PELAKSANAAN PAGANG GADAI SEBAGAI PILIHAN EKONOMI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
(Studi Kasus Pada Masyarakat Petani Nagari Pariangan Kabupaten Tanah Datar)
SKRIPSI
Ditulis Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah
OLEH:
MISRA YENI 1730402049
JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR
2021
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing skripsi atas nama MISRA YENI, NIM 1730402049 dengan judul “PELAKSANAAN PAGANG GADAI SEBAGAI PILIHAN EKONOMI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Kasus Pada Masyarakat Petani Nagari Pariangan Kabupaten Tanah Datar)” memandang bahwa skripsi ini yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan dan dapat disetujui untuk dilanjutkan kesidang Munaqasyah.
Demikianlah persetujuan ini diberikan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Batusangkar, 15 Juli 2021 Ketua Jurusan Ekonomi Syariah Pembimbing
Gampito, SE,.M.Si Dr. Alimin, Lc., M.Ag
NIP.19670219 200501 1 005 NIP.19720505 200212 1 004
i ABSTRAK
MISRA YENI/ NIM, 1730402049, Judul skripsi: “Pelaksanaan Pagang Gadai Sebagai Pilihan Ekonomi Dalam Perspektif Ekonomi Islam”.
Program strata satu (S-1) Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar 2021.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh masyarakat Nagari Pariangan baik penggadai ataupun penerima gadai yang masih menerapkan tradisi yang sudah lama ada ditengah-tengah masyarakat Nagari Pariangan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana manfaat gadai sawah dalam perspektif ekonomi Islam di Nagarai Pariangan serta bagaimana pilihan ekonomi dalam pelaksanaan gadai bagi penggadai dan penerima gadai Nagari Pariangan, Kabupaten Tanah Datar.
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat penulis simpulkan bahwasanya pemberian laba pada pelaksanaan pagang gadai di Nagari Pariangan Kabupaten Tanah Datar sudah layak dan tidak merugikan kedua bealah pihak, dimana penerima gadai mendapatkan keuntungan sesuai yang diharapkan, sedangkan penggadai tidak dirugikan dengan pemanfaatan barang gadai yang diberikan kepada penerima gadai dan sudah kesepakatan kedua belah pihak.
Selain itu pilihan ekonomi bagi penggadai adalah masyarakat Nagari Pariangan lebih memilih menggadaikan sawahnya dibandingkan meminjam di lembaga keuangan karena prosedur di lembaga keuangan yang lama, erta pilihan ekonomi bagi penerima gadai adalah masyarakat Nagari Pariangan lebih memilih mengambil gadai sawah dibandingkan menginvestasikan uangnya karena dalam mengambil gadai sawah lebih mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dengan cara mengelola sawah tersebut.
Kata Kunci : Gadai sawah Pilihan Ekonomi, Ekonomi Islam.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pelaksanaan Pagang Gadai Sebagai Piihan Ekonomi Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus Pada Masyarakat Petani Nagari Pariangan Kabupaten Tanah Datar)”. Selanjutnya shalawat beserta salam dimohonkan kepada Allah SWT semoga selalu tercurah pada junjungan umat, pelita dikala malam dan pelipur lara dikala duka yaitu Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan sampai berilmu pengetahuan seperti adanya sekarang ini.
Skripsi ini disusun sebagai tanda bukti penyelesaian Strata Satu (S1) pada Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar. Dalam membahas dan menyelesaikan skripsi ini penulis menemui berbagai bentuk kesulitan, namun berkat bantuan, bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak baik moral maupun materil sehingga semua kendala dan kesulitan yang penulis temui tersebut dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar Bapak Dr.
Marjoni Imamora, M.Sc yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Bapak Dr. H. Rizal. M.Ag., CRP yang selalu memberikan kemudahan dalam hal menyelesaikan skripsi ini.
3. Ketua Jurusan Ekonomi Syariah sekaligus Dosen Penasehat Akademik Bapak Gampito, SE., M.Si yang selalu memberikan kemudahan kepada penulis.
4. Dosen pembimbing Bapak Alimin, Lc., M.Ag dengan tanpa mengenal
iii
lelah dan letih untuk meluangkan waktunya, dan telah bersedia membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Staf akademik yang telah bersedia membantu selama penulis menimba ilmu di IAIN Batusangkar.
6. Seluruh aparat Selaku Wali Nagari Pariangan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk meneliti di Nagari Pariangan.
7. Masyarakat Nagari Pariangan yang sudah meluangkan waktunya kepada penulis dalam memberikan informasi terkait gadai sawah di Nagari Pariangan.
8. Teristimewa untuk Orang tua penulis, Ayahanda (Jamaan), Ibunda (Kamsinar), Abang-Abang (Mardison, Joni, Syfrizal, dan Masrizal), dan Kakak (Nurlailis S.E. Sy) serta keluarga besar yang telah memberikan dukungan materi dan non materi kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan program Strata Satu (SI) Jurusan Ekonomi Syariah di IAIN Batusangkar.
9. Semua sahabat yang sama-sama berjuang (Dien Putri, Wena Lifra, Tina Regina Sari, Nefriza Susanti, Widia Siska, Viana Yusnir, Fitri Amelia) yang telah memberikan semangat serta dorongan dalam penyelesaian kuliah dan penulisan skripsi ini.
10. Seluruh rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan bantuan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini, serta semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
11. Samua pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuannya dalam penyelesain penyusunan skripsi ini. Semoga amal kebaikan semua dapat dibalas oleh Allah SWT.
Hanya kepada Allah SWT jualah penulis berserah diri, semoga bantuan, motivasi dan bimbingan serta nasehat dari berbagai pihak di atas dibalasi olehnya dengan balasan yang setimpal. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini di masa yang akan datang.
iv
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya penulis sendiri, amin.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua orang. Amiin Ya Rabbal ‘Alamin.
Batusangkar, 15 Juli 2021 Penulis
Misra Yeni NIM. 1730402049
v
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN TIM PENGUJI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB 1 ... 1
PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 4
C. Pertanyaan Penelitian ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Peneltian ... 5
F. Definisi Operasional ... 5
BAB II ... 7
KAJIAN TEORI ... 7
A. Landasan Teori... 7
B. Penelitian yang Relevan ... 26
BAB III ... 29
METODELOGI PENELITIAN ... 29
A. Jenis Penelitian... 29
B. Latar dan Waktu Penelitian ... 29
C. Instrumen Penelitian ... 30
vi
D. Sumber Data ... 30
E. Teknik Pengumpulan Data ... 30
F. Teknik Analisa Data ... 32
G. Teknik Penjamin Keabasahan data ... 32
BAB IV ... 34
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 34
1. Sejarah Nagari Pariangan ... 35
2. Letak Geografis Nagari Pariangan ... 35
3. Letak Demografis Nagari Pariangan ... 38
B. Hasil Temuan Penelitian dan Pembahasan ... 41
BAB V ... 50
PENUTUP ... 50
A. Kesimpulan ... 50
B. Saran ... 51 DAFTAR PUSTAKA
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Rancangan Waktu Penelitian ... 29
Tabel 4.1 Kondisi Geografis Nagari Pariangan ... 36
Tabel 4.2 Fasilitas Nagari Pariangan ... 36
Tabel 4.3 Batas Nagari Pariangan ... 37
Tabel 4.4 Orbitrasi, Waktu Tempuh, Dan Letak Nagari ... 38
Tabel 4.5 Jumlah Pendudukk Menurut Jenis Kelamin ... 38
Tabel 4.6 Data Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 39
Tabel 4.7 Fasilitas Pendidikan Nagari Pariangan ... 39
Tabel 4.8 Prasarana Kesehatan Nagari Pariangan ... 40
Tabel 4.9 Luas Sawah Di Nagari Pariangan ... 40
Tabel 4.10 Luas Pemilik Lahan Pertanian di Nagari Pariangan ... 41
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Wawanacara Dengan Narasumber
Gadai Sawah Di Nagari Pariangan ... 53 Lampiran 2 Foto Wawancara Dengan Narasumber
Gadai Sawah Nagari Pariangan ... 72 Lampiran 3 Mohon Penerbitan Surat Izin Penelitian
(L.P2M) Batusangkar ... 83 Lampiran 4 Surat Rekomendasi Penelitian (Kesbangpol) ... 84 Lampiran 5 Surat Perjanjian Gadai Sawah………... 85
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan perekonomian pedesaan biasanya ditandai dengan permodalan yang lemah. Hal ini disebabkan oleh aktivitas ekonomi yang cenderung monoton, sesuai dengan gambaran kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya yang diperoleh dari hasil agraris. Oleh karena itu permodalan merupakan sumber utama dalam mendukung tingkat perkembangan produksi agraris masyarakat pedesaan.
