Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh :
MUHAMMAD AMRULLAH WAHID
20120310196
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh :
MUHAMMAD AMRULLAH WAHID
20120310196
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
iii Nama : Muhammad Amrullah Wahid NIM : 20120310196
Program Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 10 Mei 2016
Yang membuat pernyataan,
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat serta ridho-Nya yang tidak terhingga. Shalawat dan salam sejahtera senantiasa tercurahkan atas junjungan Rasul Muhammad SAW, keluarga serta para sahabat, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Faktor Risiko Kematian Maternal Se-Kabupaten Bantul Periode
Tahun 2010 - 2014”. Penulis harapkan penelitian ini dapat memberi manfaat terhadap banyak pihak.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dengan tulus kepada:
1. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An., M.kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. dr. Alfaina Wahyuni Sp.OG., M.kes selaku Kaprodi Pendidikan Dokter Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. dr. Alfun Dhiya An, Sp.OG., M.kes selaku dosen pembimbing KTI atas kesabarannya membimbing penulis dan memberikan ilmu serta meluangkan waktu selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. dr. Brian Prima Artha, Sp.OG., yang sudah meluangkan waktu dan memberikan feedback pada penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Para staf pengajar dan karyawan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta atas referensi, ilmu dan informasi yang diberikan.
6. Kepala Dinas Kabupaten Bantul beserta programer di bagian kesehatan ibu dan anak yang sudah memberikan data informasi pada penelitian ini.
v
8. Novida Halleine Putri yang selalu memberi dukungan, bantuan serta waktu yang selalu ada buat peneliti.
9. Teman – teman pendidikan dokter UMY 2012 terutama Teman teman terbaik BAS family dan kelompok makan siang yang sudah berbagi ilmu, dukungan serta informasi guna melancarkan pembuatan KTI ini.
10.Semua pihak yang ikut membantu penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun penulisannya. Oleh karena itu penulis memohon maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun dari pembaca. Penulis mengharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah khasanah ilmu pengetahuan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 10 Mei 2016
vi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN KTI ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kematian Maternal ... 8
1. Definisi ... 8
2. Epidemiologi ... 8
3. Penyebab kematian maternal... 10
4. Faktor risiko yang mempengaruhi kematian maternal ... 12
5. Upaya menurunkan kematian ibu... 29
6. Pengukuran kematian maternal ... 30
B. Kerangka Teori... 33
C. Kerangka Konsep ... 36
D. Hipotesis ... 37
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 38
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39
D. Variabel ... 39
E. Definisi Operasional... 40
F. Instrumen Penelitian... 43
G. Cara Pengumpulan Data ... 43
H. Pengolahan Data... 43
I. Langkah – Langkah Penelitian ... 44
J. Analisis Data ... 45
K. Etika Penelitian ... 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46
vii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 60
B. Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 63
viii
Tabel 3. Jumlah kematian maternal di Kab. Bantul tahun 2010-2014 ... 46
Tabel 4. Karakteristik usia ... 47
Tabel 5. Karakteristik paritas ... 47
Tabel 6. Karakteristik Antenatal care... 47
Tabel 7. Karakteristik tingkat pendidikan ... 48
Tabel 8. Karakteristik pekerjaan ... 48
Tabel 9. Karateristik keterlambatan ... 49
Tabel 10. Karakteristik komplikasi kehamilan ... 49
Tabel 11. Karakteristik komplikasi persalinan... 49
Tabel 12. Karakteristik komplikasi nifas ... 50
ix
untuk melakukan deteksi dini pada ibu hamil, bersalin dan nifas. Kematian ibu akibat kehamilan, persalinan dan nifas sebenarnya sudah banyak dibahas namun hingga saat ini pemerintah masih belum mampu mempercepat penurunan AKI seperti yang diharapkan dikarenakan berbagai faktor. Hal ini, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk mencari faktor risiko kematian ibu.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode analitik deskriptif dengan rancangan cross sectional retrospektif. Penelitian ini menggunakan data dari dinas kesehatan Kabupaten Bantul dan didapatkan 59 subjek penelitian kematian maternal tahun 2010-2014. Kemudian dilakukan analisis secara deskriptif mengenai faktor risiko terjadinya kematian maternal.
Hasil : Komplikasi kehamilan terdapat 69% mengalami kejadian kematian maternal lebih banyak daripada yang tidak ada komplikasi kehamilan. Komplikasi persalinan terdapat 55,9% mengalami kejadian kematian maternal lebih banyak daripada yang tidak ada komplikasi persalinan. Komplikasi nifas terdapat 49,2% mengalami kejadian kematian maternal lebih sedikit daripada tidak ada komplikasi nifas. Usia 20-35 tahun terdapat 57,6% mengalami kejadian kematian maternal lebih banyak daripada usia >35 tahun. Paritas < 1 terdapat 55,9% mengalami kejadian kematian maternal lebih banyak daripada paritas 2-4. Antenatal Care ≥4 terdapat 76,3% mengalami kejadian kematian maternal lebih banyak daripada Antenaral Care ≤4. Keterlambatan rujukan terdapat 71,2% mengalami kejadian kematian maternal lebih banyak daripada tidak terjadi keterlambatan rujukan. Pendidikan Ibu ≥9 tahun terdapat 66,1% mengalami kejadian kematian maternal lebih banyak daripada pendidikan Ibu <9 tahun. Ibu yang bekerja terdapat 81,4% mengalami kejadian kematian maternal lebih banyak daripada Ibu yang tidak bekerja.
Kesimpulan : Faktor risiko yang terdapat dalam determinan dekat, determinan jauh dan determinan antara mempunyai andil secara sendiri sendiri maupun bersama-sama dalam kejadian kematian maternal
x
early detection in pregnant women, maternity and childbirth. Maternal deaths due to pregnancy, childbirth and postpartum actually been much discussed, but until now, the government is still not able to accelerate the decline in MMR as expected due to various factors. This, encourage researchers to conduct research aimed at finding risk factors for maternal mortality.
Methods: This study used a descriptive analytic method with cross sectional retrospective. This study uses data from the health service Bantul and obtained 59 research subjects maternal deaths in 2010-2014. Then performed a descriptive analysis of the risk factors for maternal mortality.
Results: Complications of pregnancy there is a 69% incidence of maternal deaths suffered more than that there is no pregnancy complications. Childbirth complications are 55.9% incidence of maternal deaths suffered more than no delivery complications. Puerperal complications are experienced 49.2% incidence of maternal deaths less than no puerperal complications. Age 20-35 years are 57.6% incidence of maternal deaths suffered more than those aged> 35 years. Parity <1 there is a 55.9% incidence of maternal deaths suffered more than parity 2-4. Antenatal Care ≥4 contained 76.3% incidence of maternal deaths suffered more than Antenaral Care ≤4. Delay references contained 71.2% incidence of maternal deaths suffered more than avoid delays referral. Mother education ≥9 year there were 66.1% incidence of maternal deaths suffered more than education Mother <9 years. Mothers who work are 81.4% incidence of maternal deaths suffered more than mothers who do not work.
Conclusions: The risk factors contained in the determinant near, far and determinants among determinants have contributed individually and together in the incidence of maternal deaths
1
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan peristiwa biologis yang ditandai dengan
perubahan fisiologis dan biologis sehingga membutuhkan pemeriksaan dan
perawatan kesehatan yang memadai agar tidak terjadi komplikasi medis yang
mengarah kepada kematian. Berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO)
pada tahun 2013, perempuan di negara berkembang berisiko mengalami
kematian maternal 23 kali lebih tinggi dibandingkan perempuan di negara
maju. Oleh karenanya kematian maternal juga dapat dijadikan indikator
kesehatan adanya kesenjangan antara kaya-miskin, serta perkotaan-pedesaan
di negara-negara tersebut (WHO, 2014).
