STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA
Studi Kasus: Siswa-siswi Jurusan Penjualan padaSMK Negeri I, SMK Kristen 2, dan SMK Katolik di Kabupaten Klaten
SKRIPSI
Disusun Oleh:
MARIA GAMPANG SRI MURDANI 021334039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA
Studi Kasus: Siswa-siswi Jurusan Penjualan padaSMK Negeri I, SMK Kristen 2, dan SMK Katolik di Kabupaten Klaten
SKRIPSI
Disusun Oleh:
MARIA GAMPANG SRI MURDANI 021334039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
MOTTO
“Saat hidup tak terangkai sempurna
Banyak berkat terselubung di balik
kepedihan dan pencobaan
Ya, kita tak dapat m elihat
apa yang Allah rencanakan
Namun lewat penderitaan
kita menjumpai kasih Allah,
Serta dapat merasakan damai
yang dilimpahkan- Nya dari surga”
(K athy C. M iller)
“Berbuatlah sebanyak mungkin kebaikan,
Melalui sebanyak m ungkin cara,
Di sebanyak m ungkin tem pat,
Pada sebanyak mungkin waktu,
Kepada sebanyak mungkin orang,
Sejauh m ungkin,
Sesuai kemampuanmu”
(Alm. Rm. Pablo,CM F)
“Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya”
(Pengkotbah 3:11)
“Roh Kudus datang menolong dalam kelemahan kita dan
menjadi pengantara kita”
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan teristimewa untuk:
Tuhan Yesus K rist us
Bunda M aria Yang M elindungiku
Almarhum Bapakku Dominicus Suparno
I buku AY. Sri Hastuti
Kakak -kakakku:
Elizabeth Setyo Sri Kenyo Weningsih
Chatarina Sri Tunjung Dwi Anggani
Yohanes Aris Sri Sadono
Chatarina M irah Sri Wismanti
M argaretha Widayati Dampit Sri Karenan
Almarhum Widoyo Dampit Sri Parikenan
Almarhum Gampang Sri M urdono
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 13 September 2007
Penulis
vii ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA SMK DITINJAU DARI
STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA Studi Kasus: : Siswa-siswi Jurusan Penjualan pada
SMK Negeri I, SMK Kristen 2, dan SMK Katolik di Kabupaten Klaten
Maria Gampang Sri Murdani Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua; (2) ada hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua; (3) ada hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua pada siswa – siswi jurusan penjualan di SMK Negeri I, SMK Kristen 2 dan SMK Katolik di Kabupaten Klaten.
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Desember 2006. Populasi penelitian berjumlah 268 orang terdiri dari 118 siswa SMK Negeri I, 92 siswa SMK Kristen 2, dan 58 siswa SMK Katolik. Pengumpulan data menggunakan metode kuesioner dan wawancara. Untuk menguji hipotesis penelitian menggunakan metode analisis korelasi product moment dari Pearson.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan yang positif dan signifikan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua (thitung = 11,423 > ttabel = 1,66); (2) ada hubungan positif dan signifikan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua (thitung =10,354 > ttabel =1,65); (3) ada hubungan positif positif dan signifikan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua (thitung = 8,347 >
tabel
viii
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN THE ENTREPRENEURSHIP SPIRIT AND THE INTEREST OF BEING AN ENTREPRENEUR OF
VOCATIONAL SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS OBSERVED FROM THE ECONOMICAL AND SOCIAL STATUS OF THE PARENTS A Case Study on: Students of Marketing Department of the State Vocational Senior High School, Christian 2 Vocational Senior High School, and Catholic
Vocational Senior High School in Klaten Regency
Maria Gampang Sri Murdani Sanata Dharma University
Yogyakarta 2007
This research aims to know whether: there is any relationship between the entrepreneurship spirit and the interest of being an entrepreneur observed from (1) the kind of occupation of the parents; (2) the income level of the parents; (3) the educational level of the parents of the students of marketing department in the State Vocational Senior High School, Christian 2 Vocational Senior High School, and Catholic Vocational Senior High School in Klaten Regency.
Data collecting was done in December 2006. The population of the research were 268 students consist of 118 students of State Vocational Senior High School, 92 students of Christian 2 Vocational Senior High School, and 58 students of Catholic Vocational Senior High School. The data were collected by using questionnaire and interviews methods. To examine the research hypotheses, data were analyzed by using the methods of product moment from Pearson correlation analysis.
Research findings shows that: there is a positive and significant correlation between the entrepreneurship spirit and the interest of being an entrepreneur observed from (1) the kind of occupation of the parents (tcount = 11,423 > ttable
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas
rahmat, berkat, kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan Dengan Minat
Berwirausaha Siswa SMK Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi Orang Tua ”.
Tujuan penulisan skripsi ini salah satunya adalah untuk memenuhi syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan S1 pada Program Studi Pendidikan
Akuntansi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari banyak sekali
hambatan-hambatan, namun berkat doa, bimbingan, nasihat, dan dukungan dari semua
pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Maka dari itu atas
terselesainya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph. D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si.. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd,. M.Si. Selaku Ketua Jurusan Program
Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan
dosen pembimbing yang telah bersedia untuk membimbing dengan penuh
kesabaran dan memberikan petunjuk berupa saran-saran dan kritikan demi
kemajuan penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. yang telah bersedia
mendampingi penulis dalam proposal penelitian memberikan pengarahan
dengan penuh kesabaran.
5. Bapak S. Widanarto Prijowutanto, S.Pd., M.Si. dan Ibu Natalina Premastuti
Brataningrum, S.Pd. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan
masukan saat menguji penulis.
6. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi (Ibu Indah, Ibu Rita,
x
Singo ), Program Studi Ekonomi (Ibu Wigati, Pak Teguh, Pak Rubi, Pak
Indra, Pak Vianney) dan seluruh dosen-dosen Universitas Sanata Dharma
yang telah mengajar dan mendidik dengan sabar kepada penulis selama
belajar di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
7. Sekretariat Program Studi Pendidikan Akuntansi, Mbak Aris dan Pak
Wawik dan Sekretariat Program Studi Pendidikan Ekonomi, Mbak Titik
yang telah melayani penulis dengan sabar selama kuliah hingga selesainya
skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu karyawan, serta petugas perpustakaan Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
9. Bapeda Kabupaten Klaten, yang telah memberikan ijin penelitian di SMK
Negeri I, SMK Katolik dan SMK Kristen 2 Klaten.
10. Keluarga besar SMK Negeri I Klaten, Bapak Drs. M.Sami selaku Kepala
Sekolah yang telah memberikan ijin penelitian, Ibu Siti Mualifah selaku
Kaprolin yang telah bersedia mendampingi penulis saat penelitian, Bapak
Tri Joko selaku Kepala Kantor/TU, siswa-siswi kelas 3 Penjualan yang
telah meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner demi mendukung
kelancaran skripsi ini.
11. Keluarga besar SMK Katolik Klaten, Bapak FY. Parintyatma, BA selaku
Kepala Sekolah yang telah memberikan ijin penelitian, Bapak Joko Widodo
selaku Wakasek yang telah bersedia mendampingi penulis saat penelitian,
Bapak Harto, Bapak Gino, siswa-siswi kelas 3 Penjualan yang telah
meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner demi mendukung kelancaran
skripsi ini.
12. Keluarga besar SMK Kristen 2 Klaten, Bapak Drs. Sutomo Wardoyo selaku
Kepala Sekolah yang telah memberikan ijin penelitian, Ibu Dra. Sekti B. dan
Ibu Riwi H, BA yang telah bersedia mendampingi penulis saat penelitian,
Bapak Sabar, Ibu Tri Muryani, Ibu Sarniatun, siswa-siswi kelas 3 Penjualan
yang telah meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner demi mendukung
xi
13. Alm. Bapakku D. Suparno, Be danik wis lulus ki....kutau babe lagi tersenyum bahagia di surga mat ur suwun sanget at as pengorbanan, kerja keras, perhat ian ma kasih sayangnya yang tulus, kangen nie mijitin....buat Ibuku AY.Sri Hastuti, mamex makasi yach atas semua perhatian, doa en kasih sayangnya.
14. Mba Yok makasi atas pengorbanan, bantuan secara moril & material, doa, semangat ,
perhatian serta kasih sayangnya yang t ulus, mba Tunjung, mas Aris, mba Wiwid, mba Mira makasi atas segala bantuan dan semangat, keponakanku Topik n
Fajar thanx untuk kelucuan n ramenya suasana.
