BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan sebuah faktor sangat penting yang harus
dilakukan perusahaan dalam hal yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan konsumen. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan
pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya, untuk berkembang, dan mendapatkan laba seperti yang diharapkan,
serta dapat memberikan kepuasan kepada konsumen sehingga konsumen
mempunyai pandangan yang baik terhadap perusahaan dan usaha yang dirintis
perusahaanpun akan tetap berjalan sesuai harapan.
Arti pemasaran sering disebut dengan pengertian-pengertian
penjualan, perdagangan dan distribusi, padahal isitilah-istilah tersebut hanya
merupakan satu bagian dari kegiatan pemasaran secara keseluruhan. Proses
pemasaran itu dimulai sejak sebelum barang-barang diproduksi, dan berakhir
dengan penjualan.
Pemasaraan adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan
bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat
memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli
potensial (Dharmmesta dan Handoko, 2008).
untuk merencanakan, memberi harga, mempromosikan dan mendistribusikan
jasa serta barang-barang pemuas keinginan pasar.”
Definisi diatas mempunyai beberapa pengertian penting mengingat : 1. Ini adalah definisi sistem yang manajerial.
2. Seluruh sistem dari kegiatan bisnis harus berorientasi pasar atau
konsumen. Keinginan konsumen diketahui dan dipuaskan secara efektif.
3. Pemasaran adalah proses bisnis yang dinamis karena merupakan sebuah
proses integral yang menyeluruh dan bukan gabungan aneka fungsi dan
pranata yang terurai. Pemasaran bukan kegiatan tunggal atau kegiatan
gabungan, pemasaran adalah hasil interaksi dari berbagai kegiatan.
4. Program pemasaran dimulai dengan sebutir gagasan produk dan tidak
terhenti sampai keinginan konsumen benar-benar terpuaskan mungkin
beberapa waktu setelah penjualan dilakukan.
5. Untuk memperoleh keberhasilan dalam pemasaran perusahaan harus
memaksimalkan penjualan yang menghasilkan laba dalam jangka panjang.
B. Merek (Brand)
Merek saat ini telah menjadi aset perusahaan yang paling bernilai.
Selain sangat membantu dalam penetrasi pasar, merek yang kuat juga dapat
menciptakan loyalitas. Perusahaan atau produk yang memiliki merek yang kuat
cenderung lebih mudah memenuhi kebutuhan dan keinginan sesuai dengan
persepsi konsumen (Susanto, 2008).
membedakan (seperti logo, cap atau kemasan), yang membedakannya dari
barang atau jasa yang dihasilkan oleh kompetitor, serta melindungi konsumen
maupun produsen dari para kompetitor yang berusaha memberikan
produk-produk yang tanpa identik.
Ferrinadewi (2008) berpendapat bahwa “Merek adalah nama, istilah,
tanda, simbol, desain atau kombinasi keseluruhannya, yang ditujukan untuk
mengidetifikasikan barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan sekaligus sebagai diferensiasi produk”.
Merek memberi banyak manfaat bagi konsumen diantaranya membantu
konsumen dalam mengidentifikasi manfaat yang ditawarkan dan kualitas
produk. Konsumen lebih mempercayai produk dengan merek tertentu daripada
produk tanpa merek meskipun manfaat yang ditawarkan serupa.
Menurut Ferrinadewi (2008) merek menawarkan 2 jenis manfaat yaitu
manfaat fungsional dan manfaat emosional. Manfaat fungsional mengacu pada
kemampuan fungsi produk yang ditawarkan. Sedangkan manfaat emosional
adalah kemampuan merek untuk membuat penggunaannya merasakan sesuatu
selama proses pembelian atau selama konsumsi.
Heggelson & Suphelen, 2004 yang dikutip oleh Ferrinadewi (2008)
manfaat lain yang ditawarkan merek kepada konsumen adalah manfaat
simbolis mengacu pada dampak psikologi yang akan diperoleh konsumen
ketika ia menggunakan merek tersebut artinya merek tersebut akan
mengkomunikasikan siapa dan apa konsumen pada konsumen lain. Ketika
tersebut artinya konsumen akan membawa serta citra dari pengguna sekaligus
karakteristik merek itu sendiri.
C. Brand Awareness (Kesadaran Merek)
Aaker dalam Handayani (2010), mendefinisikan kesadaran merek
adalah kemampuan dari konsumen potensial untuk mengenali atau mengingat
bahwa suatu merek termasuk ke dalam kategori produk tertentu. Brand
awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali,
mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk
tertentu (Durianto, 2004).
Kemampuan konsumen untuk mengenali atau mengingat merek suatu
produk berbeda tergantung tingkat komunikasi merek atau persepsi konsumen
terhadap merek produk yang ditawarkan. Kesadaran merek merupakan elemen
ekuitas yang sangat penting bagi perusahaan karena kesadaran merek dapat
berpengaruh secara langsung terhadap ekuitas merek. Apabila kesadaran
konsumen terhadap merek rendah, maka dapat dipastikan bahwa ekuitas
mereknya juga akan rendah.
Berikut adalah tingkatan brand awareness yang dikemukakan oleh
(Handayani, 2010) :
1. Unware of brand
Pada tahapan ini, konsumen merasa ragu atau tidak yakin apakah sudah
mengenal merek yang disebutkan atau belum. Tingkatan ini yang harus
2. Brand recognition
Pada tahapan ini, konsumen mampu mengidentifikasi merek yang
disebutkan. 3. Brand recall
Pada tahapan ini, konsumen mampu mengingat merek tanpa diberikan
stimulus.
4. Top of mind
Pada tahapan ini konsumen mengingat merek sebagai yang pertama kali
muncul di pikiran saat berbicara mengenai kategori produk tertentu.
Kesadaran merek akan sangat berpengaruh terhadap ekuitas suatu
merek. Kesadaran merek akan memengaruhi persepsi dan tingkah laku
seorang konsumen. Oleh karena itu meningkatkan kesadaran konsumen
terhadap merek merupakan prioritas perusahaan untuk membangun ekuitas
merek yang kuat.
Durianto (2004) mengungkapkan bahwa tingkat kesadaran konsumen
terhadap suatu merek dapat ditingkatkan melalui berbagai upaya sebagai
berikut:
1. Suatu merek harus dapat menyampaikan pesan yang mudah diingat oleh
para konsumen. Pesan yang disampaikan harus berbeda dibandingkan
merek lainnya. Selain itu pesan yang disampaikan harus memiliki
hubungan dengan merek dan kategori produknya.
2. Perusahaan disarankan memakai jingle lagu dan slogan yang menarik agar
3. Simbol yang digunakan perusahaan sebaiknya memiliki hubungan dengan
mereknya.
4. Perusahaan dapat menggunakan merek untuk melakukan perluasan
produk, sehingga merek tersebut akan semakin diingat oleh konsumen.
5. Perusahaan dapat memperkuat kesadaran merek melalui suatu isyarat yang
sesuai dengan kategori produk, merek, atau keduanya.
6. Membentuk ingatan dalam pikiran konsumen akan lebih sulit
dibandingkan dengan memperkenalkan suatu produk baru, sehingga
perusahaan harus selalu melakukan pengulangan untuk meningkatkan
ingatan konsumen terhadap merek.
D. Brand Image (Citra Merek)
Komunikasi pemasaran adalah cara yang digunakan perusahaan
terutama oleh para pemasar untuk menginformasikan, mempersuasi dan
mengingatkan konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung
mengenai produk dan merek yang mereka jual. Komunikasi pemasaran
merupakann suatu yang dapat mewakili merek dan ini digunakan untuk
membangun dialog dan hubungan dengan konsumen.
Pengertian brand image menurut Fandy Tjiptono (2005) adalah
deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu.
Brand image itu sendiri memiliki arti kepada suatu pencitraan sebuah produk
dibenak konsumen secara masal. Setiap orang akan memiliki pencitraan yang
Menurut Kotler (2005) brand image yang efektif dapat mencerminkan
tiga hal, yaitu :
a) Membangun karakter produk dan memberikan value proposition.
b) Menyampaikan karakter produk secara unik sehingga berbeda dengan para
pesaingnya.
c) Member kekuatan emosional dari kekuatan rasional.
