• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA SMK DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA SMK DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA

Studi Kasus: Siswa-siswi Jurusan Penjualan pada

SMK Negeri I, SMK Kristen 2, dan SMK Katolik di Kabupaten Klaten

SKRIPSI

Disusun Oleh:

MARIA GAMPANG SRI MURDANI 021334039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA

Studi Kasus: Siswa-siswi Jurusan Penjualan pada

SMK Negeri I, SMK Kristen 2, dan SMK Katolik di Kabupaten Klaten

SKRIPSI

Disusun Oleh:

MARIA GAMPANG SRI MURDANI 021334039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

MOTTO

“Saat hidup tak terangkai sempurna

Banyak berkat terselubung di balik

kepedihan dan pencobaan

Ya, kita tak dapat m elihat

apa yang Allah rencanakan

Namun lewat penderitaan

kita menjumpai kasih Allah,

Serta dapat merasakan damai

yang dilimpahkan- Nya dari surga”

(K athy C. M iller)

“Berbuatlah sebanyak mungkin kebaikan,

Melalui sebanyak m ungkin cara,

Di sebanyak m ungkin tem pat,

Pada sebanyak mungkin waktu,

Kepada sebanyak mungkin orang,

Sejauh m ungkin,

Sesuai kemampuanmu”

(Alm. Rm. Pablo,CM F)

“Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya”

(Pengkotbah 3:11)

“Roh Kudus datang menolong dalam kelemahan kita dan

menjadi pengantara kita”

(6)

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan teristimewa untuk:

Tuhan Yesus K rist us

Bunda M aria Yang M elindungiku

Almarhum Bapakku Dominicus Suparno

I buku AY. Sri Hastuti

Kakak -kakakku:

Elizabeth Setyo Sri Kenyo Weningsih

Chatarina Sri Tunjung Dwi Anggani

Yohanes Aris Sri Sadono

Chatarina M irah Sri Wismanti

M argaretha Widayati Dampit Sri Karenan

Almarhum Widoyo Dampit Sri Parikenan

Almarhum Gampang Sri M urdono

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 13 September 2007

Penulis

(8)

vii ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA SMK DITINJAU DARI

STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA Studi Kasus: : Siswa-siswi Jurusan Penjualan pada

SMK Negeri I, SMK Kristen 2, dan SMK Katolik di Kabupaten Klaten

Maria Gampang Sri Murdani Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua; (2) ada hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua; (3) ada hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua pada siswa – siswi jurusan penjualan di SMK Negeri I, SMK Kristen 2 dan SMK Katolik di Kabupaten Klaten.

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Desember 2006. Populasi penelitian berjumlah 268 orang terdiri dari 118 siswa SMK Negeri I, 92 siswa SMK Kristen 2, dan 58 siswa SMK Katolik. Pengumpulan data menggunakan metode kuesioner dan wawancara. Untuk menguji hipotesis penelitian menggunakan metode analisis korelasi product moment dari Pearson.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan yang positif dan signifikan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua (thitung = 11,423 > ttabel = 1,66); (2) ada hubungan positif dan signifikan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua (thitung =10,354 > ttabel =1,65); (3) ada hubungan positif positif dan signifikan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua (thitung = 8,347 >

tabel

(9)

viii

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN THE ENTREPRENEURSHIP SPIRIT AND THE INTEREST OF BEING AN ENTREPRENEUR OF

VOCATIONAL SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS OBSERVED FROM THE ECONOMICAL AND SOCIAL STATUS OF THE PARENTS A Case Study on: Students of Marketing Department of the State Vocational Senior High School, Christian 2 Vocational Senior High School, and Catholic

Vocational Senior High School in Klaten Regency

Maria Gampang Sri Murdani Sanata Dharma University

Yogyakarta 2007

This research aims to know whether: there is any relationship between the entrepreneurship spirit and the interest of being an entrepreneur observed from (1) the kind of occupation of the parents; (2) the income level of the parents; (3) the educational level of the parents of the students of marketing department in the State Vocational Senior High School, Christian 2 Vocational Senior High School, and Catholic Vocational Senior High School in Klaten Regency.

Data collecting was done in December 2006. The population of the research were 268 students consist of 118 students of State Vocational Senior High School, 92 students of Christian 2 Vocational Senior High School, and 58 students of Catholic Vocational Senior High School. The data were collected by using questionnaire and interviews methods. To examine the research hypotheses, data were analyzed by using the methods of product moment from Pearson correlation analysis.

Research findings shows that: there is a positive and significant correlation between the entrepreneurship spirit and the interest of being an entrepreneur observed from (1) the kind of occupation of the parents (tcount = 11,423 > ttable

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas

rahmat, berkat, kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan Dengan Minat

Berwirausaha Siswa SMK Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi Orang Tua ”.

Tujuan penulisan skripsi ini salah satunya adalah untuk memenuhi syarat dalam

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan S1 pada Program Studi Pendidikan

Akuntansi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari banyak sekali

hambatan-hambatan, namun berkat doa, bimbingan, nasihat, dan dukungan dari semua

pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Maka dari itu atas

terselesainya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph. D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si.. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd,. M.Si. Selaku Ketua Jurusan Program

Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan

dosen pembimbing yang telah bersedia untuk membimbing dengan penuh

kesabaran dan memberikan petunjuk berupa saran-saran dan kritikan demi

kemajuan penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. yang telah bersedia

mendampingi penulis dalam proposal penelitian memberikan pengarahan

dengan penuh kesabaran.

5. Bapak S. Widanarto Prijowutanto, S.Pd., M.Si. dan Ibu Natalina Premastuti

Brataningrum, S.Pd. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan

masukan saat menguji penulis.

6. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi (Ibu Indah, Ibu Rita,

(11)

x

Singo ), Program Studi Ekonomi (Ibu Wigati, Pak Teguh, Pak Rubi, Pak

Indra, Pak Vianney) dan seluruh dosen-dosen Universitas Sanata Dharma

yang telah mengajar dan mendidik dengan sabar kepada penulis selama

belajar di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

7. Sekretariat Program Studi Pendidikan Akuntansi, Mbak Aris dan Pak

Wawik dan Sekretariat Program Studi Pendidikan Ekonomi, Mbak Titik

yang telah melayani penulis dengan sabar selama kuliah hingga selesainya

skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu karyawan, serta petugas perpustakaan Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

9. Bapeda Kabupaten Klaten, yang telah memberikan ijin penelitian di SMK

Negeri I, SMK Katolik dan SMK Kristen 2 Klaten.

10. Keluarga besar SMK Negeri I Klaten, Bapak Drs. M.Sami selaku Kepala

Sekolah yang telah memberikan ijin penelitian, Ibu Siti Mualifah selaku

Kaprolin yang telah bersedia mendampingi penulis saat penelitian, Bapak

Tri Joko selaku Kepala Kantor/TU, siswa-siswi kelas 3 Penjualan yang

telah meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner demi mendukung

kelancaran skripsi ini.

11. Keluarga besar SMK Katolik Klaten, Bapak FY. Parintyatma, BA selaku

Kepala Sekolah yang telah memberikan ijin penelitian, Bapak Joko Widodo

selaku Wakasek yang telah bersedia mendampingi penulis saat penelitian,

Bapak Harto, Bapak Gino, siswa-siswi kelas 3 Penjualan yang telah

meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner demi mendukung kelancaran

skripsi ini.

12. Keluarga besar SMK Kristen 2 Klaten, Bapak Drs. Sutomo Wardoyo selaku

Kepala Sekolah yang telah memberikan ijin penelitian, Ibu Dra. Sekti B. dan

Ibu Riwi H, BA yang telah bersedia mendampingi penulis saat penelitian,

Bapak Sabar, Ibu Tri Muryani, Ibu Sarniatun, siswa-siswi kelas 3 Penjualan

yang telah meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner demi mendukung

(12)

xi

13. Alm. Bapakku D. Suparno, Be danik wis lulus ki....kutau babe lagi tersenyum bahagia di surga mat ur suwun sanget at as pengorbanan, kerja keras, perhat ian ma kasih sayangnya yang tulus, kangen nie mijitin....buat Ibuku AY.Sri Hastuti, mamex makasi yach atas semua perhatian, doa en kasih sayangnya.

14. Mba Yok makasi atas pengorbanan, bantuan secara moril & material, doa, semangat ,

perhatian serta kasih sayangnya yang t ulus, mba Tunjung, mas Aris, mba Wiwid, mba Mira makasi atas segala bantuan dan semangat, keponakanku Topik n

Fajar thanx untuk kelucuan n ramenya suasana.

