka Indonesia yang dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah Nasional.

2. Majelis Pertimbangan Organisasi Purna Paskibraka Indonesia Provinsi terdiri dari beberapa anggota Purna Paskibraka Indonesia yang dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah Daerah Provinsi.

3. Majelis Pertimbangan Organisasi Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten - Kota terdiri dari beberapa anggota Purna Paskibraka Indonesia yang dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah Daerah Kabupaten - Kota.

4. Berkenaan dengan tugas dan fungsi Majelis Pertimbangan Organisasi Purna Paskibraka Indonesia akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

(3)

18

Pasal 14

1. Purna Paskibraka Indonesia dapat memiliki organisasi binaan di dalam koordinasi dan kendali Pengurus PPI sesuai dengan tingkatannya; 2. Tata cara pembentukan, hubungan, tugas dan fungsi organisasi binaan ini akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

BAB VII

PEMBINA DAN PENASEHAT Pasal 15 PEMBINA

1. Pembina Tingkat Pusat adalah Presiden cq. Menteri Pemuda dan Olahraga, Menteri Sosial dan Menteri Pendidikan dan kebudayaan; 2. Pembina Tingkat Provinsi adalah Gubernur

3. Pembina Tingkat Kabupaten – Kota adalah Bupati/Walikota Pasal 16 PENASIHAT

Penasihat Purna Paskibraka Indonesia adalah perorangan yang mempunyai dedikasi, kontribusi nyata dan kepedulian terhadap Organisasi Purna Paskibraka Indonesia, sesuai dengan tingkatannya masing-masing.

BAB VIII

MUSYAWARAH, RAPAT-RAPAT DAN QUORUM Pasal 17

MUSYAWARAH Musyawarah dalam Organisasi Purna Paskibraka Indonesia terdiri dari:

a. Musyawarah Nasional MUNAS .

b. Musyawarah Nasional MUNAS Luar Biasa. c. Musyawarah Provinsi.

d. Musyawarah Provinsi Luar Biasa. e. Musyawarah Kabupaten - Kota.

f. Musyawarah Kabupaten - Kota Luar Biasa.

Pasal 18

1. Musyawarah nasional dan Musyawah Nasional Luar Biasa dinyatakan sah apabila dihadiri oleh minimal 2⁄3 dari Pengurus Provinsi Purna Paskibraka Indonesia.

2. Musyawarah provinsi dan Musyawarah provinsi Luar Biasa dinyatakan sahapabila dihadiri oleh minimal 2/3 dari Pengurus Kabupaten/kota.

3. Musyawarah kabupaten/kota dan Musyawarah kabupaten/kota Luar Biasa di sesuaikan dengan daerah masing – masing BAB IX

TATA URUTAN KETENTUAN ORGANISASI Pasal 20

Tata urutan ketentuan organisasi terdiri atas : a. Anggaran Dasar.

b. Anggaran Rumah Tangga. c. Peraturan Organisasi.

d. Keputusan musyawarah-musyawarah. e. Keputusan rapat-rapat.

(4)

19

BAB X

KEUANGAN DAN KEKAYAAN Pasal 21

KEUANGAN

Keuangan Purna Paskibraka Indonesia diperoleh dari: 1. luran Anggota

2. Hasil-Hasil Usaha yang halal dan sah.

3. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat serta tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 22 KEKAYAAN

Kekayaan Purna Paskibraka Indonesia diperoleh dari hasil usaha organisasi dan sumbangan lain yang sah dan tidak mengikat serta tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

BAB XI

ANGGARAN RUMAH TANGGA Pasal 23

Segala sesuatu hal yang belum tertuang dalam Anggaran Dasar ini akan diatur dan dijabarkan lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga dengan tidak bertentangan dari Anggaran Dasar.

BAB XII

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN ORGANISASI Pasal 24

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR Perubahan atas Anggaran Dasar ini hanya dapat dilakukan melalui Musyawarah Nasional.

Pasal 25 PEMBUBARAN ORGANISASI

1. Pembubaran Organisasi Purna Paskibraka Indonesia hanya dapat dilakukan oleh Musyawarah Nasional Luar Biasa yang khusus diadakan untuk itu.

