• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

9 A. Kajian Pustaka

1. Teori Disonansi Kognitif

Teori ini menjelaskan hubungan antara sikap dan perilaku serta menghindari melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan sikapnya. Festinger (1957) dalam Irem Metin (2011:131) mendefinisikan bahwa hipotesis dasar dari teori disonansi kognitif yaitu bahwa adanya disonansi akan menimbulkan ketidaknyamanan psikologis, hal ini akan memotivasi seseorang untuk mengurangi disonansi tersebut dan mencapai konsonansi. Arti disonansi adalah adanya satu inkonsistensi dan perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan suatu tindakan untuk keluar dari ketidaknyamanan tersebut dengan dampak-dampak yang tidak diukur. Disonansi terjadi apabila terdapat hubungan yang bertolak belakang akibat penyangkalan dari satu elemen kognitif terhadap elemen lain, antara elemen-elemen kognitif dalam diri individu. Disonansi kognitif mengacu pada inkonsistensi dari dua atau lebih sikap-sikap individu, atau inkonsistensi antara perilaku dan sikap. Dalam teori ini, unsur kognitif adalah setiap pengetahuan, opini, atau apa saja yang dipercayai orang mengenai lingkungan, diri sendiri atau perilakunya. Disonansi kognitif dapat terjadi pada unsur-unsur kognitif yang relevan atau yang ada hubungannya satu sama lain (Festinger 1957 dalam Suzy Noviyanti (2008).

(2)

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, teori ini membantu untuk menjelaskan bagaimana auditor agar dapat menjaga sikap independensinya apabila terjadi disonansi kognitif dalam diri auditor ketika menganalisis laporan keuangan yang terdapat salah saji material. Sikap independensi auditor akan mempengaruhi kompetensi auditor, sehingga tingkat kepercayaan auditor yang tinggi terhadap klien akan menurunkan tingkat kualitas audit. Syarat auditor yang profesional harus memiliki sikap kompetensi, sehingga dapat mengumpulkan bukti audit yang memadai dan tidak dengan mudah menerima penjelasan dari klien sebagai dasar untuk memberi opini audit yang tepat dalam laporan keuangan.

2. Teori Keutamaan (Virtue Theory)

Teori Keutamaan berasal dari manusianya (Bertens, 2004). Memberikan contoh sifat keutamaan antara lain: kebijakan, keadilan dan kerendahan hati. Sedangkan untuk pelaku bisnis sikap yang harus dimiliki adalah kejujuran, ketelitian, keuletan dan kewajaran. Menurut teori ini auditor dituntut untuk bersikap jujur, teliti sehingga dapat objektif menilai kewajaran laporan keuangan yang diaudit dan harus mempertahankan independensinya sehingga dapat menghasilkan kualitas audit yang baik.

(3)

3. Dasar-dasar Audit a. Pengertian Audit

Menurut Arens (2011:1), auditing adalah Pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian informasi dengan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilaksanakan oleh seorang yang kompeten dan independen.

Menurut Sukrisno (2012:4), auditing adalah

Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Secara umum pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa audit adalah proses secara sistematis yang dilakukan oleh orang berkompeten dan independen dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti dan bertujuan memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

(4)

b. Tujuan Audit

Menurut ISA (International Standards on Auditing) (2013:84) Tujuan audit ialah mengangkat tingkat kepercayaan dari pemakai laporan keuangan yang dituju, terhadap laporan keuangan itu. Tujuan itu dicapai dengan pemberian opini oleh auditor mengenai apakah laporan keuangan disusun dalam segala hal material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Pada umumnya, dalam kerangka pelaporan keuangan dengan tujuan umum, opini tersebut menyatakan apakah laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam segala hal yang material, atau memberikan gambaran yang benar dan wajar sesuai kerangka pelaporan keuangan. Suatu audit yang dilaksanakan sesuai dengan ISAs dan persyaratan etika yang relevan memungkikan auditor memberikan pendapat tersebut.

c. Jenis – Jenis Audit

Menurut Arens (2011:16), Akuntan Publik melakukan tiga jenis utama aktivitas audit, sebagai berikut:

1) Audit Operasional

Audit Operasional mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi. Pada akhir audit operasional, manajemen biasanya mengharapkan saran-saran untuk memperbaiki operasi. Dalam audit operasional, review atau penelaahan yang dilakukan tidak terbatas pada akuntansi, tetapi dapat mencakup evaluasi

(5)

atas struktur organisasi, operasi komputer, metode produksi, pemasaran, dan semua bidang lain dimana auditor menguasainya.

