• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN. Kata kunci : Titer antibodi ND, Newcastle Disease, Ayam Petelur, Fase layer I, Fase Layer II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RINGKASAN. Kata kunci : Titer antibodi ND, Newcastle Disease, Ayam Petelur, Fase layer I, Fase Layer II"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui titer antibody terhadap penyakit

Newcastle Disease (ND) pada ayam petelur fase layer I dan fase layer II pasca

vaksinasi ND. Penelitian ini merupakan penelitian studi observasional dengan

metode cross sectional. Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

petelur fase layer I dan fase layer II. Ayam petelur fase layer I adalah ayam petelur sejak awal produksi hingga puncak produksi, sedangan fase layer II terhitung sejak akhir puncak produksi hingga afkir. Sampel penelitian ini adalah serum yang diambil dari tujuh peternakan pada lima desa di Kecamatan Penebel yaitu Desa Mangesta, Senganan, Babahan, Penebel, dan Jatiluwih. Total sampel adalah 131 sampel terdiri dari 78 sampel fase layer I dan 53 sampel fase layer II. Pengukuran titer antibodi ND dilakukan dengan uji Haemagglutination Inhibition

(HI), kemudian hasilnya dianalisis secara statistik menggunakan Chi-square (X2)

untuk mengetahui indepedensi di antara dua variabel dan menguji perbedaan proporsi atau persentase antara beberapa kelompok data. Analisis hasil juga menggunakan tabel kontingensi 2x2 untuk mengetahui hubungan pembentukan titer antibodi protektif antar kedua fase ayam tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan vaksinasi ND pada ayam petelur fase layer I dan II di Kecamatan Penebel menunjukkan respon kebal yang protektif (99,24%) dengan nilai GMT 8,52. Kekebalan pada ayam petelur fase layer I (GMT 8,91) lebih besar daripada fase layer II (8,13). Namun, secara statistik kekebalan protektif pada ayam petelur fase layer I dan fase layer II tidak berbeda nyata (p>0,05). Analisis data

menggunakan tabel kontingensi 2x2 menunjukkan nilai Odds Ratio (OR) adalah

0, ini berarti faktor tersebut adalah protektif. Dengan kata lain, faktor resiko yang berpengaruh dalam pembentukan titer antibodi protektif berhubungan negatif dengan fase layer I dan fase layer II. Nilai koefisien variasi sebesar 32,29 %, ini

menunjukkan sebaran titer antibodi yang homogen di Kecamatan

Penebel.Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan monitoring terkait program vaksinasi ND di Kecamatan Penebel.

Kata kunci : Titer antibodi ND, Newcastle Disease, Ayam Petelur, Fase layer I, Fase Layer II

(2)

ii SUMMARY

This research were to determine the antibody titer of Newcastle Disease (ND) in laying hens phase I and II of ND vaccine. This study was an observational study with cross sectional method. Animals used in this study was laying hens phase I and II. Laying hens phase I was laying hens since the beginning of production until the peak of production, while phase II as from the end of the peak production up to salvage. The serum sample was obtained from seven farms in five villages in Penebel District, that was Mangesta, Senganan, Babahan, Penebel, and Jatiluwih. Total of 131 samples consisted of 78 samples of layer phase I and 53 samples of layer phase II. Antibody titer of ND measurement performed by using Haemagglutination Inhibition (HI) test. The results were analyzed using Chi-square (X2) to determine the independency between two variables and testing the proportion or percentage difference between the multiple groups of data. After analysis was done, also by using 2x2 contingency table to determine the relationship of the formation of protective antibody titers of ND between the layer phase I and layer phase II. The results of this research indicate ND vaccination in laying hens phase I and II in the District Penebel showed a protective immune response (99.24%) with the Geometric Mean Titer (GMT) value of 8.52. Immunity in laying hens layer phase I (8.91 GMT) higher than layer phase II (8.13). However, statistically protective immunity in laying hens layer phase I and layer phase II is not significantly different (p>0.05). The data analyzed using 2x2 contingency table indicates the Odds Ratio (OR) value of 0, it means it is a protective factor. In other words, the risk factors that influence the formation of protective antibody titer is negatively related to layer phase I and layer phase II. The coefficient of variation of 32.29%, this indicates a homogenous distribution of antibody titers in District Penebel. According the results of this research can be used as an evaluation and monitoring related to the ND vaccination program in the Penebel District.

