• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Televisi sebagai sebuah media massa, menggunakan iklan sebagai sumber pendapatan dan keuntungan. Televisi juga menggunakan rating untuk menjual airtime kepada pengiklan untuk meningkatkan pendapatan tersebut. Pendapatan stasiun televisi bersumber dari pasar spot nasional dan local. (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2005) Pengiklan hanya akan mendatangi stasiun televisi jika stasiun televisi tersebut memiliki rating yang tinggi. Maka dengan tingginya jumlah khalayak atau rating yang dimiliki oleh satu stasiun televisi, akan semakin besar juga keuntungan stasiun televisi tersebut. Persaingan yang semakin ketat dalam dunia penyiaran, membuat banyak stasiun televisi berusaha manghadirkan banyak acara yang dapat menarik banyak khayalak.

Pola berpikirnya adalah jika suatu program acara di sebuah stasiun televisi mendapatkan rating yang tinggi dari lembaga riset, dan karenanya banyak perusahaan yang beriklan, maka stasiun televisi atau production house (PH) lain akan segera berlomba-lomba membuat program yang serupa dengan harapan mendapat bagian iklan. Dengan pertimbangan iklan inilah rating tiba-tiba menjadi sebuah sabda yang harus dituruti dalam sebuah perayaan ritual industry. (Panjaitan dan Iqbal, 2006)

Akibat bertumpu pada rating sebagai alat control dan standarisasi utama, industry televisi terjebak pada pola pikir “yang penting sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya”. (Panjaitan dan Iqbal, 2006) Hal ini tentunya menyebabkan banyak stasiun televisi yang berusaha untuk mencapai rating acara tanpa mementingkan kualitas dari program itu sendiri. Acara-acara yang ditampilkan oleh televisi menjadi tidak mendidik dan banyak mengandung unsur kekerasan yang kemudian ditiru oleh banyak khalayaknya. Sebab pada dasarnya, televisi sebagai media komunikasi memiliki dampak untuk mengubah sikap, perilaku, dan perbuatan seseorang. (Suprapto, 2009)

(2)

2

Sebelum menggambarkan fenomena yang ada di Indonesia, kita perlu melihat bahwa Gerbner melalui West dan Turner (2008) menggarisbawahi keunikan dari televisi dalam analisis teori kultivasi. Gerbner mengatakan televisi merupakan “senjata budaya utama” dari budaya kita. Karena pada dasarnya, untuk menikmati tayangan yang ada pada televisi, kita tidak membutuhkan kemampuan membaca, sebagaimana dengan media cetak. Tidak seperti film, televisi pada dasarnya gratis (selain biaya yang dikeluarkan pertama kali untuk pesawat televisi dan biaya iklan yang ditambahkan pada produk-produk yang kita beli). Tidak seperti radio, televisi mengombinasikan gambar dan suara. Televisi adalah satu-satunya medium yang pernah diciptakan yang tidak memiliki batasan usia. Orang dapat menggunakan televisi dalam tahun-tahun awal dan akhir dari kehidupan mereka, dan juga tahun-tahun diantaranya.

Di Indonesia, tingginya permintaan untuk acara-acara seperti pencarian bakat dan humor, menyebabkan banyak stasiun televisi yang berusaha untuk memenuhi permintaan tersebut tanpa mementingkan kualitas dari program itu sendiri. Banyak stasiun televisi yang terbutakan oleh rating sehingga menampilkan budaya-budaya tidak mendidik yang tentunya dapat merusak moral masyarakat. Beberapa budaya yang tidak mendidik seperti kekerasan, baik verbal maupun non-verbal, ditunjukkan maupun diselipkan dalam konten acara, akan tertempel pada benak masyarakat. Kemungkinan bagi masyarakat untuk meniru hal-hal seperti itu pun menjadi semakin meningkat dengan ditayangkannya tayangan tersebut setiap hari disertai dengan jam tayang yang panjang.

Melihat mulai menurunnya kepedulian masyarakat mengenai pendidikan moral dan budaya humanis, Yayasan Buddha Tzu Chi berusaha untuk menanamkan budaya humanis kedalam setiap insan manusia. Istilah budaya dapat digunakan untuk menggambarkan keseluruhan cara hidup, berkegiatan, keyakinan, dan adat kebiasaan sejumlah orang, kelompok, atau masyarakat. (Williams dalam Sutrisno, 2005) Kata humanis sendiri merupakan hasil adaptasi dari humanisme. Humanisme berarti berkaitan dengan konsentrasi terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang biasanya dimaksudkan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia. (Tjaya, 2004) Jadi pada intinya, budaya humanis merupakan tindakan membiasakan atau membudayakan sikap menghormati nilai-nilai kemanusiaan dalam rangka membangun masyarakat yang lebih manusiawi