2) Audit Ketaatan

Audit ketaatan (compliance audit) dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi.

3) Audit Laporan Keuangan

Audit laporan keuangan (financial statment audit) dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan (informasi yang diverifikasi) telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu. d. Jenis – Jenis Auditor

Menurut Arens (2011:19), ada beberapa jenis auditor yang berpraktik, Jenis yang paling umum adalah:

1) Kantor Akuntan Publik

Kantor akuntan publik bertanggungjawab menaudit laporan keuangan histori yang dipublikasikan oleh semua perusahaan terbuka, kebanyakan perusahaan lain yang cukup besar, dan banyak perusahaan serta organisasi nonkomersial yang lebih kecil.

2) Auditor Internal Pemerintah

(6)

suatu Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), guna melayani kebutuhan pemerintah.

3) Auditor Badan Pemeriksa Keuangan

Auditor badan pemeriksa keuangan adalah auditor yang bekerja untuk Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia, badan yang didirikan berdasarkan Konstitusi Indonesia

4) Auditor Pajak

Direktorat Jendral (Ditjen) pajak bertanggung jawab untuk memberlakukan peraturan pajak. Salah satu tanggung jawab utama Ditjen pajak adalah mengaudit SPT wajib pajak untuk menentukan apakah SPT itu sudah mematuhi peraturan pajak yang berlaku. Audit ini murni bersifat audit ketaatan. Auditor yang melakukan pemeriksaan ini disebut auditor pajak.

5) Auditor Internal

Auditor internal diperkerjakan oleh perusahaan untuk melakukan audit bagi manajemen, sama seperti BPK mengaudit untuk DPR. Tanggung jawab auditor internal sangat beragam, tergantung pada yang mempekerjakannya mereka. Untuk mempertahankan independensi dari fungsi-fungsi bisnis lainnya, kelompok audit internal biasanya melapor langsung kepada direktur utama.

(7)

e. Standar Audit

Menurut PSA No. 1 (SA seksi 150) standar auditing adalah sebagai berikut:

1) Standar Umum

a) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

2) Standar Pekerjaan Lapangan

a) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disuvervisi dengan semestinya. b) Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern

harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

c) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk

(8)

menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit..

3) Standar Pelaporan

a) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

b) Laporan audit harus menunjukan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

c) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

d) Laporan audit harus memuat suatu pertanyaan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan, atau secara asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan.

f. Jasa Yang Diberikan dan Jasa Lainnya

Menurut Arens (2011:10), terdapat beberapa jasa yang diberikan audit dan jasa lainnya, diantaranya yaitu:

(9)

1) Jasa Assurance

Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan kualitas informasi bagi para pengambil keputusan. Jasa semacam ini dianggap penting karena penyedia jasa assurance bersifat independen dan dianggap tidak bisa berkenaan dengan informasi yang diperiksa. Individu-individu yang bertanggung jawab membuat keputusan bisnis memerlukan jasa assurance untuk membantu meningkatkan keandalan dan relevansi informasi yang digunakan sebagai dasar keputusannya.

2) Jasa Atestasi

Jasa atestasi adalah jasa assurance dimana KAP mengeluarkan laporan tentang reliabilitas suatu asersi yang disiapkan pihak lain. Jasa atestasi dibagin menjadi lima kategori:

1. Audit atas laporan keuangan historis.

2. Atestasi mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan.

3. Telaah (review) laporan keuangan historis. 4. Jasa atestasi mengenai teknologi informasi.

5. Jasa atestasi lain dapat diterapkan pada berbagai permasalahan.

(10)

3) Jasa Assurance Lainnya

Sebagian besar jasa assurance yang diberikan akuntan publik tidak memenuhi definisi jasa atestasi, tetapi akuntan tetap harus independen dan harus memberikan kepastian tentang informasi yang digunakan oleh pengambil keputusan. Jasa-jasa assurance ini berbeda dengan jasa atestasi karena akuntan publik tidak diharuskan mengeluarkan laporan tertulis, dan kepastian itu tidak harus mengenai reliabilitas asersi pihak lain tentang ketaatan pada kriteria tertentu. Penugasan jasa assurance lain ini berfokus pada peningkatan mutu informasi bagi pengambil keputusan, sama seperti jasa atestasi.