Mengutip data hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi, yaitu 359
per 100.000 kelahiran hidup. Jika dihitung berdasarkan angka tersebut, maka
ada 16.155 orang ibu yang meninggal akibat kehamilan, persalinan dan nifas
pada tahun 2012. Jumlah ini setara dengan jumlah korban kecelakaan 40
pesawat Boeing 777 yang jatuh dan seluruh penumpangnya meninggal. Di
samping itu, Angka Kematian Bayi (AKB) juga masih tinggi di Indonesia.
Pada tahun 2012, angkanya adalah 32 per 1000 kelahiran hidup atau setara
dengan 144.000 dan setara dengan penumpang 360 pesawat Boeing 777
Seorang ibu hamil/bersalin meninggal karena komplikasi yang
dialaminya tidak mendapatkan pertolongan tepat waktu dan tepat guna
(Kemenkes, 2014)
Rendahnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) di suatu negara dapat diprediksi dari kemampuan Tenaga kesehatan
untuk melakukan deteksi dini pada ibu hamil, bersalin dan nifas. Menurut data
World Health Organisation (WHO), sebanyak 99 persen kematian ibu akibat
masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang
(WHO, 2007). WHO memperkirakan jumlah kematian ibu mencapai 500
orang pada tahun 2008 dan tahun 2009 sejumlah 440 orang ibu meninggal
akibat komplikasi kehamilan dan nifas. Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia mencapai 359/100.000 kelahiran hidup, meningkat dibandingkan
AKI yang tercatat di tahun 2007 (Dinkes, 2012).
Pada tahun 2010 capaian indikator kesehatan untuk AKI di DIY sebesar
103/100.000 kelahiran hidup. Tahun 2012 jumlah kematian ibu menurun
menjadi sebanyak 40 kasus sesuai dengan pelaporan dari Dinas kesehatan
Kab/Kota, sehingga apabila dihitung menjadi Angka Kematian Ibu Dilaporkan
sebesar 87,3/100.000 kelahiran hidup. Meskipun angka kematian ibu terlihat
kecenderungan penurunan, namun terjadi fluktuasi dalam 3 – 5 tahun terakhir
(Dinkes DIY, 2012).
Angka kematian ibu di Kabupaten Bantul pada tahun 2013 mengalami
kenaikan dibanding pada tahun 2012. Pada Tahun 2013 sebesar 96,83/100.000
52,2/100.000. Target AKI tahun 2013 adalah 100/100.000 Kelahiran Hidup.
Hal ini menunjukkan adanya penurunan dalam pelayanan kesehatan ibu
(Dinkes Bantul, 2014).
Millenium Development Goals (MDGs) telah menetapkan salah satu
targetnya yaitu dengan menurunkan AKI hingga ¾ dalam kurun waktu
1990-2015. Target AKI di Indonesia berdasarkan MDGs di tahun 2015 adalah
102/100.000 kelahiran hidup. Dengan melihat kondisi AKI di Indonesia saat
ini, dibutuhkan upaya keras untuk menurunkan angka kematian ibu.
Terdapat beberapa penyebab kematian ibu, di antaranya adalah
perdarahan 30,5%, infeksi 22,5%, gestosis 17,5%, dan anastesia 2,0%.
Penyebab kematian obstetrik langsung yaitu Perdarahan 24%, Retensio
Plasenta 22%, Sepsis 20,8%, Eklampsia 16%. Penyebab kematian bayi adalah
asfiksia neonatorum 49-60%, infeksi 24-34%, prematuritas/BBLR 15-20%,
trauma persalinan 2-7%, dan cacat bawaan 1-3%. Hampir kebanyakan
penyebab kematin ibu dan kematian bayi dapat diprediksi berdasarkan faktor
risiko yang dimiliki oleh ibu selama kehamilan (Manuaba dkk, 2010).
Artinya : “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". (QS. Al-ahkaf : 15)
Kematian ibu akibat kehamilan, persalinan dan nifas sebenarnya sudah
banyak dikupas dan dibahas penyebab serta langkah‐langkah untuk
mengatasinya. Meski demikian tampaknya berbagai upaya yang sudah
dilakukan pemerintah masih belum mampu mempercepat penurunan AKI
seperti diharapkan. Pada Oktober yang lalu kita dikejutkan dengan hasil
perhitungan AKI menurut SDKI 2012 yang menunjukkan peningkatan (dari
228 per 100 000 kelahiran hidup menjadi 359 per 100 000 kelahiran hidup).
Diskusi sudah banyak dilakukan dalam rangka membahas mengenai
sulitnya menghitung AKI dan sulitnya menginterpretasi data AKI yang
berbeda‐beda dan fluktuasinya kadang drastis (AbouZahr, 2010; AbouZahr,
2011).
Keragaman wilayah, karakteristik demografi, dan sumber daya
hendaknya menjadi pertimbangan untuk merencanakan program penurunan
AKI. Agar setiap program yang dicanangkan berjalan efektif, setiap wilayah
membutuhkan pendekatan yang berbeda. Untuk itu, perlu dilakukan kajian
guna menemukan faktor penyebab kematian ibu sebagai bahan masukan bagi
Masih tingginya angka kematian ibu dan belum tercapainya point
MDG’s point no. V di Indonesia tahun 2015 mendorong peneliti untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Faktor Risiko Kematian Maternal
Se-Kabupaten Bantul Periode Tahun 2010-2014”. Kota Bantul dipilih sebagai
tempat penelitian karena bersama dengan kabupaten Sleman termasuk
kabupaten yang memiliki angka kematian ibu tertinggi di DIY dalam beberapa
tahun terakhir dan selain hal tersebut juga dikarenakan keterbatasan peneliti
dalam hal waktu dan perizinan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut : Apa saja faktor risiko penyebab
kematian maternal di Kabupaten Bantul Tahun 2010-2014?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Untuk mengetahui penyebab masih tingginya kematian maternal di
Kabupaten Bantul.
2. Tujuan khusus
Untuk mengetahui apa saja faktor risiko kematian maternal di Kabupaten
Bantul Tahun 2010-2014.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat
Masyarakat terutama Ibu hamil dan keluarga dapat mengenali dan
persalinan sehingga selalu siap siaga dan dapat melakukan pencegahan
sedini mungkin.
2. Bagi Institusi Pemerintah dan Tenaga Kesehatan
a. Sebagai bahan evaluasi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat guna
menurunkan angka kematian Ibu.
b. Pemerintah dapat memberi perhatian lebih terhadap kesehatan Ibu
hamil, sebelum persalinan, saat persalinan maupun setelah persalinan.
3. Bagi institusi pendidikan
Dapat digunakan sebagai sarana ilmu pengetahuan bagi mahasiswa
khususnya mahasiswa kedokteran mengenai faktor risiko kematian
maternal dan dapat berkontribusi dalam pencegahan kematian maternal
saat kelak menjadi dokter maupun saat menjadi mahasiswa
E. Keaslian Penelitian
Ada beberapa penelitian yang pernah membahas maupun yang terkait
dengan “Faktor Risiko Kematian Maternal” , antara lain sebagai berikut:
1. “Faktor Risiko Kematian Maternal di RSUD Piere Paolo Magreti
Saumlaki Kabupaten Maluku Tenggara Barat” oleh Justina Fatbinan,
faktor risiko kematian maternal di RSUD Piere Paolo Magreti Saumlaki tahun 2013.
2. ”Faktor Risiko Kematian Ibu di kabupaten Pati tahun 2011” oleh Nurul
Aeni tahun 2011. Masalah yang terkait dengan penelitian adalah menggambarkan kematian ibu di Kabupaten Pati dan menganalisis faktor risiko kematian maternal di Kabupaten Pati tahun 2011. Hasil dari penelitian tersebut tiga penyebab utama kematian ibu di Kabupaten Pati adalah penyakit jantung, preeklamsi/eklamsi, dan pendarahan. Secara bersama-sama, ketiga variabel tersebut berkontribusi terhadap 64,3% kematian ibu yang terjadi di Kabupaten Pati Tahun 2011.
3. “Faktor Risiko Komplikasi Persalinan Pada Ibu Melahirkan di Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2012” oleh Yuliana Misar, Masni, dan Andi Zulkifli. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besar risiko keteraturan Antenatal Care, penolong persalinan, kualitas pelayanan kesehatan, paritas terhadap komplikasi persalinan di Kabupaten Gorontalo Utara. Jenis penelitian yang digunakan adalah Case Control Study. Dari hasil penelitian di simpulkan bahwa perlu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan sebagai upaya menurunkan kejadian komplikasi persalinan pada ibu melahirkan.
Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan
penelitian-penelitian sebelumnya adalah : sama-sama meneliti mengenai faktor risiko
kematian ibu. Sedangkan perbedaannya adalah jumlah variabel, lokasi dan
masalah yang terkait dengan penelitian dan juga metode yang digunakan
8 A. Kematian Maternal
1. Definisi
Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu
sewaktu hamil atau dalam waktu 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan,
tidak bergantung pada tempat atau usia kehamilan (Saifuddin, 2010).
Kematian Ibu, menurut ICD 10 didefinisikan sebagai ”Kematian
seorang wanita yang terjadi saat hamil atau dalam 42 hari setelah berakhir
kehamilannya, tanpa melihat usia dan letak kehamilannya, yang
diakibatkan oleh sebab apapun yang terkait dengan atau diperburuk oleh
kehamilannya atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh insiden
dan kecelakaan”.
Definisi tersebut secara eksplisit menjelaskan bahwa kematian ibu
menunjukkan lingkup yang luas, tidak hanya terkait dengan kematian yang
terjadi saat proses persalinan, tetapi mencakup kematian ibu yang sedang
dalam masa hamil dan nifas (kemenkes, 2013).
2. Epidemiologi
Menurut WHO, setiap tahun kurang lebih terdapat 210 juta wanita
hamil diseluruh dunia. Lebih dari 20 juta wanita mengalami kesakitan
akibat dari kehamilannya, beberapa diantaranya bersifat menetap.
Kehidupan 8 juta wanita diseluruh dunia menjadi terancam dan setiap
komplikasi yang timbul karena kehamilan dan persalinan, dimana
sebagian besar dari kematian ini sebenarnya dapat dicegah. Angka
kematian maternal di seluruh dunia diperkirakan sebesar 400 per 100.000
KH dan 98% terjadi di negara – negara berkembang. Angka kematian
maternal di negara berkembang 20 kali lebih tinggi yaitu 440 per 100.000
KH dan di beberapa tempat dapat mencapai 1000 per 100.000 KH. Di
wilayah Asia Tenggara diperkirakan terdapat 240.000 kematian maternal
setiap tahunnya, sehingga diperoleh angka kematian maternal sebesar 210
per 100.000 KH.
Angka kematian maternal ini merupakan ukuran yang mencerminkan
risiko obstetric yang dihadapi oleh seorang wanita setiap kali wanita
tersebut menjadi hamil. Risiko ini semakin bertambah seiring dengan
bertambahnya jumlah kehamilan yang dialami. Tingginya angka kematian
maternal di negara berkembang sebagian besar berkaitan dengan masalah
politik dan sosial, khususnya masalah kemiskinan dan status wanita.
Sebagian besar kematian maternal terjadi di rumah, yang jauh dari
jangkauan fasilitas kesehatan. Menurut data SKRT 2001, proporsi
kematian maternal terhadap kematian usia reproduksi (15 – 49 tahun) di
pedesaan hampir tiga kali lebih besar daripada di perkotaan. Angka
kematian maternal di Indonesia masih cukup tinggi.
Menurut hasil SKRT tahun 1992 angka kematian ibu (AKI) di
Indonesia 425 per 100.000 KH dan menurun menjadi 373 per 100.000 KH
tahun 2001, angka kematian maternal kembali mengalami peningkatan
menjadi sebesar 396 per 100.000 KH. Dari SDKI 2002 / 2003 angka
kematian maternal menunjukkan angka sebesar 307 per 100.000 KH.
Sedangkan hasil SDKI tahun 2007, AKI di Indonesia sebesar 228 per
100.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan negara – negara
anggota Asean seperti Brunei Darussalam (angka kematian maternal
menurut estimasi WHO tahun 2000) : 37 per 100.000 KH dan Malaysia :
41 per 100.000 KH, angka kematian maternal di Indonesia masih sangat
tinggi.
Menurut WHO, kurang lebih 80% kematian maternal merupakan
akibat langsung dari komplikasi langsung selama kehamilan, persalinan
dan masa nifas dan 20% kematian maternal terjadi akibat penyebab tidak
langsung. Perdarahan, terutama perdarahan post partum, dengan onset
yang tiba–tiba dan tidak dapat diprediksi sebelumnya, akan
membahayakan nyawa ibu, terutama bila ibu tersebut menderita anemia
(dinkes, 2013).
3. Penyebab kematian maternal
Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung.
Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan,
persalinan, atau masa nifas dan segala intervensi atau penanganan tidak
tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan
kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria,
anemia, HIV/AIDS, dan penyakit kardiovaskular (Saifuddin, 2010).
Definisi kematian ibu mengindikasikan bahwa kematian ibu tidak
hanya mencakup kematian yang disebabkan oleh persalinan tetapi
mencakup kematian yang disebabkan oleh penyebab non-obstetri. Sebagai
contoh adalah ibu hamil yang meninggal akibat penyakit Tuberkulosis,
Anemia, Malaria, Penyakit Jantung, dll. Penyakit-penyakit tersebut
dianggap dapat memperberat kehamilan meningkatkan risiko terjadinya
kesakitan dan kematian (Kemenkes, 2013).
Kematian obstetri langsung (direct obstetric death) yaitu kematian
yang timbul sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas,
yang disebabkan oleh tindakan, kelalaian, ketidaktepatan penanganan, atau
dari rangkaian peristiwa yang timbul dari keadaan – keadaan tersebut di
atas. Komplikasi – komplikasi tersebut meliputi perdarahan, baik
perdarahan antepartum maupun postpartum, preeklamsia / eklamsia,
infeksi, persalinan macet dan kematian pada kehamilan muda.
Kematian obstetri tidak langsung (indirect obstetric death) yaitu
kematian yang diakibatkan oleh penyakit yang sudah diderita sebelum
kehamilan atau persalinan atau penyakit yang timbul selama kehamilan
yang tidak berkaitan dengan penyebab obstetri langsung, akan tetapi
diperburuk oleh pengaruh fisiologik akibat kehamilan, sehingga keadaan
penderita menjadi semakin buruk. Kematian obstetri tidak langsung ini
hepatitis, anemia, malaria, tuberkulosis, HIV / AIDS, dan lain – lain
(Dinkes, 2013).
4. Faktor risiko yang mempengaruhi kematian maternal
Faktor – faktor risiko yang mempengaruhi kematian maternal yang
dikelompokkan berdasarkan kerangka dari McCarthy dan Maine (1992)
yang masih dipakai sampai sekarang adalah sebagai berikut :
a. Determinan dekat
Proses yang paling dekat terhadap kejadian kematian maternal
(determinan dekat) yaitu kehamilan itu sendiri dan komplikasi dalam
kehamilan, persalinan dan masa nifas (komplikasi obstetri) yang
berpengaruh langsung terhadap kematian maternal. (Dinkes, 2013)
Komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas yang merupakan
penyebab langsung kematian maternal, yaitu : Perdarahan pervaginam,
khususnya pada kehamilan trimester ketiga, persalinan dan pasca
persalinan, infeksi, keracunan kehamilan, komplikasi akibat partus
lama dan trauma persalinan (Dinkes, 2013).
1) Komplikasi persalinan
Komplikasi persalinan adalah kondisi dimana nyawa ibu dan
atau janin yang ia kandung terancam yang disebabkan oleh
gangguan langsung saat persalinan. Komplikasi persalinan sering
terjadi akibat dari keterlambatan penanganan persalinan, dan
dianggap sebagai salah satu penyebab terjadinya kematian ibu
kejadian komplikasi tersebut antara lain usia, pendidikan, status
gizi dan status ekonomi ibu bersalin.
Komplikasi persalinan merupakan keadaan penyimpangan
dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan
kematian ibu maupun bayi karena gangguan akibat (langsung) dari
persalinan (Dinkes, 2008).
Komplikasi persalinan merupakan suatu kegawat daruratan
obstetrik yang paling sering menyebabkan kematian pada ibu
melahirkan. Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya
komplikasi persalinan yaitu status kesehatan ibu yang buruk, status
kesehatan reproduksinya, akses ke pelayanan kesehatan, serta
prilaku kesehatan yang kurang baik dari ibu itu sendiri. Selain itu
kejadian komplikasi persalinan dapat di pengaruhi juga oleh status
wanita dalam keluarga dan masyarakat dan status keluarga dalam
masyarakat (Misar dkk, 2012).
2) Komplikasi kehamilan
Kehamilan merupakan suatu hal yang sangat diharapkan oleh
seorang ibu. Pada umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung
normal dan hanya 10-12% kehamilan yang disertai dengan penyulit
dan komplikasi. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada masa
kehamilan yaitu perdarahan, pre eklampsia, nyeri hebat didaerah
abdominopelvikum, hyperemisis gravidarum, disuria, ketuban
makrosomia, dan lain-lain. Komplikasi-komplikasi yang terjadi
pada kehamilan tersebut merupakan risiko tinggi bila terjadi pada
ibu hamil (Saifuddin AB, 2010).
3) Komplikasi masa nifas
Pengertian Nifas Nifas merupakan masa atau waktu sejak
bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim sampai enam
minggu berikutnya disertai pulihnya kembali organ-organ yang
berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan seperti
perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni,
2009). Infeksi masa nifas : beberapa bakteri dapat menyebabkan
infeksi pasca persalinan, infeksi masa nifas masih merupakan
penyebab tertinggi angka kematian ibu (AKI). Infeksi alat genital
merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas ke saluran
urinari, payudara, dan pembedahan merupakan penyebab
terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi dapat dilihat dari suhu,
pembengkakan, takikardia dan malaise. Gejala lokalnya berupa
uterus lembek, kemerahan, rasa nyeri pada payudara, atau adanya
disuria (Bahiyatun, 2009).
Infeksi juga merupakan penyebab penting kematian dan
kesakitan ibu. Insidensi infeksi nifas sangat berhubungan dengan
praktik tidak bersih pada waktu persalinan dan nifas (saifuddin,
b. Determinan antara
Determinan dekat secara langsung dipengaruhi oleh determinan
antara yaitu status kesehatan ibu, status reproduksi, akses ke pelayanan
kesehatan, perilaku perawatan kesehatan / penggunaan pelayanan
kesehatan dan faktor – faktor lain yang tidak diketahui atau tidak
terduga (Dinkes, 2013).
1) Status kesehatan ibu
Status kesehatan ibu terdiri dari status gizi, riwayat
komplikasi kehamilan, riwayat persalinan sebelumnya dan
penyakit penyerta/riwayat penyakit ibu (jantung dll).
a) Status gizi
Status gizi merupakan hal yang penting
diperhatikan pada masa kehamilan, karena faktor gizi
sangat berpengaruh terhadap status kesehatan ibu hamil
selama hamil serta guna pertumbuhan dan perkembangan
janin. Hubungan antara gizi ibu hamil dengan faktor
ekonomi, sosial, atau keadaan lain yang meningkatkan
kebutuhan gizi ibu hamil dengan penyakit infeksi
tertentu termasuk juga persiapan fisik untuk masa persalinan.
Kebutuhan ibu hamil secara garis besar adalah asam folat,
energi, protein, zat besi (Fe), kalsium, pemberian suplemen
vitamin D terutama pada kelompok berisiko penyakit seksual
pemberian yodium pada daerah yang endemik kretinisme
(Kusmiyati, 2008).
Ibu hamil merupakan salah satu kelompok rawan
kekurangan gizi, karena terjadi peningkatan kebutuhan gizi
untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin yang dikandung.
Pola makan yang salah pada ibu hamil membawa dampak
terhadap terjadinya gangguan gizi antara lain anemia,
pertambahan berat badan yang kurang pada ibu hamil dan
gangguan pertumbuhan janin (Ojofeitimi, 2008).
b) Status anemia
Ibu hamil yang anemia karena Hbnya rendah bukan
hanya membahayakan jiwa ibu tetapi juga mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan serta membahayakan jiwa
janin. Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai nutrisi dan
oksigen pada placenta yang akan berpengaruh pada fungsi
placenta terhadap janin.
Menurut Depkes RI (2008), batasan anemia adalah:
(1) Laki-laki Dewasa > 13 gram %
(2) Wanita Dewasa > 12 gram %
(3) Anak-anak > 11 gram %
(4) Ibu Hamil > 11 gram %
Jika kehamilan terjadi pada seorang ibu yang telah
memperberat keadaan anemia dan berakibat fatal (saifuddin,
2010).
c) Riwayat persalinan sebelumnya
Seorang ibu yang pernah mengalami komplikasi dalam
kehamilan dan persalinan seperti keguguran, melahirkan bayi
prematur, lahir mati, persalinan sebelumnya dengan tindakan
ekstraksi vakum atau forsep dan dengan seksio sesaria
merupakan risiko untuk persalinan berikutnya (Kusumawati,
2006).
d) Riwayat penyakit ibu
Seorang wanita yang mempunyai penyakit-penyakit
kronik sebelum kehamilan, seperti jantung, paru, ginjal,
diabetes melitus, malaria dan lainnya akan sangat
mempengaruhi proses kehamilan dan memperburuk keadaan
pada saat proses persalinan serta berpengaruh secara timbal
balik antara ibu dan bayi, sehingga dan dapat mengurangi
kesempatan hidup wanita tersebut. Ibu yang hamil dengan
kondisi terdapat penyakit ini termasuk dalam kehamilan risiko
tinggi (Kusumawati, Y. 2006).
e) Riwayat komplikasi kehamilan
Serang ibu yang pernah mengalami komplikasi dalam
kehamilan dan persalinan seperti keguguran, melahirkan bayi
dengan ektrasi vakum atau forsep dan dengan seksio sesaria
merupakan risiko untuk persalinan berikutnya (Kusumawati,
2006). Banyak faktor lyang menyebabkan komplikasi obstetri
yaitu status gizi ibu, yaitu ibu yang KEK mempunyai risiko 7,9
kali melahirkan BBLR, kemudian ibu yang mempunyai
penyakit kronis berhubungan secara bermakna dengan kejadian
komplikasi kehamilan dan persalinan. Ibu dengan riwayat
komplikasi kehamilan sebelumnya juga akan berisiko
mengalami komplikasi obstetri 1,79 kali lebih besar daripada
ibu yang tanpa riwayat komplikasi. Tenaga kesehatan juga
berperan penting, karena ibu yang persalinannya tidak ditolong
oleh tenaga kesehatan berisiko 4,32 kali lebih besar untuk
mengalami komplikasi obstetri (Gitta, 2007).
2) Status reproduksi
Status reproduksi terdiri dari umur ibu, paritas dan jarak
kehamilan.
a) Usia ibu
Umur ibu saat hamil Usia ibu yang berisiko untuk
terjadinya kematian maternal adalah usia kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun. Ibu yang hamil pada usia < 20 tahun
atau > 35 tahun memiliki risiko untuk mengalami kematian
maternal 3,4 kali lebih besar daripada ibu yang berusia 20 – 35
b) Paritas
Paritas menunjukkan jumlah anak yang pernah dilahirkan
oleh seorang wanita. Paritas merupakan faktor penting dalam
menentukan nasib ibu dan janin baik selama kehamilan
maupun selama persalinan. Pada ibu yang primipara
(melahirkan bayi hidup) pertama kali, karena pengalaman
melahirkan belum pernah, maka kemungkinan terjadinya
kelainan dan komplikasi cukup besar baik pada kekuatan his
(power), jalan lahir (passage), dan kondisi janin (pasagger).
Informasi yang kurang tentang persalinan dapat pula
mempengaruhi proses persalinan (Kusumawati, 2006).
c) Jarak kehamilan
Jarak kehamilan (jarak kehamilan < 2 tahun dan > 10
tahun merupakan faktor risiko untuk terjadinya komplikasi
kehamilan dan persalinan) Jarak antar kehamilan yang terlalu
dekat (kurang dari 2 tahun) dapat meningkatkan risiko untuk
terjadinya kematian maternal. Persalinan dengan interval
kurang dari 24 bulan (terlalu sering) secara nasional sebesar
15%, dan merupakan kelompok risiko tinggi untuk perdarahan
postpartum, kesakitan dan kematian ibu. Jarak antar kehamilan
yang disarankan pada umumnya adalah paling sedikit dua
tahun, untuk memungkinkan tubuh wanita dapat pulih dari
yang dilakukan di tiga rumah sakit di Bangkok pada tahun
1973 sampai 1977 memperlihatkan bahwa wanita dengan
interval kehamilan kurang dari dua tahun memiliki risiko dua
setengah kali lebih besar untuk meninggal dibandingkan
dengan wanita yang memiliki jarak kehamilan lebih lama
(Fibriana, 2007).
3) Akses terhadap pelayanan kesehatan
Akses terhadap pelayanan kesehatan terdiri dari ketersediaan
dan keterjangkauan. Ketersediaan meliputi tersedianya fasilitas
pelayanan kesehatan (sarana dan tenaga) dengan jumlah, mutu
memadai dengan ketersediaan informasi yang dibutuhkan baik
berupa penyuluhan, konseling maupun poster tentang tanda bahaya
kehamilan, persalinan dan nifas serta informasi lain yang
dibutuhkan. Sedangkan keterjangkauan meliputi jarak, waktu, letak
geografis dan transportasi (semakin jauh, lama dan lokasi fasilitas
pelayanan kesehatan yang sulit, semakin kecil akses ibu hamil
untuk mencapainya), serta biaya (semakin mahal biaya, maka akan
semakin kecil kemampuan ibu hamil untuk memperoleh pelayanan
kesehatan). Akses sarana pelayanan kesehatan merupakan faktor
penentu dalam kematian ibu. Komplikasi obstetrik dan kondisi
kesehatan lain yang mengakibatkan kematian ibu, memerlukan
tenaga kesehatan yang sangat terampil dan terlatih (Hernandez,
a) Tempat persalinan
Menurut Depkes RI (2009), tujuan persiapan persalinan
aman adalah agar ibu hamil dan keluarga tergerak
merencanakan tempat dan penolong persalinan yang aman,
yang mana menurut Kemenkes RI (2011) persalinan dilakukan
di fasilitas kesehatan dan ditolong oleh tenaga kesehatan.
Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010
mencatat cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih
baru mencapai 82,3% (Depkes, 2010). Dari data Riskesdas
tersebut, sebanyak 43,2 % ibu hamil melahirkan di rumahnya
sendiri, dimana hanya 2,1 % yang mendapat pertolongan oleh
dokter, 5,9 % oleh bidan dan 1,4 % oleh tenaga medis lainnya,
sisanya sebesar 4 % ditolong keluarga dan yang paling banyak
40,2 % ditolong dukun beranak (Pramudiarja, 2011).
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2010, persalinan bukan di
fasilitas kesehatan di Jawa Barat mencapai 41,5%, dan
persalinan oleh dukun.
4) Perilaku terhadap pelayanan kesehatan
Perilaku terhadap pelayanan kesehatan terdiri dari riwayat
KB, asuhan antenatal, penolong pertama persalinan, pelaksanaan
a) Riwayat penggunaan KB
Keluarga berencana (KB) menyelamatkan kehidupan
perempuan dan mencegah 1 dari 3 kematian ibu dengan
menunda kehamilan, memberi jarak kelahiran, mencegah
kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi serta memiliki 2
anak saja (smith dkk., 2009).
Selain itu masih terdapat masalah dalam penggunaan
kontrasepsi. Menurut data SDKI Tahun 2007, angka
unmet-need 9,1%. Kondisi ini merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi yang
tidak aman, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kesakitan
dan kematian ibu (Kemenkes, 2010).
b) Pemeriksaan antenatal
Menurut Kemenkes RI (2010), pelayanan antenatal
merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih
untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai
dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam
Standar Pelayanan Kebidanan. Pengertian antenatal care adalah
perawatan kehamilan. Pelayanan perawatan kehamilan
merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu
selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan
antenatal care yang sudah ditetapkan. Sedangkan tujuan
kemajuan kehamilan serta memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi, meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan fisik, mental dan sosial ibu serta janin, mengenali
secara dini kelainan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil, mempersiapkan persalinan cukup bulan;
melahirkan dengan selamat dan mengurangi sekecil mungkin
terjadinya trauma pada ibu dan bayi, mempersiapkan ibu untuk
menjalani masa nifas dan mempersiapkan pemberian asi
eksklusif, mempersiapkan peran ibu dan keluarga untuk
menerima kelahiran dan tumbuh kembang bayi.
Pemeriksaan antenatal dilakukan minimal 4 kali selama
kehamilan, yaitu 1 kali saat trimester 1, 1 kali saat trimester 2,
dan 2 kali saat trimester 3. Saat melakukan ANC setidaknya
ada 7 standar yang harus dilakukan yaitu “7T” : Timbang berat
badan, Ukur (Tekanan) darah, Ukur (Tinggi) fundus,
Pemberian Imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap,
Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama
kehamilan, Tes terhadap Penyakit Menular Seksual, Temu
wicara dalam rangka persiapan rujukan.
c) Pelaksanaan rujukan
Sebagian besar komplikasi obstetri terjadi pada saat
persalinan berlangsung. Untuk itu diperlukan tenaga
komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan sekaligus
melakukan penanganan tepat waktu untuk menyelamatkan jiwa
ibu. Angka kematian maternal akan dapat diturunkan secara
adekuat apabila 15% kelahiran ditangani oleh dokter dan 85%
ditangani oleh bidan. Rasio ini paling efektif bila bidan dapat
menangani persalinan normal, dan dapat secara efektif merujuk
15% persalinan yang mengalami komplikasi kepada dokter
(Fibriana, 2007).
d) Cara persalinan
persalinan sectio caesarea Hampir setiap wanita akan
mengalami proses persalinan. Kodratnya wanita dapat
melahirkan secara normal yaitu persalinan melalui vagina atau
jalan lahir biasa (Siswosuharjo dan Chakrawati, 2010). Apabila
wanita tidak dapat melahirkan secara normal maka tenaga
medis akan melakukan persalinan alternatif untuk membantu
pengeluaran janin (Bobak, et.al, 2005). Oleh karena itu ada satu
penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu.
Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin
melalui irisan pada dinding perut dan dinding uterus.
Persalinan sectio caesarea harus dipahami sebagai salah satu
jalan untuk menolong persalinan jika persalinan normal tidak
dapat dilakukan dengan tujuan tercapai bayi lahir sehat dan ibu
caesar antara lain karena faktor dari ibu hamil dan faktor janin.
Faktor ibu antara lain ibu berpenyakit jantung, paru, ginjal, atau
tekanan darah tinggi atau pada ibu dengan komplikasi
pre-eklampsia / pre-eklampsia atau ibu dengan kelelahan saat
persalinan. Selain itu keadaan yang mendesak kehamilan
dengan pendarahan, perjalanan persalinan yang terhambat,
kesempitan panggul, kelainan letak janin dalam rahim, kelainan
posisi kepala di jalan lahir dan persalinan lama merupakan
alasan yang dibenarkan secara medis untuk dilakukan
persalinan sectio caesarea. Faktor janin antara lain gawat janin
akibat air ketuban kurang, posisi bayi sungsang, pertumbuhan
janin kurang baik, dan kematian janin dalam rahim (Manuaba,
dkk., 2009).
Persalinan sectio caesarea, yang adalah jalan keluar jika
persalinan pervaginam (normal) tidak memungkinkan ternyata
juga memiliki kelemahan. Kelemahan tersebut bersumber dari
risiko kematian dan infeksi yang lebih tinggi dibandingkan
persalinan pervaginam. Hasil penelitian oleh Sadiman dan
Ridwan (2009) menyatakan Angka Kematian Ibu (AKI)
dengan persalinan sectio caesarea sebesar 40-80 setiap 100.000
kelahiran hidup, sementara risiko kematian ibu pada persalinan
section caesarea meningkat 25 kali dan risiko infeksi 80 kali
e) Penolong pertama persalinan
Pemilihan penolong persalinan merupakan salah satu
upaya yang dilakukan untuk mencari pertolongan dalam
menghadapi proses persalinan. Adapun tenaga penolong
persalinan yakni orang-orang yang biasa memeriksa wanita
hamil atau memberikan pertolongan selama persalinan dan
nifas.
Menurut Prawirohardjo (2009) bahwa tenaga yang dapat
memberikan pertolongan selama persalinan dapat dibedakan
menjadi dua yaitu tenaga kesehatan yakni mereka yang
mendapatkan pendidikan formal seperti; dokter spesialis,
dokter umum bidan dan perawat, sedangkan yang bukan tenaga
kesehatan yaitu dukun bayi , baik yang terlatih maupun yang
tidak terlatih.
f) Keterlambatan rujukan
Sesuai pernyataan (Manuaba, dkk., 2008). rujukan harus
dilakukan pada keadaan ibu dan anak masih baik dan rujukan
yang dilakukan seharusnya pada saat kehamilan bukan saat
persalinan, sehingga tujuan sistem rujukan tercapai. Selain itu,
menurut (Bossyns, dkk., 2006) dinyatakan pula tujuan utama
sistem rujukan obstetri yaitu memberikan pelayanan yang
berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan ibu hamil, sehingga
5) Faktor lain yang tidak diketahui atau tidak diperkirakan
Keadaan yang terjadi secara tiba-tiba dan tak terduga yang
dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi selama hamil /
melahirkan seperti : kontraksi uterus yang tidak adekuat, ketuban
pecah dini dan persalinan kasep.
c. Determinan jauh
Di lain pihak, terdapat juga determinan jauh yang akan
mempengaruhi kejadian kematian maternal melalui pengaruhnya
terhadap determinan antara, yang meliputi faktor sosio–kultural dan
faktor ekonomi, seperti status wanita dalam keluarga dan masyarakat,
status keluarga dalam masyarakat dan status masyarakat (dinkes,
2013).
1) Tingkat pendidikan ibu
Pendidikan yang ditempuh oleh seseorang merupakan salah
satu faktor demografi yang sangat berpengaruh terhadap kondisi
kesehatan individu maupun masyarakat. Seseorang dengan
pendidikan yang tinggi, akan mudah menerima
informasi-informasi kesehatan dari berbagai media dan biasanya ingin selalu
berusaha untuk mencari informasi tentang hal hal yang
berhubungan dengan kesehatan yang belum diketahuinya.
Informasi kesehatan yang cukup terutama pada ibu-ibu hamil,
merubah perilaku hidup sehat termasuk dalam perilaku
pemeriksaan kehamilan atau Antenatal Care (Kusumawati, 2006).
2) Status pekerjaan
Status pekerjaan perempuan dan suami medukung dalam
pemanfaatan pelayanan kesehatan, namun, pada penelitian yang
dilakukan di Indonesia membuktikan bahwa status perempuan
yang berkerja dan pekerjaan suami tidak mempunyai dampak
signifikan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan
pertolongan persalinan pada fasilitas pelayan kesehatan (Kristiana,
2009).
3) Wilayah tempat tinggal
Letak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan
kesehatan dalam pelaksanaan antenatal care. Ibu hamil yang
tinggal ditempat yang terpencil umumnya desa-desa yang masih
terisolisir dan transportasi yang sulit terjangkau, sehingga untuk
menempuh perjalanan ke tempat pelayanan kesehatan akan
memerlukan waktu yang lama, sementara ibu hamil harus
memeriksakan kehamilannya (Meilani,dkk, 2009).
Jarak yang mudah terjangkau dan tersedianya fasilitas yang
memadai akan memberi kemudahan bagi ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya dan bisa melaksanakan antenatal care
sehingga jika terdapat keadaan gawat darurat dapat segera
5. Upaya menurunkan kematian ibu
Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia dapat ditinjau dari AKI
dan AKB. Salah satu faktor yang memengaruhi AKB adalah tenaga
penolong persalinan. Meskipun banyak ibu hamil yang pernah
memeriksakan kehamilannya ke tenaga medis, namun masih banyak
persalinan yang ditolong oleh tenaga non medis, khususnya yang terjadi di
pedesaan. untuk dapat menekan AKB dan AKI perlu digerakkan upaya
Gerakan Sayang Ibu (GSI), kelangsungan hidup, perkembangan serta
perlindungan ibu dan anak, Gerakan Keluarga Reproduksi Sehat (GKRS),
Safe Motherhood, dan penempatan bidan di desa - desa (Depkes RI, 2009;
Kusmiran, 2011).
Upaya Safe Motherhood merupakan upaya untuk menyelamatkan
wanita agar kehamilan dan persalinan dapat dilalui dengan sehat dan
aman, serta menghasilkan bayi yang sehat. Di Indonesia, upaya Safe
Motherhood diterjemahkan sebagai upaya kesejahteraan/ keselamatan ibu.
Kesejahteraan ibu menunjukkan ruang lingkup yang luas, meliputi hal -
hal di luar kesehatan, sedangkan keselamatan ibu berorientasi khusus pada
aspek kesehatan. Safe Motherhood memiliki Empat Pilar Utama yaitu; 1)
Keluarga berencana, 2) Pelayanan Antenatal Care (ANC), 3) Persalinan
yang aman, 4) Pelayanan obstetric essensi/emergensi. Pilar yang kedua
yaitu pelayanan antenatal care yang bertujuan utamanya mencegah
komplikasi obstetri dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini
6. Pengukuran kematian maternal
Jumlah kematian maternal pada dasarnya ditentukan oleh dua faktor,
yaitu: risiko kematian yang berhubungan dengan kehamilan atau
persalinan itu sendiri, dan jumlah kehamilan atau persalinan yang dialami
oleh wanita usia reproduktif (WHO, 2007).
Pendekatan Pengukuran Kematian Maternal :
Kesulitan untuk mengukur kematian maternal secara akurat masih
ditemui, meskipun menggunakan definisi standard. Untuk mendapatkan
angka yang akurat, maka dilakukan beberapa pendekatan pengukuran,
yaitu: Civil registration systems, household surveys, sisterhood methods,
reproductive-age mortality studies (RAMOS), verbal autopsies, dan
censuses (WHO, 2007).
a. Civil registration systems (Catatan Sipil)
Pendekatan ini melibatkan catatan kelahiran dan kematian.
Idealnya, statistik kematian ibu diperoleh dari data catatan sipil.
Namun, penyebab dari semua kematian diidentifikasi berdasarkan
sertifikat medis standar, dengan tidak adanya penemuan kasus,
kematian ibu mungkin terlewatkan atau terjadi kesalahan klasifikasi
(WHO, 2007).
b. Household surveys (Survei Rumah Tangga)
Jika data dari catatan sipil tidak tersedia, maka survei rumah
1) Mengidentifikasi kematian yang berhubungan dengan kehamilan,
bukan kematian maternal
2) Memakan biaya besar karena untuk mendapatkan estimasi statistik
yang reliabel, dibutuhkan ukuran sampel yang besar
3) Bahkan dengan ukuran sampel yang besar, perkiraan masih
diperoleh confidence interval yang lebar, sehingga sulit untuk
memantau perubahan dari waktu ke waktu.
c. Sisterhood methods
Metode Sisterhood memperoleh informasi dengan mewawancarai
wali sampel responden tentang kelangsungan hidup saudara
perempuan dewasa mereka untuk menentukan jumlah saudara
perempuan yang sudah menikah, berapa banyak yang hidup, berapa
banyak yang meninggal, dan berapa banyak yang meninggal selama
masa kehamilan, persalinan, atau dalam waktu enam minggu
kehamilan (WHO, 2007).
d. Reproductive-age mortality studies (RAMOS)
Pendekatan ini meliputi identifikasi dan investigasi penyebab
semua kematian wanita usia reproduktif pada suatu area populasi
dengan menggunakan sumber data yang beragam. Data tersebut
diperoleh dari wawancara anggota keluarga, registrasi vital, rekam
medik, surat pemakaman, pelayanan persalinan tradisional, dan
e. Verbal autopsies (Otopsi Verbal)
Pendekatan ini menentukan penyebab kematian melalui
wawancara dengan anggota keluarga atau anggota masyarakat, jika
sertifikasi medis yang memuat penyebab kematian tidak tersedia.
Catatan kelahiran dan kematian yang dikumpulkan secara berkala,
termasuk populasi kecil (biasanya di kabupaten), berada di bawah
sistem pengawasan demografis yang dikelola oleh lembaga penelitian
di negara berkembang (WHO, 2007).
f. Censuses (Sensus)
Sensus nasional dengan penambahan sejumlah pertanyaan yang
bisa menghasilkan perkiraan kematian ibu. Pendekatan ini juga
mengeliminasi sampling errors, karena semua wanita dimasukkan
menjadi sampel sehingga memungkinkan analisis trend. Pendekatan ini
memungkinkan identifikasi kematian di rumah tangga dalam relatif
singkat, dalam kurun waktu 1-2 tahun, sehingga didapatkan estimasi
kematian maternal terbaru, tetapi dilakukan dengan interval 10 tahun,
sehingga membatasi pencatatan kematian maternal. Pelatihan pencacah
sangat penting karena kegiatan sensus mengumpulkan informasi
tentang berbagai topik lain yang tidak berhubungan dengan kematian
ibu. Hasil harus disesuaikan dengan karakteristik seperti kelengkapan
statistik kematian dan kelahiran, dan struktur populasi agar didapatkan
B. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka disusun sebuah kerangka
teori mengenai faktor risiko kematian maternal yang diambil dari kerangka
analisis faktor – faktor risisko kematian maternal oleh James McCarthy dan
Deborah Maine, sebagai berikut :
Faktor risiko yang mempengaruhi kematian maternal dibagi menjadi 3
yaitu: faktor–faktor determinan dekat, determinan antara dan determinan jauh.
Determinan dekat merupakan faktor yang terjadi selama kehamilan, seperti
partus lama, preeklamsi/eklamsi, pendarahan, infeksi dan ruptura uterus
merupakan risisko yang dapat terjadi pada wanita hamil dan berpengaruh
terhadap kejadian maternal.
Determinan antara secara langsung mempengaruhi kehamilan dimana
risiko terjadinya komplikasi kemamilan dan persalinan dapat berakibat
kematian pada ibu hamil, yaitu meliputi status kesehatan ibu (status gizi,
riwayat penyakit, riwayat komplikasi pada kehamilan sebelumnya, riwayat
persalinan sebelumnya), status reproduksi (usia, paritas, jarak kehamilan,
status perkawinan), akses ke pelayanan kesehatan (lokasi pelayanan kesehatan
: KB, pelayanan antenatal, pelayanan obstetri emergensi, jangkauan pelayanan
yang tersedia, kualitas pelayanan, akses informasi tentang pelayanan
kesehatan), perilaku terhadap pelayanan kesehatan (perilaku KB, pemeriksaan
antenatal, penolong persalinan, tempat persalinan, pelaksanaan aborsi yang
Determinan jauh secara langsung mempengaruhi determinan antara dan
secara tidak langsung mempengaruhi determinan dekat. Beberapa diantaranya
status wanita dalam keluarga dan masyarakat (pendidikan, pekerjaan,
pendapatan), status keluarga dalam masyarakat (pendapatan keluarga, tempat
tinggal, pendidikan anggota keluarga, pekerjaan anggota keluarga) dan status
masyarakat (kesejahteraan, sumber daya dan transportasi di masyarakat).
Kerangka teori klasik yang sampai sekarang masih digunakan dalam
membahas determinan kematian maternal adalah yang dipresentasikan oleh
Kerangka teori kematian maternal menurut McCarthy and Maine (1992)
Determinan Jauh Determinan Antara Hasil.
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep digunakan untuk menggambarkan variabel – variabel
yang akan diukur atau teliti selama penelitian. Tidak semua variabel yang
berada di dalam kerangka teori dimasukkan ke dalam kerangka konsep, karena
keterbatasan peneliti dalam masalah, tenaga, dan waktu. Variabel yang akan
diteliti pada determinan dekat adalah komplikasi persalinan, kehamilan dan
nifas. Pada determinan antara yang akan diteliti adalah usia ibu, paritas,
pemeriksaan antenatal, keterlambatan rujukan. Variabel yang akan diteliti
pada determinan jauh adalah tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu.
Tingkat pendidikan ibu
Status pekerjaan ibu
Keterlambatan rujukan
paritas
Usia ibu
Pemeriksaan antenatal
Kehamilan
Komp likasi keham ilan
Komp likasi persali nan
Komp likasi nifas
D. Hipotesis
Faktor risiko determinan jauh, determinan antara, dan determinan dekat
dalam faktor risiko kematian maternal secara sendiri sendiri atau bersamaan
38 A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan studi observasional untuk memberikan gambaran mengenai penelitian yang dilakukan dengan
mengamati kondisi-kondisi yang terjadi melalui metode pengumpulan data
observasi secara retrospektif. Disamping itu observasi ini juga menggunakan desain penelitian cross sectional untuk melihat faktor risiko suatu pajanan di tempat tertentu pada waktu tertentu.
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoadmodjo, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang
mengalami kematian maternal di Kabupaten Bantul selama tahun 2010
sampai dengan tahun 2014 dan tercatat dinklalam data kematian maternal
di Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul.
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoadmodjo, 2010). Sampel pada penelitian ini adalah seluruh
ibu yang meninggal akibat melahirkan (kematian maternal) di Kabupaten
Bantul Tahun 2010 – 2014.
Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasi maka
a. Kriteria inklusi
Kematian maternal di Kabupaten Bantul tahun 2010 – 2014.
b. Kriteria eksklusi
1) Kematian maternal yang tidak terdaftar di dinas Kabupaten Bantul.
2) Ibu hamil yang pindah dari Kabupaten Bantul.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi
Penellitian ini dilakukan di Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 7 bulan dari bulan mei sampai
dengan bulan november 2015.
D. Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel terikat
Variabel terikat (dependent) adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah kematian
maternal
2. Variabel bebas
Variabel bebas (independent) adalah variabel yang mempengaruhi atau menyebabkan variabel tergantung. Dalam penelitian ini variabel
a. Komplikasi kehamilan
Variabel Definisi Operasional Skala Pengukuran Variabel Kematian
Maternal
Adalah kematian yang terjadi pada ibu selama hamil dan atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, disebabkan oleh komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas atau penanganannya dan penyakit yang diderita sebelum atau selama kehamilan, diperberat oleh kehamilan dan bukan kematian karena kecelakaan atau kebetulan. Data diperoleh dari dokumen dinas kesehatan atau dari catatan medik.
Nominal
Adalah komplikasi yang terjadi selama kehamilan terakhir, dapat berupa perdarahan, preeklamsia / eklamsia, infeksi, ketuban pecah dini. Data diperoleh dari dokumen dinas kesehatan atau dari catatan medik. Ibu hamil berisiko tinggi untuk mengalami kematian maternal bila terdapat komplikasi pada kehamilannya.
Adalah komplikasi yang terjadi selama proses persalinan berupa perdarahan, partus lama, infeksi, preeklamsia/ eklamsia, syok, kelainan plasenta, kelainan letak yang terjadi menjelang atau pada saat persalinan.
Data diperoleh dari dokumen dinas kesehatan atau dari catatan medik. Ibu hamil berisiko tinggi untuk mengalami kematian maternal bila terdapat komplikasi persalinan.
Komplikasi nifas
Adalah komplikasi yang terjadi dalam waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, berupa infeksi nifas, preeklamsia/ eklamsia, perdarahan pada masa nifas. Data diperoleh dari dokumen dinas kesehatan atau dari catatan medik. Ibu hamil berisiko tinggi untuk mengalami kematian maternal bila terdapat komplikasi nifas. dihitung dalam tahun berdasarkan ulang tahun terakhir. Ibu hamil berisiko tinggi untuk mengalami kematian maternal bila ibu berusia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
Rasio
Paritas Adalah jumlah persalinan yang pernah dialami ibu. Data diperoleh dari dokumen dinas kesehatan atau dari catatan medik. Ibu hamil berisiko pada paritas ≤ 1 (belum
Adalah pemeriksaan yang dilakukan pada ibu selama masa kehamilan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Data diperoleh dari dokumen dinas kesehatan atau dari catatan medik. Pemeriksaan antenatal disebut baik bila ibu hamil memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali dengan standar 7T oleh tenaga kesehatan. Sebaliknya bila salah satu atau lebih tidak dilakukan maka pemeriksaan antenatal disebut tidak baik.
masalah medik / komplikasi pada saat kehamilan, persalinan atau nifas. Data diperoleh dari dokumen dinas kesehatan atau dari catatan medik. Ibu hamil berisiko mengalami kematian maternal bila dalam pelaksanaan rujukan mengalami setidaknya salah satu dari tiga keterlambatan, yaitu keterlambatan dalam pengambilan keputusan untuk dirujuk, keterlambatan dalam mencapai tempat rujukan dan keterlambatan memperoleh pelayanan di tempat pelayanan kesehatan rujukan.
- Keterlambatan pengambilan keputusan untuk dirujuk : Disebut terlambat apabila keputusan untuk dirujuk diambil dalam waktu > 30 menit.
- Keterlambatan mencapai tempat rujukan : Disebut terlambat apabila waktu yang diperlukan untuk mencapai tempat pelayanan kesehatan rujukan > 2 jam. - Keterlambatan memperoleh pelayanan di tempat pelayanan kesehatan rujukan : Disebut terlambat apabila setelah penderita tiba di tempat pelayanan kesehatan rujukan, penderita baru memperoleh pelayanan setelah > 30 menit.
Pendidikan ibu
Pendidikan formal terakhir yang pernah dijalani ibu sampai saat persalinan terakhir. Data diperoleh dari dokumen dinas kesehatan atau dari catatan medik. Ibu hamil berisiko bila memiliki pendidikan formal kurang dari 9 tahun atau tidak pernah menempuh pendidikan formal sama sekali.
Rasio
Status pekerjaan Ibu
Adalah kegiatan yang dilakukan selain sebagai ibu rumah tangga dalam kurun waktu kehamilan sampai persalinan. Data diperoleh dari dokumen dinas kesehatan atau dari catatan medik. Ibu hamil berisiko tinggi bila selain sebagai ibu rumah tangga, ibu juga bekerja di luar rumah, yang memerlukan beban tenaga atau pikiran selama masa kehamilan.
F. Instrumen Penelitian
1. Data kematian maternal di Kabupaten Bantul 2010-2014.
2. Data penyebab dan proses terjadinya kematian maternal.
3. Data pribadi dan semua informasi yang tercatat di dinkes dan puskesmas
yang dapat membantu jalannya penelitian.
G. Cara Pengumpulan Data
Data yang akan dikumpulkan adalah data sekunder. Data sekunder
adalah data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan dan Badan Statistika
Kabupaten Bantul dengan cara retrospektif kemudian diolah dan dilakukan uji
statistik dan digunakan untuk pelakasanaan dan melengkapi penelitian. Data
sekunder dalam penelitian ini berupa rekap kematian maternal di Kabupaten
Bantul tahun 2010-2014.
H. Pengolahan Data
Tahap – tahap pengolahan data :
1. Cleaning
Data yang telah dikumpulkan dilakukan cleaning (pembersihan data)
yaitu sebelum dilakukan pengolahan data, data terlebih dahulu diperiksa
agar tidak terdapat data yang tidak diperlukan dalam analisis.
2. Editing
Setelah dilakukan cleaning kemudian dilakukan editing untuk
memeriksa kelengkapan data, kesinambungan dan keseragaman data
3. Coding
Coding dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data.
4. Entry Data
Yaitu memasukkan data ke dalam program komputer untuk proses
analisis data.
I. Langkah – Langkah Penelitian
Langkah pertama penulis mengumpulkan data dari pihak terkait, setelah
itu peneliti melakukan pengecekan kriteria inklusi dan ekslusi untuk
memastikan bahwa data - data lengkap dan selanjutnya melakukan analisis
data.
Tabel 2. Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Bulan Keterangan
J. Analisis Data
Hasil pengumpulan data kemudian diolah dengan menggunakan
software SPSS versi 15 analisis data uji korelasi untuk menguji hipotesis hubungan faktor – faktor risiko terhadap kematian maternal dan untuk
mengetahui pengaruh secara bersama – sama variabel independen terhadap variabel dependen, dan variabel independen mana yang paling besar
pengaruhnya terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji regresi
logistik.
K. Etika Penelitian
Semua data yang didapat akan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti dan
pada saat publikasi penelitian tidak menampilkan identitas termasuk nama dan
46 A. Hasil Penelitian
Berdasarkan analisis deskriptif pada penelitian faktor risiko kematian
maternal di Kabupaten Bantul tahun 2010-2014 didapatkan hasil sebagai
berikut :
Tabel 1. Jumlah kematian maternal di Kab. Bantul tahun 2010-2014
Tahun Jumlah kematian maternal
2010 10 orang
2011 15 orang
2012 7 orang
2013 13 orang
2014 14 orang
Jumlah 59 orang
Jumlah kematian maternal pada tahun 2010 sebanyak 10 orang, tahun
2011 sebanyak 15 orang, tahun 2012 sebanyak 7 orang, tahun 2013 sebanyak
13 orang dan 2014 sebanyak 14 orang. Kematian maternal dari tahun 2010
sampai 2014 mengalami fluktuasi, jumlah terkecil pada tahun 2012 dan
jumlah terbanyak pada tahun 2011.
Kematian maternal Kab. Bantul tahun 2010-2014 sebanyak 59 orang
yang kemudian akan dicari faktor risiko terkait kejadian tersebut, seperti usia,
paritas, ANC, pendidikan, pekerjaan, keterlambatan rujukan, komplikasi
kehamilan, komplikasi persalinan, komplikasi nifas. Dibawah ini adalah hasil