15. My Close friends, Elfira (liong) akhirnya qta bisa lulus bareng yach 09.00
a.m thanx 4 everything smoga qta tetap jadi sahabat yang oke di mata Tuhan
ciee..., Sisil (lont ong) Jeng muter- muter sekolahan lagi yuks trus
sightseeing again ye, Rur i seneng dech dinyanyiin en digitarin lagu- lagunya
Mr. Big jadi happy lho...Sant i wah dah kerja ne..., Flora (f of o) jalan-jalan
lagi yuk?!? tp kapan yach..., Desi allow dor a kapan-kapan curhat lagi
yach..., W at ik akhirnya qta bisa lulus bareng 01.00 p.m thanx atas
kebersamaannya n abang pak dokter flash, Ana seneng dech nyanyi- nyanyi
bareng walopun agak fals sich hehe..., Mita (mit hong) ayo cepet selesain
skripsinya yach, semangat!!! Sisil man’02 yuks ke warnet lagi...kangen nie
ma kebun salakmu turi, Yessi, Gama n Ndar u thanx dah jadi sobatku dari
kecil moga qta tetap jadi sahabat.
16. Temen-temen kost Brojowikalpo No.2B Dewi “tuyul memble” n family,
Yudha, Retno “Nonox”, Anna, Nuning, Tian, Shinta, Silvi, Sulis, mba Rica
“tante”, mba Andri, mba Anna, mba Ota, Ana, Tita thanx our bright days, I ’ll
be missing you all....J
xii
Sr. Stela doain aku selalu ya suster..., mba Endang laris yo mba..., Yuli ‘bom-bom’moga jadi hairstylish yang keren.
18. Temen-temen PAK A 2002 à Edi, Yuli, Hanick, Trisna, Rita (Susi), Lieya, Ninuk, Shila, Etha, Febri, Santi, Ika, Br.Tadius, Nanik, Siska, Moko, Titet,
Aji, Adi, Krestee, Rita stero, Erni, Rosa, Emi, Vero, Yeni seneng dech
bisa sekelas bar eng X- an smoga ini bisa j adi kisah klasik yang
pant as unt uk dikenang t hanx 4 ever yt hing, don’t f or get me...
19. Temen-temen PAK B 2002à Fera, Eri, Yoyok, Imas, Siska, Muntari, Lusi,
Yuni, Dwi, Adi, Goris, Tyas, Bowo, Dita, Indri, Lamdos, Kris, Didik, dll.
20. Temen-temen PAK C 2002 à Banu, TM, Uci, Toro, MM, Cipluk, Suprapti,
Wulan, Tiara, Sarinah, Heri, Clara, Thomas, Dewi, Dika, Nina, Astuti, Ima,
Risa, Lia, Esti, dll.
21. Agung kapan jahitin baju buat aku ne...moga jadi desainer yang oks punya
ya bo..., Adven n Merita, Ade, Alex, Frans, Rizki, Vika ke gua kerep lagi
yuks...Yanu n Lippo ke perpus yuks...kakak n adek angkatan PAK thanx
atas kebersamaan saat kuliah di kelas bareng X-an, Adel, Siska, Wulan, Ida,
Indah, Sari Utami, Joyo n Vita,dll.
22. Temen-temen Cana Community (Lektor dan Misdinar) à Mbak Nita n
Papi, Mbak Marga, Mbak Mety, Mas Max, Mas Eric, Mas Yoyok, C’Vivi,
Sisil, Lely, Mas Paus, Mas Ichad, Mas Arfi, Marina, Dewi, Ambro, Yudi,
Ari, Eka, Elkana, Si kembar Vero dan Sabeth, Felic, Gaga, Indah, Lusi,
Putri, Vina, Ika Andar, Sepri, Paskal, Silvi, Jeli, Anton, Santi, Ria, Mita,
Dita, frater-frater angin mamiri,dll thanx ya atas pengalaman berorganisasi,
cabelot is nya n latihan vokal.
23. Keluarga Kapel St. Bellarminus - Mrican dan Campus Ministry USD à
Pak Budi, Mas Kris, Mas Jalur, Frater Ardi, Frater Didik, Frater Beny,
Suster Gracia, Suster Irene, Romo Wiryono S.J., Romo Andalas S.J., Romo
Agung S.J., Romo Hari S.J., Romo Baskoro S.J., Romo Sudiarja S.J., Romo
Prapto S.J., Romo Heliarko S.J., Romo Pram S.J., Romo Subanar S.J., Romo
xiii
(terima kasih atas doa dan nasehat-nasehatnya, ‘ber t umbuh ber sama
dalam melayani’.
24. Buat diri pribadiku ayo langkahkan kaki, tegarkan hati, kuatkan diri, tuk
menggapai asa yang tinggi, tetap semangat!!!keep smileJ
25. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang selama ini
dengan ketulusan hati telah memberikan bantuan dan dorongan hingga
terselesaikannya skripsi ini.
Penulis
xiv
halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
MOTTO... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL... xvii
DAFTAR LAMPIRAN... xix
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
xv
A. Jiwa Kewirausahaan ... 7
B. Minat Berwirausaha ... 12
C. Status Sosial Ekonomi ... 16
D. Hubungan diantara Variabel Penelitian ... 25
E. Kerangka Pemikiran Teoritik ... 29
F. Rumusan Hipotesis ... 31
BAB III : METODE PENELITIAN... 32
A. Jenis Penelitian ... 32
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 32
D. Populasi Penelitian ... 33
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 33
F. Teknik Pengumpulan Data ... 38
G. Pengujian Validitaas dan Reliabilitas ... 38
H. Teknik Analisis Data ... 44
BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 52
A. Deskripsi Data ... 52
B. Analisis Data ... 57
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 68
BAB V : KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN ... 79
xvi
C. Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA
xix
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran I Data Induk Penelitian ... 83
Lampiran II Statistik Deskriptif , Uji Validitas dan Reliabilitas... 121
Lampiran III Uji Normalitas dan Linearitas ... 127
Lampiran IV Perhitungan Kategori Kecendrungan Variabel (PAP II) dan
Perhitungan Uji- T ... 129
Lampiran V Uji Hipotesis Penelitian... 134
Lampiran VI Surat Ijin Penelitian, Tabel, Kuesioner ... 138
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu penyelenggara
pendidikan pada tingkat menengah memiliki peran untuk menyiapkan peserta
didik agar siswa siap bekerja baik bekerja secara mandiri (wirausaha) maupun
mengisi lowongan pekerjaan yang ada (Kurikulum SMK Edisi 2004). Sebagai
penyelenggara pendidikan tingkat menengah, SMK berkewajiban untuk
mempersiapkan lulusan untuk mampu bersaing di dunia kerja. Faktor utama
yang menentukan mampu tidaknya bersaing adalah seberapa jauh lulusan
memiliki kompetensi dibidangnya, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
serta kemampuan menghasilkan produk unggul. Namun demikian,
kemampuan SMK sebagai lembaga pendidikan kejuruan untuk menyiapkan
tenaga kerja tingkat menengah yang unggul/berkualitas masih disangsikan
oleh sebagian masyarakat.
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas diharapkan lebih
produktif dan mampu menciptakan pekerjaan bagi dirinya sendiri. Kualitas
SDM tersebut sering diukur berdasarkan tingkat penyelesaian jenjang
pendidikan formal. Tetapi, fakta menunjukkan bahwa persentase penduduk
yang bekerja pada periode tahun 1996-2004 dengan pendidikan rendah (tidak
sekolah, belum tamat SD dan tamat SD) mengalami penurunan sebesar 11,8%.
SMA dan Perguruan Tinggi masing- masing mengalami kenaikan 7,1%, 2,6%,
2,3% (BPS, 2005:40). Bank Dunia (2003), mengasumsikan bahwa setiap
pertumbuhan ekonomi satu persen akan mampu menambah lapangan kerja
bagi 400.000 orang. Padahal, angkatan kerja setiap tahun di Indonesia
berjumlah kurang lebih 3 juta jiwa. Ini berarti sejak saat ini angka penganggur
akan terus bertambah dengan jumlah paling tidak 1,6 juta orang. Dalam Jurnal
Ekonomi Pembangunan (2005:64), menyebutkan bahwa sejak tahun 1997
sampai tahun 2004 jumlah pengangguran terbuka di Indonesia terus meningkat
dari sebesar 4,18 juta jiwa menjadi kurang lebih sebesar 11,35 juta jiwa.
