• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAKAN KEPALA SEKOLAH DALAM RANGKA MENGURANGI TINGKAT KENAKALAN SISWA DI SMP NEGERI 1 LEMBAH MELINTANG KABUPATEN PASAMAN BARAT ARTIKEL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINDAKAN KEPALA SEKOLAH DALAM RANGKA MENGURANGI TINGKAT KENAKALAN SISWA DI SMP NEGERI 1 LEMBAH MELINTANG KABUPATEN PASAMAN BARAT ARTIKEL."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TINDAKAN KEPALA SEKOLAH DALAM RANGKA MENGURANGI

TINGKAT KENAKALAN SISWA DI SMP NEGERI 1 LEMBAH

MELINTANG KABUPATEN PASAMAN BARAT

ARTIKEL

Oleh :

SYS FEBRIANTO

10070163

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2015

(2)
(3)

MEASURES PRINCIPAL IN ORDER TO REDUCE DELINQUENCY STUDENTS AT

SMP NEGERI 1 TRANSVERSE VALLEY WEST PASAMAN

Sys Febrianto

1

Drs. Zafri, M.Pd

2

Marleni, M.Pd

3

Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat, 2015

ABSTRACT

Measures of school leadership is an interaction or control the behavior of students in order to comply with the rules given. The behavior control such that every student who wanted to go out late and had to get permission to teachers who are teaching in the classroom, be polite in the association class, and follow the rules that have been made in school. Therefore, in order to improve the effectiveness of teaching and learning, indispensable role of school principals and administrators as well as educational supervisor in coordinating and directing available resources to jointly realize the ideals and goals of education itself. The purpose of this study was to describe the causes of delinquency and the students made the principal's actions in reducing the delinquency rate in junior high school students Negeri1 Valley Crossing. The theory used in this research is the theory of bureaucracy or management raised by Max Weber. The approach used in this research is qualitative and descriptive. Informants were selected by purposive sampling (intentionally). Data was collected by observation, interview and document study. The unit of analysis in this study is the individual that students, teachers and community members. Analysis of data using models Miles and Huberman, namely data collection, data reduction, data presentation and conclusion. The results of this study indicate that: (1) Factors that cause delinquency students in SMP Negeri 1 Valley Crossing, namely: a) internal factors or factors that originate from within the students can be self-will, lack of motivation to learn and lack of self-discipline, b ) external factors or factors that come from outside the student, may be peer influence, the influence of the surrounding environment and the lack of parental supervision, (2) Actions taken by the principal in reducing the level of student misbehavior such as: a) mental development, b ) increase the sanctions and motivate students.

Key word : Measures principal, mischief and student

1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Angkatan 2010

2 Pembimbing I Dosen Universitas Negeri Padang Sumatera Barat

3

(4)

PENDAHULUAN

Siswa atau peserta didik merupakan sasaran utama dalam peningkatan mutu pendidikan, untuk itu harus dikelola dan ditangani secara bersungguh-sungguh agar dapat menjadi manusia yang memiliki kemampuan dasar dalam mewujudkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan dilaksanakan dengan usaha peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tingkah laku yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Salah satu kegiatan yang berkenaan dengan peningkatan mutu pendidikan adalah meningkatkan kedisiplinan siswa disekolah, yaitu bagaimana siswa mematuhi segala peraturan dan norma yang berlaku di sekolah baik berupa yang tertulis maupun tidak tertulis (Linda, 2002: 3).

Pada kenyataannya, saat ini fungsi

pendidikan belum tercapai secara maksimal. Hal ini dibuktikan dengan banyak terjadi kenakalan yang dilakukan oleh siswa. Pada dasarnya kenakalan yang dilakukan siswa disebabkan oleh proses sosialisasi yang tidak sempurna atau tidak berhasil. Proses sosialisasi yang tidak berhasil disebabkan karena seseorang mengalami kesulitan dalam komunikasi dengan individu lain. Artinya, seseorang tidak mampu mendalami norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, adanya ketidakpercayaan diri dari seseorang tersebut, dan karena ia tidak memiliki kemampuan untuk bersosialisasi. Pada dasarnya, proses sosialisasi itu betul-betul merupakan suatu

proses yang amat besar signifikasinya bagi

kelangsungan keadaan tertib masyarakat. Artinya, hanya lewat proses-proses sosialisasi itu sajalah norma-norma sosial yang menjadi determinan segala keadaan tertib sosial itu dapat diwariskan dan diteruskan dari generasi ke generasi (Narwoko dan Bagong, 2007:75).