15. My Close friends, Elfira (liong) akhirnya qta bisa lulus bareng yach 09.00

a.m thanx 4 everything smoga qta tetap jadi sahabat yang oke di mata Tuhan

ciee..., Sisil (lont ong) Jeng muter- muter sekolahan lagi yuks trus

sightseeing again ye, Rur i seneng dech dinyanyiin en digitarin lagu- lagunya

Mr. Big jadi happy lho...Sant i wah dah kerja ne..., Flora (f of o) jalan-jalan

lagi yuk?!? tp kapan yach..., Desi allow dor a kapan-kapan curhat lagi

yach..., W at ik akhirnya qta bisa lulus bareng 01.00 p.m thanx atas

kebersamaannya n abang pak dokter flash, Ana seneng dech nyanyi- nyanyi

bareng walopun agak fals sich hehe..., Mita (mit hong) ayo cepet selesain

skripsinya yach, semangat!!! Sisil man’02 yuks ke warnet lagi...kangen nie

ma kebun salakmu turi, Yessi, Gama n Ndar u thanx dah jadi sobatku dari

kecil moga qta tetap jadi sahabat.

16. Temen-temen kost Brojowikalpo No.2B Dewi “tuyul memble” n family,

Yudha, Retno “Nonox”, Anna, Nuning, Tian, Shinta, Silvi, Sulis, mba Rica

“tante”, mba Andri, mba Anna, mba Ota, Ana, Tita thanx our bright days, I ’ll

be missing you all....J

(13)

xii

Sr. Stela doain aku selalu ya suster..., mba Endang laris yo mba..., Yuli ‘bom-bom’moga jadi hairstylish yang keren.

18. Temen-temen PAK A 2002 à Edi, Yuli, Hanick, Trisna, Rita (Susi), Lieya, Ninuk, Shila, Etha, Febri, Santi, Ika, Br.Tadius, Nanik, Siska, Moko, Titet,

Aji, Adi, Krestee, Rita stero, Erni, Rosa, Emi, Vero, Yeni seneng dech

bisa sekelas bar eng X- an smoga ini bisa j adi kisah klasik yang

pant as unt uk dikenang t hanx 4 ever yt hing, don’t f or get me...

19. Temen-temen PAK B 2002à Fera, Eri, Yoyok, Imas, Siska, Muntari, Lusi,

Yuni, Dwi, Adi, Goris, Tyas, Bowo, Dita, Indri, Lamdos, Kris, Didik, dll.

20. Temen-temen PAK C 2002 à Banu, TM, Uci, Toro, MM, Cipluk, Suprapti,

Wulan, Tiara, Sarinah, Heri, Clara, Thomas, Dewi, Dika, Nina, Astuti, Ima,

Risa, Lia, Esti, dll.

21. Agung kapan jahitin baju buat aku ne...moga jadi desainer yang oks punya

ya bo..., Adven n Merita, Ade, Alex, Frans, Rizki, Vika ke gua kerep lagi

yuks...Yanu n Lippo ke perpus yuks...kakak n adek angkatan PAK thanx

atas kebersamaan saat kuliah di kelas bareng X-an, Adel, Siska, Wulan, Ida,

Indah, Sari Utami, Joyo n Vita,dll.

22. Temen-temen Cana Community (Lektor dan Misdinar) à Mbak Nita n

Papi, Mbak Marga, Mbak Mety, Mas Max, Mas Eric, Mas Yoyok, C’Vivi,

Sisil, Lely, Mas Paus, Mas Ichad, Mas Arfi, Marina, Dewi, Ambro, Yudi,

Ari, Eka, Elkana, Si kembar Vero dan Sabeth, Felic, Gaga, Indah, Lusi,

Putri, Vina, Ika Andar, Sepri, Paskal, Silvi, Jeli, Anton, Santi, Ria, Mita,

Dita, frater-frater angin mamiri,dll thanx ya atas pengalaman berorganisasi,

cabelot is nya n latihan vokal.

23. Keluarga Kapel St. Bellarminus - Mrican dan Campus Ministry USD à

Pak Budi, Mas Kris, Mas Jalur, Frater Ardi, Frater Didik, Frater Beny,

Suster Gracia, Suster Irene, Romo Wiryono S.J., Romo Andalas S.J., Romo

Agung S.J., Romo Hari S.J., Romo Baskoro S.J., Romo Sudiarja S.J., Romo

Prapto S.J., Romo Heliarko S.J., Romo Pram S.J., Romo Subanar S.J., Romo

(14)

xiii

(terima kasih atas doa dan nasehat-nasehatnya, ‘ber t umbuh ber sama

dalam melayani’.

24. Buat diri pribadiku ayo langkahkan kaki, tegarkan hati, kuatkan diri, tuk

menggapai asa yang tinggi, tetap semangat!!!keep smileJ

25. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang selama ini

dengan ketulusan hati telah memberikan bantuan dan dorongan hingga

terselesaikannya skripsi ini.

Penulis

(15)

xiv

halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xix

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

(16)

xv

A. Jiwa Kewirausahaan ... 7

B. Minat Berwirausaha ... 12

C. Status Sosial Ekonomi ... 16

D. Hubungan diantara Variabel Penelitian ... 25

E. Kerangka Pemikiran Teoritik ... 29

F. Rumusan Hipotesis ... 31

BAB III : METODE PENELITIAN... 32

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 32

D. Populasi Penelitian ... 33

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 33

F. Teknik Pengumpulan Data ... 38

G. Pengujian Validitaas dan Reliabilitas ... 38

H. Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Deskripsi Data ... 52

B. Analisis Data ... 57

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 68

BAB V : KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN ... 79

(17)

xvi

C. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA

(18)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran I Data Induk Penelitian ... 83

Lampiran II Statistik Deskriptif , Uji Validitas dan Reliabilitas... 121

Lampiran III Uji Normalitas dan Linearitas ... 127

Lampiran IV Perhitungan Kategori Kecendrungan Variabel (PAP II) dan

Perhitungan Uji- T ... 129

Lampiran V Uji Hipotesis Penelitian... 134

Lampiran VI Surat Ijin Penelitian, Tabel, Kuesioner ... 138

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu penyelenggara

pendidikan pada tingkat menengah memiliki peran untuk menyiapkan peserta

didik agar siswa siap bekerja baik bekerja secara mandiri (wirausaha) maupun

mengisi lowongan pekerjaan yang ada (Kurikulum SMK Edisi 2004). Sebagai

penyelenggara pendidikan tingkat menengah, SMK berkewajiban untuk

mempersiapkan lulusan untuk mampu bersaing di dunia kerja. Faktor utama

yang menentukan mampu tidaknya bersaing adalah seberapa jauh lulusan

memiliki kompetensi dibidangnya, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

serta kemampuan menghasilkan produk unggul. Namun demikian,

kemampuan SMK sebagai lembaga pendidikan kejuruan untuk menyiapkan

tenaga kerja tingkat menengah yang unggul/berkualitas masih disangsikan

oleh sebagian masyarakat.

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas diharapkan lebih

produktif dan mampu menciptakan pekerjaan bagi dirinya sendiri. Kualitas

SDM tersebut sering diukur berdasarkan tingkat penyelesaian jenjang

pendidikan formal. Tetapi, fakta menunjukkan bahwa persentase penduduk

yang bekerja pada periode tahun 1996-2004 dengan pendidikan rendah (tidak

sekolah, belum tamat SD dan tamat SD) mengalami penurunan sebesar 11,8%.

(20)

SMA dan Perguruan Tinggi masing- masing mengalami kenaikan 7,1%, 2,6%,

2,3% (BPS, 2005:40). Bank Dunia (2003), mengasumsikan bahwa setiap

pertumbuhan ekonomi satu persen akan mampu menambah lapangan kerja

bagi 400.000 orang. Padahal, angkatan kerja setiap tahun di Indonesia

berjumlah kurang lebih 3 juta jiwa. Ini berarti sejak saat ini angka penganggur

akan terus bertambah dengan jumlah paling tidak 1,6 juta orang. Dalam Jurnal

Ekonomi Pembangunan (2005:64), menyebutkan bahwa sejak tahun 1997

sampai tahun 2004 jumlah pengangguran terbuka di Indonesia terus meningkat

dari sebesar 4,18 juta jiwa menjadi kurang lebih sebesar 11,35 juta jiwa.

Menghadapi kenyataan tersebut, SMK sebagai penyelenggara pendidikan

kejuruan yang siap kerja perlu untuk meningkatkan kualitas lulusan agar

mampu bekerja maupun menciptakan usaha sendiri. Hal ini didukung

pemberitaan Media Indonesia (12/02/2004) yang menyebutkan bahwa lulusan

SMK yang dapat melanjutkan ke perguruan tinggi hanyalah 10% saja.

