• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ilotidea, Tualango, Tabumela, Tenggela dan Tilote. Kecamatan Tilango memiliki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ilotidea, Tualango, Tabumela, Tenggela dan Tilote. Kecamatan Tilango memiliki"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Kecamatan Tilango merupakan bagian dari beberapa kecamatan yang ada di kabupaten Gorontalo yang memiliki 7 desa yakni desa Dulomo, Lauwonu, Ilotidea, Tualango, Tabumela, Tenggela dan Tilote. Kecamatan Tilango memiliki 5 sekolah dasar yang terbagi di beberapa desa.

Sekolah dasar Negeri 1 Ilotidea merupakan salah satu sekolah dasar yang terletak di wilayah kabupaten Gorontalo yang terletak di Desa Ilotidea, kecamatan Tinelo. Sekolah dasar negeri 1 Ilotidea memiliki jumlah siswa sebanyak 421 siswa dengan jumlah tenaga ajar dan staf tata usaha sebanyak 16 orang, 14 tenaga ajar dan 2 staf tata usaha.

4.1.1 Batas sekolah

Adapun batas – batas wilayah Sekolah Dasar Negeri 1 Ilotidea adalah sebagai berikut :

a) Sebelah utara berbatasan dengan jalan raya. b) Sebelah timur berbatasan dengan rumah warga. c) Sebelah selatan berbatasan dengan perkebunan warga. d) Sebelah barat berbatasan dengan rumah warga.

Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa batasan wilayah Sekolah Dasar Negeri 1 Ilotidea berbatasan langsung dengan jalan dan rumah warga sekitar.

(2)

4.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan zat pewarna dan pemanis buatan pada sampel jajanan yang diambil di sekolah dasar negeri 1 Ilotidea, dilakukan di laboratorium untuk mengidentifikasi jenis zat pewarna dan pemanis buatan apa yang terkandung pada sampel jajanan tersebut.

Terdapat dua jenis pemeriksaan yang dilakukan yakni pemeriksaan zat pewarna buatan Rhodamin B dengan metode kromatografi lapis tipis dan pemanis buatan Siklamat dengan uji kualitatif Siklamat.

4.2.1 Pemeriksaan Zat Pewarna Buatan Rhodamin B pada Jajanan

Pemeriksaan zat pewarna buatan Rhodamin B pada jajanan yang dijajakan di kantin sekolah dasar negeri 1 Ilotidea dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis (Thin Layer Cromatography) dengan sampel sebanyak 3 sampel yakni syiomay (saus), kerupuk merah dan es cukur.

Pemeriksaan zat pewarna Rhodamin B dilakukan dengan 2 kali pengulangan tiap sampelnya untuk memperoleh hasil yang pasti tentang zat pewarna yang terkandung pada sampel jajanan yang dijajakan di sekolah dasar negeri 1 Ilotidea.

Hasil pemeriksaan identifikasi jeniz zat pewarna buatan Rhodamin B pada jajanan yang diperoleh dari hasil pemeriksaan di laboratorium dapat dilihat pada tabel 4.1 pada halaman selanjutnya

(3)

Tabel 4.1

Hasil Pemeriksaan Kandungan Zat Pewarna Buatan Rhodamin B

pada Sampel Jajanan Melalui metode Kromatografi Lapis Tipis No. Sampel Jenis Sampel Rx Hasil Nilai Rf Permenkes RI A1 Saus pada Syiomay + Mengandung Rhodamin B 0,78 Dilarang Penggunaannya A2 Kerupuk - Tidak Mengandung

Rhodamin B 0,70 -

A3 Es Sirup + Mengandung

Rhodamin B 0,78

Dilarang Penggunaannya Sumber : Data Primer 2012

Keterangan :

(+) Terjadi perubahan warna menjadi orange (positif Rhodamin B) (-) Tidak terjadi perubahan warna menjadi orange (negatif Rhodamin B) Berdasarkan tabel 4.1 tentang hasil pemeriksaan jenis zat pewarna buatan Rhodamin B, dapat dilihat bahwa dari ketiga sampel jajanan yang diperiksa di laboratorium dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis terdapat 2 sampel yang positif mengandung zat pewarna buatan Rhodamin B yaitu sampel A1 syiomay dan sampel A3 es sirup, sebaliknya 1 sampel yang negatif atau tidak mengandung zat pewarna buatan Rhodamin B yaitu sampel A2 kerupuk.

