• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pemasaran - ANALISIS PENGARUH BRAND AWARNESS , BRAND IMAGE , ACCESSIBILITY DAN EMOTIONAL CONECCTION TERHADAP BRAND CHOICE SEPEDA MOTOR HONDA VARIO - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pemasaran - ANALISIS PENGARUH BRAND AWARNESS , BRAND IMAGE , ACCESSIBILITY DAN EMOTIONAL CONECCTION TERHADAP BRAND CHOICE SEPEDA MOTOR HONDA VARIO - repository perpustakaan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pemasaran

Pemasaran merupakan sebuah faktor sangat penting yang harus

dilakukan perusahaan dalam hal yang berhubungan dengan pemenuhan

kebutuhan konsumen. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan

pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan

hidupnya, untuk berkembang, dan mendapatkan laba seperti yang diharapkan,

serta dapat memberikan kepuasan kepada konsumen sehingga konsumen

mempunyai pandangan yang baik terhadap perusahaan dan usaha yang dirintis

perusahaanpun akan tetap berjalan sesuai harapan.

Arti pemasaran sering disebut dengan pengertian-pengertian

penjualan, perdagangan dan distribusi, padahal isitilah-istilah tersebut hanya

merupakan satu bagian dari kegiatan pemasaran secara keseluruhan. Proses

pemasaran itu dimulai sejak sebelum barang-barang diproduksi, dan berakhir

dengan penjualan.

Pemasaraan adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan

bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,

mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat

memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli

potensial (Dharmmesta dan Handoko, 2008).

(2)

untuk merencanakan, memberi harga, mempromosikan dan mendistribusikan

jasa serta barang-barang pemuas keinginan pasar.”

Definisi diatas mempunyai beberapa pengertian penting mengingat : 1. Ini adalah definisi sistem yang manajerial.

2. Seluruh sistem dari kegiatan bisnis harus berorientasi pasar atau

konsumen. Keinginan konsumen diketahui dan dipuaskan secara efektif.

3. Pemasaran adalah proses bisnis yang dinamis karena merupakan sebuah

proses integral yang menyeluruh dan bukan gabungan aneka fungsi dan

pranata yang terurai. Pemasaran bukan kegiatan tunggal atau kegiatan

gabungan, pemasaran adalah hasil interaksi dari berbagai kegiatan.

4. Program pemasaran dimulai dengan sebutir gagasan produk dan tidak

terhenti sampai keinginan konsumen benar-benar terpuaskan mungkin

beberapa waktu setelah penjualan dilakukan.

5. Untuk memperoleh keberhasilan dalam pemasaran perusahaan harus

memaksimalkan penjualan yang menghasilkan laba dalam jangka panjang.

B. Merek (Brand)

Merek saat ini telah menjadi aset perusahaan yang paling bernilai.

Selain sangat membantu dalam penetrasi pasar, merek yang kuat juga dapat

menciptakan loyalitas. Perusahaan atau produk yang memiliki merek yang kuat

cenderung lebih mudah memenuhi kebutuhan dan keinginan sesuai dengan

persepsi konsumen (Susanto, 2008).

(3)

membedakan (seperti logo, cap atau kemasan), yang membedakannya dari

barang atau jasa yang dihasilkan oleh kompetitor, serta melindungi konsumen

maupun produsen dari para kompetitor yang berusaha memberikan

produk-produk yang tanpa identik.

Ferrinadewi (2008) berpendapat bahwa “Merek adalah nama, istilah,

tanda, simbol, desain atau kombinasi keseluruhannya, yang ditujukan untuk

mengidetifikasikan barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan sekaligus sebagai diferensiasi produk”.

Merek memberi banyak manfaat bagi konsumen diantaranya membantu

konsumen dalam mengidentifikasi manfaat yang ditawarkan dan kualitas

produk. Konsumen lebih mempercayai produk dengan merek tertentu daripada

produk tanpa merek meskipun manfaat yang ditawarkan serupa.

Menurut Ferrinadewi (2008) merek menawarkan 2 jenis manfaat yaitu

manfaat fungsional dan manfaat emosional. Manfaat fungsional mengacu pada

kemampuan fungsi produk yang ditawarkan. Sedangkan manfaat emosional

adalah kemampuan merek untuk membuat penggunaannya merasakan sesuatu

selama proses pembelian atau selama konsumsi.