Berbicara mengenai kenakalan siswa

merupakan masalah yang dirasakan sangatlah penting dan menarik untuk dibahas karena seseorang yang namanya siswa yang merupakan bagian dari generasi muda adalah aset nasional dan merupakan tumpuan harapan bagi masa depan Bangsa dan Negara. Untuk mewujudkan kesemuanya demi kejayaan Bangsa dan Negara kita ini, maka sudah barang tentu menjadi kewajiban dan tugas kita semua baik orang tua, guru dan pemerintah. Untuk mempersiapkan generasi

muda menjadi generasi yang tangguh dan

berwawasan atau berpengetahuan yang luas dengan jalan membimbing dan mengarahkan mereka semua sehingga menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab secara moral.

Sekolah merupakan salah satu bagian dari

masyarakat yang juga mengontrol perilaku

kelompoknya. SMP Negeri 1 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat merupakan salah satu

sekolah Negeri di Kabupaten Pasaman Barat yang

juga mengontrol perilaku anggota kelompok

khususnya pada siswa-siswa. Kontrol berperilaku tersebut diantaranya yaitu setiap siswa yang terlambat dan hendak keluar harus mendapat izin terlebih dahulu kepada guru yang sedang mengajar dikelas, bersikap sopan dalam pergaulan dikelas, serta mengikuti aturan-aturan yang sudah dibuat disekolah.

Hal tersebut mengisyaratkan perlunya kepala

sekolah sebagai pemimpin yang memiliki

kemampuan untuk menggerakkan komponen yang ada disekolah yang dipimpinnya dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan. Salah satu indikator peningkatan kualitas pendidikan adalah pelaksanaan proses belajar mengajar berlangsung efektif. Oleh karena itu, kepala sekolah dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dituntut untuk memahami karakteristik bawahannya dan memahami fenomena yang terjadi dilingkungannya, sehingga mampu meningkatkan serangkaian hubungan kerja sebagai upaya pencapaian tujuan.

Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar, sangat diperlukan peranan kepala sekolah baik sebagai administrator maupun sebagai supervisor pendidikan dalam mengkoordinir dan mengarahkan sumber daya yang ada untuk secara bersama-sama mewujudkan cita-cita maupun tujuan pendidikan itu sendiri. Untuk itu keberadaan kepala sekolah khususnya di SMP Negeri 1 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat sangat menentukan dalam kegiatan yang dilakukan siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan faktor penyebab kenakalan siswa serta tindakan yang dilakukan kepala sekolah dalam rangka mengurangi tingkat kenakalan siswa di SMP Negeri 1 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat.

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana faktor penyebab kenakalan siswa serta tindakan yang dilakukan kepala sekolah dalam rangka mengurangi tingkat kenakalan siswa di SMP Negeri 1 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat dan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan faktor penyebab kenakalan siswa serta tindakan yang dilakukan kepala sekolah dalam rangka mengurangi tingkat kenakalan siswa di SMP Negeri 1 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: Secara Akademik : Bermanfaat untuk peneliti selanjutnya yang ingin meneliti mengenai masalah ini, serta menambah khasanah pengetahuan tentang kenakalan siswa.

Secara Praktis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bagi pemerintah dan

(5)

sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Pasaman Barat untuk mengetahui kasus-kasus seperti ini.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Max Weber mengenai birokrasi atau Manajemen. Manajemen merupakan suatu proses tertentu yang menggunakan kemampuan atau keahlian untuk mencapai suatu tujuan yang didalam pelaksanaannya dapat mengikuti alur keilmuan secara ilmiah dapat pula menonjolkan kekhasan atau gaya manajer dalam mendayagunakan kemampuan orang, teori ini melandaskan aspek-aspek penting yang berperan dan berinteraksi di dalam sekolah. Dengan demikian terdapat tiga fokus untuk mengartikan Manajemen yaitu:

Manajemen sebagai suatu kemampuan atau keahlian yang selanjutnya menjadi cikal bakal Manajemen sebagai suatu profesi. Manajemen sebagai suatu ilmu menekankan perhatian kepada keterampilan dan kemampuan manajerial yang

diklasifikasikan menjadi kemampuan atau

ketrampilan teknikal,manusiawi dan konsepsual. Manajemen sebagai proses yaitu dengan menentukan langkah yang yang sitematis dan terpadu sebagai aktivitas manajemen. Manajemen sebagai seni

tercermin dari perbedaan gaya (Style) seseorang

dalam menggunakan atau memberdayakan orang lain untuk mencapai tujuan.