Gadai sawah atau tanah merupakan suatu perjanjian tanah untuk menerima sejumlah uang secara tunai dengan permufakatan bahwa si penyerah tanah berhak atas kembalinya sawah atau tanah dengan jalan membayar sejumlah uang yang sama. Apabila keadaannya mendesak atau memaksa lazimnya pemilik tanah masih mencari jalan lain agar tanahnya tidak terlepas dari tangannya untuk selama-lamanya. Akan tetapi jika kebutuhan dana jumlahnya besar, maka dalam jangka pendek sulit untuk dipenuhi, apalagi jika harus dipenuhi lewat lembaga perbankan. (Kamsir, 2013:232)
Dalam tradisi adat indonesia, istilah gadai dikenal dengan sebutan yang berbeda-beda, dan di minangkabau sendiri disebut dengan istilah
“pagang gadai”.
Di dalam masyarakat pedesaan, tanah mempunyai arti yang sangat penting. Karena tanah adalah modal utama bagi masyarakat khususnya petani. Tanah bukan saja penting dari segi ekonomi, bagi para petani memiliki tanah adalah sesuatu yang membahagiakan. Bagi kaum tani, tanah adalah bagian dari kehidupan mereka. Dari tanah itu pula para tani membangun kehidupan, kemanusiaan dan memenuhi kebutuhan materialnya, bahkan tempat tinggal dibangun di atas tanah juga. Itu sebabnya tanah dianggap penting dan bernilai dibandingkan benda-benda lainnya, bahkan keberadaan tanah dan masyarakat tidak dapat dipisahkan.
(Sri Anggarsari, Wawancara, 25 Desember 2020)
2
Dalam fiqhi Islam lembaga gadai dikenal dengan “rahn”, yaitu perjanjian menahan sesuatu barang. Barang atau bukti harta tetap milik peminjam, yang ditahan merupakan jaminan atau sebagai tanggungan hutang sehingga barang jaminan menjadi hak yang diperoleh kreditur yang dijadikan sebagai jaminan atas pelunasan hutang. Rahn adalah menahan salah satu harta milik seseorang (peminjam) sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.
(Muhammad, 2007:64)
Berdasarkan definisi yang dipaparkan oleh para ulama, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan gadai “rahn” adalah perjanjian penyerahan barang sebagai bentuk jaminan atas hutang sehingga orang yang bersangkutan boleh mengambil hutang. Dengan demikian, tampak bahwa fungsi dari barang jaminan adalah untuk memberikan keyakinan, ketenangan, dan keamanan atas hutang yang dipinjamkannya. (Panji Adam, 2018:278)
Menurut ulama Fiqh, Rasulullah Saw pun pernah melakukan praktik gadai yaitu ketika beliau membeli gandum kepada seorang yahudi di madinah beliau menggadaikan baju besinya, seperti yang dijelaskan dalam Hadis Nabi Muhammad Saw berikut:
اًماَعَط ىَرَتْشا َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُ َّاللَّ ىَّلَص َّيِبَّنلا َّنَأ اًع ْرِد ُهَنَه َر َو ٍلَجَأ ىَلِإ ٍٍّيِدوُهَي ْنِم
ٍديِدَح ْنِم
Artinya: Sesungguhnya, Nabi shalallahu ‘allaihi wasallam membeli bahan makanan dari seorang yahudi dengan cara berutang, dan beliau menggadaikan baju besinya. (HR.Muslim no 1603).
Praktik pagang gadai yang dilakukan di Nagari Pariangan sudah biasa dilakukan dari waktu ke waktu oleh sebagian besar masyarakat bahkan sudah menjadi tradisi yang turun temurun, khususnya gadai sawah yang dilakukan oleh para petani. Dimana orang yang hendak berutang
3
menyerahkan lahan sawah yang dimilikinya kepada pemberi hutang dan pemberi hutang memberikan uang ataupun emas. Selama berada ditangan pemberi hutang hak penanaman sawah serta hasil panen berada ditangan pemberi hutang sepenuhnya sampai batas waktu yang ditentukan. Selain itu ada sebagian masyarakat yang sawahnya dikelola oleh pemlik sawah itu sendiri, namun setiap musim panen akan dilakukan bagi hasil antara pemilik sawah dan pemberi hutang sesuai kesepakatan. Dan juga ada sebagian yang sawah tersebut dikelola oleh orang lain, dan hasil panen dari sawah tersebut akan dibagi hasil dengan penerima gadai atau orang yang meminjamkan uang. (Kamsinar, Wawancara, 25 Desember)
Contohnya seperti si A (Rahin) menggadaikan sawahnya ke si B (Murtahin) penerima gadai sebesar Rp. 15.000.000 dengan jaminan sawah seluas 1000m. sawah tersebut dikelola oleh penerima gadai dan penggadai, jika hasil sawah tersebut mendapatkan laba Rp. 4.000.000 sekali panen, maka hasil tersebut dibagi dua dengan ketentuan atau perjanjian 3:1. Jadi penggadai mendapatkan laba sebesar Rp. 1.000.000 dan penerima gadai mendapatkan laba Rp. 3.000.000. Kamsinar, Wawancara, 25 Desember) Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang penggadai bahwasanya alasan kenapa seseorang tersebut memilih menggadaikan sawahnya dibandingkan meminjam dilembaga keuangan karena hanya itu harta yang dimiliki dan yang akan menjadi jaminan untuk melakukan gadai yang bertujuan untuk biaya pernikahan anak, sekolah anak ataupun untuk modak usaha. Sedangkan bagi penerima gadai melakukan praktek gadai ini karena mendapatkan keuntungan dari pengelolaan sawah sebagai jaminan hutang, selain mendapatkan uangnya kembali juga mendapatkan hsil dari pengelolaan gadai (sawah) tersebut. (Sofinar, Wawancara, 26 Desember 2020)
Dari gambaran sistem gadai yang telah di uraikan di atas diketahui bahwa pemberi hutang selain medapatkan kembali emasnya, dia juga mendapatkan hasil panen selama hutang tersebut belum dikembalikan dan ketika sipeminjam sudah mampu membayar hutangnya tersebut dia tetap membayarkan hutangnya sebesar pokok yang dia pinjam, artinya tidak ada
4
pengurangan hutang meskipun sipemberi hutang sudah menikmati hasil panen selama batas waktu yang telah ditentukan. Dalam bentuk pinjaman hukum Islam menjaga kepentingan kreditur jangan sampai ia dirugikan.
Pada konsepnya gadai bukanlah suatu transaksi yang saling menguntungkan melainkan tujuan utamanya sebagai alternative saling menolong dan saling membantu untuk memperbaiki hubungan yang kaya dengan yang miskin, bukan dijadikan sebagai transaksi atau akad profit untuk menarik keuntungan. Karena manusia adalah makhluk social, yaitu makhluk yang berkodrat hidup dalam masyarakat. (Ahmad Azhar Basyir, 2000:11)
Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan di atas penulis tertarik untuk mengambil judul skripsi dengan judul “Pelaksanaan Pagang Gadai Sebagai Pilihan Ekonomi Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus Pada Masyarakat Petani Nagari Pariangan Kabupaten Tanah Datar).
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka fokus penelitian dari penelitian ini adalah bagaimana manfaat pagang gadai sawah bagi penerima gadai di Nagari Pariangan, dan bagaimana pilihan ekonomi bagi penerima gadai dan penggadai menurut perspektif ekonomi Islam di Nagari Pariangan Kabupaten Tanah Datar.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka terdapat bebarapa hal yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana manfaat pagang gadai sawah bagi penerima gadai di Nagari Pariangan Kabupaten Tanah Datar?
2. Bagaimana pilihan ekonomi bagi penerima gadai dan penggadai di Nagari Pariangan Kabupaten Tanah Datar?
5 D. Tujuan Penelitian
1. Untuk menjelaskan bagaimana manfaat pagang gadai sawah bagi penerima gadai di Nagari Pariangan Kabupaten Tanah Datar.
2. Untuk menjelaskan bagaimana pilihan ekonomi bagi penerima gadai dan penggadai di Nagari Pariangan kabupaten Tanah Datar.
