• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (SE) Jurusan Ekonomi Syariah Konsentrasi Manajemen Syariah. Oleh :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (SE) Jurusan Ekonomi Syariah Konsentrasi Manajemen Syariah. Oleh :"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

SKALA PRIORITAS PERENCANAAN PEMBANGUNAN JALAN KABUPATEN BAGIAN INFRASTRUKTUR DAN PENGEMBANGAN

WILAYAH (IPW) BAPERLITBANG KABUPATEN TANAH DATAR

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (SE)

Jurusan Ekonomi Syariah Konsentrasi Manajemen Syariah

Oleh :

YELSA KAMARILA

NIM : 15301220125

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

KONSENTRASI MANAJEMEN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

BATUSANGKAR

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Yelsa Kamarila, NIM 1530 1220 125, Judul Skripsi “Skala Prioritas Perencanaan Pembangunan Jalan Kabupaten Bagian Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah (IPW) BAPERLITBANG Kabupaten Tanah Datar” Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Batusangkar 2019.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah dari sekian banyak usulan program perencanaan pembangunan jalan hanya beberapa usulan yang dapat diakomodir oleh Pemerintah Daerah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui Skala Prioritas Perencanaan Pembangunan jalan Kabupaten Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah (IPW) BAPERLITBANG Kabupaten Tanah Datar.

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah field research atau penelitian lapangan yaitu penelitian yang dilakukan pada Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan (BAPERLITBANG) Kabupaten Tanah Datar. Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah kualitatif yaitu suatu metode dengan memberikan gambaran yang sebenarnya tentang Skala Prioritas Perencanaan Pembangunan Jalan Kabupaten Bagian Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah (IPW) BAPERLITBANG Kabupaten Tanah Datar. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah melalui wawancara terstruktur. Teknik analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu data reduction (reduksi data).

Berdasarkan hasil penelitian ini Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan (BAPERLITBANG) khususnya bagian Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah (IPW) Kabupaten Tanah Datar terdapat beberapa Skala

Prioritas Perencanaan Pembangunan Jalan Bagian Infrastruktur dan

Pengembangan Wilayah (IPW) BAPERLITBANG Kabupaten Tanah Datar yang digunakan yaitu Skala Prioritas Perencaaan Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Skala Prioritas Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Skala Prioritas Jangka Pendek/Rencana Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yaitu dengan; (a) persiapan penyusunan, (b) penyusunan rancangan awal, (c) penyusunan rancangan, (d) pelaksanaan musrenbang, (e) perumusan rancangan akhir, dan (d) penetapan. Apabila keberadaan keuangan daerah semakin baik, maka kedudukan pemerintah untuk menjalankan keorganisasian daerah, melaksanakan urusan pemerintah, melayani kepentingan masyarakat maupun dalam melaksanakan kegiatan pembangunan akan bertambah stabil. Sebagai tindak lanjut dari upaya di atas diharapkan suatu perencanaan yang matang disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai agar pelaksanaannya benar-benar dapat terwujud dengan baik, maka perencanaan pembangunan daerah harus didorong dengan implementasi pembangunaan daerah yang merata dan berkesinambungan dengan arah pembangunan yang terencana dengan baik dan dinamis.

Kata Kunci : Skala Prioritas Perencanaan Pembangunan Jalan

Kabupaten Bagian Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah (IPW) BAPERLITBANG Kabupaten Tanah Datar

(6)

ii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN TIM PENGUJI

DAFTAR ISI ... ii DAFTAR TABEL ... iv BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Fokus Penelitian ... 4 C. Rumusan Masalah ... 4 E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian dan Luaran Penelitian ... 5

G. Definisi Operasional ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Landasan Teori... 7

1. Perencanaan Dalam Perspektif Manajemen Islam ... 7

2. Perencanaan Pembangunan ... 11

3. Perencanaan Pembangunan Jalan ... 16

4. Penetapan Prioritas Peningkatan Ruas Jalan ... 18

5. Perencanaan Pembangunan Wilayah ... 20

6. Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan (BAPERLITBANG) ... 31

7. Pemerintah Daerah ... 32

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Pembangunan Daerah. ... 34

Pada bagian kedua, tentang rencana pembangunan daerah dan rencana perangkat daerah terdapat dalam Pasal 11 ayat (1) yaitu rencana pembangunan daerah, terdiri atas: ... 34

B. Penelitian Yang Relevan ... 44

(7)

iii

A. Jenis Penelitian... 47

B. Latar dan Waktu Penelitian ... 47

C. Instrumen Penelitian ... 48

D. Sumber Data... 48

E. Teknik Pengumpulan Data ... 48

F. Teknik Analisis Data... 49

G. Teknik Penjamin Keabsahan Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Gambaran Umum Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan (BAPERLITBANG) Kabupaten Tanah Datar ... 51

1. Sejarah Singkat Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan (BAPERLITBANG) Kabupaten Tanah Datar ... 51

2. Kegiatan Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan (BAPERLITBANG) Kabupaten Tanah Datar. ... 54

3. Struktur Organisasi Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan (BAPERLITBANG) Kabupaten Tanah Datar ... 55

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65

BAB V PENUTUP ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 82 DAFTAR PUSTAKA

(8)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Rekapitulasi usulan program pembangunan jalan tahun

2019BAPERLITBANG di Kabupaten Tanah Datar ... 3 Tabel 3. 1 Rancangan Jadwal Penelitian 2019 ... 47

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu diantara negara-negara yang sedang berkembang adalah Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia saat ini sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan disegala bidang dalam rangka mewujudkan cita-cita nasional yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial, sesuai dengan yang disebut dalam pembukaan UUD 1945. (Asrofi, 2012:1)

Pembangunan merupakan upaya proses perubahan untuk menuju kearah yang lebih baik dalam masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang adil dan makmur. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional. Pembangunan daerah pada intinya memerlukan keselarasan antara pembangunan daerah dan pembangunan sektoral dengan mengusahakan keserasian laju pertumbuhan antar daerah. Setiap daerah perlu prakarsa dan partisipasi masyarakat dalam upaya bagi peningkatan pembangunan daerah melalui peningkatan pendapatan daerah, kerjasama daerah, pembangunan pedesaan dan pembangunan perkotaan. (Asrofi, 2012:2)

Setiap organisasi sudah barang tentu memiliki perencanaan. Perbedaannya terletak pada besar dan kompleksitas organisasi, lingkup, maupun variabel-variabel yang digunakan. Pada lingkup negara misalnya, kita mengenal ilmu perencanaan pembangunan, sementara itu pada lingkup perusahaan kita mengenal istilah perencanaan strategik. Pengertian strategik di sini lebih menekankan pada upaya mencapai tujuan secara efektif dan efesien dengan menyadari terbatasnya sumber daya yang dimiliki. (Kaye, 2013:2)

(10)

Supaya pembangunan bisa terlaksana secara menyeluruh terarah dan terpadu, maka perlu adanya suatu perencanaan yang cukup matang yang disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai agar apa yang hendak dilaksanakan benar-benar dapat terwujud dengan baik, maka perencanaan pembangunan daerah harus didorong dengan implementasi pembangunaan daerah yang merata dan berkesinambungan dengan arah pembangunan yang terencana dengan baik dan dinamis. Dalam hal pembangunan infrastruktur, Allah berfirman dalam Q.S Al-Hijr (21)

























Artinya: dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu. (Qs. Al-Hijr [15]: 21)

Yang dimaksud “(Dan tiada) tidak ada (sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya)” adalah dari segi penyiapan atau bantuan pada kemudian hari. Dalam mempersiapkan segala sesuatunya, dibutuhkan perencanaan agar tujuan yang ingin dicapai dapat berjalan sesuai rencana yang dibuat sebelumnya. Salah satunya dalam hal perencanaan pembangunan infrastruktur.

Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan

(BAPERLITBANG) di Kabupaten Tanah Datar Beralamat di jalan Sultan Alam Bagagarsyah Pagaruyung – Batusangkar adalah salah satu dari Satuan Organisasi Perangkat Daerah (SOPD) dalam lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar yang berkedudukan sebagai dinas daerah. Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan sebagai penyelenggara pemerintah, yang dipimpin oleh seorang kepala badan dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. (Renstra BAPERLITBANG Kab. Tanah Datar, 2016 :6)

Jadi dapat dikatakan bahwa BAPERLITBANG merupakan penangung jawab dalam perencanaan. Perencanaan merupakan awal kegiatan dalam melaksanakan pembangunan. Perencanaan itu sendiri merupakan proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecendrungan di

(11)

masa yang akan datang dan penentuan starategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi. Atau dalam arti lain pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa. (Tafria, 2011: 154)

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang karyawan BAPERLITBANG, pada tanggal 13 Desember 2018, menyatakan bahwa

permasalahan mendasar dalam proses perencanaan pembangunan

infrastruktur jalan sebagai jalan kabupaten oleh bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah di BAPERLITBANG Kabupaten Tanah Datar bahwa kondisi prasarana jalan di Kabupaten Tanah Datar umumnya masih kurang. Dilihat dari segi status kelayakan untuk fungsi ekonomi sangat diperlukan sekali pelebaran jalan, sehingga akses ekonomi Batusangkar sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tanah Datar akan lebih terbuka. Dilihat dari kondisi wilayah Tanah Datar yang rawan bencana alam seperti gempa bumi, banjir bandang/galodo dan longsor mengakibatkan rentannya kerusakan terhadap infrastruktur jalan. Selain itu dari sekian banyak usulan pembangunan infrastruktur jalan, hanya beberapa yang dapat diakomodir oleh Pemerintah Daerah, hal itu tergantung pada jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setiap tahunnya.

Tabel 1. 1

Rekapitulasi Usulan Program Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Jalan BAPERLITBANG Kabupaten Tanah Datar

Tahun Usulan Musrenbang Nagari Tahun 2019 RKPD (Rencana Kerja Perangkat Daerah) PPAS (Prioritas Plafon Anggaran Sementara) Persentase (%) 2018 619 253 91 36% 2019 761 234 98 42%

Sumber : Data Bagian Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah (IPW) Kabupaten Tanah Datar

Berdasarkan data di atas, dapat dipahami bahwa usulan Murenbang pada tahun 2018 yaitu sebanyak 619 usulan, dan yang menjadi target rencana program dan kegiatan prioritas daerah (RKPD) tahun 2018 yaitu sebanyak 253 usulan, dan setelah diverifikasi yang menjadi Prioritas Plafon Anggaran

(12)

Sementara (PPAS) yaitu 91 usulan, dapat diketahui kegiatan perencanaan pembangunan jalan tersebut hanya 36% yang dapat diakomodir oleh Pemerintah Daerah dan pada tahun 2019 dapat diketahui usulan musrenbang yaitu sebanyak 761 usulan, namun yang menjadi target rencana program dan kegiatan prioritas daerah (RKPD) yaitu sebanyak 234 usulan, dan setelah diverifikasi yang menjadi Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yaitu sebanyak 98 usulan, dapat diketahui kegiatan perencanaan pembangunan jalan tersebut hanya 42% yang dapat diakomodir oleh Pemerintah Daerah.

Disimpulkan bahwa dari sekian banyak usulan program perencanaan pembangunan jalan hanya beberapa usulan yang dapat diakomodir oleh Pemerintah Daerah.

Dengan demikian, melihat dari uraian mengenai permasalahan perencanan pembangunan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “Skala Prioritas Perencanaan Pembangunan Jalan Kabupaten Bagian Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah (IPW) BAPERLITBANG Kabupaten Tanah Datar”.

B. Fokus Penelitian

Untuk mempermudah penulis dalam menganalisis hasil penelitian, maka penilitian ini difokuskan pada Skala prioritas perencanaan pembangunan jalan kabupaten bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah (IPW) BAPERLITBANG Kabupaten Tanah Datar.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana skala prioritas perencanaan pembangunan jalan kabupaten bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah (IPW) BAPERLITBANG Kabupaten Tanah Datar ?

(13)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui skala prioritas perencanaan pembangunan jalan kabupaten bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah (IPW) BAPERLITBANG Kabupaten Tanah Datar.

F. Manfaat Penelitian dan Luaran Penelitian

Manfaat dari penelitian yang dilakukan ini dibedakan dalam manfaat teoritis dan manfaat praktis yaitu :

1. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis :

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis sebagai berikut :

1) Memberikan manfaat akademis dalam bentuk sumbang saran untuk perkembangan ilmu pemerintahan pada umumnya dan untuk bidang

penyusunan perencanaan pembangunan di daerah demi

meningkatkan peran serta masyarakat sebagai objek dan subjek pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.

2) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan rujukan bagi peneliti berikutnya.

b. Manfaat Praktis

1) Sebagai bahan masukan dan sumbang pemikiran yang diharapkan bermanfaat bagi pemerintah khususnya Badan Perencanaan,

Penelitian, dan Pengembangan dalam menangani masalah

penyusunan perencanaan pembangunan daerah.

2) Bagi penulis agar dapat mengetahui dan memahami secara mendalam tentang pembangunan dearah.

2. Luaran Penelitian

Adapun luaran dari penelitian ini adalah untuk publikasi jurnal ilmiah.

(14)

G. Definisi Operasional

1. Skala Prioritas adalah ukuran kebutuhan yang tersusun dalam daftar berdasarkan tingkat kebutuhan seseorang, dimulai dari kebutuhan yang paling penting sampai kebutuhan yang bersifat bisa ditunda kebutuhannya. 2. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian area darat, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas.

3. Perencanaan Pembangunan adalah suatu kumpulan kebijaksanaan dan program pembangunan yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar.

4. Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah (IPW) adalah bagian dari Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan (BAPERLITBANG) yang menyelenggarakan rumusan kebijakan dan pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan daerah.

5. BAPERLITBANG adalah Satuan Organisasi Perangkat Daerah (SOPD) yang berorganisasi di Pemerintah Daerah dan yang berkedudukan di Dinas Daerah.

6. Permendagri RI Nomor 86 Tahun 2017 adalah Undang-Undang yang

mengatur tentang Tata Cara Perencanaan Pembangunan di

(15)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Perencanaan Dalam Perspektif Manajemen Islam

Menurut Ricky W. Griffin yang mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien. (Akmansyah, 2012: 4).

Mengacu pada urutan proses manajemen tersebut, maka perencanaan adalah proses yang paling awal dan menentukan langkah menuju sasaran dari manajemen itu sendiri, perencanaan sangat terkait dengan proses evaluasi yang dilakukan terus menerus baik selama proses manajemen itu berjalan atau hingga tercapainya sasaran manajemen tersebut. Dengan perannya yang sangat menentukan tersebut, perencanaan dianggap penting karena menjadi penentu dan ketercapaian tujuan. Pentingnya perencanaan tersebut semakin mengukuhkan perencanaan yang baik, positif dengan pencapaian tujuan suatu organisasi. (Akmansyah, 2012: 4-5)

Setiap kegiatan yang mempunyai arah dan tujuan, memerlukan suatu perencanaan. Tanpa perencanaan yang tepat, tujuan tidak akan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Kegiatan perencanaan bertujuan untuk menjamin agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan tingkat kepastian yang tinggi dan resiko yang kecil. Perencanaan merupakan tahapan paling penting dari suatu fungsi manajemen, terutama dalam menghadapi lingkungan eksternal yang dinamis. Perencanaan merupakan proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen, karenanya tanpa perencanaan, fungsi-fungsi

(16)

lain seperti pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan, tidak akan dapat berjalan.

Alquran al-Karim merupakan kitab suci yang di antara fungsinya adalah sebagai “hudan”, yang sarat dengan berbagai petunjuk agar manusia dapat menjadi khalifah di muka bumi ini. Untuk memperoleh petunjuk alquran, diperlukan pengkajian terhadap kandungannya, baik yang berkaitan dengan manusia dan kehidupannya sebagai objek utamanya, maupun tentang alam semesta yang terbentang. (Akmansyah, 2012: 4-6)

Dalam hal manajemen, alquran telah memberikan prinsip-prinsip dasarnya sejak 1400 tahun yang lalu. Manajemen yang saat ini dianggap sebagai salah satu disiplin penting, sejumlah prinsip-prinsipnya juga berasal dari pengetahuan yang telah diberikan alquran. Banyak prinsip-prinsip dan teori-teori yang dibuat di abad ke-16 atau ke-17 yang berasal dari alquran. Menurut Azgar Ali Mohammad sedikitnya ada 300 ayat dalam alquran yang mensinyalir prinsip-prinsip manajemen. Artikel ini lebih jauh akan menelaah prinsip-prinsip perencanaan sebagaimana yang terkandung di dalam alquran QS. Al-Hasyr, ayat 18 dan QS. al-Anfal/8 ayat 60. QS. Al-Hasyr ayat 18





































Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Qs. Al-Hasyr [59]: 18)

Soejitno Irmin menafsirkan atas ayat tersebut bahwa: Allah sebagai pencipta, Allah sebagai perencana semua makhluk ciptaannya, Allah maha merencanakan, pada dasarnya manajer atau pemimpin yang harus

(17)

mempunyai banyak konsep tentang manajemen termasuk di dalamnya perencanaan. Pemimpin yang baik adalah yang mempunyai visi dan misi, dan membangun kedua hal tersebut agar berjalan sesuai dengan tujuan bersama serta hasil dari perencanaan yang baik dan matang. (Akmansyah, 2012: 4-6).