Beberapa fungsi manajemen meliputi yaitu:

merencanakan (planning), mengorganisasikan

(organizing), memimpin (leading), dan

mengendalikan (controlling).

1. Perencanaan ( Planning )

Pemilihan dan penentuan tujuan organisasi, dan penyusunan strategi, kebijaksanaan, program, dan lain-lain. Maksudnya adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan

perusahaan. Perencanaan merupakan proses

terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.

2. Pengorganisasian ( Organizing )

Penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan, menyusun organisasi atau kelompok kerja, penugasan wewenang dan tanggung jawab serta koordinasi. Maksudnya adalah dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian

mempermudah manajer dalam melakukan

pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah

dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.

3. Pengarahan ( Actuating )

Motivasi, komunikasi kepemimpinan untuk mengarahkan karyawan mengerjakan sesuatu yang ditugaskan padanya. Maksudnya adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha

organisasi. Jadi actuating artinya adalah

menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership).

4. Pengawasan ( Controlling )

Penetapan standar, pengukuran pelaksanaan, dan pengambilan tindakan korektif. Maksudnya

adalah proses pengawasan dan pengendalian

performa perusahaan untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Seorang manajer dituntut untuk menemukan masalah yang ada dalam operasional perusahaan, kemudian memecahkannya sebelum masalah itu menjadi semakin besar.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dilakukan oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, tindakan dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata. Tipe penelitian ini adalah deskriptif, yang menggambarkan secara mendalam, faktual dan akurat tentang latar pengamatan, tindakan dan pembicaraan. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Desember 2014 sampai bulan Januari 2015. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat.

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. Faktor Penyebab Kenakalan Siswa SMP Negeri 1 Lembah Melintang

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri yang tumbuh berdasarkan keinginan dan dorongan melalui hasrat seseorang dapat mengarah ke dalam bentuk tindakan ataupun bentuk perbuatan. Seperti bolos sekolah, sering terlambat masuk sekolah, melanggar tata tertib sekolah, merokok dan berkelahi dilingkungan sekolah yang dilandasi oleh faktor internal yang dilakukan oleh siswa tersebut. Faktor internal yang menyebabkan seseorang melakukan kenakalan ada beberapa macam, yaitu:

potensi kecedasannya rendah sehingga tidaak mampu memenuhi tuntutan akademik sebagaimana yang diharapkan. Akibatnya ia mengalami frustasi, konflik batin, dan rendah diri.

mempunyai masalah yang tidak terpecahkan. Kemampuan penyesuaian diri yang rendah.

Tidak menemukan figure yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun faktor internal yang menyebabkan siswa SMP Negeri 1 Lembah Melintang melakukan kenakalan antara lain:

1. Keinginan Diri Sendiri

Keinginan diri sendiri merupakan keinginan yang tumbuh berdasarkan dorongan dan rasa ingin mencoba sesuatu yang belum pernah dilakukan seperti halnya kenakalan-kenakalan siswa seperti bolos sekolah, sering terlambat masuk sekolah, meribut dikelas, merokok dan berkelahi dilingkungan sekolah hal ini sangat terlihat jelas pada kenakalan-kenakalan siswa yang terjadi di SMP Negeri 1 Lembah Melintang. Dalam kenakalan-kenakalan siswa tersebut sangatlah tidak wajar dan tidak pantas dilakukan oleh para siswa karena hal itu tergolong pada perilaku yang tidak baik atau pantas.

Kenakalan dikalangan siswa memang sudah tidak dapat ditutupi lagi, hal ini disebabkan karena dorongan dari keinginan mereka sendiri, yang timbul karena adanya rasa ingin coba-coba dan rasa keingintahuan yang tinggi. Dalam hal ini peneliti menemukan kenakalan-kenakalan siswa diantaranya bolos sekolah, sering terlambat masuk sekolah, melanggar tata tertib sekolah, merokok dan berkelahi dilingkungan sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti

dengan siswa dapat diketahui bahwasanya faktor penyebab kenakalan siswa di SMP Negeri 1 Lembah Melintang adalah karena besarnya keinginan dari diri sendiri seperti adanya rasa keingintahuan yang tinggi, ingin mencoba hal-hal yang baru dan belum pernah

dilakukan, kenakalan tidak hanya di SMP saja bahkan di SMA juga mereka melakukan kenakalan tersebut sesuai dengan penuturan siswa di atas. Karena adanya rasa keinginan dari diri sendiri dikarenakan minat belajar yang kurang dan kurangnya kesadaran akan pentingnya sekolah buat

mereka sehingga siswa mampu melakukan

kenakalan-kenakalan tersebut.

