PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Anna Stefanie Yuliasari NIM : 059114048
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Anna Stefanie Yuliasari NIM : 059114048
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
SKRIPSI
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL
Oleh :
Anna Stefanie Yuliasari NIM : 059114048
Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing
iii
SKRIPSI
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL
Dipersiapkan dan ditulis oleh: Anna Stefanie Yuliasari
NIM : 059114048
Telah dipertahankan didepan penguji Pada tanggal 25 Juli 2011 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda tangan
Ketua Panitia : Agung Santoso, S.Psi., M.A. ... Penguji 1 : Titik Kristiyani, M,Psi . ...
Penguji 2 : MM. Nimas Eki S., S.Psi., Psi., M.Si ...
Yogyakarta, ________________ Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Dekan
iv
MOTTO
Ketika engkau merasa lelah dan ingin menyerah, ingatlah
bahwa engkau sudah setengah jalan
Tidak ada pekerjaan yang sia-sia di dalam Tuhan
Success is a journey, not a destination
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya, mahasiswi Universitas Sanata Dharma dengan identitas di bawah ini:
Nama : Anna Stefanie Yuliasari
NIM : 059114048
Fakultas/Prodi/jurusan : Psikologi
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat
karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya tulis ilmiah.
Yogyakarta, 20 Juni 201 Peneliti
vi
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL
Anna Stefanie Yuliasari
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan sebuah studi perbandingan tingkat kecemasan antara siswa laki-laki dan perempuan dalam menghadapi Ujian Nasional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat adanya perbedaan tingkat kecemasan antara siswa laki-laki dan perempuan dalam menghadapi Ujian Nasional. Hipotesis yang diajukan adalah ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kecemasan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan dalam menghadapi Ujian Nasional. Munculnya kecemasan termanifestasi ke dalam tiga aspek yaitu aspek emosi, aspek kognisi, dan aspek fisik. Subyek dalam penelitian ini adalah 138 orang siswa laki-laki dan perempuan kelas XII dengan rentang usia 16-19 tahun dari berberapa SMU yang ada di Yogyakarta. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan skala kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional. Uji hipotesis dalam penelitian ini mengunakan perhitungan uji-t dengan program SPSS For Windows release 18.0. Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut didapatkan t hitung sebesar 2,282, sedangkan nilai p = 0,024. Hasil penelitian ini adalah ada perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan (p<0,05) antara siswa laki-laki dan siswa perempuan dalam menghadapi Ujian Nasional SMA. Siswa perempuan cederung lebih cemas (x = 87,6757) menghadapi Ujian Nasional SMA jika dibandingkan dengan siswa laki-laki (x = 82,4688).
vii
THE DIFFERENCE LEVEL OF ANXIETY BETWEEN MALE AND FEMALE STUDENTS TO FACE THE NATIONAL EXAM
Anna Stefanie Yuliasari
ABSTRACT
This research is a comparative study of anxiety level between male and female students to face the National Exam. The purpose of this study is to see any difference in anxiety level between male and female students to face the National Exam. The hypothesis that was put forward is there are significant differences in anxiety levels between male and female students to face the National Exam. The emergence of anxiety manifested in three aspects: emotional aspect, cognition aspect, and physical aspect. The subjects in this study were 138 students, male and female on XII grade, with range of age 16-19 years old from several high school in Yogyakarta. Measurement which used in this study are using a scale of anxiety to face the National Exam. Hypothesis testing in this study using the t-test calculations with SPSS for windows release 18.0. Based on the results of hypothesis test, the value of t count is 2.282 and the value of p = 0.024. The results of this study is there are significant differences on levels of anxiety (p <0.05) between male and female students to face the National High School Exam. Female students more anxious (x = 87.6757) facing the National High School Exam when compared with male students (x = 82.4688).
viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Anna Stefanie Yuliasari
Nomor Mahasiswa : 059114048
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Perbedaan Kecemasan Antara Siswa Laki-laki dan Perempuan dalam Menghadapi Ujian Nasional
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 23 Agustus 2011
Yang menyatakan,
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkatNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Siswa Laki-Laki dan Perempuan dalam Menghadapi Ujian Nasional dengan baik untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
mendorong dan membimbing peneliti, baik doa, tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Agung Santoso, S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bekerja keras memberikan dukungan, bimbingan, dan semangat hingga
selesainya skripsi ini.
2. Ibu ML. Anantasari, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang selalu menanyakan kabarku dan skripsiku. Terimakasih atas inspirasi dan
semangatnya.
3. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Psikologi yang dengan sungguh-sungguh telah
mendidik dan membagikan ilmunya selama kuliah.
4. Papa Stefanus Subagyo, S.IP. dan mama Kristina Urip Marini, terimakasih untuk setiap doa dan dukungannya. Terimakasih karena mengajarkanku untuk
x dalam hidupku.
5. Adek kembarku Christa dan Christie, serta sepupuku Sherli, yang selalu
menghadirkan keceriaan saat aku sedang susah. Kejar cita-citamu setinggi langit! Tetep kompak ”sak kabehe wae yow” !
6. Wahyu Satyawan, betapa beruntungnya aku diberi kesempatan untuk dicintai olehmu. Begitu banyak cerita, cinta, dan cita, tetap berjuang bersamaku sayang..
7. Sahabat seperjuanganku, Rani, yang selalu menemaniku bimbingan, menyemangati aku, dan menjadi tempat bertukar pikiran.
8. Sahabatku Gita dan Riska, yang telah menjadi teman belajar dan membantuku mengolah data. Sahabatku Reni dan Andi, terimakasih untuk setiap waktu yang pernah kita habiskan bersama.
9. Kakakku Adi, terimakasih buat semua sesi sharingnya, sukses. Kakakku Andromeda, yang membuatku selalu berpikir tidak hanya dari satu sisi saja
dan terimakasih karena telah membagikan banyak ilmu, keep hacking bro! 10. Teman-teman pelayananku, Septiana, Ria, Pandu, Mas Ade, Ian, dkk, keep
rockin for God!
11. Pak Gie, yang selalu meminjamkan aku kartu lift dan keramahan yang menyejukkan hati setiap kaki ini melangkah ke kampus.
12. Mas Gandung dan Mbak Nanik yang membantu segala hal administratif. 13. Teman-teman SMA Bopkri Dua Yogyakarta, SMA 1 Seyegan, SMA 2
Sleman, SMA 2 Ngaglik, yang sudah membantuku menyebarkan skala.
xi
14. Ibu guru Cecilia yang memberikanku informasi tentang Ujian Nasional dan membantuku menyebarkan skala.
Kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, terimakasih untuk semua dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, semoga
kasih Tuhan senantiasa mengalir dalam kehidupan kalian semua.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga perlu untuk dikembangkan lebih lanjut. Oleh sebab itu peneliti sangat
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif untuk penyempurnaan karya tulis selanjutnya. Harapan peneliti supaya skripsi ini dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya.
Peneliti
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACK ... vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR TABEL... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitia ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 10
1. Manfaat Teoritis... 10
2. Manfaat Praktis ... 10
BAB II LANDASAN TEORI ... 12
A. Kecemasan ... 12
xiii
2. Jenis-jenis Kecemasan ... 13
3. Aspek Kecemasan ... 15
4. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan... 17
B. Perbedaan Laki-laki dan Perempuan ... 20
C. Perbedaan Kecemasan Antara Laki-laki dan Perempuan dalam Menghadapi Ujian Nasional ... 22
D. Hipotesis... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 26
A. Jenis Penelitian... 26
B. Identifikasi Variabel Penelitian... 26
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 26
D. Subyek Penelitian... 27
E. Metode dan Alat Pengumpul Data ... 27
1. Metode... 27
2. Alat Pengumpul Data (skala) ... 28
a. Blue Print ... 28
b. Nilai Skala (skor) ... 29
3. Estimasi Validitas ... 31
4. Seleksi aitem ... 32
5. Estimasi Reliabilitas... 34
6. Uji Hipotesis ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36
xiv
1. Orientasi Kancah... 36
2. Persiapan Penelitian ... 36
3. Uji Coba Penelitian ... 37
B. Pelaksanaan Penelitian ... 37
C. Kategorisasi Tingkat Kecemasan ... 38
D. Analisis Data ... 39
1. Uji Asumsi ... 39
a. Uji Normalitas... 39
b. Uji Homogenitas ... 39
2. Uji Hipotesis ... 40
E. Pembahasan... 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 44
A. Kesimpulan ... 44
B. Saran... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 46
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel Spesifikasi Uji Coba Skala Tingkat Kecemasan... 29 Tabel 2. Skor Skala Kecemasan ... 30
Tabel 3. Hasil rixSkala Kecemasan ... 33 Tabel 4. Tabel Spesifikasi
Skala Tingkat Kecemasan Setelah Uji Coba... 34
Tabel 5. Kategorisasi Tingkat Kecemasan Siswa Laki-laki dan
Siswa Perempuan ... 38
Tabel 6. Uji t Tingkat Kecemasan Antara Siswa Laki-laki
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di setiap negara. Pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2004 dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan segala
potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran. Pendidikan memiliki tujuan utama untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga Negara. Evaluasi sebagai
salah satu sarana untuk mencapai tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen utama yang tidak dapat dipisahkan dari rencana pendidikan.