Dengan nilai Rf masing – masing sampel sebagai berikut : 1. Sampel A1 saus pada syiomay :

Rf = Gerak zat terlarut Gerak zat pelarut

= 3,14

4 = 0,78

(4)

2. Sampel A2 kerupuk : Rf = Gerak zat terlarut

Gerak zat pelarut

= 2,82

4 = 0,70

3. Sampel A3 es Sirup : Rf = Gerak zat terlarut

Gerak zat pelarut = 3,14

4 = 0,781

4.2.2 Pemeriksaan Zat Pemanis Buatan Siklamat pada Jajanan

Pemeriksaan zat pemanis buatan Siklamat pada jajanan yang dijajakan di kantin sekolah dasar negeri 1 Ilotidea dilakukan dengan uji kualitatif zat pemanis buatan Siklamat dengan sampel sebanyak 3 sampel es campur, es mambo dan es sirup.

Pemeriksaan zat pemanis buatan Siklamat dilakukan dengan 1 kali uji kualitatif pada tiap sampelnya karena hasil yang diperoleh pada sekali prosedur pemeriksaan sudah menunjukkan adanya endapan berwarna putih di dasar tabung reaksi yang terkandung pada sampel jajanan yang dijajakan di sekolah dasar negeri 1 Ilotidea.

Hasil pemeriksaan identifikasi jeniz zat pemanis buatan Siklamat pada jajanan yang diperoleh dari hasil pemeriksaan di laboratorium dapat dilihat pada tabel berikut :

(5)

Tabel 4.2

Hasil Pemeriksaan Kandungan Zat Pemanis Buatan Siklamat

pada Sampel Jajanan Melalui Uji Kualitatif Siklamat

No. Sampel

Jenis

Sampel Rx Hasil Permenkes RI

B1 Es mambo + Mengandung Siklamat (3g/kg Bahan) B2 Es Campur + Mengandung Siklamat (3g/kg Bahan) B3 Es Lilin + Mengandung Siklamat (3g/kg Bahan) Sumber Data Primer 2012

Keterangan :

(+) terjadi / terdapat endapan ( - ) tidak terjadi / terdapat endapan

Berdasarkan tabel 4.2 tentang hasil pemeriksaan jenis zat pemanis buatan Siklamat pada sampel jajanan yang dijajakan di sekolah dasar Negeri 1 Ilotidea, dapat dilihat bahwa ketiga sampel jajanan yang diperiksa di laboratorium dengan menggunakan uji kualitatif Siklamat menghasilkan reaksi positif terjadinya endapan pada tiap tabung reaksi dari sampel jajanan yang di uji. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketiga sampel jajanan yaitu, es campur, es mambo dan es lilin teridentifikasi adanya kandungan zat pemanis buatan Siklamat.

4.3 Pembahasan

Jajanan yang dijajakan di kantin sekolah merupakan jajanan yang di buat sendiri oleh penjual dengan bahan – bahan yang mudah mereka peroleh di pasar maupun di toko dan pusat perbelanjaan lainnya. Selain menggunakan bahan baku jajanan alami mereka menambahkan bahan baku jajanan sintesis (buatan) pada jajanan yang akan mereka jajakan di kantin sekolah, zat pewarna dan pemanis buatan yang menjadi pilihan penjual untuk di tambahkan sebagai bahan baku jajanan, dengan alasan jika mereka menggunakan zat pewarna dan pemanis buatan

(6)

pada jajanan yang dibuat dalam jumlah banyak akan lebih terjangkau atau modal yang dikeluarkan sedikit.

Untuk menetapkan takaran zat pewarna dan pemanis buatan mereka menggunakan ukuran rumah tangga yaitu sendok teh, sendok makan, dan ukuran per kemasan atau diperkirakan saja. Karena jajanan yang mereka buat bukan merupakan usaha / industri rumah tangga maka sampai saat ini kegiatan yang mereka lakukan belum pernah diawasi oleh tenaga dinas kesehatan setempat.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari BPOM RI Gorontalo, mereka pernah melakukan kegiatan pengawasan tetapi tidak secara langsung, mereka hanya melakuka pengambilan sampel di beberapa tempat yang tersebar di wilayah provinsi Gorontalo baik di pusat jajanan tradisional, sekolah dasar dan tempat industri panganan dan jajanan lainnya.