Artinya, lulusan SMK lebih banyak memilih terjun ke dunia kerja daripada

melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan demikian peran

pendidikan menengah kejuruan yang senantiasa berorientasi siswa untuk dapat

menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dengan berwirausaha menjadi sangat

penting.

Fakta pengangguran di atas menunjukkan bahwa minat siswa untuk

berwirausaha masih rendah. Faktor yang diduga menyebabkannya adalah

masih rendahnya jiwa kewirausahaan siswa SMK. Adapun maksud dari jiwa

(21)

pikiran dan angan-angan untuk menciptakan sesuatu yang berbeda dengan

yang lain serta mampu berpikir kreatif dan inovatif dalam rangka menciptakan

peluang atau kesempatan dalam dunia usaha. Oleh karena itu, pihak SMK

perlu meningkatkan jiwa kewirausahaan dengan siswa diberi kesempatan

untuk mengelola usaha kecil misalnya mengelola koperasi sekolah.

Derajat hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha diduga

berbeda untuk status sosial ekonomi orang tua yang berbeda. Dalam penelitian

ini status sosial ekonomi yang dimaksud mencakup: jenis pekerjaan, tingkat

pendapatan, dan tingkat pendidikan orang tua. Pada jenis pekerjaan orang tua

sebagai wirausaha, diduga derajat hubunga n jiwa kewirausahaan dengan minat

berwirausaha siswa akan lebih tinggi dibandingkan siswa yang pekerjaan

orang tuanya bukan wirausaha. Hal ini disebabkan anak berada dalam

lingkungan dimana mereka sehari- hari melihat cara kerja orang tuanya

berwirausaha. Pada tingkat pendapatan orang tua tinggi, diduga derajat

hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha akan lebih tinggi

dibandingkan siswa yang pendapatan orang tuanya rendah. Hal ini disebabkan

orang tua memiliki ketersediaan modal material yang berupa fasilitas sarana

dan biaya untuk membuka usaha. Sementara ditinjau dari tingkat pendidikan

orang tua tinggi, diduga derajat hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat

berwirausaha siswa akan lebih tinggi dibandingkan siswa yang pendidikan

orang tuanya rendah. Hal ini disebabkan semakin tinggi tingkat pendidikan

orang tua, orang tua akan lebih memiliki pengetahuan dan wawasan dan

(22)

kualitas sumber daya manusia (SDM). SDM yang berkualitas diharapkan lebih

produktif dan mampu untuk menciptakan pekerjaan sendiri.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis mengambil judul

penelitian “HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA SMK DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA”. Penelitian ini merupakan studi kasus pada siswa-siswi jurusan penjualan pada SMK Negeri I, SMK

Kristen 2, dan SMK Katolik di Kabupaten Klaten.

B. Batasan Masalah

Penelitian ini memfokuskan perhatian pada tinggi atau rendahnya minat

berwirausaha siswa SMK. Ada banyak faktor yang mempengaruhi tinggi

rendahnya minat berwirausaha. Penelitian memfokuskan pada faktor jiwa

wirausaha. Secara lebih spesifik dalam penelitian ini akan diselidiki apakah

ada derajat hubungan yang berbeda antara jiwa kewirausahaan dengan minat

berwirausaha ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan positif antara jiwa kewirausahaan dengan minat

berwirausaha siswa ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua?

(23)

wirausaha siswa ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua?

3. Apakah ada hubungan positif antara jiwa kewirausahaan dengan minat

berwirausaha siswa ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai melalui

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara jiwa kewirausahaan

dengan minat berwirausaha siswa ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua.

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara jiwa kewirausahaan

dengan minat berwirausaha siswa ditinjau dari tingkat pendapatan orang

tua.

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara jiwa kewirausahaan

dengan minat berwirausaha siswa ditinjau dari tingkat pendidikan orang

tua.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian yang akan dilaksanakan ini diharapkan memberikan manfaat–

manfaat sebagai berikut:

1. Memberikan masukan bagi pihak sekolah untuk menyiapkan lulusan yang

(24)

2. Memberikan masukan bagi pengembangan literatur dan penelitian dalam

bidang kewirausahaan. Dengan demikian diharapkan dapat memberikan

(25)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Jiwa Kewirausahaan

1. Pengertian Kewirausahaan

Kata wirausahawan merupakan terjemahan dari kata entrepreneur.

Kata tersebut berasal dari bahasa Perancis ”entrependre“ yang berarti

“bertanggung jawab“. Wirausahawan adalah orang yang bertanggung

jawab dalam menyusun, mengelola dan mengatur risiko suatu usaha

bisnis (Machfoedz dan Machfoedz, 2004:1). Menurut Drucker,

kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu

yang baru dan berbeda (ability to create the new and different). Menurut

Zimmere (Suryana, 2003:4), kewirausahaan adalah penerapan kreativitas

dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya untuk

memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari.

Kreativitas sebagai kemampuan untuk mengembangkan ide-ide

baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam memecahkan

persoalan dan menghadapi peluang, sedangkan, inovasi diartikan

sebagai kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka

memecahkan persoalan-persoalan dan peluang untuk meningkatkan dan

memperkaya kehidupan Zimmere, dalam (Suryana, 2003:2). Jadi

kewirausahaan adalah suatu kemampuan dalam berpikir kreatif dan

(26)

penggerak, tujuan siasat, kiat dan proses dalam menghadapi tantangan

hidup.

Lampiran Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 tahun

1995 tanggal 30 Juni 1995 ( Priyono dan Soerata, 2004:16), tentang

“Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan

Kewirausahaan” pada poin 1 menyatakan bahwa kewirausahaan adalah

semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani

usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari,

menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan

meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih

baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Dalam modul

Pelatihan CEFE (Creation of Enterpreses Formation of Entrepreneurs)

yang diadakan oleh proyek PIKM Provinsi DIY Kanwil Departemen

perindustrian Provinsi DIY Tanggal 5 Mei sampai dengan 13 Juni 1995

(Priyono dan Soerata, 2004:16), disebutkan bahwa kewirausahaan

adalah tanggapan terhadap peluang usaha yang terungkap dalam

seperangkat tindakan serta membuahkan hasil berupa organisasi usaha

yang melembaga, produktif, dan inovatif. Berdasarkan uraian di atas

dapat disimpulkan kewirausahaan adalah suatu kemampuan dalam

berpikir kreatif dan berperilaku inovatif untuk memanfaatkan peluang

usaha.

2. Ciri dan Watak Kewirausahaan

(27)

beragam. Wirausahawan mempunyai ciri yang dominan, yakni rasa

percaya diri dan kemampuan yang lebih baik daripada teman sekerja

ataupun atasannya. Wirausaha memerlukan kebebasan untuk memilih

dan bertindak menurut persepsinya tentang tindakan yang akan

membuahkan kesuksesan (Machfoedz dan Machfoedz, 2004:5).

Menurut Longenecker, dkk (2001:23), seseorang yang menjadi

wirausaha mempunyai kebutuhan yang tinggi akan keberhasilan,

keinginan untuk mengambil risiko yang moderat, percaya diri yang

tinggi dan keinginan untuk berbisnis. Meredith menyatakan bahwa

berwirausaha berarti memadukan perwatakan pribadi, keuangan dan

sumber daya. Oleh sebab itu, berwirausaha merupakan sebuah pekerjaan

atau karir dimana seseorang dalam menjalankannya memiliki ciri–ciri

dan watak (Suryana, 2003:8), sebagai berikut :

Tabel 2.1

Ciri dan Watak Kewirausahaan

No. Ciri-ciri Watak

1 Percaya diri Ketidaktergantungan dan optimisme

2 Berorientasi pada tugas dan hasil

Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat dan inisiatif

3 Pengambilan risiko Kemampuan untuk mengambil risiko yang wajar dan suka tantangan

4 Kepemimpinan Perilaku sebagai pemimpin, menanggapi saran-saran dan kritik 5 Keorisinilan Inovatif dan kreatif serta fleksibel 6 Berorientasi ke masa

depan

(28)

Ciri-ciri atau karakter wirausaha menurut Priyono dan Soerata (2004:20)

antara lain:

a. Segala tindakan berorientasi pada pencapaian tujuan. b. Tegar dan tahan uji, ulet dan tidak mudah patah semangat.

c. Menetapkan standar sendiri dan bergerak berdasarkan target-target yang telah ditentukan.

d. Bersikap optimis dan berpikir positif. e. Bekerja keras dan cerdas (smart).

f. Menandai keberhasilan dan kegagalan pada dirinya sendiri, semuanya dijadikan alat sebagai cara untuk mawas diri.

g. Pengambil risiko yang moderat, ia tidak akan melangkah untuk mengambil risiko manakala analisis dan nalurinya berkata “jangan”.

h. Tanggap dan menerima ide-ide baru.

i. Termotivasi oleh tugas bukan karena imbalan. j. Independen dan mandiri.

k. Selalu menciptakan suasana yang riang dan menggairahkan.

