• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. harus adanya pemisahan tanggung jawab antara prinsipal dan agen. Prinsipal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. harus adanya pemisahan tanggung jawab antara prinsipal dan agen. Prinsipal"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB BABBABBAB IIII PENDAHULUAN PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN

1.1 1.1 1.1

1.1 LatarLatarLatarLatar BelakangBelakangBelakangBelakang MasalahMasalahMasalahMasalah

Teori keagenan (agency theory) adalah teori yang menyatakan mengenai harus adanya pemisahan tanggung jawab antara prinsipal dan agen. Prinsipal merupakan pihak yang memberikan otoritasnya kepada agen. Agen adalah pihak manajemen atau pihak yang diberikan otoritas untuk mengelola perusahaan oleh prinsipal. Teori keagenan didasarkan pada hubungan kontrak antara pemegang saham/pemilik dan manajemen/manajer. Hubungan antara kedua pihak ini pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya kepentingan masing-masing yang saling bertentangan (Conflict of Interest).

Pertentangan dan tarik menarik kepentingan antara prinsipal dan agen dapat menimbulkan permasalahan yang dalam teori ini dikenal sebagai Asymmetric Information (AI) (Arifin, 2007). Asymmetric Information (AI) yaitu informasi yang tidak seimbang yang disebabkan karena adanya distribusi informasi yang tidak sama yang terkait dengan transaksi bisnis (Astika, 2011:4). Ketergantungan pihak eksternal pada angka akuntansi, memberikan celah kepada manajer untuk mencari keuntungan sendiri dan tingkat AI yang tinggi menyebabkan manajer untuk memanipulasi kerja yang akan dilaporkan untuk kepentingan diri sendiri.

Pertanggungjawaban berupa laporan keuangan perusahaan tiap periode tertentu diberikan agen kepada prinsipal. Oleh karena hal tersebut, timbul rasa

(2)

keraguan terhadap agen. Untuk mengurangi rasa keraguan terhadap agen, jasa akuntan publik diperlukan untuk menanggulangi permasalahan tersebut dengan menyatakan kewajaran atas laporan keuangan yang dibuat agen. Audit ini juga dilakukan guna memenuhi kebutuhan pengguna laporan keuangan informasi seperti, investor, kreditor, calon kreditor dan lembaga pemerintah (Boyton & Kell, 2006:16 dalam Suseno, 2013).

Akuntan publik adalah akuntan yang menjalankan pekerjaan di bawah suatu kantor akuntan publik yang memberikan jasa auditing profesional kepada klien (Abdul Halim, 2008:12). Berdasarkan SK. Menkeu No. 470KMK.017/1999 dalam Abdul Halim (2008:14) menyatakan bahwa Kantor Akuntan Publik yang selanjutnya disebut KAP adalah lembaga yang memiliki ijin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam menjalankan pekerjaannya. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit kepatuhan dan audit laporan keuangan. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan (Mulyadi, 2009:4).

Informasi yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan dapat digunakan sebagai dasar untuk pembuatan keputusan, maka bagian akuntansi dituntut untuk dapat menyajikan informasi yang memiliki relevansi, reliabilitas, daya uji, netralitas, dan disajikan dengan tepat (Kieso, dkk, 2008:36). Seorang akuntan (auditor) dalam proses audit memberikan opini kewajaran dengan judgment yang

(3)

didasarkan pada kejadian masa lalu, sekarang, dan yang akan datang (Jamilah, dkk, 2007). Kewajaran atas laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan sangat bermanfaat bagi pihak intern dan ekstern perusahaan. Pihak intern perusahaan yaitu manajemen dan semua orang yang terlibat langsung dalam kegiatan perusahaan. Manajemen memerlukan informasi keuangan untuk pengambilan keputusan, mengetahui keadaan keuangan perusahaan serta memudahkan dalam pengelolaan perusahaan. Pihakeksternperusahaan antara lain investor, kantor pajak, kreditor, dan pihak-pihak lain yang tidak terlibat langsung dalam kegiatan perusahaan tapi memiliki kepentingan untuk mengetahui prospek perusahaan dimasa yang akan datang.

Keberadaan auditor juga tidak terlepas dari adanya kebutuhan manajemen akan transparasi dan pertanggungjawaban atas kinerja perusahaan. Auditor harus mampu berperan menjadi mediator bagi perbedaan-perbedaan kepentingan antar berbagai pelaku bisnis dan masyarakat. Agar mampu menjalankan peran tersebut, auditor harus selalu menjaga mutu jasa yang diberikannya dan menjaga independensi, integritas, dan objektivitas profesinya.

Pentingnya peran profesi akuntan publik serta beragamnya pengguna jasa, menyebabkan jasa profesi akuntan publik harus dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan tersebut. Baik atau tidaknya pertanggungjawaban yang diberikan tergantung dari kinerja auditor. Kinerja auditor adalah kemampuan dari seorang auditor menghasilkan temuan atau hasil pemeriksaan dari kegiatan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan yang dilakukan dalam satu tim pemeriksaan (Yanhari, 2007).

