• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 STRUKTUR BETON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V PEMBAHASAN 5.1 STRUKTUR BETON"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 STRUKTUR BETON

Beton bertulang adalah struktur komposit yang sangat baik untuk digunakan pada konstruksi bangunan. Pada struktur beton bertulang terdapat berbagai keunggulan akibat dari penggabungan dua buah bahan, yaitu beton (PC + agregat halus + agregat kasar + zat aditif) dan baja sebagai tulangan. Kita tahu bahwa keunggulan dari beton adalah kuat tekannya yang tinggi, sementara baja tulangan sangat baik untuk menahan gaya tarik dan geser. Penggabungan antara material beton dan baja tulangan memungkinkan pelaku konstruksi untuk mendapatkan bahan baru dengan kemampuan untuk menahan gaya tekan, tarik, dan geser sehingga struktur bangunan secara keseluruhan menjadi lebih kuat dan aman.

Karena kelebihan yang dimilikinya, maka penggunaan beton bertulang sebagai bahan struktur utama bangunan sangat populer. Beton bertulang lebih menjadi pilihan dibandingkan material lain seperti bambu, kayu, beton konvensional atau baja. Penerapan beton bertulang pada struktur bangunan biasanya dapat dijumpai pada: pondasi (jenis pondasi dalam seperti tiang pancang, bored pile), balok ikat (sloof), kolom, balok, plat beton, dan dinding geser (shear wall).

Dibalik kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh beton bertulang jika dibandingkan dengan bahan material lainnya, beton bertulang juga memiliki masalah yang dapat mengurangi keunggulannya. Diantara masalah yang sering dijumpai adalah masalah keretakan yang terjadi pada bahan tersebut. Keretakan pada beton bertulang dapat timbul pada saat pra-konstruksi dan pasca konstruksi. Sebenarnya setiap beton bertulang yang diaplikasikan pada struktur bangunan pasti akan terjadi retakan, yang harus dipertimbangkan adalah apakah retakan tersebut dapat ditolerir karena tidak berbahaya atau retakan tersebut membahayakan struktur bangunan secara keseluruhan. Keretakan pada beton bertulang ini disebabkan oleh beberapa hal, karena pengaruh dari sifat beton itu sendiri maupun faktor lingkungan luar yang mempengaruhi beton secara langsung.

(2)

Kalau kita lihat dari jenis retakannya, ada dua jenis keretakan pada beton bertulang yaitu retakan yang terjadi saat pembuatan beton dan retakan yang terjadi setelah beton selesai dibuat. Dari dua jenis retakan tersebut banyak sekali berbagai faktor yang melatarbelakangi terjadinya retakan tersebut. Adapun faktor yang menyebabkan terjadinya keretakan pada beton bertulang tersebut.

5.1.1 Faktor -Faktor Penyebab Keretakan Beton Yang Terjadi Saat Pembuatan Beton Bertulang

1) Sifat beton

Untuk melihat bagaimana sifat dari beton bertulang yang dapat menimbulkan keretakan kita harus melihat proses dari awal pembuatan beton bertulang tersebut. Pada saat awal pembuatan beton bertulang dengan pencampuran bahan penyusunnya seperti kerikil, pasir, air, semen, dan baja tulangan. Dalam proses pengerasannya beton akan mengalami pengurangan volume dari volume awal. Umumnya hal ini disebabkan air yang terkandung pada campuran beton akan mengalami penguapan sebagian yang mengurangi volume beton bertulang tersebut.

Sehingga apabila dikondisikan pada saat beton mengalami pengerasan dan akibat dari volume beton berkurang yang akan menyebabkan penyusutan pada beton tetapi beton tersebut dibiarkan untuk menyusut tanpa adanya pembebanan maka beton pun tidak akan mengalami keretakan. Tetapi pada kondisi sebenarnya dilapangan tidak ada beton yang tidak mengalami pembebanan. Karena tidak ada balok atau kolom pada bangunan yang berdiri sendiri melainkan akan bersambung satu sama lain dan hal ini akan membuat beton bertulang bekerja menahan beban-beban pada bangunan. Sehingga apabila pada kondisi saat beton mengalami penyusutan volume kemudian terjadi pembebanan, maka retakan pun tidak dapat dihindari.

(3)

2) Suhu

Tidak dapat diabaikan suhu juga dapat menyebabkan keretakan pada beton bertulang. Maksud suhu disini adalah suhu campuran beton saat mengalami perkerasan. Karena pada saat campuran beton bertulang mengalami perkerasaan suhu yang timbul akibat reaksi dari air dengan semen akan terus meningkat. Sehingga pada saat suhu campuran beton ini terlalu tinggi, pada saat beton sudah keras sering timbul retak-retak pada permukaan beton.