2. Dalam hal Organisasi Purna Paskibraka Indonesia dibubarkan, maka penyelesaian kekayaan organisasi ditetapkan bersamaan dengan Musyawarah Nasional Luar Biasa yang dimaksud Ayat 1 Pasal ini.

BAB XIII PENUTUP

Pasal 26

Perubahan dan Penyempurnaan Anggaran Dasar ini dilakukan dan ditetapkan oleh Musyawarah Nasional VII Purna Paskibraka Indonesia, yang diselenggarakan pada tanggal 1 s.d 4 A pr i l 20 16 , bertempat di Hotel Lombok Raya, Kota Mataram, Provinsi Nusa

Tenggara Barat.

(5)

20

ANGGARAN RUMAH TANGGA PURNA PASKIBRAKA INDONESIA

BAB I

KODE ETIK, MARS DAN ATRIBUT Pasal 1

IKRAR PUTRA INDONESIA

Aku mengaku Putra Indonesia, dan berdasarkan Pengakuan itu:

 Aku mengaku, bahwa aku adalah makhluk Tuhan Al Khalik Yang Maha Esa dan bersumber kepada-Nya.

 Aku mengaku, bertumpah darah satu, Tanah Air Indonesia.

 Aku mengaku, berbangsa satu, Bangsa Indonesia.

 Aku mengaku, bernegara satu, Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berdasarkan Pancasila.

 Aku mengaku, bertujuan satu, masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila, sesuai dengan isi Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

 Aku mengaku, bercara karya satu, perjuangan besar dengan akhlak dan ihsan, menurut ridho Tuhan Yang Maha Esa. Berdasarkan pengakuan-pengakuan ini dan demi kehormatanku aku berjanji, akan bersungguh-sungguh menjalankan kewajiban untuk mengamalkan semua pengakuan ini dalam karya hidupku sehari-hari. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati niatku ini dengan Taufiq dan Hidayah serta Inayah-Nya.

Pasal 2 MARS

Mars Purna Paskibraka Indonesia adalah sebagai berikut:

SATUKAN LANGKAH

Cipt: R. H. DWI PUTRANTO SULAKSONO

KAMI PURNA PASKIBRAKA INDONESIA DI SELURUH NUSANTARA

KUAT DAN BULAT TEKADKU BERBAKTI UNTUK NEGERIKU WALAU TUBUHKU TERLUKA SEMANGATKU TETAP MEMBARA

WALAU RINTANGAN KAN MENGHADANG TABAH HINGGA AJAL MENJELANG REFF :

SATUKAN LANGKAH TERUS MAJU DENGAN TAK MENGENAL WAKTU SATUKAN NUSA DAN BANGSA MENUJU INDONESIA JAYA JAYALAH TANAH AIRKU

MAJULAH NEGERIKU

MAKMURLAH BANGSAKU UNTUKMU INDONESIAKU

Pasal 3 ATRIBUT

1. Lambang Purna Paskibraka Indonesia adalah bunga teratai yang dilingkari rantai berbentuk bulatan dan segi empat berjumlah 16 pasang.

2. Bendera Purna Paskibraka Indonesia berukuran 180 x 120 cm dengan warna dasar hijau yang di tengah- tengahnya berisi lambang berwarna emas dengan garis tengah 75 cm, dan tulisan PURNA PASKIBRAKA INDONESIA serta nama daerah masing-masing.

3. Untuk mempertebal rasa persatuan dan kesatuan serta meningkatkan disiplin, anggota Purna Paskibraka Indonesia

menggunakan seragam dengan atributnya.

4. Semua atribut yang berhubungan dengan Purna Paskibraka Indonesia tidak dibenarkan dipakai atau dimiliki selain oleh anggota Purna Paskibraka Indonesia. Semua atribut yang telah diberikan kepada anggota harus dicatat dalam administrasi organisasi.