Dalam penelitian ini, ciri-ciri kewirausahaan seperti tabel 2.1

dijadikan indikator dalam penyusunan instrumen karena dalam ciri-ciri

tersebut telah mencakup beberapa ciri yang dikemukakan oleh para ahli,

dan ciri-ciri yang dikemukakan oleh Meredith, dalam (Suryana,

2003:14) di atas meliputi watak-watak yang sebaiknya dimiliki dan

dikembangkan oleh seseorang yang ingin menjadi wirausaha. Semakin

banyak seseorang memiliki atau menunjukkan watak tersebut, maka

semakin kuat jiwa kewirausahaan orang tersebut.

3. Pengertian Jiwa Kewirausahaan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 1995:416),

pengertian jiwa didefinisikan sebagai, “seluruh kehidupan batin manusia

(yang terjadi dari perasaan, pikiran, angan–angan, dsb)“. Menurut

(29)

abstrak, yang menjadi penggerak dan pengatur perbuatan pribadi

(personal behavior) manusia. Definisi tersebut hampir sama yang

dikatakan oleh Nasution (1950:10), jiwa adalah sesuatu yang abstrak

yang menjadi penggerak dan pengatur bagi sebagian laku, pikiran,

perasaan dan kemauan seseorang dan yang memberi corak kepadanya.

Istilah wirausaha pada waktu yang lalu lebih dikenal dengan

istilah wiraswasta, keduanya mempunyai pengertian yang sama.

Wirausaha/wiraswasta berasal dari kata “wira” yang berati utama,

gagah, luhur dan teladan. “Swa” yang berarti sendiri, “sta” yang berarti

berdiri. Jadi wirausaha/wiraswasta adalah orang-orang yang mempunyai

sifat kewiraswastaan atau kewirausahaan seperti: keberanian mengambil

risiko, keutamaan dan keteladanan dalam menangani usaha dengan

berpijak pada kemauan dan kemampuan sendiri (Priyono dan Soerata,

2004:15). Menurut Prawirokusumo (Suryana, 2003:11), wirausaha

adalah seseorang yang melakukan upaya- upaya kreatif dan inovatif

dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk

menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup.

Menurut Suryana (2003:2), jiwa kewirausahaan adalah orang yang

percaya diri (yakin, optimis, dan penuh komitmen), berinisiatif (energik

dan percaya diri), memiliki motif berprestasi (berorientasi hasil dan

berwawasan ke depan), memiliki jiwa kepemimpinan (berani tampil

berbeda), dan berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan

(30)

lingkungan sosial meliputi keluarga, orang tua dan pergaulan kelompok

(Suryana, 2003:41).

Berdasarkan konsep kewirausahaan, ciri dan watak kewirausahaan,

jiwa kewirausahaan adalah adanya kepercayaan atas kemampuan diri

sendiri, dalam setiap tindakan selalu berorientasi pada tugas dan hasil,

selalu berani menghadapi dan mengambil risiko, mempunyai jiwa

kepemimpinan dalam setiap aktivitas, dalam melakukan usaha selalu

bersifat orisinalitas dan memiliki pandangan jauh ke depan. Dalam hal

ini inti dari jiwa kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan

sesuatu yang berbeda dengan yang lain serta mampu berpikir kreatif dan

bertindak inovatif dalam rangka menciptakan peluang atau kesempatan

dalam dunia usaha.

B. Minat Berwirausaha

Minat merupakan faktor psikologis yang dapat menentukan suatu

pilihan seseorang, selain itu minat merupakan salah satu faktor psikologis

yang sangat kuat dan penting untuk suatu kemajuan dan keberhasilan

seseorang. Seseorang yang mengerjakan suatu pekerjaan dengan disertai

minat sebelumnya, pada umumnya akan memperoleh hasil yang lebih baik

daripada mereka yang tidak berminat sebelumnya.

Pengertian minat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai

Pustaka, 1995:656), adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap

(31)

adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran perasaan,

harapan, pendirian, prasangka atau kecenderungan yang mengarahkan

individu kepada suatu pilihan tertentu. Ini berarti selain karena perasaan

senang, orang yang berminat terhadap suatu objek juga mempunyai

harapan-harapan untuk memperoleh manfaat dari objek tersebut. Kalau

memberikan manfaat dia akan cenderung untuk memilih objek tersebut.

Menurut Witherington (1963:90), minat adalah kesadaran seseorang, bahwa

suatu obyek, seseorang, suatu situasi mengandung sangkut paut dengan

dirinya. Minat harus dipandang sebagai suatu sambutan yang sadar, kalau

tidak demikian minat itu tidak mempunyai arti sama sekali.

Menurut The Liang Gie (1995:16), minat melahirkan perhatian

wajar yang tidak dipaksakan dengan tenaga kemauan. Minat melahirkan

perhatian wajar yang tidak dipaksakan akan memudahkan terciptanya

konsentrasi dan menjadi benteng pelindung melawan gangguan-gangguan

perhatian apapun dari luar. Minat selain memungkinkan pemusatan pikiran,

juga akan menimbulkan kegembiraan dalam usaha belajar. Keriangan hati

akan memperbesar daya kemampuan belajar seseorang dan juga

membantunya tidak mudah melupakan apa yang dipelajarinya itu. Menurut

William Amstrong (The Liang Gie, 1995:133), ada 10 (sepuluh) cara untuk

memperoleh minat sebagai berikut:

1. Hendaknya berusaha menetapkan apa yang ingin diperbuatnya dan ke mana akan menuju.

(32)

3. Hendaknya berusaha menentukan tujuan hidupnya: ingin menjadi apa?

4. Lakukan suatu usaha yang sungguh-sungguh untuk menangkap keyakinan dan pengabdian diri pada pelajaran yang bersangkutan. 5. Hendaknya membangun suatu sikap yang positif, yaitu mencari

minat- minat yang baik ketimbang alasan-alasan penghindar yang buruk.

6. Hendaknya menerapkan keaslian dan kecerdasannya dalam mata pelajaran sebagaimana dilakukannya pada kegemarannya.

7. Berlakulah jujur terhadap diri sendiri.

8. Praktekkan kebajikan-kebajikan dari minat dalam ruang kuliah, yaitu tampak dan berbuat seakan-akan sungguh berminat.

9. Hendaknya menggunakan nalurinya menghimpun untuk mengumpulkan keterangan. Hal ini tidak saja membantu perkembangan minat, melainkan juga konsentrasi.

10. Janganlah takut untuk menggunakan rasa ingin tahu.

Menurut Freeman (The Liang Gie, 1995:135), ada 10 (sepuluh) cara

untuk memperoleh minat sebagai berikut:

1. Hendaknya menyingkirkan pengganggu-pengganggu yang tak penting dan tak dikehendaki seperti misalnya suara, rasa lapar, dan rasa dingin.

2. Kesampingkanlah urusan-urusan mendesak lainnya dengan cara mencatatnya atau menyusun jadwal penyelesaiannya.

3. Tekanlah pikiran-pikiran yang tak dikendaki dengan cara secepatnya beralih ke topik yang sedang dipelajari.

4. Hendaknya memahami apa yang sedang dipelajarinya.

5. Punyailah suatu minat yang hidup terhadap mata pelajaran di luar jam studi.

6. Hendaknya menggunakan banyak sumber-sumber ide dan keterangan sehingga memperoleh banyak sudut pandangan terhadap suatu mata pelajaran dan membangkitkan minatnya. 7. Janganlah berusaha mempelajari suatu mata pelajaran secara

tersendiri, melainkan berusaha mempertalikannya sepanjang waktu dengan kehidupan sehari-hari.

8. Hendaknya berusaha membaca suatu buku mengenai sejarah sesuatu mata pelajaran.

9. Usahakan mengetahui pertalian mata pelajaran itu dengan mata pelajaran lainnya dan bagaimana mata pelajaran itu dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.

(33)

Mengenai cara untuk mengembangkan minat terhadap mata pelajaran

yang tak disenangi, Colin Woodley (The Liang Gie, 1995:135),

menyatakan bahwa dengan mempelajarinya secara sungguh-sungguh dan

baik.

Menurut Winkel (1984:30), minat adalah kecenderungan yang

agak menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada hal tertentu dan

merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Mengenai munculnya

minat. Winkel memberikan urutan- urutan untuk mencapai minat sebagai

berikut.