3) Korosi pada tulangan

Sebenarnya untuk mengantisipasi retakan yang terjadi akibat dari sifat beton itu sendiri, beton diberi tulangan pada bagian dalamnya yang terbuat dari baja. Sehingga diharapkan dengan adanya baja tulangan tersebut retakan akibat dari sifat beton disebar pada keseluruhan beton menjadi bagian-bagian yang sangat kecil sehingga retakan tersebut dapat diabaikan. Tetapi apabila tulangan yang dipakai pada saat pembuatan beton sudah meengalami korosi, tulangan tersebut itu pun akan menyebabkan retakan pada saat beton mengeras.

4) Cara pembuatan yang kurang baik

Banyak sekali penyebab retak yang terjadi pada beton bertulang disebabkan oleh proses pembuatan yang kurang baik. Seperti contoh pada saat beton mengalami perkerasan dimana banyak mengeluarkan air, maka perlu adanya perawatan pada beton agar pengeluaran air dari campuran beton tidak berlebihan. Tetapi akibat tidak adanya perawatan, sehingga pada saat beton terbentuk maka terjadi banyak retakan.

(4)

5) Material yang kurang baik

Banyak sekali terjadi keretakan pada struktur beton bertulang diakibatkan karena material penyusunnya yang kurang baik. Beberapa hal diantaranya yang sering ditemukan adalah aggregat halus atau pasir yang kurang bersih, masih bercampur dengan lumpur sehingga ikatan antara PC dan aggregat menjadi terlepas. Sehingga ketika beton mengering maka retakan-retakan akan mudah sekali terjadi.

6) Cara penulangan

Sering sekali saya menemukan struktur beton bertulang dibuat dengan cara yang kurang tepat. Hal yang paling umum terjadi adalah ketebalan dari tulangan sampai permukaan beton terlampau besar. Hal ini sebenanrnya kurang tepat karena fungsi dari baja tulangan tersebut adalah untuk menahan gaya lintang (pada balok dan plat), deformasi akibat lendutan, serta gaya geser.

Jika tebal selimut beton terlampau besar makan retakan biasa terjadi mulai dari permukaan struktur beton sampai pada bagian tulangan yang ada didalamnya. Seharusnya tulangan dibuat agak keluar, dan selimut atau kulit yang membungkus tulangan dibuat setipis mungkin (1,5 s/d 2 cm). Karena gaya tarik dan gaya tekan paling besar terjadi pada ujung permukaan beton tersebut.

5.1.2 Faktor- Faktor Penyebab Keretakan Beton Yang Terjadi Setelah Pembuatan Beton Bertulang

1) Pengaruh lingkungan

Karena beton bertulang pada bangunan mengalami kontak langsung dengan cuaca luar, pengaruh cuaca ini sedikit banyakanya memberi andil dalam keretakan pada beton sehingga konstruksi bangunan

(5)

yang berumur cukup lama banyak mengalami retakan. Salah satu pengaruh lingkungan yang menyebabkan beton retak adalah akibat dari air hujan. Akibat sekian lama beton pada bangunan tua menerima air hujan secara langsung, lama – kelamaan air hujan masuk meresap kedalam pori-pori beton yang kemudian mencapai tulangan pada beton.

Apabila saat air hujan telah mengenai baja tulangan, maka akan terjadi reaksi antara baja tulangan dengan tulangan yang menyebakan baja tulangan menjadi berkarat atau korosif. Akibat korosifnya baja tulangan dan ditambah faktor luas seperti pembebanan mengakibatkan beton akan mengalami retak-retak.

2) Pembebanan

Setelah struktur beton bertulang sudah jadi dan bangunan secara keseluruhan telah siap untuk digunakan, maka struktur beton bertulang tersebut akan menerima beban-beban. Beban-beban yang bekerja pada struktur beton bertulang secara umum terdiri atas bebean sendiri dan beban luar (beban akibat angin, manusia, beban gempa, dsb).

Apabila struktur beton bertulang tersebut menerima beban sesuai dengan kapasitas atau kuat dukung beban yang direncanakan, seharusnya struktur beton tersebut akan baik-baik saja. Tetapi kadangkala beton akan menerima beban diluar kemampuannya, dan biasanya pembebanan yang melebihi kapasitas yang telah direncanakan itulah yang menyebabkan keretakan pada struktur beton.

Pada saat terjadi keretakan, besi tulangan (pada daerah tarik) tersebut mulai mengambil alih secara penuh beban tarik yang terjadi. Artinya beton (daerah tarik) sudah tidak memikul beban tarik. Beban tarik dialihkan ke besi tulangan. Secara struktural kondisi ini memang dirancang seperti itu dan kekuatan struktur masih dapat dipertanggung

(6)

jawabkan. Beton yang retak saat beban mulai bertambah sama sekali tidak berarti ada kegagalan struktur.