Pasal 4

Pemberian penghargaan, tanda jasa, tanda kehormatan Iebih lanjut akan diatur dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 5

Penjabaran tentang kode etik dan seragam, akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

BAB II KEANGGOTAAN

Pasal 6

1. Anggota Biasa adalah mereka yang telah mengikuti Pemusatan Pelatihan sesuai dengan tingkatannya dan dikukuhkan serta bertugas sebagai Pasukan Pengibar Bendera Pusaka di Tingkat Nasional atau Provinsi atau Kabupaten a t a u Kota pada Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus yang dibuktikan dengan sertifikat dan mendaftarkan diri.

2. Anggota kehormatan adalah mereka yang pernah menjadi Komandan, Pelatih dan Pembina Pasukan Pengibar Bendera Pusaka serta mereka yang berjasa, berpartisipasi aktif nyata kepada Pasukan Pengibar Bendera Pusaka dan organisasi Purna Paskibraka Indonesia yang ditetapkan melalui musyawarah sesuai tingkatannya.

(6)

21

Pasal 7 1. Kepindahan Anggota Biasa diatur secara administrasi melalui Surat Pindah.

2. Anggota Biasa yang pindah domisili wajib melapor dan mendaftarkan diri kepada Pengurus Kabupaten/Kota yang dituju dengan menyerahkan Surat Keterangan dariPengurus Kabupaten/Kota asal dengan sepengetahuan pengurus Provinsi asal dan yang dituju.

Pasal 8

1. Keanggotaan Purna Paskibraka Indonesia terhenti apabila yang bersangkutan meninggal dunia.

2. Keanggotaan Purna Paskibraka Indonesia dapat diberhentikan karena melanggar ketentuan organisasi dan melakukan tindak pidana yang telah memperoleh putusan yang berkekuatan hukum tetap.

3. Dalam hal anggota melanggar ketentuan organisasi, pemberhentian hanya dapat dilakukan melalui musyawarah sesuai dengan tingkatannya.

4. Selama menunggu waktu diadakannya Musyawarah seperti tersebut dalam ayat 3 pasal ini, Pengurus dapat menon-aktifkan anggota yang bersangkutan.

5. Sebelum dianyatakan keanggotaannya diberhentikan, anggota yang bersangkutan diberi kesempatan membela diri.

BAB III SUSUNAN PENGURUS

Pasal 9 PENGURUS PUSAT Pengurus Pusat Purna Paskibraka Indonesia terdiri dari:

a. Ketua Umum b. c. d. e. f. g.

Wakil Ketua Umum Sekretaris Jendral Wakil Sekretaris Jendral Bendahara Umum Wakil Bendahara Umum Departemen-Departemen

Pasal 10

PENGURUS PROPVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

Pengurus Purna Paskibraka Indonesia Provinsi dan Kabupaten - Kota Terdiri dari sekurang-kurangnya :

a. Ketua. b. Wakil Ketua. c. Sekretaris. d. Wakil Sekretaris. e. Bendahara. f. Wakil Bendahara.

g. Ketua-Ketua Biro untuk Pengurus Provinsi dan Ketua Bidang untuk Pengurus Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan. Jumlah anggota Pengurus point b, d, f, disesuaikan dengan kondisi Provinsi atau Kabupaten/Kota masing-masing.

Pasal 11

KEANGGOTAAN KEPENGURUSAN

Pengurus Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota Purna Paskibraka Indonesia adalah Anggota Biasa yang dipilih dan ditetapkan oleh rapat formatur.

Pasal 12

PELANTIKAN DAN PENGUKUHAN KEPENGURUSAN 1. Pengurus Pusat dilantik dan dikukuhkan oleh Pembina Pusat.

2. Pengurus Provinsi Purna Paskibraka Indonesia ditetapkan oleh surat keputusan dan dilantik oleh Pengurus Pusat.

3. Pengurus Kabupaten/Kota Purna Paskibraka Indonesiaditetapkan oleh surat keputusan dan dilantik oleh Pengurus Provinsi 4. Pelantikan dan Pengukuhan sesuai dengan tingkatannya, Iebih lanjut akan diatur dalam Peraturan Organisasi.

BAB IV

TATA CARA PEMILIHAN PENGURUS Pasal 13

1. Ketua Umum Pengurus Pusat, Ketua Pengurus Provinsi dan Ketua Pengurus Kabupaten/Kotadipilih secara langsung. 2. Ketua Umum/Ketua terpilih dalam menyusun kepengurusan dibantu oleh Tim Formatur yang dibentuk untuk itu.