Menghadapi kenyataan tersebut, SMK sebagai penyelenggara pendidikan
kejuruan yang siap kerja perlu untuk meningkatkan kualitas lulusan agar
mampu bekerja maupun menciptakan usaha sendiri. Hal ini didukung
pemberitaan Media Indonesia (12/02/2004) yang menyebutkan bahwa lulusan
SMK yang dapat melanjutkan ke perguruan tinggi hanyalah 10% saja.
Artinya, lulusan SMK lebih banyak memilih terjun ke dunia kerja daripada
melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan demikian peran
pendidikan menengah kejuruan yang senantiasa berorientasi siswa untuk dapat
menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dengan berwirausaha menjadi sangat
penting.
Fakta pengangguran di atas menunjukkan bahwa minat siswa untuk
berwirausaha masih rendah. Faktor yang diduga menyebabkannya adalah
masih rendahnya jiwa kewirausahaan siswa SMK. Adapun maksud dari jiwa
pikiran dan angan-angan untuk menciptakan sesuatu yang berbeda dengan
yang lain serta mampu berpikir kreatif dan inovatif dalam rangka menciptakan
peluang atau kesempatan dalam dunia usaha. Oleh karena itu, pihak SMK
perlu meningkatkan jiwa kewirausahaan dengan siswa diberi kesempatan
untuk mengelola usaha kecil misalnya mengelola koperasi sekolah.
Derajat hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha diduga
berbeda untuk status sosial ekonomi orang tua yang berbeda. Dalam penelitian
ini status sosial ekonomi yang dimaksud mencakup: jenis pekerjaan, tingkat
pendapatan, dan tingkat pendidikan orang tua. Pada jenis pekerjaan orang tua
sebagai wirausaha, diduga derajat hubunga n jiwa kewirausahaan dengan minat
berwirausaha siswa akan lebih tinggi dibandingkan siswa yang pekerjaan
orang tuanya bukan wirausaha. Hal ini disebabkan anak berada dalam
lingkungan dimana mereka sehari- hari melihat cara kerja orang tuanya
berwirausaha. Pada tingkat pendapatan orang tua tinggi, diduga derajat
hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha akan lebih tinggi
dibandingkan siswa yang pendapatan orang tuanya rendah. Hal ini disebabkan
orang tua memiliki ketersediaan modal material yang berupa fasilitas sarana
dan biaya untuk membuka usaha. Sementara ditinjau dari tingkat pendidikan
orang tua tinggi, diduga derajat hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat
berwirausaha siswa akan lebih tinggi dibandingkan siswa yang pendidikan
orang tuanya rendah. Hal ini disebabkan semakin tinggi tingkat pendidikan
orang tua, orang tua akan lebih memiliki pengetahuan dan wawasan dan
kualitas sumber daya manusia (SDM). SDM yang berkualitas diharapkan lebih
produktif dan mampu untuk menciptakan pekerjaan sendiri.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis mengambil judul
penelitian “HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA SMK DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA”. Penelitian ini merupakan studi kasus pada siswa-siswi jurusan penjualan pada SMK Negeri I, SMK
Kristen 2, dan SMK Katolik di Kabupaten Klaten.
B. Batasan Masalah
Penelitian ini memfokuskan perhatian pada tinggi atau rendahnya minat
berwirausaha siswa SMK. Ada banyak faktor yang mempengaruhi tinggi
rendahnya minat berwirausaha. Penelitian memfokuskan pada faktor jiwa
wirausaha. Secara lebih spesifik dalam penelitian ini akan diselidiki apakah
ada derajat hubungan yang berbeda antara jiwa kewirausahaan dengan minat
berwirausaha ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan positif antara jiwa kewirausahaan dengan minat
berwirausaha siswa ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua?
wirausaha siswa ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua?
3. Apakah ada hubungan positif antara jiwa kewirausahaan dengan minat
berwirausaha siswa ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai melalui
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara jiwa kewirausahaan
dengan minat berwirausaha siswa ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara jiwa kewirausahaan
dengan minat berwirausaha siswa ditinjau dari tingkat pendapatan orang
tua.
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara jiwa kewirausahaan
dengan minat berwirausaha siswa ditinjau dari tingkat pendidikan orang
tua.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian yang akan dilaksanakan ini diharapkan memberikan manfaat–
manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan masukan bagi pihak sekolah untuk menyiapkan lulusan yang
2. Memberikan masukan bagi pengembangan literatur dan penelitian dalam
bidang kewirausahaan. Dengan demikian diharapkan dapat memberikan
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Jiwa Kewirausahaan
1. Pengertian Kewirausahaan
Kata wirausahawan merupakan terjemahan dari kata entrepreneur.
Kata tersebut berasal dari bahasa Perancis ”entrependre“ yang berarti
“bertanggung jawab“. Wirausahawan adalah orang yang bertanggung
jawab dalam menyusun, mengelola dan mengatur risiko suatu usaha
bisnis (Machfoedz dan Machfoedz, 2004:1). Menurut Drucker,
kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru dan berbeda (ability to create the new and different). Menurut
Zimmere (Suryana, 2003:4), kewirausahaan adalah penerapan kreativitas
dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya untuk
memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari.
Kreativitas sebagai kemampuan untuk mengembangkan ide-ide
baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam memecahkan
persoalan dan menghadapi peluang, sedangkan, inovasi diartikan
sebagai kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka
memecahkan persoalan-persoalan dan peluang untuk meningkatkan dan
memperkaya kehidupan Zimmere, dalam (Suryana, 2003:2). Jadi
kewirausahaan adalah suatu kemampuan dalam berpikir kreatif dan
penggerak, tujuan siasat, kiat dan proses dalam menghadapi tantangan
hidup.
Lampiran Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 tahun
1995 tanggal 30 Juni 1995 ( Priyono dan Soerata, 2004:16), tentang
“Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan
Kewirausahaan” pada poin 1 menyatakan bahwa kewirausahaan adalah
semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani
usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari,
menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan
meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih
baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Dalam modul
Pelatihan CEFE (Creation of Enterpreses Formation of Entrepreneurs)
yang diadakan oleh proyek PIKM Provinsi DIY Kanwil Departemen
perindustrian Provinsi DIY Tanggal 5 Mei sampai dengan 13 Juni 1995
(Priyono dan Soerata, 2004:16), disebutkan bahwa kewirausahaan
adalah tanggapan terhadap peluang usaha yang terungkap dalam
seperangkat tindakan serta membuahkan hasil berupa organisasi usaha
yang melembaga, produktif, dan inovatif. Berdasarkan uraian di atas
dapat disimpulkan kewirausahaan adalah suatu kemampuan dalam
berpikir kreatif dan berperilaku inovatif untuk memanfaatkan peluang
usaha.
2. Ciri dan Watak Kewirausahaan
beragam. Wirausahawan mempunyai ciri yang dominan, yakni rasa
percaya diri dan kemampuan yang lebih baik daripada teman sekerja
ataupun atasannya. Wirausaha memerlukan kebebasan untuk memilih
dan bertindak menurut persepsinya tentang tindakan yang akan
membuahkan kesuksesan (Machfoedz dan Machfoedz, 2004:5).
Menurut Longenecker, dkk (2001:23), seseorang yang menjadi
wirausaha mempunyai kebutuhan yang tinggi akan keberhasilan,
keinginan untuk mengambil risiko yang moderat, percaya diri yang
tinggi dan keinginan untuk berbisnis. Meredith menyatakan bahwa
berwirausaha berarti memadukan perwatakan pribadi, keuangan dan
sumber daya. Oleh sebab itu, berwirausaha merupakan sebuah pekerjaan
atau karir dimana seseorang dalam menjalankannya memiliki ciri–ciri
dan watak (Suryana, 2003:8), sebagai berikut :
Tabel 2.1
Ciri dan Watak Kewirausahaan
No. Ciri-ciri Watak
1 Percaya diri Ketidaktergantungan dan optimisme
2 Berorientasi pada tugas dan hasil
Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat dan inisiatif
3 Pengambilan risiko Kemampuan untuk mengambil risiko yang wajar dan suka tantangan
4 Kepemimpinan Perilaku sebagai pemimpin, menanggapi saran-saran dan kritik 5 Keorisinilan Inovatif dan kreatif serta fleksibel 6 Berorientasi ke masa
depan
Ciri-ciri atau karakter wirausaha menurut Priyono dan Soerata (2004:20)
antara lain:
a. Segala tindakan berorientasi pada pencapaian tujuan. b. Tegar dan tahan uji, ulet dan tidak mudah patah semangat.
c. Menetapkan standar sendiri dan bergerak berdasarkan target-target yang telah ditentukan.
d. Bersikap optimis dan berpikir positif. e. Bekerja keras dan cerdas (smart).
f. Menandai keberhasilan dan kegagalan pada dirinya sendiri, semuanya dijadikan alat sebagai cara untuk mawas diri.
g. Pengambil risiko yang moderat, ia tidak akan melangkah untuk mengambil risiko manakala analisis dan nalurinya berkata “jangan”.
h. Tanggap dan menerima ide-ide baru.
i. Termotivasi oleh tugas bukan karena imbalan. j. Independen dan mandiri.
k. Selalu menciptakan suasana yang riang dan menggairahkan.
