BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori ini menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya (Noviana dan Yuyetta, 2011). Teori keagenan memiliki asumsi bahwa setiap individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Konflik tersebut muncul karena adanya asimetri informasi antara agen dan prinsipal.
Asimetri informasi terjadi ketika manajer memiliki informasi internal perusahaan relatif lebih banyak dan mengetahui informasi tersebut relatif lebih cepat dibandingkan pihak eksternal. Widhianingrum, (2012). Asimetri antara agent dan principal memicu manajer untuk melakukan disfunctional behavior, yakni menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan dalam usaha memaksimalkan kemakmurannya Noviana dan Yuyetta, (2011).
harus memilih tindakan-tindakan yang akan memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Dengan kata lain, pengambilan keputusan tidak didasarkan atas kepentingan manajemen namun harus mengacu pada kepentingan pemegang saham. Namun kenyataan yang terjadi dibanyak perusahaan adalah manajer cenderung memilih tindakan yang menguntungkan kepentingannya, misalnya memaksimalkan kekayaannya daripada menguntungkan pemegang saham.
Brigham dan Houston (2006), menyatakan bahwa para manajer dapat didorong untuk bertindak demi kepentingan utama dari pemegang saham melalui insentif-insentif yang memberikan imbalan atas setiap kinerja yang baik atau hukuman untuk kinerja yang buruk. Beberapa mekanisme spesifik yang digunakan untuk memotivasi para manajer untuk bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham antara lain: kompensasi manajerial, intervensi langsung oleh pemegang saham, ancaman pemecatan, dan ancaman pengambilalihan.
2.1.2 Signaling Theory
Signaling theory merupakan salah satu bentuk teori yang memberikan gambaran mengenai keadaan dan tindakan manajer perusahaan terhadap pemilik perusahaan maupun calon investor. Hal itu berdampak pada keberhasilan dan kegagalan manajer atau agen yang harus disampaikan kepada pemilik atau pemegang saham Harianto dan Sudomo, (1998) dalam Pratiwi, (2013). Tindakan yang ditempuh oleh manajer tersebut tidak terlepas dari keinginannya untuk memberikan kesan positif terhadap situasi perusahaan yang dikelolanya sehingga penyampaian sinyal-sinyal yang baik dan bermutu. Dalam signaling theory, kesulitan untuk membedakan mana perusahaan yang berkualitas rendah maupun yang berkualitas tinggi dapat dihindari, karena setiap manajer perusahaan yang kualitas perusahaannya lebih tinggi akan mampu memberikan sinyal-sinyal yang lebih baik atau mahal kepada investor dibandingkan perusahaan dengan kualitas yang rendah, dengan demikian sinyal yang akan disampaikan oleh manajer akan menjadi tolak ukur bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi.
2.2 Telaah Pustaka
2.2.1 Perataan Laba (income smoothing)
manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan. Tindakan perataan laba yang dilakukan oleh manajer pada umumnya didasarkan atas berbagai alasan seperti mencapai keuntungan pajak, untuk memberikan kesan baik pemilik dan kreditor terhadap kinerja manajemen, mengurangi fluktuasi pada pelaporan laba dan mengurangi risiko sehingga harga sekuritas yang tinggi sehingga dapat menarik perhatian pasar, untuk menghasilkan profit yang stabil, dan untuk menjaga posisi mereka di dalam perusahaan.
Perataan laba dikaitan dengan upaya manajemen menentukan metode-metode akuntansi yang dapat mengurangi ketidakstabilan laba yang dilaporkan guna memaksimalkan penyajian laba. Menurut Belkaoui (2000) dalam Suryani dan Damayanti (2015) perataan laba dipadang sebagai upaya manajemen yang secara sengaja menjadikan laba dalam keadaaan normal dalam rangka mencapai taraf laba yang ditentukan.