Disamping itu kata perhatikanlah menurut iman Al-Ghazali mengandung makna bahwa manusia harus memperhatikan dari setiap perbuatan yang dia kerjakan, serta harus mempersiapkan diri (merencanakan) untuk selalu berbuat yang terbaik demi hari esok. (Akmansyah, 2012: 4-7)

Manusia harus kembali ke Tuhan-Nya dengan selamat dan sejahtera proses selamat tersebut harus dimulai dari dunia ini yang diwujudkan dengan tingkah laku yang baik, sesuai dengan apa yang tercantum dalam surat Al-Hasyr ayat 18 tersebut yaitu kata: “Hendaklah

setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dalam surat tersebut”, dan kata itu menekankan adanya

perencanaan yang baik dalam diri manusia atas segala tindakan selama di dunia sehingga ia akan mendapatkan keselamatan di akhirat nanti.

QS. Al anfal Ayat 60





































































Artinya: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja

yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (Qs. Al-Anfal

(18)

a. Makna Mufradat

Kata al-quwwah menurut al-Razi, mempunyai empat makna.

Pertama, berarti jenis-jenis senjata. Kedua, diriwayatkan bahwa

Rasulullah SAW menafsirkan kata al-quwwah (kekuatan) dengan panah dan keterampilan memamanah, (ala inna al-quwwah al-ramyu, beliau menyebutnya tiga kali). Ketiga, sebagian mengartikan

al-quwwah dengan “benteng” (al-hushun). Keempat, sebagian penulis

kamus mengatakan bahwa kata ini bersifat umum, mencakup semua kekuatan yang dapat digunakan untuk menghadapi musuh. Seluruh peralatan perang dan jihad adalah termasuk kekuatan. Dan sabda Rasulullah SAW, ala inna al-quwwah al-ramyu, tidak terbatas pada memanah saja.

Ribath al-khail, berarti mengikat kuda-kuda untuk berjihad di jalan

Allah. Kata ribath bentuk jamaknya rabith dari kata rabatha yang berarti mengikat. Kata yang digunakan ayat ini terambil dan kata

rabatha dalam arti menetap di daerah pertahanan, seakan-akan yang

menetap itu mengikat dirinya di sana dan tidak bergerak untuk menanti atau mengawasi kemungkinan serangan musuh. Kata al-khail adalah kuda-kuda yang diikat/ ditambat di daerah pertahanan, tidak dilepas ikatannya yakni tidak digunakan kecuali untuk berjihad.

Kuda-kuda yang ditambat merupakan bagian dan kekuatan yang mesti dipersiapkan, paling tidak pada masa itu. Agaknya penyebutannyasecara khusus untuk mengingatkan kaum Muslimin keadaan mereka pada perang Badar di mana mereka hanya memiliki dua ekor kuda. (Akmansyah, 2012: 4-6)

b. Munasabah Ayat

Ayat-ayat sebelumnya telah menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi telah menyepakati perjanjian damai antara mereka dan kaum Muslimin. Lalu mereka melanggar perjanjian tersebut dan melakukan pengkhianatan dengan memberikan bantuan dan bekerjasama dengan

(19)

kaum Musyrikin yang ingin menghancurkan kaum Muslimin. Dalam ayat sebelumnya, disebutkan bila pihak lain tidak setia terhadap perjanjian, kaum Muslimin diperbolehkan mengabaikan perjanjian itu. (Akmansyah, 2012: 4-7).

Ayat ini memerintahkan kaum Muslimin agar mempersiapkan diri untuk menghadapi mereka dengan persiapan yang sempurna, sesuai dengan kesanggupan dan kemampuan, sebab jika melalaikan hal itu, maka akan berakibat kehancuran dan kebinasaan. (Akmansyah, 2012: 4-7).

2. Perencanaan Pembangunan

a. Definisi Perencanaan Pembangunan

Secara umum Perencanaan pembangunan adalah cara atau teknik untuk mencapai tujuan atau daerah yang bersangkutan. Sedangkan tujuan pembangunan pada umumnya adalah untuk mendorong proses pembangunan secara lebih cepat guna mewujudkan masyarakat yang maju, makmur dan sejahtera. (Riyadi, 2014:8).

Literatur ilmiah yang tersedia memberikan beberapa pengertian tentang perencanaan pembangunan dalam bentuk berbagai definisi. (Riyadi, 2014:8).

Arthur W. Lewis mendefinisikan perencanaan pembangunan sebagai suatu kumpulan kebijaksanaan dan program pembangunan untuk merangsang masyarakat dan swasta untuk menggunakan sumberdaya yang tersedia lebih produktif. (Riyadi, 2014:8).

Jenseen merekomendasi bahwa perencana pembangunan daerah harus memperhatikan hal-hal yang bersifat kompleks, sehingga prosesnya harus memperhitungkan kemampuan sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya fisik, dan sumber daya lainnya. (Riyadi, 2014:8).

(20)

b. Tujuan dan Fungsi Perencanaan Pembangunan

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2014, dalam rangka mendorong proses pembangunan secara terpadu dan efisien, pada dasarnya perencanaan pembangunan nasional di Indonesia mempunyai 5 tujuan dan fungsi pokok, tujuan dan fungsi pokok tersebut sebagai berikut :

1) Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan

2) Menjamin tercapainya integrasi, singkronisasi dan sinergi antar daerah

3) Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan

4) Mengoptimalkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan 5) Menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efisien,

efektif dan adil. (Sjafrizal, 2014:81-82). c. Jenis Perencanaan Pembangunan

Perencanaan pembangunan mempunyai berbagai jenis,

tergantung dari sifatnya masing-masing. Mengikuti Lincolin Arsyad, menurut jangka waktunya, perencanaan pembangunan dapat diklasifikasikan atas tiga jenis yaitu : Perencanaan Jangka Panjang, Perencanaan Jangka Menengah, Perencanaan Jangka Pendek. (Soekarwati, 2012:26).

Pengertian dari masing-masing jenis perencanaan pembangunan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Perencanaan Jangka Panjang

Perencanaan jangka panjang biasanya mencakup jangka waktu 10-25 tahun. Pada era orde baru, pembangunan jangka panjang mencakup angka waktu 25 tahun sebagaimana ditetapkan dalam garis-garis besar haluan negara. Sedangkan dewasa ini, rencana pembangunan jangka panjang, baik nasional maupun daerah mencakup waktu 20 tahun. (Soekarwati, 2012:28).

(21)

2) Perencanaan Jangka Menengah

Perencanaan jangka menengah biasanya mencakup waktu 4-5 tahun, tergantung dari masa jabatan Presiden atau kepala daerah, di Indonesia, perencanaan jangka menengah mempunyai jangka waktu 5 tahun yang disusun baik oleh pemerintah nasional maupun pemerintah daerah. Perencanaan jangka menengah pada dasarnya merupakan jabaran dari perencanaan jangka panjang sehingga bersifat lebih operasional. Selain itu, perencanaan jangka menengah memuat juga sasaran dan target pembangunan secara kuantitatif dan kualitatif supaya besar perencanaan tersebut menjadi lebih terukur dan mudah dijadikan sebagai dasar dalam melakukan monitoring dan evaluasi.(Soekarwati, 2012:28).