Lokasi retakan yang terjadi saat beban mulai membesar adalah pada daerah tumpuan / ujung balok sisi atas dan tengah bentang di sisi bawah. Dalam pengamatan kerja praktek kami retak yang terjadi hanya 1-2 retakan di satu tempat observasi. Dimana tebalnya juga tidak besar. Bahkan seringkali hanya retak rambut. Keretakan seperti ini mestinya tidak perlu diperbaiki sama sekali. Ini kondisi yang alamiah terjadi dan memang perhitungannya sudah memperhitungkan retak itu akan terjadi.

Jika retak beton yang terjadi masih wajar seperti retak halus atau retak rambut , maka tidak perlu diperbaiki. Tidak perlu juga untuk khawatir, karena perhitungan struktur beton memang sudah tidak memperhitungkan beton yang mengalami retak. Namun jika retak yang terjadi cukup parah, perlu dilakukan penelitian yang lebih rinci yang melingkupi perhitungan struktur sesuai kondisi lapangan. Apakah cukup ditutup dengan epoxy, memperbesar dimensi struktur beton bertulangnya atau diberi perkuatan tambahan.

Adapun perbaikan terhadap retak dilakukan dengan tujuan ;

a) Memberikan perlindungan terhadap tulangan pada lokasi retak

agar tidak terpengaruh lingkungan luar.

b) Merekatkan kembali beton setelah mengalami pemisahan

akibat retak agar beton agar beton yang mengalami pemisahan tersebut dapat berfungsi kembali sebagaimana mestinya.

(7)

5.2.1 Solusi perbaikan retak beton

Batasan untuk pelaksanaan perbaikan dilakukan dengan beberapa metode yang sesuai dengan batasan berikut :

a) Coating

Metode perbaikan dengan coating dilaksanakan pada retak yang bersifat non struktural (retak rambut) bertujuan untuk memberikan perlindungan pada tulangan terhadap pengaruh lingkungan luar. Peralatan yang digunakan dengan metode coating : 1) Mesin gerinda 2) Sendok semen 3) Roskam 4) Kape 5) Strerofoam 6) Ember 7) Amplas

Bahan yang digunakan ;

1) Epoxy coating

(8)

Gambar 5.2.1.a Pengamplasan beton sebelum di injecsi b) Epoxy Injeksi

Metode perbaikan dengan epoxy injection dilaksanakan pada retak yang bersifat struktural (retak tembus) bertujuan untuk merekatkan kembali beton yang mengalami pemisahan.

Adapun alat-alat dan bahan yang digunakan untuk pelaksanaan dengan metode ini ;

1) Material epoxy

2) Material resin injeksi

3) Mesin gerinda

4) Pompa kompresor mini

5) Tabung pengatur angin

6) Tabung material injeksi

7) Bor beton

8) Nepel plastik 9) Selang plastik

(9)

Adapun cara- cara pelaksanaannya : 1) Cipping pada jalur retak

2) Bersihkan permukaan beton pada bagian yang retak dari semua

kotoran dan debu menggukan sikat kawat ,kape dan angin kompresor.

3) Bor pada bagian atas atau bawah pada lokasi retak untuk penempatan

nepel dengan jarak ± 20 cm.

4) Pasang nepel dan lem pada tempat-tempat yang telah di bor dengan menggunakan bahan epoxy.

5) Tutup semua bagian retak dengan epoxy.

6) Pekerjaan injeksi dilakukan dari lebar retak yang besar kearah lebar retak yang kecil.

7) Isi tabung kompresor dengan material injeksi dengan dosis sesuai prosedur/brosur yang telah disarankan oleh penyedia/suplier material injeksi. Hubungkan selang antar mini kompresor, tabung pengatur angin , tabung material injeksi dan nepel menjadi satu bagian.

8) Hidupkan mini kompresor dengan tekanan 2-3 Mpa ( low presure ).

9) Buka tabung pengatur angin dengan perlahan sampai cmapuran injeksi

masuk nepel 1 dan mengisi bagian yang retak sampai material injeksi keluar dari lubang kontrol pada nepel 2.

10) Ikat selang yang sudah terpasang pada nepel 2 agar cairan dapat menyebar ke seluruh bagian yang retak sehingga dapat terisi oleh material injeksi.

11) Buka tabung pengatur angin dengan perlahan sampai campuran injeksi

mengalir masuk nepel 3 dan mengisi bagian yang retak sampai material injeksi keluar dari lubang kontrol pada nepel 4.