Berdasarkan atas informasi yang diperoleh saat penelitian, bahwa efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi makanan jajanan yang mengandung zat pewarna dan pemanis buatan sangat buruk bagi kesehatan diantaranya adalah keluhan sakit perut atau gangguan pencernaan lainnya seperti yang telah dialami oleh beberapa siswa sekolah dasar yang mengaku pernah sakit perut setelah mengkonsumsi jajanan jenis syiomay yang di jajakan oleh pedagang. Selain itu efek bahaya lainnya yang ditimbulkan yaitu adanya pengaruh zat pewarna dan pemanis buatan pada sistem syaraf yang dapat mengakibatkan gangguan penglihatan dan penurunan tingkat prestasi belajar siswa di sekolah.

4.3.1 Kandungan Zat Pewarna Buatan Rhodamin B pada jajanan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium tentang kandungan zat pewarna buatan Rhodamin B dapat diketahui bahwa dari 3 sampel jajanan yang

(7)

dilakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan laboratorium terdapat 2 jenis sampel yang positif mengandung zat pewarna buatan Rhodamin B, yaitu sampel jajanan syiomay dan sampel jajanan es sirup. Sampel kerupuk tidak mengandung zat pewarna buatan jenis Rhodamin B, karena pada pemeriksaan warna yang dihasilkan tidak sesuai dengan warna standar zat pewarna buatan jenis Rhodamin B namun memungkinkan adanya penggunaan jenis zat pewarna buatan lainnya yaitu Ponceau 4R.

Melalui peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 menyatakan bahwa zat pewarna buatan yang dilarang penggunaannya termasuk pewarna industri / tekstil diantaranya adalah zat pewarna buatan jenis Rhodamin B, karena merupakan zat berbahaya yang bersifat karsinogenik dapat menyebabkan gangguan kesehatan.

a) Saus Pada Syiomay

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Paramitha pada tahun 2008 di kota semarang tentang kandungan zat Rhodamin B pada saus dan cabe giling yang di jual dipasaran menghasilkan bahwa sampel yang di periksa dengan menggunakan metode pemeriksaan KLT positif teridentifikasi zat Rhodamin B, saus dan cabe giling yang dimaksud adalah produk pabrikan yang memiliki harga terjangkau dan warna merah yang mencolok.

Saus syiomay yang dijadikan sampel pada penelitian ini sering digunakan oleh pedagang bakso, nasi goreng, syiomay, cimol dan sebagainya yang berjualan di tempat - tempat umum dan sekolah dengan

(8)

produk pabrikan dalam kemasan botol besar dengan harga terjangkau dengan ciri – ciri warna saus jika terkena kulit berwarna merah dan susah untuk dihilangkan.

Beberapa informasi yang diperoleh dari pedagang syiomay yang menjajakan dagangannya di sekolah dasar Negeri 1 Ilotidea menyatakan bahwa jenis saus yang dicampurkan adalah saus tomat dan cabe yang harga pasarannya berkisar dari 4.000 hingga 8.000 rupiah perbotolnya. Hasil pemeriksaan zat pewarna jenis Rhodamin B dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis menunjukkan bahwa saus yang dijadikan pelengkap pada jajanan syiomay dijajakan positif mengandung Rhodamin B.

b) Kerupuk

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Burhan, 2010 di kota Gorontalo tentang kandungan zat pewarna buatan pada kerupuk yang dijual oleh pedagang menghasilkan bahwa tidak semua sampel mengandung zat pewarna jenis Rhodamin B, hanya beberapa sampel saja yang teridentifikasi adanya kandungan zat pewarna buatan jenis Rhodamin B, yaitu kerupuk yang berwarna merah mencolok dan warna yang dihasilkan tidak merata / homogen.

Kerupuk yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu jenis kerupuk yang dijual oleh pedagang sayur keliling, kios, warung makan dan kantin sekolah yang berwarna merah dan berbentuk bulat. Hasil yang didapatkan bahwa kerupuk tidak teridentifikasi adanya zat pewarna buatan jenis Rhodamin B, karena warna yang dihasilkan tidak sama dengan warna

(9)

indikator Rhodamin B yang apabila disinari dengan sinar UV berwarna orange, warna yang ada pada sampel kerupuk tidak merata / homogen hal ini menunjukkan adanya penggunaan zat pewarna buatan lainnya yang di perkirakan adalah Ponceau 4R.

c) Es Sirup

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Elisabeth, Purba 2010 di sekolah dasar kelurahan lubuk pakam, sumatera tentang analisis zat pewarna buatan pada sirup menghasilkan bahwa dari 20 sampel sirup terdapat 2 sampel sirup yang menggunakan zat pewarna buatan yang dilarang penggunaannya pada jajanan yakni Ponceau SX dan Rhodamin B.