3) Perencanaan Jangka Pendek

Perencanaan jangka pendek biasanya mencakup 1 tahun, sehingga sering kali dinamakan sebagai rencana tahunan. Rencana ini pada dasarnya adalah merupakan jabaran dari rencana jangka menengah. Disamping itu, perencanaan tahunan ini bersifat sangat operasional karena didalamnya termasuk juga indikator dan target kinerja untuk masing-masing program dan kegiatan. Karena itu, rencana tahunan ini selanjutnya dijadikan dasar utama dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja baik pada tingkat Nasional (RAPBN) maupun pada tingkat Daerah (RAPBD). Rencana tahunan yang mencakup kesemua sektor dinamakan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sedangkan khusus untuk suatu sektor atau bidang dinamakan Rencana Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD). (Soekarwati, 2012:28).

d. Tahapan Perencanaan Pembangunan 1) Tahap Penyusunan Rencana

Tahap awal kegiatan perencanaan adalah menyusun naskah atau rancangan rencana pembangunan yang secara formal merupakan tanggungjawab badan perencana, baik Bapenas

(22)

untuk tingkat Nasional dan Baperlitbang untuk tingkat Daerah. Bila penyusun rencana dilakukan dengan menggunakan pendekatan perencanaan partisipatif, maka sebelum naskah rencana disusun, terlebih dahulu perlu dilakukan penjaringan aspirasi dan keinginan masyarakat tentang visi misi serta arah

pembangunan. Berdasarkan hasil penjaringan aspirasi

masyarakat tersebut, maka tim penyusun rencana sudah dapat mulai menyusun rencana awal (rancangan) dokumen

perencanaan pembangunan yang dibutukan. Kemudian

rancangan tersebut dibahas dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG) untuk menerima tanggapan baik dari pihak yang peduli dan berkepentingan dengan pembangunan seperti tokoh masyarakat, alim ulama, cerdik pandai, dan para tokoh lembaga sosial masyarakat setempat. (Tompo, 2015: 25)

2) Tahap Penetapan Rencana

Sesuai ketentuan berlaku, RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang), perlu mendapat pengesahan dari DPRD setempat, sedangkan RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) dan RKPD (Rencana Kerja Perangkat Daerah) cukup mendapat pengesahan dari kepala daerah, pada tahap kedua ini kegiatan utama badan perencana adalah melakukan proses untuk mendapatkan pengesahan tersebut. (Tompo, 2015: 25)

3) Tahap Pengendalian Pelaksanaan Rencana

Setelah rencana pembangunan tersebut ditetapkan oleh pihak yang berwenang, maka dimulai proses pelaksanaan rencana oleh pihak eksekutif melalui SKPD (Satuan Kerja

Perangkat Daerah) terkait. Sesuai dengan ketentuan

(23)

tanggungjawab dalam melakukan pengendalian pelaksanaan rencana bersama SKPD bersangkutan. (Tompo, 2015: 26). 4) Tahap Evaluasi Keberhasilan Pelaksanaan Rencana

Setelah pelaksanaan kegiatan pembangunan selesai, badan perencana masih mempunyai tanggungjawab terakhir, yaitu

melakukan evaluasi terhadap kinerja dari kegiatan

pembangunan tersebut. Sasaran utama kegiatan evaluasi ini adalah untuk mengetahui apakah kegiatan dan objek pembangunan yang telah selesai dilaksanakan tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang pedoman evaluasi

penyelenggaraan pemerintah daerah, evaluasi harus dilakukan

dengan menggunakan metode evaluasi kinerja yang paling kurang didasarkan atas 3 unsur utama yaitu: unsur masukan (input) terutama dana, keluaran (output), dan hasil (income). Disamping itu, evaluasi ini juga mencakup faktor-faktor utama

yang menyebabkan berhasilnya atau kendala yang

menyebabkan kurangnya manfaat yang dapat dihasilkan oleh objek dan kegiatan pembangunan tersebut. (Tompo, 2015: 27). e. Pendekatan Perencanaan

1) Pendekatan Politik

Pemilihan Presiden/Kepala Daerah menghasilkan rencana pembangunan hasil proses politik (public choice theory

ofplanning), khususnya pejabaran Visi dan Misi dalam

RPJMD.

2) Proses Teknoratik

Menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau Satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu.

(24)

3) Partisipatif

Dilaksanakan dengan melibatkan seluruh stakeholders, antara lain Musrenbang.

4) Proses top-down dan buttom-up

Dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan.

3. Perencanaan Pembangunan Jalan

Dalam rangka mendukung perencanaan kota pengembangan jalan merupakan salah satu prioritas utama di samping perencanaan yang lain yaitu arahan penggunaan/peruntukkan lahan, arah pengembangan kota dan rencana kawasan tertentu seperti industri (UU No. 24/1992), oleh karena itu pengembangan jalan perkotaan tersebut perlu diselaraskan dengan rencana tata ruang kota. Untuk maksud tersebut upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah penataan sistem jaringan jalan, penataan fungsi dan pelayanan jalan, penetapan persyaratan teknis masing-masing jalan. (Adisasmita, 2011: 10).

Ruang lingkup pengembangan dan perencanaan jalan kota meliputi seluruh prasarana jalan dan jembatan umum yang dapat dilalui oleh kendaraan yang terdapat di seluruh wilayah administratif tetapi dalam RUTRK yang tercantum hanyalah jalan-jalan utama seperti jalan arteri. Penanganan jalan kota diarahkan agar tercipta kondisi pelayanan lalu lintas yang tertib, teratur, aman dan memberi kenyamanan bagi penggunaan jasa prasarana dan sarana jalan tersebut. Untuk menghindari masalah penyediaan sarana dan prasarana transportasi di Jerman dilakukan dengan meningkatkan kapasitas jalan melalui manajemen lalu lintas serta memanfaatkan angkutan umum massal. Angkutan massal ini berupa modal yang mampu memberikan kapasitas yang besar bagi penggunaan angkutan umum. (Adisasmita, 2011: 10).

Jaringan transportasi dapat dipergunakan untuk mengendalikan pertumbuhan dan menentukan arah pembangunan dan mengatur konsentrasi kegiatan dan bangunan fisik pada tempat sehingga tidak

(25)

melebihi kapasitas utilitas yang ada. Beberapa tolak ukur dalam pembagian sub ruas jalan yakni: (1) faktor fisik jalan terdiri dari lebar tiap jalur jalan, jumlah jalur jalan pada suatu ruas jalan, kebebasan jalan terhadap pengaruh gangguan tepi jalan (lateral clearance), kelandaian jalan dan lebar bahu jalan dan (2) faktor lalu lintas meliputi komposisi kendaraan dan variasi volume lalu lintas. Kondisi fasilitas jalan akan menyebabkan tingkat kepadatan lalu lintas yakni jumlah kendaraan rata-rata dalam ruang. Satuan kepadatan adalah kendaraan rata-rata-rata-rata per kilometer per jam. Seperti halnya dengan volume lalu lintas, kepadatan lalu lintas dapat dikaitkan dengan penyediaan jalur jalan. (Adisasmita, 2011: 10).

Pemakaian lain dari nilai kepadatan lalu lintas adalah untuk mengatakan pentingnya ruas jalan tersebut dalam mengalirkan lalu lintas. Selanjutnya menurut Branch bahwa jalur jalan dan utilitas kota merupakan pola pembentuk penggunaan lahan di kota. Sejak awal pertumbuhan komunitas berbagai kegiatan usaha memilih lokasi di sepanjang jalur-jalur lalu lintas primer. Hubungan antara pengaturan tata guna tanah dengan sistem transportasinya (aksesibilitas) menunjukkan tingkat kemudahan interaksi satu sama lain yang dicapai melalui sistem transportasi. Tata guna tanah yang berbeda akan mempunyai aksesibilitas yang berbeda pula karena aktivitas tata guna lahan terdistribusi dalam ruang yang tidak merata dalam hal kuantitas dan kualitas. Beberapa hal yang dapat dilakukan sehubungan dengan peningkatan kapasitas transportasi adalah: (1) pembangunan jalan baru baik lokal, kolektor maupun arteri sesuai dengan program Bina Marga seperti jalan bebas hambatan, jalan lingkar (outer ring road), pembangunan jalan penghubung baru (arteri) yang menghubungkan 2 zona yang sangat padat, (2) peningkatan kapasitas prasarana jaringan jalan seperti

pelebaran dan perbaikan geometrik persimpangan, pembuatan

persimpangan tidak sebidang untuk mengurangi conflict point, pembangunan jalan-jalan terobosan baru untuk melengkapi sistem

(26)

jaringan jalan yang sudah ada (missing link) dan pembenahan sistem hirarki jalan dan pembuatan penyeberangan jalan untuk pejalan kaki. (Adisasmita, 2011: 10).

Untuk menumbuhkan perekonomian di negara berkembang salah satu faktor yang paling penting adalah meningkatkan aksesibilitas masyarakat di dalam wilayah melalui jaringan transportasi. Dengan aksesibilitas transportasi di dalam wilayah atau kota maka kelompok masyarakat di dalam wilayah atau kota tersebut akan mudah dan cepat melakukan aktivitasnya. Salah satu dampak pengembangan subpusat kegiatan perkotaan dengan strategi peningkatan aksesibilitas jalan raya seringkali mengabaikan perkotaan dengan strategi peningkatan aksesibilitas jalan raya seringkali mengabaikan aspek jarak. Penempatan sub pusat kegiatan yang terlalu jauh dengan pusat utama dengan mengabaikan faktor pertumbuhan kegiatan yang sangat pesat, pada akhirnya justru menjadikan kawasan kota menjadi membesar tanpa diimbangi oleh adanya pengembangan prasarana transportasi yang memadai. (Adisasmita, 2011: 11).