Kantor akuntan publik (KAP) menghadapi persaingan yang lebih luas di pasar jasa-jasa assurance lain ini. Audit dan beberapa jenis jasa atestasi memang oleh peraturan dibatasi hanya untuk akuntan yang berlisensi, tetapi pasar untuk bentuk assurance lainnya terbuka bagi pesaing non-akuntan.

4. Kompetensi

a. Pengertian Kompetensi

Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti tersebut (Arens et al; 2012).

(11)

Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing.

Menurut penelitian Tuanakotta (2011), kompetensi merupakan keahlian seorang auditor diperoleh dari pengetahuan dan pengalaman. Setiap auditor wajib memenuhi persyaratan tertentu untuk menjadi auditor, sedangkan Lee dan Stone (1995) dalam Elfarini (2007) menyatakan bahwa kompetensi sebagai keahlian yang cukup yang secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara objektif.

Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit. Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup. Pelatihan ini harus secara memadai mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Asisten junior, yang baru masuk ke dalam karier auditing harus memperoleh pengalaman profesionalnya dengan mendapatkan supervise memadai dan review atas pekerjaanya dari atasannya yang lebih berpengalaman. Sifat dan luasnya supervise dan review terhadap hasil pekerjaan tersebut harus meliputi keanekaragaman praktik yang luas.

Kompetensi menurut De Angelo dalam Kusharyanti (2009) dapat dilihat dalam berbagai sudut pandang, yaitu :

(12)

1) Kompetensi auditor individual

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan auditor, antara lain pengetahuan dan pengalaman. Untuk melakukan tugas pengauditan auditor membutuhkan pengetahuan pengauditan (umum dan khusus) dan pengetahuan mengenai bidang pengauditan, akuntansi dan industry klien.

2) Kompetensi audit tim

Standar pekerjaan lapangan yang kedua menyatakan bahwa jika pekerjaan menggunakan asisten, maka harus disupevisi dengan semestinya. Dalam suatu penugasan, satu tim audit biasanya terdiri dari auditor yunior, auditor senior, manajer dan partner.

3) Kompetensi dari sudut pandang KAP

Besarnya KAP menurut deis (2006) diukur dari jumlah klien dan presentase dari audit fee dalam usaha mempertahankan kliennya untuk tidak berpindah pada KAP lain.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan menggunakan kompetensi dari sudut auditor individual. Hal tersebut dikarenakan auditor merupakan subyek yang melakukan audit secara langsung dan berhubungan langsung dalam proses audit, sehingga diperlukan kompetensi yang baik untuk menghasilkan audit yang berkualitas.

(13)

Dan berdasarkan konstruk yang dikemukakan oleh De Angelo (1981), kompetensi diproksikan dalam dua hal yaitu pengetahuan dan pengalaman.

5. Independensi

a. Pengertian Independensi

Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh orang lain dan tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga dapat diartikan adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapat.

Dalam SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik) (SA seksi 200, 2013) memuat bahwa:

Standar ini mengatur tanggung jawab keseluruhan auditor independen ketika melaksanakan audit atas laporan keuangan berdasarkan SA. Secara khusus, SA ini menetapkan tujuan keseluruhan auditor independen, serta menjelaskan sifat dan ruang lingkup suatu audit yang dirancang untuk memungkinkan auditor independen mencapai tujuan tersebut.

Menurut Arens (2011 : 74) pengertian independensi yaitu: Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak biasa dalam melakukan pengujian audit, evaluasi atas hasil pengujian dan penerbit laporan audit. Independensi merupakan salah satu karakteristik terpenting bagi auditor dan merupakan dasar prinsip integritas dan objektifitas.

(14)

b. Jenis Independensi

Menurut Sukrisno Agoes (2012:34) pengertian independensi bagi akuntan publik (eksternal audit) dan internal audit ada tiga jenis independensi:

1) Idependent In Appearance (independensi dilihat dari penampilannya di struktur organisasi perusahaan). In Appearance, akuntan publik adalah internal auditor tidak independen karena merupakan pegawai perusahaan

2) Independent In Fact (independensi dalam kenyataannya/dalam menjalankan tugasnya). In-Fact, akuntan publik seharusnya independen, sepanjang dalam menjalankan tugasnya memberikan jasa profesional, bisa menjaga integritas dan selalu mentaati kode etik, profesi akuntan publik dan standar profesional akuntan publik. In fact, internal auditor bisa independen jika dalam menjalankan tugasnya selalu mematuhi kode etik internal auditor dan profesional practise framework of internal auditor, jika tidak demikian internal auditor in fact tidak independen.