E. Manfaat Peneltian 1. Manfaat Penelitian
a. Secara Teorits
Manfaat teoritis untuk bidang ilmu ekonomi syariah terkait tentang peningkatan kemakmuran masyarakat.
b. Secara Praktis
Dalam melakukan penelitian ini penulis mengharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, khususnya bagi penggadai dan penerima gadai, penelitian ini juga bisa bermanfaat sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam melakukan praktek gadai.
c. Secara Prakmatis
Sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Strata (S-1) pada Jurusan Ekonomi Syariah.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan pemahaman terhadap judul di atas, maka penulis perlu menjelaskan istilah sebagai berikut:
Gadai (rahn) Gadai merupakan salah satu bentuk muamalat yang dibolehkan dalam sistem ekonomi Islam, gadai (rahn) merupakan salah satu cara masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari ketika mereka dalam keadaan kesulitan ekonomi dengan cara meminjam uang dan menyerahkan jaminan berupa harta benda, karena sebagai makhluk social setiap manusia tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya bantuan orang lain. Oleh sebab itu ia dibolehkan meminta barang dari debitur sebagai jaminan utangnya, sehingga apabila debitur tidak mampu melunasi pinjamannya maka barang jaminan boleh dijual oleh kreditur.
6
Dalam tradisi adat indonesia, istilah gadai dikenal dengan sebutan yang berbeda-beda, dan di minangkabau sendiri disebut dengan istilah
“pagang gadai”.
Pagang gadai yang penulis maksud dalam penelitian skripsi ini adalah gadai sawah yang terjadi di Nagari Pariangan, Kabupaten Tanah Datar.
Pilihan ekonomi (economic choise) yang penulis maksud dalam judul skripsi ini adalah perbandingan manfaat investasi yang aman bagi penerima gadai, dan perbandingan alternatif pencarian dana tunai (kebutuhan likuiditas) bagi penggadai.
Secara keseluruhan yang penulis maksud dari penelitian skripsi ini adalah bagaimana pelaksanaan pagang gadai yang dilaksanakan di Nagari Pariangan jika dibandingkan dengan aspek pilihan ekonomi, yaitu perbandingan manfaat investasi yang aman bagi penerima gadai, dan perbandingan alternatif pencarian dana tunai (kebutuhan likuiditas) bagi penggadai di Nagari Pariangan, Kabupaten Tanah Datar.
7 BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori
1. Konsep Dasar Ekonomi Islam a. Pengertian Ekonomi Islam
Islam sebagai agama merupakan konsep yang mengatur kehidupan manusia secara komprehensif, menyeluruh dan universal baik dalam hubungan dengan sang pencipta maupun dengan manusia. (Gampito, 2013:6)
Hadirnya ekonomi Islam dimuka bumi bukanlah sebuah ilmu yan baru dan bukan buah karya manusia. Ekonomi Islam sesunguhnya telah ada bersama hadirnya Islam di bumi, dalam hal ini konsep ekonomi dalam perspektif Islam menjadi bagian pedoman Islam itu sendiri. Ekonomi Islam telah diajarkan dan di praktekan Rasulullah SAW sebagai pembawa risalah Islam, karena bagaimanapun Islam dan ekonomi sebuah bagian yang utuh yang tidak bisa dilepaskan. (Sumar’in, 2013:8)
Ekonomi Islam memiliki sifat dasar sebagai ekonomi Rabbani dan insani. Disebut ekonomi rabbani karena syarat dengan arahan dan nilai-nilai illahiah. Lalu ekonomi Islam dikatakan memiliki dasar sebagai ekonomi insani karena sistem ekonomi ini dilaksanakan dan ditujukan untuk kemakmuran manusia. (Mustafa Edwin Nasution, 2006:12)
Ekonomi Islam merupakan mahzab ekonomi Islam, yang menjelma didalamnya bagaimana cara Islam mengatur kehidupan perekonomian, dengan apa yang dimiliki dan ditunjukan oleh mahzab ini tentang ketelitian cara berfikir yan terdiri dari nilai-nilai moral Islam dan nilai-nilai ekonomi, atau nilai sejarah yang ada hubungannya dengan masalah siasat perekonomian. (M. Sholahuddin, 2007:6)
Ekonomi Islam dalam bahasa arab diistilahkan dengan al-iqtishad al-Islami, Al-iqtishad secara bahasa berarti al-qashdu yaitu pertengahan dan keadilan. Iqtishad (ekonomi) didefinasikan dengan penetahuan tentan aturan yan berkaitan dengan produksi kekayaan, mendistribusikan dan menkonsumsinya. Ekonomi umunyanya didefinasikan sebaai kajian tentan
8
perilaku manusia dalam hubunannya denan pemanfaatan sumber-sumber produksi. (Rozalinda, 2015:2)
Kata ekonomi berasal dari kata yunani, yaitu oikos dan mos. Kata oikos berarti rumah tangga, sedangkan kata nomos memiliki arti mengatur.
Maka secara garis besar ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga, atau manajemen rumah tangga. Kenyataannya ekonomi bukan hanya berarti rumah tangga suatu keluarga, melainkan bisa bereti ekonomi suatu desa, kota, bahkan suatu Negara. Ilmu yang mempelajari bagaimana setiap rumah tangga atau masyarakat mengelola sumber daya yang mereka miliki untuk memenuhi kebutuhan mereka disebut ilmu ekonomi. Definisi yang lebih popular yang sering digunakan untuk menerangkan ilmu ekonomi tersebut adalah salah satu cabang ilmu social yang khusus mempelajari tingkah laku manusia atau segolongan masyarakat dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan yang relative tidak terbatas. (Ika Yunia Fauzia, 2014:2)
Hasanuzzaman (1984) mendefinasikan ekonomi Islam sebagai ilmu dan aplikasi petunjuk dan aturan syariah yan mencegah ketidakadilan dalam memperoleh dan menggunakan sumber daya material agar memenuhi kebutuhan manusia dan agar dapat menjalankan kewajiban kepada Allah dan masyarakat. (Imamudin Yuliadi, 2019:3)
Sedangkan definisi ekonomi secara lebih lengkap dapat didasarkan dari pendapat Professor Paul Anthony Samuelson tentang definisi ilmu ekonomi sebagai berikut:
Ilmu ekonomi adalah studi mengenai cara-cara manusia dan masyarakat menentukan atau menjatuhkan pilihannya, dengan atau tanpa menggunakan uang untuk menggunakan sumber-sumber produktif yang langka yang dapat mempunyai penggunaan-penggunaan alternatif, untuk memprodusir berbagai barang serta membagikannya untuk dikonsumsi, baik untuk waktu sekarang maupun yang akan datang, kepada berbagai golongan dan kelompok di dalam masyarakat. Ilmu ekonomi itu menganalisis besarnya biaya-biaya serta keuntungan-keuntungan yang terjadi karena adanya perbaikan di dalam pola alokasi sumber-sumber. (Suherman Rosyidi, 20009-10)
9
Berdasarkan definisi Samuelson di atas, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi pokok-pokok dari ekonomi adalah meliputi: upaya manusia dalam menghadapi problem of choice (masalah pemilihan) untuk menggunakan sumber-sumber produktif karena adanya kondisi scarce (kelangkaan), penggunaan uang ataupun tanpa uang sebagai bentuk dari pilihan penggunaan sumber-sumber produktif, dan produksi serta pembagian hasilnya kepada anggota-anggota masyarakat untuk konsumsi.
