• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN SELF-CARE PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN SELF-CARE PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 2, September 2016 37

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN SELF-CARE

PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

Family Support Relationship with Self-Care Ability of Patients in Type 2 Diabetes Mellitus

Dewi Prasetyani1* Sodikin2 1,2

STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap Jl. Cerme No. 24 Sidanegara Cilacap

*Alamat Korespondensi : prasetyanidewi78@gmail.com

ABSTRAK

Self-care merupakan hal penting pada pengelolaan Diabetes Melitus (DM) tipe 2 yang bertujuan untuk mengendalikan kadar gula darah. Perawatan DM tipe 2 membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga dapat menimbulkan kebosanan, kejenuhan bahkan frustasi pada pasien. Oleh karena itu, diperlukan motivasi baik internal maupun eksternal bagi pasien untuk dapat melakukan self-care diabetes dengan baik. Salah satu bentuk motivasi eksternal adalah dukungan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan self-care pasien DM tipe 2. Desain penelitian adalah cross sectional

dengan jumlah sampel 24 orang yang diambil dengan menggunakan teknik total sampling. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data hasil penelitian menggunakan uji regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan self care pasien DM tipe 2 masih sangat rendah, yaitu rata-rata melakukan self care diabetes hanya 2.5 hari selama satu minggu. Dukungan keluarga pada pasien DM tipe 2 juga rendah (41.7%). Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara dukungan keluarga dengan kemampuan self care pasien DM tipe 2 (pv = 0.290 : α =0.05).

Kata kunci : diabetes melitus tipe 2, dukungan keluarga, self care diabetes

ABSTRACT

Self care is critical in the management of diabetes melitus type 2, which aims to control blood glucose levels. Type 2 diabetes treatment requires quite a long time so that it can lead to boredom, burnout and even frustrating for patients. Therefore it is necessary both internal and external motivation for patients to be able to perform self care diabetes well. One of the external motivation is family support. The study aims to know the relationship between family support and self care diabetes type 2 diabetes melitus patients. The results showed that the ability of self care diabetes type 2 patients is very low, it was approximately done in average of 2.5 days in a week. Family support for type 2 diabetes melitus patients is low (41.7%). The study used the cross sectional method. Twenty-fourth respondents were determined using a total sampling technique. The results of data analysis using simple linear regression showed there is no significant relationship between family support with self care diabetes (pv = 0.290 :α =0.05).

(2)

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 2, September 2016 38

PENDAHULUAN

Indonesia menempati peringkat keempat untuk jumlah pasien DM tipe 2 terbanyak di dunia serta kedua terbesar di Asia. Peningkatan jumlah pasien DM tipe 2 di Indonesia tergolong tinggi yaitu sekitar 6 % per tahun, sehingga WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2030 jumlah pasien DM tipe 2 di Indonesia akan meningkat menjadi 21,3 juta jiwa (World Health Organization, 2014).

DM dapat menyebabkan komplikasi apabila seseorang dengan DM tidak mampu melakukan kontrol gula darah dengan baik (International Diabetes Federation, 2013). Komplikasi yang terjadi dapat memperburuk kondisi dan menurunkan kualitas hidup pasien (Inzucchi et al., 2005). Berbgai penelitian menunjukkan bahwa kontrol gula darah yang baik dapat menurunkan komplikasi (DCCT, 2002: International Diabetes Federation, 2013).

Upaya pengendalian gula darah menjadi tanggung jawab pasien melalui tindakan self-care DM. Aktivitas dalam s elf-care DM antara lain adalah dengan melakukan pengaturan diet, meningkatkan aktivitas fisik, kontrol gula darah rutin dan minum obat secara teratur (Perkeni, 2013).

Diabetes merupakan penyakit kronis yang memerlukan terapi dan perawatan untuk waktu yang cukup lama dan dapat menimbulkan kebosanan, kejenuhan bahkan

frustasi pada pasien. Oleh karena itu, diperlukan motivasi baik intenal maupun eksternal bagi pasien untuk dapat menjalani semua proses terapi dan perawatan diabetes. Motivasi eksternal salah satunya adalah dukungan keluarga.

Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang berbeda tentang hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan self-care DM. Hasil penelitian Misra & Lager (2008), menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang tinggi dapat meningkatkan penerimaan pasien terhadap penyakitnya, sehingga dapat mengurangi kesulitan pasien dalam melakukan aktivitas self-care dan pada akhirnya dapat meningkatkan kontrol gula darah pasien sehingga kualitas hidupnya meningkat. Hal yang berbeda ditunjukkan dari hasil penelitian Prasetyani (2015), bahwa tidak ada hubungan signifikan antara dukungan keluarga dengan kemampuan kontrol gula darah pasien DM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan self-care pasien DM tipe 2.

METODE

Penelitian cross sectional ini dilakukan di Prolanis Puskesmas Cilacap Tengah 1. Besar sampel 24 orang yang diseleksi menggunakan teknik total sampling. Pasien yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 yang anggota

(3)

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 2, September 2016 39

Prolanis Puskesmas Cilacap Tengah 1, sedang tidak mengalami penyakit infeksi, tidak menggunakan obat golongan kortikosteroid dan memiliki hasil pemeriksaan gula darah selama 3 bulan terakhir.

Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner yang terdiri dari kuesioner karakteristik demografi responden tentang usia, jenis kelamin, pendidikan, kadar gula darah 3 bulan terakhir, durasi DM dan jenis terapi DM. Variabel dukungan keluarga dinilai menggunakan kuesioner Diabetes Family Behavior Checklist-II (DFBC-II). Kemampuan self-care pasien DM dinilai menggunakan kuesioner Summary of Diabetes Self-Care Activities (SDSCA) yang dikembangkan oleh Toobert et al (2000). Uji statistik analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linear sederhana.

HASIL

Responden dalam penelitian ini sejumlah 24 orang penderita DM tipe 2 yang menjadi anggota Prolanis Puskesmas Cilacap Tengah 1. Hasil olah data menunjukkan bahwa dari 24 responden tersebut terdapat 45.8% perempuan, 54.2% laki-laki, umur 48 ± 76 tahun, lama menderita DM 2 ± 14 tahun. Sebagian besar menggunakan obat hiperglikemik oral (75%), injeksi insulin 20.8% dan 4.2% menggunakan obat kombinasi oral dan injeksi. Mayoritas

responden memiliki pengetahuan baik tentang DM (87.5%). Sebagian besar responden memiliki dukungan keluarga kurang (58.3%), fluktuasi kadar gula darah 3 bulan terakhir 81 ± 351 g/dl dengan rata-rata kadar gula darah adalah 188.6 gr/dl. Kemampuan self care responden rata-rata 2,5 hari dengan rentang minimum 0,2 hari dan maksimum 5,5 hari. Karakteristik demografi pasien ditunjukkan pada tabel 1.

Tabel 1. Karateristik demografi pasien DM tipe 2 di Prolanis Puskesmas Cilacap Tengah 1 Frek (%) Mean p-value Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Jenis obat DM Oral Injeksi insulin Kombinasi Pengetahuan Kurang Baik Dkgn keluarga Kurang Baik Umur Lama DM Self-care DM Gula darah 3 bulan terakhir 13 (54.2%) 11 (45.8%) 18 (75%) 5 (20.8) 1 (4.2%) 3 (12.5%) 21 (87.5) 14 (58.3%) 10 (41.7%) 68.8 6.8 2.5 188.6 0.290 0.159 0.642

Hasil analisis regresi linear menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara dukungan keluarga dengan kemampuan self-care DM (p = 0.290; α = 0.05).

(4)

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 2, September 2016 40

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata usia responden adalah 63.8 Usia sangat erat kaitannya dengan kenaikan gula darah, dimana semakin meningkat usia maka resiko mengalami DM tipe 2 semakin tinggi. Proses menua akan menyebabkan perubahan anatomi, fisiologi dan biokimia tubuh yang salah satu dampaknya adalah meningkatnya resistensi insulin. Menurut WHO, setelah usia 30 tahun, kadar gula darah akan naik 1-2 mg/dL/tahun pada saat puasa, dan akan naik 5.6-13 mg/dL pada 2 jam setelah makan (Sudoyo, 2006).