Menurut Susanto dan Wijanarko (2004) brand image adalah
seperangkat aset dan reliabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek,
nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan
oleh suatu barang atau jasa kepada perusahaan atau pelanggan.
Brand image terdiri dari 2 komponen yaitu brand association (asosiasi
merek) dan favorability, strenght & uniqueness of brand association (sikap
positif, kekuatan dan keunikan merek).
Konsumen dapat membuat asosiasi merek berdasarkan atribut produk,
manfaat produk dan keseluruhan evaluasinya atau sikapnya terhadap merek.
Konsumen dapat membuat asosiasi berdsarkan atribut yang berkaitan dengan
produk misalnya harga dan kemasan atau atribut yang berhubuangn dengan
produk misalnya warna, ukuran, desain dan fitur-fitur lain. Asosiasi juga
dapat diciptakan berdasarkan manfaat produk.
Sikap positif (favorability) dan keunikan asosiasi merek terdiri dari 3
hal dalam benak konsumen yaitu adanya keinginan, kemudian keyakinan
adalah keyakinan konsumen bahwa merek tersebut memiliki perbedaan yang
signifikan dibandingkan merek lainnya.
Kekuatan asosiasi merek ditentukan dari pengalaman langsung
konsumen dengan merek, pesan-pesan yang sifatnya non komersial maupun
yang sifatnya komersial. Pada awalnya, asosiasi merek dibentuk dari
kombinasi natara kuantitas perhatian konsumen pada merek dan ketika
konsumen menemukan relevansi juga konsistensi antara konsep dirinya
dengan merek.
Seringkali ini menjadi lebih luas seperti adanya store image, product
image dan corporte image. Menurut Stern (2001) yang dikutip oleh
Ferrinadewi (2008) terdapat beberapa aspek yang membuat brand image
menjadi begitu bervariasi yaitu :
1. Dimana letak citra/image artinya apakah citra tersebut berada dalam benak
konsumen atau memang pada objeknya.
2. Sifat alaminya artinya apakah citra tersebut mengacu pada aprose, bentuk
atau sebuah transaksi.
3. Jumlahnya artinya berapa banyak dimensi yang membentuk citra.
Sebagai contoh, brand image dan store image memiliki persamaan
dalam hal letak citranya artinya kedua konsep ini mengacu pada letak citra
ada pada obyeknya dan ada pada benak konsumen, tetapi berbeda dengan
corporate image karena letak citranya ada pada objeknya saja bukan dalam
E. Accessibility (Aksesibilitas)
Aksesibilitas adalah hal yang mudah dicapai atau diakses oleh semua
orang baik itu pembeli potensial ataupun pembeli non potensial. Artinya
aksesibilitas tidak hanya sekedar kesediaan segala sesuatu, namun juga
kesediaan yang mudah dicapai atau diakses.
Menurut Susantono (2004) aksesibilitas adalah suatu ukuran potensial
atau kemudahan orang untuk mencapai tujuan dalam suatu perjalanan.
Kenyamanan merek memiliki dampak yang signifikan terhadap pilihan merek
konsumen. Dengan kata lain, akses mudah ke merek di toko sangat penting
ketika membeli produk apapun. Aksesibilitas adalah suatu ukuran
kenyamanan atau kemudahan lokasi tata guna lahan untuk berinteraksi satu
sama lain, dan mudah atau sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui
transportasi.
F. Emotional Connection (Ikatan Emosional)
Ikatan emosional konsumen terhadap merek yaitu berasal dari
perasaan dan sikap positif dari pribadi seseorang yang ditujukan terhadap
produk atau merek tertentu secara keseluruhan (Soutar dan Sweeney, 2008).
Keputusan pemilihan yang dilakukan oleh konsumen akan mudah dipengaruhi
jika konsumen telah memiliki perasaan pribadi yang positif, yaitu menyukai
produk atau merek tertentu, dan percaya bahwa produk tersebut telah sesuai
dengan keinginannya, serta memiliki perasaan bangga pada suatu produk atau
G. Brand Choice (Keputusan Pemilihan)
Keputusan pemilihan dalam penelitian ini diasumsikan sebagai
keputusan didalam melakukan pembelian. Keputusan (decision) berarti pilihan
(choice), yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Dengan adanya
berbagai pilihan yang ditawarkan konsumen dapat mengambil keputusan yang
terbaik dari yang ditawarkan.