2. Motivasi Belajar yang Kurang

Seorang siswa adakalanya dalam mengikuti proses pembelajaran, ada yang tidak suka atau tidak mampu dengan mata pelajaran tertentu, hal ini bisa disebabkan karena tingkat kecerdasan yang rendah atau metode guru dalam mengajar tidak terampil sehingga motivasi untuk belajar dari siswa tersebut menjadi berkurang yang pada akhirnya dia memilih untuk bolos atau keluar saat proses pembelajaran berlangsung.

Dari hasil wawancara peneliti dengan siswa dapat disimpulkan bahwa minat belajar dari siswa berkurang dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya siswa malas terhadap suatu mata pelajaran tertentu, siswa tidak suka dengan metode atau cara yang digunakan oleh guru serta adanya ketidakpuasan yang timbul dari siswa.

3. Kurangnya Disiplin Diri

Disiplin merupakan kepatuhan kepada aturan atau tata tertib, serta norma, dan lain sebagainya. Disiplin adalah suatu kondisi yang

tercipta dan terbentuk melalui proses dari

serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan, dan ketertiban. Siswa yang disiplin pada dirinya kurang, akan cendrung melakukan hal yang sifatnya negative atau mengarah pada kenakalan.bagi mereka terlambat, bolos, tidak membuat tugas, dan sebagainya merupakan sesuatu yang wajar saja.

b. Faktor Ekternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang terbentuk karena adanya pengaruh dari luar hal ini yang terjadi pada kalangan siswa SMP Negeri 1 Lembah Melintang seperti halnya kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh siswa SMP Negeri 1 Lembah Melintang diantaranya sebagai berikut :

1. Pengaruh Teman Sebaya

Pengaruh teman-teman yang berperilaku tidak baik di sekolah sangat berpengaruh besar terhadap tingkah laku siswa yang lain. Pada saat berada di lingkungan sekolah teman menjadi seseorang yang paling dekat dengan kita. Apabila seorang siswa memiliki teman yang berperilaku tidak baik dalam belajar maka tingkah laku siswa tersebut

(7)

bisa berpengaruh besar terhadap perilakunya. Begitu juga sebaliknya apabila seorang siswa memiliki teman yang berperilaku sangat baik pada saat proses pembelajaran berlangsung, maka perilaku siswa yang baik tersebut akan berpengaruh juga kepada temannya. Seorang siswa harus bisa mencari teman di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

Di sini terdapat beberapa siswa yang terpengaruh oleh teman sekelasnya untuk berperilaku menyimpang di sekolah seperti ada yang meribut, cabut, mencontek, sering terlambat masuk kelas dan tidak membuat tegas. Hal seperti ini terjadi karena siswa yang tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri, seorang siswa akan mudah terpengaruh oleh teman sekelasnya yang berperilaku tidak baik. Seorang siswa harus bisa membedakan mana teman yang berperilaku baik dan mana yang berperilaku tidak baik. Apabila seorang siswa tidak bisa membedakan hal itu maka siswa tersebut akan mudah terpengaruh oleh temannya.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti

dengan siswa bahwa kenakalan-kenakalan terjadi akibat pengaruh dari teman sebaya yang berperilaku nakal. Akibat yang ditimbulkannya pun akan berakibat buruk dalam proses pembelajaran disekolah SMP Negeri 1 Lembah Melintang karena dengan adanya kenakalan-kenakalan siswa tersebut bisa mengakibatkan proses pembelajaran terganggu. Teman-teman sebaya sangat berpengaruh besar dan akan memberikan dampak yang sangat buruk terhadap tingkah laku individu. Apabila seorang siswa tidak bisa mengontrol dirinya maka dia akan mudah terpengaruh oleh teman-temannya.