(Suherman Rosyidi, 2000:9-10)
Kata syariah atau Islam berasal dari bahasa arab as-syari’ah yang mempunyai kotonasi masyra’ah al-ma’ (sumber air minum). Orang arab tidak menyebut sumber tersebut dengan sebutan syariah kecuali jika sumber tersebut airnya berlimpah dan tidak pernah kering. Dalam bahasa arab syara’a beraryi nahaja (menempuh). Syariah dapat juga berarti mahzab dan thariqah mustaqimah (jalan lurus). Secara harfiah syariah dapat diartikan sebagai jalan yang ditempuh atau garis yang mestinya dilalui. (Ahmad Ifham Sholihin, 2010:809)
Secara terminologi, definisi syariah adalah peraturan-peraturan dan hukum yang telah digariskan oleh Allah, atau digariskan pokok-pokoknya dan dibebankan kepada kaum muslimin supaya mematuhinya, supaya syariah ini diambil oleh orang Islam sebagai penghubung di antaranya dengan Allah dan di antaranya dengan sesama manusia.(Ahmad Ifham Sholihin, 2010:809)
Menurut Syaikh Yusuf al-Qardhawi, cakupan dari pengertian syariah menurut pandangan Islam sangat luas dan komprehensif (al-syumul). Di dalamnyamengandung pengaturan seluruh aspek kehidupan, mulai dari aspek ibadah (hubungan manusia dengan Tuhannya), aspek keluarga (seperti nikah, talak, nafkah, wasiat, warisan), aspek bisnis (perdagangan, industri, perbankan, asuransi, utang piutang, pemasaran, hibah), aspek hukum dan peradilan, hingga hubungan antar negara. (Ahmad Ifham Sholihin, 2010:809)
Berdasarkan pengertian secara bahasa, terminologi, serta pendapat Yusuf al- Qardhawi tersebut, dapat dipahami bahwa definisi syariah tidak
10
lain adalah ajaran Islam itu sendiri. Oleh karena itu, dalam konteks pembahasan penelitian ini penggunaan istilah ekonomi syariah dan ekonomi Islam merupakan dua hal yang sama dan tidak perlu dibedakan.
Jadi ekonomi Islam adalah suatu ilmu pengetahuan yang berupaya untuk memandang, meninjau, meneliti, dan akhirnya menyelesaikan permasalahan-permasalahan ekonomi dengan cara-cara yang Islami dengan mendasarkan segala aspek ontology, epistimologi, dan aksiologinya kepada agama Islam. Dengan demikian sumber hukum ekonomi Islam adalah alquran dan sunnah, sedangkan hal-hal yang tidak diatur didalam keduanya diperoleh keuntungannya melalui ijtihad. (Gampito, 2013:17)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa definisi ekonomi syariah adalah segala gejala di masyarakat yang timbul karena perbuatan manusia dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan hidup atau untuk mencapai kemakmuran berdasarkan paradigma Islam, yakni suatu ajaran hidup yang bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah.
b. Tujuan Ekonomi Islam
Tujuan ekonomi Islam adalah maslahah (kemaslahatan bagi umat manusia). Yaitu dengan mengusahakan segala aktivitas demi tercapainya hal-hal yang berakibat pada adanya kemaslahatan bagi manusia, atau dengan mengusahkan aktivitas yang secara langsung dapat merealisasasikan kemaslahatan itu sendiri. Aktivitas lainnya demi menggapai kemaslahatan adalah dengan menghindarkan diri dari segala hal yang membawa kerusakan bagi manusia. (Ika Yunia Fauzi, 2014:12)
Secara umum tujuan ekonomi Islam syariah digolongkan sebagai berikut:
1) Menyediakan dan menciptakan peluang-peluang yang sama dan luas bagi semua orang untuk berperan serta dalam kegiatan- kegiatan ekonomi
2) Memberantas kemiskinan absolute akan memenuhi kebutuhan- kebutuhan mendasar bagi semua individu dam masyarakat
11
3) Mempertahankan stabilitas ekonomi dan pertumbuhan serta meningkatkan kesehjahteraan social. (Gampito, 2014:27)
c. Prinsip Ekonomi Islam
Prinsip-prinsip ekonomi Islam secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Sumber daya dipandang sebagai amanah Allah kepada manusia sehingga pemanfaatannya haruslah bisa di pertanggungkan di akhirat kelak. implikasinya adalah manusia harus menggunakan dalam kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain 2) Kepemilikan pribadai diakui dalam batas-batas tertentu yang
berhubungan dengan kepentingan masyarakat
3) Bekerja adalah kekuatan penggerak utama kegiatan ekonomi Islam
4) Kepemilikan kekayaan tidak boleh hanya dimiliki oleh segelintir orang-orang kaya, dan harus berperan sebagai capital produktif 5) Islam menjamin kepemilikan masyarakat dan penggunanya
dialokasikan untuk kepentingan orang banyak
6) Seseorang muslim harus tunduk kepada Allah dan hari pertanggungannya di akhirat
7) Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas 8) Islam melarang riba dalam segala bentuknya. (Eko Suprayitno,
2005:2-3)
d. Nilai-Nilai Ekonomi Islam
Nilai-nilai Tauhid, adl, nubuwah, khilafah, dan maad menjadi inpirasi untuk membangun teori-teori ekonomi Islam.
1) Tauhid (Keesaan Tuhan)
Tauhid merupakan fondasi ajaran Islam. Allah pemilik alam semesta beserta isinya. Oleh karena itu, Allah adalah pemilik hakiki. Manusia hanya diberi amanah memilki untuk sementara waktu. Dalam Islam, semua yang diciptakan Allah ada
12
manfaat dan tujuannya. Tujuan manusia diciptakan adalah untuk beribadah kepada-Nya. (Akhmad Mujahidin, 2007:14)
sebagaimana firman Allah dalam surah Adz-Dzariyat ayat 56, sebagai berikut:
ِنوُدُبْعَيِل َّلَِّإ َسْنِ ْلْا َو َّن ِجْلا ُتْقَلَخ اَم َو Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Karena itu, segala aktivitas yang ada hubungannya dengan alam (sumber daya) dan manusia (muamalah) dibingkai dalam kerangka hubungan dengan Allah. Karena kepada-Nya kita akan mempertanggungjawabkan segala perbuatan kita, termasuk aktivitas bisnis. Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidaklah menjadikan jin dan manusia melainkan untuk mengenalnya dan supaya menyembahnya. Seperti dalam firman Alah dalam Surat At-Taubah ayat 31, yaitu sebagai berikut:
َمَي ْرَم َنْبا َحيِسَمْلا َو ِ َّاللَّ ِنوُد ْنِم اًباَب ْرَأ ْمُهَناَبْهُر َو ْمُهَراَبْحَأ اوُذَخَّتا اَّمَع ُهَناَحْبُس ۚ َوُه َّلَِّإ َهََٰلِإ َلَّ ۖ اًد ِحا َو اًهََٰلِإ اوُدُبْعَيِل َّلَِّإ اوُرِمُأ اَم َو
َنوُك ِرْشُي
Artinya:
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
Maksud dari ayat di atas adalah agar mereka mematuhi ajaran- ajaran orang-orang alim dan rahib-rahib mereka dengan membabi buta, biarpun orang-orang alim dan rahib-rahib itu menyuruh membuat maksiat atau mengharamkan yang halal. Pendapat tersebut sama dengan pendapat Az-Zajjaj, tetapi ahli tafsir yang lain
13
berpendapat bahwa maksud ayat tersebut ialah bahwa Allah tidak menjadikan jin dan manusia kecuali tunduk kepadanya dan untuk merendahkan diri. Maka setiap makhluk, baik jin atau manusia wajib tunduk kepada peraturan tuhan, merendahkan diriterhadap kehendaknya. Menerima apa yang dia takdirkan, mereka dijadikan atas kehendaknya dan diberi rezeki sesuai dengan apa yang telah dia tentukan. Tak seorangpun dapat memberikan manfaat atau mendatangkan mudarat karena kesemuanya adalah dengan kehendak Allah.
2) ‘Adl
Allah adalah pencipta segala Sesutu, dan salah satu sifatnya adalh Adil. Dia tidak membedakan perlakuan terhadap makhluknya secara dzalim. Manusia sebagai khlifah dimuka bumi harus memelihara hukum Allah di bumi, dan menjamin bahwa pemakaian seala sumber daya diarahkan untuk kesejahteraan manusia supaya semua medapatkan manfaat dari padanya secara adil dan baik. Dalam banyak ayat, Allah memerintahkan manusia untuk berbuat dil. Islam mendefinasikan adil sebagai “tidak mendzalimi dan tidak mendzalimi”. Impliksi ekonomi dari nili ini adalah bahwa pelaku ekonomi tidak dibolehkan untuk mengejar keuntunan pribadi bila hal itu merugikan oran lain atau merusak alam. (Akhmad Mujahidin, 2007:15)
Seperti firman Allah dala Al-qur‟an surat Al-Hujarat ayat 9, yaitu sebagai berikut:
اَمُهاَدْحِإ ْتَغَب ْنِإَف ۖ اَمُهَنْيَب اوُحِلْصَأَف اوُلَتَتْقا َنيِنِمْؤُمْلا َنِم ِناَتَفِئاَط ْنِإ َو ْتَءاَف ْنِإَف ۚ ِ َّاللَّ ِرْمَأ َٰىَلِإ َءيِفَت َٰىَّتَح يِغْبَت يِتَّلا اوُلِتاَقَف َٰىَرْخُ ْلْا ىَلَع َنيِطِسْقُمْلا ُّب ِحُي َ َّاللَّ َّنِإ ۖ اوُطِسْقَأ َو ِلْدَعْلاِب اَمُهَنْيَب اوُحِلْصَأَف
Artinya:
14
Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya, tapi kalau yang satu melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.