Keputusan pembeliaan merupakan salah satu komponen utama dari
perilaku konsumen, suatu keputusan melibatkan pilihan di antara dua atau
lebih alternatif tindakan (perilaku). Pengertian mengenai perilaku konsumen
oleh perusahaan selaku produsen sangatlah penting dan perlu diperhatikan
lebih lanjut.
Dalam memahami perilaku konsumen, terdapat banyak pengaruh yang
mendasari seseorang dalam mengambil keputusan pembelian suatu produk
atau merek. Pada kebanyakan orang, perilaku pembelian konsumen seringkali
diawali dan dipengaruhi oleh banyaknya rangsangan (stimuli) dari luar
dirinya, baik berupa rangsangan pemasaran maupun rangsangan dari
lingkungan yang lain.
Rangsangan tersebut kemudian diproses (diolah) dalam diri, sesuai
dengan karakteristik pribadinya, sebelum akhirnya diambil keputusan
pembelian. Karakteristik pribadi konsumen yang dipergunakan untuk
memproses rangsangan tersebut sangat komplek, dan salah satunya adalah
Menurut Albari (2002) menyatakan bahwa motivasi sebagai kekuatan
dorongan dari dalam diri individu yang memaksa mereka untuk melakukan
tindakan. Jika seseorang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap objek
tertentu, maka dia akan terdorong untuk berperilaku menguasai produk
tersebut. Sebaliknya jika motivasinya rendah, maka dia akan mencoba untuk
menghindari objek yang bersangkutan.
Implikasinya dalam pemasaran adalah untuk kemungkinan orang
tersebut berminat untuk membeli produk atau merek yang ditawarkan
pemasaran atau tidak. Sejalan dengan hal tersebut keputusan pembelian dalam
penelitian ini secara kontektual dapat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi
yaitu motivasi konsumen untuk membeli. Secara rinci dapat diuraikan
tahap-tahap dari keputusan pembelian yaitu sebagai berikut:
1. Pengenalan Masalah
Proses membeli diawali saat pembeli mengenali masalah atau kebutuhan,
pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya
dengan kondisi yang diinginkan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh
rangsangan internal atau eksternal.
2. Pencarian Informasi
Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk
mencari informasi lebih banyak. Jika dorongan konsumen kuat dan objek
yang dapat memuaskan kebutuhan tersedia, maka konsumen akan
3. Evaluasi Alternatif
Bagaimana konsumen memproses informasi tentang pilihan produk untuk
membuat keputusan akhir. 4. Keputusan Pembelian
Konsumen membentuk preferensi terhadap merek-merek yang terdapat
pada perangkat pilihan, konsumen mungkin juga membentuk tujuan
membeli untuk merek yang paling disukai.
5. Perilaku Sesudah Pembelian
Sesudah pembelian terhadap suatu produk yang dilakukan konsumen akan
mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan.
H. Hasil Penelitian Terdahulu
1. Penelitian yang dilakukan oleh Anwarudin (2015) dengan judul “Analisis Pengaruh Brand Awareness, Brand Image, Accessibility dan Emotional
Connection terhadap Brand ChoiceSepeda Motor Honda di Yogyakarta”.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik accidental
sampling yaitu metode pemilihan sampel yang diambil dari anggota
populasi yang dipilih secara kebetulan sesuai tujuan tertentu. Teknik
pengumpulan data menggunakan kuesioner.
Analisis yang digunakan adalah analisa regresi berganda. Dari hasil
penelitian disimpulkan bahwa : Hasil pengujian hipotesis 1 menunjukan
bahwa X1 (Brand Awareness) berpengaruh secara positif terhadap Y
(Brand Image) berpengaruh secara positif terhadap Y (Brand Choice).