Keywords: Antibody Titer of ND, Newcastle Disease, Chicken Layer, layer Phase I, Phase II Layer

(3)

iii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

RINGKASAN ... v

SUMMARY ... vi

UCAPAN TERIMAKASIH ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Ayam Petelur ... 6

2.1.1 Sejarah Ayam Petelur ... 7

2.1.2 Jenis-jenis Ayam Petelur ... 8

2.1.3 Fase Pemeliharaan Ayam Petelur ... 9

2.2 Darah ... 10

2.3 Serum ... 11

2.4 Sistem Kekebalan pada Ayam ... 12

2.5 Newcastle Disease 2.5.1 Etiologi ... 15

2.5.2 Struktur dan Mekanisme Infeksi ... 16

(4)

iv

2.5.4 Masa Inkubasi dan Gejala Klinis ... 18

2.5.5 Penularan ND ... 20

2.5.6 Pengendalian ND ... 20

2.6 Vaksin dan Vaksinasi ... 21

2.7 Uji Hemaglutinasi dan Hambatan Hemaglutinasi (HA/HI)…………. 23

2.8 Kerangka Konsep ... 24

BAB III MATERI DAN METODE ... 28

3.1 Objek Penelitian ... 27

3.2 Bahan Penelitian ... 27

3.3 Alat Penelitian ... 27

3.4 Rancangan Penelitian ... 27

3.5 Variabel Penelitian ... 28

3.6 Cara Pengumpulan Data ... 28

3.7 Prosedur Penelitian ... 28

3.7.1 Koleksi Sampel ... 28

3.7.2 Uji Serologi ... 29

3.8 Analisis Data ... 30

3.9 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1 Hasil ... 32

4.2 Pembahasan ... 38

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 47

5.1 Simpulan ... 47

5.2 Saran ... 47

(5)

v

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

3.1 Tabel Kontingensi 2×2 pada Cross-Sectional Study ... 30

4.1 Proporsi Sampel Ayam Petelur Fase Layer I dan Fase Layer II di

Kecamatan Penebel ... 33

4.2 Nilai Log 2 GMT ayam petelur fase layer I dan fase layer II

pascavaksinasi ND di Kecamatan Penebel ... 34

4.3 Persentase seropositif ND pada ayam petelur fase layer I dan fase layer

II di Kecamatan Penebel ... 35

4.4 Nilai Coeffisient of Variation (CV) di masing-masing desa di

Kecamatan Penebel ... `37

4.5 Analisis Data Cross Sectional Study Menggunakan Tabel Kontingensi

(6)

vi

DAFTAR GAMBAR

2.1 Ayam Petelur Putih dan Cokelat ... 8

2.2 Sistem Kekebalan Tubuh Ayam ... 14

2.3 Morfologi Virus Newcastle Disease ... 16

2.4 Skema Kerangka Konsep ... 26

4.1 Hasil Uji Hambatan Hemaglutinasi Newcastle Disease ... 34

4.2 Grafik Titer Antibodi ND di Lima Desa di Kecamatan Penebel ... 35

(7)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis Statistik Chi-Square (X2) ... 52

Lampiran 2. Titer Antibodi ND di Kecamatan Penebel ... 53

Lampiran 3. Form Kuisioner ... 58

(8)

viii BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Kabupaten Tabanan merupakan salah satu sentra penghasil telur ayam terbesar di Provinsi Bali, karena memiliki kondisi lingkungan yang memadai

untuk usaha peternakan ayam petelur (Kurniawan et al., 2013). Perkembangan

ternak ayam petelur (layer) di Provinsi Bali tersebar di seluruh Kabupaten dan kota di Bali dengan populasi terbesar berada di Kabupaten Tabanan (51,79%), salah satunya di kecamatan Penebel, selanjutnya berada di Kabupaten Karangasem (23,62%), Kabupaten Badung (2,87%), Kabupaten Buleleng (0,66%), Kabupaten Gianyar (0,64%), Kabupaten Jembrana (0,38%), dan populasi terkecil berada di Kota Denpasar (0,04%) (Kurniawan et al., 2013).