Bila dihubungkan dengan minat seseorang untuk berwirausaha,

mula- mula seseorang akan merasa senang terhadap wirausaha. Perasaan

tersebut muncul karena seseorang telah mengenal dan karena dia

memandang bahwa berwirausaha dapat memberikan manfaat dan

berharga bagi dirinya, maka timbullah sikap yang positif. Dia akan selalu

memperhatikan, berusaha mendekati dan menyesuaikan dirinya dengan

sikap wirausaha. Dengan demikian dapat dikatakan minat seseorang

untuk berwirausaha telah muncul.

Dengan pengertian minat dan pengertian berwirausaha yang telah

diuraikan di atas, maka dapat diberikan pengertian minat berwirausaha

(34)

menaruh perhatian pada sesuatu serta berusaha untuk mengetahui,

melakukan pendekatan, memperhatikan dengan seksama, melibatkan diri

dan mengarahkan individu pada suatu pilihan tertentu. Faktor-faktor yang

mempengaruhi minat dikelompokkan menjadi dua golongan (Winkel,

1984:27), adalah:

a. Minat secara intrinsik

Minat secara intrinsik merupakan minat yang berdasarkan suatu

dorongan yang secara mutlak timbul dari dalam individu sendiri

tanpa pengaruh dari luar.

b. Minat secara Ekstrinsik

Minat secara ekstrinsik merupakan minat yang berdasarkan suatu

dorongan atau pengaruh dari luar individu.

C. Status Sosial Ekonomi

Status adalah tempat atau posisi dalam suatu kelompok. Menurut

Mahmud (1989:99), status sosial ekonomi keluarga antara lain mencakup

tingkat pendidikan orang tua, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan orang

tua serta fasilitas khusus dan barang-barang berharga yang ada di rumah

seperti radio, televisi, mesin cuci, dan sebagainya. Menurut Soekanto

(1982:233), status adalah tempat atau posisi seseorang dalam kelompok

sosial sehubungan dengan orang-orang lainnya dalam kelompok tersebut

atau tempat suatu kelompok berhubungan dengan kelompok lainnya

(35)

Menurut Winkel (1983:164), status adalah kebutuhan akan

kedudukan/posisi tertentu dalam masyarakat, sesuai peranan atau tugas

seseorang dalam masyarakat. Menurut Hartomo dan Arnicun Azis

(1983:195), status sosial adalah kedudukan seseorang (individu) dalam suatu

kelompok pergaulan hidupnya. Pekerjaan biasanya merupakan akibat dari

pendidikan dan merupakan penentu utama meskipun bukan satu–satunya

mengenai mengenai berbagai pendapatan.

Keadaan keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan

pendidikan anak dapat diartikan bahwa sikap, cita–cita, minat, motivasi

anak terhadap suatu obyek akan dipengaruhi oleh keadaan ekonomi orang

tuanya. Menurut Gerungan (1989:57), dalam kondisi ekonomi keluarga

yang cukup, seseorang akan mendapat kesempatan yang lebih luas untuk

mengembangkan bermacam- macam kecakapan yang tidak dapat ia

kembangkan apabila tidak ada alat-alat. Dari pendapat tersebut di artikan

bahwa anak yang berasal dari keluarga yang ekonominya cukup,

mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan

kemapuannya daripada anak yang berasal dari keluarga yang ekonominya

rendah. Dari berbagai pendapat ya ng telah dikemukakan di atas dalam

penelitian ini penulis hanya membatasi tiga unsur saja yaitu:

1. Jenis Pekerjaan Orang Tua

Definisi jenis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai

Pustaka, 1995:410), adalah yang mempunyai ciri (sifat, keturunan dan

(36)

bentuk atau macam kegiatan yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh penghasilan. Menurut Tanlain (2002:13), bekerja adalah

semua kegiatan yang dilakukan tiap orang untuk menghasilkan barang

dan atau jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Jenis pekerjaan orang tua siswa yang satu belum tentu sama dengan

jenis pekerjaan orang tua siswa yang lain. Pekerjaan dibedakan menjadi

dua jenis, yaitu:

a. Pekerjaan pokok

Pekerjaan pokok adalah jenis pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang

sebagai sumber utama dari penghasilan, yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari. Sifat dari pekerjaan ini

adalah tetap. Apabila penghasilan dari pekerjaan pokok ini tidak

atau belum mencukupi untuk keperluan hidup, maka perlu

diusahakan adanya penghasilan lain di luar penghasilan pokok, yang

disebut sebagai pekerjaan dengan penghasilan tambahan.

b. Pekerjaan Sampingan

Pekerjaan sampingan adalah pekerjaan yang dimiliki atau dilakukan

oleh seseorang sebagai pekerjaan untuk memperoleh penghasilan

tambahan guna memenuhi kebutuhan hidup. Sifat pekerjaan

sampingan ini adalah melengkapi pekerjaan pokok. Pekerjaan ini

sama seperti halnya pekerjaan pokok yaitu tidaklah sama untuk

masing- masing orang. Dalam penelitian ini penulis membedakan

(37)

1) Wirausaha

2) Bukan wirausaha

Dalam hal ini penulis akan melihat hubungan antara jiwa

kewirausahaan dengan minat berwirausaha siswa ditinjau dari jenis

pekerjaan orang tua yang berwirausaha dan bukan berwirausaha.

2. Tingkat Pendapatan Orang Tua

Pengertian pendapatan sangat erat hubungannya dengan penghasilan

yaitu jumlah barang dan jasa yang diperoleh dari hasil kerja seseorang.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup suatu rumah tangga, maka sebuah

keluarga harus berusaha agar memperoleh pemasukan sebagai sumber

keuangan guna memenuhi kebutuhannya. Menurut Maslina (Sumardi

dan Hans-Dieter Evers, 1982:322), pendapatan orang tua adalah jumlah

penghasilan riil keluarga yang dipergunakan untuk mencukupi

kebutuhan bersama maupun perorangan dalam keluarga. Menurut

Gilarso (1991:63), pendapatan adalah segala bentuk balas karya yang

diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa sumbangan seseorang

terhadap proses produksi. Menurut Depdikbud (1978:24), pend apatan

adalah semua penghasilan yang diterima, baik berupa barang maupun

nilai uang yang diperoleh dari pihak lain sebagai balas jasa yang

diberikan. Menurut Sumardi dan Hans-Dieter Evers (1982:99), pada

umumnya tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pend apatan

masyarakat, makin tinggi pendidikan suatu masyarakat makin tinggi

(38)

Menurut Biro Pusat Statistik (Sumardi dan Hans-Dieter Evers,

1982:92), pendapatan dan penerimaan keluarga dapat berbentuk:

a. Pendapatan berupa uang, yakni segala penghasilan berupa uang yang

bersifat regular dan diterima sebagai balas jasa. Sumbernya adalah

gaji dan upah, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pekerjaan

bebas, hasil investasi seperti bunga dan pensiun.

b. Pendapatan berupa barang yakni segala pendapatan yang sifatnya

regular akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa, tetapi dapat

diterima dalam bentuk barang dan jasa. Misalnya tunjangan beras,

tunjangan kesehatan dan lain- lain.

c. Pendapatan lain- lain dari penerimaan barang dan jasa, yakni segala

penerimaan bersifat transfer redistributif dan biasanya membawa

perubahan dalam keuangan rumah tangga. Misalnya penjualan

barang yang dipakai, pinjaman uang, hasil undian dan penagihan

piutang.

3. Tingkat Pendidikan Orang Tua

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 1995:232),

pendidikan diartikan sebagai sebuah proses pengubahan tingkah laku

seseorang atau kelompok orang, dalam usaha untuk mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Definisi tersebut hal

yang hampir sama yang dikatakan oleh Supriyatno (2002:12),

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dalam menciptakan

(39)

secara aktif untuk memiliki kepribadian, kecerdasan, sikap spiritual,

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara,

melalui kegiatan bimbingan, latihan dan atau cara lain yang dikenal dan

diakui oleh masyarakat. Menurut Saduloh (2003:55), pendidikan adalah

usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang

berlangsung sepanjang hayat.

Menurut Mapiare (1982:106), tingkat pendidikan yang tinggi

sebagai satu diantara batu loncatan untuk memperoleh status sosial yang

lebih tinggi. Jadi semakin tinggi tingkat pendidikan merupakan dasar

bagi kesuksesan dan kemajuan jabatan yang dicapai yang pada akhirnya

memudahkan bagi seseorang untuk dapat diterima dengan baik dalam

masyarakatnya. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu

proses perubahan kelakuan manusia dalam pengetahuan, cara berpikir,

perasaan, dan sikap mental. Pendidikan dikatakan suatu proses, bahwa

pendidikan tidak akan pernah berhenti tetapi akan terus berlangsung

seumur hidup manusia.