(4)

Kompetensi seorang auditor tidak hanya dilihat dari segi teknis tapi juga dari segi etika (Fortin and Martel, 1997 dalam Cathy dan Christine, 2011). Kepercayaan pengguna informasi terhadap kinerja dan kualitas jasa akuntan publik akan semakin tinggi apabila profesi tersebut dilaksanakan dengan profesional. Brooks (2010) dalam Dian Agustia (2011) menyatakan bahwa profesi merupakan kombinasi yang mengutamakan kewajiban dan hak yang ada dalam suatu organisasi. Kondisi professional dari seorang auditor dilihat berdasarkan caranya dalam mengambil tindakan dan menentukan sebuah keputusan.

Menurut Hudiwinarsih (2010) sikap profesional sering dinyatakan dalam literatur, profesionalisme berarti bahwa orang bekerja secara profesional. Profesionalisme mengacu pada perilaku, tujuan, atau kualitas yang memberi karakteristik atau menandai suatu profesi atau orang yang profesional. Profesionalisme meliputi kemampuan penguasaan baik secara teknis, maupun secara teoritis bidang keilmuan dan keterampilan yang berhubungan dengan tugasnya sebagai pemeriksa. Auditor yang memiliki pandangan profesionalisme yang tinggi akan memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh para pengambil keputusan baik pihak internal ataupun eksternal perusahaan. Profesi akuntan merupakan profesi kepercayaan yang hanya dapat bertahan jika dapat menjaga dan memegang teguh amanat yang diberikan oleh masyarakat. Untuk dapat menjaga amanat tersebut dapat dilakukan dengan profesionalisme yang tinggi serta didukung moral dan etika. Bandar Wira Putra (2012) dalam penelitiannya di BPK RI Perwakilan Provinsi Bali menyatakan profesionalisme tidak terbukti berpengaruh terhadap kinerja auditor. Namun, Dinata Putri (2013)

(5)

menyatakan profesionalisme berpengaruh positif terhadap kinerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di Bali.

Dalam menjalankan profesinya akuntan publik juga dituntut untuk memiliki prinsip dan moral, serta perilaku etis yang sesuai dengan etika. Munawir (2008) mendefinisikan etika secara umum sebagai seperangkat prinsip moral atau nilai. Memahami peran perilaku etis seorang auditor dapat memiliki efek yang luas pada bagaimana bersikap terhadap klien mereka agar dapat bersikap sesuai dengan aturan akuntansi berlaku umum (Curtis et al., 2012). Usaha-usaha yang dilakukan untuk mendukung profesionalitas akuntan dalam melaksanakan dan meningkatkan kepercayaan masyarakat yaitu dengan disusun dan disahkannya kode etik Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI), aturan etika Kompartemen Akuntan Publik, Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) dan standar pengendalian mutu auditing yang merupakan acuan yang baik untuk mutu auditing (Jati, 2009). Prinsip-prinsip etika yang dirumuskan Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan dianggap menjadi kode etik perilaku akuntan Indonesia adalah (1) tanggung jawab, (2) kepentingan masyarakat, (3) integritas, (4) obyektifitas dan independen, (5) kompetensi dan ketentuan profesi, (6) kerahasiaan, dan (7) perilaku profesional. Penelitan yang dilakukan Gabritha Floretta (2014) menyatakan bahwa etika profesi berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta dan Dinata Putri (2013) dalam penelitiannya di Kantor Akuntan Publik di Bali menyatakan etika profesi berpengaruh positif terhadap kinerja auditor.

(6)

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 210 (PSA No. 04) menegaskan perlunya pendidikan dan pengalaman memadai dalam bidang auditing sebagai syarat utama untuk melakukan audit. Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus mengikuti pelatihan teknis yang cukup (IAI 2004). Pelatihan bisa diselenggarakan oleh organisasi profesi atau dilakukan secara mandiri oleh kantor akuntan publik terhadap staf auditor. Pelatihan ini harus cukup mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Program pelatihan mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam peningkatan keahlian kerja auditor. Eynon et al. (1997) menyatakan bahwa pelatihan dibutuhkan untuk membangun akuntan sukses. Ini juga mendukung pernyataan Boner (1994) yang menyatakan bahwa pengalaman yang di dapat dari program khusus, dalam hal ini diiringi dengan program pelatihan memiliki efek yang lebih dalam meningkatkan keahlian dibandingkan program tradisional, dalam hal ini hanya dengan kurikulum tanpa pelatihan. Jamilah Lubis (2008) dalam penelitiannya di Inspektorat Provinsi Sumatera Utara menyatakan terdapat pengaruh yang positif dari pelatihan terhadap kinerja auditor dan penelitian yang dilakukan Adinda (2011) pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta menunjukkan bahwa variabel pelatihan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor junior.

Keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi diketahui setelah dilakukan suatu pengukuran terhadap organisasi yang bersangkutan. Pengukuran atau penilaian kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya (Mahsun, dkk, 2007:157).