3) Independent In Mind (independensi dalam pikiran) misalnya seorang auditor mendapat temuan audit yang memilikin indikasi pelanggaran atau korupsi atau yang memerlukan audit adjustment yang material. Kemudian dia berpikir untuk menggunakan audit findings tersebut untuk memeras auditee.

(15)

Walaupun baru dipikiran, belum dilaksanakan, in mind auditor sudah kehilangan independensinya. Hal ini berlaku baik untuk akuntan publik maupun internal auditor.

Kode etik akuntan publik menyebutkan bahwa idependensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektifitas. Dengan adanya kode etik, masyarakat dapat menilai sejauh mana seorang auditor telah bekerja sesuai dengan standar-standar etik yang telah ditetapkan oleh profesinya (Rahmatunisa, 2013).

Auditor tidak hanya diharuskan untuk menjaga sikap mental independen dalam menjalankan tanggungjawabnya, namun juga penting bagi para pengguna laporan keuangan untuk memiliki kepercayaan terhadap independensi auditor. Penelitian mengenai independensi sudah cukup banyak dilakukan. Dalam penelitiannya Alim, dkk (2007) memberikan empat indikator mengenai independensi terhadap kualitas audit yaitu: (1) Lama hubungan dengan klien (audit tenure), (2) Tekanan dari klien, (3) Telaah dari rekan auditor (peer review), (4) Jasa non audit. Novie (2013) mengklasifikasikan independensi menjadi dua indikator yaitu integritas dan objektivitas.

(16)

Pada penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa seorang auditor yang memiliki sikap independensi yang baik diantaranya: (1) bebas dari pengaruh dan tidak dikendalikan pihak lain, (2) tidak mempunyai hubungan dengan klien seperti hubungan sosial, kekeluargaan, atau hubungan lainnya, (3) tidak terlibat dalam pertentangan kepentingan dengan pihak yang auditnya, (4) memiliki sikap netral dan tidak bias, (5) auditor memiliki hubungan kerja sama ataupun memegang investasi bisnis dengan perusahaan yang diauditnya.

6. Fee Audit

a. Pengertian Fee Audit

Fee audit adalah imbalan yang dibayar oleh klien kepada akuntan publik untuk mengganti kerugian atas jasa auditnya. Auditor mendapatkan fee dari perusahaan klien yang diaudit. Menurut Herawaty (2011) mendefinisikan bahwa Fee adalah sumber pendapatan bagi Akuntan Publik dan merupakan masalah yang dilematis. Disatu sisi auditor harus bertindak independen memberikan opininya tapi disisi lain auditor juga memperoleh imbalan atas jasa yang diberikan dari klien tempat dia mengaudit.

Menurut Sukrisno Agoes (2012:18) indikator dari fee audit dapat diukur dari :

(17)

1. Resiko penugasan

2. Kompleksitas jasa yang diberikan

3. Struktur biaya kantor akuntan publik yang bersangkutan dan pertimbangan profesi lainnya

4. Ukuran KAP

DeAngelo dalam Halim (2008) menyatakan bahwa fee audit merupakan pendapatan yang besarnya bervariasi karena tergantung dari beberapa faktor dalam penugasan audit seperti, ukuran perusahaan klien, kompleksitas jasa audit yang dihadapi auditor, risiko audit yang dihadapi auditor dari klien serta nama Kantor Akuntan Publik yang melakukan jasa audit.

Menurut Halim (2008:36) terdapat Professional fee yang terbagi 2 macam yaitu :

1) Besaran Fee

Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung antara lain: risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya. Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi.

2) Fee kontinjen

(18)

suatu jasa profesional tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil tertentu dimana jumlah fee tergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut. Fee dianggap tidak kontinjen jika ditetapkan oleh pengadilan atau badan pengatur atau dalam hal perpajakan, jika dasar penetapan adalah hasil penyelesaian hukum atau temuan badan pengatur. Anggota IAI tidak diperkenankan untuk menetapkan fee kontinjen apabila penetapan tersebut dapat mengurangi independensi.

Menurut penelitian Wanous dkk. (1983) dalam Andreani (2014) menyatakan bahwa fee merupakan salah satu faktor seorang auditor untuk melaksanakan pekerjaannya. Fee audit dibagi menjadi dua kategori yaitu: fee audit dan non-fee audit. Fee audit adalah total fee yang dibayar kepada pengaudit untuk jasa pengauditan. Sedangkan non-fee audit adalah biaya jasa lainnya yang dibayar selain dari fee audit. Maka dalam penelitiannya menemukan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara fee audit terhadap kualitas audit.

7. Kualitas Audit

a. Pengertian kualitas audit

Istilah kualitas audit mempunyai arti yang berbeda-beda bagi setiap orang. Para pengguna laporan keuangan berpendapat bahwa kualitas audit yang dimaksud terjadi jika auditor dapat memberikan jaminan bahwa tidak ada salah saji yang material (no material

(19)

misstatments) atau kecurangan (fraud) dalam laporan keuangan audit. Kualitas audit terdiri atas kualitas sebenarnya (actual) dan dirasakan (perceived). Actual Quality adalah tingkat dimana resiko dari pelaporan salah saji material dalam rekening keuangan berkurang. Sementara Perceived Quality adalah seberapa efektif pengguna laporan keuangan percaya bahwa auditor telah mengurangi salah saji material. Perceived audit quality yang lebih tinggi dapat membantu mempromosikan investasi pada klien yang diaudit (Goleman, 2006).

Menurut Ida Rosnidah (2010) kualitas audit merupakan pelaksanaan audit yang dilakukan sesuai dengan standar sehingga auditor mampu mengungkapkan dan melaporkan apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan klien. Sedangkan menurut Rapina dkk (2010), kualitas audit merupakan segala kemungkinan dimana auditor pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menentukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan.

Meningkatkan kualitas dari pelaporan keuangan menambah nilai bagi laporan-laporan yang dijadikan alat bagi investor untuk memperkirakan nilai dari perdagangan saham. Maka dari itu, jika auditor memperbaiki salah saji material yang ditemukan akan

(20)

menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi, sementara itu apabila auditor gagal untuk memperbaiki salah saji material dan belum mampu mengeluarkan laporan audit yang bersih maka menghalangi peningkatan kualitas audit.

B. Prinsip-Prinsip yang harus dimiliki seorang auditor

Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP 2013) seksi 200 SA 35 alinea 19 “Auditor harus memiliki suatu prinsip pemahaman tentang keseluruhan isi suatu SA, termasuk materi penerapan dan penjelasan lain, untuk dapat memahami tujuan SA dan menerapkan ketentuan SA tersebut dengan tepat. Audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu.

Akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya harus memegang prinsip-prinsip etika profesi. Menurut Halim (2008:52) dalam kode Etik Akuntan Indonesia terdapat delapan prinsip etika sebagai berikut :

1) Tanggung jawab profesi

Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

2) Kepentingan publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.

(21)

3) Integritas

Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan intregitas setinggi mungkin.

4) Objektivitas

Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

5) Kompetensi dan kehati-hatian profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan hati-hati, kompetensi dan ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional

6) Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan.

7) Perilaku Profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

(22)

8) Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Menurut De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan (probability) dimana auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi klien. Adapun kemampuan untuk menemukan salah saji yang material dalam laporan keuangan perusahaan tergantung dari kompetensi auditor sedangkan kemauan untuk melaporkan temuan salah saji tersebut tergantung pada independensinya.

Auditor harus memiliki kualitas audit yang memadai sehingga dapat mengurangi ketidakselarasan yang terjadi antara manajemen dengan pemegang saham, karena pengguna laporan keuangan terutama pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah diaudit oleh auditor.

Sehingga berdasarkan definisi di atas dapat terlihat bahwa auditor dituntut oleh pihak yang berkepentingan dengan perusahaan untuk memberikan pendapat tentang kewajaran pelaporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan dan untuk menjalankan kewajibannya ada 3 komponen yang harus dimiliki oleh auditor yaitu kompetensi (keahlian), independensi dan due professional care.

(23)

Berdasarkan penelitian terdahulu maka dapat disimpulkan bahwa kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi. Kompetensi berkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Sedangkan independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh akuntan publik, tidak mudah dipengaruhi, tidak memihak kepentingan siapapun serta jujur kepada semua pihak yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik. Oleh karena itu auditor harus menghasilkan audit yang berkualitas sehingga dapat mengurangi ketidakselarasan yang terjadi antara pihak manajemen dan pemilik

8. Penelitian Terdahulu

Masyarakat mengharapkan akuntan publik melakukan penilaian bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan. Kepercayaan yang besar terhadap pemakai laporan keuangan auditan dan jasa lainnya yang diberikan oleh auditor sehingga mengharuskan auditor memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya. Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian-penelitian terdahulu sebagai referensi.