4. Penetapan Prioritas Peningkatan Ruas Jalan

Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat yang

diperuntukkan bagi lalu lintas, berupa kendaraan bermotor maupun tidak bermotor, orang, barang, dalam bentuk apapun, maupun meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkapnya bagi lalu lintas. Dalam bentuk apapun mempunyai pengertian bahwa jalan tidak terbatas pada bentuk jalan yang konvensional (pada permukaan tanah) dan di atas tanah (jalan layang). Bangunan pelengkap ialah bangunan yang tidak dapat dipisahkan dari jalan antara lain jembatan, pohon, lintas atas, lintas bawah, tempat parkir, gorong-gorong, tembok penahan, dan saluran air jalan, pagar pengaman daerah milik jalan, dan patok-patok daerah milik jalan. (Adisasmita, 2011: 17).

(27)

Adapun tujuan diadakannya jalan adalah untuk memudahkan pengangkutan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya, melancarkan jalannya lalu lintas, membuka daerah-daerah yang terisolir, untuk pertahanan daerah dan untuk meningkatkan perekonomian. Karena itu penetapan prioritas peningkatan ruas jalan perlu dilakukan sebagai program pengembangan jaringan jalan mutlak dalam menilai manfaat yang diberikan dari proyek pembangunan jalan tersebut. (Adisasmita, 2011: 17).

Menurut Martius, manfaat langsung pada proyek pengembangan jaringan jalan antara lain terdapatnya kenaikan hasil pertanian dan perkebunan karena kenaikan produktivitas tanah sebagai akibat dari bertambah baiknya sarana dan prasarana transportasi. Sedangkan manfaat tidak langsung yang diperoleh masyarakat sebagai akibat lancarnya prasarana dan sarana transportasi akan meningkatkan kesempatan bekerja, bertambahnya kepadatan penduduk dan meningkatnya mobilitas penduduk. Investasi pada penetapan prioritas peningkatan ruas jalan sebagai program pengembangan jaringan jalan menunjukkan bahwa masyarakat mendapat keuntungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Tanpa ada pembangunan atau investasi jalan hasil produksi meningkat 1% dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun, sedangkan dengan adanya investasi/pembangunan jalan kenaikan produk mencapai 20% sesuai dengan kondisi dan karakteristik suatu wilayah. (Adisasmita, 2011: 17).

Untuk mengetahui bagaimana manfaat pembangunan jaringan jalan, maka dilakukan evaluasi. Di mana evaluasi jaringan jalan dimaksudkan untuk mengetahui perubahan kesejahteraan maupun akses antarwilayah. Evaluasi yang akan dilakukan adalah dengan pendekatan ekonomi atau surplus produksi hasil pertanian dan perkebunan manfaat dari proyek tranportasi bagi orang yang tidak menggunakan jalan tidak dapat ditunjukkan karena mereka menggunakan analisis surplus

(28)

konsumsi yang memberikan penekanan pada saving (penghematan) BOK dan waktu tempuh.

Salah satu pendekatan yang cukup tepat dalam mengevaluasikan proyek pengembangan jalan dengan lalu lintas kecil, seperti jalan kabupaten adalah dengan Location Quotion Analysis/LQA (Analisis pembagian lokasi). Pendekatan ini merupakan cara permulaan untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu atau potensi wilayah. Pada dasarnya teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diteliti dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas. Satuan yang digunakan sebagai ukuran untuk menghasilkan koefisien dapat menggunakan suatu jumlah buruh atau hasil produksi atau satuan lain yang dapat digunakan sebagai kriteria dengan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan. (Adisasmita, 2011: 120).

5. Perencanaan Pembangunan Wilayah

Perencanaan merupakan suatu sajian atau gambaran keadaan masa mendatang mengenai wilayah secara efisien dan berkelanjutan. Perencanaan memuat tujuan dan sasaran pengelolaan wilayah dilandasi dukungan aspek kelembagaan dan peraturan pendukungnya, serta memuat uraian mengenai langkah-langkah strategis, manajemen aksi, pembiayaan, dan penetapan wilayah (zoning). Perencanaan wilayah berupaya memaksimalkan benefit dan meminimalkan dampak negatif (cost) pengelolaan. (Nugroho, 2014:7).

Perencanaan ini dimuat dalam dokumen kebijakan, yang menjadi acuan untuk merumuskan rencana pengelolaan (manajemen plan) dan kebutuhan teknis. Pengembangan wilayah dalam konteks perencanaan wilayah menyajikan karakteristik pendekatan sistem dan sumber daya publik. Dua hal tersebut merupakan landasan konseptual pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Bahasa juga menjelaskan

(29)

konsep-konsep instrumen pembangunan wilayah dan perencanaan manajemen ekosistem. (Nugroho, 2014:7:8)

Pembangunan bukan saja dilihat sebagai suatu proses yang menghasilkan suatu output tertentu, tetapi mengedepankan bagaimana aliran proses itu mempertimbangkan kaidah-kaidah ilmiah sehingga arahnya dapat diperkirakan (planned development). Itu sebabnya seluruh faktor, yakni fisik lingkungan, sosial, dan ekonomi harus dapat dikenali untuk dapat dioptimalkan dalam rangka mengantarkan perubahan seperti yang dikehendaki atau direncanakan. (Nugroho, 2014:8)

a. Pengertian Perencanaan Pembangunan Wilayah

Perencanaan dapat diartikan sebagai upaya untuk

menghubungkan pengetahuan atau teknik yang dilandasi kaidah-kaidah ilmiah ke dalam praksis (praktik-praktik yang dilandasi teori) dalam perspektif kepentingan orang banyak atau publik. Di dalam perencanaan, oleh karena berlandaskan kaidah ilmiah, senantiasa diizinkan terjadi perubahan-perubahan dalam rangka menuju atau mendekati ide (full idea) yang lebih baik. Adapun sasarannya adalah tercapainya suatu kearifan hasil dari pemikiran yang dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianut masyarakat. ( Nugroho, 2014:9).

Pengertian pembangunan mungkin hal paling menarik untuk diperdebatkan. Mungkin saja tidak ada satu disiplin ilmu yang paling tepat mengartikan. Sejauh ini serangkaian pemikiran tentang pembangunan telah berkembang, mulai dari perpektif sosiologi klasik (Durkheim, Weber, dan Marx), pandangan Marxist, modernisasinya Rostow, strukturalis (bersama modernisasi memperkaya ulasan

pendahuluan), pembangunan sosial hingga pembangunan

berkelanjutan. (Nugroho, 2014:9).

Namun demikian, ada tema-tema pokok yang menjadi pesan didalamnya. Dalam hal ini, pembangunan dapat diartikan sebagai suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi

(30)

dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi. (Nugroho, 2014:10).

Pengertian wilayah tidak dapat dilepaskan dari

penggunaannya dalam berbagai tujuan. Istilah wilayah dapat digunakan untuk skala sempit dalam lingkungan tetangga hingga skala luas dalam pergaulan internasional. Dalam tulisan ini, yang dimaksud wilayah (region) adalah suatu area geografis yang memiliki ciri tertentu dan merupakan media bagi segala sesuatu untuk berlokasi dan berinteraksi. (Nugroho, 2014:10).

Berdasarkan pengertian dasar dan uraian yang telah dikemukakan, perencanaan pembangunan wilayah adalah konsep yang utuh dan menyatu dengan pembangunan wilayah. Secara luas perencanaan pembangunan wilayah diartikan sebagai suatu upaya merumuskan dan mengaplikasikan kerangka teori kedalam kebijakan

ekonomi dan program pembangunan yang didalamnya

mempertimbangkan aspek wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan menuju tercapainya kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan. (Nugroho, 2014:7-10).

b. Tahap Pembangunan Wilayah

Ada tiga tahapan dalam pembangunan wilayah, yakni perkembangan industri, efisiensi industri dan keunggulan wilayah. Dalam tahapan pertama, perkembangan industri dalam suatu wilayah dipicu kegiatan ekspor. Industri berkembangan untuk memenuhi permintaan dari luar wilayah, dipandu oleh teori exportbase. Keberhasilan tahapan ini ditentukan oleh peran pemerintah dalam berbagai insentif, antara lain pajak, infrastruktur, kawasan industri, dan fasilitas lainnya. (Nugroho, 2014:11).

Kedua, efisien industri. Dalam tahapan ini industri

melaksanakan konsolidasi untuk mengefisienkan sistem produksi dan memperbaiki skala ekonomi. Pemerintah memfasilitasi dengan berbagai deregulasi agar terbentuk lingkungan bisnis yang kompetitif,

(31)

sehingga melahirkan pelaku usaha swasta yang tangguh dan mampu bersaing secara global. (Nugroho, 2014:12).