Tidak adanya hubungan antara lama DM dengan self care DM disebabkan oleh adanya semangat dan tanggung jawab yang tinggi dari pasien yang baru terdiagnosa DM untuk mengontrol penyakitnya melalui aktivitas self care DM. Sedangkan bagi pasien yang telah lama terdiagnosa DM sudah beradaptasi dengan penyakitnya sehingga aktivitas self care sudah menjadi kebiasaan yang dilakukannya sehari-hari.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga pada pasien DM kurang dan setelah dilakukan analisa bivariat didapatkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara dukungan keluarga dengan kemampuan self care DM pada pasien DM tipe 2. Sedangkan untuk variabel kemampuan

self care pada pasien DM tipe 2 didapatkan hasil bahwa rata-rata aktivitas self care

pasien DM adalah 2.5 hari dengan rentang waktu antara 2 hingga 5.5 hari dalam seminggu. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan self care

pada pasien DM masih rendah.

Self care DM merupakan tindakan

yang dilakukan perorangan untuk mengontrol DM yang terdiri dari pengaturan makan (diet), peningkatan aktivitas fisik (olah raga), monitroring gula darah, minum obat teratur dan perawatan kaki (Sigurdardottir, 2005). Aktivitas ini sebaiknya dilakukan secara konsisten tujuh hari dalam seminggu kecuali untuk latihan fisik yang dapat dilakukan minimal 3 – 5 hari per minggu. Hasil penelitian menunjukkan setiap aktivitas self care DM belum dilakukan secara penuh 7 hari dalam seminggu. Keseluruhan aspek self care DM saling mendukung dan harus dilakukan oleh pasien DM sehari-hari agar tercapai kontrol gula darah yang baik sehingga dapat meminimalkan terjadinya komplikasi DM.

Meskipun hasil penelitian

menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara dukungan keluarga dengan kemampuan self care DM, tetapi menurut analisis penulis kurangnya dukungan keluarga dapat menjadi salah satu faktor kurangnya kemampuan self care pasien DM. Dukungan keluarga telah didefinisikan sebagai faktor penting dalam kepatuhan manajemen penyakit pada remaja dan dewasa

(5)

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 2, September 2016 41

dengan penyakit kronik. Dukungan keluarga merupakan indikator yang paling kuat dalam memberikan dampak positif terhadap self care pasien DM (Neff dalam Hensarling, 2009).

Keikutsertaan keluarga dalam memandu diet, latihan jasmani, pengobatan dan pengisian waktu luang yang positif merupakan bentuk peran serta aktif dalam keberhasilan penatalaksanaan DM. Sebelum memberikan dukungan, anggota keluarga harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang self care DM. Apabila pemahaman anggota keluarga tentang self care DM keliru, maka keluarga justru akan memberikan dukungan yang obstruktif terhadap pasien. Dukungan keluarga yang obstruktif akan menghambat pasien dalam melakukan aktivitas self care DM.

Seperti yang disampaikan oleh Mayberry dan Osborn (2004), bahwa dukungan keluarga pada pasien DM dibedakan menjadi dua, yaitu dukungan supportif dan obstruktif. Contoh dari dukungan keluarga yang obstruktif adalah memarahi pasien jika kadar gula darahnya tinggi, makan bersama pasien tetapi yang dimakan bukan makanan diet DM atau selalu mengkritik pasien jika lupa melakukan diet DM, tidak berolah raga atau lupa tidak mencatat kadar gula darahnya. Jenis dukungan keluarga tersebut justru akan menyebabkan pasien tertekan sehingga tidak

maksimal dalam melakukan aktivitas self care DM.

Tidak adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan kemampuan self care DM tipe 2, menurut analisis peneliti disebabkan karena dukungan keluarga bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi kemampuan self care pasien DM tipe 2. Faktor eksternal seperti hubungan pasien dengan petugas kesehatan juga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pemenuhan aktivitas self care pasien DM tipe 2 (Kusniawati, 2011).

KESIMPULAN

1. Kemampuan self care pasien DM tipe 2 di Prolanis Puskesmas Cilacap Tengah 1 masih rendah yaitu rata-rata melakukan

self care DM hanya 2.5 hari dalam seminggu dengan rentang minimal 0 sampai dengan 5.5 hari pasien patuh melakukan self care DM

2. Dukungan keluarga pada pasien DM tipe 2 di Prolanis Puskesmas Cilacap Tengah 1 masih rendah, yaitu 58.3%

3. Tidak ada hubungan signifikan antara dukungan keluarga dengan kemampuan

self care pada pasien DM tipe 2 di Prolanis Puskesmas Cilacap Tengah 1 dengan pv 0.290 pada α 0.05

(6)

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 2, September 2016 42

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada UPT Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap atas terselenggaranya penelitian ini dan diterbitkannya artikel terkait

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA). (2013). Standards of medical care in diabetes. Diabetes Care, 36, 11 – 66 Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset kesehatan dasar 2013. Diunduh pada tanggal 7 Februari 2015 dari http://www.litbang.depkes.go.id. Black, J.,M.& Hawks, J.H. (2005). Medical

surgical nursing (7th ed.). Saint Louis : Elsevier Saunders

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2012). Diabetes report card 2012. Diunduh pada tanggal 20

Februari 2014 dari

http://www.cdc.gov/diabetes/pubs/pdf/ DiabetesReportCard.pdf

International Diabetes Federation (IDF). (2014). Diabetes facts and figures. Diunduh pada tanggal 19 Februari

2015 dari

http://www.idf.org/diabetesatlas

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni). (2011). Konsensus pengendalian dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia 2011. Soewondo, P., Soegondo, S., Suastika, K.,

Pranoto, A.,Soeatmadji, D. W., & Tjokroprawiro, A. (2010). The DiabCare Asia 2008 study – Outcomes on kontrol and complications of type 2 diabetic patients in Indonesia. Med J Indones., 19, 235 – 244

The Diabetes Control and Complication Trial (DCCT) (2002). Effect of intensive

therapy on the microvasculer

complications of type 1 diabetes melitus. JAMA, 287, 2563-2569

Gambar

Tabel  1.  Karateristik  demografi  pasien  DM  tipe 2 di Prolanis Puskesmas Cilacap Tengah  1  Frek (%)  Mean   p-value  Jenis kelamin  Laki-laki  Perempuan   Jenis obat DM  Oral   Injeksi insulin  Kombinasi   Pengetahuan  Kurang   Baik   Dkgn keluarga  Kurang   Baik   Umur   Lama DM  Self-care DM  Gula  darah  3  bulan terakhir  13 (54.2%) 11 (45.8%) 18 (75%) 5 (20.8) 1 (4.2%) 3 (12.5%) 21 (87.5) 14 (58.3%) 10 (41.7%)  68.8 6.8 2.5  188.6  0.290 0.159 0.642

Referensi

Dokumen terkait

Hasil ramalan pelemah hujan dalam kajian ini dapat digunakan sebagai rujukan kepada para penyelidik untuk lanjutan kajian dalam memperbaiki dan mempertingkatkan kualiti penghantaran

Hasil penelitian menunjukkan sintasan benih ikan betutu yang dipelihara pada berbagai padat tebar tidak berbeda secara nyata, pertumbuhan spesifik panjang (1,50 ± 0,37%/hari)

Pengumpulan data sekunder dilakukan untuk data terkait dengan SMK3, statistika kecelakaan kerja berupa Injured Frequency Rate (IFR) dan Injured Severity Rate

Dari data yang disebutkan WHO tahun 2002 terdapat lebih dari 4000 bahan kimia berbahaya yang terkandung dalam rokok dan asap rokok, diperkirakan bahwa tiap hisapan rokok

Selain menguasai setiap materi pada mata pelajaran fisika, pemilihan model atau metode oleh guru harus tepat agar memberikan motivasi kepada setiap siswa untuk belajar

Target audience atau sasaran kami lebih banyak dan utama menyasar pada mahasiswa yang ada di sekitar daerah cafe berdiri, lalu keluarga dan masyarakat sekitar

Analisis data tes akhir dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep fisika setelah diberikan materi pembelajaran kalor antara kelas

Disamping itu menyusun lembar observasi tindakan pendekatan pembelajaran scientific oleh guru dan respon siswa dalam pembelajaran (lampiran 8). Dalam