Heggelson & Suphelen, 2004 yang dikutip oleh Ferrinadewi (2008)

manfaat lain yang ditawarkan merek kepada konsumen adalah manfaat

simbolis mengacu pada dampak psikologi yang akan diperoleh konsumen

ketika ia menggunakan merek tersebut artinya merek tersebut akan

mengkomunikasikan siapa dan apa konsumen pada konsumen lain. Ketika

(4)

tersebut artinya konsumen akan membawa serta citra dari pengguna sekaligus

karakteristik merek itu sendiri.

C. Brand Awareness (Kesadaran Merek)

Aaker dalam Handayani (2010), mendefinisikan kesadaran merek

adalah kemampuan dari konsumen potensial untuk mengenali atau mengingat

bahwa suatu merek termasuk ke dalam kategori produk tertentu. Brand

awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali,

mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk

tertentu (Durianto, 2004).

Kemampuan konsumen untuk mengenali atau mengingat merek suatu

produk berbeda tergantung tingkat komunikasi merek atau persepsi konsumen

terhadap merek produk yang ditawarkan. Kesadaran merek merupakan elemen

ekuitas yang sangat penting bagi perusahaan karena kesadaran merek dapat

berpengaruh secara langsung terhadap ekuitas merek. Apabila kesadaran

konsumen terhadap merek rendah, maka dapat dipastikan bahwa ekuitas

mereknya juga akan rendah.

Berikut adalah tingkatan brand awareness yang dikemukakan oleh

(Handayani, 2010) :

1. Unware of brand

Pada tahapan ini, konsumen merasa ragu atau tidak yakin apakah sudah

mengenal merek yang disebutkan atau belum. Tingkatan ini yang harus

(5)

2. Brand recognition

Pada tahapan ini, konsumen mampu mengidentifikasi merek yang

disebutkan. 3. Brand recall

Pada tahapan ini, konsumen mampu mengingat merek tanpa diberikan

stimulus.

4. Top of mind

Pada tahapan ini konsumen mengingat merek sebagai yang pertama kali

muncul di pikiran saat berbicara mengenai kategori produk tertentu.

Kesadaran merek akan sangat berpengaruh terhadap ekuitas suatu

merek. Kesadaran merek akan memengaruhi persepsi dan tingkah laku

seorang konsumen. Oleh karena itu meningkatkan kesadaran konsumen

terhadap merek merupakan prioritas perusahaan untuk membangun ekuitas

merek yang kuat.

Durianto (2004) mengungkapkan bahwa tingkat kesadaran konsumen

terhadap suatu merek dapat ditingkatkan melalui berbagai upaya sebagai

berikut:

1. Suatu merek harus dapat menyampaikan pesan yang mudah diingat oleh

para konsumen. Pesan yang disampaikan harus berbeda dibandingkan

merek lainnya. Selain itu pesan yang disampaikan harus memiliki

hubungan dengan merek dan kategori produknya.

2. Perusahaan disarankan memakai jingle lagu dan slogan yang menarik agar

(6)

3. Simbol yang digunakan perusahaan sebaiknya memiliki hubungan dengan

mereknya.

4. Perusahaan dapat menggunakan merek untuk melakukan perluasan

produk, sehingga merek tersebut akan semakin diingat oleh konsumen.

5. Perusahaan dapat memperkuat kesadaran merek melalui suatu isyarat yang

sesuai dengan kategori produk, merek, atau keduanya.

6. Membentuk ingatan dalam pikiran konsumen akan lebih sulit

dibandingkan dengan memperkenalkan suatu produk baru, sehingga

perusahaan harus selalu melakukan pengulangan untuk meningkatkan

ingatan konsumen terhadap merek.

D. Brand Image (Citra Merek)

Komunikasi pemasaran adalah cara yang digunakan perusahaan

terutama oleh para pemasar untuk menginformasikan, mempersuasi dan

mengingatkan konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung

mengenai produk dan merek yang mereka jual. Komunikasi pemasaran

merupakann suatu yang dapat mewakili merek dan ini digunakan untuk

membangun dialog dan hubungan dengan konsumen.

Pengertian brand image menurut Fandy Tjiptono (2005) adalah

deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu.

Brand image itu sendiri memiliki arti kepada suatu pencitraan sebuah produk

dibenak konsumen secara masal. Setiap orang akan memiliki pencitraan yang

(7)

Menurut Kotler (2005) brand image yang efektif dapat mencerminkan

tiga hal, yaitu :

a) Membangun karakter produk dan memberikan value proposition.

b) Menyampaikan karakter produk secara unik sehingga berbeda dengan para

pesaingnya.

c) Member kekuatan emosional dari kekuatan rasional.

Menurut Susanto dan Wijanarko (2004) brand image adalah

seperangkat aset dan reliabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek,

nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan

oleh suatu barang atau jasa kepada perusahaan atau pelanggan.

Brand image terdiri dari 2 komponen yaitu brand association (asosiasi

merek) dan favorability, strenght & uniqueness of brand association (sikap

positif, kekuatan dan keunikan merek).

Konsumen dapat membuat asosiasi merek berdasarkan atribut produk,

manfaat produk dan keseluruhan evaluasinya atau sikapnya terhadap merek.

Konsumen dapat membuat asosiasi berdsarkan atribut yang berkaitan dengan

produk misalnya harga dan kemasan atau atribut yang berhubuangn dengan

produk misalnya warna, ukuran, desain dan fitur-fitur lain. Asosiasi juga

dapat diciptakan berdasarkan manfaat produk.

Sikap positif (favorability) dan keunikan asosiasi merek terdiri dari 3

hal dalam benak konsumen yaitu adanya keinginan, kemudian keyakinan

(8)

adalah keyakinan konsumen bahwa merek tersebut memiliki perbedaan yang

signifikan dibandingkan merek lainnya.

Kekuatan asosiasi merek ditentukan dari pengalaman langsung

konsumen dengan merek, pesan-pesan yang sifatnya non komersial maupun

yang sifatnya komersial. Pada awalnya, asosiasi merek dibentuk dari

kombinasi natara kuantitas perhatian konsumen pada merek dan ketika

konsumen menemukan relevansi juga konsistensi antara konsep dirinya

dengan merek.

Seringkali ini menjadi lebih luas seperti adanya store image, product

image dan corporte image. Menurut Stern (2001) yang dikutip oleh

Ferrinadewi (2008) terdapat beberapa aspek yang membuat brand image

menjadi begitu bervariasi yaitu :

1. Dimana letak citra/image artinya apakah citra tersebut berada dalam benak

konsumen atau memang pada objeknya.

2. Sifat alaminya artinya apakah citra tersebut mengacu pada aprose, bentuk

atau sebuah transaksi.

3. Jumlahnya artinya berapa banyak dimensi yang membentuk citra.

Sebagai contoh, brand image dan store image memiliki persamaan

dalam hal letak citranya artinya kedua konsep ini mengacu pada letak citra

ada pada obyeknya dan ada pada benak konsumen, tetapi berbeda dengan

corporate image karena letak citranya ada pada objeknya saja bukan dalam

(9)

E. Accessibility (Aksesibilitas)

Aksesibilitas adalah hal yang mudah dicapai atau diakses oleh semua

orang baik itu pembeli potensial ataupun pembeli non potensial. Artinya

aksesibilitas tidak hanya sekedar kesediaan segala sesuatu, namun juga

kesediaan yang mudah dicapai atau diakses.

Menurut Susantono (2004) aksesibilitas adalah suatu ukuran potensial

atau kemudahan orang untuk mencapai tujuan dalam suatu perjalanan.

Kenyamanan merek memiliki dampak yang signifikan terhadap pilihan merek

konsumen. Dengan kata lain, akses mudah ke merek di toko sangat penting

ketika membeli produk apapun. Aksesibilitas adalah suatu ukuran

kenyamanan atau kemudahan lokasi tata guna lahan untuk berinteraksi satu

sama lain, dan mudah atau sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui

transportasi.

F. Emotional Connection (Ikatan Emosional)

Ikatan emosional konsumen terhadap merek yaitu berasal dari

perasaan dan sikap positif dari pribadi seseorang yang ditujukan terhadap

produk atau merek tertentu secara keseluruhan (Soutar dan Sweeney, 2008).

Keputusan pemilihan yang dilakukan oleh konsumen akan mudah dipengaruhi

jika konsumen telah memiliki perasaan pribadi yang positif, yaitu menyukai

produk atau merek tertentu, dan percaya bahwa produk tersebut telah sesuai

dengan keinginannya, serta memiliki perasaan bangga pada suatu produk atau

(10)

G. Brand Choice (Keputusan Pemilihan)

Keputusan pemilihan dalam penelitian ini diasumsikan sebagai

keputusan didalam melakukan pembelian. Keputusan (decision) berarti pilihan

(choice), yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Dengan adanya

berbagai pilihan yang ditawarkan konsumen dapat mengambil keputusan yang

terbaik dari yang ditawarkan.

Keputusan pembeliaan merupakan salah satu komponen utama dari

perilaku konsumen, suatu keputusan melibatkan pilihan di antara dua atau

lebih alternatif tindakan (perilaku). Pengertian mengenai perilaku konsumen

oleh perusahaan selaku produsen sangatlah penting dan perlu diperhatikan

lebih lanjut.

Dalam memahami perilaku konsumen, terdapat banyak pengaruh yang

mendasari seseorang dalam mengambil keputusan pembelian suatu produk

atau merek. Pada kebanyakan orang, perilaku pembelian konsumen seringkali

diawali dan dipengaruhi oleh banyaknya rangsangan (stimuli) dari luar

dirinya, baik berupa rangsangan pemasaran maupun rangsangan dari

lingkungan yang lain.

Rangsangan tersebut kemudian diproses (diolah) dalam diri, sesuai

dengan karakteristik pribadinya, sebelum akhirnya diambil keputusan

pembelian. Karakteristik pribadi konsumen yang dipergunakan untuk

memproses rangsangan tersebut sangat komplek, dan salah satunya adalah

(11)

Menurut Albari (2002) menyatakan bahwa motivasi sebagai kekuatan

dorongan dari dalam diri individu yang memaksa mereka untuk melakukan

tindakan. Jika seseorang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap objek

tertentu, maka dia akan terdorong untuk berperilaku menguasai produk

tersebut. Sebaliknya jika motivasinya rendah, maka dia akan mencoba untuk

menghindari objek yang bersangkutan.

Implikasinya dalam pemasaran adalah untuk kemungkinan orang

tersebut berminat untuk membeli produk atau merek yang ditawarkan

pemasaran atau tidak. Sejalan dengan hal tersebut keputusan pembelian dalam

penelitian ini secara kontektual dapat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi

yaitu motivasi konsumen untuk membeli. Secara rinci dapat diuraikan

tahap-tahap dari keputusan pembelian yaitu sebagai berikut:

1. Pengenalan Masalah

Proses membeli diawali saat pembeli mengenali masalah atau kebutuhan,

pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya

dengan kondisi yang diinginkan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh

rangsangan internal atau eksternal.

2. Pencarian Informasi

Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk

mencari informasi lebih banyak. Jika dorongan konsumen kuat dan objek

yang dapat memuaskan kebutuhan tersedia, maka konsumen akan

(12)

3. Evaluasi Alternatif

Bagaimana konsumen memproses informasi tentang pilihan produk untuk

membuat keputusan akhir. 4. Keputusan Pembelian

Konsumen membentuk preferensi terhadap merek-merek yang terdapat

pada perangkat pilihan, konsumen mungkin juga membentuk tujuan

membeli untuk merek yang paling disukai.

5. Perilaku Sesudah Pembelian

Sesudah pembelian terhadap suatu produk yang dilakukan konsumen akan

mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan.

H. Hasil Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh Anwarudin (2015) dengan judul “Analisis Pengaruh Brand Awareness, Brand Image, Accessibility dan Emotional

Connection terhadap Brand ChoiceSepeda Motor Honda di Yogyakarta”.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik accidental

sampling yaitu metode pemilihan sampel yang diambil dari anggota

populasi yang dipilih secara kebetulan sesuai tujuan tertentu. Teknik

pengumpulan data menggunakan kuesioner.

Analisis yang digunakan adalah analisa regresi berganda. Dari hasil

penelitian disimpulkan bahwa : Hasil pengujian hipotesis 1 menunjukan

bahwa X1 (Brand Awareness) berpengaruh secara positif terhadap Y

(13)

(Brand Image) berpengaruh secara positif terhadap Y (Brand Choice).

Hasil pengujian dari hipotesis 3 menunjukan bahwa X3 (Accessibility)

tidak berpengaruh secara positif terhadap Y (Brand Choice). Hasil

pengujian hipotesis 4 menunjukan bahwa X4 (Emotional Connection)

berpengaruh secara positif terhadap Y (Brand Choice).

2. Penelitian yang dilakukan oleh Aryandini (2012) dengan judul “pengaruh

brand image (citra produsen, citra konsumen, citra produk) terhadap

keputusan nasabah dalam memilih produk tabungan masa depan serta

untuk menganalisis variabel dari brand image yang paling berpengaruh

terhadap keputusan nasabah dalam memilih produk tabungan masa depan

di PT. Bank Sulselbar Cabang Utama Makassar.

Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah purposive sampling

penarikan sampel didasari kriteria yaitu nasabah memiliki rekening

tabungan masa depan dan nasabah penabung yang telah menabung lebih

dari 1 tahun.

Berdasarkan hasil pengujian regresi maka dapat diketahui bahwa variabel

yang paling besar pengaruhnya terhadap keputusan konsumen dalam

memilih produk tabungan masa depan adalah variabel citra produk,

alasannya karena memiliki nilai beta yang terbesar serta memiliki nilai

probabilitas yang terkecil dari variabel lainnya.

Dari hasil pengujian secara serempak dan secara parsial (uji t dan Uji F)

ternyata hasil penelitian membuktikan bahwa semua dimensi (citra

(14)

secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan

nasabah dalam memilih produk masa depan, sedangkan variabel dari

brand image yang paling berpengaruh terhadap keputusan nasabah dalam

memilih produk masa depan adalah citra produk.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Alfian (2013) dengan judul “Analisis pengaruh persepsi harga, kualitas prduk, aksesibilitas lokasi, dan kekuatan

referensi sosial terhadap keputusan pemilihan Rumah Makan Padang

Salero Bundo di Jakarta.

Teknik sampling yang digunakan adalah teknik Non-probability sampling

dengan pendekatan accidental sampling (pengambilan sampel berdasarkan

kebetulan). Metode analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif yaitu

analisis regresi berganda. Analisis ini meliputi : uji validitas dan reliabilitas,

uji asumsu klasik, analisis regresi berganda, pengujian hipotesis melalui uji t

dan uji f, serta analisis koefisien determinasi (R2).

Berdasarkan analisis tersebut, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut,

Y = 0,262 X1 + 0,163 X2 + 0,404 X3 + 0,225 X4

Variabel aksesibilitas lokasi memiliki pengaruh paling besar terhadap

keputusan pembelian sebesar 0,404, kemudian diikuti oleh variabel persepsi

harga sebesar 0,262, lalu diikuti oleh variabel kekuatan referensi sebesar

0,225. Sedangkan variabel kualitas produk memiliki pengaruh yang paling

rendah yaitusebesar 0,163. Pengujian hipotesis yang dilakukan menggunakan

uji t menunjukkan bahwa keempat variabel independent yaitu persepsi harga

(X1), kualitas produk (X2), aksesibilitas lokasi (X3), dan kekuatan referensi

(15)

variabel dependent yaitu keputusan pembelian (Y). Kemudian melalui uji f

dapat diketahui bahwa varibel persepsi harga, kualitas produk, aksesibilitas

lokasi, dan kekuatan referensi sosial memang layak untuk menguji variabel

dependen yaitu keputusanpembelian. Adjusted R Square menunjukkan bahwa

72,5% variasi keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh keempat variabel

independen dalm persamaan regresi berganda. Sedangkan sisanya sebesar

27,5% dijelaskan oleh variabel laindiluar keempat variabel tersebut.

I. Kerangka Pemikiran

1. Hubungan Brand Awareness terhadap Brand Choice

Kesadaran merek (brand awareness) merupakan elemen ekuitas yang

sangat penting bagi perusahaan karena kesadaran merek dapat berpengaruh

secara langsung terhadap ekuitas merek. Apabila kesadaran konsumen

terhadap merek rendah, maka dapat dipastikan bahwa ekuitas mereknya

juga akan rendah. Sehingga dalam pemilihan produk yang akan digunakan

biasanya konsumen hanya akan mengingat merek yang sudah tertanam di

benaknya.

Berdasarkan penelitian yang dilakuan oleh Anwarudin (2015)

mengungkapkan bahwa X1 (brand awareness) berpengaruh terhadap Y

(brand choice). Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian hipotesis yang

menunjukan bahwa brand awareness mempengaruhi brand choice dengan

koefisien sebesar 0,207 dengan tingkat signifikansi 0,043 < 0,05 yang

(16)

Jadi dapat di tarik hipotesis bahwa brand awareness berpengaruh

signifikan terhadap brand choice.

2. Hubungan Brand Image terhadap Brand Choice

Pengertian brand image menurut Fandy Tjiptono (2005) adalah

deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek

tertentu. Brand image itu sendiri memiliki arti kepada suatu pencitraan

sebuah produk dibenak konsumen secara masal. Setiap orang akan

memiliki pencitraan yang sama terhadap sebuah merek.

Berdasarkan penelitian yang dilakuan oleh Anwarudin (2015)

mengungkapkan bahwa X2 (brand image) berpengaruh terhadap Y (brand

choice). Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian hipotesis yang

menunjukan bahwa brand image mempengaruhi brand choice dengan

koefisien sebesar 0,267 dengan tingkat signifikansi 0,009 < 0,05 yang

artinya variabel brand image sangat berpengaruh terhadap brand choice.

Jadi dapat di tarik hipotesis bahwa brand image berpengaruh

signifikan terhadap brand choice.

3. Hubungan Accessibility terhadap Brand Choice

Menurut Susantono (2004) aksesibilitas adalah suatu ukuran potensial

atau kemudahan orang untuk mencapai tujuan dalam suatu perjalanan.

(17)

merek konsumen. Dengan kata lain, akses mudah ke merek di toko sangat

penting ketika membeli produk apapun.

Berdasarkan penelitian yang dilakuan oleh Alfian (2013)

mengungkapkan bahwa X4 (accessibility) berpengaruh terhadap Y (brand

choice). Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian hipotesis yang

menunjukan bahwa accessibility mempengaruhi brand choice dengan

koefisien sebesar 0,404 dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 yang

artinya variabel accessibility sangat berpengaruh terhadap brand choice.

Jadi dapat di tarik hipotesis bahwa accessibility berpengaruh

signifikan terhadap brand choice.

4. Hubungan Emotional Connection terhadap Brand Choice

Ikatan emosional konsumen terhadap merek yaitu berasal dari

perasaan dan sikap positif dari pribadi seseorang yang ditujukan terhadap

produk atau merek tertentu secara keseluruhan (Soutar dan Sweeney,

2008). Keputusan pemilihan yang dilakukan oleh konsumen akan mudah

dipengaruhi jika konsumen telah memiliki perasaan pribadi yang positif,

yaitu menyukai produk atau merek tertentu, dan percaya bahwa produk

tersebut telah sesuai dengan keinginannya, serta memiliki perasaan bangga

pada suatu produk atau merek yang di gunakannya.

Berdasarkan penelitian yang dilakuan oleh Anwarudin (2015)

mengungkapkan bahwa X4 (emotional connection) berpengaruh terhadap

(18)

menunjukan bahwa emotional connection mempengaruhi brand choice

dengan koefisien sebesar 0,243 dengan tingkat signifikansi 0,015 < 0,05

yang artinya variabel emotional connection cukup berpengaruh terhadap

Brand Choice.

Jadi dapat di tarik hipotesis bahwa emotional connection berpengaruh

signifikan terhadap brand choice.

Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dijelaskan dalam gambar 2.1

dibawah ini.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

J. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1 : Secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan dari brand awareness

terhadap brand choice.

H3

H4

H5 Brand Choice

(Y) Accessibility

(X3)

Emotional Connection (X4)

Brand Image (X2)

Brand Awareness (X1)

(19)

H2 : Secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan dari brand image

terhadap brand choice.

H3 : Secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan dari accessibility

terhadap brand choice.

H4 : Secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan dari emotional

connection terhadap brand choice.

H5 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari brand awareness, brand image,

emotional connection, dan accessibility secara simultan terhadap brand

choice.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Ber bedaant ar asyar atj ualbel idanper syar at anj ualbel i .Syar atsahj ualbel ii t u di t ent ukanol ehagama,sedangkanmember i kanper syar at andal amj ualbel idi t et apkan ol

Penelitian ini didasarkan pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Priscilla Gloria pada tahun 2014 dengan bahan dasar koran, gabus dan kasting sebagai

keluarga Anda ada yang ikut dalam pengelolaan bisnis franchise

: Ok, dulu kamu pemah cerita kalau setelah karnu rnenerirna sakramen krisrna karnu rnulai rnerasa tidak nyarnan ke gereja terns kernudian saat ini setelah rnasuk Kristen

Jadi yang dimaksud dengan judul “Urgensi Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi (Studi Kasus di Fakultas Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya)”

Dari analisis kesesuaian lahan di lokasi Desa Balerante, Kemalang Klaten dapat disim-pulkan bawa untuk budidaya tanaman murbei sebagian besar lahan mempunyai kelas

Konsentrasi penelitian kepada sejauh mana sub-sub sistem sebagai suatu sistem dalam pengawasan tersebut berperan dalam melakukan pengawasan terhadap inventarisasi prasarana dan

Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga atau bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan