STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA
Studi Kasus di Program Studi Pendidikan AkuntansiUniversitas Sanata Dharma, Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh: Arni Mariasiwi NIM: 061334017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
▸ Baca selengkapnya: menurut pendapat anda, bagaimana sebaiknya sikap orang tua dito ketika nilai ipa dito tertinggal dari teman-temannya? jelaskan.
(2)i
HUBUNGAN ANTARA SIKAP WIRAUSAHA
DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA DITINJAU DARI
STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA
Studi Kasus di Program Studi Pendidikan AkuntansiUniversitas Sanata Dharma, Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh: Arni Mariasiwi
061334017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Hasil karya berupa skripsi ini kupersembahkan pada.
Bapak Ngadiman dan Ibu Wantini yang tercinta
Kakakku Emmanuel Purwadi dan A. Dwi Wardani yang
terkasih
Keponakanku Gissela Putri Purdani yang terkasih
Agustinus Andri Harmoko seseorang yang kusayangi
Almamaterku
v
MOTTO
Your beliefs become your thoughts
Your thoughts become your words
Your words become your actions
Your actions become your values
Values become your destiny
(Mahatma Gandhi)
Kebahagiaan tergantung pada apa yang dapat anda
berikan,
Bukan pada apa yang yang dapat anda peroleh
Jika kita tidak mengubah diri kita sekarang, maka
yang kita dapatkan hanyalah apa yang kini sudah
viii ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA SIKAP WIRAUSAHA DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA
DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA Studi Kasus di Program Studi Pendidikan Akuntansi
Universitas Sanata Dharma
Arni Mariasiwi Universitas Sanata Dharma
2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh: (1) jenis pekerjaan orang tua; (2) tingkat pendapatan orang tua; (3) tingkat pendidikan orang tua terhadap hubungan antara sikap wirausaha dengan minat berwirausaha.
Penelitian dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma pada bulan Juli sampai Agustus 2010. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode kuesioner, dokumentasi, dan wawancara. Populasi penelitian adalah 399 mahasiswa. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 163 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel adalah
purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah model persamaan
regresi yang dikembangkan Chow.
ix ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN ENTREPRENEURSHIP ATTITUDES AND ENTREPRENEURSHIP INTEREST PERCEIVED FROM
PARENTS’ SOCIAL ECONOMY STATUS
A Case Study on Students of Accounting Education Department Sanata Dharma University
Arni Mariasiwi Sanata Dharma University
2010
This research aims to know the influence of: (1) parents’ occupation; (2) parents’ income; (3) parents’ education level towards the relationship between entrepreneurship attitude and interest of entrepreneurship.
The study was conducted at Accounting Education Sanata Dharma University in July and August 2010. The data were gathered by questionnaire method, documentation, and interview. The research population was 399 students. The number of research sample was 163 students. Samples were taken by purposive sampling technique. The data analysis technique was the model of regression equity developed by Chow..
x
KATA PENGANTAR
Puji dan rasa syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis
dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa
proses penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan tidak terlepas dari dukungan dan
dorongan dari berbagai pihak, yang telah memberikan semangat, saran, kritik,
ide, dan penghiburan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama
kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikaan, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
4. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA. selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan, memberikan kritik dan
xi
5. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah banyak
meluangkan waktu, memberikan bimbingan, memberikan kritik dan saran
untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Bapak A. Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Penguji yang telah
banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan, memberikan kritik dan
saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
7. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan
tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.
8. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah
membantu kelancaran proses belajar selama ini.
9. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan dorongan, nasehat, dan selalu
berdoa untuk penulis.
10.Mas Purwadi dan Mbak Agustin Dwi Wardani yang selalu memberikan
dukungan untuk penulisan skripsi ini.
11.Mas Agustinus Andri Harmoko yang selalu setia menemaniku, memberikan
dukungan doa, dan menyayangiku.
12.Om Agus Priyono, Tante Yuli Istuti, dan Bude Kristin yang selalu
memberikan dukungan kepada penulis untuk segera menyelesaikan kuliah ini.
13.M’ Rina, M’ Sigit, De’ Yoel, De’ Anneta, dan De’ Gissela yang memberikan
inspirasi dan memberikan warna-warni hidup penulis.
14.Herlina, Nita, Asmi, dan Mel yang menjadi sahabat terbaik dan selalu ada
xii
15.Pristi, Dety, Nita, Rara, Vivin, Ocha, dan Yoga teman-teman seperjuangan
skripsi yang senantiasa memberikan dukungan dan masukan dalam
mengerjakan skripsi.
16.Dian, Galih, Yuni, Novy, Putri, Dwi, Retno, Deta, Mela, Erlina, Inggit semua
angkatan 2006, dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu, yang telah membantu penulisan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi siapa saja yang berkepentingan terhadap skripsi ini.
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI... xiii
DAFTAR TABEL... xvii
DARTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Batasan Masalah... 5
C.Masalah Penelitian... 5
D.Tujuan Penelitian... 6
xiv BAB II KAJIAN TEORETIK
A.Tinjauan Teoritik ... 8
1. Sikap Wirausaha ... 8
2. Minat... 40
3. Status Sosial Ekonomi ... 45
B.Kerangka Berfikir... 54
1. Pengaruh Positif Jenis Pekerjaan Orang Tua terhadap Hubungan antara Sikap Wirausaha dengan Minat Berwirausaha ... 54
2. Pengaruh Positif Tingkat Pendapatan Orang Tua terhadap Hubungan antara Sikap Wirausaha dengan Minat Berwirausaha ... 55
3. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua terhadap Hubungan antara Sikap Wirausaha dengan Minat Berwirausa ... 57
C.Model Penelitian... 58
D.Hipotesis Penelitian ... 58
BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 59
B.Tempat dan Waktu Penelitian ... 59
C.Subjek dan Objek Penelitian ... 60
D.Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 60
xv
F. Teknik Pengumpulan Data ... 68
G.Teknik Pengujian Instrumen... 69
H.Teknik Analisis Data ... 73
BAB IV GAMBARAN UMUM A.Identitas ... 79
B.Sejarah Perkembangan Universitas Sanata Dharma... 79
C.Visi dan Misi Universitas Sanata Dharma... 88
D.Sejarah Program Studi Pendidikan Akuntansi ... 90
E. Visi, Misi, dan Sasaran Program Studi Pendidikan Akuntansi... 92
F. Kurikulum Program Studi Pendidikan Akuntansi... 94
G.Proses Pembelajaran Program Studi Pendidikan Akuntansi... 95
H.Sumber Daya Manusia Program Studi Pendidikan Akuntansi... 96
I. Sarana dan Prasarana Program Studi Pendidikan Akuntansi... 98
J. Beasiswa ... 98
K.Profil Lulusan ... 99
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Data ... 100
1. Deskripsi Responden ... 100
xvi
B.Analisis Data ... 104
1. Pengujian Prasyarat... 104
2. Uji Hipotesis... 106
C.Pembahasan ... 110
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN A.Kesimpulan... 121
B.Keterbatasan Penelitian ... 122
C.Saran ... 122
DAFTAR PUSTAKA
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tingkatan Pendidikan di Indonesia ... 53
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Sikap Wirausaha ... 63
Tabel 3.2 Skor Variabel Sikap Wirausaha ... 64
Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Minat Berwirausaha ... 64
Tabel 3.4 Skor Variabel Minat Berwirausaha ... 65
Tabel 3.5 Interval Skor Tingkat Pendapatan Orang Tua... 67
Tabel 3.6 Interval Skor Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 68
Tabel 3.7 Kesimpulan Hasil Uji Validitas Sikap Wirausaha ... 70
Tabel 3.8 Kesimpulan Hasil Uji Validitas Minat Berwirausaha ... 71
Tabel 3.9 Kesimpulan Hasil Uji Reliabilitas... 73
Tabel 5.1 Sikap Wirausaha... 100
Tabel 5.2 Minat Berwirausaha ... 101
Tabel 5.3 Jenis Pekerjaan Orang Tua Responden ... 102
Tabel 5.4 Tingkat Pendapatan Orang Tua Responden ... 103
Tabel 5.5 Tingkat Pendidikan Orang Tua Responden ... 104
Tabel 5.6 Hasil Pengujian Normalitas... 104
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
A. Data Sikap Wirausaha ... 126
B. Data Minat Berwirausaha... 132
C. Data Status Sosial Ekonomi Orang Tua... 138
Lampiran II
A. Kuesioner ... 141
B. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 149
Lampiran III
A. PAP Tipe II ... 152
B. Hasil Uji Normalitas Menggunakan SPSS 12... 154
C. Hasil Uji Linieritas Menggunakan SPSS 12 ... 154
Lampiran IV
A. Hasil Uji Hipotesis ... 155
Lampiran V
A. Surat Ijin Penelitian... 159
B. Data Nama Mahasiswa Pendidikan Ekonomi yang Sudah
Mengambil Mata Kuliah Kewirausahaan... 162
C. Data Nama Mahasiswa Pendidikan Akuntansi yang Sudah
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era industrialisasi membutuhkan manusia yang berkemampuan
professional di bidangnya masing-masing dalam berbagai aspek kehidupan.