2. Pengaruh Lingkungan Sekitar

Menurut Wilis (2011:174) lingkungan

dimana seorang anak tinggal akan berpengaruh terhadap perilaku anak. Jika anak mendapatkan lingkungan yang aman, damai maka akan ada kemungkinan perilaku anak akan baik pula terutama dalam dunia pendidikan. Jadi lingkungan tempat tinggal sangat mempengaruhi perilaku anak, maka dari itu anak harus mampu bersosialisasi dengan baik sehingga anak tidak mudah terpengaruh dengan lingkungannya. Disekitar tempat tinggal informan (siswa) banyak terdapat anak yang tidak bersekolah, mereka dalam kehidupan sehari-hari bisa bertingkah sesuka hati mereka karena tidak ada beban pendidikan dibenak mereka. Mereka sering begadang tengah malam, main domino, main catur dan sebagainya.

Menurut Annurahman (2010:193)

lingkungan dapat memberi pengaruh positif dan juga pengaruh negatif terhadap anak atau siswa. Pengaruh negatif seperti halnya siswa yang dulu rajin kesekolah menjadi malas, dan siswa yang dulu

berperilaku baik disekolah jadi tidak baik. Sedangkan pengaruh positif bagi siswa yaitu mengalami

peningkatan hasil belajar karena pengaruh

lingkungan sekitar yaitu teman yang mampu memberikan motivasi kepadanya.

3. Kurangnya Perhatian Orang Tua

Salah satu faktor pendorong kenakalan siswa dalam belajar di sekolah adalah kurangnya perhatian dari orang tua, yang mana keluarga harus memberikan kasih sayang dan dukungan untuk giat belajar kepada anaknya yang masih berada pada usia labil atau masa pada pencarian jati diri. Pada kasus kenakalan yang dilakukan siswa SMP Negeri 1 Lembah Melintang, siswa tersebut melakukan kenakalan yang disebabkan perceraian orang tua

mereka (broken home). Diantaranya 13 orang

informan siswa di sekolah ini terdapat 2 orang siswa yang orang tuanya bercerai, selain itu ada juga yang salah satu dari orang tuanya yang meninggal dunia. Sehingga siswa tersebut kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya, dimana untuk seorang siswa yang masih remaja mereka membutuhkan kasih sayang yang penuh dari kedua orang tuanya.

Dari hasil wawancara peneliti dengan informan, ada beberapa poin penyebab siswa melakukan kenakalan, seperti yang dijelaskan oleh Sunarwiyati (1985: 55) bahwa yang meyebabkan kenakalan pada siswa adalah yang dipengaruhi oleh faktor eksternal yakni keluarga, diantaranya:

1) Suasana kehidupan keluarga yang (broken

home).

2) Kontrol orang tua lemah menyebabkan

kekurangan disiplin dalam keluarga.

Jadi, bisa disimpulkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi siswa yang nakal adalah kurangnya perhatian dari keluarganya akibat dari perceraian kedua orang tuanya. Akibatnya siswa tersebut melampiaskannya dengan kenakalan di sekolah yaitu dengan suka cabut, tidak mengerjakan tugas, mencontek, sering datang terlambat datang kesekolah dan meribut di kelas.

Siswa yang masih duduk di bangku sekolah memiliki emosi yang masih labil, yang cendrung

melakukan kenakalan. Seharusnya siswa ini

mendapatkan perhatian yang lebih dari anggota

keluarganya. Namun, siswa di sini tidak

mendapatkan kasih sayang seutuhnya dari orang tuanya. Seharusnya keluarga yang memberikan dukungan utama dalam hal pendidikan. Jika siswa tidak mendapatkan perhatian penuh lagi dari keluarganya, maka biasanya siswa tersebut akan mencari sesuatu dengan kesenangan yang menjurus kepada kenakalan.

(8)

Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan bahwa siswa yang memiliki masalah keluarga sangat merasa bingung sekali ketika berada di lingkungan sekolah. Siswa tersebut mungkin merasa terasingkan dari teman-temannya yang memiliki anggota keluarga lengkap dibandingkan dengannya. Melihat teman-temannya yang diantarkan kesekolah sama orang tuanya mereka merasa iri sekali, karena keluarga merupakan orang yang terdekat dengan kita. Apabila seorang siswa sudah merasa dirinya tidak ada yang peduli dengan mereka maka mereka akan merasa terasingkan dari yang lain. II. Tindakan Yang Dilakukan Kepala Sekolah Dalam Mengurangi Tingkat Kenakalan Siswa

a. Pembinaan Mental

Pembinaan mental merupakan sesuatu hal yang sangat mempengaruhi siswa dalam melakukan kedisiplinan dan menegakan aturan sekolah, selain itu para siswa di benahi terhadap perilaku dan kebiasaan yang tidak baik yang mereka lakukan baik di dalam sekolah maupun luar sekolah. Kenakalan merupakan hal yang sering terjadi dikalangan siswa yang tergolong dalam usia rentan dan masa pertumbuhan baik psikis kejiwaan dan mental.