3. Tata cara Pemilihan Ketua Umum Pengurus Pusat Ketua Pengurus Provinsi dan Ketua Pengurus Kabupaten/Kota, diatur lebih lanjut dalam Keputusan Sidang Komisi yang ditetapkan dalam Sidang Pleno pada masing-masing Musyawarah sesuai tingkatannya.

(7)

22

BAB V

MASA JABATAN DAN PEMBERHENTIAN PENGURUS Pasal 14

1. Masa jabatan Ketua Umum, Pengurus Provinsi dan Pengurus Kabupaten/Kota paling lama dua periode kepengurusan berturut-turut. 2. Pengurus Pusat, Pengurus Provinsi dan Pengurus Kabupaten/ Kota berhenti bila habis masa jabatannya.

3. Pemberhentian Pengurus Pusat, Pengurus Provinsi dan Pengurus Kabupaten/Kota hanya dapat dilakukan melalui Musyawarah atau Musyawarah Luar Biasa di tingkatnya masing-masing.

BAB VI

MUSYAWARAH DAN MUSYAWARAH LUAR BIASA Pasal 15

Musyawarah Nasional, Musyawarah Provinsi dan Musyawarah Kabupaten - Kota diadakan sekali dalam 5 (lima) tahun.

Pasal 16

1. Musyawarah Nasional merupakan forum tertinggi yang mempunyai wewenang : a. Menilai Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Pusat.

b. Memberhentikan Pengurus Pusat Purna Paskibraka Indonesia.

c. Menetapkan perubahan/penyempurnaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. d. Menetapkan garis-garis besar program kerja dan kebijakan organisasi

e. Memilih dan menetapkan Ketua Umum. f. Memilih dan menetapkan Formatur.

g. Menetapkan keputusan-keputusan lain yang dianggap perlu. 2. Peserta Musyawarah Nasional adalah :

a. MPO Pengurus Pusat Purna Paskibraka b. Pengurus Pusat Purna Paskibraka Indonesia c. Utusan Pengurus Provinsi

Pasal 17

1. Musyawarah Provinsi atau Kabupaten/Kota merupakan forum tertinggi yang mempunyai wewenang : a. Menilai Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Provinsi atau Kabupaten/Kota

b. Memberhentikan Pengurus Provinsi atau Kabupaten/kota Purna Paskibraka Indonesia c. Menetapkan garis-garis besar program kerja tingkat Provinsi atau Kabupaten/Kota d. Memilih dan mengangkat Ketua Pengurus Provinsi atau Kabupaten/Kota.

e. Memilih dan menetapkan formatur

f. Menetapkan keputusan-keputusan lain yang dianggap perlu. 2. Peserta Musyawarah Provinsi adalah :

a. b. c. d.

Pengurus Pusat PPI MPO Pengurus Provinsi PPI Pengurus Provinsi PPI

Utusan Pengurus Kabupaten/Kota 3. Peserta Musyawarah Kabupaten/Kota adalah :

Pengurus Provinsi PPI MPO Pengurus Provinsi PPI Pengurus Kabupaten/Kota PPI

Anggota masing-masing Kabupaten/Kota sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.

Pasal 18

1. Musyawarah Luar Biasa di Tingkat Pusat, Provinsi maupun Kabupaten/Kota dapat diadakan apabila ada hal-hal yang luar biasa dan bersifat mendesak.

2. Musyawarah Nasional Luar Biasa hanya dapat diadakan apabila diminta oleh sekurang-kurangnya 3/4 jumlah Pengurus Provinsi

3. Musyawarah Provinsi Luar Biasa hanya dapat diadakan apabila diminta oleh sekurang-kurangnya 3/4 jumlah Pengurus Kabupaten/Kota. 4. Musyawarah Kabupaten/Kota Luar Biasa hanya dapat diadakan apabila diminta oleh sekurang-kurangnya 3⁄4 dari jumlah

(8)

23

BAB VII

RAPAT KERJA DAN RAPAT KOORDINASI Pasal 19

1. Rapat Kerja Nasional dilaksanakan selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah Musyawarah Nasional dan diadakan sekurang- kurangnya 1 (satu) kali dalam waktu 1 (satu) periode kepengurusan yang dihadiri Pengurus Pusat dan Utusan Pengurus Provinsi yang membahas tentang program-program kerja dan membuat peraturan organisasi.