Ketiga, keunggulan wilayah. Tahapan ini ditandai dengan

kekuatan internal yang menghasilkan nilai tambah yang signifikan dalam pasar global. Kekuatan internal tersebut adalah inovasi yang dilandasi ilmu pengetahuan dan teknogi (iptek), dan kemampuan

kewirausahaan. Inovasi diibaratkan bahan bakar, sementara

kewirausahaan adalah mesin. Keduanya menjadi sumber kesempatan kerja, pendapatan dan kesejahteraan.

c. Instrumen Pembangunan Wilayah

Perencanaan wilayah memuat karakteristik sistem dan sumberdaya publik yang disusun secara komprehensif, dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. (Nugroho, 2014:14).

1) Kebijakan Tingkat Lokal

Sasaran kebijakan tingkat lokal adalah wilayah dan komunitas lokal. Pengertian komunitas menyetujui dan memiliki kepentingan yang sama. Batasnya adalah aktifitas penduduk lokal dan kegiatan ekonomi di dalam wilayah. 2) Kebijakan Tingkat Ekosistem (bioregion)

Sasaran kebijakan tingkat wilayah ekosistem adalah batasan wilayah ekosistem dan wilayah fungsional lain yang terkait, misalnya daerah aliran sungai (DAS), ekositem (mangrove, pegunungan, lembah), atau batasan untuk kepentingan konservasi habitat dan budaya. Wilayah ekosistem dapat mencakup satu atau lebih komunitas lokal.

Batasan wilayah ekosistem adalah wilayah yang memiliki komponen dan interaksi komponen yang sistematik untuk mendukung kesatuan fungsional atau siklus kehidupan.

(32)

3) Kebijakan Tingkat Makro atau Nasional

Sasaran kebijakan tingkat makro adalah terwujudnya landasan kelembagaan yang memuat filosofi hingga teknis operasional, yang secara komprehensif memfasilitasi seluruh penawaran dan permintaan pengembangan ekonomi wilayah. Batasan wilayah makro pada dasarnya adalah teritorial negara. Namun negara juga perlu mempertimbangkan alasan-alasan global perihal isu lingkungan dunia yang sedang berkembang, atau mendesak untuk ditangani. Negara juga meratifikasi kesepakatan global (misalnya konvensi-konvensi Biodiversity, Wetland, CITES), berimplikasi menerima sasaran kebijakan

(policy recommendation), hingga bantuan teknis

pengembangan wilayah. (Nugroho, 2014:14). d. Tahap-Tahap Perencanaan Proyek

1) Perencanaan yang meliputi identifikasi perlunya suatu proyek berdasarkan penelaahan keadaan secara obyektif serta hasil

survey dan feasibility study. Kemudian di susul dengan

perumusan rencana proyek atau analisa proyek atau persetujuan proyek. (Amalia, 2015: 110).

2) Penyusunan program proyek. Kegiatan kerja, jadwal waktunya, rencana pembiayaan adalah pengesahan daripada program proyek. Diperlukan keserasian antara badan perencanaan dan badan penyusunan anggaran.

3) Implementasi proyek meliputi, kontruksi, rehabilitasi, perencanaan dan perbaikan serta operasi dalam manajemen proyek.

4) Evaluasi dan pengawasan proyek yang diikuti terus, di nilai pelaksanaannya perlu diambil tindakan korektif dalam rangka mencapai tujuannya dikembangkan ukuran kemajuan sesuatu proyek (benchmarking). (Amalia, 2015:110).

(33)

Penilaian dan perencanaan proyek-proyek didasarkan atas :

1) Evaluasi ekonomis, analisa biaya dan manfaat (cost benefit analysis)

2) Evaluasi teknis, proyek feasible dilihat dari segi teknis dan

engineering perlu didukung feasibilitystudy atau teknologi

yang dipakai.

3) Evaluasi financial, biaya-biaya secara wajar, APBN, cash

flow, biaya valuta asing.

4) Evaluasi pemasaran, pemasaran produksi dan jasa luasnya dan arah pemasaran.

5) Evaluasi organisasi, yang paling tepat, hubungan proyeknya yang berkaitan dengan departemen induknya.

6) Evaluasi management, cukup tenaga pimpinan, tenaga ahli. (Amalia, 2015:111).

e. Fungsi Perencanaan Proyek

Sering dikatakan bahwa proses perencanaan lebih penting dari perencanaan itu sendiri karena pada proses perencanaan, para pimpinan dan pelaksana proyek “dipaksa” untuk aktif ikut berpikir mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan yang menjadi tanggung jawabnya. Saat itu, mereka mulai melihat ke depan untuk mengantisipasi persoalan yang mungkin timbul pada taraf implementasi dan cara mengatasinya. (Nurjaman, 2016:80).

f. Ruang Lingkup Proses Perencanaan Proyek 1) Menentukan Tujuan

Tujuan dapat diartikan sebagai pedoman yang memberikan arah gerak segala kegiatan yang hendak dilakukan. Misalnya, tujuan adalah perusahaan adalah meningkatkan nilai saham perusahaan di pasaran.(Nurjaman, 2016:81).

2) Menentukan Sasaran

Sasaran adalah titik-titik tertentu yang perlu dicapai untuk mencapai tujuannya. Dalam koneksi di atas, kegiatan proyek

(34)

dapat digolongkan sebagai kegiatan dengan sasaran yang telah ditentukan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Misalnya, tujuan perusahaan adalah menaikkan permasukan netto per tahun. Tujuan tersebut diusahakan dengan

membangun proyek fasilitas produksi terbaru. Agar

perusahaan dapat mencapai tujuannya, terlebih dahulu dicapai sasaran proyek yang terdiri atas biaya, jadwal, dan mutu. 3) Mengkaji Posisi Awal terhadap Tujuan

Mengkaji posisi dan situasi awal terhadap tujuan atau sasaran dimaksudkan untuk mengatahui sejauh mana kesiapan dan posisi organisasi pada saat awal terhadap sasaran yang telah ada. (Nurjaman, 2016:81).

Misalnya, berapa sumber daya yang tersedia dalam bentuk dana, peralatan, dan tenaga yang telah ada. (Nurjaman, 2016:81).

4) Memilih Alternatif

Memilih tujuan dan sasaran yang mempunyai dampak positif yang lebih besar pada perusahaan. (Nurjaman, 2016:80-81).

g. Bahan-Bahan Pembangunan

1) Tanah dan Berbagai Sumber Daya

Dalam ilmu ekonomi tanah diberlakukan berlainan baik dengan aktiva fisik lainnya maupun dengan tenaga kerja. Tanah dan perluasannya, sumber daya alam yang terdapat di dalam tanah biasanya sudah dianggap tidak dapat menghasilkan lagi. Jadi, beberapa dengan bangunan, mesin-mesin, dan persediaan yang dapat ditambah melalui proses produksi. (Sanusi, 2014:56-62).

2) Modal Fisik

Pertumbuhan ekonomi membutuhkan dan tergantung pada sebagian input yang berupa modal. Tingkat pertumbuhan yang

(35)

dinyatakan oleh proporsi pembentukan modal tertentu tergantung dalam model yang sangat sederhana, pada rasio modal/output dan tingkat pertumbuhan dari kekuatan perburuhan. Rasio modal/output, walaupun digunakan secara luas untuk menilai kebutuhan investasi dan prioritas sektoral, tetapi terpengaruh oleh berbagai penafsiran sehingga bukan sebagai kriteria investasi yang bisa diandalkan. Proses pertumbuhan melibatkan tabungan untuk menciptakan surplus untuk pembentukan modal. Tabungan tidak berkaitan erat dengan pendapatan per kapita, tidak juga dengan kecepatan pertumbuhan output yang tergantung hanya pada proporsi produk secara total yang dikembalikan pada ekonomi sebagai investasi. (Sanusi, 2014:57).

Tabungan dapat dilaksanakan oleh pemerintah dan bisa dipaksakan pada rumah tangga dan perusahaan oleh tingkat inflasi. Semua ekonomi terbatas kapasitasnya untuk menyerap investasi baru, tetapi kebanyakan tidak pernah menguji batas-batasnya.

3) Tenaga Kerja dan Manusia SebagaiModal

Produktivitas pekerja sangat tergantung pada kemampuan mereka, jumlah kerja yang mereka bawa ketempat pemasaran, dan pengembalian ke cadangan modal manusia mereka. Investasi tersebut termasuk pendidikan sekolah formal, latihan di tempat kerja, serta perawatan dan gizi.

