• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan menjadikan manusia berusaha untuk mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan berkembangnya ilmu pengetahuan yang memiliki dampak positif maupun negatif, sehingga perlu meningkatkan kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan dilakukan dengan peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan tenaga profesionalisme, tenaga pendidik, dan peningkatan mutu anak didik. Peningkatan mutu pendidikan dan penguasaan materi merupakan salah satu unsur penting yang harus diperhatikan oleh guru dan siswa (Mulyasa, 2005).

Secara umum, pendidikan dilaksanakan untuk maksud yang positif dan terstruktur. Format serta pelaksanaannya diarahkan untuk membimbing dan membina manusia dalam kehidupan. Secara kodratnya, manusia dikaruniai kemampuan-kemampuan dasar yang bersifat rohaniah dan jasmaniah, guna mempertahankan hidup dan menuju kesejahteraan. Kemampuan dasar manusia tersebut merupakan modal dasar untuk mengembangkan hidupnya dalam segala bidang. Oleh sebab itu, peranan pendidikan sangat penting, karena pendidikan

(2)

2

merupakan lembaga yang berusaha untuk membina rasio, intelek, dan kepribadian, serta membangun manusia dalam rangka membentuk manusia seutuhnya (Syamsuddin, 2007). Dalam hal ini, siswa akan menghadapi dunia dengan penuh tantangan dan permasalahan. Tantangan dan permasalahan memerlukan keterampilan berpikir kritis, agar siswa dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Berpikir kritis berkaitan dengan berpikir “tingkat tinggi” seperti kemampuan memecahkan masalah, berpikir reflektif, berpikir kreatif, dan mengambil kesimpulan (Costa, dalam Liliasari 2007).

Kualitas pembelajaran di sekolah harus ditingkatkan, agar siswa memiliki keterampilan berpikir kritis. Peningkatan kualitas pembelajaran dilakukan dengan cara mengubah paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, yakni pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) beralih ke pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melaksanakan suatu metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif (Mulyasa, 2005). Metode pembelajaran merupakan suatu teknik atau cara yang ditempuh oleh guru dalam menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien (Anitah, 2007).

Ennis (dalam Fisher, 2009) menyatakan bahwa berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif, berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. Berpikir kritis merupakan cara bagi seseorang untuk meningkatkan kualitas dari hasil pemikiran, dengan menggunakan teknik

(3)

3

sistemasi cara berpikir dan menghasilkan daya pikir intelektual dalam ide-ide yang digagas. Sutrisno (2008) menyatakan bahwa pada dasarnya pembelajaran berpikir kritis dapat dilakukan. Namun, kondisi pembelajaran yang ada di sekolah belum begitu mendukung untuk terlaksananya pembelajaran berpikir kritis. Beberapa kendalanya antara lain pembelajaran di sekolah masih didominasi oleh guru dan fokus pendidikan lebih bersifat menghafal. Pada pembelajaran ini, suasana kelas cenderung bersifat teacher centered, sehingga menyebabkan siswa menjadi pasif dan tidak berpikir kritis serta tidak dapat memotivasi dirinya sendiri.

Berdasarkan permasalahan tersebut, guru harus bijaksana dalam menentukan metode yang sesuai, sehingga dapat meningkatkan semangat belajar siswa serta menciptakan situasi dan kondisi kelas yang aktif serta kondusif agar proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan siswa memiliki keterampilan berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis dapat dikembangkan melalui pembelajaran yang berpusat pada siswa (Zohar, 1994). Dalam upaya menciptakan siswa berpikir kritis, metode yang digunakan adalah metode discovery-inquiry, karena metode discovery-inquiry dapat melibatkan siswa secara aktif menggunakan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip materi yang sedang dipelajari (Amien, 1987).

Metode pembelajaran discovery-inquiry menekankan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bereksplorasi, karena discovery-inquiry berasal dari keyakinan bahwa siswa memiliki kebebasan untuk belajar. Siswa mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi (Amien, 1987). Oleh karena itu, peranan guru

(4)

4

adalah sebagai motivator dan fasilitator yang mendorong siswa untuk bereksplorasi dan menggali informasi. Guru sebagai fasilitator dan motivator menciptakan proses belajar aktif, kreatif, dan menyenangkan, sehingga dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa yang berasal dari keingintahuan dengan mengajukan pertanyaan dan menemukan (mencari) jawaban sendiri.

Pada penelitian ini, bahan kajian yang dipilih adalah perkembangan konsep reduksi-oksidasi (redoks). Materi ini dipilih karena reaksi redoks merupakan reaksi yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya: proses perkaratan yang terjadi pada besi, pemutihan pakaian, daur ulang perak, dan lain-lain. Perkembangan konsep redoks merupakan suatu konsep, dimana pada pelaksanaannya sering diajarkan dengan metode ceramah. Hal ini sesuai dengan Anitah (2007) yang menyatakan bahwa guru banyak menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan suatu konsep. Metode ini sebenarnya bukan metode yang bermasalah. Namun, metode ceramah pada umumnya dipandang sebagai metode yang memiliki kadar keaktifan siswa sangat rendah. Penggunaan metode ceramah membuat siswa kurang dirangsang kreativitasnya dan tidak membuat siswa aktif mengemukakan pendapat atau tidak berpikir kritis, serta tidak dibiasakan mencari dan mengolah informasi (Anitah, 2007). Penerapan metode discovery-inquiry pada materi tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana keterampilan berpikir kritis siswa SMA kelas X pada pembelajaran perkembangan konsep redoks dengan menggunakan metode discovery-inquiry.