Yenni Carolina (2013) meneliti tentang Pengaruh Independensi Auditor, Kompetensi dan Audit Penguasaan terhadap kualitas Audit. . Data dianalisis dengan menggunakan survei explanatory. Responden

(24)

penelitian ini adalah para auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di Jakarta Utara dengan 36 KAP. Variabel independen yang digunakan adalah Independensi, Kompetensi dan Kepemilikan Audit sedangkan variabel dependennya adalah kualitas audit. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan independensi dan kepemilikan audit parsial berpengaruh terhadap kualitas audit sedangkan kompetensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

Resti Sulastri (2009) meneliti tentang Pengaruh independensi, pengalaman kerja dan fee audit terhadap kualitas audit. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode random sampling dan jumlah sampel sebanyak 77 responden. Responden penelitian ini adalah para auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di Jakarta Selatan. Variabel independen yang digunakan adalah Independensi, Pengalaman kerja dan Fee audit sedangkan variabel dependen Kualitas Audit. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel independen tersebut berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Lauw tjun-tjun (2012) meneliti tentang Pengaruh Kompetensi dan Independensi auditor terhadap Kualitas audit. Responden penelitian ini adalah para auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di Jakarta Pusat. Variabel independen yang digunakan adalah kompetensi dan independensi auditor sedangkan variabel dependen kualitas Audit. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan kompetensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit sedangkan independensi auditor tidak

(25)

berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.

Prasetianto (2013) meneliti tentang Pengaruh Kompetensi, Independensi auditor dan Pertimbangan Tingkat Materialitas terhadap Kualitas audit. Responden penelitian ini adalah para auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di Jakarta Selatan dengan teknik pengumpulan sampel adalah simple random sampling.Variabel independen yang digunakan adalah kompetensi, independensi auditor Pertimbangan Tingkat Materialitas sedangkan variabel dependen Kualitas audit. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel independen tersebut berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Sutrisno (2014) meneliti tentang Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit dengan Waktu Anggaran dan Komitmen Profesional sebagai Variabel Moderasi. Analisa unit penelitian ini adalah 918 akuntan publik di Indonesia pada tahun 2012. Data dikumpulkan dengan mengirimkan kuesioner. Sampel dari 278 dipilih secara acak. Variabel independen yang digunakan adalah Kompetensi, Independensi Auditor, Waktu Anggaran dan Komitmen Profesional sedangkan variabel dependen Kualitas audit. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel independen tersebut berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Asep Kurnia (2013) meneliti tentang Pengaruh Independensi Akuntan Publik dan Perilaku Disfungsional Akuntan Publik terhadap Kualitas Audit.

(26)

Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif dan verifikatif. Variabel independen yang digunakan adalah Independensi Akuntan Publik dan Perilaku Disfungsional Akuntan Publik sedangkan variabel dependen Kualitas audit. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel independen tersebut berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Malem Ukur Tarigan (2013) meneliti tentang Pengaruh Kompetensi, Etika dan Fee Audit terhadap Kualitas Audit. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode random sampling. Variabel independen yang digunakan adalah Kompetensi, Etika dan Fee Audit sedangkan variabel dependen Kualitas audit. Berdasarkan hasil uji regresi kompetensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit, sedangkan etika dan fee audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Rizky Arista Ningrum (2012) meneliti tentang Pengaruh Independensi, Komitmen Organisasi, Gaya Kepemimpinan, dan Pemahaman Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Auditor. Responden penelitian ini adalah para auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di Surabaya. Variabel independen yang digunakan adalah Independensi, Komitmen Organisasi, Gaya Kepemimpinan, dan Pemahaman Good Corporate Governance sedangkan variabel dependen Kinerja Auditor. Bahwa secara parsial komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja auditor, sedangkan secara

(27)

parsial independensi dan pemahaman good corporate governance tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor.