Intensitas usaha juga mempengaruhi ukuran dan sebaliknya dipengaruhi oleh penawaran tenaga kerja, yang sebagian bahan pokok literatur yang berkaitan dengan keterbelakangan kolonial, tampaknya kurang memberi penjelasan yang teliti mengenai negara-negara yang sekarang berpenghasilan rendah. Kesulitan dalam hal rekrutmen dan komitmen walau masih ada, tampaknya masih dapat diatasi. (Sanusi, 2014:58).

(36)

Serikat buruh mempengaruhi proses pembangunan, baik melalui peranan ekonomi maupun non-ekonomi yang mereka mainkan. Kemampuan monopoli mereka bahkan tampak lebih terbatas di negara miskin dari pada negara kaya.

4) Kesempatan Kerja dan Ditribusi Pendapatan

Walaupun pengangguran bukan sebagai satu-satunya sumber kemiskinan, namun dengan penyediaan lapangan kerja yang produktif akan banyak mengurangi kemiskinan.

Pengukuran pengangguran, pendapatan, produktivitas yang rendah, mengimbangi kekurangan lapangan kerja yang tepat, memberikan pandangan yang mendetail mengenai beberapa masalah yang paling mendesak di negara miskin. (Sanusi, 2014:60).

Penekanan mereka pada lapangan kerja dan upah diabaikannya. Bekerja sendiri dan bekerja pada keluarga yang tidak dibayar, mencerminkan adanya asal-usul mereka di negara-negara maju. Suatu tinjauan mengenai bukti kegagalan untuk membuktikan kesan populer mengenai kerusakan yang meluas pada kondisi kerja di Dunia ketiga.

Pendistribusian kembali modal manusia dan tanah tampaknya sebagai kebijakan yang sangat tepat untuk negara yang berpenghasilan rendah.

5) Perubahan Teknologi

Perubahan teknologi adalah unsur kunci untuk

meningkatkan produktivitas dan output. Kenaikan efisiensi teknis biasanya disertai dengan adanya perubahan intensitas faktor, pengurangan elastisitas yang bergantian faktor, kenaikan skala, pergeseran produk, perubahan hubungan sosial dan produksi, dan kenaikan kecepatan perubahan itu sendiri.

(37)

Penyebaran perubahan teknologi membutuhkanwaktu dan biaya, karena begitu rumitnya. Sifat teknologi tepat guna terhadap proses pembangunan berbeda menurut proses yang dikerjakan dengan teliti di negara kaya dan miskin.

6) Skala

Efisiensi produksi merupakan sebagian dari fungsi skala yang sebaliknya dibatasi oleh ukuran pasar. Makin besar skala, makin murah ongkos produknya jika terdapat perekonomian eksternal atau internal untuk perusahaan.

Disamping itu dalam pembangunan ekonomi, banyak orang memperkirakan terhalangnya kesempatan untuk ekonomi skala internal oleh karena adanya monopoli dimana input dibatasi oleh kekurang-kekurangannya yakni oleh pengetahuan, modal, keahlian, dan lain-lain. (Sanusi, 2014:61).

7) Organisasi

Organisasi proses pembangunan mencakup antara lain: fungsi kewiraswastaan, administrasi, manajemen, pengambilan resiko,serta pembaruan. Proses ini dapat dijelaskan dan dipahami berdasarkan tempat keputusan itu dibuat, tujuan para pengambil keputusan, serta kendala terhadap operasi mereka.

Buku-buku tradisional menekankan organisasi dalam banyak perusahaan swasta dan pemerintah. Yang pertama

dapat mengikuti jalur memaksimumkan keuntungan,

sedangkan pada prinsipnya, tujuan pemerintah adalah mencapai kepentingan umum secara maksimal. (Sanusi, 2014:62).

h. Sumber Dana Untuk Pembangunan 1) Tabungan Sukarela Masyarakat

Yang dimaksud dengan tabungan sukarela masyarakat adalah bagian pendapatan yang diterima masyarakat yang secara sukarela tidak digunakan untuk konsumsi. Masyarakat

(38)

menggunakan bagian pendapatan tersebut untuk beberapa tujuan: disimpan saja tanpa digunakan (boarding), ditabung di

badan-badan keuangan, dipinjamkan kepada anggota

masyarakat lainnya, digunakan untuk penanaman modal yang tidak produktif, atau digunakan untuk penanaman modal yang produktif. Berbagai macam penggunaan ini memberikan efek yang berbeda kepada usaha menciptakan pembangunan ekonomi.

2) Menaikkan Tabungan Pemerintah

Tabungan pemerintah merupakan kelebihan pendapatan pemerintah dari pajak dan sumber-sumber lainnya, setelah pendapatan itu digunakan untuk pengeluaran rutin. Pendapatan pemerintah terutama diperoleh dari pemungutan berbagai jenis pajak. Pajak penghasilan mempunyai kaitan erat dengan pendapatan per kapita. (Sukirno, 2012:303).

Makin tinggi tingkat pendapatan, makin besar tingkat penerimaan pajak. Keadaan ini tidak sukar untuk mencari sebabnya, makin tinggi pendapatan masyarakat, makin besar kesanggupan masyarakat untuk membayar pajak.

3) Sumber Pembiayaan Anggaran Belanja Defisit

Apabila suatu negara mengambil langkah kebijakan anggaran belanja defisit, maka defisit tersebut dapat dibiayai dari sumber-sumber pembiayaan berikut: (i) meminjam dari masyarakat, lembaga-lembaga keuangan di luar bank komersial (bank tabungan, perusahaan asuransi, pasar modal dan sebagainya), bank-bank komersial dan bank Sentral; dan (ii) mencetak uang dapat menimbulkan inflasi. Oleh sebab itu, pengerahan dana pembangunan yang demikian dinamakan sebagai tabungan paksa (forced saving). (Sukirno, 2012:316).

(39)

6. Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan (BAPERLITBANG)

Penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan di Kabupaten Tanah Datar Tahun

2016-2021 merupakan dokumen perencanaan yang berlandaskan

padaPeraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 6 Tahun 2016 tentang RencanaPembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tanah Datar Tahun 2016-2021. Disamping mengacu pada Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional khususnya pasal 7 (1) bahwa Renstra Perangkat Daerah memuat visi, misi tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang dimaksudkan untuk mewujudkan pelaksanaan otonomi daerah diamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh dan tanggap terhadap perubahan, (Renstra BAPERLITBANG, 2016: 1).

dengan jenjang perencanaan yaitu perencanaan jangka panjang, perencanaan jangka menengah maupun perencanaan tahunan. Untuk setiap daerah (kabupaten/kota) harus menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

Renstra BAPERLITBANG disusun sebagai rangkaian rencana tindak lanjut untuk menjadi pedoman bagi Perangkat Daerah beserta jajarannya dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi dalam rangka pencapaian visi dan misi yang telah ditetapkan serta sebagai bahan masukan dalam penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Perangkat Daerah.

(40)

Pada tahun 2017 dilakukan review terhadap RPJMD Kabupaten Tanah Datar Tahun 2016-2021 dimana hasil dari review dipandang perlu dilakukan perubahan terhadap RPJMD Kabupaten Tanah Datar Tahun 2016-2021. (Renstra BAPERLITBANG, 2016:2).

Seiring dilakukannya perubahan RPJMD Kabupaten Tanah Datar Tahun 2016-2021, maka perlu dilakukan perubahan terhadap renstra BAPERLITBANG Kabupaten Tanah Datar Tahun 2016-2021. Perubahan renstra selanjutnya dijadikan sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja BAPERLITBANG untuk tahun selanjutnya yang nantinya menjadi dasar utama penyusunan RKA (Rencana Kerja Anggaran) Baperlitbang Kabupaten Tanah Datar untuk tahun yang bersangkutan.

Dalam penyusunan renstra BAPERLITBANG Kabupaten Tanah Datar, salah satu tahap penyusunan adalah review terhadap renstra Bappenas dan Bappeda Provinsi untuk menilai keselarasan, keterpaduan, sinkronisasi dan sinergitas pencapaian sasaran dan prioritas pelaksanaan renstra BAPERLITBANG Kabupaten Tanah Datar sesuai dengan urusan yang menjadi kewenangan, tugas dan fungsi OPD. (Renstra BAPERLITBANG, 2016: 3).

Dengan keterkaitan yang sedemikian rupa dalam system perencanaan pembangunan diharapkan dapat menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar-daerah, anntar ruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara pusat dan daerah. (Renstra BAPERLITBANG, 2016:3).