2. Rapat Kerja Provinsi diadakan selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah Musyawarah Provinsi dan diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam waktu 1 (satu) periode kepengurusan yang dihadiri Pengurus Provinsi dan utusan Pengurus Kabupaten/Kota

3. Rapat Kerja Kabupaten/kota diadakan selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah Musyawarah Kabupaten/Kota dan diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam waktu 1 (satu) periode kepengurusan yang dihadiri Pengurus Cabang dan anggota sesuai dengan kondisi setempat.

Pasal 20

1. Rapat Koordinasi diadakan dalam satu kali dalam satu kepengurusan yaitu menjelang musyawarah, diadakan paling lambat 6 (enam) bulan sebelum musyawarah.

2. Rapat Koordinasi menyusun materi-materi musyawarah.

BAB VIII

PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal 21

1. Pengambilan Keputusan dilakukan dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat.

2. Bila setelah diupayaka bersungguh-sungguh namun musyawarah untuk mencapai mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.

BAB IX

PERUBAHAN DAN PERATURAN TAMBAHAN Pasal 22

Perubahan Anggaran Rumah Tangga ini hanya dapat dilakukan melalui Musyawarah Nasional.

Pasal 23

Hal-hal yang belum ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur dan ditetapkan oleh Pengurus Pusat Purna Paskibraka Indonesia dalam bentuk Peraturan Organisasi.

BAB X PERATURAN PERALIHAN

Pasal 24

Ketentuan dan Peraturan Organisasi yang masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Rumah Tangga ini dinyatakan masih tetap berlaku.

(9)

24

. BAB XI PENUTUP

Pasal 25

Perubahan dan Penyempurnaan Anggaran Rumah Tangga ini ditetapkan oleh Musyawarah Nasional VII Purna Paskibraka Indonesia, yang diselenggarakan pada tanggal 1 - 4 April 2016, bertempat di Hotel Lombok Raya, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Ditetapkan di : Mataram

Pada tanggal

: 03 April 2016

MUSYAWARAH NASIONAL VII

PURNA PASKIBRAKA INDONESIA

PIMPINAN SIDANG KOMISI A

Ketua

Tony Werdiansyah, S.Si

Anggota

Sekretaris

Abdoh M. Bazher

Ni Putu Diana Febriyanti

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari latar belakang yang dipaparkan diatas, maka dapat peneliti merumuskan masalah sebagai berikut, Bagaimana efektivitas penerapan Undang-Undang Nomor

Pada DP 3 diperoleh harga konstanta laju disolusi paling tinggi dari masing-masing perbandingan serbuk ketoprofen, hal ini disebabkan adanya matrik yang bersifat

00 WIB, Oiler melakukan pemeriksaan air ballast tangki III kiri, ternyata tangki ballast tersebut mengalami kebocoran dan melaporkan ke KKM, kebocoran ini diketahui oleh Port

Hutan Hijau Mas, kebun dan Berau Mill I dapat diketahui bahwa teori yang diperoleh dari kampus dengan praktek yang dilakukan di kebun dan Berau Mill I ternyata sama, karena

Tekanan terendah saat otot jantung rileks sebelum kontraksi berikutnya Data rekam medis pasien Stroke Iskemik Rasio 3 Peningkatan Kadar kolesterol total Peningkatan kadar

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, Standarisasi Prioritas Perencanaan Pembangunan Jalan Kabupaten bagian Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah adalah

Penyusunan kebijakan perdangangan dalam negeri dan luar negeri yang mendukung pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan, antara lain perluasan penerapan e-catalogue, standar

Melalui penelitian yang telah dilakukan, peneliti telah membuat model perlindungan hukum dengan memperhatikan sejumlah aspek diantaranya, aturan hukum, kelembagaan