3) Nubuwwah
Karena kasih saying dan kebijaksanaan Allah, manusia tidak dibiarkan hidup begitu saja didunia tanpa mendapatkan bimbingan. Karena itu di utuslah para nabi dan rasul untuk menyampaikan petunjuk dari Allah kepada manusia tentan bagaimana hidup yan baik dan benar di dunia, dan mengajarkan jalan untuk kembali kepada Allah. Fungsi rasul adalh untuk menjadi model terbaik yan harus diteladani manusia agar mendapat keselamatan di dunia dan akhirat. (Gampito, 2014:20)
Ada 4 sifat nabi yang harus diteladani, yaitu:
a) Shiddiq (Benar, jujur) b) Amanah (Tanggung Jawab) c) Fathanah (Cerdas, bijaksana)
d) Tabligh (Menyampaikan). (Gampito, 2014:20)
Firman Allah dalam Al-qur‟an surat Al-Fath ayat 29, sebagai berikut:
ْمُها َرَت ۖ ْمُهَنْيَب ُءاَمَحُر ِراَّفُكْلا ىَلَع ُءاَّدِشَأ ُهَعَم َنيِذَّلا َو ۚ ِ َّاللَّ ُلوُسَر ٌدَّمَحُم
ْنِم ْمِهِهوُجُو يِف ْمُهاَميِس ۖ اًنا َوْض ِر َو ِ َّاللَّ َنِم ًلًْضَف َنوُغَتْبَي اًدَّجُس اًعَّكُر
َجَرْخَأ ٍع ْرَزَك ِلي ِجْنِ ْلْا يِف ْمُهُلَثَمَو ۚ ِةاَر ْوَّتلا يِف ْمُهُلَثَم َكِلََٰذ ۚ ِدوُجُّسلا ِرَثَأ
ُمِهِب َظيِغَيِل َعا َّر ُّزلا ُب ِجْعُي ِهِقوُس َٰىَلَع َٰى َوَتْساَف َظَلْغَتْساَف ُهَرَزآَف ُهَأْطَش
15
ا ًرْجَأ َو ًةَرِفْغَم ْمُهْنِم ِتاَحِلاَّصلا اوُلِمَع َو اوُنَمآ َنيِذَّلا ُ َّاللَّ َدَعَو ۗ َراَّفُكْلا اًميِظَع
Artinya:
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.kamu Lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam- penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.(Dapartemen RI:516)
4) Khilafah
Dalam al-Qur’an Allah berfirman bahwa manusia diciptakan untuk menjadi khalifah di muka bumi. Karena itu pada dasarnya setiap manusia akan dimintai pertangungjawaban.
(Akhmad Mujahidin, 2007:20)
Firman Allah dalam al-qur‟an surat Al-Baqarah ayat 30, yaitu:
ُلَعْجَتَأ اوُلاَق ۖ ًةَفيِلَخ ِض ْرَ ْلْا يِف ٌلِعاَج يٍِّنِإ ِةَكِئ َلًَمْلِل َكُّبَر َلاَق ْذِإ َو
َنوُمَلْعَت َلَّ اَم ُمَلْعَأ يٍِّنِإ َلاَق ۖ َكَل ُدِسْفُي ْنَم اَهيِف َءاَمٍِّدلا ُكِفْسَي َو اَهيِف
ُسٍِّدَقُنَو َكِدْمَحِب ُحٍِّبَسُن ُنْحَن َو
16 Artinya:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.
5) Ma’ad (hasil)
Walaupun serin kali diterjemahkan sebagai kebangkitan, tetapi secara harfiah Ma’ad berarti “kembali”. Karena kita semua akan kembali kepada Allah. Hidup manusia tidak hanya di dunia tetapi harus berlanjut di akhirat. Allah menatakan bahwa manusia diciptakan di dunia untuk berjuang, perjuangan ini akan mendapatkan ganjaran, baik di dunia maupun di akhirat.
Perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan yan berlipat-lipat, perbuatan jahat akan dib alas dengan hukuman yang setimpal.
Karena itu ma’ad diartikan jua sebagai imbalan atau ganjaran.
(Gampito, 2014:21)
sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur;an surat Luqman ayat 33, yaitu sebagai berikut:
ِهِدَل َو ْنَع ٌدِلا َو ي ِزْجَي َلَّ اًم ْوَي ا ْوَشْخاَو ْمُكَّبَر اوُقَّتا ُساَّنلا اَهُّيَأ ا
َيُمُكَّنَّرُغَت َلًَف ۖ ٌّقَح ِ َّاللَّ َدْع َو َّنِإ ۚ اًئْيَش ِهِدِلاَو ْنَع ٍزاَج َوُه ٌدوُل ْوَم َلَّ َو
ُروُرَغْلا ِ َّللَّاِب ْمُكَّنَّرُغَي َلَّ َو اَيْنُّدلا ُةاَيَحْلا {
33}
Artinya:
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah
17
benar, Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.
2. Gadai
a. Pengertian Gadai
Dalam Islam, gadai berasal dari kata “al-rahn” yan berarti tetap (al-tsubut wa al-dawam), misalnya kata ma’rakid artinya air yan diam dan tergenang. Disebut tetap karena barang gadai ada pada pemberi pinjaman hingga hutang dibayar. Gadai juga berarti jaminan utang, gadaian, barang yang di gadaikan, hipotek, atau al-habs (penahanan), yaitu menahan salah satu harta milik peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya . kata arhana berarti menjadikan sesuatu sebagai jaminan utang. Arti gadai juga adalah pinjam meminjam uang dengan menyerahkan barang dan dengan batas waktu. Rahn juga diartikan dengan menggadaikan atau merungguhkan. (H. Idri, 2015:197)
Dalam fiqh Islam lembaga gadai dikenal dengan “rahn”, yaitu perjanjian menahan sesuatu barang. Barang atau bukti harta tetap milik peminjam yang ditahan merupakan jaminan atau sebagai tangungan hutang sehingga barang jaminan menjadi hak yang diperoleh kreditur yan dijadikan sebagai jaminan pelunasan hutan. Rahn adalah menahan salah satu harta milik seorang (peminjam) sebagai jaminan atas pinjaman yan diterimanya. Barang yan ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis.
Dengan demikian pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian hutannya. (Muhamad, 2007:
64)
Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang yan berutang atau oleh orang lain atas namanya, dan yan memberikan kekuasaan kepada yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang yang berpiutang laiinya, dengan penecualian biaya untuk melarang baran tersebut dan
18
biaya yan dikeluarkan untuk menyelamatkan setelah barang itu digadaikan. (Panji Adam, 2018:285)
Adapun pengertian rahn menurut imam ibnu Qudhamah dalam kitab al-Muhni adalah sesuatu benda yang dijadikan kepercayan dari suatu hutang untuk dipenuhi dari haranya, apabila yan berhutang tidak sanggup membayarnya dari orang yang berpiutang. Sedangkan imam Abu Zakaria al-Anshary dalam kitabnya fathul wahab mendefinisikan rahn adalah menjadikan benda yan bersifat harta benda sebagai kepercayaan dari suatu yang dapat dibayarkan. (Abdul Ghofur Anshori, 2006:88)
Jadi dapat disimpulkan bahwasanya gadai (rahn) adalah pinjam meminjam uang dalam batas waktu tertentu dengan menyerahkan barang sebagai tanggungan atau jaminan, jika sudah sampai pada waktunya hutang tidak dapat dilunasi maja baran itu menjadi hak pemberi hutang.