Populasi ayam petelur dari tahun ke tahun terus meningkat di Desa Penebel, karena semakin berkembangnya unit-unit peternakan. Faktor-faktor yang memengaruhi peternak menjalani usaha peternakan ayam petelur antara lain, pemeliharaan cukup mudah dan siklus produksi yang tidak begitu lama. Di samping itu, permintaan telur semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat. Peningkatan permintaan telur dikarenakan oleh peningkatan penawaran telur yang diimbangi dengan harga telur yang lebih murah daripada daging (Juwandi, 2003). Selain itu, daging ayam petelur juga dapat dimanfaatkan untuk sektor ekonomi, baik ayam petelur yang telah afkir maupun yang produktivitasnya kecil. Keadaan ini yang dimanfaatkan oleh peternak untuk lebih memberdayakan peternakan ayam petelur di pedesaan

(9)

ix

agar lebih optimal (Kurniawan et al., 2013). Namun, cara beternak di kabupaten

Tabanan masih semimodern dan penerapan tindakan pencegahan penyakit yang relatif kurang menyebabkan peternakan di daerah ini tak jarang terinfeksi penyakit

infeksius, salah satunya Newcastle Disease (ND). Newcastle Disease merupakan

penyakit serius bagi industri peternakan unggas di Indonesia karena angka mortalitasnya yang tinggi.

Kejadian penyakit ND di Bali bersifat endemik yang bersifat akut sampai kronis, dapat menyerang semua jenis unggas terutama ayam, baik ayam ras

maupun ayam bukan ras (buras) (Kencana et al., 2012) dan menyerang semua

tingkatan umur. Mengingat ayam adalah unggas yang paling peka, maka infeksi ND dapat menyebabkan gangguan yang serius bahkan kematian dalam waktu yang cepat tergantung strain yang menginfeksi. Fase layer merupakan fase ayam petelur mulai memproduksi telur sehingga infeksi ND pada fase ini sangat merugikan peternak. Fase layer digolongkan menjadi dua yaitu fase layer I terhitung sejak awal produksi hingga puncak produksi dan fase layer II terhitung sejak akhir puncak produksi hingga afkir. Infeksi ND menyebabkan penurunan signifikan produksi telur dan tidak dapat kembali normal walaupun sudah sembuh. Bahkan pada infeksi strain mesogenik dan velogenik dapat menyebabkan produksi telur berhenti total.

Sejauh ini, belum ada obat yang efektif untuk mengatasi infeksi virus ND. Tindakan pencegahan utama yang dapat dikerjakan adalah dengan melakukan vaksinasi dan didukung dengan perbaikan tatalaksana pemeliharaan ayam. Vaksinasi secara umum telah diterapkan secara luas dan menunjukkan hasil yang

(10)

x

memuaskan untuk mencegah dan mengontrol wabah penyakit ND (Foleitse et al., 1998). Vaksin aktif dari galur virus ND avirulen dan virulensi rendah atau vaksinasi inaktif, sudah banyak diaplikasikan di lapangan (Wibowo dan Amanu, 2010).