Hanya beberapa bentuk evaluasi saja yang dapat digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu alat evaluasi yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Pemerintah Indonesia telah menetapkan Ujian Nasional sebagai salah satu standar kelulusan siswa SMA/Sederajat sejak tahun 2003. Tujuan
pelaksanaan Ujian Nasional seperti yang tertulis pada pasal 2 Permendiknas RI No 75 Tahun 2009 adalah untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran
ilmu pengetahuan dan teknologi. Hasil Ujian Nasional sesuai pasal 3
Permendiknas No 75 Tahun 2009 digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk menentukan kelulusan peserta didik dari program atau satuan
pendidikan, sebagai pemetaan mutu satuan dan/atau program pendidikan, seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, serta pembinaan dan pemberian
bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 mengungkapkan bahwa Ujian Nasional merupakan bentuk evaluasi hasil
belajar peserta didik yang dilakukan untuk memantau proses kemajuan dan perbaikan hasil belajar secara berkesinambungan. Oleh karena itu,
aspek-aspek evaluasi terhadap mata pelajaran yang diujikan mengalami perkembangan dari tahun ke tahun sesuai tuntutan jaman.
Ujian Nasional memiliki angka standar kelulusan yang terus meningkat
dari tahun ke tahun yang menjadi skor minimal yang harus dipenuhi siswa sekolah di seluruh Indonesia agar dapat lulus dan melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Hal tersebut juga diikuti dengan meningkatnya angka tidak lulus dari tahun ke tahun (“Angka Tidak Lulus UN Naik, Bukti Kejujuran Meningkat”, 2008). Banyak peristiwa kontroversial yang terjadi selama 8 tahun pelaksanaan program standarisasi pendidikan melalui UN. Sebagai salah satu contoh seperti yang dicatat oleh Komnas Perlindungan
Kecemasan terhadap Ujian Nasional merupakan keluhan yang sering diutarakan siswa yang berada pada kelas tertinggi pada jenjang pendidikan
tertentu. Ujian Nasional merupakan salah satu penentu keberhasilan siswa dalam pendidikan di Indonesia. Hal ini menjadi beban sekaligus tantangan
tersendiri bagi para siswa.
Kenaikan standar kelulusan serta penambahan jumlah mata pelajaran yang diujikan di prediksikan dapat semakin meningkatkan tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi Ujian Nasional. Hurlock (1973) menyatakan bahwa kecemasan muncul karena adanya perasaan tidak mampu menghadapi
tuntutan lingkungan. Penetapan kebijakan pemerintah mengenai standar nilai kelulusan dan serta penambahan mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional merupakan tuntutan sistem pendidikan terhadap siswa untuk dapat
lulus dengan baik. Siswa juga mendapat tuntutan dari lingkungan, terutama lingkungan keluarga dan sekolah agar dapat lulus Ujian Nasional dengan
hasil yang memuaskan. Adanya berbagai tuntutan tersebut dapat mengakibatkan siswa mengalami kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional.
Kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Nasional sesungguhnya dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan tidak sepenuhnya merugikan.
Cassady dan Johnson (dalam Martati, 2007) berpendapat bahwa kecemasan pada level sedang justru dipandang dapat memberikan dampak positif dalam memotivasi pembelajaran siswa namun kecemasan yang berlebihan
Kecemasan dapat berfungsi sebagai peringatan dini bagi individu agar mengetahui adanya ancaman sehingga individu dapat mempersiapkan
langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengatasinya (Lazarus, 1991). Kecemasan menimbulkan reaksi yang berbeda dari setiap siswa dalam
menghadapi Ujian Nasional. Beberapa siswa ada yang rileks dan santai dalam menghadapi Ujian Nasional, sedangkan beberapa siswa juga ada yang menganggap Ujian Nasional sebagai beban yang berlebihan sehingga dapat
menimbulkan kecemasan dalam diri mereka.
Zeidner (dalam Chapell, 2005) mengungkapkan bahwa kecemasan
dalam menghadapi tes berhubungan erat dengan prestasi akademik yang rendah. Tes yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Ujian Nasional. Pandangan ini didukung oleh Lewis (dalam Mutmainah, 2005) yang
berpendapat bahwa kecemasan yang terlalu berlebihan akan mempengaruhi kehidupan prestasi belajar maupun kemampuan akademis siswa sehingga
berakibat rendahnya motivasi siswa, kemampuan pemecahan masalah siswa yang buruk, evaluasi diri yang negatif, serta kesulitan berkonsentrasi. Elliott, dkk. (dalam Martati, 2007) melalui penelitiannya menunjukkan bahwa
kecemasan yang tinggi menjelang ujian akan mengganggu kejernihan mental dan daya ingat siswa sehingga berakibat buruk pada kinerja siswa dan hasil
tes.
Kecemasan diawali dengan munculnya gejala afektif, yaitu perasaan khawatir, takut, gelisah, dan perasaan-perasaaan lain yang kurang
tidak mampu menghadapi masalah (Hurlock, 1980). Selain itu terdapat gejala fisiologis yang menyertai kecemasan yaitu jantung yang berdetak lebih keras,
keringat dingin, nafas tidak teratur, dan lain-lain (Calhoun dan Acocella, 1990). Sedangkan gejala kognitif dari kecemasan akan mempengaruhi
kemampuan proses berpikir seseorang, seperti sulit berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, khawatir terhadap sesuatu yang mengerikan dan seolah-olah akan terjadi (Calhoun dan Acocella, 1990).
Beberapa anak, remaja, serta orang dewasa mengalami kecemasan yang disebabkan oleh kondisi penampilan fisik, menghadapi situasi baru, penilaian
atau evaluasi orang lain terhadap dirinya, menghadapi situasi ujian atau tes, serta situasi lain yang bisa mengancam harga diri seseorang (Omrod dalam Martati, 2007). Halgin dan Whitbourne (dalam Martati, 2007) menyatakan
bahwa salah satu bentuk kecemasan adalah yang terkait dengan karir di masa depan dan menghadapi ujian. Ujian Nasional merupakan salah satu bentuk
evaluasi yang dapat menimbulkan perasaan cemas pada diri siswa yang akan menghadapinya. Rasa kecemasan yang dialami para siswa terjadi dari waktu ke waktu terlebih pada saat akan menghadapi Ujian Nasional.
Peneliti mengadakan wawancara singkat seputar Ujian Nasional kepada seorang guru BK sebuah SMA di Yogyakarta. Melalui wawancara singkat
tersebut peneliti mendapatkan data berupa gambaran keadaan para siswa khususnya siswa kelas XII yang akan menghadapi Ujian Nasional 2011. Menjelang Ujian Nasional, berbagai gejala sindrom Ujian Nasional semakin
siswa yang mengalami stres, tegang, gelisah, panik, khawatir, dan takut menghadapi ujian. Hal tersebut merupakan gejala psikologis yang kerap
mendominasi hati dan pikiran. Tidak sedikit pula yang bersikap sebaliknya, terlihat acuh tak acuh dan dibawa santai.
Gejala-gejala sindromatik menjelang ujian, tentu perlu dicermati dan diatasi secara tepat, baik oleh diri siswa sendiri, orang tua maupun guru. Dalam kondisi tertentu, sindrom Ujian Nasional tersebut dapat membuat
siswa mudah jatuh sakit, terlihat lesu, dan sulit berkonsentrasi ketika belajar. (Lia, komunikasi pribadi, 3 September, 2010). “Takut tidak lulus”,
kemungkinan adalah hal yang paling membebani para siswa (Menjelang UN, Siswa Dihantui Kecemasan Tak Lulus, 2010), sehingga untuk mengatasi rasa takut tersebut diperlukan upaya persiapan dan dukungan integral dari aspek
material, moral, mental, psikologis, spiritual, intelektual, dan emosional yang dilakukan oleh semua pihak yang terkait. Hal tersebut diperlukan untuk
membuat siswa merasa lebih siap untuk menghadapi Ujian Nasional.