b. Dasar Hukum Gadai
Boleh tidaknya transaksi gadai menurut Islam diatur dalam al- Qur’an, sunnah, dan ijtihad. Dari ketiga sumber tersebut disajikan dasar hukum sebagai berikut:
1) Al-qur‟an
Ayat al-Qur’an yang dapat dijadikan dasar hukum perjanjian gadai adalah QS Al-Baqarah 282. Inti dari ayat tersebut adalah apabila untuk memperkuat perjanjian utang piutang dengan tulisan yang dipersaksikan dua orang saksi laki-laki atau satu seorang laki-laki dan dua orang saksi perempuan,
Hal ini dapat dilihat dalam firman Allah SWT yang terdapat Al- qur‟an Surat Al-Baqarah ayat 282, yaitu sebagai berikut:
ْبُتْكَيْل َو ۚ ُهوُبُتْكاَف ىًّمَسُم ٍلَجَأ َٰىَلِإ ٍنْيَدِب ْمُتْنَياَدَت اَذِإ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي ِلِلْمُيْل َو ْبُتْكَيْلَف ۚ ُ َّاللَّ ُهَمَّلَع اَمَك َبُتْكَي ْنَأ ٌبِتاَك َبْأَي َلَّ َو ۚ ِلْدَعْلاِب ٌبِتاَك ْمُكَنْيَب
اًئْيَش ُهْنِم ْسَخْبَي َلَّ َو ُهَّبَر َ َّاللَّ ِقَّتَيْل َو ُّقَحْلا ِهْيَلَع يِذَّلا
Artinya:
19
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya.…(Al- Baqarah 282)
Perintah ayat ini ditujukan kepada orang-orang beriman. Tetapi yang dimaksud adalah mereka yang melakukan transaksi utang piutang, bahkan lebih khusus adalah yang berhutang, agar yang memberi piutang lebih tenang dengan menuliskan transaksi itu. Karena menulisnya adalah perintah atau tuntutan yang dianjurkan, walaupun yang memberi piutang tidak memintanya.
2) As-Sunnah
Dalam hadis berasal dari ‘Aisyah r.a disebutkan bahwa nabi saw pernah membeli makanan dari seseorang yahudi dengan harga yang diutang, sebagai tanggungan atas utangnya itu nabi menyerahkan baju besinya. (HR. Bukhari)
Dalam hadis lain diriwayatkan berasal dari ibnu ‘Abbas r.a dinyatakan bahwa ketika nabi saw wafat, baju besinya masih dlam keadaan menjadi tanggungan utang 20 sha’ (1.k 50 kg) bahan makanan yang dibelinya untuk nafkah keluarga. (HR. Tarmidzi)
3) Ijtihad
Berdasarkan al-Qur’an dan hadis di atas menunjukan bahwa transaksi atau perjanjan gadai dibenarkan dalam Islam, bahkan nabi pernah melakukannya. Namun demikian perlu dilakukan pengkajian lebih mendalam dengan melakukan ijtihad. Bagaimana mekanisme penggadaian
20
menurut hukum Islam ini. Apakah perjanjian gadai yang sekarang ini berlaku apat dibenarkan menurut Islam. (Muhamad, 2000:89)
c. Rukun Gadai
Payung hukum gadai syariah dalam hal pemenuhan prinsip-prinsip syariah berpegang pada fatwa DSN MUI No.25/DSN-MUI III/2002 tanggal 26 juni 2002 tentang rahn yang menyatakan bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn diperolehkan, dan fatwa DSN MUI No26/DSN-MUI III/2002.
Transaksi gadai menurut syariah haruslah memenuhi rukun tertentu yaitu:
1 . Rukun Gadai
a) Aqid (Orang yang berakad)
Aqid adalah orang yang melakukan akad yang meliputi dua pihak, yaitu
(1) Rahin (orang yang menggadaikan barangnya)
(2) Murtahin (orang yang berpiutang dan menerima barang gadai).
b) Ma‟qud alaihi (barang yang diakadkan) Ma‟qud alahi meliputi dua hal, yaitu
(1) Marhun (barang yang digadaikan)
(2) Marhun bih (dain) yaitu utang yang karenanya diadakan akad rahn.
c) Sighat (ijab dan kabul)
Ulama fikih berbeda pendapat mengenai masuknya sighat sebagai rukun dari terjadinya rahn. Ulama mazhab Hanafi berpendapat bahwa sighat tidak termasuk sebagai rukun rahn, melainkan ijab (pernyataan menyerahkan barang sebagai agunan bagi pemilik barang) dan qabul (pernyataan kesediaan dan memberi utang dan menerima barang agunan tersebut). (Andri Soemitro, 2009:402)
d. Syarat Sah Gadai
21
Syarat sahnya perjanjian gadai adalah sebagai berikut:
1) Ijab qabul (sighot)
Hal ini dapat dilakukan baik dalam bentuk tertulis maupun lisan, asalkan saja di dalamnya terkandung maksud adanya perjanjian gadai diantara para pihak.
2) Orang yang bertransaksi
Syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi orang yang bertransaksi gadai yaitu rahin (pemberi gadai) dan murtahin (penerima gadai) adalah:
a) Telah dewasa b) Berakal
c) Atas keinginan sendiri 3) Adanya barang yang digadaikan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk barang yang akan digadaikan oleh rahin (pemberi gadai) adalah:
a) Dapat diserah terimakan b) Bermanfaat
c) Milik rahin (orang yang menggadaikan) d) Jelas
e) Tidak bersatu dengan harta lain f) Dikuasai oleh rahin
g) Harta yang tetap atau dapat dipindahkan 4) Marhun bih (hutang)
Menurut ulama hanafiyah dan syafiiyah syarat utang yang dapat dijadikan alas gadai adalah:
a) Berupa utang yang tetap dapat dimanfaatkan b) Utang harus lazim pada waktu akad
c) Utang harus jelas dan diketahui oleh rahin dan murtahin.
(Abdul Ghofur Anshori, 2006:91-92)
e. Hak Dan Kewajiban Gadai
22
Dalam perjanjian gadai antara pemberi dan penerima gadai terdapat hak dan kewajiban antara keduanya.
1) Hak dan kewajiban pemberi gadai
a) Pemberi gadai berkewajiban menyerahkan barang gadai kepada penerima gadai yang telah memberikan utang kepadanya, dan ia mempunyai hak kuasa atas barang yang digadaikan.
b) Jika sudah tiba waktunya maka pemberi gadai wajib melunasi hutangnya kepada penerima gadai, jika tidak melaksanakan kewajibannya maka penerima gadai bisa mengambil atau melelang barang gadai.
2) Hak dan keawajiban penerima gadai
a) Penerima gadai berkewajiban memelihara barang gadai dengan cara wajar sesuai dengan keadaan barang dan penerima gadai mempunyai hak untuk melunasi kewajibannya.
b) Penerima gadai berkewajiban mengembalikan barang gadai kepada pemberi gadai jika utannya telah dilunasi. (H. Idri, 2015: 210)
f. Pemanfaatan Barang Gadai
Para ulama berbeda pendapat dalam hal memanfaatkan barang jaminan oleh penerima gadai (murtahin). Jumhur ulama selain ulama mazhab Hanbali, berpendapat bahwa pemegang barang gadai tidak boleh memanfaatkan barang tersebut, karena barang itu bukan miliknya secara penuh. Hak pemegang gadai terhadap barang itu hanyalah sebagai jaminan piutang yang ia berikan, dan apabila pemberi gadai tidak mampu melunasi utangnya, barulah ia menjual atau menghargai barang tersebut sebagai pelunasan piutang atau mengambilnya sebagai pelunasan utang untuk di manfaatkan sendiri. (H. Idri, 2015:210)
23 g. Berakhirnya Akad Gadai
Ada beberapa sebab yang menjadikan akad gadai akan berakhir di antaranya adalah :
1) Rahn diserahkan kepada pemiliknya. Ketika barang gadaian dikembalikan kepada pemiliknya maka berakhirlah akad gadai tersebut.
2) Hutang dibayarkan semuanya. Dengan dibayarkannya hutang maka rahin berhak mengambil kembali barang gadaiannya. Sayid Sabiq menukil perkataan Ibnu Mundzir mengatakan bahwa para ahli ilmu telah sepakat jika seseorang menggadaikan sesuatu lalu membayar hutangnya sebagian, dan ingin mengambil sebagian barang gadaiannya maka hal ini tidak berhak atasnya sampai dia melunasi seluruh hutangnya.
