• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Dhajeng Widya Arisamurti NIM : 039114031

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Dhajeng Widya Arisamurti NIM : 039114031

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

(3)

(STUDI PADA SUAMI YANG BERISTRI BEKERJA DAN SUAMI YANG BERISTRI TIDAK BEKERJA DALAM BUDAYA JAWA)

Oleh:

Dhajeng Widya Arisamurti NIM : 039114031

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

(4)

(STUDI PADA SUAMI YANG BERISTRI BEKERJA DAN SUAMI YANG BERISTRI TIDAK BEKERJA DALAM BUDAYA JAWA)

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Dhajeng Widya Arisamurti

NIM : 039114031

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 5 Desember 2008

dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M.S. ---Sekretaris : Dr. Christina Siwi Handayani, M.Si ---Anggota : YB. Cahya Widiyanto, S.Psi, M.Si

---Yogyakarta, Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Dekan,

(5)

“…kemarin adalah history, hari ini adalah anugerah, besok

adalah misteri…”

(Master Oogway-KungFu Panda)

Indahnya hidup bukan seberapa banyak orang mengenal dirimu

tapi seberapa banyak orang bahagia karena telah mengenalmu

jadilah BERKAT dimanapun berada…

(6)

kupersembahkan karya ini untuk:

Bapak-Ibuku,

Adik-adikku,

&

Uti

(7)

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 18 November 2008 Penulis,

(8)

dalam Budaya Jawa). Yogyakarta: Fakultas Psikologi, Jurusan Psikologi, Program Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sikap suami yang beristri bekerja dan suami yang beristri tidak bekerja terhadap stereotip gender dalam Budaya Jawa. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya perbedaan sikap antara suami yang beristri bekerja dan suami yang beristri tidak bekerja dalam budaya Jawa, dimana sikap suami yang beristri tidak bekerja akan positif atau mendukung stereotip gender daripada sikap suami yang beristri bekerja.

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 80 orang yang terdiri dari 40 orang suami yang beristri bekerja dan 40 orang suami yang beristri tidak bekerja, berusia 22-40 tahun, tidak memiliki pembantu rumah tangga, dan berdomisili di Surakarta. Metode pengumpulan data yang mengajukan pernyataan dalam skala sikap yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.

Data penelitian ini dianalisis menggunakan uji t yang digunakan untuk membandingkan dua kelompok subjek yang mencari perbedaan mean suami yang beristri bekerja dan suami yang beristri tidak bekerja. Mean untuk suami yang istri bekerja adalah 133,55 sedangkan mean suami yang istri tidak bekerja adalah 140,30. Harga uji t sebesar -2,663 yang p<0,05. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan sikap suami terhadap stereotip gender dimana suami yang beristri tidak bekerja positif atau mendukung stereotip gender dalam Budaya Jawa.

Kata Kunci : Suami, Istri Bekerja dan Istri Tidak Bekerja, Stereotip Gender.

(9)

Wifes of Javannese Culture). Yogyakarta: Faculty of Psychology, Department of Psychology, Psychology Study Programm, Sanata Dharma University.

The objective of this study is to find out the difference attitude toward gender stereotype between husbands with working wifes and husband with non working wifes of Javanese culture. A hypothesis, which proposed in this study the difference of attitudes that exist in those husband with working wifes and husband with non working wifes is existed. The husbands with non working wifes of Javanese culuture have positive or supportive attitudes toward the gender streotype while the husbands with working wives don’t.

The number of subject in this research is 80 individuals consisting on 40 husbands with working wifes and 40 husbands with non working wifes. There ages ranges from 22-40 years old. All of they do not have house servant (maid), and they all live in Surakarta. The method employed for data collecting is interview based on the attitude scale with verified validity and reliability.

The data acquired from the research is analyzed using t test in which two groups of subject are compared to find the mean difference between husbands with working wifes and husbands with non working wifes. The mean of the husbands with working wifes is 133,5 while the mean of the husbands with non working wifes is 140,30. The values shown from t test is -2,663 with p<0,05. The result of the research shows that the husbands with non working wifes have positive or supportive attitude toward the gender stereotype of Javanese culture.

Keywords: husband, working wifes and non-working wifes, stereotype gender.

(10)

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Dhajeng Widya Arisamurti

NIM : 039114031

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“Sikap Terhadap Stereotip Gender (Studi Pada Suami Yang Beristri Bekerja Dan Suami Yang Beristri Tidak Bekerja Dalam Budaya Jawa)” beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media cetak lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 4 Februari 2009 Yang menyatakan,

(11)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus yang telah memberikan kelimpahan berkat, rahmat, lindungan dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Begitu banyak pelajaran dan pengalaman berharga yang penulis dapatkan selama proses pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan berbagai pihak, yang bukan saja yang kerelaan waktu dan tenaganya telah membantu penulis, tetapi juga yang segenap hati, jiwa, dan cinta yang tulus. Yang segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. yang telah bersedia memberikan ijin dan dukungan untuk melakukan penelitian ini.

2. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M.S., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan arahan yang kesabaran dan penerimaan selama proses pengerjaan skripsi ;Terimakasih banyak Bu…

3. Bapak Dr.T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik. 4. Segenap dosen-dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, terima

kasih atas bimbingan dan segala bekal ilmu pengetahuan yang sangat berharga.

5. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma: Mbak Nanik, Mas Gandung & Pak Gie di Sekretariat, Mas Muji di Laboratorium dan Mas Doni di Ruang Baca, terimakasih banyak atas segala bantuan dan

(12)

6. Seluruh warga RW II Kelurahan Kerten Kota Surakarta yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi subjek penelitian.

7. Keluargaku tercinta, Bapak dan Ibu yang selalu dan senantiasa memberikan kasih sayang, perhatian, pengertian, semangat, dan doa yang tulus. Ibu terima kasih sudah mengantarku kemana-mana.

8. Adikku Itok terima kasih ya buat dorongan, berbagai bantuannya, dan maaf aku terus membuatmu emosi…Doanya juga ya terima kasih.

9. Adikku Tyo,,yang gembul terima kasih ya ikut menghiburku dan kita sama-sama belajar…ayo semangat!!!!

10. Keluargaku di Solo,,,Uti, Om-om dan mbak-mbak, adik-adikku terima kasih buat doa restunya dan pertanyaan kapan wisuda…

11. Buat Mb.Dhani, matur nuwun ya udah bersedia memanduku anjang sana sini ke Kerten hehehehe dan tentunya perjalanan kita mencari ‘yang terlewatkan’…

12. Keluarga Jogja, pakde-pakde, budhe-budhe, mas-mas, mbak-mbak, om, adik-adik terima kasih banyak.

13. Vero, Ika, Henniek inilah arti sahabat…Terima kasih banyak buat doa, semangat, dan bahu kalian adalah tempat terindah. Sukses terus yak…

14. Buat Gothe, semoga kita bisa mencapai apa yang kita cita-citakan dengan berbekal segalaketidak pentingan kita. Karena yang tidak penting itu penting. Kita untuk selamanya!!!! The,,salam dan terima kasih juga buat keluargamu.

(13)

16. Teman Canista: Silvi, Tika, Muji, Pakdhe, Vidi, Agnes, Puput, Lusia, Nita, Mira, Putri, Stella.(maaf kalau ada yang belum tersebutkan)

17. Teman-teman Psikologiku: Wiwid, Haksi, Ayu Budaya, Abe, Kimpul, Rani, Yudi, P&G, Topix...terima kasih atas bantuannya selama berproses di Psikologi dan di saat-saat terakhir.

18. Semua pihak yang tanpa sengaja belum tersebut di sini; terima kasih. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Pada akhirnya, semoga Tuhan membalas semua kebaikan dan bantuan kalian kepada penulis. Penulis menyadari kesalahan dan kelemahan dalam skripsi ini, karena itu penulis mohon maaf.

Yogyakarta, November 2008

Penulis

(14)

Halaman HALAMAN JUDUL……….

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING………. HALAMAN PENGESAHAN………... HALAMAN MOTTO ………... HALAMAN PERSEMBAHAN ………... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………..………… ABSTRAK……… ABSTRACK………. HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………. KATA PENGANTAR.………. DAFTAR ISI………. DAFTAR TABEL………. DAFTAR GAMBAR……… DAFTAR LAMPIRAN………. BAB I PENDAHULUAN………. A. Latar Belakang Masalah……….. B. Rumusan Masalah……….... C. Tujuan Penelitian………. D. Manfaat Penelitian………...

(15)

1. Pengertian Sikap………..………. 2. Komponen Sikap……….………. 3. Pembentukan Sikap……….. B. Suami yang Beristri Bekerja dan Suami yang Beristri Tidak

Bekerja……..………... C. Stereotip Gender Budaya Jawa……… D. Sikap Terhadap Stereotip Gender Budaya Jawa (Studi Pada Suami

yang Beristri Bekerja dan Suami yang Beristri Tidak Bekerja………. E. Hipotesis Penelitian………. BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….. A. Jenis Penelitian……… B. Identifikasi Variabel Penelitian………... C. Definisi Operasional……… 1. Sikap Terhadap Stereotip Gender…...……….. 2. Suami yang Beristri Bekerja dan Suami yang Beristri Tidak

Bekerja………..……… D. Subjek Penelitian……….… E. Metode dan Alat Pengumpulan Data……….. F. Prosedur Penelitian………. G. Metode Analisis Data………...

(16)

1. Perijinan penelitian…...……… 2. Hasil Uji Coba Penelitian………..

a. Validitas……….... b. Diskriminasi

Item..………...……….

(17)

Halaman Tabel III.1 Kisi-Kisi Skala Sikap Terhadap Stereotip Gender Budaya

Jawa (uji coba)……….. 29

Tabel III.2 Distribusi Item Skala Sikap Terhadap Stereotip Gender

Budaya Jawa (uji coba)………..…... 30

Tabel III.3 Pemberian skor Skala Sikap Terhadap Stereotip Gender

Budaya Jawa... 31 Tabel IV.1 Penyebaran Item Skala Sikap Terhadap Stereotip Gender

Budaya Jawa (setelah uji coba)... 36

Tabel IV.2 Penyebaran Item Skala Sikap terhadap Stereotip Gender

Budaya Jawa (setelah diperbaiki)………..…..……….. 36

Tabel IV.3 Hasil Perhitungan Mean Teoritik dan Mean Empirik ...…...

Tabel IV.4 Hasil Uji Normalitas...

Tabel IV.5 Hasil Uji Homogenitas...

Tabel IV.6 Hasil Mean Suami yang Beristri Bekerja dan Suami yang Beristri Tidak Bekerja...

Tabel IV.7 Hasil Uji t...

38

39

39

40

40

(18)

Halaman Skema II.1 Skema Sikap Suami Terhadap Stereotip Gender Budaya

Jawa……….

23

(19)

Halaman 1. Skala Uji Coba Penelitian………...

2. Data Uji Coba Penelitian………. 3. Statistik Uji Coba Penelitian…...………. 4. Skala Penelitian……… 5. Data Penelitian………. 6. Statistik Penelitian……….……….. 7. Lampiran Surat Keterangan Penelitian………

53 61 86 96 101 114 122

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kondisi saat ini menuntut setiap individu dapat lebih maju. Seluruh aspek kehidupan sosial berubah seiring perkembangan jaman. Hal yang cukup penting adalah setiap individu dituntut untuk bekerja. Bekerja menjadi tolok ukur kesuksesan pada jaman sekarang ini, selain itu juga untuk mencukupi kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat. Masyarakat dapat memenuhi segala kebutuhan aspek yang lain bila aspek ekonomi dapat tercukupi dengan baik. Kondisi tersebut mendorong baik laki-laki maupun perempuan untuk bekerja.

Kenyataannya masyarakat masih menjunjung tinggi budaya dan aturan sosialnya termasuk peran gender. Peran gender merupakan perilaku yang dibentuk berdasarkan jenis kelamin yang dikonstruksi oleh sosial budaya yang dinilai tepat dan pantas untuk dilakukan sesuai dengan jenis kelamin tertentu. Peran gender bukan peran yang diciptakan secara kodrati sehingga dapat dipertukarkan dan dapat berubah-ubah karena sifatnya tidak mutlak. Menurut Fakih (1996) terbentuknya perbedaan peran gender dikarenakan oleh banyak hal, diantaranya dibentuk, disosialisaikan, diperkuat, bahkan dikonstruksi secara sosial dan kultural, melalui ajaran keagamaan maupun Negara.

(21)

Pembentukan peran gender diawali dengan adanya stereotip gender. Stereotip gender merupakan suatu keyakinan atau pandangan akan sesuatu yang pantas atau tidak pantas dilakukan oleh seseorang yang didasarkan pada jenis kelamin tertentu. Munculnya perbedaan stereotip gender tersebut menyebabkan perbedaan peran gender antara laki-laki dan perempuan sehingga menimbulkan ketidakadilan. Ketidakadilan terjadi karena adanya diskriminasi terhadap akses dan kontrol antara laki-laki dan perempuan dalam hal perilaku, peran, tugas, hak dan fungsi yang harus dijalankan. Fakih (1996) mengungkapkan bahwa ketidakadilan gender merupakan sistem struktur dimana baik kaum laki-laki dan perempuan menjadi korban dari sistem tersebut.

Laki-laki ditetapkan dengan karakteristik maskulin dan perempuan dengan karakteristik feminin. Menurut Sahrah (dalam Dewi, 2005) karakteristik sifat yang ada pada peran gender maskulin dapat digambarkan dalam tiga komponen yaitu kemampuan memimpin, sifat maskulin, dan rasionalitas. Karakteristik sifat pada peran gender feminin terdiri dari tiga kelompok atau komponen yaitu kasih sayang, kelembutan perilaku, dan sifat feminim.

(22)

Linus Suryadi (1993) mengungkapkan bahwa seorang istri itu mesti berperan ganda, dia menjadi sawangan bila kondangan, dia menjadi tuan rumah yang baik bila ketamuan di ruang depan, dia menjadi koki yang ahli di dapur, dan menjadilonte di ranjang. Hal tersebut mengasumsikan bahwa laki-laki Jawa melakukan dominasi sistem nilai keperempuanan Jawa tersebut, selain mempersempit keberadaan perempuan juga menunjukkan kepongahan laki-laki Jawa.

Berdasarkan stereotip-stereotip tersebut memunculkan berbagai peran atau tugas yang sesuai dengan karakteristik yang telah melekat pada masing-masing jenis kelamin. Laki-laki dengan karakteristik maskulin memiliki peran gender seperti mencari nafkah, melindungi keluarga, membimbing keluarga, kepala rumah tangga, dan sebagainya. Perempuan dengan karakteristik feminin memiliki peran gender yang berhubungan dengan sesuatu yang bersifat domestik seperti memasak, mengurus pekerjaan rumah tangga, dan sebagainya. Pada kenyataannya peran gender tersebut menimbulkan masalah karena lebih banyak mitos yang tidak sesuai dengan realitas dan memunculkan ketidakadilan.

(23)

Perempuan mengalami ketidakadilan karena dianggap pasif sehingga di nomorduakan. Setiap aspek kehidupan selalu dilihat dari kacamata laki-laki saja. Berdasarkan karakteristik peran gender yang feminim mengarahkan perempuan pada pekerjaan domestik atau segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan rumah tangga. Selain karena karakteristik, budaya pada masyarakat yang patriarki menjadikan perempuan dibawah laki-laki dalam segala hal seperti dalam pekerjaan maupun pendidikan.

Terlihat perempuan banyak yang berkarir dan tidak jarang pula dengan penghasilan yang lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Keputusan untuk bekerja atau tidak didorong oleh berbagai faktor. Kartini Kartono (1985) menggolongkan motif istri bekerja yaitu kebutuhan ekonomi yang mengarah kepada tujuan untuk mendapatkan penghasilan bagi diri sendiri dan keluarga, keinginan untuk membina karir yang biasanya terdapat pada istri yang kondisi ekonominya tidak mendesak tetapi ingin bekerja untuk karir atau ingin memanfaatkan keahliannya, ada kesadaran bahwa pembangunan membutuhkan tenaga kerja baik pria maupun perempuan.

(24)

Sikap yang dimunculkan suami dapat berdasarkan dari salah satu faktor tersebut namun juga didukung oleh beberapa komponen yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Komponen kognitif berhubungan dengan pikiran suami terhadap stereotip gender yang berdasarkan pengolahan, pengalaman, dan kepercayaan pada apa yang dilihat dan diketahui. Komponen afektif menunjukkan proses perasaan yang dimiliki suami terhadap stereotip gender. Komponen konatif berhubungan dengan kecenderungan berperilaku dalam diri suami berkaitan dengan stereotip gender.

Berdasarkan uraian diatas peneliti mengasumsikan bahwa kondisi atau tuntutan perkembangan jaman menyebabkan perubahan sikap terhadap stereotip gender. Perubahan sikap tersebut dapat memunculkan pergeseran atau perubahan peran dan tugas antara laki-laki dan perempuan. Peran yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah peran antara suami dan istri. Tidak setiap suami akan membagi peran dan tugasnya dengan adil. Hal tersebut dapat disebabkan karena adanya perbedaan sikap terhadap stereotip gender sehingga membentuk sikap yang berbeda pada suami yang beristri bekerja dan suami yang beristri tidak bekerja.

(25)

banyak bagi pasangannya, dan mereka mendapat banyak pengalaman bagi diri sendiri berkait dengan kehidupan perkawinannya.

Peneliti berasumsi bahwa kondisi suami yang beristri bekerja akan bersikap negatif atau tidak mendukung stereotip gender. Suami tidak hanya masuk dalam sektor publik namun juga dalam sektor domestik. Suami tidak hanya bekerja mencari nafkah namun juga ikut melakukan pekerjaan rumah tangga seperti mengasuh anak, mengurus rumah, dan lain sebagainya. Sementara itu kondisi suami yang beristri tidak bekerja diasumsikan bahwa suami tetap pada tugas atau peran tradisionalnya. Bekerja atau mencari nafkah merupakan tugas dan peran teradisonal suami yang telah tersosialisasikan. Hal tersebut karena istri juga hanya melakukan pekerjaan domestik. Pembagian tugas dan peran suami dan istri pada kondisi ini jelas dan tegas. Hal tersebut berarti bahwa suami bersikap positif atau mendukung terhadap stereotip gender. Melalui asumsi tersebut berarti ada perbedaan yang signifikan antara sikap suami yang beristri bekerja dan suami yang beristri tidak bekerja terhadap stereotip gender Budaya Jawa.

(26)

menyebabkan ketidakadilan bagi salah satu pihak baik suami maupun istri sehingga dapat membentuk perkawinan yang bahagia.

B. Rumusan Masalah

Dari permasalahan diatas, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan sikap terhadap stereotip gender pada suami yang beristri bekerja dan suami yang beristri tidak bekerja dalam budaya Jawa?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan sikap suami terhadap stereotip gender pada suami yang beristri bekerja dan suami yang beristri tidak bekerja dalam budaya Jawa?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Menambah informasi atau sebagai bahan referensi bagi ilmu pengetahuan, khususnya psikologi mengenai sikap terhadap stereotip gender pada suami yang beristri bekerja dan suami yang beristri tidak bekerja dalam budaya Jawa.

2. Manfaat Praktis

(27)
(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Sikap

1. Pengertian Sikap

Sikap menurut Mar’at (1982) merupakan produk dari proses sosialisasi di mana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsang yang diterima. Jika sikap mengarah pada obyek tertentu, berarti bahwa penyesuaian diri terhadap obyek tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya dan kesediaan untuk bereaksi dari orang tersebut terhadap obyek.

Menurut La Pierre seperti yang dikutip oleh Azwar (1995) mendefinisikan sebagai suatu pola perilaku, tendensi, atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana, sikap.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Berkowitz (dalam Azwar, 1995) bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak memihak (unfavorable) pada obyek tersebut.

Menurut Ahmadi (1991) bahwa kesadaran individu yang menentukan perbuatan nyata dan perbuatan-perbuatan yang mungkin akan terjadi itulah yang dinamakan sikap. Jadi sikap ialah suatu hal yang

(29)

menentukan sikap sifat, hakekat, baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan datang.

Sikap menurut Walgito (1991) merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek/ situasi yang relative ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon/ berperilaku dalam cara yang tertentu yang dipilihnya.

Menurut Baron dan Byrne (2003) sikap adalah evaluasi terhadap aspek-aspek dunia sosial. Seringkali sikap kita ambivalensi-mengevaluasi objek sikap baik secara positif maupun negatif.

Pengertian sikap dari beberapa definisi diatas adalah suatu perilaku yang berdasarkan evaluasi seseorang terhadap rangsangan atau objek yang diterima dan dapat bersifat positif, negatif, maupun netral. Objek tersebut juga dinilai secara kognitif, perasaan, dan tingkah laku.

2. Komponen Sikap

Sears (1988) mengungkapkan bahwa sikap memiliki tiga komponen yaitu: a. Komponen kognitif yaitu terdiri dari seluruh kognisi yang dimiliki

seseorang mengenai objek sikap tertentu-fakta, pengetahuan, dan keyakinan tentang objek.

(30)

c. Komponen perilaku yaitu terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap objek.

Ahmadi (1991) juga mengungkapkan bahwa tiap-tiap sikap mempunyai tiga aspek:

a. Aspek kognitif :

Yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal pikiran. Ini berarti berwujud pengolahan, pengalaman dan keyakinan serta harapan-harapan individu tentang obyek atau kelompok obyek tertentu.

b. Aspek afektif :

Berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati, antipati dan sebagainya yang ditunjukkan kepada obyek-obyek tertentu.

c. Aspek konatif :

Berwujud proses tendensi atau kecenderungan untuk berbuat sesuatu obyek, misalnya kecenderungan memberi pertolongan, menjauhkan diri dan sebagainya.

Mar’at (1982) mengungkapkan bahwa sikap memiliki tiga komponen yaitu:

(31)

b. Komponen afeksi yang menyangkut kehidupan emosional seseorang.

c. Komponen konasi yang merupakan kecenderungan bertingkah laku.

Menurut Azwar (1995) sikap juga memiliki tiga komponen yang saling menunjang yaitu:

a. Komponen kognitif maksudnya komponen yang berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap, kepercayaan tersebut datang dari apa yang dilihat atau diketahuinya. Berdasarkan apa yang telah dilihatnya itu, kemudian terbentuklah suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu obyek. Tetapi kadang-kadang kepercayaan dapat terbentuk justru dikarenakan kurang atau tidak adanya informasi yang benar mengenai obyek yang dihadapinya. b. Komponen afektif maksudnya menunjukkan perasaan yang

dimiliki seseorang terhadap sesuatu reaksi emosional yang merupakan komponen afektif ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan.

(32)

3. Pembentukan Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut Azwar (1995) adalah sebagai berikut:

a. Pengalaman pribadi yaitu tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Tanggapan dan penghayatan seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis. b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting, maksudnya bahwa

orang lain di sekitar merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap seseorang.

c. Pengaruh kebudayaan maksudnya adalah kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat.

d. Media massa memberikan pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama adalah sebagai suatu sistem yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

(33)

berfungsi sebagai semacam penyalur frustasi atau pengalihan untuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi dapat pula mendapatkan sikap bertahan lama.

Sikap dalam penelitian ini memiliki arti suatu kecenderungan perilaku suami yang bersifat positif (mendukung) atau negatif (tidak mendukung) terhadap stereotip gender laki-laki budaya Jawa. Sikap tersebut dapat diukur atau dilihat melalui kognitif, afektif, dan konasi yang muncul dalam seseorang. Kognisi merupakan suatu konsep yang dimiliki suami terhadap objek sikap, afeksi atau perasaan adalah reaksi emosi terhadap objek sikap, dan konasi atau tingkah laku adalah kecenderungan suami untuk bertindak terhadap objek sikap.

B. Suami yang Beristri Bekerja dan Suami yang Beristri Tidak Bekerja

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991) suami adalah pria sebagai pasangan hidup yang resmi bagi seorang perempuan. Suami dalam penelitian ini merupakan sosok laki-laki dewasa yang telah memiliki keluarga sendiri dan tinggal di dalam satu rumah dengan pasangan hidupnya yaitu seorang istri.

(34)

sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan domestik. Hal tersebut dikarenakan bahwa perempuan memiliki karakteristik peran gender feminin. Karakteristik peran gender feminin menurut Pendhazur dan Tetenbaum (1979) dan Berhard (dalam Dewi, 2005) lebih memperhatikan sifat-sifat yang hangat dalam hubungan personal, lebih suka berafiliasi dengan orang lain daripada mendominasi. Karakteristik peran gender feminin lebih sensitif dan tanggap terhadap keadaan orang lain, cenderung suka menyenangkan orang lain. Selain itu, ingin selalu tampak rapih, lebih bersifat loyal dan pemalu.

Sarah (dalam Dewi, 2005) mengungkapkan bahwa karakteristik sifat pada peran gender feminin terdiri dari tiga kelompok atau komponen yaitu kasih sayang, kelembutan perilaku, dan sifat feminim.

Dewasa ini telah banyak perempuan atau istri yang telah ikut dalam peran suami yaitu bekerja mencari nafkah. Hoffman dan Nye (dalam Grace, 2007) mengungkapkan segi positif yang diperoleh oleh wanita yang berumah tangga dan berkarir yaitu meningkatkan taraf hidup keluarga dan menambah penghasilan suami, mengembangkan cara berpikir lebih luas, meningkatkan kepercayadirian dan harga diri, memperhatikan penampilan, memberi kesempatan untuk dapat bersaing secara kuat dalam bidang pekerjaan, menjadi lebih tegar dalam membuat keputusan dan mampu bertindak tanpa ragu-ragu, mampu menunjukan toleransi dan lebih mudah berkomunikasi dengan orang lain.

(35)

mencari nafkah mata pencaharian. Menurut penelitian ini istri yang bekerja adalah seorang istri yang aktivitasnya melakukan sesuatu di luar rumah yaitu bekerja mencari nafkah dan mendapatkan penghasilan setiap bulannya. Istri yang tidak bekerja adalah seorang istri yang aktivitasnya berada di dalam rumah seperti memasak, mengurus rumah, dan lain sebagainya.

C. Stereotip Gender Dalam Budaya Jawa

Stereotip menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990) adalah konsepsi tentang sifat suatu kelompok yang didasarkan pada prasangka yang subyektif dan tidak tepat.

Pengertian gender berbeda dengan seks atau jenis kelamin. Gender adalah sifat atau perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial maupun budaya. Unger (dalam Kanisius Tantu, 2004) menyatakan bahwa gender adalah sebuah label sosial dan bukan gambaran biologis. Sifat gender tidak mutlak dan dapat dipertukarkan.

Menurut Hoyenga dan Hoyenga (dalam Lailatushifah, 2003) gender mengarah pada bagaimana seseorang menyebut dirinya sebagai maskulin atau feminin yang dipengaruhi oleh konsep sosial, budaya, dan struktur masyarakat.

(36)

penis, memiliki jakun, memproduksi sperma dan lainnya. Perempuan adalah manusia yang memiliki alat reproduksi seperti rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi sel telur, memiliki alat vagina, mempunyai alat menyusui, dan sebagainya.

Menurut Fakih (1996) konsep gender, yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya, bahwa perempuan dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, dan perkasa.

Melalui konsep gender dapat membedakan sifat antara laki-laki dan perempuan yang telah dibentuk oleh faktor sosial maupun budaya. Sifat-sifat tersebut dapat dipertukarkan dan dapat berubah dari waktu ke waktu. Diungkapkan pula oleh Handayani dan Sugiarti (2001) perbedaan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan itu tidak ditentukan karena antara keduanya terdapat perbedaan biologis atau kodrat, tetapi dibedakan atau dipilah-pilah menurut kedudukan, fungsi dan peranan.

(37)

Berdasarkan dengan stereotip gender maka suami memiliki tugas-tugas atau peran gender yaitu bekerja dan sesuatu hal yang berhubungan dengan dunia publik atau peran yang dilakukan di luar rumah. Dagun (1990) mengungkapkan bahwa ayah akhirnya seperti sudah terkondisikan bukan sebagai pengasuh anak, dan lebih sibuk sebagai pencari nafkah. Ia memiliki citra keperkasaan dan kekokohan, namun jauh dari anak-anaknya dan seakan melepas tanggung jawab membina kehidupan anak secara langsung. Keadaan ini dikukuhkan dalam kehidupan masyarakat, dan diterima begitu saja seolah sebagai sesuatu yang sudah semestinya.

Budaya Jawa khususnya Jawa Tengah juga menetapkan peran-peran yang pantas dilakukan oleh seorang laki-laki Jawa. Menurut Suryadi (1993) peran dan kedudukan laki-laki Jawa justru berat karena dia harus mendapuk

dirinya selaku tulang punggung rumah tangga. Geertz (1983) menambahkan fungsi lain dari peranan laki-laki dalam keluarga itu mungkin adalah fungsi penentu status atau prestise. Konsep itu menjadikan seorang suami selalu dianggap sebagai kepala rumah tangga yang bertanggungjawab terhadap keluarganya.

Sahrah (dalam Dewi, 2005) mengungkapkan karakteristik sifat yang ada pada gender maskulin yaitu kemampuan memimpin, sifat maskulin, dan rasionalitas sedangkan perempuan memiliki kasih sayang, kelembutan perilaku, dan sifat feminim.

(38)

ditujukan kepada suami dengan budaya Jawa. Stereotip gender suami atau laki-laki Jawa adalah sebagai figur maskulin. Kriteria maskulin dalam penelitian ini seperti yang diungkapkan oleh Sahrah yaitu terdapat tiga komponen yaitu kemampuan memimpin, sifat maskulin, dan rasionalitas. Kemampuan memimpin dijabarkan dalam sifat aktif, berkemampuan keras, konsisten, optimistik, pemberani dan sportif. Sifat maskulin dijabarkan bersifat melindungi, mandiri, matang atau dewasa, dan percaya diri. Komponen rasionalitas terdiri dari sifat suka mencari pengalaman baru dan tenang saat menghadapi krisis.

D. Sikap Terhadap Stereotip Gender (Studi Pada Suami yang Beristri

Bekerja dan Suami yang Beristri Tidak Bekerja Dalam Budaya Jawa)

Kebudayaan dipercaya membentuk peran gender karena selalu disosialisasikan secara turun temurun. Megawangi (dalam Dewi, 2005) mengungkapkan bahwa teori kultural justru percaya bahwa pembentukan peran gender, bukan disebabkan oleh adanya perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan, melainkan karena adanya sosialisasi atau kulturalisasi. Pernyataan tersebut juga didukung oleh Sugiarti dan Handayani (2001) bahwa konsep gender adalah pembagian laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural.

(39)

yang bertanggungjawab terhadap keluarga. Peran-peran seperti itulah yang diinginkan oleh lingkungan terhadap figur suami atau laki-laki. Peran-peran tersebut berdasarkan dari sesuatu hal yang diyakini pantas dan tidak pantas dilakukan oleh seseorang berdasarkan jenis kelamin yang disebut dengan stereotip gender.

Sahrah (1996) mengungkapkan bahwa laki-laki dalam etnis Jawa dinilai maskulin yang dimaksudkan adalah bahwa laki-laki Jawa harus memiliki kemampuan memimpin, sifat maskulin, dan rasionalitas. Kemampuan memimpin meliputi sifat aktif, berkemampuan keras, konsisten, optimistik, pemberani, sportif. Sifat maskulin meliputi melindungi, mandiri, matang atau dewasa, dan percaya diri. Rasionalitas meliputi suka mencari pengalaman baru dan tenang saat menghadapi krisis.

Seiring berkembangnya kondisi sosial bahwa sekarang ini mulai banyak perempuan atau istri yang turut bekerja mencari nafkah, pembuat keputusan, berperan di sektor publik daripada domestik, dan lain sebagainya. Perempuan atau istri mulai menjadi sosok atau figur maskulin. Hal tersebut dapat memunculkan sikap yang berbeda terhadap stereotip gender pada suami yang memiliki istri yang bekerja atau yang tidak bekerja dalam budaya Jawa.

(40)

Berbeda dengan kondisi dengan istri yang bekerja. Banyaknya segi positif yang diperoleh dari istri yang berkarir atau bekerja membuat struktur pembagian peran lebih longgar dan luwes. Peran antara suami dan istri akan terbagi secara adil yang disesuaikan dengan waktu, kesepakatan, dan kemampuan.

Pengalaman dan hasil interaksi dengan lingkungan dapat membentuk suatu sikap seseorang (Azwar, 1995). Sikap lebih mengarah pada hasil belajar seseorang yang diperoleh melalui situasi sosial atau objek tertentu. Sebelum memunculkan sikap, seseorang akan mengenali atau mengamati stimulasi terlebih dahulu. Peristiwa yang diamati tersebut kemudian disimpan dalam diri individu, yang sewaktu-waktu dapat dipanggil untuk menghasilkan peristiwa yang sesuai dengan yang diamati berdasarkan motivasi seseorang untuk menampilkannya dalam tingkah lakunya sendiri.

(41)

dalam mempertahankan ekonomi rumah tangga, bahkan secara terang-terangan mengakui bahwa penghasilan istri cukup untuk menambah penghasilan rumah tangga.

(42)

Skema III.1

Skema Sikap Terhadap Stereotip Gender

Stereotip gender dalam budaya Jawa

- kemampuan memimpin

- sifat maskulin

- rasionalitas

Suami yang beristri bekerja

- peran lebih longgar karena istri

membantu peran gendernya

- ikut berperan ganda (melakukan

peran publik dan domestik)

- muncul kesadaran akan kesetaraan

gender

Suami yang beristri tidak bekerja

- melakukan peran gendernya saja

( bekerja di luar rumah / sektor publik )

- bertahan dengan peran tradisional

( tidak berperan ganda )

- tidak ada kesadaran akan kesetaraan

gender

- peran antara suami dan istri

terbagi dengan tegas

sikap positif atau mendukung

stereotip gender

(43)

E. Hipotesis Penelitian

(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat komparatif yaitu membandingkan variabel yang dua kondisi berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbandingan atau perbedaan sikap terhadap stereotip gender budaya Jawa antara suami yang beristri bekerja dan suami yang beristri yang tidak bekerja.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yakni:

1. Variabel bebas :Suami yang beristri bekerja dan suami yang beristri tidak bekerja

2. Variabel tergantung : Sikap terhadap stereotip gender

C. Definisi Operasional

1. Sikap terhadap stereotip gender

Sikap adalah suatu bentuk kecenderungan perilaku atau respons dari suami terhadap stereotip gender dalam budaya Jawa. Stereotip gender berdasarkan kepribadian maskulin yang terdiri dari tiga komponen yaitu kemampuan suami untuk memimpin, sifat maskulin, dan rasionalitas.

(45)

Sikap yang dimunculkan oleh suami akan berbeda. Perbedaan sikap tersebut dapat diukur yang menggunakan skala sikap terhadap stereotip gender yang mengacu pada tiga aspek, yaitu :

a. Kognitif, suatu konsep yang dimiliki suami terhadap stereotip gender yaitu konsep mengenai kemampuan memimpin, sifat maskulin, dan rasionalitas.

b. Afektif, reaksi emosi suami terhadap stereotip gender yaitu reaksi emosi terhadap kemampuan memimpin, sifat maskulin, dan rasionalitas.

c. Konatif, kecenderungan suami untuk bertindak terhadap stereotip gender yaitu bertindak terhadap kemampuan memimpin, sifat maskulin, dan rasionalitas.

2. Suami yang beristri bekerja dan suami yang beristri tidak bekerja a. Suami

Suami merupakan sosok laki-laki dewasa yang telah memiliki keluarga sendiri dan tinggal di dalam satu rumah yang pasangan hidupnya yaitu seorang istri.

b. Suami yang beristri bekerja

(46)

c. Suami yang beristri tidak bekerja

Istri yang tidak bekerja adalah seorang istri yang aktivitasnya berada di dalam rumah seperti memasak, mengurus rumah, dan lain sebagainya serta tidak memiliki penghasilan.

D. Subjek Penelitian

Pengambilan subjek dilakukan yang teknik purposive sampling, yakni pengambilan subjek berdasarkan ciri-ciri tertentu sesuai yang tujuan penelitian (Hadi, 1997). Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 80 orang suami yang terdiri dari 40 orang suami yang istri yang bekerja dan 40 orang suami yang istri yang tidak bekerja di daerah Surakarta yang karakteristik subjek penelitian sebagai berikut :

1. Suami yang bekerja, bekerja mencari nafkah merupakan tugas seorang laki-laki yang telah memiliki keluarga dan memiliki penghasilan setiap bulannya.

(47)

3. Usia 20-40 tahun yaitu usia dewasa. Pemilihan usia dewasa karena dimaksudkan bahwa seorang suami dalam usia dewasa sudah mampu menyatakan sikapnya.

4. Tidak memiliki pembantu rumah tangga yang diasumsi bahwa pembagian tugas publik dan domestik jelas dan hanya dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu suami dan istri.

5. Berdomisili di Surakarta yang suku bangsa Jawa. Berada dalam wilayah Surakarta akan lebih banyak subjek yang suku bangsa Jawa dan Surakarta sendiri termasuk daerah yang budaya Jawa yang masih kental.

E. Metode dan Alat Pengumpul Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yang menggunakan skala sikap terhadap stereotip gender dalam budaya Jawa antara suami yang beristri bekerja dan suami yang beristri tidak bekerja yang diberikan kepada subjek penelitian yaitu suami yang berdomisili di Surakarta.

1. Data Status

Data status kerja digunakan untuk mengungkap data mengenai status dari subjek penelitian. Data ini terdiri dari usia dan tanggal lahir, pekerjaan, usia perkawinan, status istri, memiliki pembantu rumah tangga, dan jumlah anak.

(48)

a. Penyusunan Item

Skala sikap disusun sendiri oleh peneliti. Penyusunan skala dimulai yang membuat item-item yang terdiri dari 90 item. Item-item skala sikap terhadap stereotip gender dalam budaya Jawa disusun berdasarkan tiga aspek sikap yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif. Batasan mengenai gejala-gejala yang menyertai sikap terhadap stereotip gender budaya Jawa telah diuraikan di bab II.

Skala sikap suami terhadap stereotip gender budaya Jawa terdiri dari pernyataan favorabel dan unfavorabel yang empat pilihan jawaban yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai.

Tabel III.1

Kisi-kisi Skala Sikap Terhadap Stereotip Gender (uji coba) K i s i -k Indikator sikap

Kognitif Afektif Konatif

Komponen stereotip gender

laki-laki

Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Total Kemampuan

memimpin

5 5 5 5 5 5 30

Sifat

maskulin 5 5 5 5 5 5 30 rasionalitas

5 5 5 5 5 5 30

(49)

Tabel III.2

Distribusi Item Skala Sikap Terhadap Stereotip Gender (sebelum uji coba)

Pernyataan – pernyataan yang telah dibuat kemudian diseleksi dan dipilih pernyataan yang baik yaitu yang memiliki daya beda untuk memisahkan antara responden positif atau negatif. Item yang tidak baik (tidak memiliki daya beda) digugurkan atau tidak dipakai dan yang baik dijadikan data penelitian.

b. Penentuan Skor

Penilaian atas jawaban dalam skala sikap suami terhadap stereotip gender budaya Jawa yang beristri bekerja dan tidak bekerja bergerak mulai dari angka 4 sampai yang angka 1 untuk item favorabel (positif), yaitu nilai 4 untuk SS (Sangat Sesuai), nilai 3 untuk S (Sesuai), nilai 2 untuk TS (Tidak Sesuai), nilai 1 untuk STS (Sangat

Indikator sikap

Kognitif Afektif Konatif

Komponen stereotip gender

laki-laki

Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Total Kemampuan

memimpin 10, 19, 47, 72, 81

1, 36, 40, 67, 77

13, 21, 31, 38, 75

4, 28, 51, 55, 61

16, 29, 44, 64, 83

7, 33, 57, 62, 76 30 Sifat

maskulin 11, 41, 54,60, 66 2, 35, 53,68, 73 14, 37, 50,74, 84 5, 30, 69,71, 82 17, 39, 49,79, 90 8, 24, 43,65, 86 30 rasionalitas 12, 27, 42,

46, 59

3, 20, 34, 56, 88

15, 23, 45, 58, 63

6, 22, 52, 70, 78

18, 26, 32, 87, 89

(50)

Tidak Sesuai). Item unfavorabel (negatif) sebaliknya yaitu bergerak dari nilai 1 sampai yang 4 yaitu nilai 1 untuk SS (Sangat Sesuai), nilai 2 untuk S (Sesuai), nilai 3 untuk TS (Tidak Sesuai), dan nilai 4 untuk (Sangat Tidak Sesuai). Berikut tabel pemberian skor skala sikap terhadap stereotip gender pada suami yang beristri bekerja dan suami yang beristri tidak bekerja.

Tabel III.3

Pemberian skor skala sikap terhadap stereotip gender

Jawaban Favorabel Unfavorabel

SS 4 1

S 3 2

TS 2 3

STS 1 4

c. Pertanggungjawaban Alat

Instrumen yaitu angket yang digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu diuji cobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. 1. Uji Validitas Isi

(51)

hendak diukur. Angket tersebut oleh profesional judgement atau pihak yang mengetahui variabel yang hendak diteliti ditentukan layak atau tidaknya angket tersebut digunakan.

2. Uji Daya Diskriminasi Item

Uji daya diskriminasi item yaitu untuk mengetahui alat ukur dapat melakukan fungsi ukurnya dalam artian alat tersebut valid maka dapat mengukur yang seharusnya (Azwar, 1995). Cara melakukan validitas butir dalam skala ini mengacu pada kriteria item total yaitu item yang baik memiliki nilai item total >0.3 sedangkan korelasi yang bernilai <0.3 digugurkan.

3. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat keajegan hasil pengukuran skala tersebut. Reliabilitas mengacu pada konsistensi hasil pengukuran (Azwar, 1995).

F. Prosedur Penelitian

(52)

lengkap kemudian subjek menjawab 90 pernyataan mengenai sikap suami terhadap stereotip gender dengan menjawab Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), atau Sangat Tidak Sesuai (STS).

Setelah semua angket terkumpul kemudian digolongkan menjadi dua kelompok yaitu suami yang beristri bekerja dan suami yang beristri tidak bekerja. Hasil penelitian dari masing-masing subjek diskor dan kemudian diskor total. Berdasarkan skor total itulah dapat dilihat atau diketahui apakah terdapat perbedaan sikap suami yang beristri bekerja dengan suami yang beristri tidak bekerja terhadap stereotip gender.

G. Metode Analisis Data

Rancangan analisis data dalam penelitian ini menggunakan

(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan penelitian

1. Perijinan Penelitian

Proses penelitian diawali yang permohonan ijin dari Dekan Fakultas Psikologi Sanata Dharma Yogyakarta dengan nomor 82a/D/KP/Psi/USD/IX/2008 yang ditujukan kepada Ketua Rukun Warga II Kelurahan Kerten Kota Surakarta. Surat balasan dikeluarkan oleh pihak Rukun Warga II Kelurahan Kerten Kota Surakarta pada tanggal 23 September 2008 dengan nomor 04/ RW II/ IX/ 2008.

2. Hasil Uji Coba Penelitian

Hasil uji coba penelitian digunakan untuk memperoleh validitas dan reliabilitas alat ukur, sehingga alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini lebih akurat dan dapat dipercaya (Azwar, 2000). a. Validitas

Item-item yang digunakan sebelum uji coba telah diuji validitasnya dengan pengujian validitas isi oleh profesional judgement yaitu dosen pembimbing. Profesional judgement

memilih item-item yang sesuai yang fungsi ukur tes sehingga dapat

(54)

dilakukan revisi bila item-item tidak atau kurang sesuai sebelum menjadi bagian dari tes.

b. Diskriminasi Item

Setelah dilakukan uji validitas kemudian melakukan uji coba alat ukur untuk mengetahui item yang gugur atau yang tidak layak untuk dijadikan alat ukur penelitian. Analisis item dilakukan yang cara menghitung korelasi item total (

r

it) yang menggunakan batasan

r

it = 0,3. Hal tersebut berarti bahwa item yang nilai

r

it>0,3
(55)

Tabel IV.1

Penyebaran Item Skala Sikap Terhadap Stereotip Gender (setelah uji coba)

Keterangan : nomor item yang tanda * merupakan nomor item yang gugur atau tidak dapat digunakan sebagai alat ukur

Tabel IV.2

Penyebaran Item Skala Sikap Terhadap Stereotip Gender (setelah diperbaiki)

Indikator sikap

Kognitif Afektif Konatif

Komponen stereotip gender

laki-laki

Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Total Kemampuan

memimpin 10, 19*, 47*, 72*, 81

1, 36, 40, 67, 77

13, 21, 31*, 38, 75*

4*, 28, 51*, 55*,

61*

16, 29*, 44, 64, 83*

7, 33, 57, 62, 76* 30 Sifat maskulin 11*, 41*, 54*, 60*, 66* 2, 35, 53*, 68*, 73*

14*, 37, 50, 74*, 84*

5, 30, 69, 71, 82*

17, 39, 49, 79, 90

8*, 24*, 43, 65*,

86 30 rasionalitas 12*, 27, 42,

46, 59

3*, 20, 34, 56, 88

15*, 23*, 45, 58*, 63

6, 22, 52*, 70,

78*

18*, 26, 32, 87, 89*

9, 25, 48, 80, 85* 30 Total 15 15 15 15 15 15 90

Indikator sikap

Kognitif Afektif Konatif

Komponen stereotip gender

laki-laki

Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Total Kemampuan

memimpin

10, 81

1, 36, 40,

77 13, 21, 38 28 16, 44 33, 57, 62 15 Sifat

maskulin 2, 35 37, 50 5, 30, 69,71 17, 39, 49,79, 90 43, 86 15 rasionalitas 27, 42, 46,

59 20, 34, 56 45, 63 6, 22, 70 32 9, 48 15

(56)

c. Reliabilitas sikap suami terhadap stereotip gender

Reliabilitas dihitung dengan menggunakan SPSS for Windows versi 12.0. Koefisien reliabilitas pada skala ini adalah 0,855. Berdasarkan uji reliabilitas dapat diketahui bahwa skala tersebut memenuhi persyaratan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian sesungguhnya.

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 September 2008 sampai dengan tanggal 23 September 2008. Skala penelitian dibagikan kepada warga-warga Rukun Warga II Kelurahan Kerten Kota Surakarta yang sesuai yang kriteria penelitian. Subjek penelitian terdiri dari 40 orang suami yang beristri tidak bekerja dan 40 orang suami yang beristri bekerja. Usia subjek penelitian berkisar 22-40 tahun dan sebagian besar bekerja sebagai karyawan swasta. Secara keseluruhan semua angket layak pakai karena sebelumnya telah dilakukan pendataan bersama dengan masing-masing kepala Rukun Tetangga (RT). Hal tersebut bertujuan untuk mencari warga yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian.

C. Deskripsi Data Penelitian

(57)

Terlihat bahwa mean empiris lebih besar dibandingkan yang mean teoritik. Hal ini menyatakan bahwa skor rata-rata di lapangan lebih tinggi dibandingkan yang skor rata-rata secara teori sehingga dari hasil tersebut menyatakan bahwa subjek penelitian setuju dan mendukung adanya stereotip gender.

Tabel IV.3

Hasil Perhitungan Mean Teoritik dan Mean Empirik

Teoritik Empirik

Suami yang istri bekerja 112,5 133,55 Suami yang istri tidak

bekerja

112,5 140,30

Total 112,5 136,92

D. Data Penelitian Analisis

1. Uji Asumsi

Sebelum melakukan analisis data menggunakan t-test terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yaitu untuk melihat normalitas dan homogenitas dari data yang sudah diperoleh.

a. Uji Normalitas

(58)

menunjukan bahwa probabilitas (p) suami yang beristri bekerja 0,309 dan suami yang beristri tidak bekerja 0,982. Hasil tersebut berarti bahwa p>0,05 maka distribusi skor adalah normal.

Tabel IV.4 Hasil Uji Normalitas

Suami yang beristri bekerja

Suami yang beristri tidak bekerja Kolmogorov-smirnov 0,966 0,465 Asymp.sig( 2-tailed) 0,309 0,982

b. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas variansi dilakukan yang menggunkan program SPSS for window versi 12.0 yaitu melalui Levene’s Test For Equality of Variance. Hasil uji homogenitas menyatakan bahwa p>0,05 maka tidak ada perbedaan varian atau bahwa sampel berasal dari populasi yang sama.

Tabel IV.5 Hasil Uji Homogenitas Variabel Levene

statistic

Df1 Df2 Sig

Sikap terhadap stereotip gender

0,286 1 78 0,594

2. Uji Hipotesis

(59)

suami yang beristri bekerja dan suami yang beristri tidak bekerja. Hasil tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel IV. 6

Hasil Mean Suami yang Beristri Bekerja dan Suami yang Beristri Tidak Bekerja

Group N Mean

Suami yang istri bekerja 40 133,55

Suami yang istri tidak bekerja 40 140,30

Hasil menunjukan bahwa rerata suami yang beristri bekerja (x = 133,55) lebih kecil dibandingkan yang rerata suami yang beristri tidak bekerja (x = 140,30). Hal ini menunjukan sikap suami yang beristri tidak bekerja terhadap stereotip gender lebih positif dibandingkan suami yang beristri bekerja.

Tabel IV.7 Hasil Uji t

t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper -2,663 78 0,009 -6,750 -11,796 -1,704

(60)

terhadap stereotip gender dalam budaya Jawa antara suami yang beristri bekerja dan suami yang beristri tidak bekerja. Jadi hipotesis yang menyatakan ada perbedaan sikap terhadap stereotip gender antara suami yang beristri bekerja dan suami yang beristri tidak bekerja dalam budaya Jawa, diterima.

E. Pembahasan

Setelah melalui uji asumsi dan uji hipotesis menyatakan bahwa hasil analisis data terbukti adanya perbedaan sikap terhadap stereotip gender antara suami yang beristri bekerja dan suami yang beristri tidak bekerja dalam budaya Jawa. Hal tersebut dapat diketahui dari nilai uji t yaitu -2,663 dengan p< 0,05. Suami yang beristri tidak bekerja memiliki sikap yang lebih positif atau mendukung stereotip gender dalam budaya Jawa daripada suami yang beristri bekerja. Hal ini diketahui dari nilai mean pada suami yang beristri tidak bekerja (x= 140,30) lebih besar dari suami yang beristri bekerja (x= 133,55).

(61)

tidak bekerja (127). Hasil tersebut berarti bahwa sikap suami yang beristri bekerja cenderung kurang tenang dalam menghadapi masalah dibanding suami yang beristri tidak bekerja.

Item nomor 6 merupakan pernyataan unfavorabel dengan pernyataan saya setuju bila laki-laki tidak selalu harus berperan aktif dalam kegiatan di luar rumah. Pernyataan tersebut mengungkap tentang kemampuan memimpin untuk aspek kognitif. Hasil skor total subjek untuk item tersebut pada suami yang beristri bekerja (110) dan suami yang beristri tidak bekerja (126) berarti bahwa suami yang beristri tidak bekerja selalu berperan aktif dalam kegiatan diluar rumah dan suami yang beristri bekerja merasa tidak harus selalu berperan aktif dalam kegiatan diluar rumah.

Item nomor 10 merupakan pernyataan favorabel yang mengungkap tentang rasionalitas pada aspek kognitif. Pernyataan pada item tersebut adalah sikap yang tenang adalah cara untuk menghadapi setiap masalah. Skor total subjek untuk item tersebut yaitu pada suami yang beristri bekerja (121) dan suami yang beristri tidak bekerja (131). Hasil tersebut berarti bahwa suami yang beristri bekerja tidak tenang ketika menghadapi setiap masalah dan suami yang beristri tidak bekerja akan bersikap tenang ketika menghadapi setiap masalah.

(62)

Hasil skor total subjek untuk item tersebut yaitu pada suami yang beristri tidak bekerja (125) lebih besar daripada suami yang beristri bekerja (109). Hal tersebut berarti bahwa suami yang beristri bekerja kurang berani untuk mengungkapkan keinginanannya kepada orang lain dan suami yang beristri tidak bekerja lebih berani mengungkapkan keinginannya kepada orang lain.

Item nomor 42 merupakan pernyataan unfavorabel yang mengungkap sifat maskulin pada aspek konatif. Pernyataan item tersebut adalah saya sering beraktivitas dalam kelompok karena saya merasa tidak percaya diri. Hasil skor total subjek untuk item tersebut diperoleh suami yang beristri bekerja (104) lebih kecil dibandingkan dengan skor suami yang beristri tidak bekerja (115). Hasil tersebut berarti bahwa suami yang beristri bekerja lebih suka beraktivitas kelompok karena merasa tidak percaya diri dan suami yang beristri tidak bekerja merasa lebih percaya diri.

(63)

Pada item nomor 45 merupakan pernyataan unfavorabel yang mengungkap sifat maskulin pada aspek konatif dengan pernyataan saya tidak percaya diri bila berbicara di muka umum. Hasil skor total subjek untuk item tersebut adalah suami yang beristri tidak bekerja (121) lebih besar dibandingkan suami yang beristri bekerja (108). Hal tersebut berarti bahwa suami yang beristri bekerja merasa tidak percaya diri bila berbicara di muka umum dan suami yang beristri tidak bekerja lebih percaya diri bila berbicara di muka umum.

Berdasarkan uraian diatas dengan sampel enam item berarti bahwa suami yang beristri tidak bekerja cenderung lebih tenang ketika menghadapi masalah, lebih percaya diri, lebih berani mengungkapkan keinginannya kepada orang lain, tidak mudah bergantung kepada orang lain, ingin selalu berperan aktif dalam kegiatan diluar rumah, dan percaya diri bila berbicara di muka umum. Berbeda yang suami yang beristri bekerja yang cenderung kurang tenang ketika menghadapi masalah dan tenang bukanlah cara untuk mengahadapi masalah, merasa tidak harus selalu berperan aktif dalam kegiatan diluar rumah, kurang berani untuk mengungkapkan keinginannya kepada orang lain, cenderung untuk beraktivitas dalam kelompok karena merasa tidak percaya diri, mudah bergantung pada orang lain, dan merasa kurang percaya diri bila berbicara di muka umum.

(64)

bahwa laki-laki memiliki kemampuan memimpin, sifat maskulin, dan rasional sedangkan perempuan memiliki kasih sayang, kelembutan perilaku, dan sifat feminim. Meskipun terlihat memiliki sikap yang berbeda, tetapi pada dasarnya suami yang beristri bekerja maupun tidak bekerja mendukung adanya stereotip gender. Hal ini dapat diketahui dari hasil perbandingan mean teoritik dan mean empirik, dimana rata-rata di lapangan (mean empirik) 136,92 dan rata-rata teoritik (mean teoritik) 112,5.

(65)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari analisis data maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis yang menyatakan ada perbedaan sikap suami yang beristri bekerja dan suami yang beristri tidak bekerja terhadap stereotip gender budaya Jawa diterima. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai t = -2,663 yang p<0,05 berarti terdapat perbedaan sikap antara suami yang beristri bekerja dan suami yang beristri tidak bekerja terhadap stereotip gender dalam budaya Jawa.

Meskipun hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan sikap namun pada dasarnya suami-suami yang menjadi subjek penelitian memiliki sikap positif atau mendukung stereotip gender dalam budaya Jawa.

B. Saran

Saran-saran yang dapat disampaikan berdasarkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Hasil dari penelitian ini dapat menambah informasi mengenai sikap suami terhadap stereotip gender khususnya dalam budaya Jawa.

2. Kepada para suami dan istri diharapkan untuk lebih terbuka terhadap keyakinan akan stereotip gender sehingga pembagian peran dalam rumah tangga dikomunikasikan dengan baik sehingga dapat disesuaikan yang waktu, kesepakatan, dan kemampuan dari kedua belah pihak.

(66)

Pembagian stereotip antara suami dan istri memang penting tetapi harus adil.

(67)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Drs.H.Abu,dkk. 1991.Psikologi Sosial. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Andayani, Elviena Sri. 2003. Perbedaan Sikap Terhadap Menopouse Antara Ibu Rumah Tangga Yang Bekerja dan Tidak Bekerja Yang Menjelang Menepouse.Skripsi.Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Azwar, Drs.Saifuddin,M.A. 1995. Sikap Manusia dan Teori Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

---. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Byrne,Donn., dan Roberta A Baron. 2003. Psikologi Sosial Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Dagun, Drs. Save M. 1990.Psikologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

Dewi, Eva Meizara Puspita. 2005. Gender Dalam Perpektif Psikologi. Jurnal PsikodinamikVol. 7 No 2, 87-100.

E, Suhardono. 1994.Teori Stereotip. Jakarta: Gramedia.

Eviandaru, Monica. 2003. Hubungan Antara Sikap Terhadap Stereotip Stereotip Gender Yang Objektifikasi Diri.Anima Indonesian Psychological Journal

Vol. 18, 362-375.

Fakih, Dr.mansour. 1996.Analisis Gender Dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(68)

Grace, Flora. 2007. Kesuksesan Stereotip Ganda Wanita Karir Ditinjau Dari Dukungan Suami, Optimisme, dan Startegi Coping. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Hariadi, Sanarru Samsi, dan Ken Suratiyah. 1990. Wanita, Kerja, Dan Rumah Tangga.Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan UGM.

Lailatushifah, Siti Noor Fatmah. 2003. Kesadaran akan Kesetaraan Gender & Kepuasan Perkawinan Pada Suami Istri Pekerja Ganda. Insight tahun I/nomor2/agustus2003.

Mar’at. 1982. Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Novianto, Ardhian., dan Christina S. Handayani. 2004. Kuasa Wanita Jawa. Yogyakarta: PT.LKiS Pelangi AKSARA.

Rahmawati, Alni. 2007. Dilema Karir Wanita: Antara Karir Domestik Dan Karir Publik.Jurnal Pusat Studi WanitaVol.X Nomor 2, September 2007. Santrock, John.W. 2002. Life Span Development Perkembangan Masa Hidup.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sahrah, A. 1996. Ketakutan Untuk Sukses Pada Para Wanita Karir Ditinjau Dari Stereotip Jenis, Status Identitas Diri, dan Atribusi Kesuksesan. Disertasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Salim, Drs. Peter, dan Yenny Salim. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press.

(69)

Subono, Nur Iman. 2002. Laki-laki: Pelaku atau Korban Kekerasan ?. Jurnal PerempuanNo.26. Jakarta: SMKG Desa Putera.

Sugiarti, Dra., dan Dra. Trisakti Handayani. 2001.Konsep Dan Teknik Penelitian Gender. Malang: Pusat Studi Wanita dan Kemasyarakatan UMM.

Suryadi, Linus. 1993. Regol Megal Megol Fenomena Kosmogoni Jawa. Yogyakarta: Andi Offset.

Tantu, Kanisius. 2004. Studi Deskriptif Tentang Stereotip Gender Pada Mayarakat Suku Manggarai.Skripsi.Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Walgito, Drs. Bimo. 1991.Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi Offset.

(70)
(71)

LAMPIRAN

(72)
(73)

IDENTITAS

Usia :

pekerjaan :

Usia Perkawinan :

Status Istri : Bekerja / Tidak Bekerja

Jumlah Anak :

Memiliki PRT : Ya / Tidak

PETUNJUK

Kuesioner ini terdiri dari sejumlah pernyataan mengenai sikap suami terhadap stereotip gender dalam budaya Jawa. Dalam setiap pernyataan disediakan 4 alternatif jawaban sebagai berikut :

STS : menunjukkan bahwa pernyataan tersebutSANGAT TIDAK SESUAIdengan keadaan diri Anda.

TS : menunjukkan bahwa pernyataan tersebutTIDAK SESUAIdengan keadaan diri Anda.

S : menunjukkan bahwa pernyataan tersebut SESUAI dengan keadaan diri Anda.

SS : menunjukkan bahwa pernyataan tersebut SANGAT SESUAI dengan keadaan diri Anda.

Tugas Anda adalah membaca dan memahami setiap pernyataan dengan baik. Kemudian pilihlah salah satu alternatif jawaban dengan membuat tanda silang (X) pada kotak pilihan jawaban yang tersedia untuk setiap pernyataan.

(74)

No Pernyataan STS TS S SS

1. Sportivitas sangat penting dimiliki oleh seorang laki-laki.

2. Melindungi merupakan tugas dari seorang laki-laki.

3. Saya setuju bila laki-laki senang mencari pengalaman yang baru.

4. Saya senang bila dapat berperan aktif dalam kegiatan masyarakat.

5. Merasa percaya diri bila bertemu dengan orang lain.

6. Puas bila mendapat kesempatan mempelajari hal baru.

7. Saya akan mengatakan tidak bila tidak sesuai dengan prinsip.

8. Saya akan menentukan pilihan sendiri dalam hidup.

9. Setiap masalah selalu saya hadapi dengan tenang.

10. Saya setuju bila laki-laki tidak selalu harus berperan aktif dalam kegiatan di luar rumah.

11. Seorang laki-laki juga dapat bergantung pada orang lain.

12. Rutinitas merupakan hal yang lebih mudah untuk dijalani.

13. Saya merasa khawatir dengan keputusan yang telah diambil.

14. Rendah diri bila bertemu dengan orang lain.

15. Puas dengan kegiatan yang telah dijalani selama ini.

16. Berpasrah merupakan cara saya dalam menghadapi masalah.

(75)

18. Saya selalu melakukan aktivitas seperti rutinitas sehari-hari.

19. Hari esok belum tentu lebih baik dari hari ini.

20. Sikap yang tenang adalah cara untuk menghadapi setiap masalah.

21. Saya mudah terpengaruh pada bujukan orang lain.

22. Tenang saat menghadapi masalah.

23. Gelisah bila aktivitas tidak seperti yang telah direncanakan.

24. Saya akan mengajak berkenalan terlebih dahulu bila bertemu dengan orang baru.

25. Setiap hari saya akan mencari kegiatan atau aktivitas yang baru.

26. Kegiatan saya selalu sama setiap harinya.

27. Seorang laki-laki tidak harus selalu tenang dalam menghadapi masalah.

28. Saya senang dapat menjadi laki-laki yang pemberani.

29. Saya sulit menolak ajakan orang lain yang sebenarnya mengganggu.

30. Saya puas bila dapat melindungi orang lain.

31. Takut bila keputusan yang diambil tidak sesuai dengan harapan.

32. Saya menjalani tradisi yang sudah ada.

33. Saya akan terus berusaha sampai tujuan saya tercapai.

(76)

35. Seorang laki-laki harus mampu melindungi keluarga.

36. Seorang pemimpin harus memiliki jiwa pemberani.

37. Saya khawatir dengan masa depan keluarga.

38. Merasa resah bila orang lain tidak menyetujui pilihan saya.

39. Saya sulit berelasi dengan orang baru.

40. Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda sehingga harus terus berusaha.

41. Saya yakin bahwa laki-laki juga membutuhkan orang lain.

42. Setiap konflik tidak selalu dihadapi dengan musyawarah.

43. Saya selalu melindungi keluarga.

44. Saya akan mundur bila sudah mengalami kegagalan.

45. Saya tidak suka mempelajari hal baru.

46. Rutinitas membuat segalanya terencana dengan baik.

47. Tidak semua hal yang telah ditetapkan dapat diubah.

48. Saya akan menghadapi dengan tenang ketika ada teman kerja yang tidak menyukai saya.

49. Saya menjalani aktivitas yang telah dipilihkan orang lain.

50. Saya merasa tidak mampu menentukan masa depan.

51. Merasa bersalah bila tujuan tidak tercapai dengan baik.

(77)

53. Prinsip hidup yang telah dimiliki tidak dapat diubah.

54. Semua orang berhak mendapatkan perlindungan tidak terkecuali laki-laki.

55. Saya merasa cemas bila tujuan tidak tercapai.

56. Saya yakin pengalaman baru dapat menambah wawasan saya.

57. Saya selalu berusaha mendapatkan sesuatu yang diinginkan.

58. Puas bila dapat melampiaskan kekecewaan dengan kemarahan.

59. Setiap masalah tidak harus dihadapi dengan kepala dingin.

60. Saya tidak setuju bila laki-laki harus selalu dapat melindungi.

61. Saya cemas jika pekerjaan saya tidak membuahkan hasil.

62. Berani untuk mengungkapkan keinginan kepada orang lain.

63. Mudah kecewa dengan keputusan yang telah diambil.

64. Saya tidak mengikuti kegiatan-kegiatan diluar pekerjaan saya.

65. Saya merencanakan masa depan dengan matang.

66. Seorang laki-laki belum tentu dapat menentukan pilihannya sendiri.

67. Seorang laki-laki harus bekerja mencari nafkah demi keluarga.

(78)

69. Saya berani menentukan masa depan keluarga.

70. Senang dengan sesuatu hal yang baru.

71. Senang bila dapat menyelesaikan tugas dengan kemampuan sendiri.

72. Tidak semua kegiatan atau aktivitas dapat dilakukan oleh seorang laki-laki.

73. Kemampuan diri sendiri yang menentukan kesuksesan seseorang.

74. Malu bila tidak dapat menjadi pelindung bagi orang lain.

75. Saya merasa malu bila masalah tidak terselesaikan dengan tuntas.

76. Saya akan ambil bagian dalam kegiatan yang ditawarkan kepada saya.

77. Seorang laki-laki harus menjadi figur yang pemberani.

78. Merasa tidak puas dengan rutinitas yang telah dijalani.

79. Saya sering beraktivitas dalam kelompok karena saya merasa tidak percaya diri.

80. Saya membuat rencana yang berbeda setiap harinya.

81. Kegagalan merupakan suatu pertanda untuk berhenti melakukan sesuatu.

82. Bangga bila menjadi pusat perhatian.

83. Saya sering mengikuti kegiatan-kegiatan diluar aktivitas sehari-hari.

84. Bekerja dalam kelompok membuat saya lebih percaya diri.

(79)

86. Saya tidak mudah bergantung pada orang lain.

87. Aktivitas saya tidak berubah dalam jangka waktu yang lama.

88. Setiap masalah selalu dapat diselesaikan dengan musyawarah.

89. Saya menjalankan aktivitas seperti yang sudah ditentukan sebelumnya.

90. Saya tidak percaya diri bila berbicara di muka umum.

Terima kasih atas kerjasamanya

(80)
(81)

Data Suami yang Beristri Bekerja

No item1 item2 item3 item4 item5 item6 item7 item8

1 4 4 3 4 2 3 3 2

2 3 4 0 3 3 3 4 2

3 4 3 3 3 3 3 3 3

4 4 4 3 4 4 4 3 1

5 4 2 1 4 1 2 4 4

6 4 4 3 4 4 4 3 2

7 4 3 3 3 3 3 3 2

8 4 4 3 3 4 4 4 4

9 4 4 3 3 3 3 3 2

10 3 4 3 3 3 2 4 4

11 3 3 3 3 3 4 3 2

12 4 4 3 4 3 4 3 2

13 4 3 3 3 3 3 4 4

14 3 4 3 3 3 2 3 3

15 4 4 4 3 3 2 4 3

16 3 4 3 4 2 3 4 4

17 4 4 4 4 0 4 3 3

18 3 4 3 3 3 4 3 3

19 3 4 3 4 2 4 4 4

20 4 4 4 4 3 2 3 2

21 4 4 3 3 3 3 2 4

22 4 4 3 4 2 3 3 1

(82)

No item9 item10 item11 item12 item13 item14 item15 item16

1 2 2 2 1 3 2 2 4

2 4 4 2 3 3 3 3 4

3 3 1 2 2 3 3 3 4

4 3 3 2 2 3 4 2 2

5 2 1 1 2 4 4 2 3

6 2 3 4 2 3 3 2 3

7 3 2 2 1 2 3 3 3

8 3 2 2 2 3 4 2 4

9 3 2 3 2 3 3 3 3

10 3 3 4 2 3 4 2 4

11 3 2 2 3 3 2 3 4

12 3 2 3 2 4 3 3 3

13 3 3 3 2 3 4 2 4

14 3 3 2 2 3 3 3 2

15 3 2 3 2 3 3 3 3

16 3 3 3 2 3 2 2 3

17 4 1 2 2 4 1 4 4

18 3 3 3 2 3 3 3 4

19 4 1 3 1 1 1 1 3

20 4 1 2 2 3 3 3 4

21 4 3 1 3 2 2 3 4

22 3 3 3 3 2 1 3 4

(83)

No item17 item18 item19 item20 item21 item22 item23 item24

1 3 2 2 3 3 3 3 2

2 3 3 4 3 4 3 2 2

3 3 2 1 3 3 3 2 3

4 3 2 2 3 3 3 2 3

5 2 2 2 4 3 3 3 3

6 2 2 3 4 3 4 1 2

7 2 2 2 4 3 2 2 3

8 4 3 3 4 4 4 2 3

9 3 2 2 3 3 3 3 2

10 3 2 3 4 3 2 2 3

11 3 3 2 4 3 3 1 3

12 3 2 3 3 4 3 3 3

13 3 2 3 3 3 3 3 3

14 2 2 3 3 3 2 2 2

15 3 2 4 1 3 4 2 3

16 4 2 2 4 4 4 2 4

17 1 4 4 4 2 4 3 4

18 3 3 3 4 3 4 2 3

19 1 1 1 4 3 4 3 4

20 3 2 4 4 3 4 4 3

21 4 2 3 3 4 4 2 2

22 3 2 3 4 3 3 1 3

(84)

No item25 item26 item27 item28 item29 item30 item31 item32

1 2 3 3 4 2 4 3 2

2 3 3 4 4 4 4 2 3

3 3 3 3 3 3 3 2 3

4 2 3 3 3 3 3 2 2

5 2 3 2 2 3 2 3 2

6 3 3 4 3 2 3 2 2

7 4 3 3 3 2 3 1 2

8 4 3 2 4 2 4 3 3

9 2 3 2 3 3 3 3 2

10 2 2 3 3 2 3 2 2

11 2 3 2 3 3 4 3 2

12 3 2 3 4 4 4 4 2

13 3 3 2 4 2 3 3 2

Gambar

Tabel III.1
Tabel III.2
Tabel III.3
Tabel IV.1
+4

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan dalam penelitian ini terdiri dari panel sel surya, solar charger, aki 12V, driver pompa, driver motor, sensor cahaya, sensor suhu, sensor tegangan, sensor

Stratigrafi batuan Tersier daerah Pangkalan berdasarkan Peta Geologi Lembar Solok (Silitonga P.H. &amp; Kastowo, 1995) disusun secara berurutan dari tua ke muda sebagai

Direksi memuji reformasi penentu atas subsidi energi di tahun 2015, termasuk rencana untuk subsidi listrik sebagai sasaran subsidi yang lebih baik, dan penggunaan ruang fiskal

terasa di awal tahun 2009, yang ditunjukkan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sebesar 4,1% (yoy) pada triwulan I-2009, melambat dibandingkan dengan triwulan

Pada kondisi awal, kemampuan pemecahan masalah siswa SMP N 1 Ngemplak masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh guru yang masih menerapkan strategi pembelajaran

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik

Penelitian ini dimotivasi oleh adanya perbedaan hasil penelitian yang menganalisis reaksi pasar terhadap pengumuman penerbitan.. obligasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Sistem penjadwalan praktikum yang dibangun secara online sudah dapat memberikan layanan