Keberhasilan vaksinasi dipengaruhi oleh jenis vaksin, galur vaksin, cara aplikasi, dan respon imun inang. Kegagalan vaksinasi masih terjadi yang salah satunya mungkin disebabkan oleh perbedaan galur antara virus vaksin dan virus lapangan. Karena itu galur virus yang digunakan sebagai vaksin sebaiknya galur virus yang mampu memicu respon antibodi (imunitas humoral) yang protektif

terhadap virus lapangan (Adi et al., 2014). Kenyataan di lapangan menunjukkan

adanya sejumlah kasus ND yang berhubungan dengan program vaksinasi yang kurang sesuai, misalnya frekuensi pemberian vaksin yang terlalu sedikit, terlalu banyak ataupun saat pemberiaan vaksin yang tidak tepat. Teknik pemberian

vaksin yang tidak optimal, misalnya melalui tetes mata, suntikan atau spray

kerapkali merupakan penyebab timbulnya kasus ND (Tabbu, 2000).

Salah satu indikator dalam menilai keberhasilan vaksinasi adalah

mengukur titer antibodi pascavaksinasi. Titer antibodi protektif terhadap virus ND

menurut standar ASEAN adalah e— 4 HI log 2 (ACFAF, 2012). Berdasarkan hal

tersebut penting untuk dilakukan penelitian ini dengan harapan penelitian ini dapat memberi informasi kepada peternak mengenai titer antibodi ND pasca vaksinasi guna menjadi bahan monitoring dan evaluasi terhadap program vaksinasi ayam petelur di Kecamatan Penebel.

(11)

xi 1.2Rumusan Masalah

1. Apakah vaksinasi ND pada ayam petelur fase layer I di Kecamatan

Penebel sudah memiliki titer antibodi yang protektif?

2. Apakah vaksinasi ND pada ayam petelur fase layer II di Kecamatan

Penebel sudah memiliki titer antibodi yang protektif?

3. Apakah terdapat perbedaan titer antibodi ND pada ayam petelur fase layer

I dengan fase layer II pasca vaksinasi ND di Kecamatan Penebel?

4. Apakah terdapat hubungan dalam pembentukan titer antibodi ND protektif

pada ayam petelur fase layer I dengan fase layer II pasca vaksinasi ND di Kecamatan Penebel?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui apakah vaksinasi ND pada ayam petelur fase layer I di

Kecamatan Penebel sudah memiliki titer antibodi yang protektif.

2. Mengetahui apakah titer vaksinasi ND pada ayam petelur fase layer II

di Kecamatan Penebel sudah memiliki titer antibodi yang protektif.

3. Mengetahui apakah ada perbedaan titer antibodi ND pada ayam petelur

fase layer I dengan fase layer II pasca vaksinasi ND di Kecamatan Penebel.

4. Mengetahui ada tidaknya hubungan pembentukan titer antibodi ND

protektif pada ayam petelur fase layer I dengan fase layer II pasca vaksinasi ND di Kecamatan Penebel.

(12)

xii 1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak mengenai titer antibodi terhadap ND pasca vaksinasi guna menjadi bahan monitoring dan evaluasi terhadap program vaksinasi ayam petelur di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali.

Referensi

Dokumen terkait

Kehamilan mungkin berhubungan dengan penurunan kekuatan otot dasar panggul yang mana nantinya dapat menyebabkan inkotinensia urin stress, namun bagaimapun juga

Antioksidan eksogen yang aman dan mudah diperoleh adalah antioksidan dari bahan alam seperti Halimeda macroloba yang mengandung senyawa bioaktif meliputi fenol,

Pada penelitian ini, dicari alternatif media lain untuk mengganti beras, yaitu digunakan umbi bengkuang dan tongkol jagung dilihat karakteristik serta kualitas zat warna yang

Temuan sebagai hasil analisis menunjukkan bahwa latar belakang pembentuk undang-undang mencantumkan beberapa percobaan melakukan pelanggaran dan kejahatan tidak

Tingkat kecemasan yang paling banyak dialami pada mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura dalam menghadapi ujian skripsi adalah kecemasan ringan.. Peneliti

akuntansi baik pada saat input, proses sampai dengan output mengingat brainware dibidang auditor yang mengenal teknologi informasi masih relatif

Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakuka tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijazah yang

Selain itu data hasil angket yang diberikan sebelum menggunakan media batik dalam pembelajaran, menunjukkan 75% dari siswa tidak mengetahui proses pembuatan batik yang