Melalui pendidikan, seseorang memperoleh pengalaman, mampu

mengembangkan hal-hal yang baru dan akhirnya akan menimbulkan

kesejahteraan dan kedamaian pada orang itu sendiri. Dengan pendidikan

yang cukup, seseorang akan lebih mudah menunjukkan identitas dirinya

pada masyarakat, seseorang akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan

yang sesuai dengan cakrawala kehidupan karena masyarakat sudah

(40)

sehingga akan lebih mempermudah bagi orang itu sendiri untuk

menyatakan diri sebagai anggota masyarakat di dalam masyarakat

tempat dia berada.

Menurut Tanlain (2002:43), pendidikan dapat diklasifikasikan

dalam:

a. Pendidikan formal (pendidikan sekolah)

Pendidikan formal adalah suatu bentuk pendidikan atau pelatihan

yang diberikan secara terorganisasi dan berjenjang, baik yang

bersifat umum maupun yang bersifat khusus. Karakteristik

pendidikan fo rmal adalah sebagai berikut.

a) Pendidikan direncanakan dan diatur secara khusus dan

berjenjang

b) Ada persyaratan yang cukup ketat mengenai waktu

pendidikan, isi pendidikan

c) Penggunaan metode formal dan ada penilaian formal terhadap

hasil.

b. Pendidikan informal

Pendidikan informal adalah kegiatan pendidikan yang berlangsung

seiring dengan berlangsungnya kegiatan hidup sehari- hari.

Karakteristik pendidikan informal adalah sebagai berikut.

a) Pendidikan tidak direncanakan dan diatur secara khusus

(41)

c) Tidak menggunakan metode formal dan tidak ada penilaian

formal

c. Pendidikan non formal

Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang teratur dengan sadar

dilakukan tetapi tidak selalu mengikuti peraturan yang ketat dan

tetap. Pendidikan non formal berbentuk kursus, pusat latihan untuk

peningkatan ketrampilan kerja. Karakteristik pendidikan no n

formal adalah sebagai berikut.

a) Pendidikan direncanakan dan diatur secara khusus dan

berjenjang

b) Ada persyaratan yang cukup lunak mengenai waktu dan peserta

c) Jangka waktu pendek dan isi pendidikan bersifat praktis untuk

peningkatan ketrampilan kerja dengan tujuan meningkatkan

usaha dan taraf hidup

d) Menggunakan metode formal untuk menilai hasil

Dalam Tanlain (2002:46), jenjang pendidikan dibagi menjadi

empat yaitu.

a. Pendidikan dasar : tamatan pra sekolah, SD atau sederajat.

b. Pendidikan lanjutan : tamatan SMP atau sederajat.

c. Pendidikan Menengah : tamatan SMA atau sederajat.

d. Pendidikan Tinggi : tamatan D1, D2, D3, D4, S1, S2, S3.

Tingkat pendidikan orang tua maksudnya adalah tingkat

(42)

jenjang pendidikan formal yang berhasil diselesaikan, yaitu SD, SMP,

SMA dan Perguruan Tinggi. Tingkat pendidikan formal yang dicapai

akan membawa pengaruh yang luas pada kehidupan seseorang, yaitu

bukan hanya berpengaruh terhadap tingkat penguasaan pengetahuan,

tetapi juga berpengaruh pada jenjang pekerjaan formal, penghasilan,

kekayaan dan status sosial dalam masyarakat. Kemampuan orang tua

menyelesaikan jenjang pendidikan yang tinggi menjadi pemicu dan

semangat bagi anak untuk mencapai hal yang serupa anak juga akan

meniru orang tuanya. Brembeck (Bahar, 1989:127), menyatakan bahwa

dorongan orang tua baik disengaja maupun tidak disengaja akan tetap

mempengaruhi aspirasi anak terhadap pendidikan. Semakin banyak anak

merasakan adanya dorongan dari orang tuanya semakin besar

pengaruhnya terhadap aspirasi anak tersebut terhadap pendidikan. Anak

dari keluarga yang tingkat pendidikan orang tuanya lebih tinggi

menunjukkan nilai yang lebih baik dalam kemampuan akademik dan

dalam lamanya bersekolah dibanding dengan anak-anak yang tingkat

pendidikan orang tuanya lebih rendah.

D. Hubungan Diantara Variabel Penelitian

1. Hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha siswa

ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua.

Jenis pekerjaan adalah suatu bentuk atau macam kegiatan yang

(43)

yang mendominasi suatu daerah akan sangat berpengaruh terhadap

pilihan pekerjaan. Apabila dalam masyarakat banyak dijumpai

wirausahawan yang berhasil, maka akan mempengaruhi minat

berwirausaha bagi seseorang. Begitu pula dalam lingkungan keluarga,

orang tua yang mempunyai jenis pekerjaan berwirausaha anak tersebut

akan mempunyai kecakapan khusus dalam bidang wirausaha yang dapat

menyebabkan anak tersebut juga ingin terjun dalam bidang wirausaha.

Bermula dari keinginan ini akan menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan

minat berwirausaha.

Dalam penelitian ini jenis pekerjaan orang tua digolongkan

menjadi dua yaitu pekerjaan wirausaha dan pekerjaan bukan wirausaha.

Jenis pekerjaan orang tua yang berbeda diduga akan membedakan

hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha siswa. Orang

tua sering mengambil peranan penting dalam pemilihan jabatan

pekerjaan sang anak karena rasa tanggung jawab terhadap masa depan

anak. Pada siswa yang pekerjaan orang tuanya adalah wirausaha, diduga

derajat hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha siswa

akan lebih tinggi dibandingkan siswa yang jenis pekerjaan orang tuanya

bukan wirausaha. Hal ini disebabkan anak berada dalam kondisi

lingkungan pekerjaan berwirausaha yang dalam kehidupan

sehari-harinya terbiasa melihat cara kerja orang tuanya yang berwirausaha.

Seorang anak sejak kecil mempelajari perilaku dan kebiasaan orang

(44)

dalam kehidupan sehari- hari yakni sifat mandiri (misalnya anak

dibiarkan mencoba pakaian sendiri), percaya diri, sikap tidak takut

gagal, bertanggung jawab, tidak cepat puas, dan selalu berusaha lebih

baik dari sebelumnya (misalnya memberi semangat dan dorongan pada

anak dengan memuji). Sifat-sifat tersebut bersifat pengulangan sehingga

menjadi kebiasaan. Anak yang memiliki sifat-sifat di atas cepat atau

lambat akan terdorong untuk membuka usaha pribadi sesuai dengan

minat dan bakatnya. Sementara pada siswa dimana pekerjaan orang

tuanya bukan wirausaha derajat hubungan jiwa kewirausahaan dengan

minat berwirausaha siswa akan lebih rendah. Hal ini disebabkan anak

tidak berada dalam kondisi lingkungan pekerjaan berwirausaha. Kondisi

tersebut membuat anak tidak terbiasa dengan pekerjaan berwirausaha

sehingga anak kurang berminat dalam berwirausaha. Dengan demikian

dikembangkan dugaan dalam penelitian ini bahwa perbedaan dalam hal

jenis pekerjaan orang tua, berbeda pula derajat hubungan jiwa

kewirausahaan dengan minat berwirausaha siswa.

2. Hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha siswa

ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua.

Pendapatan orang tua adalah jumlah penghasilan riil keluarga yang

dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan bersama maupun perorangan

dalam keluarga. Dalam kondisi ekonomi keluarga cukup, seseorang

akan mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan

(45)

tidak ada alat–alat. Jadi anak yang berasal dari keluarga yang

ekonominya cukup, mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk

mengembangkan kemampuannya dari pada anak yang berasal dari

keluarga yang ekonominya rendah.

Tinggi/rendahnya pendapatan orang tua diduga menentukan

derajat hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha. Pada

siswa dimana pendapatan orang tuanya tinggi, maka derajat hubungan

jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha akan lebih tinggi

dibandingkan siswa yang pendapatan orang tuanya rendah. Hal ini

disebabkan pada siswa dimana pendapatan orang tua tinggi, tersedia

modal material yang berupa fasilitas sarana dan biaya untuk membuka

usaha. Hal ini semakin menguatkan jiwa kewirausahaan dan minat

siswa.

Sedangkan semakin rendah pendapatan orang tua, maka derajat

hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha akan lebih

rendah. Hal ini disebabkan orang tua tidak memiliki ketersediaan modal

material yang berupa fasilitas sarana dan biaya untuk membuka usaha.

Dengan demikian dikembangkan dugaan dalam penelitian ini bahwa

perbedaan dalam hal tingkat pendapatan orang tua, berbeda pula derajat

hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha.