Es sirup merah adalah jenis sirup yang dibuat sendiri oleh penjaja makanan dengan bahan dasar gula, vanili, frambozen dan bahan pewarna buatan berwarna merah yang diperoleh dengan bebas di pasaran. Sirup yang digunakan bukan merupakan produk pabrikan melainkan sirup buatan yang dibuat oleh pedagang sendiri.

Hasil pemeriksaan zat pewarna jenis Rhodamin B dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis menunjukkan bahwa es sirup yang dijajakan mengandung Rhodamin B.

Di negara maju suatu zat pewarna buatan harus melalui berbagai prosedur pengujian sebelum dapat digunakan sebagai pewarna pangan. Zat pewarna yang di izinkan penggunaannya dalam pangan disebut sebagai permitted colour atau certified colour. Efek dari zat pewarna buatan jenis Rhodamin B adalah kanker

(10)

hati dan gangguan fungsi hati lainnya apabila dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang.

Penyalahgunaan pemakaian zat pewarna buatan jenis Rhodamin B pada pembuatan makanan jajanan sudah sering terjadi di Indonesia, banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui jenis zat pewarna buatan apa yang terkandung pada jajanan. Meskipun sudah diketahui bahwa zat pewarna tersebut merupakan pewarna tekstil dan kulit serta industri non pangan lainnya dan dapat membahayakan kesehatan karena adanya residu logam berat pada pewarna yang digunakan. Alasan yang menjadi penyebab penggunaan zat pewarna oleh pedagang karena harganya lebih terjangkau dan menarik dibandingkan zat pewarna alami.

4.3.2 Kandungan Zat Pemanis Buatan Siklamat pada jajanan

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap 3 sampel jajanan menghasilkan bahwa ketiga sampel yang diperiksa positif mengandung zat pemanis buatan jenis Siklamat, yakni sampel es campur, es mambo dan es lilin. Ketiga sampel yang diperiksa menunjukkan adanya reaksi pengendapan, yaitu terdapat endapan berwarna putih pada dasar tabung reaksi pada masing – masing sampel yang diuji.

Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 kadar maksimum Siklamat yang diperbolehkan dalam pangan dan minuman adalah 3 g/kg bahan pangan dan minuman. Dan menurut WHO (world health organization) batas konsumsi harian siklamat yang aman adalah 11 mg/kg berat badan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh YLKI (yayasan lembaga

(11)

konsumen Indonesia) menunjukkan bahwa beberapa makanan yang dijual di sekolah –sekolah dasar khususnya jenis minuman seperti es cendol, es puter, es mambo dll, menggunakan kombinasi Sakarin sebanyak 113 ppm dan Siklamat sebanyak 0.07 ppm.

Walaupun kadar Sakarin dan Siklamat masih di bawah batas maksimum tapi jumlah kadar tersebut hanya diperuntukkan bagi produk rendah kalori untuk penderita diabetes melitus dan bukan untuk produk konsumsi umum apalagi untuk anak – anak. Hasil dari metabolisme siklamat, yaitu Sikloheksiamin bersifat karsinogenik. Oleh karena itu ekskresinya melalui urine dapat merangsang pertumbuhan tumor. (Winarno dalam Wisnu, 2008).

a) Es Campur

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Myra Merrya , 2005 tentang kandungan zat pemanis sakarin dan siklamat pada es sirup berbagi merk dengan metode Spektrofotometri menunjukkan bahwa, sirup yang diteliti mengandung campuran pemanis buatan sakarin dan siklamat.

Pada penelitian ini es campur yang dijadikan sampel dalah jenis es yang dicampurkan dengan beberapa jenis buah – buahan dan kacang – kacangan yang dicampurkan dengan bahan utama adalah sirup yang telah disediakan oleh pedagang, es campur ini biasanya dijual di tempat – tempat umum seperti taman, kantin sekolah dan tempat lainnya dengan menggunakan gerobak dorong atau mobil.