Berdasarkan hasil wawancara dari siswa, wali kelas, guru bk, serta kepala sekolah tersebut dapat disimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan untuk mengurangi tingkat kenakalan siswa di SMP Negri 1 Lembah Melintang ini salah satunya adalah melalui pembinaan mental. Dalam hal ini, kepala sekolah bertindak memberikan ceramah atau nasehat kepada siswa yang melakukan kenakalan atau pelanggaran agar mereka merubah perilakunya. Sedangkan dalam hal ini wali kelas bertindak dengan memberikan pembinaan melalui kegiatan keagamaan agar siswa tersebut dapat menunjukan perubahan kearah yang lebih baik serta dapat menyadari akan pentingnya kedisiplinan. Sementara itu, guru bk dalam hal ini bertindak memberikan penyuluhan, masukan, dan nasehat kepada siswa yang nakal atau berkasus.

b. Meningkatkan Sanksi dan Memotivasi Siswa

Perilaku siswa yang sering melakukan kenakalan merupakan perilaku menyimpang, karena tugas seorang siswa adalah mengerjakan semua yang diperintahkan atau ditugaskan oleh kepala sekolah dan guru. Namun sangat berbeda dengan yang dilakukan oleh siswa SMP Negeri 1 Lembah Melintang, siswa-siswa di sekolah ini banyak sekali yang tidak mematuhi aturan yang diberikan sekolah. Bagi mereka tugas yang diberikan oleh guru bukanlah sebuah kewajiban bagi mereka. Semua ini terlihat bahwa banyak siswa yang tidak mentaati

peraturan peraturan yang diberikan oleh sekolah. Pimpinan sekolah harus mencari solusi untuk mengatasi perilaku siswa ini, tindakan apa saja yang dapat dilakukan oleh pimpinan sekolah SMP Negeri 1 Lembah Melintang dalam mengatasi siswa yang mentaati peraturan sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa upaya yang dilakukan oleh pimpinan sekolah dalam mengatasi perilaku siswa yang nakal yaitu dengan menegur, memberi sanksi atau hukuman dan memberi nasehat serta motivasi kepada siswa agar mereka bisa mentaati peraturan yang diberikan kepala sekolah. Hukuman yang diberikan bermacam-macam mulai dari memunggut sampah yang berserakan di lingkungan sekolah, berlari menggelilingi lapangan sekolah bagi siswa yang terlambat dan ketahuan keluar dari lingkungan sekolah tanpa seizin guru piket ada juga pemanggilan

orang tua karena siswa merokok, berkelahi

dilingkungan sekolah maupun diluar lingkungan sekolah, dan berkata-kata kotor dan bahkan ada yang dikeluarkan dari sekolah apabila siswa melakukan pelanggaran yang berat. Sedangkan motivasi yang diberikan berupa saran-saran yang baik dari pimpinan sekolah maupun guru, motivasi untuk tidak nakal,mematuhi tata tertib yang diberikan sekolah, lebih giat belajar dan motivasi menjadi orang sukses. Dengan pemberian sanksi dan motivasi tersebut membuat siswa lebih bisa menghargai kepala sekolah dan guru di sekolah.

III. Pembahasan

Faktor Penyebab Kenakalan Siswa SMP Negeri 1 Lembah Melintang

Teori birokrasi atau manajemen yang dikemukan oleh Max Weber menyatakan bahwa manajemen merupakan suatu proses tertentu yang menggunakan kemampuan atau keahlian untuk mencapai suatu tujuan yang didalam pelaksanaannya dapat mengikuti alur keilmuan secara ilmiah dan dapat pula menonjolkan suatu kekhasan.

Fungsi dari manajemen ini ada beberapa

macam, diantaranya adalah perencanaan (planning)

dan pengawasan (controlling). Perencanaan

merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi yang lain tidak akan berjalan. Perencanaan bertujuan untuk memikirkan apa yang akan dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang dan tujuan apa yang akan dicapai dari pekerjaan tersebut. Sementara itu pengawasan

(controlling) merupakan proses pengendalian untuk

memastikan suatu pekerjaan sesuai atau tidaknya dengan rencana yang telah ditetapkan.