7. Pemerintah Daerah

Dalam hubungan dengan pemerintah daerah, baiklah kita lihat Pasal 18 UUD 1945 dengan penjelasannya dan Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, yang pelaksanaannya diatur dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 26 Tahun 1974.

(41)

Dalam Pasal 18 UUD 1945 dikatakan bahwa ”Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemeritahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara, dan hak-hak asal usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa.”

Penjelasan Pasal Undang-Undang 1945 menerangkan bahwa karena negara Indonesia itu adalah suatu negara kesatuan, Indonesia tidak akan mempunyai daerah di dalam lingkungannya yang juga berbentuk negara. (Kansil., 2014:2).

Wilayah Indonesia dibagi menjadi daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi pula menjadi daerah yang lebih kecil. Daerah-daerah itu bersifat otonom atau bersifat administratif belaka, semuanya menurut aturan yang akan ditetapkan dengan undang-undang. Di dearah-daerah yang bersifat otonom diadakan badan perkawilan dearah-daerah, karena di daerah pun pemerintah akan bersendikan dasar permusyawaratan.

Apakah maksud Pasal 18 UUD 1945 dan penjelasannya itu? Maksudnya ialah bahwa wilayah Indonesia dibagi menjadi sejumlah daerah besar dan kecil yang bersifat otonom, yaitu daerah yang boleh mengurus rumah tangganya sendiri dan daerah administrasi, yaitu daerah yang tidak boleh berdiri sendiri. (Kansil., 2014:2).

Untuk membentuk susunan pemerintahan daerah-daerah itu, pemerintah bersama-sama DPR telah menetapkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, yang dilaksanakan dengan intruksi Menteri Dalam Negeri No. 26 Tahun 1974. Undang-Undang itu mengatur pokok-pokok penyelenggaraan pemerintah daerah otonom dan pokok-pokok penyelenggaraan pemerintah yang menjadi tugas pemerintahan pusat di daerah. Selain itu, diatur juga pokok-pokok penyelenggaraan urusan pemerintahan berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi. (Kansil., 2014:3).

(42)

Desentralisasi adalah penyerahan sebagian urusan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengatur daerahnya sendiri.

Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintahan kepada Gubernur sebagai wakil pemerintahan dan atau perangkat pusat di daerah. (Syafiie, 2016:83-84).

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Pembangunan Daerah.

Pada bagian kedua, tentang rencana pembangunan daerah dan rencana perangkat daerah terdapat dalam Pasal 11 ayat (1) yaitu rencana pembangunan daerah, terdiri atas:

1) RPJPD 2) RPJMD, dan 3) RKPD

Sedangkan Pasal 16 ayat (1) RPJPD, RPJMD dan RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) disusun dengan tahapan: a. persiapan penyusunan;

b. penyusunan rancangan awal; c. penyusunan rancangan; d. pelaksanaan Musrenbang; e. perumusan rancangan akhir; dan f. penetapan.

Pada bagian ketiga, tentang tata cara penyusunan RPJPD paragraf 1 Persiapan penyusunan RPJPD terdapat dalam Pasal 17 yaitu, persiapan penyusunan RPJPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a, meliputi:

a. penyusunan rancangan keputusan Kepala Daerah tentang pembentukan tim penyusun RPJPD;

b. orientasi mengenai RPJPD;

(43)

d. penyiapan data dan informasi perencanaan pembangunan Daerah berdasarkan SIPD.

Pada paragraf 2, tentang penyusunan rancangan awal RPJPD, Pasal 18 ayat (1) yaitu penyusunan rancangan awal RPJPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf b, dilaksanakan paling lambat 1 (satu) tahun sebelum RPJPD periode sebelumnya berakhir, ayat (2) yaitu kurun waktu RPJPD sesuai dengan kurun waktu RPJPN. Sedangkan Pasal 19 ayat (1) yaitu penyusunan rancangan awal RPJPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1), mencakup:

a. analisis gambaran umum kondisi Daerah; b. analisis permasalahan pembangunan Daerah;

c. penelaahan dokumen rencana pembangunan lainnya; d. analisis isu strategis pembangunan jangka panjang; e. perumusan visi dan misi Daerah;

f. perumusan arah kebijakan dan sasaran pokok Daerah; dan g. KLHS.

Sedangkan ayat (2) yaitu penyusunan rancangan awal RPJPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sesuai dengan kaidah dalam perumusan kebijakan pembangunan jangka panjang.

Pada paragraf 3, tentang penyusunan rancangan RPJPD Pasal 29 ayat (1) yaitu Gubernur menyempurnakan rancangan awal RPJPD Provinsi menjadi rancangan RPJPD berdasarkan saran penyempurnaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1). Pada ayat (2) yaitu Bupati/wali kota menyempurnakan rancangan awal RPJPD kabupaten/kota

menjadi rancangan RPJPD berdasarkan saran penyempurnaan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 ayat (2), dan ayat (3) yaitu

rancangan RPJPD disajikan paling sedikit dengan sistematika

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20. Sedangkan Pasal 30 yaitu BAPPEDA mengajukan rancangan RPJPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3) kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah untuk

(44)

memperoleh persetujuan untuk dibahas dalam Musrenbang RPJPD. (Permendagri nomor 86, 2017: 24)

Pada Paragraf 4, tentang pelaksanaan Musrenbang RPJPD Pasal 31 ayat (1) yaitu Musrenbang RPJPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf d, dilaksanakan untuk membahas rancangan RPJPD dalam rangka penajaman, penyelarasan, klarifikasi dan kesepakatan terhadap visi, misi, arah kebijakan dan sasaran pokok RPJPD, ayat (2) yaitu BAPPEDA melaksanakan dan mengkoordinasikan Musrenbang RPJPD, ayat (3) yaitu Musrenbang RPJPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dihadiri oleh para pemangku kepentingan, ayat (4) yaitu Musrenbang RPJPD dilaksanakan paling lambat 6 (enam) bulan sejak penyusunan rancangan awal RPJPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1), ayat (5) yaitu pimpinan DPRD atau anggota DPRD, pejabat dari kementerian/lembaga tingkat pusat atau dari unsur lain terkait, dapat diundang menjadi peserta atau narasumber dalam Musrenbang RPJPD.

Pada paragraf 4, tentang perumusan rancangan akhir RPJPD Pasal 33 ayat (1) yaitu perumusan rancangan akhir RPJPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf e merupakan proses perumusan rancangan RPJPD menjadi rancangan akhir RPJPD berdasarkan berita acara kesepakatan hasil Musrenbang RPJPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32, ayat (2) yaitu perumusan rancangan akhir RPJPD diselesaikan paling lambat 1 (satu) bulan setelah pelaksanaan Musrenbang RPJPD, ayat (3) yaitu rancangan akhir RPJPD disajikan paling sedikit dengan sistematika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20.

Pada paragraf 5, tentang penetapan RPJPD Pasal 38 ayat (1) yaitu Gubernur menetapkan rancangan Peraturan Daerah tentang RPJPD provinsi yang telah dievaluasi oleh Menteri menjadi Peraturan Daerah Provinsi tentang RPJPD provinsi paling lambat 6 (enam) bulan setelah RPJPD periode sebelumnya berakhir, ayat (2) Bupati/wali kota menetapkan Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJPD kabupaten/kota yang telah dievaluasi oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat

Referensi

Dokumen terkait

Intellectual Capital merupakan sumber daya yang dimiliki oleh suatu perusahaan, yang mana ia dapat mengubah pengetahuan dari aset tak berwujud menjadi suatu yang

Rasio likuiditas adalah rasio yang mengambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka pendek yang segera jatuh tempo (Nofrivul, 2008:9). Fungsi dari rasio

Dari beberapa uraian di atas penulis dapat menyimpulkan Pilihan ekonomi bagi penerima gadai (murtahin) di Nagari Pariangan, Kabupaten Tanah Datar adalah penerima gadai

Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aktiva, log size, penjualan, dan nilai pasar

Hal ini ditunjukkan dari hasil uji determinan R 2 pada penelitian ini di peroleh nilai determinan R 2 sebesar 0,196 yang berarti bahwa besarnya pengaruh

1) Penjualan Tunai yaitu pembeli lansung menyerahkan sejumlah uang tunai yang dicatat oleh penjual melalui register kas. 2) Pembiayaan Murabahah yaitu menjual suatu

Pemerintah pusat kembali mengeluarkan regulasi tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, melalui UU No. Berlakunya UU Pajak dan Retribusi Daerah yang baru disatu sisi

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dilapangan dapat disimpulkan bahwa Implementasi fungsi-fungsi manajemen pada Badan Usaha Milik Nagari (BUMNag)