Hal ini akan menimbulkan persaingan ketat terhadap dunia kerja. Salah satu
upaya untuk menghadapi industrialisasi adalah dengan berwirausaha. Ditinjau
dari segi kemandirian berwirausaha akan memberikan peluang untuk diri
sendiri dalam mencapai kesuksesan. Dari segi sosial akan memberikan
peluang kerja bagi orang lain, lingkungan, dan masyarakat.
Banyaknya mahasiswa lulusan perguruan tinggi dan terbatasnya jumlah
lapangan pekerjaan menyebabkan mahasiswa lulusan perguruan tinggi
semakin sulit mencari pekerjaan, sehingga semakin menambah jumlah
pengangguran di Indonesia. Kesempatan kerja dibanding dengan jumlah orang
yang mencari kerja lebih banyak orang yang mencari kerja, sehingga banyak
orang yang tidak mendapat kesempatan untuk bekerja. Belakangan ini juga
semakin banyak perusahaan-perusahaan yang mengurangi jumlah pekerjanya
sehingga pengangguran semakin bertambah. Hal ini dapat diatasi dengan
penciptaan lapangan kerja sendiri sesuai dengan keterampilan dan
Jumlah lulusan perguruan tinggi baik diploma maupun sarjana lebih dari
300.000 orang per tahun. Adapun jumlah mahasiswa vokasi perguruan tinggi
negeri dan swasta pada tahun 2005 sebanyak 838.795 orang, pada tahun 2006
menjadi 1.256.136 orang, dan pada tahun 2007 turun menjadi 979.374 orang.
Lapangan kerja rata-rata hanya menyerap 37 persen lulusan perguruan tinggi
dan sekitar 63 persen menganggur. Bahkan, beberapa tahun ke depan
diperkirakan daya serap itu menurun karena pengaruh resesi.
Dengan banyaknya jumlah lulusan perguruan tinggi yang tidak
memperoleh lapangan pekerjaan, mahasiswa hendaknya berani membuka
lapangan pekerjaan sendiri sesuai keterampilan yang dimiliki. Menciptakan
lapangan pekerjaan sendiri atau berwirausaha dipengaruhi oleh berbagai hal
baik dari diri sendiri atau dari lingkungan. Lingkungan pertama yang paling
berpengaruh adalah lingkungan keluarga.
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat dan mempunyai
peranan yang penting dalam prestasi anak. Setiap orang tua menjadi teladan
bagi anak-anaknya. Dengan bimbingan dan pengawasan dari orang tua maka
unsur-unsur psikologis anak dapat didayagunakan secara optimal. Unsur-unsur
psikologis adalah perhatian, pengawasan, tanggapan, fantasi, ingatan, pikiran,
intelegensi, dan bakat.
Sikap wirausaha yaitu sifat-sifat yang dimiliki seseorang yang
mempunyai kemauan keras untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidupnya.
Setiap orang mempunyai tujuan dan kebutuhan tertentu dalam hidupnya tetapi
sikap wirausaha mempunyai bayangan yang jelas tentang jalan yang harus
ditempuh untuk mencapai tujuan hidupnya. Manusia yang memiliki sikap
mental wirausaha memiliki keyakinan yang kuat atas kekuatan yang ada pada
dirinya.
Minat berwirausaha adalah ketertarikan atau keinginan seseorang untuk
berwirausaha. Minat dapat tumbuh setelah dipelajari dengan berbagai cara.
Namun, seseorang yang memiliki minat dari dalam atau bakat dari keturunan
akan lebih mudah dan lebih cepat beradaptasi dalam mengembangkan
usahanya.
Status sosial ekonomi orang tua merupakan salah satu faktor yang
mempunyai peranan terhadap minat berwirausaha pada anaknya. Status sosial
ekonomi orang tua beragam misalnya jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, dan
tingkat pendidikan. Dengan latar belakang status sosial ekonomi orang tua
yang berbeda-beda maka akan berbeda pula pengaruhnya terhadap minat
berwirausaha pada anak. Anak yang mempunyai minat berwirausaha yang
tinggi dan mendapat dukungan spiritual maupun material dari orang tuanya
akan dapat meraih sukses. Dukungan spiritual contohnya cara orang tua
memotivasi, perhatian, dan pengertian sedangkan dukungan material adalah
modal.
Bekerja merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Dalam satu keluarga orang tualah yang memegang peranan tersebut. Orang tua
bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Latar belakang pekerjaan
wirausaha dan lain sebagainya. Latar belakang pekerjaan orang tua akan
berpengaruh pada pola pikir anak dalam menentukan pekerjaan. Anak-anak
cenderung memilih cita-cita untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik
dari orang tuanya, demikian juga orang tua menginginkan anaknya mendapat
pekerjaan yang lebih baik dari dirinya. Maka latar belakang pekerjaan orang
tua berperan penting pada anak dalam menentukan pekerjaannya di masa yang
akan datang. Demikian juga dengan minat berwirausaha anak. Besar kecilnya
minat berwirausaha anak dipengaruhi latar belakang pekerjaan orang tuanya,
karena orang tua merupakan contoh teladan bagi anak-anaknya.
Pendapatan orang tua adalah seluruh pendapatan yang diperoleh orang
tua untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika pendapatan orang tua tinggi
akan membantu pembiayaan modal berwirausahan bagi anaknya. Hal
demikian akan semakin meningkatkan minat berwirausaha bagi anak.
Pendidikan orang tua adalah pendidikan formal yang ditempuh oleh
orang tua. Latar belakang pendidikan orang tua akan membantu anak dalam
memotivasi dirinya untuk terjun ke dunia kewirausahaan. Orang tua mampu
memberikan nasehat, motivasi, dan pengarahan yang tepat untuk anak.
Program Studi Pendidikan Akuntansi menyiapkan lulusannya menjadi
seorang guru tetapi selain menjadi guru mahasiswa mempunyai pilihan untuk
menjadi seorang wirausaha. Dalam Program Studi Pendidikan Akuntansi
terdapat mata kuliah Kewirausahaan. Dengan adanya mata kuliah
Kewirausahaan akan semakin menambah pengetahuan mahasiswa tentang
mahasiswa untuk berwirausaha. Dengan diajarkannya Kewirausahaan
mahasiswa setelah lulus diharapkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan
sendiri.
Alasan yang mendasari peneliti mengambil judul hubungan antara sikap
wirausaha dengan minat berwirausaha ditinjau dari status sosial ekonomi
orang tua adalah ingin mengetahui lebih lanjut mengenai seberapa besar
pengaruh status sosial ekonomi orang tua terhadap hubungan antara sikap
wirausaha dengan minat berwirausaha.
B. Batasan Masalah
Status sosial ekonomi orang tua meliputi jenis pekerjaan, tingkat pendapatan,
tingkat pendidikan, usia, dan jabatan. Status sosial ekonomi orang tua yang
dibahas dalam penelitian ini adalah jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, dan
tingkat pendidikan orang tua. Adapun alasan penulis, karena ketiga faktor
tersebut memberikan pengaruh yang dominan dan berhubungan langsung
dengan minat berwirausaha mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi.
C. Masalah Penelitian
1. Apakah ada pengaruh positif jenis pekerjaan orang tua terhadap hubungan
antara sikap wirausaha dengan minat berwirausaha?
2. Apakah ada pengaruh positif tingkat pendapatan orang tua terhadap
3. Apakah ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap hubungan
antara sikap wirausaha dengan minat berwirausaha?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh positif jenis pekerjaan orang tua terhadap
hubungan antara sikap wirausaha dengan minat berwirausaha.
2. Untuk mengetahui pengaruh positif tingkat pendapatan orang tua terhadap
hubungan antara sikap wirausaha dengan minat berwirausaha.
3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap
hubungan antara sikap wirausaha dengan minat berwirausaha.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari adanya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan referensi
tentang Kewirausahaan.
2. Bagi Dosen
Hasil penelitian ini dapat digunakan dosen untuk mendorong mahasiswa
dalam perkuliahan Kewirausahaan agar dapat menciptakan lapangan
3. Bagi mahasiswa
Hasil penelitian ini hendaknya dapat digunakan untuk mempertimbangkan
agar mahasiswa mau membuka lapangan pekerjaan sendiri dan dapat
mengurangi jumlah pengangguran.
4. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan wawasan
yang luas, sehingga peneliti dapat lebih mengembangkan ilmu-ilmu
Kewirausahaan yang diperoleh di perkuliahan untuk dipraktikkan dalam
8 BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Tinjauan Teoritis 1. Sikap wirausaha
a. Pengertian Sikap
Definisi sikap, menurut Fishbein dalam Ali (2005:141), adalah
predisposisi emosional yang dipelajari untuk merespon secara konsisten
terhadap suatu objek. Sikap merupakan variabel laten yang mendasari,
mengarahkan, dan mempengaruhi perilaku. Sikap tidak identik dengan
respon dalam bentuk perilaku, tidak dapat diamati secara langsung
tetapi dapat disimpulkan dari konsistensi perilaku yang diamati.
Menurut Horocks dalam Ali (2005: 141) secara operasional, sikap
dapat diekspresikan dalam bentuk kata-kata atau tindakan yang
merupakan respon reaksi dari sikapnya terhadap objek, baik berupa
orang, peristiwa, atau situasi.
Menurut Chaplin dalam Ali (2005: 141), mendefinisikan sikap
sebagai predisposisi atau kecenderungan yang relatif stabil dan
berlangsung terus menerus untuk bertingkah laku dan bereaksi dengan
cara tertentu terhadap orang lain, objek, lembaga, atau persoalan
tertentu. Pengertian sikap menurut Ali (2005:142), adalah salah satu
aspek psikologi individu yang sangat penting karena sikap merupakan
kecenderungan untuk berperilaku sehingga akan banyak mewarnai
Definisi sikap menurut Spencer dalam Ali (2005:143) adalah status
mental seseorang, sikap dapat diekspresikan dengan berbagai cara,
dengan kata-kata yang berbeda dan tingkat intensitas yang berbeda.
b. Menurut Ali (2005:144), komponen dalam sikap dapat dijabarkan lagi sebagai berikut:
1) Komponen kognitif, berhubungan dengan: belief (kepercayaan atau
keyakinan), ide, dan konsep.
2) Komponen afektif, yang berhubungan dengan kehidupan emosional
seseorang.
3) Komponen konatif, yang merupakan kecenderungan bertingkah
laku.
c. Pengertian Kewirausahaan
Kewirausahaan, menurut Peter F. Drucker dalam Suryana
(2006:14), adalah memampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi
tercapainya peluang. Banyak orang, baik pengusaha maupun non
pengusaha meraih sukses karena memiliki kemampuan berfikir kreatif
dan inovatif. Kreatif adalah kemampuan mengembangkan ide dan
cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan peluang,
sedangkan inovatif adalah kemampuan menerapkan kreativitas dalam
rangka memecahkan masalah dan menemukan peluang.
Menurut Thomas W. Zimmerer dalam Suryana (2006:10),
nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan
hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin
dihadapi.
Kewirausahaan, Menurut Suryana (2006:13), adalah proses
penciptaan sesuatu yang berbeda untuk menghasilkan nilai dengan
mencurahkan waktu dan usaha, diikuti penggunaan uang, fisik , resiko,
dan kemudian menghasilkan balas jasa berupa uang serta kepuasan dan
kebebasan pribadi.
Menurut Soeharto wirakusumo dalam Suryana (2006:13),
kewirausahaan merupakan nilai yang diperlukan untuk memulai suatu
usaha atau proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan berbeda.
Kewirausahaan, menurut Soeparman Soemahamidjaja dalam
Suryana (2006:14), berasal dari istilah entrepreneur yang artinya suatu
kemampuan dalam berfikir kreatif dan berperilaku inovatif yang
dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak tujuan, kiat, dan proses
dalam menghadapi tantangan hidup.
d. Pengertian wirausaha
Wirausaha adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam
menggunakan dan mengkombinasikan sumber daya seperti keuangan,
material, tenaga kerja, keterampilan untuk menghasilkan produk, proses
produksi, bisnis, dan organisasi baru menurut Marzuki Usman dalam
Wirausaha, menurut Prawirokusumo dalam Suryana (2006:15),
adalah mereka yang melakukan usaha-usaha kreatif dan inovatif dengan
jalan mengembangkan ide dan meramu sumber daya untuk menemukan
peluang dan perbaikan hidup.
Wirausaha adalah orang yang mampu melakukan koordinasi,
organisasi, dan pengawasan. Seorang wirausaha adalah orang yang
memiliki pengetahuan yang luas tentang lingkungan dan membuat
keputusan-keputusan tentang lingkungan usaha, mengelola sejumlah
modal dan menghadapi kepastian untuk meraih keuntungan
(http://tumoutou.net/702_05123/tjahja_m.html).
Menurut Argene dalam Suryana (2006:15), wirausaha adalah
seseorang yang berani mengambil resiko dengan menyatukan berbagai
fungsi produksi, termasuk modal, bahan baku, tenaga kerja, dan
menerima imbalan dalam bentuk laba dari nilai pasar yang
dihasilkannya. Ide kreatif wirausaha diawali dengan proses peniruan,
kemudian berkembang menjadi proses pengembangan, dan berujung
pada proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda. Tahap inovasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari pribadi
maupun lingkungan. Faktor pribadi yang memicu kewirausahaan adalah
motif berprestasi, komitmen, nilai-nilai pibadi, pendidikan, dan
e. Sikap wirausaha
Sikap wirausaha adalah predisposisi atau kecenderungan yang
relatif stabil dan berlangsung terus menerus untuk bertingkah laku dan
bereaksi dengan cara tertentu terhadap bidang kewirausahaan.
Seorang wirausaha harus memiliki jiwa-jiwa kewirausahaan
dalam semangatnya, sikap perilakunya, dan kemampuan yang cukup
untuk dapat memulai, memiliki, dan mengelola perusahaan.
Karakteristik Wirausaha:
Seorang wirausaha adalah pribadi yang mandiri dalam mengejar
prestasi, ia berani mengambil resiko untuk mulai mengelola bisnis demi
mendapatkan laba.
Menurut David Mc. Clelland dalam Mudjiarto (2006:3-4), ada 9
karakteristik utama yang terdapat dalam diri seorang wirausaha yaitu
sebagai berikut:
1) Dorongan berprestasi: semua wirausahawan yang berhasil memiliki
keinginan besar untuk mencapai suatu prestasi.
2) Bekerja keras: sebagian wirausahawan ”mabuk kerja”, demi
mencapai sasaran yang ingin dicita-citakan.
3) Memperhatikan kualitas: wirausahawan menangani dan mengawasi
sendiri bisnisnya sampai mandiri, sebelum ia mulai dengan usaha
baru lagi.
4) Sangat bertanggung jawab: wirausahawan sangat bertanggung jawab
5) Berorientasi pada imbalan: wirausahawan mau berprestasi, kerja
keras, bertanggung jawab, dan mereka mengharapkan imbalan yang
sepadan dengan usahanya.
6) Optimis: wirausahawan hidup dengan doktrin semua waktu baik
untuk bisnis, dan segala sesuatu mungkin.
7) Berorientasi pada hasil karya yang baik: wirausahawan ingin
mencapai sukses yang menonjol dan menuntut segala yang ”first
class”.
8) Mampu mengorganisasikan: kebanyakan wirausahawan mampu
memadukan bagian-bagian dari usahanya. Mereka umumnya diakui
sebagai ”komandan” yang berhasil.
9) Berorientasi pada uang: uang yang dikejar oleh para wirausahawan
tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan
pengembangan usaha saja, tetapi juga dilihat sebagai ukuran prestasi
kerja dan keberhasilan.
Geoffrey G. Marideth dalam Mudjiarto (2006:4-5), mengemukakan
ciri-ciri dan watak kewirausahaan yaitu sebagai berikut:
1) Percaya diri
Watak: keyakinan, ketidaktergantungan, dan optimis.
2) Berorientasi pada tugas dan hasil
Watak: kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi pada laba,
3) Pengambilan resiko
Watak: kemampuan untuk mengambil resiko yang wajar dan suka
tantangan.
4) Kepemimpinan
Watak: perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain,
menanggapi saran dan kritik.
5) Keorsinilan
Watak: inovatif dan kreatif serta fleksibel.
6) Berorientasi ke masa depan
Watak: pandangan ke depan dan perspektif.
M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer dalam Mudjiarto
(2006:5-6), mengemukakan delapan karakteristik wirausaha, yang meliputi:
1) Desire for responsibility
Yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang
dilakukannya. Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan
selalu mawas diri.