(9)

Dalam hubungannya dengan faktor penyebab kenakalan siswa di SMP Negeri 1 Lembah Melintang ini, kedua fungsi dari teori manajemen tersebut ikut terlibat. Dalam fungsi perencanan

(planning), terlihat bahwa kenakalan yang dilakukan

oleh siswa di SMP ini sudah terencana terlebih dahulu karena hal itu datangnya dari dalam diri siswa (faktor internal) seperti adanya keinginan dari diri siswa untuk bolos sekolah, sering terlambat masuk, meribut, merokok, dan sebagainya. Sedangkan untuk

fungsi pengawasan (controlling), terlihat bahwa

kenakalan yang dilakukan oleh siswa di SMP Negeri 1 Lembah Melintang ini salah satunya disebabkan oleh kurangnya pengawasan dan perhatian dari orang tua mereka.

Tindakan yang dilakukan Kepala Sekolah dalam Mengurangi Tingkat Kenakalan Siswa

Teori manajemen yang dikemukan oleh Max Weber menjelaskan bahwa manajemen merupakan rangkaian berbagai kegiatan wajar yang dilakukan seseorang berdasarkan norma-norma yang telah ditetapkan dan dalam pelaksanaanya memiliki hubungan yang saling berkaitan dengan yang lainnya. Hal tersebut dilaksanakan oleh orang atau beberapa orang yang ada dalam organisasi dan diberi tugas untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

Dalam kaitannya dengan tindakan yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam mengurangi tingkat kenakalan siswa di SMP Negeri 1 Lembah Melintang ini, penulis mengacu pada fungsi-fungsi dari manajemen, yaitu:

Perencanaan (planning)

Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan dari suatu instansi dan cara terbaik untuk

memenuhi tujuan tersebut. Dalam hal ini,

sebelumnya kepala sekolah telah merencanakan cara untuk mengurangi tingkat kenakalan siswa di SMP Negeri 1 Lembah Melintang yaitu dengan membuat aturan-aturan yang tertuang dalam tata tertib sekolah.

Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian dilakukan untuk

mempermudah dalam melakukan pengawasan serta menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakan, dan bagaimana tugas tersebut dikerjakan. Dalam hal ini, kepala sekolah mengaharapkan siapa saja yang ada disekolah menjalan tugas dan kewajibannya sesuai dengan apa yang diharapkan.

Pengarahan (actuating)

Pengarahan dilakukan untuk mengarahkan seseorang untuk mengerjakan sesuatu yang telah menjadi kewajiban bagi dirinya. Dalam hal ini, sekolah sekolah telah mengarahkan siswa untuk selalu mentaati peraturan sekolah untuk mengurangi tingkat kenakalan siswa. Hal itu dilakukan dengan

memberikan pembinaan mental seperti menceramahi dan manasehati siswa, memotivasi serta memberikan

pembinaan melalui kegiatan keagamaan dan

penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan oleh pihak sekolah.

Pengawasan (controlling)

Pengawasan merupakan proses pengendalian dan pengambilan tindakan untuk memastikan suatu pekerjaan sesuai atau tidaknya dengan apa yang diharapkan. Dalam mengurangi tingkat kenakalan siswa di SMP Negeri 1 Lembah Melintang ini, sekolah sekolah memberikan pengawasan serta pengambilan tindakan dengan memberikan sanksi terhadap siswa-siswa yang melanggar aturan sekolah atau siswa yang melakukan tindakan kenakalan. KESIMPULAN

1. Kesimpulan

Beberapa hal yang bisa disimpulkan dari penelitian ini adalah Faktor penyebab kenakalan siswa di SMP Negeri 1 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat terdiri dari 2 faktor yaitu: Faktor dari dalam diri siswa (faktor internal)

Merupakan faktor yang muncul berdasarkan dorongan dan rasa ingin tahu serta mencoba sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Adapun faktor internal kenakalan siswa di SMP Negeri 1 Lembah Melintang ini yaitu: keinginan dari diri sendiri, motivasi belajar yang kurang, dan kurangnya disiplin diri.

Faktor dari luar diri (faktor eksternal)

Faktor dari luar diri yang menyebabkan siswa SMP Negeri 1 Lembah Melintang melakukan kenakalan adalah pengaruh teman sebaya, pengaruh lingkungan sekitar, dan kurangnya perhatian orang tua. Tindakan yang dilakukan kepala sekolah untuk mengurangi tingkat kenakalan siswa, diantaranya adalah:

Pembinaan mental karena dengan pembinaan mental siswa dapat membenahi sikap dan perilakunya sehingga siswa mengurangi kenakalannya.