Hasil pengujian dari hipotesis 3 menunjukan bahwa X3 (Accessibility)
tidak berpengaruh secara positif terhadap Y (Brand Choice). Hasil
pengujian hipotesis 4 menunjukan bahwa X4 (Emotional Connection)
berpengaruh secara positif terhadap Y (Brand Choice).
2. Penelitian yang dilakukan oleh Aryandini (2012) dengan judul “pengaruh
brand image (citra produsen, citra konsumen, citra produk) terhadap
keputusan nasabah dalam memilih produk tabungan masa depan serta
untuk menganalisis variabel dari brand image yang paling berpengaruh
terhadap keputusan nasabah dalam memilih produk tabungan masa depan
di PT. Bank Sulselbar Cabang Utama Makassar.
Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah purposive sampling
penarikan sampel didasari kriteria yaitu nasabah memiliki rekening
tabungan masa depan dan nasabah penabung yang telah menabung lebih
dari 1 tahun.
Berdasarkan hasil pengujian regresi maka dapat diketahui bahwa variabel
yang paling besar pengaruhnya terhadap keputusan konsumen dalam
memilih produk tabungan masa depan adalah variabel citra produk,
alasannya karena memiliki nilai beta yang terbesar serta memiliki nilai
probabilitas yang terkecil dari variabel lainnya.
Dari hasil pengujian secara serempak dan secara parsial (uji t dan Uji F)
ternyata hasil penelitian membuktikan bahwa semua dimensi (citra
secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan
nasabah dalam memilih produk masa depan, sedangkan variabel dari
brand image yang paling berpengaruh terhadap keputusan nasabah dalam
memilih produk masa depan adalah citra produk.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Alfian (2013) dengan judul “Analisis pengaruh persepsi harga, kualitas prduk, aksesibilitas lokasi, dan kekuatan
referensi sosial terhadap keputusan pemilihan Rumah Makan Padang
Salero Bundo di Jakarta.
Teknik sampling yang digunakan adalah teknik Non-probability sampling
dengan pendekatan accidental sampling (pengambilan sampel berdasarkan
kebetulan). Metode analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif yaitu
analisis regresi berganda. Analisis ini meliputi : uji validitas dan reliabilitas,
uji asumsu klasik, analisis regresi berganda, pengujian hipotesis melalui uji t
dan uji f, serta analisis koefisien determinasi (R2).
Berdasarkan analisis tersebut, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut,
Y = 0,262 X1 + 0,163 X2 + 0,404 X3 + 0,225 X4
Variabel aksesibilitas lokasi memiliki pengaruh paling besar terhadap
keputusan pembelian sebesar 0,404, kemudian diikuti oleh variabel persepsi
harga sebesar 0,262, lalu diikuti oleh variabel kekuatan referensi sebesar
0,225. Sedangkan variabel kualitas produk memiliki pengaruh yang paling
rendah yaitusebesar 0,163. Pengujian hipotesis yang dilakukan menggunakan
uji t menunjukkan bahwa keempat variabel independent yaitu persepsi harga
(X1), kualitas produk (X2), aksesibilitas lokasi (X3), dan kekuatan referensi
variabel dependent yaitu keputusan pembelian (Y). Kemudian melalui uji f
dapat diketahui bahwa varibel persepsi harga, kualitas produk, aksesibilitas
lokasi, dan kekuatan referensi sosial memang layak untuk menguji variabel
dependen yaitu keputusanpembelian. Adjusted R Square menunjukkan bahwa
72,5% variasi keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh keempat variabel
independen dalm persamaan regresi berganda. Sedangkan sisanya sebesar
27,5% dijelaskan oleh variabel laindiluar keempat variabel tersebut.
I. Kerangka Pemikiran
1. Hubungan Brand Awareness terhadap Brand Choice
Kesadaran merek (brand awareness) merupakan elemen ekuitas yang
sangat penting bagi perusahaan karena kesadaran merek dapat berpengaruh
secara langsung terhadap ekuitas merek. Apabila kesadaran konsumen
terhadap merek rendah, maka dapat dipastikan bahwa ekuitas mereknya
juga akan rendah. Sehingga dalam pemilihan produk yang akan digunakan
biasanya konsumen hanya akan mengingat merek yang sudah tertanam di
benaknya.
Berdasarkan penelitian yang dilakuan oleh Anwarudin (2015)
mengungkapkan bahwa X1 (brand awareness) berpengaruh terhadap Y
(brand choice). Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian hipotesis yang
menunjukan bahwa brand awareness mempengaruhi brand choice dengan
koefisien sebesar 0,207 dengan tingkat signifikansi 0,043 < 0,05 yang
Jadi dapat di tarik hipotesis bahwa brand awareness berpengaruh
signifikan terhadap brand choice.
2. Hubungan Brand Image terhadap Brand Choice
Pengertian brand image menurut Fandy Tjiptono (2005) adalah
deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek
tertentu. Brand image itu sendiri memiliki arti kepada suatu pencitraan
sebuah produk dibenak konsumen secara masal. Setiap orang akan
memiliki pencitraan yang sama terhadap sebuah merek.
Berdasarkan penelitian yang dilakuan oleh Anwarudin (2015)
mengungkapkan bahwa X2 (brand image) berpengaruh terhadap Y (brand
choice). Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian hipotesis yang
menunjukan bahwa brand image mempengaruhi brand choice dengan
koefisien sebesar 0,267 dengan tingkat signifikansi 0,009 < 0,05 yang
artinya variabel brand image sangat berpengaruh terhadap brand choice.
Jadi dapat di tarik hipotesis bahwa brand image berpengaruh
signifikan terhadap brand choice.
3. Hubungan Accessibility terhadap Brand Choice
Menurut Susantono (2004) aksesibilitas adalah suatu ukuran potensial
atau kemudahan orang untuk mencapai tujuan dalam suatu perjalanan.
merek konsumen. Dengan kata lain, akses mudah ke merek di toko sangat
penting ketika membeli produk apapun.
Berdasarkan penelitian yang dilakuan oleh Alfian (2013)
mengungkapkan bahwa X4 (accessibility) berpengaruh terhadap Y (brand
choice). Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian hipotesis yang
menunjukan bahwa accessibility mempengaruhi brand choice dengan
koefisien sebesar 0,404 dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 yang
artinya variabel accessibility sangat berpengaruh terhadap brand choice.
Jadi dapat di tarik hipotesis bahwa accessibility berpengaruh
signifikan terhadap brand choice.
4. Hubungan Emotional Connection terhadap Brand Choice
Ikatan emosional konsumen terhadap merek yaitu berasal dari
perasaan dan sikap positif dari pribadi seseorang yang ditujukan terhadap
produk atau merek tertentu secara keseluruhan (Soutar dan Sweeney,
2008). Keputusan pemilihan yang dilakukan oleh konsumen akan mudah
dipengaruhi jika konsumen telah memiliki perasaan pribadi yang positif,
yaitu menyukai produk atau merek tertentu, dan percaya bahwa produk
tersebut telah sesuai dengan keinginannya, serta memiliki perasaan bangga
pada suatu produk atau merek yang di gunakannya.
Berdasarkan penelitian yang dilakuan oleh Anwarudin (2015)
mengungkapkan bahwa X4 (emotional connection) berpengaruh terhadap
menunjukan bahwa emotional connection mempengaruhi brand choice
dengan koefisien sebesar 0,243 dengan tingkat signifikansi 0,015 < 0,05
yang artinya variabel emotional connection cukup berpengaruh terhadap
Brand Choice.
Jadi dapat di tarik hipotesis bahwa emotional connection berpengaruh
signifikan terhadap brand choice.
Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dijelaskan dalam gambar 2.1
dibawah ini.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
J. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1 : Secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan dari brand awareness
terhadap brand choice.
H3
H4
H5 Brand Choice
(Y) Accessibility
(X3)
Emotional Connection (X4)
Brand Image (X2)
Brand Awareness (X1)
H2 : Secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan dari brand image
terhadap brand choice.
H3 : Secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan dari accessibility
terhadap brand choice.
H4 : Secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan dari emotional
connection terhadap brand choice.
H5 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari brand awareness, brand image,
emotional connection, dan accessibility secara simultan terhadap brand
choice.