(5)

5

Penelitian ini dipandang perlu dilakukan karena siswa diharapkan mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis, sehingga mampu memecahkan masalah dan menarik kesimpulan dari permasalahan yang dihadapi. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang dilakukan secara berkelompok, dimana dua peneliti lain meninjau penguasaan konsep dan kesulitan siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana keterampilan berpikir kritis (KBKr) siswa pada pembelajaran perkembangan konsep redoks menggunakan metode discovery-inquiry?”

Untuk memperjelas masalah tersebut, maka dirumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana pencapaian keterampilan berpikir kritis setiap kelompok kategori siswa pada masing-masing subindikator KBKr yang dikembangkan pada pembelajaran perkembangan konsep redoks melalui metode discovery-inquiry? 2. Subindikator keterampilan berpikir kritis manakah yang paling dapat

dikembangkan oleh setiap kelompok kategori siswa pada pembelajaran perkembangan konsep redoks?

3. Subindikator keterampilan berpikir kritis manakah yang kurang dapat dikembangkan oleh setiap kelompok kategori siswa pada pembelajaran perkembangan konsep redoks?

(6)

6

4. Bagaimana pencapaian keterampilan berpikir kritis seluruh siswa pada pembelajaran perkembangan konsep redoks melalui metode discovery-inquiry?

C. Pembatasan Masalah

Dalam upaya memfokuskan permasalahan, maka ruang lingkup masalah yang diteliti adalah:

1. Subindikator keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan ialah mengidentifikasi kriteria atas jawaban yang mungkin, menyebutkan contoh, memberikan alasan, memberikan penjelasan sederhana, dan menarik kesimpulan.

2. Jenis discovery-inquiry yang digunakan pada pembelajaran ini adalah modified discovery-inquiry, dimana pada pelaksanaannya guru menyediakan bahan atau alat-alat yang diperlukan, kemudian siswa dilibatkan untuk memecahkan persoalan/masalah melalui pengamatan atau eksplorasi.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pencapaian keterampilan berpikir kritis setiap kelompok kategori siswa pada masing-masing subindikator KBKr yang dikembangkan pada pembelajaran perkembangan konsep redoks melalui metode discovery-inquiry.

2. Subindikator keterampilan berpikir kritis yang paling dapat dikembangkan oleh setiap kelompok kategori siswa pada pembelajaran perkembangan konsep redoks melalui metode discovery-inquiry.

(7)

7

3. Subindikator keterampilan berpikir kritis yang kurang dapat dikembangkan oleh setiap kelompok kategori siswa pada pembelajaran perkembangan konsep redoks melalui metode discovery-inquiry.

4. Pencapaian keterampilan berpikir kritis seluruh siswa pada pembelajaran perkembangan konsep redoks melalui metode discovery-inquiry.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan antara lain:

1. Bagi guru

a. Dapat dijadikan sebagai alternatif metode pembelajaran dalam upaya mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi kimia. b. Memberikan alternatif untuk melaksanakan metode pembelajaran

discovery-inquiry, dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik dan mudah dipahami, sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.

2. Bagi siswa

Mendapatkan pengalaman berpikir kritis siswa pada materi redoks maupun materi kimia lainnya.

3. Bagi peneliti lain

Dapat menjadi salah satu masukan dalam mengembangkan metode pembelajaran yang inovatif, untuk menunjang pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa melalui metode discovery-inquiry.

(8)

8 F. Penjelasan Istilah

1. Analisis merupakan penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (Tim Penyusun Kamus Bahasa, 2000).

2. Metode discovery-inquiry merupakan suatu metode pembelajaran yang cara penyajian pembelajaran banyak melibatkan siswa dalam proses-proses mental dalam rangka penemuan (Amien, 1987).

3. Berpikir kritis merupakan interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi (Fischer, 2009).

4. Reaksi reduksi merupakan peristiwa pembebasan oksigen oleh suatu zat (lama), pengikatan elektron dan penurunan bilangan oksidasi (HAM, 2002). 5. Reaksi oksidasi merupakan peristiwa pengikatan oksigen oleh suatu zat

(lama), pelepasan elektron dan kenaikan bilangan oksidasi (HAM, 2002). 6. Reaksi redoks merupakan reaksi yang mengandung peristiwa reduksi dan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Mengacu pada latar belakang masalah yang telah dipaparkan, peneliti menentukan rumusan masalah secara umum yaitu apakah penerapan active learning lebih efektif

Model konfirmatori parsial variabel komitmen organisasi ( Standardized Solutions ) memberikan hasil bahwa proxy AFF mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap variabel

Variabel partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran, umpan balik anggaran, kesulitan pencapaian tujuan, evaluasi anggaran, penerapan sistem informasi akuntansi,

Jadi, definisi pesan dakwah adalah sesuattu yang disampaikan komunikator kepada komunikan yang berisi tentang amar ma,ruf nahi mungkar (menyeru kepada kebaikan

Praktik-praktik manajemen sumber daya manusia yang diperkirakan dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif yang berkelajutan adalah kepastian kerja, selektivitas dalam rekrutmen,

Induksi cekaman kekeringan melalui pengurangan penyiraman air dilakukan dengan menumbuhkan tanaman dalam polibag (diameter 50 cm) yang berisi media campuran tanah, pasir dan