(3)

3

berdasakan nilai-nilai alami manusia. Budaya humanis yang selalu dibawa oleh seluruh insan Tzu Chi dapat dimulai dari bagaimana cara berjalan yang baik, cara duduk, cara berpakaian, cara meminum teh, cara menulis kaligrafi, dan cara merangkai bunga. Yayasan Buddha Tzu Chi sendiri membuka kelas-kelas khusus bagi masyarakat yang ingin mempelajari budaya humanis khusus seperti merangkai bunga dan menulis kaligrafi. Namun itu bukan berarti budaya humanis tidak dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Budaya humanis dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dalam rasa cinta kasih dan sikap tolong-menolong (www.tzuchi.or.id).

Salah satu cara untuk menyebarkan dan menanamkan budaya humanis yang dilakukan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi adalah dengan mendirikan stasiun televisi non komersial, DAAI TV. Selain itu, kurangnya perhatian televisi komersial pada mutu konten setiap tayangannya pun menjadi alasan Yayasan Buddha Tzu Chi untuk mendirikan DAAI TV di Indonesia. Berdirinya DAAI TV ini memang bukan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan komersial atau hiburan semata. Sesuai misinya, DAAI TV memfokuskan diri dalam bidang kemanusiaan yang menitikberatkan pada penyebaraan cinta kasih lintas agama, suku, bangsa, dan negara.

Slogan dan motto DAAI TV sebagai Televisi Cinta Kasih, berusaha diwujudkan melalui tayangan DAAI Inspirasi. DAAI Inspirasi merupakan salah satu program motivasi dan spiritual yang dimiliki DAAI TV. Program motivasi dan spiritual sendiri dimaksudkan sebagai program yang membawa manfaat positif bagi masyarakat Indonesia. Biasanya dengan mengangkat cerita nyata yang digali dari kisah perjuangan hidup dan jalinan kasih antara manusia untuk memberikan inspirasi serta mencerminkan keindahan dan kehangatan kehidupan (www.daaitv.co.id). Konten dari acara DAAI Inspirasi lebih fokus kepada semua kegiatan yang dilakukan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi, seperti kegiatan amal dan bakti sosial. DAAI Inspirasi yang merupakan salah satu sarana bagi DAAI TV untuk menyebarkan budaya humanis, memiliki liputan – liputan khusus yang membahas mengenai budaya humanis yang dimiliki Yayasan Buddha Tzu Chi. Tayang dengan format tapping setiap hari Senin - Kamis pada pukul 18.30 – 18.45 WIB, Program DAAI Inspirasi berusaha menyajikan kisah keteladanan hidup agar para insan dapat meraih kebijaksanaan kedamaian hati, serta

(4)

4

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari melalui kepedulian terhadap sesama dan lingkugngan.

Tayang dengan durasi 12 menit setiap Senin hingga Kamis, DAAI Inspirasi terus berusaha untuk menyebarkan nilai – nilai kebaikan. Paket berita yang tayang setiap harinya berdurasi kurang lebih 3 – 5 menit yang terus memuat kegiatan – kegiatan relawan Yayasan Buddha Tzu Chi. Hal ini juga membuktikan bahwa DAAI Inspirasi merupakan salah satu wadah bagi Yayasan Buddha Tzu Chi untuk terus menmberitakan kegiatan – kegiatan sosialnya.

Melihat adanya keinginan DAAI TV untuk menyebarkan budaya humanis melalui program DAAI Inspirasi, maka peneliti ingin memfokuskan penelitian pada bagaimana pemaknaan budaya humanis yang sesungguhnya dalam tayangan DAAI Inspirasi. Melalui gambar (scene) dan audio (naskah), peneliti akan menganalisa tanda – tanda yang ada pada program DAAI Inspirasi menggunakan semiotika perspektif Ferdinand de Saussure. Bagi Saussure sendiri, dalam teori semiotik ada dua istilah yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu: penanda dan petanda. Penanda dilihat sebagai bentuk/wujud fisik dapat dikenal melalui wujud karya arsitektur, sedang petanda dapat dilihat sebagai makna yang terungkap melalui konsep, fungsi dan/atau nilai - nilai yang terkadung didalam karya arsitektur. Eksistensi semiotika Saussure adalah relasi antara penanda dan petanda berdasarkan konvensi, biasa disebut dengan signifikansi.

Objek bagi Saussure disebut “referent”. Saussure memaknai “objek” sebagai referent dan menyebutkannya sebagai unsur tambahan dalam proses penandaan. Maka tujuan dari penggunaan semiotika perspektif Saussure adalah untuk menunjukkan bagaimana tergambarnya tanda – tanda yang ada pada program DAAI Inspirasi sehingga pada akhirnya khalayak akan paham mengenai pesan yang disampaikan karena ada tanda dan referen atau objek yang menghasilkan makna.

1.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penelitian mengenai strategi produksi program DAAI Inspirasi di DAAI TV adalah:

(5)

5 1.3 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diungkapkan diatas, rumusan masalah yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pemaknaan konsep humanisme dalam program DAAI Inspirasi?

1.4 Tujuan dan manfaat 1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan utama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pemaknaan konsep humanisme di dalam program DAAI Inspirasi.

1.4.2 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu komunikasi, khususnya pada studi mengenai semiotika. Selain itu peneliti juga mengharapkan penelitian ini dapat menggambarkan sebuah fenomena program televisi yang berusaha untuk menyebarkan konsep humanisme kepada masyarakat luas. 2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi stasiun televisi DAAI TV dalam mempertahankan atau meningkatkan kualitas programnya yang berusaha untuk menyebarkan kebaikan kepada masyarakat luas.

3. Manfaat Sosial

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada masyarakat luas mengenai acara televisi yang tidak hanya berguna untuk menghibur atau mendidik tapi juga mengandung banyak pesan lain di dalam gambar dan audionya.

1.5 Sistematika penulisan

Skripsi ini terdiri atas beberapa bagian yang masing – masing sudah diuraikan sebagai berikut:

(6)

6

Pada bab pertama dari penelitian ini akan dibahas latar belakang pemilihan topic penelitian ini. Dalam penelitian tentu ada rumusan masalah dan ruang lingkup dimana kedua hal ini digunakan untuk menggambarkan bagaimana cara untuk menggambarkan fenomena yang dibahas tetapi tetap berada dalam batasan-batasan tertentu. Hasil penelitian juga akan memiliki tujuan dan manfaat yang akan dibahas dalam bab ini.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisikan teori-teori ilmiah yang dikemukan oleh banyak tokoh dibidang ilmu komunikasi, mulai dari teori umum sampai teori khusus, yang akan digunakan penulis untuk mendukung hasil penelitian. Kerangka pemikiran akan digunakan sebagai gambaran singkat mengenai fenomena yang akan dibahas dalam penelitian ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab III, penelitian ini akan membahas secara keseluruhan mengenai cara peneliti untuk mendapatkan data dan menganalisis data. Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi terstruktur, dokumen, dan studi kepustakaan.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini berisikan informasi mengenai subjek penelitian dan penyajian data penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan pengolahan terhadap data yang terkumpul dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab V akan membahas mengenai keseluruhan penelitian yang sudah dilakukan, kemudian kesimpulan dari semua hasil penelitian, dan saran yang diberikan peneliti apabila ada kesalahan atau kekurangan yang harus diperbaiki.

(7)

Referensi

Dokumen terkait

dengan biomassa yaitu 17,32 gram yang dicapai pada hari ke-20 Berdasarkan hasil, dapat disimpulkan bahwa fermentasi kotoran ayam dapat meningkatkan populasi

1) Luxury Brand Perception merupakan faktor yang menjadi prioritas utama dimana memiliki nilai yang paling berpengaruh. Brand yang mahal, identik dengan teknologi

Untuk itu guna mengantisipasi akan adanya kegagalan proses maka PT.XYZ menerapkan Quality management System ISO/TS 16949 dengan tools yang digunakan seperti FMEA (

Dari hasil analisis diperoleh grain size pelet U02 sinter Cirene sebesar 7,9 11mdan pelet PWR sebesar 6,9 11m.Sedangkan porositas pelet Cirene adalah 12,4% dan pelet PWR adalah

Pemodelan penyelesaian permasalahan penjadwalan ujian Program Studi S1 Sistem Mayor-Minor IPB menggunakan ASP efektif dan efisien untuk data per fakultas dengan mata

Sehati Gas dalam hal pengarsipan dan pencatatan penjualan dan produksi tabung.Sistem pengarsipan dan pencatatan sebelumnya menggunakan sistem manual sehingga

Sejarah telah menunjukkan kepada kita betapa hebatnya sumbangan para sarjana hadith dalam mengumpul, menulis, mensyarahkan serta menyebarkan ilmu hadith kepada umat

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan yaitu data analog gelombang otak dapat digunakan sebagai perintah untuk menghidupkan atau