(7)

Kualitas kerja auditor dinilai dengan melihat respon yang akurat yang diberikan oleh auditor untuk setiap tugas audit yang dilakukan (Ria Nelly, dkk, 2010). Kinerja auditor merupakan hasil kerja yang dicapai oleh auditor dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tangung jawab yang diberikan kepadanya, dan menjadi salah satu tolak ukur yang digunakan untuk menentukan apakah suatu pekerjaan yang dilakukan akan baik atau sebaliknya. Kinerja auditor menjadi perhatian utama, baik bagi klien ataupun publik, dalam menilai hasil audit yang dilakukan.

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang diuraiankan di atas memiliki beberapa perbedaan pendapat dan tempat dilakukannya penelitian dengan variabel yang sama, hal ini menyebabkan ketertarikan penulis melakukan penelitian mengenai Profesionalisme, Etika Profesi dan Pelatihan Auditor serta pengaruhnya terhadap Kinerja Auditor Kantor Akuntan Pubik di Bali apakah berlaku sama dengan tempat penelitian-penelitian terdahulu dengan mengambil judul: """"PengaruhPengaruhPengaruhPengaruh Profesionalisme,Profesionalisme,Profesionalisme,Profesionalisme, EtikaEtikaEtika ProfesiEtika ProfesiProfesiProfesi dandandandan PelatihanPelatihanPelatihanPelatihan AuditorAuditorAuditorAuditor Terhadap

Terhadap Terhadap

Terhadap KinerjaKinerjaKinerjaKinerja AuditorAuditorAuditorAuditor PadaPadaPadaPada KantorKantorKantor AkuntanKantorAkuntanAkuntanAkuntan PublikPublikPublikPublik DiDiDiDi Bali"Bali"Bali"Bali"

1.2 1.2 1.2

1.2 RumusanRumusanRumusanRumusan MasalahMasalahMasalahMasalah PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1) Bagaimanakah pengaruh profesionalisme terhadap kinerja auditor ? 2) Bagaimanakah pengaruh etika profesi terhadap kinerja auditor ? 3) Bagaimanakah pengaruh pelatihan auditor terhadap kinerja auditor ?

(8)

1.3 1.3 1.3

1.3 TujuanTujuanTujuanTujuan PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh profesionalisme, etika profesi, dan pelatihan auditor terhadap kinerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di Bali.

1.4 1.4 1.4

1.4 KegunaanKegunaanKegunaanKegunaan PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian

Adapun kegunaan yang diharapkan dapat diperoleh melalui pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Kegunaan teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan wawasan di lingkungan akademis. Selain itu diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan khususnya mengenai pengaruh profesionalisme, etika profesi, dan pelatihan auditor terhadap kinerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di Bali.

2) Kegunaan praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bahan pertimbangan dan masukan bagi pihak Kantor Akuntan Publik di Bali dalam meningkatkan kinerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di Bali.

(9)

1.5 1.5 1.5

1.5 SistematikaSistematikaSistematikaSistematika PenulisanPenulisanPenulisanPenulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yaitu sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini merupakan pendahuluan, diuraikan mengenai latar belakang, pokok permasalahan, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

Bab ini merupakan kajian pustaka terdiri dari landasan teori, pembahasan hasil penelitian sebelumnya, dan hipotesis. Landasan teori menjelaskan mengenai Teori Keagenan, Pengertian Audit, Jenis Audit, Manfaat Audit, Jenis-Jenis Auditor, Kinerja Auditor, Profesionalisme, Etika Profesi dan Pelatihan Auditor

Bab III Metode Penelitian

Bab ini merupakan metode penelitian yang terdiri dari desain penelitian, lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini terdiri dari gambaran umum daerah penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

(10)

Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini merupakan penutup terdiri dari simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian serta saran-saran yang dipandang perlu atas simpulan yang dikemukakan.

Referensi

Dokumen terkait

Alat Analisis : Regresi Linier Berganda Variabel Dependen : Keputusan Pembelian Variabel Independen : Produk, Harga, Promosi, Tempat, Partisipan, Proses, Bukti Fisik Variabel

ukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai apa yang harus terjadi dengan harta kekayaan seseorang yang telah meninggal dunia, dengan perkataan lain mengatur peralihan

Gambar ini menjelaskan bahwa Frekuensi yang diloloskan adalah frekuensi dari (10-100Hz) Rencanakan filter digital low-pass non recursive yang mempunyai karakteristik

Pada halaman lihat data uji terdapat button prediksi yang digunakan untuk menampilkan hasil prediksi data testing sesuai dengan perhitungan data training yang

menciptakan mode dan menganggap bahwa seni berbusana adalah kebututran untuk mengekspresikan jati diri seseorang, hal ini dapat dilihat dengan citra

Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini sangat penting untuk diteliti, sebab penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wu (2011) tentang bagaimana pengaruh efek

Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga terhadap Kejadian Diare pada Balita 12-60 Bulan di Desa Kedung

Dalam kelompok kedua, visi PMD adalah membangun alignment dengan kekuatan lain di kawasan regional yang dapat menunjang posisi strategis dan kepentingan nasional Indonesia