2) Preference for moderate risk
Yaitu lebih memilih risiko yang moderat, artinya ia selalu
menghindari risiko yang rendah dan menghindari risiko yang tinggi.
3) Confidence in their ability to success
Yaitu percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil.
4) Desire for immediate feedback
5) High level of energy
Yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan
keinginannya demi masa depan yang lebih baik.
6) Future orientation
Yaitu berorientasi ke masa depan, perspektif, dan berwawasan jauh
ke depan.
7) Skill at organizing
Yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya
untuk menciptakan nilai tambah.
8) Value of achievement over money
Yaitu selalu menilai prestasi dengan uang.
Menurut Argene (2005:3-8), mengemukakan bahwa seorang pengusaha
seharusnya memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1) Confidence: percaya diri
Percaya diri adalah langkah paling awal menjadi pengusaha karena
dengan percaya diri dapat memprioritaskan diri untuk bisa/sanggup
dalam menjalani setiap usaha-usaha tanpa merasa malu untuk
memulainya dari kecil (awal).
2) Energi: semangat/tenaga/kekuatan
Sebuah kekuatan akan begitu dahsyat apabila terus dipacu dan
digerakkan dengan kemauan yang ada. Pengetahuan dan wawasan
3) Ability to take calculated risk: mengkalkulasi risiko
Kecermatan, ketelitian, kehati-hatian merupakan sikap yang harus
dimiliki seorang wirausahawan. Penggabungan dari semua ini
adalah memfokuskan kepada dampak yang akan terjadi setelah
usaha dijalankan. Seorang wirausaha harus mampu dan bisa
mengkalkulasi kesemuanya itu. Jangan ceroboh dalam mengambil
sikap, menggampangkan apalagi menyepelekannya, ini akan
membuat kesalahan yang fatal bagi kemajuan usaha.
4) Dinamism: melakukan perubahan/cara dalam penentuan lokasi
usaha
Ini bisa dikatakan bahwa seorang wirausaha harus dapat melihat dan
memilih tempat-tempat yang strategis untuk usaha yang akan
dijalankan sehingga dapat memperoleh kemajuan yang pesat. Perlu
diingat di sini wirausahawan dituntut lebih analis dalam melihat
situasi yang terjadi di dalam usaha.
5) Leadership: mempunyai sifat memimpin
Sifat kepemimpinan selalu terpancar dalam diri seseorang. Karena
setiap orang dituntut untuk dapat memimpin dirinya sendiri. Dari
situ dapat dikatakan apabila di dalam dirinya mempunyai sifat
kepemimpinan yang besar, ia akan menjadi orang hebat. Oleh
karena itu, tanamkan pada diri Anda ”saya harus dapat menjadi
6) Optimism: optimis
Sikap positif inilah yang harus dimiliki oleh para wirausahawan.
Mereka yang menanamkan sikap ini seakan-akan mempunyai
gambaran keberhasilan yang akan diperolehnya. Lain halnya dengan
kebalikan dalam sikap ini yaitu pesimis, sikap ini tak hanya akan
merugikan kita bahkan akan menjatuhkan mental kita dalam
menjalani roda usaha.
7) Need to achieve: kemampuan untuk mencapai target
Target merupakan penyokong sebuah usaha karena dengan target,
kita dapat menentukan proyeksi keuntungan dengan jelas. Jika anda
membuka usaha pasti mempunyai target-target yang harus dilakukan
setiap bulannya.
8) Creativity: kreatif
Pencipta, mempunyai imajiner dan pembaharuan, ini adalah suatu
gambaran yang dapat diberikan oleh para pengusaha/wirausahawan
yang merubah keadaan, dari yang tidak ada menjadi ada dan nyata,
serta dapat dipakai untuk kehidupan sehari-hari.
9) Flexibility: fleksibel
Usahawan yang fleksibel dapat memanfaatkan keadaan dan situasi
yang ada, selalu mencari jalan untuk mengisi kebutuhan-kebutuhan
yang ada dengan melihat apa yang saat ini digemari atau dibutuhkan
10)Responbility: rasa tanggung jawab
Setiap pekerjaan mempunyai dampak yang akan terjadi. Tanggung
jawab yang besar dapat membantu anda dalam menghadapi masalah.
Mereka yang mempunyai tanggung jawab lebih mengutamakan
keberhasilan daripada ketidakberhasilan dalam memecahkan
kejadian-kejadian.
11)Independence: merdeka/berdiri sendiri
Mandiri atau tidak mengandalkan orang lain adalah sikap yang harus
dimiliki oleh para pengusaha. Biasanya orang melihat dari cara dan
bagaimana ia menjalankan usahanya, setelah itu dipelajari secara
benar-benar, dan apabila ada kesempatan, lalu membuka sendiri
lapangan pekerjaan (berwiraswasta sendiri).
12)Initiative: inisiatif
Sifat akhir dari seorang pengusaha adalah inisiatif, strategi ini yang
diberikan kepada para leader-leader dalam mengungkapkan
gagasan-gagasan tentang cara menggunakan inisiatif kita.
Menurut Machfoedz (2005:10-12), mengemukakan bahwa ciri seorang
wirausahawan ditunjukkan dengan profil pribadi sebagai berikut:
1) Mengejar prestasi
Wirausahawan bercirikan senantiasa menginginkan prestasi prima.
Untuk itu mereka lebih memilih bekerja dengan pakar ketika
menghadapi problema dan cenderung untuk berfikir cermat serta
2) Berani mengambil resiko
Wirausahawan tidak takut menjalani pekerjaan yang disertai risiko
dengan memperhitungkan besar kecilnya risiko. Dalam setiap
kesempatan wirausahawan senantiasa menghindari risiko tinggi.
Mereka menyadari bahwa prestasi yang lebih besar hanya mungkin
dicapai jika mereka bersedia menerima risiko sebagai konsekuensi
terwujudnya tujuan.
3) Mampu memecahkan permasalahan
Wirausahawan adalah orang yang memiliki kepemimpinan yang
tumbuh secara alami, pada umumnya lebih cepat
mengidentifikasikan permasalahan yang perlu diatasi. Jika mereka
mengetahui bahwa solusi yang mereka lakukan kurang tepat
berdasarkan alasan-alasan yang sahih, mereka dengan segera
memberikan alternatif pendekatan pencegahan permasalahan.
4) Rendah hati
Wirausahawan mendapatkan kepuasan dalam lambang-lambang
keberhasilan yang di luar dirinya. Mereka senang usaha yang
mereka bangun dipuji orang, namun mereka menolak apabila pujian
ditujukan kepada diri mereka. Itulah alasan mengapa kita sering
menjumpai wirausaha yang meskipun sukses dalam bisnis, tetapi
tampil bersahaja, misalnya berkendaraan mobil yang tidak tergolong
5) Bersemangat
Wirausahawan secara fisik senantiasa tampil lincah dan berbadan
sehat. Mereka mampu bekerja melebihi jam rata-rata yang dilakukan
orang lain ketika meritis usaha. Untuk itu mereka selalu berupaya
menjaga stamina.
6) Memiliki rasa percaya diri
Wirausahawan adalah orang yang memiliki rasa percaya diri yang
sangat tinggi dan tidak meragukan kecakapan serta kemampuannya.
Mereka berfikir bahwa tindakan mereka akan mampu mengubah
kejadian dan percaya bahwa mereka adalah pemimpin bagi diri
mereka sendiri. Mereka melawan pendapat yang mengatakan bahwa
kejadian lain dapat mempengaruhi dorongan untuk mencapai
prestasi dan kesuksesan.
7) Menghindari sifat cengeng
Wirausahawan senantiasa menghindari sifat cengeng dalam
membentuk pribadi mandiri sehingga sering kali mengalami
kesulitan dalam membentuk ikatan emosional yang kental dengan
konsekuensi kurang terjalinnya hubungan akrab dengan kawan atau
anggota keluarga. Karena tidak mudahnya terjalin hubungan yang
akrab, sering kali mereka lebih mengutamakan pekerjaan.
8) Mencari kepuasan diri
Karena wirausahawan termotivasi oleh kebutuhan untuk
terhadap struktur organisasi. Mereka mengabaikan aktivitas
manajemen organisasi tradisional sehingga pada umumnya mereka
mengalami kesulitan dengan waktu kerja apabila bekerja untuk
suatu perusahaan besar.
Menurut Sanusi dalam Suryana (2006:28-29), ada beberapa
kecenderungan profil pribadi wirausaha yang dapat diangkat dari
kegiatan sehari-hari, diantaranya:
1) Tidak menyenangi lagi hal-hal yang sudah terbiasa/tetap/sudah
diatur dan jelas.