Dalam penelitian ini, ciri-ciri kewirausahaan seperti tabel 2.1
dijadikan indikator dalam penyusunan instrumen karena dalam ciri-ciri
tersebut telah mencakup beberapa ciri yang dikemukakan oleh para ahli,
dan ciri-ciri yang dikemukakan oleh Meredith, dalam (Suryana,
2003:14) di atas meliputi watak-watak yang sebaiknya dimiliki dan
dikembangkan oleh seseorang yang ingin menjadi wirausaha. Semakin
banyak seseorang memiliki atau menunjukkan watak tersebut, maka
semakin kuat jiwa kewirausahaan orang tersebut.
3. Pengertian Jiwa Kewirausahaan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 1995:416),
pengertian jiwa didefinisikan sebagai, “seluruh kehidupan batin manusia
(yang terjadi dari perasaan, pikiran, angan–angan, dsb)“. Menurut
abstrak, yang menjadi penggerak dan pengatur perbuatan pribadi
(personal behavior) manusia. Definisi tersebut hampir sama yang
dikatakan oleh Nasution (1950:10), jiwa adalah sesuatu yang abstrak
yang menjadi penggerak dan pengatur bagi sebagian laku, pikiran,
perasaan dan kemauan seseorang dan yang memberi corak kepadanya.
Istilah wirausaha pada waktu yang lalu lebih dikenal dengan
istilah wiraswasta, keduanya mempunyai pengertian yang sama.
Wirausaha/wiraswasta berasal dari kata “wira” yang berati utama,
gagah, luhur dan teladan. “Swa” yang berarti sendiri, “sta” yang berarti
berdiri. Jadi wirausaha/wiraswasta adalah orang-orang yang mempunyai
sifat kewiraswastaan atau kewirausahaan seperti: keberanian mengambil
risiko, keutamaan dan keteladanan dalam menangani usaha dengan
berpijak pada kemauan dan kemampuan sendiri (Priyono dan Soerata,
2004:15). Menurut Prawirokusumo (Suryana, 2003:11), wirausaha
adalah seseorang yang melakukan upaya- upaya kreatif dan inovatif
dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk
menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup.
Menurut Suryana (2003:2), jiwa kewirausahaan adalah orang yang
percaya diri (yakin, optimis, dan penuh komitmen), berinisiatif (energik
dan percaya diri), memiliki motif berprestasi (berorientasi hasil dan
berwawasan ke depan), memiliki jiwa kepemimpinan (berani tampil
berbeda), dan berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan
lingkungan sosial meliputi keluarga, orang tua dan pergaulan kelompok
(Suryana, 2003:41).
Berdasarkan konsep kewirausahaan, ciri dan watak kewirausahaan,
jiwa kewirausahaan adalah adanya kepercayaan atas kemampuan diri
sendiri, dalam setiap tindakan selalu berorientasi pada tugas dan hasil,
selalu berani menghadapi dan mengambil risiko, mempunyai jiwa
kepemimpinan dalam setiap aktivitas, dalam melakukan usaha selalu
bersifat orisinalitas dan memiliki pandangan jauh ke depan. Dalam hal
ini inti dari jiwa kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang berbeda dengan yang lain serta mampu berpikir kreatif dan
bertindak inovatif dalam rangka menciptakan peluang atau kesempatan
dalam dunia usaha.
B. Minat Berwirausaha
Minat merupakan faktor psikologis yang dapat menentukan suatu
pilihan seseorang, selain itu minat merupakan salah satu faktor psikologis
yang sangat kuat dan penting untuk suatu kemajuan dan keberhasilan
seseorang. Seseorang yang mengerjakan suatu pekerjaan dengan disertai
minat sebelumnya, pada umumnya akan memperoleh hasil yang lebih baik
daripada mereka yang tidak berminat sebelumnya.
Pengertian minat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai
Pustaka, 1995:656), adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap
adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran perasaan,
harapan, pendirian, prasangka atau kecenderungan yang mengarahkan
individu kepada suatu pilihan tertentu. Ini berarti selain karena perasaan
senang, orang yang berminat terhadap suatu objek juga mempunyai
harapan-harapan untuk memperoleh manfaat dari objek tersebut. Kalau
memberikan manfaat dia akan cenderung untuk memilih objek tersebut.
Menurut Witherington (1963:90), minat adalah kesadaran seseorang, bahwa
suatu obyek, seseorang, suatu situasi mengandung sangkut paut dengan
dirinya. Minat harus dipandang sebagai suatu sambutan yang sadar, kalau
tidak demikian minat itu tidak mempunyai arti sama sekali.
Menurut The Liang Gie (1995:16), minat melahirkan perhatian
wajar yang tidak dipaksakan dengan tenaga kemauan. Minat melahirkan
perhatian wajar yang tidak dipaksakan akan memudahkan terciptanya
konsentrasi dan menjadi benteng pelindung melawan gangguan-gangguan
perhatian apapun dari luar. Minat selain memungkinkan pemusatan pikiran,
juga akan menimbulkan kegembiraan dalam usaha belajar. Keriangan hati
akan memperbesar daya kemampuan belajar seseorang dan juga
membantunya tidak mudah melupakan apa yang dipelajarinya itu. Menurut
William Amstrong (The Liang Gie, 1995:133), ada 10 (sepuluh) cara untuk
memperoleh minat sebagai berikut:
1. Hendaknya berusaha menetapkan apa yang ingin diperbuatnya dan ke mana akan menuju.
3. Hendaknya berusaha menentukan tujuan hidupnya: ingin menjadi apa?
4. Lakukan suatu usaha yang sungguh-sungguh untuk menangkap keyakinan dan pengabdian diri pada pelajaran yang bersangkutan. 5. Hendaknya membangun suatu sikap yang positif, yaitu mencari
minat- minat yang baik ketimbang alasan-alasan penghindar yang buruk.
6. Hendaknya menerapkan keaslian dan kecerdasannya dalam mata pelajaran sebagaimana dilakukannya pada kegemarannya.
7. Berlakulah jujur terhadap diri sendiri.
8. Praktekkan kebajikan-kebajikan dari minat dalam ruang kuliah, yaitu tampak dan berbuat seakan-akan sungguh berminat.
9. Hendaknya menggunakan nalurinya menghimpun untuk mengumpulkan keterangan. Hal ini tidak saja membantu perkembangan minat, melainkan juga konsentrasi.
10. Janganlah takut untuk menggunakan rasa ingin tahu.
Menurut Freeman (The Liang Gie, 1995:135), ada 10 (sepuluh) cara
untuk memperoleh minat sebagai berikut:
1. Hendaknya menyingkirkan pengganggu-pengganggu yang tak penting dan tak dikehendaki seperti misalnya suara, rasa lapar, dan rasa dingin.
2. Kesampingkanlah urusan-urusan mendesak lainnya dengan cara mencatatnya atau menyusun jadwal penyelesaiannya.
3. Tekanlah pikiran-pikiran yang tak dikendaki dengan cara secepatnya beralih ke topik yang sedang dipelajari.
4. Hendaknya memahami apa yang sedang dipelajarinya.
5. Punyailah suatu minat yang hidup terhadap mata pelajaran di luar jam studi.
6. Hendaknya menggunakan banyak sumber-sumber ide dan keterangan sehingga memperoleh banyak sudut pandangan terhadap suatu mata pelajaran dan membangkitkan minatnya. 7. Janganlah berusaha mempelajari suatu mata pelajaran secara
tersendiri, melainkan berusaha mempertalikannya sepanjang waktu dengan kehidupan sehari-hari.