3. Hubungan antara jiwa kewirausahaan dengaan minat berwirausaha siswa

(46)

Tingkat pendidikan orang tua dimaksudkan sebagai tingkatan

pendidikan formal yang berhasil ditamatkannya. Tingkat pendidikan

formal yang dimiliki akan membawa pengaruh luas pada kehidupan

seseorang, yaitu tidak hanya berpengaruh pada tingkat pengetahuan dan

teknologi tetapi juga berpengaruh pada pekerjaan, kekayaan,

penghasilan, dan status sosial dalam masyarakatnya.

Secara umum orang tua yang dapat menyelesaikan pendidikan

formal yang cukup tinggi mempunyai pengaruh dalam pekerjaan,

kekayaan, penghasilan, dan penerimaan yang baik di masyarakat.

Bahkan secara umum pula kecakapan seseorang dalam bidang tertentu

diperoleh dari hasil belajar, baik pendidikan formal maupun non formal,

dan menentukan pemilihan jenis pekerjaan. Dengan sendirinya anak

merasa tertarik untuk dapat menyelesaikan pendidikan formal seperti

orang tuanya.

Tinggi/rendahnya pendidikan orang tua diduga menentukan

derajat tinggi/rendahnya hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat

berwirausaha. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, maka

semakin tinggi pula kualitasnya. SDM yang berkualitas diharapkan lebih

produktif dan mampu menciptakan pekerjaan bagi dirinya sendiri.

Tingkat pendidikan merupakan dasar bagi kesuksesan dan kemajuan

jabatan yang dicapai yang pada akhirnya memudahkan bagi seseorang

untuk dapat diterima dengan baik dalam masyarakat. Jadi semakin tinggi

(47)

jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha siswa. Sedangkan

semakin rendah tingkat pendidikan orang tua maka semakin rendah

derajat hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha siswa.

Hal ini disebabkan orang tua kurang memperhatikan anak untuk lebih

produktif dan lebih berinisiatif untuk menciptakan pekerjaan bagi

dirinya sendiri. Dengan demikian dikembangkan dugaan dalam

penelitian ini bahwa perbedaan dalam hal tingkat pendidikan orang tua,

berbeda pula derajat hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat

berwirausaha.

E. Kerangka Pemikiran Teoritik

1. Hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha

ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua

Jiwa kewirausahaan adalah kemampuan berpikir kreatif dan

bertindak inovatif dalam rangka menciptakan peluang atau kesempatan

dalam dunia usaha. Minat berwirausaha adalah kecenderungan

seseorang mempunyai perasaan senang terhadap wirausaha yang

muncul dari kemampuan berpikir kreatif dan bertindak inovatif. Jenis

pekerjaan orang tua adalah macam pekerjaan yang ditekuni oleh orang

tua sebagai sumber penghasilan yang diduga berpengaruh pada tingkat

hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha.

2. Hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha

(48)

Jiwa kewirausahaan adalah kemampuan berpikir kreatif dan

bertindak inovatif dalam rangka menciptakan peluang atau kesempatan

dalam dunia usaha. Minat berwirausaha adalah kecenderungan

seseorang mempunyai perasaan sena ng terhadap wirausaha yang

muncul dari kemampuan berpikir kreatif dan bertindak inovatif. Tingkat

pendapatan orang tua adalah jumlah penghasilan riil keluarga untuk

mencukupi kebutuhan dalam keluarga yang diduga berpengaruh pada

tingkat hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha.

3. Hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha

ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua.

Jiwa kewirausahaan adalah kemampuan berpikir kreatif dan

bertindak inovatif dalam rangka menciptakan peluang atau kesempatan

dalam dunia usaha. Minat berwirausaha adalah kecenderungan

seseorang mempunyai perasaan senang terhadap wirausaha yang

muncul dari kemampuan berpikir kreatif dan bertindak inovatif. Tingkat

pendidikan orang tua adalah tingkatan pendidikan formal orang tua yang

berhasil ditamatkan yang diduga berpengaruh pada tingkat hubungan

jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha.

Berdasarkan kajian teoritis, berikut ini digambarkan model

penelitian sebagai berikut.

Jenis Pekerjaan Tingkat Pendidikan

Jiwa Kewira usahaan

Minat Berwira

(49)

F. Rumusan Hipotesis

1. Ada hubungan yang positif antara jiwa kewirausahaan dengan minat

berwirausaha siswa ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua.

2. Ada hubungan yang positif antara jiwa kewirausahaan dengan minat

berwirausaha siswa ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua.

3. Ada hubungan yang positif antara jiwa kewirausahaan dengan minat

(50)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus pada SMK Negeri

I, SMK Kristen 2, SMK Katolik di Kabupaten Klaten. Studi kasus

merupakan penelitian terhadap obyek tertentu, sehingga kesimpulan yang

diambil berdasarkan penelitian tersebut hanya berlaku bagi obyek yang

diteliti saja.

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK – SMK eks SMEA yang berada di

SMK Negeri I, SMK Kristen 2, dan SMK Katolik di Kabupaten Klaten.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2006 – Januari

2007.

B. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah orang-orang yang terlibat dalam

penelitian, dalam hal ini mereka bertindak sebagai pemberi informasi yang

(51)

33 liputi kepala sekolah, guru dan siswa.

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan

dalam penelitian. Dalam hal ini yang menjadi obyek penelitian adalah jiwa

kewirausahaan, minat berwirausaha, jenis pekerjaan orang tua, tingkat

pendapatan orang tua, dan tingkat pendidikan orang tua.

C. Populasi Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas

III Penjualan SMK Negeri I Klaten, SMK Kristen 2 Klaten dan SMK

Katolik Klaten. Berdasarkan survai awal penelitian ini, didapat jumlah

populasi siswa kelas III jurusan penjualan SMK Negeri I sebanyak 118

siswa, SMK Kristen 2 sebanyak 92 siswa, SMK Katolik sebanyak 58 siswa.

Jadi total keseluruhan populasi siswa kelas III Penjualan berjumlah 268

siswa. Dalam penelitian ini, seluruh populasi diambil sebagai sarana

penelitian sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. Penelitian

populasi (Arikunto, 1996:115), adalah pendekatan semua elemen yang ada

didalam wilayah penelitian. Alasan dari pemilihannya adalah karena siswa

kelas III sudah menempuh mata pelajaran kewirausahaan dengan

kompetensi mengelola usaha kecil.

D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya 1. Variabel Jiwa Kewirausahaan

(52)

34

tu yang berbeda dengan yang lain serta mampu berpikir kreatif dan

bertindak inovatif dalam rangka menciptakan peluang atau kesempatan

dalam dunia usaha. Pengukuran variabel jiwa kewirausahaan dalam

penelitian ini didasarkan pada 12 (dua belas) indikator (Priyono dan

Soerata, 2004:20) yang meliputi: (a) percaya diri; (b) berorientasi pada

tugas dan hasil; (c) pengambilan risiko; (d) kepemimpinan; (e)

keorisinilan; (f) berorientasi ke masa depan; (g) tegar dan tahan uji, ulet

dan tidak mudah patah semangat; (h) menetapkan standarnya sendiri dan

bergerak berdasarkan target-target yang telah ditentukan; (i) pekerja keras

dan cerdas (smart); (j) independen dan mandiri; (k) bertanggung jawab; (l)

fleksibel.

Berikut ini dijadikan tabel operasionalisasi variabel jiwa

kewirausahaan:

No .

Indikator Pertanyaan Positif No. Pertanyaan Negatif No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Percaya diri

Berorientasi pada tugas dan hasil Pengambilan risiko

Kepemimpinan Keorisinilan

Berorientasi ke masa depan

Tegar dan tahan uji, ulet dan tidak patah semangat.

Menetapkan standarnya sendiri dan bergerak berdasarkan target-target yang telah ditentukan. Pekerja keras dan cerdas (smart)

(53)

35

Masing- masing pernyataan selanjutnya dinyatakan dalam 4

(empat) skala pendapat sebagai berikut:

2. Variabel minat berwirausaha

Minat berwirausaha adalah suatu keadaan dimana seseorang

mempunyai perasaan senang, menaruh perhatian pada sesuatu serta

berusaha untuk mengetahui, melakukan pendekatan, memperhatikan

dengan seksama melibatkan diri dan mengarahkan individu pada suatu

pilihan tertentu. Pengukuran variabel minat berwirausaha dalam penelitian

ini didasarkan pada 8 (delapan) indikator yang meliputi: (a) ketertarikan;

(b) perasaan senang; (c) keinginan/dorongan untuk terlibat dalam kegiatan

wirausaha; (d) harapan untuk memperoleh manfaat; (e) pendirian; (f)

kemampuan; (g) konsentrasi; (h) rasa ingin tahu.

Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel minat

berwirausaha:

(54)

36 5. 6. 7. 8. Pendirian Kemampuan Konsentrasi Rasa ingin tahu

13,14,15,16 18, 19,20

12

17

Masing- masing pernyataan selanjutnya dinyatakan dalam 4

(empat) skala pendapat sebagai berikut:

3. Variabel jenis pekerjaan orang tua

Jenis pekerjaan orang tua adalah suatu bentuk atau macam kegiatan

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh penghasilan. Dalam

penelitian ini jenis pekerjaan orang tua dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Wirausaha

b. Bukan wirausaha

Skala pengukuran variabel ini adalah nominal. Skor = 2 untuk

wirausaha dan skor = 1 untuk bukan wirausaha.

4. Variabel tingkat pendapatan orang tua

Tingkat pendapatan orang tua adalah besarnya pendapatan orang tua

yang bersumber dari pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan dan

pendapatan lain yang berupa uang maupun barang yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan. Tingkat pendapatan digunakan untuk membedakan

(55)

37

orang tua yang mempunyai jumlah pendapatan rendah.

Untuk mengukur variabel tingkat pendapatan orang tua siswa

dilakukan dengan cara menentukan terlebih dahulu batas minimum

pendapatan standar di Kabupaten Klaten. Dalam hal ini Upah Minimum

Kota/Kabupaten di Jawa Tengah tahun 2005, yang telah ditetapkan

melalui SK Gubernur Jateng No. 561/64/2005 tanggal 21 November 2005.

Upah Minimum Kabupaten K laten sekarang ini yang berlaku adalah

sebesar Rp 480.250,00 (http://www.mediaindo.co.id/berita.asp? id.82410).

Dari pernyataan di atas maka dalam penelitian ini membedakan jumlah

pendapatan sebagai berikut:

a. Pendapatan rendah

Jumlah pendapatan = Rp 480.250,00

b. Pendapatan sedang

Jumlah pendapatan antara Rp 480.251,00 – Rp 960.500,00

c. Pendapatan tinggi

Jumlah pendapatan = Rp 960.501,00

Skala pengukuran variabel ini adalah ordinal. Skor = 1 untuk

pendapatan rendah, skor = 2 untuk pendapatan sedang dan skor = 3 untuk

pendapatan tinggi.

5. Variabel tingkat pendidikan orang tua

Tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan yang

berhasil dicapai orang tua dalam hal ini jenjang pendidikan formal yang

(56)

38

kan diukur berdasarkan empat kategori yaitu :

a. Pendidikan Dasar : tamatan pra sekolah, SD atau sederajat (skor 1).

b. Pendidikan Lanjutan : tamatan SMP atau sederajat (skor 2).

c. Pendidikan Menengah : tamatan SMA atau sederajat (skor 3).

d. Pendidikan Tinggi : tamatan D1, D2, D3, D4, S1, S2, S3 (skor 4).

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner

Kuesioner merupakan sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan kepada

responden untuk diisi sesuai dengan keadaan responden. Metode ini

digunakan untuk mengumpulkan data tentang jiwa kewirausahaan, minat

berwirausaha siswa, jenis pekerjaan orang tua, tingkat pendapatan, dan

tingkat pendidikan orang tua.

2. Wawancara

Wawancara merupakan dialog yang dilakukan oleh peneliti dimaksudkan

untuk mendapatkan keterangan-keterangan yang diperlukan. Metode ini

diperlukan untuk mendapat data-data untuk melengkapi data-data yang

telah dikumpulkan dengan metode kuesioner.

F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas 1. Peng ujian Validitas

Pengujian validitas (test of validity) dimaksudkan untuk mengetahui

(57)

39

(sahih) atau tidak. Pengujian validitas dilakukan dengan mengkorelasikan

antar skor jawaban masing- masing item pertanyaan dengan skor total yang

diperoleh dari penjumlahan skor pertanyaan. Uji validitas digunakan

dengan rumus Korelasi Product Moment Pearson (Arikunto,2005:327),

yaitu:

)

(

(

)

)

}

{

(

)

}

(

{

− = 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 Y Y n X X n Y X Y X n r Keterangan:

r : Koefisien korelasi

Yi : Skor total setiap item tes ke- i Xi : Skor masing- masing item tes ke- i N : Jumlah item pertanyaan

Untuk menentukan apakah instrumen ini valid atau tidak, maka

ketentuannya sebagai berikut.

• Jika rhitungrtabel dengan tingkat kepercayaan 95%, maka

instrumen tersebut valid

• Jika rhitungrtabel dengan tingkat kepercayaan 95%, maka

instrumen tersebut tidak valid

Pelaksanaan uji validitas dilaksanakan dengan responden siswa-siswi

kelas II Penjualan dengan jumlah 30 di SMK Katolik Klaten.

Uji validitas dilakukan terhadap item- item pertanyaan variabel jiwa

kewirausahaan dengan minat berwirausaha. Uji validitas ini dilakukan

untuk tiap-tiap butir, sehingga lima puluh empat (54) pertanyaan yang

(58)

40

a. Hasil Pengujian Validitas Variabel Jiwa Kewirausahaan.

Ada tiga puluh empat (34) butir pertanyaan pada variabel ini.

Rangkuman uji validitas untuk jiwa kewirausaha an adalah sebagai

berikut (lampiran II,hal 123):

Tabel 3.1

Rangkuman Uji Validitas untuk Jiwa Kewirausahaan Butir No. Nilai r tabel Nilai r hitung Status

1 0,239 0,316 Valid

2 0,239 0,298 Valid

3 0,239 0,320 Valid

4 0,239 0,406 Valid

5 0,239 0,334 Valid

6 0,239 0,389 Valid

7 0,239 0,318 Valid

8 0,239 0,270 Valid

9 0,239 0,316 Valid

10 0,239 0,388 Valid

11 0,239 0,387 Valid

12 0,239 0,559 Valid

13 0,239 0,367 Valid

14 0,239 0,240 Valid

15 0,239 0,340 Valid

16 0,239 0,328 Valid

17 0,239 0,316 Valid

18 0,239 0,268 Valid

19 0,239 0,254 Valid

20 0,239 0,356 Valid

21 0,239 0,393 Valid

22 0,239 0,325 Valid

23 0,239 0,425 Valid

24 0,239 0,265 Valid

25 0,239 0,257 Valid

26 0,239 0,279 Valid

27 0,239 0,275 Valid

28 0,239 0,352 Valid

29 0,239 0,333 Valid

30 0,239 0,380 Valid

31 0,239 0,285 Valid

32 0,239 0,305 Valid

(59)

41

34 0,239 0,262 Valid

Sumber : Data Prapenelitian

Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh item pertanyaan pada variabel

jiwa kewirausahaan menunjukkan bahwa sebanyak tiga puluh empat

butir pertanyaan adalah valid. Pengambilan kesimpulan ini b

Gambar

Tabel 2.1 Ciri dan Watak Kewirausahaan
Tabel 3.1
Tabel 3.2 Rangkuman Uji Validitas untuk Minat Berwirausaha
(dk=30-2=28) menunjukkan nilai rtabel = 0,239. Hasil perhitungan nilai r untuk variabel jiwa kewirausahaan nilai
+7

Referensi

Dokumen terkait

PELATIHAN PENYUSUNAN RPP DAN PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK GURU IPA-BIOLOGI SMK. DI KABUPATEN

(1) Jadwal Retensi Arsip Substantif dan Fasilitatif Non Keuangan dan Non Kepegawaian merupakan daftar yang berisi jenis arsip kegiatan pokok dan kegiatan pendukung Non Keuangan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh profitabilitas, kepemilikan manajerial, dan Ukuran Perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan sektor industri

Dengan paket BELI RESEP secara otomatis anda akan mendapatkan pelajaran secara penuh dari A-Z tentang resep-resep Bakso, Mie Ayam, Cara Pembuatan Mie, Cara Pembuatan

penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dan Peraturan Menteri Keuangan mengenai indeks dalam

Penyediaan Kebutuhan Sarana dan Prasarana Aparatur Meningkatnya Kualitas Kinerja Aparatur 25,000,000 BAGIAN TAPEM SETDA 16 Program Peningkatan Pelayanan Kedinasan

Kategori bahan komposit ini dikembangkan dalam rangka memperoleh kehalusan permukaan yang lebih baik dari pada partikel yang lebih kecil, sementara mempertahankan sifat partikel

Dengan melihat endapan material lahar dingin di anak-anak sungai Progo tersebut, maka sudah dapat dipastikan bahwa di sungai Progo akan menerima beban aliran sedimen