2) Suka memandang keluar, berorientasi pada aspek-aspek yang lebih
luas dari persoalan yang dihadapi untuk memperoleh peluang baru.
3) Semakin berani, karena merasa perlu untuk menunjukkan sikap
kemandirian atau prakarsa atas nama sendiri.
4) Suka berimajinasi dan mencoba menyatakan daya kreativitas serta
memperkenalkan hasil-hasilnya kepada pihak lain.
5) Karena sendiri, maka ada keinginan berbeda atau maju, dan toleransi
terhadap perbedaan pihak lain.
6) Menyatakan suatu prakarsa setelah gagasan awalnya diterima dan
dikembangkan, serta dapat dipertanggungjawabkan dari beberapa
sudut. Prakarsa dianggap tidak final, bahkan terbuka untuk
modifikasi dan perubahan.
7) Dengan kerja keras dan kemajuan tahap demi tahap tercapai, timbul
8) Sikap dan perilaku kewirausahaan di atas kemudian dikombinasikan
dengan keterampilan manajemen usaha dalam bentuk perencanaan
dan pengembangan produk, penetrasi/pengembangan pasar,
organisasi dan komunikasi perusahaan, keuangan, dan lain-lain.
9) Meskipun asasnya bekerja keras, cermat, dan sungguh-sungguh,
namun aspek risiko tidak bisa dilepaskan sampai batas yang dapat
diterima.
10)Dengan risiko tersebut, dibulatkanlah tekad, komitmen, dan
kekukuhan hati terhadap alternatif yang dipilih.
11)Berhubung yang dituju ada kemajuan yang terus menerus, maka
ruang lingkup memandangpun jauh dan berdaya juang tinggi, karena
sukses tidak datang tanpa dasar atau tiba-tiba.
12)Adanya perluasan pasar dan persaingan dengan pihak lain sehingga
mendorong kemajuan keras untuk membuat perencanaan, usaha, dan
hasil yang lebih baik, bahkan terbaik dan berbeda.
13)Sikap hati-hati dan cermat mendorong kesiapan bekerja sama
dengan pihak lain yang sama-sama mencari kemajuan dan
keuntungan. Akan tetapi, wirausaha harus memiliki kesiapan yang
matang untuk bersaing.
14)Ujian, godaan, hambatan, dan hal-hal yang tidak terduga dianggap
15)memiliki toleransi terhadap kesalahan operasional atau penilaian.
Ada introspeksi dan kesediaan, serta sikap responsif dan arif
terhadap umpan balik, kritik, dan saran.
16)Memiliki kemampuan intensif dan seimbang dalam memperhatikan
dan menyimak informasi dari pihak lain dengan meletakkan posisi
dan sikap sendiri, dan mengendalikan diri sendiri terhadap suatu
persoalan yang dianggap belum jelas.
17)Menjaga dan memajukan nilai dan perilaku yang telah menjadi
keyakinan diri, integritas pribadi yang mengandung citra dan harga
diri, selalu bersikap adil, dan sangat menjaga kepercayaan yang
telah diberikan orang lain.
Menurut Kasmir (2009:24-26), sikap dan perilaku yang harus dijalankan
oleh seorang wirausaha dan seluruh karyawan adalah sebagai berikut:
1) Jujur dalam bertindak dan bersikap
Sikap jujur merupakan modal utama seorang wirausaha dalam
melayani pelanggan. Kejujuran dalam berkata-kata, berbicara,
bersikap, maupun bertindak akan menumbuhkan kepercayaan
pelanggan atas layanan yang diberikan.
2) Rajin, tepat waktu, dan tidak pemalas
Seorang wirausaha dituntut untuk rajin dan tepat waktu dalam
bekerja terutama dalam melayani pelanggan. Di samping itu,
wirausaha juga dituntut untuk cekatan dalam bekerja, pantang
3) Selalu murah senyum
Dalam menghadapi pelanggan atau tamu, seorang wirausaha harus
selalu murah senyum. Jangan sekali-kali bersikap murung atau
cemberut. Dengan senyum kita mampu meruntuhkan hati pelanggan
untuk menyukai produk atau perusahaan kita.
4) Lemah lembut dan ramah tamah
Dalam bersikap dan berbicara pada saat melayani pelanggan atau
tamu hendaknya dengan suara yang lemah lembut dan sikap yang
ramah-tamah. Sikap seperti ini dapat menarik minat tamu dan
membuat pelanggan betah berhubungan dengan perusahaan.
5) Sopan santun dan hormat
Dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan hendaknya selalu
bersikap sopan dan hormat. Dengan demikian, pelanggan juga akan
menghormati pelayanan yang diberikan.
6) Selalu ceria dan pandai bergaul
Sikap selalu ceria yang ditunjukkan dapat mencurahkan kekakuan
yang ada. Sementara itu, sikap pandai bergaul juga akan
menyebabkan pelanggan merasa cepat akrab dan merasa seperti
teman lama sehingga segala sesuatu berjalan lancar.
7) Fleksibel dan suka menolong pelanggan
Dalam menghadapi pelanggan, wirausaha harus dapat memberikan
pengertian dan mau mengalah kepada pelanggan. Segala sesuatu
fleksibel. Tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan asalkan
mengikuti peraturan yang berlaku. Wirausaha juga diharapkan suka
menolong pelanggan yang mengalami kesulitan sampai menemukan
jalan keluarnya.
8) Serius dan memiliki rasa tanggung jawab
Dalam melayani pelanggan, wirausaha harus serius dan
sungguh-singguh. Wirausaha harus tabah dalam menghadapi pelanggan yang
sulit berkomunikasi atau suka ngeyel. Selain serius, wirausaha juga
harus mampu bertanggung jawab terhadap pekerjaannya sampai
pelanggan merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan.
Menurut Faisol dalam Mudjiarto (2006:28-37), mengemukakan ciri-ciri
sikap seorang wirausaha sebagai berikut:
1) Berani mengambil resiko
Seorang wirausaha bila memiliki atau dipercayakan untuk
mengelola uang ia tidak suka yang aman atau kecil sekali risikonya.
Dalam hal ini ia berani mengambil risiko keuangan dalam bentuk
kerugian yang mungkin dideritanya yang telah masuk dalam
perhitungannya. Tetapi dalam kalkulasinya ia akan lebih banyak
memperhitungkan kalkulasi kegagalan. Dengan demikian seorang
wirausaha tidak akan menempatkan atau menginvestasikan dananya
pada suatu kegiatan usaha yang mengandung risiko kegagalan yang
Singkatnya seorang wirausaha tidak menyukai suatu yang
hasilnya sudah pasti dan mudah dicapai, seperti menabung uangnya
atau kegiatan mengandung risiko rendah. Namun demikian juga
seorang wirausaha tidak menyukai kegiatan dengan kemungkinan
gagal dalam usahanya lebih besar daripada berhasilnya. Wirausaha
adalah orang yang berani mengambil resiko wajar yang sudah
diperhitungkan, ia optimis akan berhasil, tapi bukan pasti berhasil
atau gagal.
2) Kreatif dan inovatif
Seorang wirausaha sejati tidak menyukai pekerjaan yang
mendatar atau bersifat rutin. Ia lebih suka melakukan
penyempurnaan dari apa yang sudah ada sebelumnya, senang
menemukan, dan mengusahakan sesuatu yang belum pernah dibuat
orang sebelumya. Ia senang memikirkan dan menciptakan hal-hal
yang baru. Biasanya, dalam usaha tidak mau ikut-ikutan, ia lebih
menyukai penemuan baru dan daya ciptanya.
Kalaupun ia membuat produk atau membuka jenis usaha yang
sama dengan orang lain, tapi bukan karena ikut-ikutan, itu karena ia
melihat peluangnya masih besar. Ia akan melakukan modifikasi,
pengembangan penyempurnaan-penyempurnaan agar lebih menarik
konsumen. Ia juga tidak mudah puas dengan yang telah dicapai,
selalu ada ide atau gagasannya untuk mengembangkan yang telah
3) Mempunyai Visi
Wirausaha sukses adalah orang yang visioner, yang memiliki
bayangan atau gambaran masa depan yang akan dicapai. Ia mampu
membuat gambaran tentang wujud masa depan yang akan diraih.
Berdasarkan visi yang ditetapkan, ia mampu menyusun rencana dan
strategi untuk meraihnya. Dan dengan tekun melaksanakannya
secara konsisten, meskipun banyak rintangan, kesulitan dan
hambatan ataupun orang lain meragukan.