(12)

Hasil pemeriksaan zat pemanis buatan jenis Siklamat dengan menggunakan uji kualitatif Siklamat menunjukkan bahwa es campur yang dijajakan mengandung Siklamat.

b) Es mambo

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adrian, 2008 tentang penggunaan Sakarin dan Siklamat pada minuman jajanan yang dijajakan pada Sekolah Dasar di Gresik menunjukkan bahwa Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 10 sampel minuman yang diperiksa di BBLK Surabaya, 5 sampel positif mengandung Sakarin yaitu produk pabrikan sejenis, 3 sampel positif mengandung Siklamat, 2 sampel positif Sakarin dan Siklamat dan 4 sampel negatif mengandung Sakarin dan Siklamat

Es mambo yang dijadikan sampel pada penelitian ini adalah es berwarna coklat berukuran sedang hampir menyerupai es lilin yang biasanya dijajakan di sekolah – sekolah dasar maupun di kios yang menyediakan es mambo.

Hasil pemeriksaan zat pemanis buatan jenis Siklamat pada sampel dengan menggunakan uji kualitatif Siklamat menunjukkan bahwa es campur yang dijajakan mengandung Siklamat.

c) Es lilin

Penelitian terdahulu tentang kandungan zat pemanis buatan Siklamat pada es lilin belum pernah dilakukan, pada umumnya hanya mencakup penelitian tentang minuman dan makanan jajanan pada umumnya seperti penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Adrian, 2008 tentang kandungan

(13)

Siklamat dan Sakarin pada minuman jajanan yang dijajakan di Sekolah Dasar di Gresik seperti yang dijelaskan pada pembahasan sampel es mambo di atas.

Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/ Per/IX/1988 batas maksimum penggunaan zat pemanis buatan jenis Siklamat pada es lilin adalah 3g/kg bahan.

Es lilin yang dijadikan sampel adalah jenis jajanan es yang berwarna coklat berbentuk seperti lilin yang sering dijajakan di sekolah – sekolah dasar biasanya dengan menggunakan gerobak dorong. Hasil pemeriksaan zat pemanis buatan jenis Siklamat pada sampel dengan menggunakan uji kualitatif Siklamat menunjukkan bahwa es lilin yang dijajakan mengandung Siklamat.

Siklamat atau cyclohexylsulfamic acid (C6H13NO3S) sebagai pemanis buatan digunakan dalam bentuk garam kalsium, kalium, dan natrium siklamat. Secara umum, garam siklamat berbentuk kristal putih, tidak berbau, tidak berwarna, dan mudah larut dalam air dan etanol, serta berasa manis. Kombinasi penggunaan siklamat dengan sakarin dan atau acesulfame-K bersifat sinergis, dan kompatibel dengan pencitarasa dan bahan pengawet. Pemberian siklamat dengan dosis yang sangat tinggi pada tikus percobaan dapat menyebabkan tumor kandung kemih, paru, hati, dan limpa, serta menyebabkan kerusakan genetik dan atropi testikular. (BPOM RI, 2008)

Pedagang/produsen memiliki beberapa alasan untuk memilih menggunakan zat pemanis buatan Siklamat sebagai bahan tambahan pangan yang pas buat

(14)

jajanan yang mereka produksi untuk dijajakan di Sekolah Dasar Negeri 1 Ilotidea. Terdapat beberapa alasan yang paling mendominasi yakni :

a) Harga pemanis buatan lebih terjangkau dari harga pemanis alami. b) Intensitas rasa manis yang diperoleh dari zat pemanis Siklamat terasa

jauh lebih manis dibandingkan dengan pemanis alami.

c) Produsen tidak mengetahui bahwa zat pemanis buatan Siklamat tidak memiliki kandungan nilai gizi dan dapat mengganggu kesehatan.

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi, beberapa tahun kemudian, antara 60 hingga 160 orang Viking mendirikan sebuah permukiman di Vinland, namun karena perlawanan yang terus-menerus oleh kaum pribumi,

Menurut Moleong (2012:9), “penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan perancangan Proyek Akhir 08 dengan judul “Kampanye Sosial Untuk

Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka keputusan investasi yang seharusnya diambil oleh para investor yang bertujuan untuk mendapatkan dividen dari perusahaan ini

sebelurn diajarkan oleh guru. Test yang dilakukan dalam proses belajar mengajar yang berkaitan dengan. pemberian embeded-test memiliki beberapa fungsi yaitu

Pembentukan Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal didasarkan pada semangat untuk menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif sehingga Undang -

Mengingat IRR hasilnya lebih besar dari minimum rate of return standar atau requered rate of return atau lebih besar dari biaya kapital atau weighted cost usulan investasi, yaitu 8

Laporan kasus ini mendapatkan hasil yang baik pada 1 kasus neurektomi nasalis posterior disertai septoplasti dengan follow up 1 tahun, dengan perbaikan skor VAS pada gejala