8. Hendaknya berusaha membaca suatu buku mengenai sejarah sesuatu mata pelajaran.
9. Usahakan mengetahui pertalian mata pelajaran itu dengan mata pelajaran lainnya dan bagaimana mata pelajaran itu dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Mengenai cara untuk mengembangkan minat terhadap mata pelajaran
yang tak disenangi, Colin Woodley (The Liang Gie, 1995:135),
menyatakan bahwa dengan mempelajarinya secara sungguh-sungguh dan
baik.
Menurut Winkel (1984:30), minat adalah kecenderungan yang
agak menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada hal tertentu dan
merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Mengenai munculnya
minat. Winkel memberikan urutan- urutan untuk mencapai minat sebagai
berikut.
Bila dihubungkan dengan minat seseorang untuk berwirausaha,
mula- mula seseorang akan merasa senang terhadap wirausaha. Perasaan
tersebut muncul karena seseorang telah mengenal dan karena dia
memandang bahwa berwirausaha dapat memberikan manfaat dan
berharga bagi dirinya, maka timbullah sikap yang positif. Dia akan selalu
memperhatikan, berusaha mendekati dan menyesuaikan dirinya dengan
sikap wirausaha. Dengan demikian dapat dikatakan minat seseorang
untuk berwirausaha telah muncul.
Dengan pengertian minat dan pengertian berwirausaha yang telah
diuraikan di atas, maka dapat diberikan pengertian minat berwirausaha
menaruh perhatian pada sesuatu serta berusaha untuk mengetahui,
melakukan pendekatan, memperhatikan dengan seksama, melibatkan diri
dan mengarahkan individu pada suatu pilihan tertentu. Faktor-faktor yang
mempengaruhi minat dikelompokkan menjadi dua golongan (Winkel,
1984:27), adalah:
a. Minat secara intrinsik
Minat secara intrinsik merupakan minat yang berdasarkan suatu
dorongan yang secara mutlak timbul dari dalam individu sendiri
tanpa pengaruh dari luar.
b. Minat secara Ekstrinsik
Minat secara ekstrinsik merupakan minat yang berdasarkan suatu
dorongan atau pengaruh dari luar individu.
C. Status Sosial Ekonomi
Status adalah tempat atau posisi dalam suatu kelompok. Menurut
Mahmud (1989:99), status sosial ekonomi keluarga antara lain mencakup
tingkat pendidikan orang tua, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan orang
tua serta fasilitas khusus dan barang-barang berharga yang ada di rumah
seperti radio, televisi, mesin cuci, dan sebagainya. Menurut Soekanto
(1982:233), status adalah tempat atau posisi seseorang dalam kelompok
sosial sehubungan dengan orang-orang lainnya dalam kelompok tersebut
atau tempat suatu kelompok berhubungan dengan kelompok lainnya
Menurut Winkel (1983:164), status adalah kebutuhan akan
kedudukan/posisi tertentu dalam masyarakat, sesuai peranan atau tugas
seseorang dalam masyarakat. Menurut Hartomo dan Arnicun Azis
(1983:195), status sosial adalah kedudukan seseorang (individu) dalam suatu
kelompok pergaulan hidupnya. Pekerjaan biasanya merupakan akibat dari
pendidikan dan merupakan penentu utama meskipun bukan satu–satunya
mengenai mengenai berbagai pendapatan.
Keadaan keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan
pendidikan anak dapat diartikan bahwa sikap, cita–cita, minat, motivasi
anak terhadap suatu obyek akan dipengaruhi oleh keadaan ekonomi orang
tuanya. Menurut Gerungan (1989:57), dalam kondisi ekonomi keluarga
yang cukup, seseorang akan mendapat kesempatan yang lebih luas untuk
mengembangkan bermacam- macam kecakapan yang tidak dapat ia
kembangkan apabila tidak ada alat-alat. Dari pendapat tersebut di artikan
bahwa anak yang berasal dari keluarga yang ekonominya cukup,
mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan
kemapuannya daripada anak yang berasal dari keluarga yang ekonominya
rendah. Dari berbagai pendapat ya ng telah dikemukakan di atas dalam
penelitian ini penulis hanya membatasi tiga unsur saja yaitu:
1. Jenis Pekerjaan Orang Tua
Definisi jenis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai
Pustaka, 1995:410), adalah yang mempunyai ciri (sifat, keturunan dan
bentuk atau macam kegiatan yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh penghasilan. Menurut Tanlain (2002:13), bekerja adalah
semua kegiatan yang dilakukan tiap orang untuk menghasilkan barang
dan atau jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Jenis pekerjaan orang tua siswa yang satu belum tentu sama dengan
jenis pekerjaan orang tua siswa yang lain. Pekerjaan dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu:
a. Pekerjaan pokok
Pekerjaan pokok adalah jenis pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang
sebagai sumber utama dari penghasilan, yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari. Sifat dari pekerjaan ini
adalah tetap. Apabila penghasilan dari pekerjaan pokok ini tidak
atau belum mencukupi untuk keperluan hidup, maka perlu
diusahakan adanya penghasilan lain di luar penghasilan pokok, yang
disebut sebagai pekerjaan dengan penghasilan tambahan.
b. Pekerjaan Sampingan
Pekerjaan sampingan adalah pekerjaan yang dimiliki atau dilakukan
oleh seseorang sebagai pekerjaan untuk memperoleh penghasilan
tambahan guna memenuhi kebutuhan hidup. Sifat pekerjaan
sampingan ini adalah melengkapi pekerjaan pokok. Pekerjaan ini
sama seperti halnya pekerjaan pokok yaitu tidaklah sama untuk
masing- masing orang. Dalam penelitian ini penulis membedakan
1) Wirausaha
2) Bukan wirausaha
Dalam hal ini penulis akan melihat hubungan antara jiwa
kewirausahaan dengan minat berwirausaha siswa ditinjau dari jenis
pekerjaan orang tua yang berwirausaha dan bukan berwirausaha.
2. Tingkat Pendapatan Orang Tua
Pengertian pendapatan sangat erat hubungannya dengan penghasilan
yaitu jumlah barang dan jasa yang diperoleh dari hasil kerja seseorang.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup suatu rumah tangga, maka sebuah
keluarga harus berusaha agar memperoleh pemasukan sebagai sumber
keuangan guna memenuhi kebutuhannya. Menurut Maslina (Sumardi
dan Hans-Dieter Evers, 1982:322), pendapatan orang tua adalah jumlah
penghasilan riil keluarga yang dipergunakan untuk mencukupi
kebutuhan bersama maupun perorangan dalam keluarga. Menurut
Gilarso (1991:63), pendapatan adalah segala bentuk balas karya yang
diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa sumbangan seseorang
terhadap proses produksi. Menurut Depdikbud (1978:24), pend apatan
adalah semua penghasilan yang diterima, baik berupa barang maupun
nilai uang yang diperoleh dari pihak lain sebagai balas jasa yang
diberikan. Menurut Sumardi dan Hans-Dieter Evers (1982:99), pada
umumnya tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pend apatan
masyarakat, makin tinggi pendidikan suatu masyarakat makin tinggi
Menurut Biro Pusat Statistik (Sumardi dan Hans-Dieter Evers,
1982:92), pendapatan dan penerimaan keluarga dapat berbentuk:
a. Pendapatan berupa uang, yakni segala penghasilan berupa uang yang
bersifat regular dan diterima sebagai balas jasa. Sumbernya adalah
gaji dan upah, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pekerjaan
bebas, hasil investasi seperti bunga dan pensiun.
b. Pendapatan berupa barang yakni segala pendapatan yang sifatnya
regular akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa, tetapi dapat
diterima dalam bentuk barang dan jasa. Misalnya tunjangan beras,
tunjangan kesehatan dan lain- lain.
c. Pendapatan lain- lain dari penerimaan barang dan jasa, yakni segala
penerimaan bersifat transfer redistributif dan biasanya membawa
perubahan dalam keuangan rumah tangga. Misalnya penjualan
barang yang dipakai, pinjaman uang, hasil undian dan penagihan
piutang.