4) Mempunyai tujuan yang berkelanjutan
Sebagai bagian dari upaya mencapai harapan masa depan atau
visinya, seorang wirausaha sukses mampu merumuskan tujuan yang
jelas, menantang namun realitas. Baik tujuan jangka panjang,
menengah maupun jangka pendek. Ia juga mampu untuk senantiasa
melakukan evaluasi dan penyesuaian-penyesuaian tujuan yang telah
dirumuskan, untuk memastikan bahwa tujuan tersebut konsisten
dengan visi pribadi dan perusahaan yang berkembang. Seorang
wirausaha sukses tidak hanya puas terhadap pencapaian tujuan, lebih
dari itu ia senantiasa membuat tujuan baru yang lebih menantang.
5) Percaya diri
Wirausaha yang sukses mempunyai rasa percaya diri yang
kuat. Ia optimis bahwa apa yang dilakukan akan berhasil sesuai
dengan harapannya, walaupun banyak orang yang meragukan.
bahwa apa yang dilakukan merupakan sesuatu yang tepat sehingga
tanpa ragu berani mewujudkannya dan yakin pada saatnya akan
sukses. Ia merasa yakin bahwa dirinya mampu memenangkan
persaingan dengan cara sehat.
Sebagai orang yang kuat rasa percaya dirinya, setiap
wirausaha yang menemui kegagalan akan mengoreksi kesalahan
dirinya, tidak mencari kambing hitam atau menyalahkan nasib. Ia
akan melihat apa kesalahan dalam dirinya. Ia akan membandingkan
dirinya dengan orang lain yang lebih maju, kemudian ia
memperbaiki kekurangan-kekurangannya. Ia yakin bahwa dengan
memperbaiki diri persoalan akan dapat diatasi.
6) Mandiri
Seorang wirausaha adalah orang mandiri, tidak mau hidupnya
tergantung orang lain. Ia mempunyai keinginan yang kuat untuk
menjadi pemimpin atau ”boss” minimal bagi diri sendiri, terbebas
dari perintah atau kontrol orang lain. Ia mampu melaksanakan
pekerjaan secara disiplin dalam kondisi kerja yang terisolasi. Dan
memiliki kemampuan mengorganisasi aktivitas untuk mencapai
tujuan pribadi dan usahanya.
Ia juga pantang diberi pertolongan orang lain, kecuali kalau
memang benar-benar sudah tidak mampu untuk berbuat. Kalaupun
minta tolong, maka pertolongan yang diperolehnya akan dianggap
7) Aktif, energik, menghargai waktu
Seorang wirausaha sejati biasanya tidak mau diam dan tidak mudah
puas dengan yang sudah ada. Apabila sedang menjalankan
usahanya, ia tidak puas kalau tidak menggunakan waktu
sebaik-baiknya. Ia bekerja kalau perlu sampai 24 jam sehari dalam rangka
mencapai prestasi usahanya. Waktu sangat penting dan berharga
bagi dirinya. Setiap waktu berarti untuk kepentingan usahanya,
memikirkan, merencanakan, mempelajari data, membuat laporan,
melakukan negosiasi bisnis, membuat kontrak dan seterusnya.
Seorang wirausaha sukses nampak dikejar sesuatu, dan waktu terasa
terlalu singkat untuk menyelesaikan segalanya. Waktu baginya
sangat berharga. Dalam pandangannya, orang yang menyia-nyiakan
waktu adalah orang yang merugi.
8) Memiliki kosep diri positif
Wirausaha sejati adalah orang yang memiliki konsep diri
positif. Ia adalah orang yang terbuka terhadap kritik, karena kritik
sangat berguna bagi diri atau usahanya. Berbeda dengan orang yang
memiliki konsep diri negatif, akan sangat peka terhadap kritik, orang
ini mudah tersinggung bahkan marah jika dikritik, karena kritik
dianggap menjatuhkan harga diri.
Wirausaha sejati juga tidak bangga terhadap pujian.
Keberhasilan adalah sesuatu yang wajar sebagai hasil kerja keras
senang bila dipuji namun ia sadar bahwa keberhasilannya bukan
sepenuhnya karena dirinya tetapi berkat dukungan kerjasama dengan
orang lain. Sebaliknya orang yang mempunyai konsep diri negatif
sangat senang terhadap pujian dan suka membanggakan diri dan
keluarganya.
Ciri lain orang yang mempunyai konsep diri positif adalah
sanggup mengungkapkan penghargaan dan pengakuan atas
kelebihan orang lain. Ia mampu melahirkan kenyamanan, keakraban
dan kehangatan dalam persahabatan. Ia tidak serta merta atau
dengan mudah menilai negatif orang lain.
9) Berfikir positif
Berfikir positif bagian dari sikap hidup sehari-hari seorang
wirausaha berhasil. Ia senantiasa membiasakan diri bersikap dan
berperilaku positif terhadap konsumen, karyawan, pesaing, mitra
bisnis, serta kegagalan yang pernah menimpanya.
Wirausaha sukses selalu menempatkan konsumen dengan cara
pandang positif. Konsumen ibarat raja yang harus dilayani untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Ia berusaha untuk selalu
memuaskan konsumen dengan memberikan produk dan pelayanan
terbaik. Ia sadar betul bahwa konsumen yang puas akan kembali
membeli, dan konsumen yang kecewa akan lari bahkan
menceritakan kekecewaannya kepada orang lain. Wirausaha yang
Wirausaha tidak senang ketika menemui kegagalan, namun
seorang wirausaha sejati tidak akan berlama-lama larut dalam
kesedihan. Ia tidak berprasangka negatif terhadap pihak lain, tetapi
akan merenung mencari penyebabnya, melakukan introspeksi, apa
kekurangan-kekurangan dalam dirinya dan usahanya sehingga gagal.
Ia mengambil hikmah dari sebuah kegagalan untuk menemukan
kekuatan-kekuatan baru agar bisa meraih kesuksesan kembali.
Kegagalan dipandangnya sebagai sukses yang tertunda, dirinya
meyakini akan menemui kesuksesan di penghujung kegagalan.
10)Bertanggung jawab secara pribadi
Seorang wirausaha sejati, apabila kurang atau belum berhasil
mencapai tujuan usahanya, maka ia tidak begitu mudah
menyalahkan faktor-faktor diluar dirinya, seperti orang lain yang
bersalah, mesin atau peralatan yang kurang baik, persaingan yang
tidak sehat, krisis ekonomi, kebijakan pemerintah yang kaku dan
sebagainya. Sebaliknya ia akan lebih melihat kekurang berhasilan isi
dari sisi kekurang mampuan dirinya menyesuaikan terhadap
perkembangan yang terjadi dan mengatasi masalah yang dihadapi. Ia
akan konsisten bertanggung jawab ketika keputusan-keputusan yang
telah diambilnya ternyata kurang tepat. Sekali berani mengambil
11)Selalu belajar dan menggunakan umpan balik
Apabila menghadapi suatu kepahitan dalam usahanya, seorang
wirausaha sejati tidak mudah begitu saja meloncat ke usaha lain
yang sama sekali berbeda. Ia akan berusaha mengumpulkan
informasi dan mempelajari faktor-faktor apa saja dari dalam diri dan
dari luar diri yang menyebabkan kegagalannya. Selama faktor-faktor
tadi masih dapat diatasinya baik sendiri maupun dengan bantuan
orang lain, maka ia akan melanjutkan usahanya dengan
penyesuaian-penyesuaian baru. Ia senang mempelajari apa saja yang
menyebabkan dirinya berhasil atau gagal, dari waktu ke waktu dan
hasilnya dapat dipergunakan untuk lebih menyempurnakan usaha
selanjutnya.
Wirausaha sukses umumnya adalah orang yang menyadari
akan kelemahan dirinya dan mau selalu belajar untuk memperbaiki.
Belajar merupakan kebutuhannya, baik melalui bahan bacaan seperti
buku, majalah, koran, kursus untuk menambah pengetahuan,
wawasan atau keterampilan. Dan terutama belajar dari pengalaman
hidup sehari-hari dalam menjalankan bisnisnya.
Menurut Suryana (2006:30) ciri-ciri kewirausahaan yaitu:
1) Memiliki motif berprestasi tinggi
Seorang wirausaha selalu berprinsip bahwa apa yang dilakukan
merupakan usaha optimal untuk menghasilkan nilai maksimal.
sekalipun hal tersebut dapat dilakukan oleh orang lain. Nilai prestasi
merupakan hal yang justru membedakan antara hasil karyanya
sebagai seorang wirausaha dengan orang lain yang tidak memiliki
jiwa kewirausahaan. Dorongan untuk selalu berprestasi tinggi harus
ada dalam diri seorang wirausaha, karena dapat membentuk mental
yang ada pada diri mereka untuk selalu lebih unggul dan
mengerjakan segala sesuatu melebihi standar yang ada.