3) Penjualan rahn secara paksa oleh hakim. Hakim berhak mengambil harta rahn dari murtahin untuk pembayaran hutang rahin, walaupun rahin menolak hal itu.
4) Pembebasan hutang oleh murtahin. Ketika murtahin membebaskan hutang rahin maka berakhirlah akad gadai tersebut.
5) Pembatalan hutang dari pihak murtahin. Murtahin berhak untuk membatalkan hutang kepada pihak rahin, ketika hal ini terjadi maka batalah akad gadai.
6) Rahin meninggal dunia. Menurut pendapat ulama Malikiyah bahwa rahn itu batal jika rahin meninggal dunia sebelum menyerahkan harta gadai kepada murtahin, bangkrut, tidak mampu untuk membayar hutangnya, sakit atau gila yang membawa pada kematian.
7) Rahn rusak atau sirna. Dengan rusak atau sirnanya harta gadai maka berakhirlah akad gadai tersebut.
8) Pemindahan rahn kepada pihak lain baik berupa hadiah, hibah atau shadaqah.(Abdurrahman Misno, 2018:34).
24 3. Lembaga Keuangan
Lembaga keuangan (financial institution) adalah lembaga yang kegiatan utamanya mengumpulkan dan menyalurkan dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana.
(Mandala Manurung, 2004:109) a. Investasi
Investasi merupakan komitmen untuk menahan sejumlah dana dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. (Elif Pardiansyah, 2017:337)
Definisi yang sama diungkapkan Kasmir dan Jakfar, dimana investasi dapat diartikan sebagai penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha atau proyek yang membutuhkan dana dengan tujuan memperoleh keuntungan.
Investasi menurut Islam adalah penanaman dana atau penyertaan modal untuk suatu bidang usaha tertentu yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, baik objeknya maupun prosesnya. (Elif Pardiansyah, 2017:340)
Fatwa DSN-MUI No. 80/DSN-MUI/III/2011 mengatur bagaimana memilih investasi yang dibolehkan syariat dan melarang kegiatan yang bertentangan dengan prinsip syariah dalam kegiatan investasi dan bisnis, yaitu:
1) Maisīr, yaitu setiap kegiatan yang melibatkan perjudian dimana pihak yang memenangkan perjudian akan mengambil taruhannya;
2) Gharar, yaitu ketidakpastian dalam suatu akad, baik mengenai kualitas atau kuantitas objek akad maupun mengenai penyerahannya;
3) Riba, tambahan yang diberikan dalam pertukaran barang-barang ribawi (al-amwāl al-ribawiyyah) dan tambahan yang diberikan atas pokok utang dengan imbalan penangguhan imbalan secara mutlak;
4) Bāṭil, yaitu jual beli yang tidak sesuai dengan rukun dan akadnya (ketentuan asal/ pokok dan sifatnya) atau tidak dibenarkan oleh syariat Islam;
25
5) Bay‘i ma‘dūm, yaitu melakukan jual beli atas barang yang belum dimiliki;
6) Iḥtikār, yaitu membeli barang yang sangat dibutuhkan masyarakat (barang pokok) pada saat harga mahal dan menimbunnya dengan tujuan untuk menjual kembali pada saat harganya lebih mahal
7) Taghrīr, yaitu upaya mempengaruhi orang lain, baik dengan ucapan maupun tindakan yang mengandung kebohongan, agar terdorong untuk melakukan transaksi;
8) Ghabn, yaitu ketidakseimbangan antara dua barang (objek) yang dipertukarkan dalam suatu akad, baik segi kualitas maupun kuantitas;
9) Talaqqī al-rukbān, yaitu merupakan bagian dari ghabn, jual beli atas barang dengan harga jauh di bawah harga pasar karena pihak penjual tidak mengetahui harga tersebut;
10) Tadlīs, tindakan menyembunyikan kecacatan objek akad yang dilakukan oleh penjual untuk mengelabui pembeli seolah-olah objek akad tersebut tidak cacat;
11) Ghishsh, merupakan bagian dari tadlīs, yaitu penjual menjelaskan atau memaparkan keunggulan atau keistimewaan barang yang dijual serta menyembunyikan kecacatan;
12) Tanājush/Najsh, yaitu tindakan menawar barang dangan harga lebih tinggi oleh pihak yang tidak bermaksud membelinya, untuk menimbulkan kesan banyak pihak yang bermniat memblinya;
13) Dharar, tindakan yang dapat menimbulkan bahaya atau kerugian bagi pihak lain;
14) Rishwah, yaitu suatu pemberian yang bertujuan untuk mengambil sesuatu yang bukan haknya, membenarkan yang bathil dan menjadikan yang bathil sebagai ssesuatu yang benar;
15) Maksiat dan zalim, yaitu perbuatan yang merugikan, mengambil atau menghalangi hak orang lain yang tidak dibenarkan secara syariah, sehingga dapat dianggap sebagai salah satu bentuk penganiayaan. (Elif Pardiansyah, 2017:351-352)
26 b. Lembaga Bank
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyrakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. (Kamsir, 2005:9)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya adalah:
1) Menghimpun dana dari mayarakat dalam bentuk simpanan, dalam hal ini bank sebagai tempat menyimpan uang atau berinvestasi bagi masyarakat. Tujuan utama masyarakat menimpan uang biasanya adalah untuk keamanan uangnya. kemudian untuk melakukan investasi dengan harapan memperoleh bunga dari hasil simpanannya.
Tujuan lainnya adalah untuk memudahkan melakukan transaksi pembayaran. Secara umum jenis simpanan yang ada di bank adalah terdiri dari simpanan giro, simpanan tabungan, dan simpanan deposito.
2) Menyalurkan dana ke masyarakat, dalam hal ini bank memberikan pinjaman (kredit) kepada masyarakat. Dengan kata lain bank menyediakan dana bagi masyarakat yang membutuhkannya. Pinjaman atau kredit yang diberikan dibagi dalam berbagai jenis sesuai dengan keinginan nasabah.
3) Memberikan jasa-jasa bank lainnya (services) seperti pengiriman uang (transfer), penagiha surat-surat berharga. bank garansi ,dan jasa lainnya. (Kamsir, 2005:9-10)
B. Penelitian yang Relevan
Agar penelitian yang penulis lakukan ini tidak tumpang tindih dengan penelitian orang lain, maka tujuan kepustakaan merupakan sebuah keharusan yang harus dilakukan. Untuk itu penulis merujuk hasil penelitian sebelumnya mengenai permasalahan yang sehubungan dengan judul dan masalah yang akan penulis teliti.
27
1. Fitria Oktasari, 2017 “Analisis Ekonomi Islam Terhadap Praktik Gadai Sawah Dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Keluarga pada desa Wayharu, Kecamatan Bengkunat Belimbing, Kabupaten Pesisir Selatan”. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana kesejahteraan keluarga terutama pihak penggadai. Dimana para penggadai tidak dapat menggarap sawahnya yang telah menjadi jaminan tersebut. Sedangkan penulis meneliti tentang “Pelaksanaan Pagang Gadai Sebagai Pilihan Ekonomi dalam Perspektif Ekonomi Islam di Nagari Pariangan, Kabupaten Tanah Datar”. Penelitian ini lebih fokus pada pilihan ekonomi bagi penggadai dan penerima gadai.
Perbedaan lainnya juga terdapat pada tempat penelitian dan waktu penelitian.
2. Dara Maulina, 2019 “Pelaksanaan System Gala Umong (Gadai Sawah) Dan Dampaknya Terhadap Pendapatan Rahin”. Penelitian ini berfokus pada bagaimana pelaksanaan gadai sawah dan bagaimana dampaknya terhadap pendapatan penggadai (rahin). Sedangkan penulis meneliti tentang “Pelaksanaan Pagang Gadai Sebagai Pilihan Ekonomi dalam Perspektif Ekonomi Islam di Nagari Pariangan, Kabupaten Tanah Datar”. Penelitian ini berfokus pada bagaimana manfaat gadai bagi penerima gadai, dan bagaimana pilihan ekonomi bagi penggadai dan penerima gadai di Nagari Pariangan, Kabupaten Tanah Datar.
Perbedaan lainnya juga terdapat pada tempat penelitian dan waktu penelitian.