3. Tingkat Pendidikan Orang Tua
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 1995:232),
pendidikan diartikan sebagai sebuah proses pengubahan tingkah laku
seseorang atau kelompok orang, dalam usaha untuk mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Definisi tersebut hal
yang hampir sama yang dikatakan oleh Supriyatno (2002:12),
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dalam menciptakan
secara aktif untuk memiliki kepribadian, kecerdasan, sikap spiritual,
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara,
melalui kegiatan bimbingan, latihan dan atau cara lain yang dikenal dan
diakui oleh masyarakat. Menurut Saduloh (2003:55), pendidikan adalah
usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang
berlangsung sepanjang hayat.
Menurut Mapiare (1982:106), tingkat pendidikan yang tinggi
sebagai satu diantara batu loncatan untuk memperoleh status sosial yang
lebih tinggi. Jadi semakin tinggi tingkat pendidikan merupakan dasar
bagi kesuksesan dan kemajuan jabatan yang dicapai yang pada akhirnya
memudahkan bagi seseorang untuk dapat diterima dengan baik dalam
masyarakatnya. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu
proses perubahan kelakuan manusia dalam pengetahuan, cara berpikir,
perasaan, dan sikap mental. Pendidikan dikatakan suatu proses, bahwa
pendidikan tidak akan pernah berhenti tetapi akan terus berlangsung
seumur hidup manusia.
Melalui pendidikan, seseorang memperoleh pengalaman, mampu
mengembangkan hal-hal yang baru dan akhirnya akan menimbulkan
kesejahteraan dan kedamaian pada orang itu sendiri. Dengan pendidikan
yang cukup, seseorang akan lebih mudah menunjukkan identitas dirinya
pada masyarakat, seseorang akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan
yang sesuai dengan cakrawala kehidupan karena masyarakat sudah
sehingga akan lebih mempermudah bagi orang itu sendiri untuk
menyatakan diri sebagai anggota masyarakat di dalam masyarakat
tempat dia berada.
Menurut Tanlain (2002:43), pendidikan dapat diklasifikasikan
dalam:
a. Pendidikan formal (pendidikan sekolah)
Pendidikan formal adalah suatu bentuk pendidikan atau pelatihan
yang diberikan secara terorganisasi dan berjenjang, baik yang
bersifat umum maupun yang bersifat khusus. Karakteristik
pendidikan fo rmal adalah sebagai berikut.
a) Pendidikan direncanakan dan diatur secara khusus dan
berjenjang
b) Ada persyaratan yang cukup ketat mengenai waktu
pendidikan, isi pendidikan
c) Penggunaan metode formal dan ada penilaian formal terhadap
hasil.
b. Pendidikan informal
Pendidikan informal adalah kegiatan pendidikan yang berlangsung
seiring dengan berlangsungnya kegiatan hidup sehari- hari.
Karakteristik pendidikan informal adalah sebagai berikut.
a) Pendidikan tidak direncanakan dan diatur secara khusus
c) Tidak menggunakan metode formal dan tidak ada penilaian
formal
c. Pendidikan non formal
Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang teratur dengan sadar
dilakukan tetapi tidak selalu mengikuti peraturan yang ketat dan
tetap. Pendidikan non formal berbentuk kursus, pusat latihan untuk
peningkatan ketrampilan kerja. Karakteristik pendidikan no n
formal adalah sebagai berikut.
a) Pendidikan direncanakan dan diatur secara khusus dan
berjenjang
b) Ada persyaratan yang cukup lunak mengenai waktu dan peserta
c) Jangka waktu pendek dan isi pendidikan bersifat praktis untuk
peningkatan ketrampilan kerja dengan tujuan meningkatkan
usaha dan taraf hidup
d) Menggunakan metode formal untuk menilai hasil
Dalam Tanlain (2002:46), jenjang pendidikan dibagi menjadi
empat yaitu.
a. Pendidikan dasar : tamatan pra sekolah, SD atau sederajat.
b. Pendidikan lanjutan : tamatan SMP atau sederajat.
c. Pendidikan Menengah : tamatan SMA atau sederajat.
d. Pendidikan Tinggi : tamatan D1, D2, D3, D4, S1, S2, S3.
Tingkat pendidikan orang tua maksudnya adalah tingkat
jenjang pendidikan formal yang berhasil diselesaikan, yaitu SD, SMP,
SMA dan Perguruan Tinggi. Tingkat pendidikan formal yang dicapai
akan membawa pengaruh yang luas pada kehidupan seseorang, yaitu
bukan hanya berpengaruh terhadap tingkat penguasaan pengetahuan,
tetapi juga berpengaruh pada jenjang pekerjaan formal, penghasilan,
kekayaan dan status sosial dalam masyarakat. Kemampuan orang tua
menyelesaikan jenjang pendidikan yang tinggi menjadi pemicu dan
semangat bagi anak untuk mencapai hal yang serupa anak juga akan
meniru orang tuanya. Brembeck (Bahar, 1989:127), menyatakan bahwa
dorongan orang tua baik disengaja maupun tidak disengaja akan tetap
mempengaruhi aspirasi anak terhadap pendidikan. Semakin banyak anak
merasakan adanya dorongan dari orang tuanya semakin besar
pengaruhnya terhadap aspirasi anak tersebut terhadap pendidikan. Anak
dari keluarga yang tingkat pendidikan orang tuanya lebih tinggi
menunjukkan nilai yang lebih baik dalam kemampuan akademik dan
dalam lamanya bersekolah dibanding dengan anak-anak yang tingkat
pendidikan orang tuanya lebih rendah.
D. Hubungan Diantara Variabel Penelitian
1. Hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha siswa
ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua.
Jenis pekerjaan adalah suatu bentuk atau macam kegiatan yang
yang mendominasi suatu daerah akan sangat berpengaruh terhadap
pilihan pekerjaan. Apabila dalam masyarakat banyak dijumpai
wirausahawan yang berhasil, maka akan mempengaruhi minat
berwirausaha bagi seseorang. Begitu pula dalam lingkungan keluarga,
orang tua yang mempunyai jenis pekerjaan berwirausaha anak tersebut
akan mempunyai kecakapan khusus dalam bidang wirausaha yang dapat
menyebabkan anak tersebut juga ingin terjun dalam bidang wirausaha.
Bermula dari keinginan ini akan menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan
minat berwirausaha.
Dalam penelitian ini jenis pekerjaan orang tua digolongkan
menjadi dua yaitu pekerjaan wirausaha dan pekerjaan bukan wirausaha.
Jenis pekerjaan orang tua yang berbeda diduga akan membedakan
hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha siswa. Orang
tua sering mengambil peranan penting dalam pemilihan jabatan
pekerjaan sang anak karena rasa tanggung jawab terhadap masa depan
anak. Pada siswa yang pekerjaan orang tuanya adalah wirausaha, diduga
derajat hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha siswa
akan lebih tinggi dibandingkan siswa yang jenis pekerjaan orang tuanya
bukan wirausaha. Hal ini disebabkan anak berada dalam kondisi
lingkungan pekerjaan berwirausaha yang dalam kehidupan
sehari-harinya terbiasa melihat cara kerja orang tuanya yang berwirausaha.
Seorang anak sejak kecil mempelajari perilaku dan kebiasaan orang
dalam kehidupan sehari- hari yakni sifat mandiri (misalnya anak
dibiarkan mencoba pakaian sendiri), percaya diri, sikap tidak takut
gagal, bertanggung jawab, tidak cepat puas, dan selalu berusaha lebih
baik dari sebelumnya (misalnya memberi semangat dan dorongan pada
anak dengan memuji). Sifat-sifat tersebut bersifat pengulangan sehingga
menjadi kebiasaan. Anak yang memiliki sifat-sifat di atas cepat atau
lambat akan terdorong untuk membuka usaha pribadi sesuai dengan
minat dan bakatnya. Sementara pada siswa dimana pekerjaan orang
tuanya bukan wirausaha derajat hubungan jiwa kewirausahaan dengan
minat berwirausaha siswa akan lebih rendah. Hal ini disebabkan anak
tidak berada dalam kondisi lingkungan pekerjaan berwirausaha. Kondisi
tersebut membuat anak tidak terbiasa dengan pekerjaan berwirausaha
sehingga anak kurang berminat dalam berwirausaha. Dengan demikian
dikembangkan dugaan dalam penelitian ini bahwa perbedaan dalam hal
jenis pekerjaan orang tua, berbeda pula derajat hubungan jiwa
kewirausahaan dengan minat berwirausaha siswa.
2. Hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha siswa
ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua.