2) Memiliki perspektif ke depan
Sukses adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan. Setiap mencapai
target, sasaran, atau impian, maka segeralah membuat
impian-impian baru yang dapat memacu serta memberi semangat dan
antusiasme kepada kita untuk mencapainya. Biasakan untuk
memiliki target harian, bulanan, maupun tahunan, baik berupa
peningkatan prestasi belajar, peningkatan omset usaha, tingkat
keuntungan, mobil idaman, rumah baru, kantor baru, maupun
banyak hal lainnya. Apapun impian atau target kita, ingat kata kunci
SMART (Specific, Measurable, Achieveable, Reality-based,
Time-frame), yang berarti harus spesifik dan jelas, terukur, dapat dicapai,
berdasarkan realitas atau kondisi kita saat ini, dan memiliki jangka
waktu tertentu. Arah pandangan seorang wirausaha juga harus
berorientasi ke masa depan. Perspektif seorang wirausaha akan
3) Memiliki kreativitas tinggi
Seorang wirausaha umumnya memiliki daya kreasi dan inovasi yang
lebih. Hal-hal yang belum terpikirkan oleh orang lain sudah
terpikirkan olehnya dan wirausaha mampu membuat hasil
inovasinya tersebut menjadi permintaan.
4) Memiliki sifat inovasi tinggi
Seorang wirausaha harus segera menerjemahkan mimpi-mimpinya
menjadi inovasi untuk mengembangkan bisnisnya. Jika impian dan
tujuan hidup merupakan fondasi bangunan hidup dan bisnis, maka
inovasi dapat diibaratkan sebagai pilar-pilar yang menunjang
kukuhnya hidup dan bisnis. Impian saja tidak cukup. Impian harus
senantiasa ditunjang oleh inovasi yang tiada henti sehingga
bangunan hidup dan bisnis menjadi kukuh dalam situasi apa pun,
entah badai kesulitan ataupun tantangan. Setiap fondasi baru yang
dibuat harus ditunjang oleh pilar-pilar bangunan sebagai kerangka
bangunan keseluruhan. Setiap impian harus diikuti dengan inovasi
sebagai kerangka pengembangan, kemudian diikuti dengan
manajemen produk, manajemen konsumen, manajemen arus kas,
sistem pengendalian, dan sebagainya. Inovasi adalah kreativitas
yang diterjemahkan menjadi sesuatu yang dapat diimplementasikan
dan memberikan nilai tambah atas sumber daya yang kita miliki.
Jadi, untuk senantiasa dapat berinovasi, kita memerlukan kecerdasan
menurunkan gelombang otak sedemikian sehingga kita dapat
menggali sumber kreativitas dan intuisi bisnis. Sifat inovatif dapat
ditumbuhkembangkan dengan memahami bahwa inovasi adalah
suatu kerja keras, terobosan, dan perbaikan terus-menerus.
5) Memiliki komitmen terhadap pekerjaan
Menurut Sony Sugema, terdapat tiga hal yang harus dimiliki seorang
wirausaha yang sukses, yaitu mimpi, kerja keras, dan ilmu. Ilmu
disertai kerja keras namun tanpa impian bagaikan perahu yang
berlayar tanpa tujuan. Impian disertai ilmu namun tanpa kerja keras
seperti seorang pertapa. Impian disertai kerja keras, tanpa ilmu,
ibarat berlayar tanpa nahkoda, tidak jelas kemana arah yang akan
dituju. Sering kali orang berhenti diantara sukses dan kegagalan.
Namun, seorang wirausaha harus menancapkan komitmen yang kuat
dalam pekerjaannya, karena jika tidak akan berakibat fatal terhadap
segala sesuatu yang telah dirintisnya.
6) Memiliki tanggung jawab
Ide dan perilaku seorang wirausaha tidak terlepas dari tuntutan
tanggung jawab. Oleh karena itulah komitmen sangat diperlukan
dalam pekerjaan sehingga mampu melahirkan tanggung jawab.
Indikator orang yang bertanggung jawab adalah berdisiplin, penuh
komitmen, bersungguh-sungguh, jujur, berdedikasi tinggi, dan
7) Memiliki kemandirian
Orang yang mandiri adalah orang yang tidak suka mengandalkan
orang lain namun justru mengoptimalkan segala daya dan upaya
yang dimilikinya sendiri. Intinya adalah kepandaian dalam
memanfaatkan potensi diri tanpa harus diatur oleh orang lain. Untuk
menjadi seorang wirausaha mandiri, harus memiliki berbagai jenis
modal. Ada tiga jenis modal utama yang menjadi syarat, yaitu:
a) Sumber daya internal calon wirausaha, misalnya kepandaian,
keterampilan, kemampuan menganalisis dan menghitung risiko,
serta keberanian atau visi jauh ke depan.
b) Sumber daya eksternal, misalnya uang yang cukup untuk
membiayai modal usaha dan modal kerja, jaringan sosial serta
jalur permintaan/penawaran, dan lain sebagainya.
c) Faktor X, misalnya kesempatan dan keberuntungan.
Seorang calon wirausaha harus menghitung dengan saksama apakah
ketiga sumber daya ini dimiliki sebagai modal atau tidak. Jika
faktor-faktor tersebut dapat dimiliki, maka ia akan merasa optimis
dan boleh berharap bahwa impiannya dapat menjadi kenyataan.
8) Memiliki keberanian menghadapi risiko
Seorang wirausaha harus berani mengambil risiko. Semakin
besar risiko yang dihadapinya, semakin besar pula kesempatan
untuk meraih keuntungan. Hal ini dikarenakan jumlah pemain
diperhitungkan terlebih dahulu. Berani mengambil risiko yang telah
diperhitungkan sebelumnya merupakan kunci awal dari dunia usaha,
karena hasil yang akan dicapai akan proporsional terhadap risiko
yang akan diambil. Risiko yang diperhitungkan dengan baik akan
lebih banyak memberikan kemungkinan berhasil. Inilah faktor
penentu yang membedakan wirausaha dengan manajer. Wirausaha
akan lebih dibutuhkan pada tahap awal pengembangan perusahaan,
sedangkan manajer dibutuhkan dalam mengatur perusahaan. Inti dan
tugas manajer adalah berani mengambil dan membuat keputusan
untuk meraih sukses dalam mengelola sumber daya, sedangkan inti
kewirausahaan adalah berani mengambil risiko untuk meraih
peluang.
Wirausaha harus bisa belajar mengelola risiko dengan cara
mentransfer atau berbagi risiko ke pihak lain seperti bank, investor,
konsumen, pemasok, dan lain sebagainya. Wirausaha yang sukses
dinilai dari keinginannya untuk mulai bermimpi dan berani
menanggung risiko dalam upaya mewujudkannya.
9) Selalu mencari peluang
Seorang wirausaha sejati mampu melihat sesuatu dalam
perspektif atau dimensi yang berlainan pada satu waktu. Bahkan, ia
juga harus mampu melakukan beberapa hal sekaligus dalam satu
waktu. Kemampuan inilah yang membuatnya piawai dalam
Semakin tinggi kemampuan seorang wirausaha dalam mengerjakan
berbagai tugas sekaligus, semakin besar pula kemungkinan untuk
mengolah peluang menjadi sumber daya produktif. Seorang
wirausaha senantiasa belajar, belajar, dan belajar. Kehidupan ini
penuh dengan berbagai peluang dan kesempatan untuk maju,
bertumbuh, dan berkembang. Banyak sekali rahasia kehidupan yang
harus dipecahkan dan hal-hal baru yang diciptakan oleh umat
manusia untuk memenuhi impian dan membangun kenyamanan
hidup. Oleh karenanya, senantiasa tersedia ruang bagi munculnya
gagasan ataupun ide-ide baru, perubahan, dan penyempurnaan
dalam setiap aspek kehidupan manusia. Karena itulah ilmu
pengetahuan dan teknologi senantiasa berkembang.
Bila kita berfikir kreatif, sesungguhnya masih banyak rahasia
yang harus dipecahkan oleh umat manusia dalam kehidupan ini
melalui pengalaman dan pencarian yang tiada henti akan kebenaran.
Makna lain dari pernyataan ini adalah bahwa setiap perubahan yang
terjadi dalam kehidupan adalah bagian dan proses alami untuk
membantu kita dalam belajar, berubah, dan bertumbuh ke arah yang
lebih baik.