12) Ikat selang yang sudah terpasang pada nepel 4 agar cairan dapat menyebar ke suluruh bagian yang retak sehingga dapat terisi oleh material injeksi, lakukan dengan cara yang sama pada seluruh nepel yang terpasang.

(10)

13) Proses selanjutnya adalah mengisi tabung suntik dengan material injeksi dengan dosis sesuai prosedur/brosur.

14) Tempatkan lubang tabung suntik pada lubang nepel 1.

15) Gunakan tali karet untuk mendesak secara perlahan bahan epoxy yang

ada di tabung suntik.

16) Setelah isi dalam tabung di nepel 1 habis,segera tempatkan lubang tabung suntik pada lubang nepel 2.

17) Biarkan material mengeras selama 24 jam untuk nepel-nepel plastik kemudian bisa dilepas.

18) Bersihkan bagian bekas injeksi dengan amplas.

Gambar 5.2.1.b Injecsi pada plat yang reta 5.2MUTU PEKERJAAN

a. Ketersediaan sarana prasarana proyek sangat penting dalam mendukung kelancaran pelaksanaan proyek, maka dari itu ketersediaan prasarana jalan yang disediakan pada proyek Apartmen Green Bay – Pluit ini cukup mendapat

(11)

perhatian khusus oleh pemborong. Hal ini dapat dilihat dimana pembuatan prasarana jalan dibuat dengan menggunakan plat beton bertulang dan selalu dilakukan perawatan/ pembersihan secara berkala.

b. Untuk mencapai standar mutu dalam pelaksanaan pekerjaan struktur,terdapat Konsultan MK( Manajement Konstruksi ) PT.Jaya CM yang selalu mengawasi pelaksanaan pekerjaan PT.Total Bangun Persada Tbk.

c. Beton yang digunakan sebagai berikut

 Balok : fc’ 25 Mpa

 Kolom : fc’ 35 Mpa

 Shear wall : fc’ 35 Mpa  Plat Lantai : fc’ 35 Mpa

d. Pemesian yang digunakan sebagai berikut

 Balok tul. Pokok Ø 25, Ø 19 dan sengakng Ø 13, Ø 10

 Kolom tul pokok Ø 22, 19 dan sengkang Ø 13, Ø 10

 Shear wall tul pokok Ø 22, 19 dan sengkang Ø 13, Ø 10

 Plat lantai tul Ø 13 dan Ø 10

e. Bekisting menggunakan muliplex tebal 18mm

5.3WAKTU

Penggunaan bekisting table form untuk pekerjaan plat lantai pada proyek Apartmen Green Bay – Pluit memiliki kelebihan dibanding dengan bekisting konvensional karena proses installasi bekisting relatif lebih cepat. Mobilisasi bekisting ke lokasi yang akan dilakukan pekerjaan plat lantai dilakukan dalam keadaan terakit menjadi suatu konfigurasi tertentu.

Untuk mencapai target waktu pelaksanaan PT.Total Bangun Persada Tbk menyediakan 14 unit tower crane untuk mempercepat pelaksanaan dilapangan yang terbagi menjadi 4 zone.

Gambar

Gambar 5.2.1.a Pengamplasan beton sebelum di injecsi
Gambar 5.2.1.b Injecsi pada plat yang reta

Referensi

Dokumen terkait

Pertama, Evaluasi terhadap perencanaan audit mutu internal yang memperlihatkan kesesuaian dengan kriteria standar.. adalah a) memperhatikan lakukan pelanggan, b) mengetahui

Setelah perlakuan (treatment) diberikan, kegiatan terakhir adalah posttest, posttest dilakukan guna untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pelajaran,

Faktor yang berhubungan signifikan dengan kepatuhan pembayaran iuran peserta mandiri program JKN BPJS Kesehatan di Kota Solok pada penelitian kami yaitu

Pada kenyataannya, salah satu proses belajar yaitu akuisisi pengetahuan (knowledge acquisition), proses untuk memperoleh pengetahuan dari anggota organisasi yang berupa

Diversifikasi horizontal, dimana perusahaan menambah produk- produk baru yang tidak berkaitan dengan produk yang telah ada, tetapi dijual kepada pelanggan yang

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberi kontribusi bagi perusahaan yaitu Rumah Sakit Advent Bandar Lampung, dalam melihat sejauh mana WOM mempengaruhi seseorang

1) Pendahuluan, tahap ini guru melakukan apersepsi serta menjelaskan tentang model pembelajaran yang digunakan siswa. 2) Mengidentifikasi topik dan mengatur siswa ke

Berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD) dengan 10 orang perwakilan masyarakat dari kecamatan pamijahan dan kecamatan leuwiliang, terlihat bahwa penanggulangan kemiskinan