Pendapatan orang tua adalah jumlah penghasilan riil keluarga yang
dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan bersama maupun perorangan
dalam keluarga. Dalam kondisi ekonomi keluarga cukup, seseorang
akan mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan
tidak ada alat–alat. Jadi anak yang berasal dari keluarga yang
ekonominya cukup, mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk
mengembangkan kemampuannya dari pada anak yang berasal dari
keluarga yang ekonominya rendah.
Tinggi/rendahnya pendapatan orang tua diduga menentukan
derajat hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha. Pada
siswa dimana pendapatan orang tuanya tinggi, maka derajat hubungan
jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha akan lebih tinggi
dibandingkan siswa yang pendapatan orang tuanya rendah. Hal ini
disebabkan pada siswa dimana pendapatan orang tua tinggi, tersedia
modal material yang berupa fasilitas sarana dan biaya untuk membuka
usaha. Hal ini semakin menguatkan jiwa kewirausahaan dan minat
siswa.
Sedangkan semakin rendah pendapatan orang tua, maka derajat
hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha akan lebih
rendah. Hal ini disebabkan orang tua tidak memiliki ketersediaan modal
material yang berupa fasilitas sarana dan biaya untuk membuka usaha.
Dengan demikian dikembangkan dugaan dalam penelitian ini bahwa
perbedaan dalam hal tingkat pendapatan orang tua, berbeda pula derajat
hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha.
3. Hubungan antara jiwa kewirausahaan dengaan minat berwirausaha siswa
Tingkat pendidikan orang tua dimaksudkan sebagai tingkatan
pendidikan formal yang berhasil ditamatkannya. Tingkat pendidikan
formal yang dimiliki akan membawa pengaruh luas pada kehidupan
seseorang, yaitu tidak hanya berpengaruh pada tingkat pengetahuan dan
teknologi tetapi juga berpengaruh pada pekerjaan, kekayaan,
penghasilan, dan status sosial dalam masyarakatnya.
Secara umum orang tua yang dapat menyelesaikan pendidikan
formal yang cukup tinggi mempunyai pengaruh dalam pekerjaan,
kekayaan, penghasilan, dan penerimaan yang baik di masyarakat.
Bahkan secara umum pula kecakapan seseorang dalam bidang tertentu
diperoleh dari hasil belajar, baik pendidikan formal maupun non formal,
dan menentukan pemilihan jenis pekerjaan. Dengan sendirinya anak
merasa tertarik untuk dapat menyelesaikan pendidikan formal seperti
orang tuanya.
Tinggi/rendahnya pendidikan orang tua diduga menentukan
derajat tinggi/rendahnya hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat
berwirausaha. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, maka
semakin tinggi pula kualitasnya. SDM yang berkualitas diharapkan lebih
produktif dan mampu menciptakan pekerjaan bagi dirinya sendiri.
Tingkat pendidikan merupakan dasar bagi kesuksesan dan kemajuan
jabatan yang dicapai yang pada akhirnya memudahkan bagi seseorang
untuk dapat diterima dengan baik dalam masyarakat. Jadi semakin tinggi
jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha siswa. Sedangkan
semakin rendah tingkat pendidikan orang tua maka semakin rendah
derajat hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha siswa.
Hal ini disebabkan orang tua kurang memperhatikan anak untuk lebih
produktif dan lebih berinisiatif untuk menciptakan pekerjaan bagi
dirinya sendiri. Dengan demikian dikembangkan dugaan dalam
penelitian ini bahwa perbedaan dalam hal tingkat pendidikan orang tua,
berbeda pula derajat hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat
berwirausaha.
E. Kerangka Pemikiran Teoritik
1. Hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha
ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua
Jiwa kewirausahaan adalah kemampuan berpikir kreatif dan
bertindak inovatif dalam rangka menciptakan peluang atau kesempatan
dalam dunia usaha. Minat berwirausaha adalah kecenderungan
seseorang mempunyai perasaan senang terhadap wirausaha yang
muncul dari kemampuan berpikir kreatif dan bertindak inovatif. Jenis
pekerjaan orang tua adalah macam pekerjaan yang ditekuni oleh orang
tua sebagai sumber penghasilan yang diduga berpengaruh pada tingkat
hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha.
2. Hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha
Jiwa kewirausahaan adalah kemampuan berpikir kreatif dan
bertindak inovatif dalam rangka menciptakan peluang atau kesempatan
dalam dunia usaha. Minat berwirausaha adalah kecenderungan
seseorang mempunyai perasaan sena ng terhadap wirausaha yang
muncul dari kemampuan berpikir kreatif dan bertindak inovatif. Tingkat
pendapatan orang tua adalah jumlah penghasilan riil keluarga untuk
mencukupi kebutuhan dalam keluarga yang diduga berpengaruh pada
tingkat hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha.
3. Hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha
ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua.
Jiwa kewirausahaan adalah kemampuan berpikir kreatif dan
bertindak inovatif dalam rangka menciptakan peluang atau kesempatan
dalam dunia usaha. Minat berwirausaha adalah kecenderungan
seseorang mempunyai perasaan senang terhadap wirausaha yang
muncul dari kemampuan berpikir kreatif dan bertindak inovatif. Tingkat
pendidikan orang tua adalah tingkatan pendidikan formal orang tua yang
berhasil ditamatkan yang diduga berpengaruh pada tingkat hubungan
jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha.
Berdasarkan kajian teoritis, berikut ini digambarkan model
penelitian sebagai berikut.
Jenis Pekerjaan Tingkat Pendidikan
Jiwa Kewira usahaan
Minat Berwira
F. Rumusan Hipotesis
1. Ada hubungan yang positif antara jiwa kewirausahaan dengan minat
berwirausaha siswa ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua.
2. Ada hubungan yang positif antara jiwa kewirausahaan dengan minat
berwirausaha siswa ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua.
3. Ada hubungan yang positif antara jiwa kewirausahaan dengan minat
32
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus pada SMK Negeri
I, SMK Kristen 2, SMK Katolik di Kabupaten Klaten. Studi kasus
merupakan penelitian terhadap obyek tertentu, sehingga kesimpulan yang
diambil berdasarkan penelitian tersebut hanya berlaku bagi obyek yang
diteliti saja.
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK – SMK eks SMEA yang berada di
SMK Negeri I, SMK Kristen 2, dan SMK Katolik di Kabupaten Klaten.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2006 – Januari
2007.
B. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah orang-orang yang terlibat dalam
penelitian, dalam hal ini mereka bertindak sebagai pemberi informasi yang
33 liputi kepala sekolah, guru dan siswa.
2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan
dalam penelitian. Dalam hal ini yang menjadi obyek penelitian adalah jiwa
kewirausahaan, minat berwirausaha, jenis pekerjaan orang tua, tingkat
pendapatan orang tua, dan tingkat pendidikan orang tua.
C. Populasi Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas
III Penjualan SMK Negeri I Klaten, SMK Kristen 2 Klaten dan SMK
Katolik Klaten. Berdasarkan survai awal penelitian ini, didapat jumlah
populasi siswa kelas III jurusan penjualan SMK Negeri I sebanyak 118
siswa, SMK Kristen 2 sebanyak 92 siswa, SMK Katolik sebanyak 58 siswa.
Jadi total keseluruhan populasi siswa kelas III Penjualan berjumlah 268
siswa. Dalam penelitian ini, seluruh populasi diambil sebagai sarana
penelitian sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. Penelitian
populasi (Arikunto, 1996:115), adalah pendekatan semua elemen yang ada
didalam wilayah penelitian. Alasan dari pemilihannya adalah karena siswa
kelas III sudah menempuh mata pelajaran kewirausahaan dengan
kompetensi mengelola usaha kecil.
D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya 1. Variabel Jiwa Kewirausahaan
34
tu yang berbeda dengan yang lain serta mampu berpikir kreatif dan
bertindak inovatif dalam rangka menciptakan peluang atau kesempatan
dalam dunia usaha. Pengukuran variabel jiwa kewirausahaan dalam
penelitian ini didasarkan pada 12 (dua belas) indikator (Priyono dan
Soerata, 2004:20) yang meliputi: (a) percaya diri; (b) berorientasi pada
tugas dan hasil; (c) pengambilan risiko; (d) kepemimpinan; (e)
keorisinilan; (f) berorientasi ke masa depan; (g) tegar dan tahan uji, ulet
dan tidak mudah patah semangat; (h) menetapkan standarnya sendiri dan
bergerak berdasarkan target-target yang telah ditentukan; (i) pekerja keras
dan cerdas (smart); (j) independen dan mandiri; (k) bertanggung jawab; (l)
fleksibel.