Meningkatkan sanksi dan memotivasi siswa karena dengan meningkatkan sanksi dan motivasi terhadap siswa dapat mentaati peraturan yang diberikan kepala sekolah. Dengan pemberian sanksi dan motivasi tersebut membuat siswa lebih bisa menghargai kepala sekolah dan guru di sekolah.

1. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat diusulkan beberapa saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan terutama bagi peneliti selanjutnya, sekolah, kepala sekolah, siswa, guru, orang tua dan peneliti selanjutnya.

(10)

Peneliti selanjutnya : Bagi peneliti selanjutnya dapat memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan,

sehingga kedepannya dapat menyempurnakan

referensi bagi peneliti selanjutnya.

Sekolah : bagi sekolah hendaknya dapat mengarahkan siswa kearah yang lebih baik dan lebih memberi sanksi yang tegas kepada siswa yang melanggar aturan sekolah. Sekolah juga seharusnya mampu mencarikan alternative untuk penyaluran bakat siswa supaya tidak terjerumus kedalam kenakalan siswa dan sekolah juga harus melakukan penyuluhan rutin bagi siswa beserta pengawasan yang tinggi.

Pimpinan Sekolah : Kepada kepala sekolah untuk lebih meningkatkan kedisiplinan sekolah agar siswa lebih teratur dalam belajar. Kepala sekolah harus lebih tegas lagi dalam menerapkan semua peraturan yang telah ditetapkan sekolah agar semua guru maupun siswa harus mematuhi semua peraturan yang ada.

Siswa: Seharusnya siswa harus lebih sadar mengenai

kenakalan yang dilakukannya. Agar mampu

mencapai prestasi yang baik dan menjanjikan bagi masa depannya.

Guru (wali kelas) : Seharusnya guru lebih aktif dalam memotivasi siswa yang melakukan kenakalan Dan dapat membuat cara belajar yang lebih baik lagi agar siswa lebih semangat untuk belajar.

Orang Tua Siswa : Kepada orang tua siswa sebaiknya lebih bisa mengontrol segala aktifitas dan perilaku yang dilakukan anak dan mengawasi lebih dalam lagi mengenai kebiasaan anak baik di luar

lingkungan maupun di dalam lingkungan

kesehariannya agar tidak terjerumus kedalam hal-hal yang negatif.

Guru BK : Seharusnya guru bk lebih bisa menggarahkan dan memotivasi siswa agar siswa tidak terjerumus kedalam kenakalan siswa, motivasi dan penggarahan dari guru BK sangat besar pengaruhnya terhadap pola perilaku siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran.

Bandung: CV. Alphabeta.

Linda. 2002. Penegakan Disiplin Sisa Di SMU

Negeri 12 Padang. Padang: Skripsi

Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Ilmu-Ilmu

Sosial UNP.

Narwoko dan Bagong. 2007. Sosiologi Teks

Pengantar Dan Terapan. Jakarta:Kencana.

Suwarniyati, Sartono. 1985. Pengukuran Sikap

Masyarakat terhadap Kenakalan Remaja

di DKI Jakarta, laporan penelitian. Jakarta:UI.

Wilis, Sofyan S. 2011. Konseling Keluarga.

Referensi

Dokumen terkait

motivasi berprestasi pada remaja yang tinggal di Panti Asuhan.

Dalam percobaan yang dilakukan selama Praktek Uji Kopetensi Lapangan (PUKL) pada tanggal 23-24 Febuari 2015, akan ditentukan salinitas dalam sample air laut

Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah jenis kejahatan kekerasan terhadap wanita di kota Padang dalam kurun waktu 2002 -2003 antara lain ;

d. Wilayah Kerja Jambi Merang JOB Pertamina - Talisman Jambi Merang. Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi wajib mengambil langkah-Iangkah guna

Semua resiko di tempat anda bekerja adalah tantangan yang harus anda hadapi setiap saat. Anda mengetahui setiap resiko di tempat kerja yang dapat menyebabkan

Selain itu, penelitian Prastiya (2016) memperlihatkan tingkat kepuasan pemustaka perlu untuk diukur dengan melakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar manfaat

Pembahasan masalah perlu dilakukan untuk memfokuskan penelitian, mencegah terlalu luasnya pembahasan dan mencegah terjadinya salah interpretasi atas kesimpulan yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan yang positif dan signifikan antara aktivitas belajar di dalam kelas dengan prestasi belajar akuntansi dengan koefisien