3. Maisara Ulfa, 2019 “Pandangan Ekonomi Islam Terhadap Pelaksanaan Gala (Gadai) Sawah Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga di Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar”. Penelitian ini berfokus pada pandangan ekonomi islam terhadap praktik gadai sawah di Kecamatan Indrapuri serta bagaiman pengaruh akad sawah terhadap kesejahteraan keluarga. Sedangkan penulis meneliti tentang
“Pelaksanaan Pagang Gadai Sebagai Pilihan Ekonomi dalam Perspektif Ekonomi Islam di Nagari Pariangan, Kabupaten Tanah Datar”.
Penelitian ini berfokus pada pilihan ekonomi bagi penggadai dan
28
penerima gadai. Perbedaan lainnya juga terdapat pada tempat penelitian dan waktu penelitian.
4. Ahmad Faisal, 2017 “Pandangan Ekonomi Islam Terhadap Praktek Gadai Sawah Di Desa Talungeng Kecamatan Barebbo Kabupaten Bone”. Penelitian ini berfokus pada bagaimana pandangan ekonomi islam terhadap system pelaksanaan gadai sawah di Desa Talungeng Kecamatan Barebbo Kabupaten Bone, serta bagaimana mekanisme pelaksanaan gadai sawah tersebut. Sedangkan penulis meneliti tentang
“Pelaksanaan Pagang Gadai Sebagai Pilihan Ekonomi dalam Perspektif Ekonomi Islam di Nagari Pariangan, Kabupaten Tanah Datar”. peneliti lebih fokus pada bagaimana pemanfaatan barang gadai sawah bagi penerima gadai di Nagari Pariangan, Kabupaten Tanah Datar.
Perbedaan lainnya juga terdapat pada tempat penelitian dan waktu penelitian.
29 BAB III
METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif descriptive, adapun penelitian lapangan ini dilakukan di Nagari Pariangan Kabupaten Tanah Datar. Penulis mengelola data secara kualitatif dengan menggunakan uraian dan informasi yang didapatkan dari objek yang diteliti. (Arikunto, 2007:213)
Dalam penelitian ini peneliti akan menggambarkan secara fakta, data, atau objek material yang bukan berupa angka melainkan ungkapan atau penjelasan.
B. Latar dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Nagari Pariangan, Kabupaten Tanah Datar.
Waktu penelitian dimulai dari bulan Desember 2020-Mei 2021.
Tabel 3.1 Waktu Peneltian
2020-2021
No Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli
1 Observasi Awal 2 Bimbingan
Proposal Skripsi 3 Seminar
Proposal Skripsi 4 Perbaikan
Setelah Seminar
30 5 Pembuatan
Daftar Panduan Wawancara 6 Pengumpulan
Data Penelitian 7 Bimbingan
Skripsi
C. Instrumen Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti langsung menjadi instrument kuncinya dengan cara peneliti langsung turun kelapangan untuk meneliti yaitu dengan wawancara, mengajukan dan mengambil dokumentasi.
Kemudian untuk instrument pendukungnya, peneliti menggunakan alat- alat bantu seperti buku catatan, Handphone, Kamera, dan berupa dokumen- dokumen lainnya untuk menunjang keabsahan penelitian.
D. Sumber Data
1. Sumber data primer
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah para pelaku gadai sawah baik pemberi gadai serta penerima gadai Nagari Pariangan Kabupaten Tanah Datar.
2. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumentasi berupa catatan-catatan, laporan-laporan mengenai pelaksanaan gadai sawah sebagai pilihan ekonomi di Nagari Pariangan, Kabupaten Tanah Datar.
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian oleh karena itu peneliti harus pandai dalammengumpulkan data, sehingga data yang diperoleh valid. Pengumpulan data merupakan
31
prosedur yang standar dan sistematisdalam memperoleh data yang dibutuhkan. Metode pengumpulandata yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya:
1. Wawancara
Wawancara merupakan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara bertanya langsung kepada sumber penelitian. Jumlah pelaku gadai yang penulis laksanakan dengan metode purposive sampling, yaitu peneliti menentukan jumlah responden secara sengaja sesuai dengan keterbatasan peneliti dari sisi waktu ataupun tenaga sebanyak 30 orang informan.
Tujuan penulis menggunakan metode pengumpulan data ini adalah untuk mendapatkan data yang kongkrit mengenai gadai sawah yang ada di Nagari Pariangan.
2. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini berbentuk dokumen-dokumen yang terkait dengan para pelaku gadai sawah baik pemberi gadai serta penerima gadai Nagari Pariangan Kabupaten Tanah Datar.
3. Observasi
Observasi merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data melalui pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala objek yang diselidiki. Observasi dilakukan guna mendeskripsikan realita pelaksanaan pagang gadai sawah di Nagari Pariangan Kabupaten Tanah Datar.
32 F. Teknik Analisa Data
Penelitian ini menngunakan Analisis data kualitatif dengan menggunakan konsep Milles dan Huberman yaitu teknik analisa data dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahap penelitian sampai tuntas, yang memiliki tiga tahap sebagai berikut:
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Tahap pengelompokan data dan penyederhanaan terhadap klarifikasi data. Pada penelitian kali ini lebih memfokuskan pada pelaksanaan pagang gadai sebagai pilihan ekonomi di Nagari Pariangan.
2. Data Display (Penyajian data)
Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun dengan member kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan mengambil tindakan untuk memahami dan mempelajari terkait dengan pelaksannan pagang gadai sebagai pilihan ekonomi di Nagari Pariangan.
3. Cunclusion/ Verification (Penarikan Simpulan dan Verifikasi data) Yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi terhadap data. Dalam penelitian kualitatif sehingga dapat menjawab segala bentuk rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal.
G. Teknik Penjamin Keabasahan data
Adapun teknik penjamin keabsahan data dalam penelitian ini penulis gunakan adalah Triangulasi, yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara data dan berbagai waktu, berikut penjelasannya:
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data atau percocokan data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, triangulasi sumber yang penulis maksud disini
33
adalah penggadai sawah dan penerima gadai sawah di Nagari Pariangan, Kabupaten Tanah Datar.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang didapatkan melalui wawancara lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi, jika terdapat perbedaan penulis akan berdiskusi kembali dengan pemilik atau sumber data yang bersangkutan.
Dari dua Triangulasi di atas penulis akan memakai teori pengujian keduanya sekaligus dengan cara kolaborasi.
34 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Nagari Pariangan terletak di lereng Gunung Merapi. tepatnya di Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Lokasinya sekitar 95 kilometer dari utara kota Padang, dan 35 Kilometer dari Kota Bukittinggi, Nagari Pariangan juga berada anatara Kota Batusangkar dan Padang Panjang. Nagari Pariangan memiliki luas 17,97 Kilometer persegi. Tak hanya karena keindahannya, berada diketinggian 500-700 meter di atas permukaan laut membuat udara di Nagari Pariangan begitu sejuk. Secara geografis gunung merapi masih aktif saat ini dan berada di wilayah pegunungan membuat panorama alam Nagari Pariangan begitu luar biasa.
Nagari Pariangan terdiri dari 4 jorong, yakni: Pariangan, Sikaladi, Padang Panjang Pariangan, dan Guguak. Jorong Pariangan dengan luas 4,32 kilometer persegi berpenduduk 1.499 jiwa. Jorong Sikaladi dengan luas 3,4 kilometer persegi berpenduduk 1.578 jiwa. Jorong Padang Panjang dengan luas 5,54 kilometer persegi berpenduduk 1.866 jiwa.
Sementara, Jorong Guguk dengan luas 4,66 kilometer persegi berpenduduk 709 jiwa
Nagari Tuo Pariangan memiliki keindahan alam dan budayanya yang masih asli , pada tahun 2012 Nagari Tuo Pariangan terpilih sebagai satu dari lima desa terindah dunia versi media pariwisata Amerika Serikat yakni Travel Budget. terpilihnya Nagari Tuo Pariangan sebagai desa terindah dunia memiliki dampak yang baik untuk daerah Nagari Tuo Pariangan, Karna kekayaan sumber daya alam dan budayanya dan kawasan pedesaan yang memiliki potensi yang kuat untuk memenuhi permintaan pasar wisata. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat diandalkan untuk mendorong pertumbuhan pariwisata di desa tidak hanya akan dapat meningkatkan perekonomian lokal namun juga peningkatan nilai sosial budaya dan pelestarian lingkungan. Salah satu jenis wisata yang sangat sesuai dengan kondisi pedesaan adalah Konsep