Berikut ini dijadikan tabel operasionalisasi variabel jiwa
kewirausahaan:
No .
Indikator Pertanyaan Positif No. Pertanyaan Negatif No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Percaya diri
Berorientasi pada tugas dan hasil Pengambilan risiko
Kepemimpinan Keorisinilan
Berorientasi ke masa depan
Tegar dan tahan uji, ulet dan tidak patah semangat.
Menetapkan standarnya sendiri dan bergerak berdasarkan target-target yang telah ditentukan. Pekerja keras dan cerdas (smart)
35
Masing- masing pernyataan selanjutnya dinyatakan dalam 4
(empat) skala pendapat sebagai berikut:
2. Variabel minat berwirausaha
Minat berwirausaha adalah suatu keadaan dimana seseorang
mempunyai perasaan senang, menaruh perhatian pada sesuatu serta
berusaha untuk mengetahui, melakukan pendekatan, memperhatikan
dengan seksama melibatkan diri dan mengarahkan individu pada suatu
pilihan tertentu. Pengukuran variabel minat berwirausaha dalam penelitian
ini didasarkan pada 8 (delapan) indikator yang meliputi: (a) ketertarikan;
(b) perasaan senang; (c) keinginan/dorongan untuk terlibat dalam kegiatan
wirausaha; (d) harapan untuk memperoleh manfaat; (e) pendirian; (f)
kemampuan; (g) konsentrasi; (h) rasa ingin tahu.
Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel minat
berwirausaha:
36 5. 6. 7. 8. Pendirian Kemampuan Konsentrasi Rasa ingin tahu
13,14,15,16 18, 19,20
12
17
Masing- masing pernyataan selanjutnya dinyatakan dalam 4
(empat) skala pendapat sebagai berikut:
3. Variabel jenis pekerjaan orang tua
Jenis pekerjaan orang tua adalah suatu bentuk atau macam kegiatan
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh penghasilan. Dalam
penelitian ini jenis pekerjaan orang tua dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Wirausaha
b. Bukan wirausaha
Skala pengukuran variabel ini adalah nominal. Skor = 2 untuk
wirausaha dan skor = 1 untuk bukan wirausaha.
4. Variabel tingkat pendapatan orang tua
Tingkat pendapatan orang tua adalah besarnya pendapatan orang tua
yang bersumber dari pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan dan
pendapatan lain yang berupa uang maupun barang yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan. Tingkat pendapatan digunakan untuk membedakan
37
orang tua yang mempunyai jumlah pendapatan rendah.
Untuk mengukur variabel tingkat pendapatan orang tua siswa
dilakukan dengan cara menentukan terlebih dahulu batas minimum
pendapatan standar di Kabupaten Klaten. Dalam hal ini Upah Minimum
Kota/Kabupaten di Jawa Tengah tahun 2005, yang telah ditetapkan
melalui SK Gubernur Jateng No. 561/64/2005 tanggal 21 November 2005.
Upah Minimum Kabupaten K laten sekarang ini yang berlaku adalah
sebesar Rp 480.250,00 (http://www.mediaindo.co.id/berita.asp? id.82410).
Dari pernyataan di atas maka dalam penelitian ini membedakan jumlah
pendapatan sebagai berikut:
a. Pendapatan rendah
Jumlah pendapatan = Rp 480.250,00
b. Pendapatan sedang
Jumlah pendapatan antara Rp 480.251,00 – Rp 960.500,00
c. Pendapatan tinggi
Jumlah pendapatan = Rp 960.501,00
Skala pengukuran variabel ini adalah ordinal. Skor = 1 untuk
pendapatan rendah, skor = 2 untuk pendapatan sedang dan skor = 3 untuk
pendapatan tinggi.
5. Variabel tingkat pendidikan orang tua
Tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan yang
berhasil dicapai orang tua dalam hal ini jenjang pendidikan formal yang
38
kan diukur berdasarkan empat kategori yaitu :
a. Pendidikan Dasar : tamatan pra sekolah, SD atau sederajat (skor 1).
b. Pendidikan Lanjutan : tamatan SMP atau sederajat (skor 2).
c. Pendidikan Menengah : tamatan SMA atau sederajat (skor 3).
d. Pendidikan Tinggi : tamatan D1, D2, D3, D4, S1, S2, S3 (skor 4).
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner
Kuesioner merupakan sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan kepada
responden untuk diisi sesuai dengan keadaan responden. Metode ini
digunakan untuk mengumpulkan data tentang jiwa kewirausahaan, minat
berwirausaha siswa, jenis pekerjaan orang tua, tingkat pendapatan, dan
tingkat pendidikan orang tua.
2. Wawancara
Wawancara merupakan dialog yang dilakukan oleh peneliti dimaksudkan
untuk mendapatkan keterangan-keterangan yang diperlukan. Metode ini
diperlukan untuk mendapat data-data untuk melengkapi data-data yang
telah dikumpulkan dengan metode kuesioner.
F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas 1. Peng ujian Validitas
Pengujian validitas (test of validity) dimaksudkan untuk mengetahui
39
(sahih) atau tidak. Pengujian validitas dilakukan dengan mengkorelasikan
antar skor jawaban masing- masing item pertanyaan dengan skor total yang
diperoleh dari penjumlahan skor pertanyaan. Uji validitas digunakan
dengan rumus Korelasi Product Moment Pearson (Arikunto,2005:327),
yaitu:
)
(
(
)
)
}
{
(
)
}
(
{
∑
∑
−∑
∑
∑
∑
−∑
− = 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 Y Y n X X n Y X Y X n r Keterangan:r : Koefisien korelasi
Yi : Skor total setiap item tes ke- i Xi : Skor masing- masing item tes ke- i N : Jumlah item pertanyaan
Untuk menentukan apakah instrumen ini valid atau tidak, maka
ketentuannya sebagai berikut.
• Jika rhitung ≥ rtabel dengan tingkat kepercayaan 95%, maka
instrumen tersebut valid
• Jika rhitung ≤ rtabel dengan tingkat kepercayaan 95%, maka
instrumen tersebut tidak valid
Pelaksanaan uji validitas dilaksanakan dengan responden siswa-siswi
kelas II Penjualan dengan jumlah 30 di SMK Katolik Klaten.
Uji validitas dilakukan terhadap item- item pertanyaan variabel jiwa
kewirausahaan dengan minat berwirausaha. Uji validitas ini dilakukan
untuk tiap-tiap butir, sehingga lima puluh empat (54) pertanyaan yang
40
a. Hasil Pengujian Validitas Variabel Jiwa Kewirausahaan.
Ada tiga puluh empat (34) butir pertanyaan pada variabel ini.
Rangkuman uji validitas untuk jiwa kewirausaha an adalah sebagai
berikut (lampiran II,hal 123):
Tabel 3.1
Rangkuman Uji Validitas untuk Jiwa Kewirausahaan Butir No. Nilai r tabel Nilai r hitung Status
1 0,239 0,316 Valid
2 0,239 0,298 Valid
3 0,239 0,320 Valid
4 0,239 0,406 Valid
5 0,239 0,334 Valid
6 0,239 0,389 Valid
7 0,239 0,318 Valid
8 0,239 0,270 Valid
9 0,239 0,316 Valid
10 0,239 0,388 Valid
11 0,239 0,387 Valid
12 0,239 0,559 Valid
13 0,239 0,367 Valid
14 0,239 0,240 Valid
15 0,239 0,340 Valid
16 0,239 0,328 Valid
17 0,239 0,316 Valid
18 0,239 0,268 Valid
19 0,239 0,254 Valid
20 0,239 0,356 Valid
21 0,239 0,393 Valid
22 0,239 0,325 Valid
23 0,239 0,425 Valid
24 0,239 0,265 Valid
25 0,239 0,257 Valid
26 0,239 0,279 Valid
27 0,239 0,275 Valid
28 0,239 0,352 Valid
29 0,239 0,333 Valid
30 0,239 0,380 Valid
31 0,239 0,285 Valid
32 0,239 0,305 Valid
41
34 0,239 0,262 Valid
Sumber : Data Prapenelitian
Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh item pertanyaan pada variabel
jiwa kewirausahaan menunjukkan bahwa sebanyak tiga puluh empat
butir pertanyaan adalah valid. Pengambilan kesimpulan ini b