Ketika seorang wirausaha berhenti belajar dan memperbaiki
diri, saat itulah ia mengambil keputusan untuk berhenti menjadi
proses yang dilakukan seumur hidup, seperti halnya perubahan
senantiasa terjadi sepanjang perjalanan hidup.
10)Memiliki jiwa kepemimpinan
Untuk dapat mampu menggunakan waktu dan tenaga orang lain
mengelola dan mengembangkan bisnisnya, seorang wirausaha harus
memiliki kemampuan dan semangat untuk mengembangkan
orang-orang disekelilingnya. Seorang-orang pemimpin yang baik tidak diukur
dari berapa banyak pengikut atau pegawainya, tetapi dari kualitas
orang-orang yang mengikutinya serta berapa banyak pemimpin baru
di sekelilingnya. Inilah proses yang disebut dengan pengembangan,
yang tidak sekedar meningkatkan keterampilan, namun secara lebih
penting, mengembangkan karakter dan kemampuan intra maupun
interpersonal sebagai pemimpin bisnis. Jadi seorang wirausaha yang
cerdas harus senantiasa mengembangkan orang-orang
disekelilingnya agar pada gilirannya dapat menggunakan konsep
pengungkit untuk mengembangkan bisnisnya.
Jiwa kepemimpinan, sebagai faktor penting untuk dapat
mempengaruhi kinerja orang lain, memberikan sinergi yang kuat
demi tercapainya suatu tujuan. Sikap orang yang memiliki jiwa
kepemimpinan dapat tercermin pada praktik sehari-hari, seperti
seorang kakak yang membimbing adik-adinya untuk belajar.
11)Memiliki kemampuan manajerial
Kemampuan manajerial seseorang dapat dilihat dari tiga
a) Kemampuan teknik
b) Kemampuan pribadi/personal
c) Kemampuan emosional.
Seorang wirausaha yang cerdas harus mampu menggunakan tenaga
dan waktu orang lain untuk mencapai impiannya.
12)Memiliki kemampuan personal
Semua orang yang berkeinginan untuk menjadi seorang wirausaha
harus memperkaya diri dengan berbagai keterampilan personal.
2. Minat
a. Pengertian minat
Menurut Carl Safran dalam Ketut Sukardi (1988:61) minat dapat
didefinisikan sebagai suatu sikap atau perasaaan yang positif terhadap
suatu aktivitas, orang, pengalaman, atau benda.
Menurut Cony semiawan dalam ketut Sukardi (1988:61) Minat
adalah suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada
situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberi kepuasan
kepadanya. Minat dapat menimbulkan sikap yang merupakan suatu
kesiapan berbuat bila ada stimulasi khusus sesuai dengan keadaan
tersebut.
Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang
pengertian minat:
1) Minat adalah perasaan tertarik atau berkaitan pada suatu hal atau
merupakan penerimaan hubungan antara diri sendiri dengan
sesuatu dari luar pribadi (Ketut Sukardi, 1988: 61-62).
2) Minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subjek
untuk merasa tertarik pada bidang atau merasa senang
berkecimpung di bidang itu W.S. Winkel (1983:30).
Menurut beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan pengertian
minat adalah keadaan seseorang yang dapat menimbulkan adanya
keinginan yang akan memuaskan kebutuhan.
b. Macam-macam minat
Carl Safran dalam Ketut Sukardi (1988:64), minat dibagi menjadi tiga
macam yaitu:
1) Minat yang diekspresikan
Yaitu seseorang yang dapat mengungkapkan minat dengan
kata-kata tertentu. Contohnya: seseorang yang tertarik mengoleksi
perangko, tertarik menciptakan model pesawat udara, dan
mengumpulkan mata uang logam.
2) Minat yang diwujudkan
Yaitu seseorang dapat mengekspresikan minat bukan dengan
kata-kata tetapi melakukan tindakan atau perbuatan, serta ikut
melakukannya.
3) Minat yang diinventarisasikan
Yaitu seseorang memiliki minat dapat diukur dengan menjawab
sejumlah pertanyaan tertentu atau pilihan untuk kelompok aktivitas
tertentu.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat
Minat seseorang pada dasarnya mengalami perkembangan dan
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan minat adalah (Winkel,
1983:31-33):
1) Faktor fisik
Kondisi fisik seseorang akan sangat berpengaruh terhadap minat.
Orang yang memiliki fisik yang sehat tentu akan berbeda minatnya
dibandingkan orang yang lemah dan tidak sehat. Faktor fisik
merupakan pendukung utama dari setiap aktivitas yang dilakukan
oleh individu karena fisik yang sehat akan membantu seseorang
bekerja lebih teliti dan cepat selesai. Contoh dalam berdagang
orang yang fisiknya lemah akan lebih lama dalam melayani
pembelinya sedangkan orang yang fisiknya sehat akan lebih cepat
dalam memberikan pelayanan kepada pembelinya.
2) Faktor psikis
Faktor psikis yang mempengaruhi minat diantaranya adalah:
a) Motif
Motif adalah dorongan yang datang dari diri manusia untuk
dalam diri organisme untuk bertindak atau berbuat sesuatu.
Dorongan ini tertuju kepada suatu tujuan tertentu.
b) Perhatian
Perhatian merupakan pemusatan konsentrasi dari seluruh
aktivitas yang ditujukan kepada sesuatu atau sekelompok
objek. Perhatian akan menimbulkan minat seseorang jika
subjek mengalami keterlibatan dengan objek.
c) Perasaan
Perasaan adalah aktivitas psikis yang di dalamnya subjek
mengalami nilai-nilai objek. Hubungan perasaan dalam
mencapai minat adalah sebagai berikut: perasaan senang
akan menimbulkan minat yang diperkuat dengan adanya
sikap positif, sebab perasaan senang merupakan suatu keadaan
jiwa akibat adanya peristiwa yang datang pada subyek
bersangkutan. Sebagai contoh jika siswa mengikuti praktik
mempunyai perasaan senang, maka ia akan
bersungguh-sungguh dalam melaksanakan aktivitasnya dengan harapan akan
memperoleh pengalaman dalam bidang tersebut yang
kemudian akan menumbuhkan minat untuk melakukan usaha
3) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan di antaranya adalah:
a) Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan satu kesatuan antara ayah,
ibu, anak dan keluarga lainnya. Keluarga mempunyai peranan
penting dalam mempersiapkan anak untuk mencapai cita-cita
yang baik bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.
Keluarga merupakan peletak dasar bagi pola tingkah laku,
karakter, intelegensi, bakat, minat dan potensi anak yang dimiliki
untuk dapat berkembang secara optimal. Dengan demikian,
keluarga merupakan faktor yang paling penting bagi tumbuh dan
berkembangnya potensi yang dimiliki anak.
b) Lingkungan kampus
Lingkungan sekolah (kampus) adalah kondisi di sekitar
individu yang mempengaruhi proses belajar. Sebagai pendidik,
guru harus mampu menciptakan lingkungan belajar mengajar
yang dapat merangsang siswa untuk belajar, sehingga anak
merasa nyaman, tenteram dan senang. Dengan demikian, anak
akan termotivasi sehingga hasil belajar yang dicapai dapat
maksimal.
c) Lingkungan masyarakat
Semua hubungan di luar keluarga dan luar sekolah dinamakan
adalah pergaulan dengan teman sebaya, televisi, surat kabar
dan lain-lain. Dalam pembentukan watak dan menumbuhkan
minat, lingkungan masyarakat memiliki andil yang sangat
besar.
Minat berwirausaha meliputi: kesediaan untuk bekerja keras dan
tekun untuk mencapai usahanya, kesediaan untuk menanggung resiko
yang berkaitan dengan usaha yang dilakukan, belajar dari kegagalan
yang dialami. Jadi yang dimaksud minat berwirausaha adalah
kecenderungan yang agak menetap untuk merasa tertarik atau merasa
senang berkecimpung di bidang kewirausahaan.
3. Status Sosial Ekonomi
Setiap manusia dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki oleh
orang tuanya, karena ketika ia dilahirkan tidak ada satu manusiapun yang
memiliki status sosialnya sendiri. Apabila ia tidak puas dengan kedudukan
yang diwariskan oleh orang tuanya, ia dapat mencari kedudukannya
sendiri di lapisan sosial yang lebih tinggi, tentu saja dengan melihat
kemampuan dan jalan yang dapat ditempuh.
Status sosial ekonomi erat kaitannya dengan karakteristik
pendidikan anak seperti motivasi pencapaian hasil, putus sekolah, dan
keberhasilan akademis. Kedudukan dan pekerjaan merupakan unsur status
sosial ekonomi yang penting, yang berhubungan erat dengan inteligensi.
Beberapa macam pengukuran status sosial ekonomi, semuanya