Munculnya gejala sindromatik yang ditunjukkan siswa bisa dikatakan sebagai gejala psikologis berulang dari tahun ke tahun. Hal ini tentu perlu
untuk dijadikan bahan evaluasi dan inovasi bagi semua pihak, termasuk orang tua, guru, siswa dan pengelola sistem pendidikan. Selain gambaran keadaan
para siswa kelas XII, peneliti juga mendapatkan informasi mengenai kondisi siswa maupun sekolah sebelum, saat, dan sesudah Ujian Nasional dilaksanakan (Lia, komunikasi pribadi, 3 September, 2010). Beban
kelulusan Ujian Nasional. Ketika angka standar kelulusan sudah diumumkan, maka siswa akan dipersiapkan untuk mencapai angka standar kelulusan.
Persiapan yang akan dilakukan adalah melakukan tes uji coba soal Ujian Nasional yang diselenggarakan oleh sekolah maupun tempat les yang diikuti
siswa. Hasil dari uji coba tersebut dapat dijadikan alat ukur kemampuan dan kesiapan siswa dalam menghadapi Ujian Nasional.
Saat pelaksanaan Ujian Nasional adalah saatnya bagi para siswa
menghadapi ketakutan yang sebenarnya. Ketika Ujian Nasional berlangsung yaitu dengan pengawasan yang lebih ketat. Selain itu, siswa juga harus
berkonsentrasi penuh dalam mengerjakan soal Ujian Nasional yang menentukan seseorang lulus atau tidak lulus. Setelah hasil Ujian Nasional diumumkan, angka kelulusan akan mempengaruhi penilaian masyarakat
kepada sekolah. Angka kelulusan tersebut juga akan memberikan persepsi baru bagi para siswa yang belum menghadapi Ujian Nasional. Nilai kelulusan
yang cenderung menurun akan memunculkan ketakutan baru bagi para siswa yang akan mengikuti Ujian Nasional pada tahun selanjutnya. Hal tersebut membuat kecemasan menghadapi Ujian Nasional menjadi hal yang
berkelanjutan dan akan terus ada selama Ujian Nasional masih dilaksanakan. Schmitz (dalam Mutmainah, 2005) berpendapat bahwa kecemasan
menghadapi ujian ditinjau dari teori psikoanalisis disebabkan oleh adanya tekanan buruk dari tes yang telah dialami individu sebelumnya, serta adanya gangguan mental. Pendapat Schmitz didukung oleh Anastasi (dalam Martati,
menghadapi tes dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah karena adanya pengalaman negatif saat mengikuti ujian, seperti khawatir gagal
dalam ujian. Individu merasa frustasi dalam situasi ujian dan ketidakpastian akan hasil ujian.
Burn (dalam Martati, 2007) berpendapat bahwa timbulnya kecemasan dalam diri seseorang diakibatkan oleh proses berpikir dan bukan disebabkan oleh peristiwa yang telah dialaminya. Kecemasan dipengaruhi oleh
bagaimana seseorang memandang masalah yang sedang dialaminya dan prediksinya terhadap pemecahan masalah. Rasa takut akan sesuatu yang
belum terjadi akan mendominasi pikiran seseorang saat ia mengalami kecemasan. Siswa yang mengalami ketakutan dalam menghadapi Ujian Nasional kemungkinan juga mengalami hal yang sama yaitu didominasi oleh
ketakutan tidak lulus Ujian Nasional. Individu merasa khawatir akan sesuatu yang tidak pasti, dalam hal ini adalah hasil Ujian Nasional.
Kecemasan yang dialami siswa dalam menghadapi ujian dapat mempengaruhi kondisi fisik, emosi, dan pikiran saat mempersiapkan ujian, melaksanakan ujian, serta menunggu hasil ujian. Kecemasan dalam
menghadapi ujian menurut Shan (dalam Mutmainah, 2005) dibagi dalam 3 aspek, yaitu:
a. Aspek fisik berupa pusing, sakit perut, tangan berkeringat, perut mual, mulut kering, dan lain-lain saat menghadapi tes.
b. Aspek emosional seperti adanya rasa takut dan panik dalam menghadapi
c. Aspek kognitif seperti gangguan pemusatan perhatian dan memori, serta ketidakteraturan dalam berpikir.
Kecemasan siswa dalam menghadapi UN diperkirakan dapat menurunkan kinerja otak siswa dalam belajar (Audith M. Tumudi,
Kedaulatan Rakyat, 26 Maret 2004). Daya ingat, daya konsentrasi, daya kritis maupun kreativitas siswa dalam belajar justru akan berantakan. Jika kecemasan itu sampai mengacaukan emosi, mengganggu tidur, menurunkan
nafsu makan, dan memerosotkan kebugaran tubuh maka kemungkinan gagal ujian justru makin besar.
Peneliti melakukan observasi di tempat bimbingan belajar. Hasil dari pengamatan tersebut adalah ditemukannya beberapa kelas yang sedang mengadakan try out dan sebagian besar peserta try out adalah perempuan. Berdasarkan penuturan karyawan bimbingan belajar, siswa laki-laki sangat jarang mengikuti try out- try out yang diadakan oleh bimbingan belajar. Beberapa siswa laki-laki merasa tidak perlu mengikuti try out karena sudah merasa yakin dapat mengerjakan soal-soal Ujian Nasional. Siswa laki-laki juga mengatakan bahwa ikut bimbingan belajar hanya sekedar mengikuti
trend saja dan menuruti saran orangtua.
Kecemasan yang dialami siswa sebelum mengikuti Ujian Nasional
dapat membuat siswa semakin terpacu untuk belajar lebih keras lagi atau sebaliknya. Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap siswa kelas XII yang akan menghadapi Ujian Akhir Nasional, sebagian besar dari siswa laki-laki
Ujian Nasional. Sedangkan sebagian besar siswa perempuan memiliki persiapan yang begitu keras agar dapat lulus Ujian Nasional. Hal ini menarik
peneliti untuk meneliti apakah terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara siswa laki-laki dan perempuan dalam menghadapi Ujian Nasional.
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara siswa laki-laki
dan perempuan dalam menghadapi Ujian Nasional?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya perbedaan tingkat kecemasan antara siswa laki-laki dan perempuan dalam menghadapi Ujian
Nasional.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Memberikan wacana atau pengetahuan tambahan dalam dunia psikologi
khususnya dalam bidang Psikologi Pendidikan dan ilmu pendidikan lainnya mengenai perbedaan tingkat kecemasan antara siswa laki-laki dan perempuan
dalam menghadapi Ujian Nasional.
2. Manfaat Praktis
Hasil studi ini dapat memberikan sumbangan ide maupun pandangan
supaya dapat mereduksi kecemasan yang dimiliki siswa. Misalnya bagi siswa laki-laki diberikan motivasi lebih lagi untuk mengikuti latihan-latihan ujian
dengan membentuk kelompok belajar. Sedangkan bagi siswa perempuan diberikan gambaran jelas mengenai hal-hal positif yaitu kemampuan yang
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KECEMASAN
1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan dapat didefinisikan sebagai perasaan takut terhadap obyek kecemasan yang tidak jelas, kegelisahan dan kekhawatiran
mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus yang dapat menyebabkan munculnya keraguan pada kemampuan seseorang dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi, dan adanya perasaan tidak berdaya (powerless) ketika menghadapi suatu kegagalan (Byrne, 1991; Chaplin, 1968 (dalam Kartono, 1981); Lazarus, 1991). Kecemasan merupakan
reaksi terhadap ancaman, hambatan terhadap keinginan pribadi atau perasaan tertekan yang disebabkan oleh perasaan kecewa, perasaan tidak
puas, tidak nyaman atau sikap bermusuhan dengan orang lain (Johnston, 1971). Kecemasan yang normal merupakan sesuatu yang bermanfaat karena dapat membuat seseorang melakukan suatu gerakan yang luar
biasa, akan tetapi sebaliknya kecemasan yang tidak normal atau berlebihan dapat menjadi hal yang merugikan, misalnya dapat menjadikan seseorang
depresi (Bucklew, 1980). Munculnya kecemasan dapat memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu seperti menghindar dari ancaman untuk menghalagi impuls yang membahayakan atau menuruti suara hati
(Corey, 1997; Hall, dkk., 1993).
Berdasarkan uraian dari pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan manifestasi dari proses emosi yang komplek
yang dirasakan individu sebagai akibat dari proses berfikir. Hal tersebut meliputi bagaimana seseorang merespon situasi yang cenderung tidak
menyenangkan atau situasi yang dianggap mengancam bagi individu tersebut secara subyektif.
2. Jenis-jenis Kecemasan
Kecemasan dibagi menjadi beberapa jenis. Secara konseptual, kecemasan dalam pendidikan secara umum dapat dibagi menjadi 2 macam
(Lazarus ,1991; Glynn dalam Martati, 2007);
a. Kecemasan sebagai state temporer dengan situasi yang mengancam seperti mengikuti kuis Matematika, bentuk kecemasan ini adalah tepat,
khususnya jika siswa merasa belum mempersiapkan diri dengan baik.
State anxiety merupakan sebuah respon emosional temporer untuk beradaptasi terhadap situasi tertentu. Sedangkan trait anxiety bersifat non-adaptif dan merupakan kecenderungan kepribadian yang permanen.
b. Kecemasan sebagaitrait selalu menghadirkan kegelisahan pada semua konteks evaluasi tanpa mempedulikan level kesiapan, bentuk ini
adalah kecemasan yang tidak tepat dan melemahkan.
Begitu juga dengan seseorang yang cemas karena faktortrait anxiety akan memiliki kecemasan yang berhubungan dengan kepribadiannya.
Berdasarkan penyebab munculnya kecemasan, Freud (dalam Martati, 2007) membedakan kecemasan menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Reality Anxiety (Kecemasan Riil) adalah kecemasan yang muncul karena adanya ancaman atau bahaya yang ada di dunia nyata. Reality anxiety merupakan bentuk kecemasan yang paling mendasar karena berakar dari realitas yang obyektif. Contoh umum dari reality anxiety
adalah kekhawatiran digigit kucing, kekhawatiran berbuat kesalahan
dalam bekerja, maupun kekhawatiran akan kegagalan dalam menghadapi tes.
b. Neurotic Anxiety (Kecemasan Neurotik) adalah kecemasan yang muncul karena tidak terkendalinya naluri-naluri primitif yang bisa mendatangkan hukuman. Individu yang mengalami kecemasan
neurotik secara terus menerus (konstan) merasa cemas akan ketidakmampuan dirinya (ego) dalam mengontrol dorongan-dorongan negatif (id).
c. Moral Anxiety (Kecemasan Moral) adalah kekhawatiran yang dirasakan seseorang apabila ia melanggar kode-kode moral yang telah
terintroyeksi dalam dirinya. Kecemasan moral merupakan kecemasan yang timbul karena tekanan superego individu yaitu ketakutan individu melakukan tindakan yang melanggar moral. Kecemasan moral
Kecemasan dapat muncul karena adanya kekhawatiran atau ketakutan individu terhadap situasi tertentu. Kondisi cemas berdasarkan
situasi dan peristiwa yang dihadapi seseorang disebut sebagai state anxiety. Sedangkan trait anxiety merupakan level kecemasan yang secara alamiah dibawa oleh seseorang. Selain state dan trait anxiety, kecemasan juga dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan penyebab munculnya kecemasan yaitu reality, neurotic, dan moral anxiety. Apapun tipenya, kecemasan merupakan suatu tanda peringatan kepada individu. Hal ini menyebabkan tekanan pada individu dan menjadi dorongan pada individu sehingga
termotivasi untuk memuaskan dorongan tersebut.
3. Aspek Kecemasan
Maher (Calhoun dan Acocella, 1990) menjelaskan bahwa reaksi
kecemasan yang kuat tidak hanya melibatkan aspek emosi namun juga melibatkan aspek kognitif dan fisiologis. Pada “Taylor Manifest Anxiety
Scale” (TMAS) yang disusun oleh Taylor (dalam Byrne, 1961), kecemasan ditunjukkan oleh aspek-aspek yang mencolok dari perilaku kecemasan. Berikut ini merupakan aspek-aspek kecemasan berdasarkan
pendapat Maher dan Taylor:
a. Aspek Emosi, yaitu munculnya kecemasan yang berkaitan dengan
perasaan individu terhadap suatu hal yang dialami secara sadar dan mempunyai ketakutan yang mendalam. Perasaan-perasaan yang dialami biasanya berupa rasa takut, gelisah, sensitivitas yang
tidak berguna sehingga dapat mengakibatkan menurunnya rasa kepercayaan diri.
b. Aspek Kognisi, yaitu terganggunya kemampuan individu dalam berpikir jernih dalam memecahkan masalah atau menghadapi tuntutan
lingkungan. Kecemasan yang dialami individu berkaitan dengan kekhawatiran akan konsekuensi-konsekuensi yang mungkin akan dialami. Hal tersebut dapat mengganggu kemampuan kognitif individu
apabila terus meningkat. Apabila mengalami kecemasan, ia akan menjadi sulit berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, pelupa, pikiran
menjadi kacau, mudah panik, mengalami kebingungan, dan mengkhawatirkan sesuatu dimasa yang akan datang seperti hal-hal yang mengerikan yang seolah-olah akan terjadi.
c. Aspek Fisiologi, yaitu reaksi tubuh terhadap adanya rasa cemas, misalnya jantung berdetak lebih cepat, keringat dingin, nafas tidak
teratur, sering buang air kecil, mulut dan tenggorokan terasa kering, muka kemerahan, gemetar dan lain-lain. Sebagian lainnya mengandung keluhan-keluhan somatik, misalnya: perut terasa mual,
pusing, diare, dan gangguan pencernaan.
Berdasarkan penjelasan mengenai aspek kecemasan diatas, dapat
disimpulkan bahwa kecemasan meliputi aspek emosi, kognisi, dan fisiologi. Ketiga aspek tersebut saling berkaitan satu sama lain dan akan mempengaruhi kondisi psikis seseorang saat menghadapi situasi yang
4. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Greist, Martens, Sharkey (dalam Gunarsa, 1996), dan Darajat (1996)
mengemukakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan, yaitu jenis kelamin, usia, standar keberhasilan, kesiapan individu,
lingkungan sosial-budaya, dan tuntutan sosial. Berdasarkan beberapa faktor tersebut, penulis mengelompokkan faktor yang mempengaruhi kecemasan diatas menjadi faktor internal dan faktor eksternal, yaitu;
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah hal-hal yang berasal dari dalam diri
seseorang yang dapat mempengaruhi kecemasan. Misalnya perasaan tidak mampu, tidak percaya diri, perasaan bersalah, merasa rendah diri dan perasaan-perasaan lainnya yang berasal dari dalam diri individu
yang kemudian menimbulkan kecemasan. Faktor internal umumnya sangat dipengaruhi oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak rasional.
Berikut ini adalah beberapa faktor internal yang dapat mempengaruhi kecemasan;
1) Jenis kelamin
Jenis kelamin sangat mempengaruhi kecemasan seseorang terhadap objek tertentu karena fisik, kondisi emosional, dan
2) Usia
Usia sangat mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang
karena gangguan kecemasan banyak dialami oleh individu yang memasuki masa dewasa dini yaitu rata-rata timbul pada usia 16-21
tahun (Darajat, 1996). 3) Strandar keberhasilan
Standar keberhasilan yang terlalu tinggi jika dibandingkan
dengan kemampuan yang dimiliki individu juga berpengaruh dalam menimbulkan kecemasan sehingga membuat seseorang merasa
rendah diri (Gunarsa, 1996). 4) Kesiapan individu
Kecemasan juga dapat muncul apabila individu kurang siap
dalam menghadapi suatu situasi atau keadaan yang tidak diharapkan atau diperkirakan olehnya (Gunarsa, 1996). Hal
tersebut disebabkan karena adanya pola berpikir dan persepsi negatif terhadap situasi atau diri sendiri.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah hal-hal yang menyebabkan kecemasan yang berasal dari luar diri individu. Faktor eksternal dapat berupa
1) Lingkungan sosial-budaya
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kecemasan yang
dialami seseorang yaitu keadaan lingkungan sosial dan lingkungan budaya. Individu yang dihadapkan pada situasi dan kondisi
lingkungan sosial-budaya yang mengancam akan sangat mempengaruhi kecemasannya (Darajat, 1996). Lingkungan sosial yaitu tempat tinggal, sekolah, kampus, keluarga, pergaulan dengan
teman, sedangkan lingkungan budaya yaitu daerah tempat asal, adat istiadat dan budaya setempat.
2) Tuntutan sosial
Tuntutan sosial yang berlebihan, yang belum atau tidak dapat dipenuhi oleh seseorang juga dapat menimbulkan kecemasan.
Tuntutan sosial tersebut merupakan perasaan subyektif dari individu yang mungkin tidak dirasakan orang lain (Gunarsa, 1996).
Kecemasan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh faktor internal yang berasal dari diri sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri seseorang. Beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan seperti
yang telah disebutkan diatas, yang termasuk dalam faktor internal adalah kondisi fisik, usia, standar keberhasilan yang ditentukan oleh diri sendiri,
dan kesiapan individu dalam menghadapi situasi atau keadaan. Sedangkan yang termasuk dalam faktor eksternal adalah situasi dan kondisi lingkungan sosial-budaya yang dapat menjadi tuntutan sosial bagi diri
B. PERBEDAAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
Laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan fisik dan psikis yang terus
berkembang secara berkelanjutan seiring waktu. Sarwono (dalam Retno, 2007) mengungkapkan perubahan fisik yang terjadi pada perempuan adalah
pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi bertambah tinggi dan anggota-anggota badan lain menjadi lebih panjang), pertumbuhan payudara, tumbuh bulu dikemaluan dan ketiak, mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang
maksimal setiap tahunnya, dan datangnya haid.
Pada masa pertumbuhan seorang perempuan mengalami kematangan
yang berlangsung secara lambat dan teratur. Masa ini merupakan kunci dan perkembangan seseorang, dimana introspeksi dan pencarian jati diri dimulai pada masa remaja. Oleh karena itu perempuan dewasa yang matang dan
berkepribadian banyak ditentukan oleh peristiwa-peristiwa dan pengalamannya pada masa remaja, baik itu pengalaman yang bersifat fisik maupun psikis
(Kartono, dalam Retno 2007).
Sedangkan perubahan fisik remaja laki-laki menurut Muss (dalam Retno, 2007) meliputi pertumbuhan tulang-tulang, pertumbuhan tinggi badan
mencapai tingkat maksimal setiap tahunnya, perubahan suara, ejakulasi (keluarnya air mani), testis (buah pelir) yang membesar, tumbuh bulu
kemaluan, ketiak, dan dada, serta rambut-rambut halus diwajah (seperti: kumis dan jenggot).
Secara jelas perbedaan antara laki-laki dan perempuan tampak pada
antara laki-laki dan perempuan seperti dalam sifat dan karakteristiknya. Konsep nature mengakui bahwa perbedaan biologis laki-laki dan perempuan membentuk sifat alami maskulin untuk laki-laki dan feminin untuk perempuan, yang kemudian membedakan sifat antara laki-laki dan perempuan
(Megawangi, dalam Retno 2007).
Menurut Maccoby (Maccoby dan Jacklin, 1974) sejak dini laki-laki dan perempuan sudah diharapkan untuk mempelajari aspek yang berbeda dalam
berhubungan dengan orang lain. Bagi anak perempuan hubungan antar pribadi merupakan suatu hal yang penting, bahkan menjadi prioritas hidup. Kaum
perempuan diarahkan untuk mengembangkan aspek yang mendukung kualitas suatu hubungan, seperti: empati, sifat memelihara, mengungkapkan perasaan serta peka terhadap orang lain. Sementara itu bagi kaum laki-laki diajarkan
untuk cenderung memiliki sifat mandiri, percaya diri, tegas dalam bersikap dan mengambil keputusan, serta lebih berorientasi pada pencapaian tujuan.
Pebedaan tersebut bisa dilihat dari cara mereka melakukan aktivitas dan permainan. Perempuan lebih menekankan kedekatan, sedangkan laki-laki lebih pada petualangan. Maccoby (Maccoby dan Jacklin, 1974) juga
mengungkapkan bahwa pada masa remaja hubungan dengan orang lain lebih penting artinya bagi perempuan dibandingkan bagi laki-laki. Sebuah penelitian
membuktikan bahwa ketika remaja diminta merangking hal-hal yang menurut mereka penting, diperoleh hasil hubungan interpersonal menempati urutan ketiga bagi perempuan setelah identitas diri dan seksualitas. Sedangkan bagi
seksualitas.
Perempuan menganggap bahwa kualitas hubungan interpersonal lebih
penting (Maccoby dan Jacklin, 1974) sehingga penerimaan oleh teman sebaya maupun oleh lingkungan dianggap sebagai hal yang sangat penting bagi
perempuan dibanding laki-laki. Sehingga perempuan yang kurang diterima oleh lingkungannya cenderung mengalami kecemasan dibandingkan laki-laki
(Maccoby dan Jacklin, 1974).
Dengan adanya tuntutan yang begitu banyak dan tugas perkembangan yang harus terselesaikan, berdasar proses berpikir maka timbulah berbagai
perasaan pada siswa perempuan antara lain adalah perasaan cemas (Retno, 2007). Siswa perempuan berada pada situasi yang kurang menguntungkan, siswa perempuan sedang memasuki usia remaja yang berarti sedang
mengalami perubahan fisik yang berarti juga harus menyelesaikan tugas perkembangan sebagai remaja. Perasaan tidak mampu menghadapi situasi
kehidupan sehari-hari, serta kurangnya pengalaman dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang membuat individu kurang siap menghadapi situasi baru (Retno, 2007).
C. PERBEDAAN KECEMASAN ANTARA LAKI-LAKI DAN
PEREMPUAN DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL
Salah satu penyebab terjadinya kecemasan pada siswa laki-laki maupun siswa perempuan karena tidak siap dengan segala tuntutan lingkungan. Para
demikian kompleks. Pada satu sisi harus menjalankan tugas sebagai seorang siswa, sedangkan disisi yang lain mereka juga harus memenuhi tugas
perkembangan mereka sebagai remaja (Hurlock, 1973). Selain harus memenuhi tuntutan lingkungan masyarakat tempat mereka tinggal, salah satu
tuntutan yang harus mereka penuhi adalah memenuhi standar nilai kelulusan agar dapat lulus Ujian Nasional. Remaja harus dapat menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan sekolah atau keluarga (Hurlock,
1973). Proses adaptasi terhadap tersebut menimbulkan kecemasan dalam diri para siswa, yang akan berdampak pada kondisi psikis mereka.
Hasil penelitan James (dalam Retno, 2007), mengatakan bahwa perempuan lebih mudah dipengaruhi oleh tekanan-tekanan lingkungan dibandingkan laki-laki. Tekanan lingkungan dalam konteks penelitian ini
adalah tuntutan sosial bagi siswa supaya lulus Ujian Nasional. Hasil kelulusan seseorang tentu saja akan mempengaruhi pandangan orang lain terhadap diri
siswa sehingga berdampak pada hubungan siswa dengan orang-orang disekitarnya.
Berawal dari tekanan lingkungan tersebut maka dinamika tingkat
kecemasan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan menjadi berbeda. Hal tersebut dikuatkan oleh hasil penelitian Maccoby dan Jacklin (1974) yang
menunjukkan bahwa perempuan cenderung lebih mudah cemas dibandingkan laki-laki. Perempuan lebih dipengaruhi oleh tekanan lingkungan, mereka menganggap bahwa kualitas hubungan interpersonal sangat penting, terlebih
dari hasil penelitian Maccoby dan Jacklin (1974) tersebut, peneliti tertarik untuk melihat lebih dalam lagi mengenai perbedaan kecemasan antara
laki-laki dan perempuan khususnya dalam hal menghadapi Ujian Nasional.
Ujian Nasional yang diselenggarakan pemerintah sebagai standar
kelulusan SMA/Sederajat memiliki dampak positif dan negatif dalam dunia pendidikan di Indonesia. Ujian Nasional dapat membuat siswa meningkatkan performanya dalam mencapai prestasi sehingga dapat lulus dengan nilai yang
baik. Namun disisi lain terdapat realita bahwa Ujian Nasional juga meningkatkan angka ketidaklulusan siswa. Banyak hal yang mempengaruhi
angka kelulusan Ujian Nasional dari tahun ke tahun seperti kualitas sekolah, dukungan guru dan orangtua terhadap siswa, dan kecemasan yang dialami siswa dalam mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional. Tingkat
kecemasan yang dialami setiap siswa kemungkinan akan berbeda mengingat tekanan lingkungan yang dihadapi setiap siswa juga berbeda. Tekanan
lingkungan dalam penelitian ini adalah keberhasilan seseorang dalam menghadapi Ujian Nasional.
Beberapa pandangan diatas mengungkapkan bahwa tingkat kecemasan
siswa laki-laki dan siswa perempuan berbeda karena beban psikologis yang mereka hadapi dan apa yang mereka bayangkan mengenai masa yang akan
datang juga memiliki perbedaan Maccoby dan Jacklin (1974). Bertolak dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa siswa perempuan secara signifikan memiliki kecemasan yang lebih tinggi dari pada siswa laki-laki dalam
C. HIPOTESIS
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Ada perbedaan tingkat kecemasan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan dalam menghadapi Ujian Nasional, tingkat kecemasan perempuan cenderung
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan sebuah studi perbandingan. Peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara siswa laki-laki dan perempuan dalam menghadapi Ujian Nasional.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel bebas : Jenis kelamin
Variabel tergantung : Kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah ciri fisik yang dimiliki seseorang yang akan mengelompokkan individu tersebut ke dalam kelompok laki-laki atau kelompok perempuan. Pengelompokkan jenis kelamin diperoleh dari
identitas yang diisi oleh subyek pada skala kecemasan yang diberikan. 2. Kecemasan dalam Ujian Nasional
Kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional adalah keadaan emosional yang tidak menyenangkan yang dialami oleh individu menjelang pelaksanaan Ujian Nasional. Hal tersebut bersifat sementara
dan disertai oleh gangguan kognitif dan fisiologis. Tinggi rendahnya
perasaan tidak menyenangkan dalam diri individu dianggap sebagai kejadian yang mengancam termanifestasi ke dalam 3 aspek yaitu emosi,
kognisi, dan fisiologi.
Pengukuran kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional dilakukan
dengan menggunakan Skala Kecemasan Ujian Nasional yang disusun oleh peneliti berdasarkan pendapat Maher (Calhoun dan Acocella, 1990) dan Taylor (dalam Byrne, 1961). Tinggi rendahnya skor tingkat kecemasan
dilihat dari hasil angka skala yang diperoleh, semakin tinggi angka skala berarti semakin tinggi pula tingkat kecemasannya. Sebaliknya semakin
rendah angka skala berarti semakin rendah tingkat kecemasan yang dialami individu.
D. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa laki-laki dan perempuan kelas
XII dari beberapa SMU yang ada di Yogyakarta.
E. Metode dan Alat Pengumpul Data 1. Metode
Metode yang dilakukan untuk mengumpulkan data adalah dengan
2. Alat Pengumpul Data (skala)
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan
dengan menggunakan skala. Berdasarkan definisi operasional variabel, indikator-indikator dalam penyusunan skala tingkat kecemasan
dimanifestasikan dalam aspek emosi atau afektif, kognisi, serta aspek fisiologi. Skala terdiri dari 50 aitem, meliputi variasi yang agak luas dari perilaku kecemasan yang termanifestasikan dalam aspek afektif (emosi),
aspek kognitif, aspek fisiologis.
a. Blue Print
Blue print disajikan dalam bentuk tabel yang memuat uraian komponen atribut yang akan dibuat aitemnya yaitu proporsi aitem dalam setiap aspek kecemasan. Adapun fungsi dari blue print adalah untuk memberikan gambaran mengenai isi skala yaitu kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional dan menjadi acuan bagi peneliti
agar tetap berada dilingkup penelitian yang benar.
Aspek-aspek pada skala kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional dijabarkan dalam aitem-aitem yang bersifat mendukung atau
Tabel 1.
Tabel Spesifikasi Uji Coba Skala Tingkat Kecemasan
No Aspek Favourable Unfavourable Total
1 Emosi No: 1, 7, 16, 20, Jumlah 26 aitem 24 aitem 50 aitem
Skala untuk melihat tinggi rendah tingkat kecemasan para siswa
laki-laki maupun siswa perempuan ini terdiri dari 26 aitemfavourable
dan 24 aitem unfavourable. Aitem-aitem favourable adalah aitem-aitem yang mendukung terbentuknya kecemasan secara umum, dalam skala ini ditunjukkan oleh pernyataan nomor: 1, 2, 6, 7, 9, 11, 14, 15, 16, 20, 22, 24, 26, 27, 28, 30, 32, 33, 36, 39, 40, 41, 45, 46, 49, dan
50. Sedangkan aitem-aitem unfavourable adalah aitem-aitem yang tidak mendukung terbentuknya kecemasan secara umum, ditunjukkan
pernyataan nomor: 3, 4, 5, 8, 10, 12, 13, 17, 18, 19, 21, 23, 25, 29, 31, 34, 35, 37, 38, 42, 43, 44, 47, dan 48.
b. Nilai Skala (skor)
skala ini terdiri dari empat kategori yang menyatakan kesetujuan dan ketidaksetujuan dengan jawaban: Sangat Setuju (SS), Setuju (S),
Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Penentuan nilai skala dilakukan dengan cara:
Tabel 2.
Skor Skala Kecemasan
Skoring
Jawaban
Favourable Unfavourable
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
Bila subyek menyatakan Sangat Setuju pada pernyataan
favourable berarti subyek mengalami kecemasan ketika menghadapi Ujian Nasional sehingga skor nya tinggi (4), sedangkan bagi subyek
yang menyatakan Sangat Tidak Setuju pada aitem favourable maka skornya rendah (1). Sebaliknya, bila subyek menyatakan Sangat Setuju pada pernyataan unfavourable berarti tingkat kecemasannya rendah sehingga skornya rendah (1), sedangkan subyek yang mengalami kecemasan tinggi akan mendapatkan skor tinggi (4).
Adapun jumlah skor total skala merupakan jumlah skor pada masing-masing aitem.
Menurut Hadi (1991) modifikasi skala Likert yang terdiri dari 4
kategori jawaban dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan pada skala 5 tingkat. Pada skala 5 tingkat, kategori netral mempunyai arti
diartikan netral atau ragu-ragu. Tersedianya jawaban ditengah, menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah terutama bagi
mereka yang ragu-ragu atas kecenderungan arah jawabannya sehingga akan menghilangkan banyak data penelitian dan mengurangi
banyaknya informasi yang diperoleh dari responden. Selain itu, maksud dari kategori jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS) adalah untuk melihat
kecenderungan pendapat respon ke arah setuju atau tidak setuju. Penyusunan aitem ini dilakukan secara acak dengan pertimbangan
agar subyek menjawab secara spontan tanpa ada pengaruh dari aitem-aitem yang lain yang kemungkinan disebabkan oleh adanya pengelompokkan.
Tingkat kecemasan siswa laki-laki dan siswa perempuan akan diketahui dari tinggi rendahnya total skor yang didapat. Makin besar
total skor yang didapat, maka tingkat kecemasannya makin tinggi. Apabila makin kecil total skor yang diperoleh maka tingkat kecemasannya makin rendah.
Dalam penelitian ini, variabel jenis kelamin diketahui dengan menggunakan skala normal. Skala ini untuk mengetahui jenis kelamin
dari responden, yaitu skor 1 untuk responden laki-laki dan skor 2 untuk responden perempuan.
3. Estimasi Validitas
validitas isi. Validitas isi adalah estimasi validitas yang dilakukan dengan menyesuaikan definisi operasional dengan indikator-indikator yang
kemudian dijabarkan dalam aitem-aitem (Sugiyono,2000). Tujuan dari estimasi validitas adalah untuk mengetahui dan menentukan apakan item
yang tersusun layak untuk diuji cobakan dan mampu memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian. Estimasi validitas isi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana isi terdalam penelitian ini bisa mengukur
apa yang akan diukur (Azwar, 2001).
Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis
rasional atau professional judgement (Azwar, 2001), yang bertujuan untuk menetapkan apakah aitem-aitem yang akan diujikan memang representatif dalam hal ini mewakili aspek-aspek yang membentuk
kecemasan. Professional judgement dilakukan oleh orang yang sudah ahli, yaitu oleh dosen pembimbing skripsi.
4. Seleksi aitem
Seleksi aitem dilakukan sebelum skala digunakan untuk memperoleh aitem-aitem yang berkualitas dan sesuai dengan fungsi
skala. Dalam seleksi aitem skala psikologi parameter yang paling penting adalah daya diskriminasi aitem. Daya diskriminasi aitem adalah sejauh
mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 1999).
batasan rix > 0,3. Aitem yang memiliki korelasi aitem total di atas 0,3 dianggap layak menjadi sebuah aitem karena memiliki daya pembeda
yang memuaskan. Aitem dengan rix kurang dari 0,3 diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya diskriminasi rendah sehingga aitem
tersebut tidak digunakan dalam penelitian (Azwar, 1999).
Setelah data uji coba diperoleh, data tersebut dianalisis dengan menggunakan SPSS For Windows release 18.0. Dari pengolahan data tersebut diperoleh skor korelasi aitem total berkisar antara 0,1 sampai 0,6. Berikut ini adalah data dari hasil perhitungan rix:
Tabel 3.
Hasil rixSkala Kecemasan
rix No. Aitem Total
>0,3
1,2,3,4,5,7,8,9,10,12,13,14,15,16,17,18,19,21,22,23,25,2 6,30,31,32,33,34,35,37,39,40,41,42,43,44,45,46,47,48,49 .
40
<0,3 6,11,20,24,27,28,29,36, 38,50. 10
Total 50
Beberapa aitem yang memiliki korelasi aitem total dibawah 0,3 akan disisihkan. Supaya skala lebih proporsional, maka aitem yang
memiliki korelasi aitem diatas 0,3 tetapi lebih kecil dari pada aitem yang lain pada sebuah aspek kecemasan ikut disisihkan (aitem no. 5, 12, 21,
Tabel 4.
Tabel Spesifikasi Skala Tingkat Kecemasan Setelah Uji Coba
No Aspek Favourable Unfavourable Total
1 Emosi No: 1, 7, 16, 26, 30, Jumlah 18 aitem 18 aitem 36 aitem
5. Estimasi Reliabilitas
Estimasi reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang memiliki makna kecermatan sebuah pengukuran.
Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedaan skor lebih ditentukan oleh faktor eror daripada faktor perbedaan yang sebenarnya (Azwar, 1999).
Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada dalam rentang 0 - 1,00. Semakin koefisien reliabilitas
mendekati 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya, sebaliknya semakin mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 2001).
Reliabilitas dalam penelitian ini diuji dengan pendekatan
konsistensi internal dengan menggunakan koefisien reliabilitas alpha (α). Prosedur pendekatan ini hanya menggunakan satu bentuk tes yang
dikenakan hanya sekali saja pada kelompok subyek, karena itu pendekatan ini mempunyai nilai praktis dan efisien yang tinggi (Azwar, 2001).
Cronbach Alpha dari hasil pengolahan data dengan SPSS For Windows release 18.0. Berdasarkan pengolahan data didapatkan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,921. Suatu instrumen dapat disebut reliabel apabila memiliki nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,50 (Sugiyono,2000).
6. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Uji-t (Independen t-test). Analisis Independent t-test digunakan untuk menguji apakah
terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat kecemasan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan dalam menghadapi Ujian Nasional kelas
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah
Penelitian mengenai perbedaan tingkat kecemasan antara siswa laki-laki dan perempuan dalam menghadapi Ujian Nasional SMA dilaksanakan
di Yogyakarta. Jumlah responden yang digunakan sebanyak 188 orang dengan rincian 50 orang untuk uji coba dan 138 untuk penelitian. Subyek
diambil dari beberapa SMA di Yogyakarta melalui pendekatan personal. Pendekatan personal kepada subyek penelitian dilakukan dua bulan sebelum Ujian Nasional dilaksanakan. Peneliti memilih beberapa siswa kelas XII
sebagai wakil dari beberapa sekolah di Yogyakarta. Beberapa wakil dari setiap sekolah diberi tugas mengumpulkan beberapa teman untuk diberikan
skala kecemasan oleh peneliti. Hal ini dilakukan peneliti karena sulitnya mendapatkan ijin untuk melakukan penelitian di SMA berhubung siswa kelas XII sudah memasuki masa-masa Ujian Nasional, sehingga skala
disebarkan secara tidak formal yaitu di luar jam belajar di sekolah secara bertahap.
2. Persiapan Penelitian
Persiapan yang dilakukan oleh peneliti untuk pengambilan data adalah sebagai berikut:
a. Mempersiapkan skala untuk mengukur tingkat kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional SMA.
b. Menentukan kelompok subyek uji coba yang memiliki karakteristik yang sama dengan subyek penelitian yang sesungguhnya.
c. Melaksanakan uji coba skala penelitian.
d. Menganalisis data uji coba skala penelitian untuk menentukan kesahihan aitem sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya skala tersebut
digunakan dalam penelitian yang sesungguhnya.
3. Uji Coba Penelitian
Pelaksanaan uji coba dilaksanakan dari tanggal 17 Maret sampai 26 Maret 2011 di Yogyakarta dengan menyebarkan skala uji coba pada 50 orang siswa kelas XII dari beberapa SMA seperti SMA Bopkri Dua
Yogyakarta dan SMAN 1 Seyegan. Skala yang diujicobakan meliputi 50 aitem yang terdiri dari 26 aitemfavourabledan 24 aitemunfavourable.
B. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari tanggal 6 April sampai 16 April 2011.
Responden dalam penelitian ini berjumlah 138 orang yang terdiri dari 64 laki-laki dan 74 orang perempuan dari berbagai SMA seperti SMA Bopkri Dua
Yogyakarta, SMAN 2 Sleman, dan SMAN 2 Ngaglik.
Dalam penelitian ini, skala kecemasan yang disebar sebanyak 140 eksemplar yang ditujukan kepada pelajar kelas XII. Adapun skala yang
dikembalikan. Penyebaran skala kecemasan tidak dapat dilakukan secara serentak karena peneliti tidak diijinkan masuk ke dalam kelas. Penyebaran
skala dilakukan di luar jam sekolah yaitu setelah kegiatan belajar mengajar di sekolah dan di rumah.
C. Kategorisasi Tingkat Kecemasan
Kategorisasi tingkat kecemasan berguna untuk melihat tingkat
kecemasan subyek penelitian berdasarkan skor yang diperolehnya. Kategorisasi kecemasan subyek dapat dilihat lebih jelas pada tabel berikut:
Tabel 5.
Kategorisasi Tingkat Kecemasan Siswa Laki-laki dan Siswa Perempuan
Siswa Laki-laki Siswa Perempuan Kategori Rentang
Jml, subyek % Jml. subyek %
Rendah X < 48 0 0% 0 0%
Sedang 48≤X < 96 52 81,25% 58 78,38% Tinggi 96≤X 144 12 18,7% 16 21, 62%
Total 64 100% 74 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui tidak ada siswa laki-laki dan
perempuan yang termasuk dalam kategori tingkat kecemasan rendah. Jumlah siswa laki-laki yang memiliki tingkat kecemasan sedang berjumlah 52 orang dengan persentase 81,25%. Sedangkan siswa laki-laki yang tergolong dalam
ketegori tingkat kecemasan tinggi berjumlah 12 orang dengan persentase 18,7%.
Untuk siswa perempuan, sejumlah 58 orang memiliki tingkat kecemasan sedang dengan persentase 78,38%. Siswa perempuan yang tergolong dalam kategori tingkat kecemasan tinggi berjumlah 16 orang dengan persentase
D. Analisis Data 1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas
untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari sebuah distribusi normal. Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan
Kolmogorov Smirnov yang menyatakan bahwa jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (P > 0,05) maka sebarannya normal, tetapi sebaliknya, bila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (P < 0,05) maka
sebarannya tidak normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS For Windows release 18.0. Untuk skor kecemasan siswa laki-laki dan siswa perempuan diperoleh p sebesar 0,803. Distribusi skor
kecemasan siswa laki-laki dan siswa perempuan dikatakan normal karena p > 0,05. Untuk uji normalitas skor kecemasan siswa laki-laki diperoleh
p sebesar 0,796, sedangkan untuk siswa perempuan diperoleh p sebesar 0,975 sehingga keduanya dikatakan normal karena memiliki p > 0,05. b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data varians sama. Uji homogenitas dilakukan dengan Levene’s Test. Dari perhitungan yang dilakukan, diperoleh p sebesar 0,059 karena p > 0,05 maka varians tersebut adalah homogen. Uji normalitas dan uji homogenitas menunjukkan bahwa sebaran skor pada penelitian ini adalah
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini mengunakan perhitungan uji-t
dengan program SPSS For Windows release 18.0. Hipotesis dalam penelitian ini menyatakan bahwa: ”Ada perbedaan tingkat kecemasan antara
siswa laki-laki dan siswa perempuan dalam menghadapi Ujian Nasional, tingkat kecemasan perempuan cenderung lebih tinggi dari siswa laki-laki”. Ringkasan uji-t dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6.
Uji t Tingkat Kecemasan Antara Siswa Laki-laki dan Siswa Perempuan Dalam Menghadapi Ujian Nasional SMA
Tingkat
kecemasan N
Mean
Empiris SD db t p Ket
Siswa
Laki-laki 64 82,4688 14,87831 Siswa
Perempuan 74 87,6757 11,90960
136 2,282 0,024 P < 0,05 signifikan
Dari tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa dari 138 subyek yang dikenai pengukuran skala tingkat kecemasan, dari kelompok siswa laki-laki
menghasilkan mean sebesar 82,4688 dan siswa perempuan menghasilkan mean sebesar 87,6757. Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut tampak
bahwa t hitung sebesar 2,282, sedangkan nilai p diperoleh angka sebesar 0,024. Karena nilai p < 0,05 maka dinyatakan signifikan. Pada tabel 5. juga terlihat bahwa skor rata-rata siswa perempuan lebih tinggi dari skor rata-rata
siswa laki-laki, yang memiliki arti bahwa tingkat kecemasan siswa perempuan dalam menghadapi Ujian Nasional lebih tinggi dari siswa
E. Pembahasan
Berdasarkan temuan empiris dari hasil penelitian ini, hipotesis yang
diajukan diterima. Ini berarti ada perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan dalam menghadapi Ujian Nasional
SMA. Perbedaan jenis kelamin ternyata membuat tingkat kecemasan siswa laki-laki dan siswa perempuan dalam menghadapi Ujian Nasional SMA menjadi berbeda. Siswa laki-laki yang tergolong dalam ketegori tingkat
kecemasan tinggi berjumlah 12 orang dengan persentase 18,7%. Sedangkan siswa perempuan yang tergolong dalam kategori tingkat kecemasan tinggi
berjumlah 16 orang dengan persentase 21,62%. Jumlah siswa laki-laki yang memiliki tingkat kecemasan sedang berjumlah 52 orang dengan persentase 81,25%. Untuk siswa perempuan, sejumlah 58 orang memiliki tingkat
kecemasan sedang dengan persentase 78,38%. Siswa perempuan cederung lebih cemas (x = 87,6757) menghadapi Ujian Nasional SMA jika dibandingkan
dengan siswa laki-laki (x = 82,4688).
Laki-laki dan perempuan tampak pada perubahan fisiknya, lebih jauh lagi terdapat beberapa hal yang membedakan antara laki-laki dan perempuan
seperti dalam sifat dan karakteristiknya. Konsep nature menyatakan bahwa perbedaan biologis laki-laki dan perempuan membentuk sifat alami maskulin
untuk laki-laki dan feminin untuk perempuan (Megawangi, dalam Retno 2007). Hal tersebut yang kemudian membedakan sifat antara laki-laki dan perempuan.
Bagi perempuan hubungan antar pribadi merupakan suatu hal yang
perempuan diarahkan untuk mengembangkan aspek yang mendukung kualitas suatu hubungan, seperti: empati, sifat memelihara, mengungkapkan perasaan
(ekspresif) serta peka terhadap orang lain. Sementara itu bagi kaum laki-laki diajarkan untuk cenderung memiliki sifat mandiri, percaya diri, tegas dalam
bersikap dan mengambil keputusan, serta lebih berorientasi pada pencapaian tujuan.
Perempuan menganggap bahwa kualitas hubungan interpersonal lebih
penting (Maccoby dan Jacklin, 1974) sehingga penerimaan oleh teman sebaya maupun oleh lingkungan dianggap sebagai hal yang sangat penting bagi
perempuan dibanding laki-laki. Sehingga perempuan yang kurang diterima oleh lingkungannya cenderung mengalami kecemasan dibandingkan laki-laki (Maccoby dan Jacklin, 1974). Hal ini membuat perempuan cenderung memiliki
ketakutan bahwa apabila tidak lulus Ujian Nasional maka ia akan mendapatkan sanksi sosial yang dapat mempengaruhi kualitas hubungan interpersonalnya
dengan teman sebaya, orang tua, guru, dan masyarakat.
Hasil penelitan James (dalam Retno, 2007), mengatakan bahwa perempuan lebih mudah dipengaruhi oleh tekanan-tekanan lingkungan
dibandingkan laki-laki. Tekanan lingkungan dalam konteks penelitian ini adalah tuntutan sosial bagi siswa supaya lulus Ujian Nasional. Hasil kelulusan
seseorang tentu saja akan mempengaruhi pandangan orang lain terhadap diri siswa sehingga berdampak pada hubungan siswa dengan orang-orang disekitarnya.
hasil Ujian Nasional jika dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini akan mempengaruhi proses berpikir yang termanifestasi dalam gangguan
kemampuan kognitif, seperti kesulitan konsentrasi, sulit membuat keputusan, perasaan khawatir terhadap sesuatu yang mengerikan dan seolah-olah akan
terjadi, pelupa, mudah panik, bingung, perasaan tak berdaya, dan menurunnya kepercayaan diri (Byrne, 1961).
Tidak dapat dipungkiri bahwa Ujian Nasional menjadi momok bagi siswa
kelas XII. Perempuan lebih mudah dipengaruhi oleh tekanan-tekanan lingkungan dibandingkan laki-laki (Smith, dalam Retno 2007). Tekanan
lingkungan yang dialami siswa perempuan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan siswa laki-laki. Tekanan lingkungan berupa tuntutan sosial supaya siswa lulus Ujian Nasional membuat siswa perempuan menjadi
lebih cemas. Hal tersebut disebabkan karena hasil kelulusan seseorang dapat mempengaruhi pandangan orang lain terhadap diri siswa sehingga berdampak
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional antara siswa laki-laki dan
perempuan. Siswa perempuan cederung lebih cemas (x = 87,6757) menghadapi Ujian Nasional SMA jika dibandingkan dengan siswa laki-laki (x = 82,4688).
Siswa laki-laki yang tergolong dalam ketegori tingkat kecemasan tinggi berjumlah 12 orang dengan persentase 18,7%. Sedangkan siswa perempuan yang tergolong dalam kategori tingkat kecemasan tinggi berjumlah 16 orang
dengan persentase 21,62%. Jumlah siswa laki-laki yang memiliki tingkat kecemasan sedang berjumlah 52 orang dengan persentase 81,25%. Untuk siswa
perempuan, sejumlah 58 orang memiliki tingkat kecemasan sedang dengan persentase 78,38%.
B. Saran
1. Bagi Para Pelajar SMA
Para pelajar khususnya siswa perempuan sebaiknya lebih berpikir positif mengenai kemampuan yang dimiliki untuk menghadapi Ujian Nasional. Selain itu berusaha mengenali diri sendiri baik secara fisik dan
emosi supaya dapat lebih bersikap antisipatif terhadap segala kemungkinan
yang akan terjadi menjelang Ujian Nasional.
2. Bagi Para Guru dan Orang Tua
Para guru dan orang tua disarankan untuk memotivasi siswa dalam meningkatkan kualitas hubungan baik dengan guru, orang tua, teman
sebaya, dan masyarakat sekitar di tempat siswa tinggal. Hal ini berguna untuk mereduksi kecemasan yang dimiliki siswa. Hubungan interpersonal yang baik khususnya antara siswa perempuan dengan orang lain akan lebih
meningkatkan kepercayaan diri sehingga siswa tidak terlalu memikirkan pandangan orang lain terhadap dirinya apabila ia tidak lulus Ujian Nasional.
3. Bagi Peneliti Lain
Peneliti menyarankan penelitian selanjutnya dapat menggali lebih dalam lagi mengenai Kecemasan Ujian Nasional dengan menggambarkan
masing-masing aspek kecemasan secara jelas dan detil. Selain itu perlu diteliti lagi adakah faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kecemasan
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. 1999.Penyusunan Skala Psikologi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, S. 2001.Metodologi Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Buckley, J. 1980.Paradigma For Psychopathology.Contribution To Case History Analysis New York : J.B Lippenscott Company
Byrne, D. 1961. An Introduction to Personality: A Research Approach. Pretice Hall, Inc, Englewood Cliff New York
Calhoun, James F. and Accocella, Joan Ross. 1990. Psychology Of Adjustment and Human Relationship.New York: Mc. Grae Hill
Chapell, M.S., et al.2005. Test Anxiety and Academic Performance in Undergraduate and Graduate Students. Journal of Educational Psychology,
Vol.97, No.2, 268-274
Corey, Gerald. 1997. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Penerjemah: E.Koeswara. Bandung: Refika Aditama
Daradjat, Zakiah. 1996.Kesehatan Mental.Jakarta: Gunung Agung
Depdiknas. 2003. Standar Prosedur Operasional Ujian Akhir Nasional Tahun pelajaran 2003/2004. Keputusan Mendiknas No 153/U/2003 tanggal 14 Oktober 2003
Gunarsa. 1996. Psikologi Olah Raga: Teori dan Praktek. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia
Hadi, S. (1991).Analisis Butir Untuk Instrumen.Yogyakarta: Andi Offset
Hall, Calvin S. and Lindzey, Gardner. 1993. Psikologi Kepribadian I: Teori Psikodinamik (Klinis). Editor: A. Supratiknya, Yogyakarta: Kanisius
Hurlock, E.B. 1973.Adolescent Development.Tokyo: Mc Graw-Hill Kogakusha Hurlock, E.B. 1980.Psikologi Perkembangan.Jakarta: Erlangga
Johnston, M.K. 1971. Mental Health and Mental Illness. Philadelphia: J.B. Lippincott Company
Kartono, Kartini. 1981.Kamus Lengkap Psikologi.Jakarta: Rajawali Pers
Lazarus, R.S. 1991. Emotional And Adaptation. New York: Mc Graw Hill Publishing Company
Maccoby, E.M dan Jacklin, C.N. 1974. The Psychology Of Sex Differences.
California: Stanford University Press
Martati, D. 2007. Kecemasan Menghadapi UAS, Motivasi Belajar, dan Prestasi Belajar tahun 2006/2007 di SMPN 8 Yogyakarta, Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada
Mutmainah. 2005. Hubungan Antara Kecemasan Menghadapi Tes Dengan Optimisme, Religiusitas, dan Dukungan Sosial, Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada
Sugiyono. 2000.Statistik Untuk Penelitian.Bandung: Alfabeta
Sue, D., Sue, S. 1986. Understanding Abnormal Behaviour. 2nd ed. Boston: Houghton Raiffin Company