Reni Febriyanti (2014) meneliti tentang Pengaruh Independensi, Due Professional Care dan Akuntabilitas terhadap Kualitas audit. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh auditor pada Kantor Akuntan Publik di kota Padang dan Pekanbaru berjumlah 76 auditor. Sampel ditentukan berdasarkan metode total sampling, sebanyak 76 auditor dijadikan sampel. Metode Pengumpulan data adalah dengan menggunakan kuesioner yang diantar langsung ke Kantor Akuntan Publik di kota Padang dan Pekanbaru. Variabel independen yang digunakan adalah Independensi, Due Professional Care dan Akuntabilitas sedangkan variabel dependen Kualitas audit. Berdasarkan hasil Uji Regresi Due Professional Care berpengaruh signifikan positif sedangkan, Independensi dan akuntabilitas tidak berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

(28)

Tabel 2.1

PENELITIAN TERDAHULU NO Peneliti dan

tahun penelitian

Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Yenni Carolina (2013) Pengaruh Independensi Auditor, Kompetensi dan Audit Penguasaan terhadap kualitas Audit Dependen : Kualitas audit. Independen : independensi auditor, kompetensi dan audit penguasaan Independensi dan Audit kepemilikan secara parsial berpengaruh terhadap kualitas audit. Kompetensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit Sedangkan Kompetensi, independensi dan Audit kepemilikan memiliki pengaruh terhadap kualitas audit.

(29)

Tabel 2.1 (lanjutan) PENELITIAN TERDAHULU NO Peneliti dan tahun penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 2 Resti Sulastri (2009) Pengaruh independensi, pengalaman kerja dan fee audit terhadap kualitas audit. Dependen : Kualitas Audit Independen : independensi, pengalaman kerja dan fee audit.

Independensi, pengalaman kerja, dan fee audit secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. 3 Lauw tjun-tjun Santy setiawan dan Elyzabet indrawati marpaung (2012) Pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit Dependen : Kualitas Audit Independen : kompetensi dan independensi Kompetensi berpengaruh secara signifikan sedangkan Independensi auditor tidak pengaruh signifikan terhadap kualitas audit 4 Prasetianto (2013) Pengaruh Kompetensi, Independensi auditor dan pertimbangan tingkat materialitas terhadap kualitas audit Dependen : Kualitas Audit Independen : Kompetensi, independensi auditor dan pertimbangan tingkat materialitas Kompetensi dan Independensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan Pertimbangan tingkat materialitas berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.

(30)

Tabel 2.1 (lanjutan) PENELITIAN TERDAHULU NO Peneliti dan tahun penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 5 Abdul halim,

Sutrisno dan Rosidi (2014) Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit dengan Waktu Anggaran dan Komitmen Profesional sebagai Variabel Moderasi Dependen : Kualitas Audit Independen : Kompetensi, independensi auditor, anggaran waktu dan komitmen profesional Berdasarkan hasil uji regresi independen kompetensi , anngaran waktu dan profesional berpengaruh positif terhadap kualitas audit

6 Asep Kurnia Pengaruh Independensi Akuntan Publik dan Perilaku Disfungsional Akuntan Publik terhadap Kualitas Audit. Dependen : Kualitas Audit Independen : Independensi Akuntan Publik dan Disfungsional Akuntan Publik Berdasarkan hasil uji regresi independensi akuntan publik dan perilaku disfungsional akuntan publik secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 7. Malem Ukur

Tarigan dan Primsa Bangun Susanti (2013)

Pengaruh Kompetensi, Etika dan Fee Audit terhadap Kualitas Audit Dependen : Kualitas Audit Independen : Kompetensi, Etika dan Fee Audit

Berdasarkan hasil uji regresi kompetensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit, sedangkan etika dan fee audit berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit

(31)

Tabel 2.1 (lanjutan) PENELITIAN TERDAHULU NO Peneliti dan tahun penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 8. Rizky Arista Ningrum (2012) Pengaruh Independensi, Komitmen Organisasi, Gaya Kepemimpinan , dan Pemahaman Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya Dependen : Kinerja auditor Independen : Independensi, Komitmen Organisasi, Gaya Kepemimpina n dan Pemahaman corporate governance Bahwa secara parsial komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja auditor, sedangkan secara parsial independensi dan pemahaman good corporate governance tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor 9. Reni Febriyanti (2014) Pengaruh Independensi, Due Professional Care dan Akuntabilitas terhadap Kualitas audit. Dependen : Kualitas Audit Independen : Independensi, Due Professional Care dan Akuntabilitas Berdasarkan hasil Uji Regresi Due Professional Care berpengaruh signifikan positif sedangkan, Independensi dan akuntabilitas tidak berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Sumber : Penelitian Terdahulu

(32)

B. Rerangka Pemikiran dan Hipotesis

1. Pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Kualitas Audit.

Kompetensi auditor adalah keahlian seorang auditor diperoleh dari pengetahuan dan pengalaman.Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit. Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang profesional.

Kualitas audit merupakan segala kemungkinan (probability) dimana auditor pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan.

Oleh karena itu dapat dipahami bahwa seorang auditor yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai akan lebih memahami dan mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam dan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks dalam lingkungan audit kliennya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kompetensi yang dimiliki auditor maka semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkannya.

(33)

2. Pengaruh Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit

Independensi merupakan sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas.

Oleh karena itu cukuplah beralasan bahwa untuk menghasilkan audit yang berkualitas diperlukan sikap independen dari auditor. Karena jika auditor kehilangan independensinya maka laporan audit yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dan sangat mempengaruhi kualitas audit.

Ha2 : Independensi berpengaruh signifikan terhadap Kualitas

audit

3. Pengaruh Fee Audit terhadap Kualitas audit

Fee audit merupakan pendapatan yang besarnya bervariasi karena tergantung dari beberapa faktor dalam penugasan audit seperti, ukuran perusahaan klien, kompleksitas jasa audit yang dihadapi auditor, risiko audit yang dihadapi auditor dari klien serta nama Kantor Akuntan Publik yang melakukan jasa audit.

Menurut Herawaty (2011) mendefinisikan bahwa Fee adalah imbalan yang dibayar oleh klien kepada akuntan publik untuk mengganti kerugian atas jasa auditnya. Auditor mendapatkan fee dari perusahaan klien yang diaudit. Disatu sisi auditor harus

(34)

bertindak independen memberikan opininya tapi disisi lain auditor juga memperoleh imbalan atas jasa yang diberikan dari klien tempat dia mengaudit.

Maka dalam penelitian tersebut ditemukannya bukti bahwa fee audit secara signifikan mempengaruhi kualitas audit.

Ha3 : Fee audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas

audit.

C. Model Konseptual

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kualitas Audit, dan akan diuji dengan hal yang mempengaruhinya yaitu meliputi kompetensi, independensi auditor dan fee audit. Untuk itu, dalam penelitian ini akan dirumuskan dalam kerangka pemikiran berikut:

(+)

Ha1

Ha2

Ha3

Sumber: Diolah oleh penulis

Gambar 2.1 Model Konseptual Independensi Kompetensi Kualitas Audit Fee Audit

Gambar

Tabel 2.1 (lanjutan)  PENELITIAN TERDAHULU NO  Peneliti dan  tahun penelitian  Judul  Penelitian  Variabel  Penelitian  Hasil  Penelitian  2  Resti Sulastri  (2009)    Pengaruh  independensi,  pengalaman  kerja dan fee  audit terhadap  kualitas audit
Tabel 2.1 (lanjutan)  PENELITIAN TERDAHULU NO  Peneliti dan  tahun penelitian  Judul  Penelitian  Variabel  Penelitian  Hasil  Penelitian  5  Abdul halim,
Tabel 2.1 (lanjutan)  PENELITIAN TERDAHULU  NO  Peneliti dan  tahun penelitian  Judul  Penelitian  Variabel  Penelitian  Hasil  Penelitian  8
Gambar 2.1  Model KonseptualIndependensi Kompetensi  Kualitas Audit    Fee Audit

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan karakter bangsa dalam pendidikan berpedoman pada tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 yaitu untuk

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hidayati dan Murni (2009), yang menemukan bahwa peluang pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap ERC karena objek

1) Pesantren menerapkan aturan yang harus ditaati oleh setiap santri, apabila terjadi pelanggaran, santri akan mendapatkan hukuman dari riang sampai ke berat,

a) Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua. b) Tipe Kepribadian Mandiri

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang

Efektivitas dan kenyamanan dalam penggunaan ekstrak etanolik bunga kembang sepatu pada kulit dapat ditingkatkan dengan cara diformulasikan menjadi bentuk sediaan gel,

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, Taufik, serta Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Penggunaan Permainan

Selain dokumen persiapan proyek lainnya (seperti Feasibility Study atau FS), Klien harus mempersiapkan dan mengungkapkan dokumen-dokumen Perlindungan Lingkungan dan Sosial