Hepworth (1953) dalam Santoso & Salim (2012) menjelaskan bahwa praktek perataan laba yang dilakukan oleh manajemen merupakan suatu tindakan yang rasional dan logis karena adanya alasan perataan laba sebagai
berikut:
1. Sebagai teknik untuk mengurangi laba dan menaikkan biaya pada
tahun berjalan sehingga pajak yang terhutang atas perusahaan menjadi kecil.
2. Sebagai bentuk peningkatan citra perusahaan dimata investor,
sesuai dengan keinginan investor ketika perusahaan mengalami kenaikan atas laba yang diperolehnya.
3. Sebagai jembatan penghubung antara manajemen perusahaan dengan karyawannya.
Praktek perataan laba merupakan fenomena yang umum terjadi sebagai usaha manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan Cahyani, (2012). Adanya perataan laba sebenarnya memperlihatkan bahwa
manajer berusaha untuk menyembunyikan informasi ekonomi perusahaan kepada stokeholder (Syafriont, 2008). Praktek perataan laba banyak menjadi
perdebatan berbagai pihak. Oleh berbagai pihak tindakan perataan laba dinilai merugikan karena laba yang dilaporkan tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Pada intinya tindak perataan laba diharapkan
dapat memberikan pengaruh yang memnguntungkan bagi pihak manajemen yang kinerjanya diukur dari informasi tersebut.
2.2.2 Profitabilitas
tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar peluang perusahaan mengalami penurunan profitabilitas di masa yang akan datang sehingga semakin besar perusahaan mengalami fluktuatif pendapatan yang menyebabkan ketidakstabilan perusahaan dalam memperoleh pendapatan, sehingga semakin besar profitabilitas perusahaan maka semakin besar manajer perusahaan melakukan praktik perataan laba untuk menjaga kestabilan perusahaan dalam suatu pengambilan keputusan.
2.2.3 Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan suatu indikator yang dapat menunjukan karakteristik (besar/kecil) atau mengelompokkan suatu perusahaan dengan menggunakan beberapa cara seperti, banyaknya jumlah karyawan untuk melakukan aktivitas perusahaan, total penjualan/pendapatan perusahaan, jumlah asset yang dimiliki perusahaan dan jumlah saham yang beredar. Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan di ukur dengan total asset. Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan menurut berbagai cara, antara lain: total aset, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain Atarmawan, (2011). Perusahaan dengan size besar mempunyai insentif yang besar untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan kecil. Karena perusahaan yang memiliki aktiva dalam jumlah yang besar akan lebih diperhatikan oleh publik dan pemerintah, oleh karena itu perusahaan besar akan menghindari kenaikan laba secara drastis supaya
penurunan laba secara drastis memberikan sinyal bahwa perusahaan dalam
masa krisis Butar dan Sudarsi, (2012).
2.2.4 Dividend payout ratio
Dividend payout ratio merupakan presentase laba perusahaan yang dibayar sebagai dividend kas kepada pemegang saham Widiantari, (2011). Menurut Christina (2012), dividend payout ratio merupakan rasio besarnya dividend yang diberikan pada pemegang saham. Rasio ini menunjukan presentase laba yang dibayarkan oleh pemegang saham dalam bentuk kas Noviana dan Yuyetta, (2011). Pembagian dividend kepada pemegang saham dilakukan pada perusahaan mengalami laba dan besar kecilnya dividend tergantung oleh besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan.
perusahaan akan melakukan praktik perataan laba Noviana dan Yuyetta, (2012).
2.2.5 Kepemilikan Institusional
2.3Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
No Peneliti Judul Hasil
1 Suryani & Damayanti (2015)
Pengaruh ukuran perusahaan, debt to equity ratio, profitabilitas, dankepemiikan institusional pada perataan laba
variabel debt to equity ratio memiliki
pengaruh pada variabel perataan laba. variabel ukuran perusahaan, profitabilitas dan kepemilikan saham institusional tidak memiliki pengaruh terhadap variabel perataan laba.
2 Budiasih (2009)
faktor-faktor yang mempengaruhi pratik perataan laba
Ukuran perusahaan, profitabilitas, dan dividend payout ratio berpengaruh positif signifikan terhadap praktik perataan laba. Sementara itu, financial leverage tidak
3 Salim (2014) Anaisis faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan perataan laba pada perusahaan
perbankan di bursa efek indonesia.
variabel profitabilitas, ukuran perusahaan, leverage operasi dan nilai perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap perataan laba. Variabel profitabilitas, ukuran perusahaan dan nilai perusahaan secara parsial tidak
berpengaruh terhadap perataan laba
sedangkan variabel leverage operasi secara parsial berpengaruh terhadap perataan laba. 4 Noviana &
Yuyetta (2011)
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba (studi empiris
5 Santoso & Salim (2012) Pengaruh profitabilitas, financial leverage, deviden, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, dan kelompok usaha terhadap perataan laba (studi kasus pada perusahaan non- finansial yang terdaftar di BEI).
Variabel profitabilitas dan kelompok usaha tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba, Variabel financial leverage dan dividen berpengaruh negative terhadap tindakan perataan laba dan variabel ukuran perusahaan dan kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap tindakan perataan laba.
6 Prabayanti & Yasa (2011)
Perataan laba (income smoothing) dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhinya (studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2004-2008).
Ukuran perusahaan, kepemilikan
institusional, dan reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap perataan laba,
profitabilitas berpengaruh positif terhadap pertaan laba, dan financial leverage berpengaruh negatif terhadap perataan laba. 7 Martini &
Denny (2012)
Ukuran perusahaan, profitabilitas, financial Leverage, dividend payout ratio dan Kecenderungan perataan laba.
Variabel ukuran perusahaan,
8 Butar dan Sudarsih (2012)
Pengaruh ukuran perusahaan leverage, dan kepemilikan institusional terhadap perataan laba
Ukuran perusahaan berpengaruh positif secara signifikan terhadap perataan laba, profitabilitas, leverage, dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap perataan
laba.
2.4 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan data yang ada, seringkali perhatian pengguna laporan keuangan hanya tertuju pada informasi laba tanpa memperhatikan darimana perusahaan memperoleh laba tersebut. Adanya kecenderungan lebih memperhatikan laba dalam laporan keuangan disadari oleh manajemen, sehingga mendorong timbulnya perilaku menyimpang yaitu perataan laba. Dalam penelitian ini melakukan pengujian kembali yaitu menggunakan variabel independen profitabilitas, ukuran perusahaan, dividend payout ratio, dan kepemilikan institusional. Sedangkan, variabel dependen adalah perataan laba.
tinggi, maka tindakan manajer akan dibatasi dan manajer menjadi tidak leluasa untuk melakukan perataan laba Junianto (2013) dalam Suryani dan Damayanti (2015). Dan untuk variabel ukuran perusahaan dimana perusahaan dengan size besar mempunyai insentif yang besar untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan yang memiliki aktiva dalam jumlah yang besar akan lebih diperhatikan oleh publik dan pemerintah, oleh karena itu perusahaan besar akan menghindari kenaikan laba secara drastis supaya terhindar dari kenaikan
pembebanan biaya oleh pemerintah. Sebaliknya penurunan laba secara drastis
memberikan sinyal bahwa perusahaan dalam masa krisis Butar dan Sudarsi,
(2012).
perusahaan cenderung melakukan perataan laba. Sedangkan pada variabel dividend payout ratio Semakin tinggi dividend, maka ratio dividend payout ratio akan semakin tinggi hal tersebut disebabkan karena pembagian dividend tergantung pada laba yang diperoleh perusahaan, sehingga semakin tinggi laba suatu perusahaan maka perusahaan akan melakukan praktik perataan laba (Noviana & Yuyetta, 2012).
Dari landasan teori dan telaah pustaka diatas, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran yang dituangkan dalam model penelitian pada gambar dibawah ini yang menunjukan kemungkinan pengaruh variabel independen prroitabilitas, ukuran perusahaan, devidend payout ratio, dan kepemilikan institusional. terhadap variabel dependen yaitu perataan laba.
H1(+) H2(+) H3(+) H4(-)
Gambar 2.2 Kerangka pemikiran Profitabilitas (X1)
Ukuran Perusahaan (X2)
Dividend Payout Ratio (X3)
Kepemilikan Institusional (X4)
2.5 Hipotesis Penelitian
2.5.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Perataan Laba
Menurut signaling theory kesulitan untuk membedakan mana perusahaan yang berkualitas rendah maupun yang berkualitas tinggi dapat dihindari, karena setiap manajer perusahaan yang kualitas perusahaannya lebih tinggi akan mampu memberikan sinyal-sinyal yang lebih baik kepada investor dibandingkan perusahaan dengan kualitas yang rendah. Dengan demikian, sinyal yang akan disampaikan oleh manajer akan menjadi tolak ukur bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan serta mengukur tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan (Kasmir, 2011).
Hasil penelitian oleh (Budiasih, 2009), (Prabayanti dan Yasa, 2011) (Martini & Denny, 2012) menyimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap perataan laba.Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap perataan laba
2.5.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Perataan Laba
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan menurut berbagai cara, antara lain: total aset, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain (Atarmawan, 2011). Menurut teori agency adanya investor institusi sebagai pemegang saham dapat mengurangi tindakan manjemen laba, kepemilikan saham yang besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut besar. Dimana perusahaan dengan size besar mempunyai insentif yang besar untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan kecil. Karena perusahaan yang memiliki aktiva dalam jumlah yang besar akan lebih diperhatikan oleh publik dan pemerintah (Butar dan Sudarsi, 2012).
2.5.3 Pengaruh Devidend Payout Ratio terhadap Perataan Laba
Pada umumnya investor lebih menyukai kebijakan dividend payout ratio yang tinggi. Hal ini mendorong perusahaan untuk menerapkan kebijakan dividend payout ratio yang tinggi, padahal perusahaan yang menerapkan tingkat dividend yang tinggi akan memiliki tingkat risiko yang tinggi apabila terjadi fluktuasi laba yang besar. Menurut signaling theory kesulitan untuk membedakan mana perusahaan yang berkualitas rendah maupun yang berkualitas tinggi dapat dihindari, karena setiap manajer perusahaan yang kualitas perusahaannya lebih tinggi akan mampu memberikan sinyal-sinyal yang lebih baik kepada investor dibandingkan perusahaan dengan kualitas yang rendah.
H3: Devidend Payout Ratio berpengaruh positif terhadap perataan laba
2.5.4 Pengaruh Kepemilikan Insttusional terhadap Perataan Laba
Kepemilikan institusional merupakan jumlah saham perusahaan yang dimiliki institusi pada akhir tahun. Koh (2003) dalam Butar dan Sudarsih (2012). Menurut agency theory adanya investor institusi sebagai pemegang saham dapat mengurangi tindakan manjemen laba, kepemilikan saham yang besar oleh pihak institusional merupakan salah satu mekanisme untuk mengawasi kinerja manajemen. Pemegang saham institusional dapat mengimbangi informasi yang dimiliki oleh manajemen sehingga asimetri informasi yang terjadi antara manajemen dan pemilik rendah. Ini berarti jika suatu perusahaan memiliki investor institusi yang tinggi, maka tindakan manajer akan dibatasi dan manajer menjadi tidak leluasa untuk melakukan perataan laba Junianto (2013) dalam Suryani dan Damayanti (2015).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Pujiati dan Arfan 2013), (Hasanah dan Pagalung 2014) dan (Irawan, 2013) menyimpulkan kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap perataan laba. Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: