HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI
DENGAN KECEMASAN
PADA SISWA KELAS XII SMA
YANG AKAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Fx. Johan Wisnu I.
NIM : 04 9114 063
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI
DENGAN KECEMASAN
PADA SISWA KELAS XII SMA
YANG AKAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Fx. Johan Wisnu I.
NIM : 04 9114 063
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI
DENGAN KECEMASAN PADA SISWA KELAS XII SMA
YANG AKAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Kita Tidak Akan Mampu Kembali Atau Mengbah Masa Lalu
Tapi Kita Mampu Belajar Dan Mengubah Masa Depan
(Bong Chandra)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN PADA
SISWA YANG AKAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL
F.X. Johan Wisnu I.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan kecemasan pada siswa kelas XI SMA yang akan menghadapi ujian nasional. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 83 orang siswa kelas XII SMA. Alat yang digunakan sebagai pengumpul data adalah skala efikasi diri adaptasi dari GSE dan skala kecemasan T-MAS. Hasil analisa data menyatakan bahwa sebaran data normal dan memiliki korelasi linier. Data penelitian dianalisis dengan SPSS 12 for windows, menggunakan teknik korelasi product-moment dari Pearson pada taraf signifikansi 0,01 (2 ekor), dan diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,406 dengan probabilitas 0,000 (p < 0,01). Artinya, ada hubungan yang signifikan antara efikasi diri dengan kecemasan pada siswa kelas XI SMA yang akan menghadapi ujian nasional.
Kata Kunci: efikasi diri dan kecemasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
THE RELATIONSHIP BETWEEN SELF-EFFICACY AND ANXIETY ON
12TH GRADE HIGH SCHOOL STUDENTS WHO ARE ABOUT TO HAVE UJIAN NASIONAL
F.X. Johan Wisnu I. ABSTRACT
This research is aimed to analyze relationship between self-efficacy and anxiety on 12th grade high school students who are about to have ujian nasional .Eighty three of 12th Grade of high school students are the subject of this research. The data is collected by using the self-efficacy scale adapted from GSE and T-MAS anxiety scale.The result shows that the data distribution is normal and having a linear correlation. The research data is analyzed using SPSS 12 for Windows
and applying Person’s product-moment correlation technique at significance of 0.01 (2 tails), and the value of correlation coefficient is 0.406 with probability 0.000 (p < 0.01). Thus, a significant relationship between self-efficacy and anxiety on 12th grade high school students who are about to have ujian nasional.
Keyword: self-efficacy and anxiety
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan kasihnya bagi penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu MM. Nimas Eki S., S. Psi., Psi., M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu member semangat. Terima kasih atas bimbingannya. 3. Dosen-dosen fakultas psikologi yang telah membagikan ilmunya selama
penulis menempuh studi.
4. Segenap staff sekretariat dan laboratorium fakultas psikologi atas segala bantuan yang diberikan.
5. Kedua orang tua atas segalanya, maaf lama.
6. Teman-teman kost 3gp: Simbah, Wisnu, Havis, Gombong, Bowo, Yulek, Eko, dan Ali, terimakasih buat waktunya.
7. Lintang Wetan, akhirnya tahapan spiritual saya meningkat.
8. Dhamar Sasongko, terimakasih atas dukungannya yang memberi semangat baru.
9. Teman-teman di psikologi angkatan 04. 10.Teman-teman di UNISRI dan UNS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
11.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatuhingga skripsi ini bisa selesai, dengan tulus penulis mengucapkan terimakasih.
Yogyakarta, 26 September 2011 Penulis
Fx. Johan Wisnu I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…..……… ii
HALAMAN PENGESAHAN…….………... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ………..………. iv
HALAMAN MOTTO…..…………...……… v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………. vi
ABSTRAK...………..……….……….. vii
ABSTRACT ……….………..………...…. viii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…....… ix
KATA PENGANTAR……….………..………...…….... x
DAFTAR ISI………..……… xii
DAFTAR TABEL………. xv
BAB I PENDAHULUAN……….………... 1
A. Latar Belakang Masalah..………... 1
B. Rumusan Masalah………. 4
C. Tujuan Penelitian……….………. 5
D. Manfaat Penelitian….………... 5
BAB II DASAR TEORI……….………. 6
A. Kecemasan……… 6
1. Pengertian Kecemasan……….. 6
2. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan……….….... 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
3. Jenis Kecemasan……….. 9
4. Aspek-aspek Kecemasan……… 10
B. Efikasi Diri………. 11
1. Pengertian Efikasi Diri………...…… 11
2. Tahap Perkembangan Efikasi Diri………. 12
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efikasi Diri……… 13
4. Aspek-aspek Pada Efikasi Diri……….. 15
C. Siswa Kelas XII SMA………... 16
D. Hubungan Efikasi Diri dengan Kecemasan Pada Siswa Kelas XII SMA Sebelum Menghadapi Uji Nasional………..……… 17
E. Hipotesis……… 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………... 20
A. Identivikasi Variabel………. 20
B. Definisi Operasional………...…….. 20
C. Subjek Penelitian...……….….. 21
D. Metode Pengumpulan Data……….…………. 21
E. Validitas dan Reliabilitas……….………… 23
1. Validitas……….…….……… 23
2. Reliabititas………..…………. 24
F. Uji Coba Alat Ukur……….………… 24
G. Metode Analisa Data………..……… 25
BAB IV PENELITIAN & PEMBAHASAN……….. 26
A. Pelaksanaan Penelitian………... 26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
B. Analisis Data Penelitian………... 26
1. Deskripsi Data Penelitian………... 29
2. Uji Asumsi………. 29
3. Uji Hipotesis……….. 30
C. Pembahasan…...……… 31
BAB V KESIMPULAN & SARAN………... 33
A. Kesimpulan………...… 33
B. Saran………...………...…... 33
DAFTAR PUSTAKA……….… 35
LAMPIRAN-LAMPIRAN... 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Deskripsi Data Penelitian…….……… 29 Tabel 2. Kategorisasi Skala Efikasi Diri.………... 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan penelitian Mills yang berjudul A reevaluasi of the role of anxiety: Self Efficacy, Anxiety, and their reading and listening proficiency
menunjukkan adanya hubungan yang positif antara efikasi diri dengan kecemasan, sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mendeley yang berjudul
General self efficacy, manifest anxiety, general self efficacy, locus of control as
determinants of personal and general risk perception menunjukkan adanya hubungan yang negatif antara efikasi diri dengan kecemasan. Dari dua penelitian tersebut menunjukkan hasil yang bertentangan. Penanganan kecemasan individu yang satu dengan individu yang lain dapat berbeda tergantung dari penilaian pribadi individu terhadap kemampuan yang dimilikinya atau yang disebut efikasi diri (Sarafino, 1994), sedangkan Bandura (1997) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan individu bahwa ia dapat menguasai situasi dan mendapatkan hasil yang positif. Selain itu Bandura (1997) juga berpendapat bahwa penilaian seseorang terhadap efikasi diri berperan penting terhadap cara pendekatan seseorang dalam menghadapi sasaran, tugas dan tantangan.
Efikasi diri ini dapat berasal dari berbagai macam sumber, antara lain prestasi yang pernah dicapai, persuasi sosial serta keadaan fisiologis dan emosional. Banyaknya jumlah siswa yang tidak lulus dari tahun-ketahun serta tingginya kriteria kelulusan juga dapat berpengaruh dalm pembentukan efikasi diri
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
seseorang, seperti yang diungkapkan oleh Hergehnhan dan Olson (1997) bahwa pengalaman sendiri atau milik orang lain dengan kesuksesan atau kegagalan akan berpengaruh kuat dalam efikasi diri.
Bandura (1997) menyatakan bahwa, tingginya efikasi diri yang dimiliki akan memotivasi individu secara kognitif untuk bertindak lebih bertahan dan terarah terutama apabila tujuan yang hendak dicapai merupakan tujuan yang jelas. Tidak mengherankan apabila ditemukan hubungan antara efikasi diri dengan prestasi dan performansi individu tersebut.
Menurut Prakosa (1996) keyakinan terhadap diri sendiri sangat diperlukan oleh pelajar. Keyakinan ini akan mengarahkan pada kepemilihan tidakan, pengerahan usaha, serta keuletan individu. Keyakinan yang berdasarkan batas-batas kemampuan yang dirasakan akan menuntun individu untuk berperilaku lebih mantap dan efektif. Ketika siswa harus berhadapan dengan tugas yang menekan, dalam hal ini ujian akhir nasional, keyakinan individu terhadap kemampuan diri mereka (efikasi diri) akan mempengaruhi cara mereka dalam menghadapinya (Bandura, 1997).
Berdasarkan penelitian Klingermen (dalam Ratna, 2009) terungkap bahwa kecemasan berhubungan dengan prestasi. Semakin tinggi kecemasan maka akan semakin rendah prestasinya, begitupula sebaliknya semakin rendah kecemasan maka akan semakin tinggi prestasinya. Hurlock (1997) berpendapat bahwa individu yang merasa cemas, akan mengalami gangguan antisipasi atau harapan dalam menghadapi masa depan, hal ini ditandai dengan munculnya perasaan khawatir, gelisah, dan perasaan akan mengalami kejadian yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
menyenangkan, dan inividu menjadi tidak mampu menemukan penyelesaian masalahnya. Geist (dalam Gunarsa, 2000) menjelaskan bahwa sumber kecemasan dapat berasal dari tuntutan sosial yang berlebih dan tidak mau atau tidak mampu dipenuhi oleh individu yang bersangkutan, standar prestasi yang terlalu tinggi dengan kemampuan yang dimiliki, kurangnya kesiapan menghadapi situasi yang ada, pola pikir dan persepsi negatif terhadap situasi ataupun terhadap diri sendiri. Di Indonesia pengaruh kecemasan terhadap prestasi sendiri kurang dipehatikan.
Pengukuran prestasi di Indonesia salah satunya diukur dengan ujian nasional. Ujian namerupakan salah satu bentuk evaluasi belajar pada akhir tahun pelajaran yang diterapkan pada beberapa mata pelajaran yang dianggap penting. Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2003/2004 disebutkan bahwa tujuan ujian nasional adalah untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik melalui pemberian tes pada siswa sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah lanjutan tingkat atas. Selain itu ujian nasional bertujuan untuk mengukur mutu pendidikan dan mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan di tingkat nasional, provinsi, kabupaten, sampai tingkat sekolah. Ujian nasional juga berfungsi sebagai alat pengendali mutu pendidikan secara nasional, pendorong peningkatan mutu pendidikan secara nasional, bahan dalam menentukan kelulusan peserta didik, dan sebagai bahan pertimbangan dalam seleksi penerimaan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Peraturan mengenai ujian sendiri setiap tahunnya dirubah demi meningkatkan mutu pendidikan itu sendri. Peraturan-peraturan tersebut dibuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
oleh Badan Standar Nasional Pendidikan yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dari tahun ke tahun yang selalu berubah adalah kriteria kelulusan. Kriteria kelulusan adalah persyaratan pencapaian minimal untuk dinyatakan lulus. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya pada tahun 2011 ini berdasarkan Permendiknas (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional) nomor 45 tahun 2010 ujian nasional tidak menjadi syarat mutlak yang menentukan kelulusan tetapi ditambahkan dengan nilai sekolah. Namun ujian nasional tetap mamiliki proporsi yang paling besar dalam menentukan kelulusan siswa. Berdasarkan Permendiknas (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional) nomor 45 tahun 2010 juga dinyatakan bahwa tidak ada ujian ulangan. Siswa yang tidak lulus pada UN 2011 ini harus mengulang lagi pelajarannya dan ikut UN tahun 2012, atau memilih ikut ujian Paket C.
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara efikasi diri dengan kecemasan pada siswa kelas XII yang akan menghadapi ujian nasional.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan peneliti ingin mengetahui bagaimanakah hubungan antara efikasi diri dengan kecemasan pada siswa kelas XII yang akan menghadapi ujian nasional?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan kecemasan pada siswa kelas XII SMA yang akan menghadapi ujian nasional.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Menambah ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang psikologi pendidikan mengenai hubungan efikasi diri dengan kecemasan pada siswa kelas XII yang akan menghadapi ujian nasional
2. Manfaat praktis
Bagi pendidik, penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pendidik tentang pentingnya efikasi diri dalam hubungannya dengan kecemasan pada siswa kelas XII SMA yang akan ujian nasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
DASAR TEORI
A. Kecemasan
1. Pengertian kecemasan
Kecemasan merupakan salah satu aspek kepribadian yang menjadi konsep utama dalam beberapa teori kepribadian. Kecemasan memiliki banyak segi yang tidak dapat tercakup dalam satu definisi yang sederhana. Menurut Nietzel (dalam Bellack dan Hansen, 1988), kecemasan berasal dari Bahasa Latin yaitu anxius dan dari Bahasa Jerman yaitu anst; suatu kata yang dapat digunakan untuk menggambarkan efek negatif dan rangsangan fisiologis.
Dalam kamus istilah psikologi, Chaplin (2000) mengartikan kecemasan sebagai perasaan campuran berisi ketakutan dan keprihatinan mengenai rasa-rasa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut.
Lazarus (dalam Diah, 1997) menyatakan bahwa kecemasan merupakan pengalaman yang samar-samar dan disertai oleh perasaan tidak berdaya dan tidak menentu. Lebih lanjut Lazarus menjelaskan kecemasan dalam dua arti, yaitu:
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
a. Kecemasan sebagai respon
Kecemasan adalah reaksi individu terhadap pengalaman atas situasi tertentu yang akan tampak dari pembicaraan atau dari perubahan fisiknya. Bentuk kecemasan ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
(1)State anxiety, merupakan gejala kecemasan yang sifatnya tidak menetap pada diri individu ketika dihadapkan pada situsi tertentu, gejala ini akan tampak selama situasi tersebut masih ada.
(2)Trait anxiety, kecemasan yang tidak tampak langsung dalam tingkah laku tetapi dapat dilihat dari frekuensi dan intensitas keadaan cemas individu sepanjang waktu, bersifat tetap dan timbul dari pengalaman yang tidak menyenangkan pada awal kehidupan. Kecemasan ini berhubungan dengan kepribadian individu yang merupakan disposisi pada individu untuk menjadi cemas.
b. Kecemasan sebagai intervening variable
Keadaan cemas yang disebabkan kondisi tertentu dan memiliki pengaruh atau konsekuensi tertentu pula. Dalam hal ini, kecemasan sebagai motivating solution yang berarti mendorong individu agar dapat mengatasi masalah.
Sementara itu, Nevid, Rathus, dan Greene (1997) menganggap kecemasan sebagi suatu keadaan takut atau perasaan tidak enak yang disebabkan oleh banyak hal seperti kesehatan individu, hubungan sosial,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
masalah pekerjaan, hubungan internal dan lingkungan sekitar. Selanjutnya, Taylor (1953) mengatakan kecemasan ialah suatu pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau rasa aman.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah suatu pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau rasa aman.
2. Faktor-faktor penyebab kecemasan
Kecemasan muncul karena adanya kondisi yang dianggap mengancam. Proses timbulnya kecemasan. Menurut Kretch dan Qrutch (dalam Hartanti dan Dwijanti, 1997), timbulnya kecemasan disebabkan karena kurangnya pengalaman dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang membuat individu kurang siap menghadapi situasi baru.
Menurut Tjandrarini (dalam Wiguno, 1995), ada tiga kondisi yang mengakibatkan seseorang mengalami kecemasan, yaitu:
a. Adanya obyek, situasi, hasil, gagasan dan sebagainya yang mengancam harga diri atau nilai-nilai seseorang.
b. Kebutuhan untuk mengulangi situasi dengan cara mempertahankan konsep diri atau nilai-nilai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
c. Keragu-raguan apakah dapat menangani situasi yang ada.
Menurut Geist (dalam Gunarsa, 2000) sumber kecemasan dapat berasal dari tuntutan sosial yang berlebih dan tidak mau atau tidak mampu dipenuhi oleh individu yang bersangkutan, standar prestasi yang terlalu tinggi dengan kemampuan yang dimiliki, kurangnya kesiapan menghadapi situasi yang ada, pola pikir dan persepsi negatif terhadap situasi ataupun terhadap diri sendiri.
3. Jenis Kecemasan
Freud membagi kecemasan menjadi tiga, yaitu:
a. Kecemasan neurotik: ketakutan terhadap suatu bahaya yang tidak jelas, berasal dari tidak terkendalinya naluri-naluri yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan yang bisa mendatangkan hukuman bagi dirinya (Corey, 1999). Kecemasan ini disebabkan oleh konflik antara id dan ego.
b. Kecemasan realitas: perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak spesifk yang menyangkut tentang bahaya yang ada, kecemasan ini juga dikenal sebagai kecemasan obyektif karena taraf kecemasannya sesuai dengan derajat ancaman atau bahaya yang ada.
c. Kecemasan moral: merupakan hasil konflik antara ego dan super ego yang disebabkan oleh adanya ketakutan terhadap hati nurani sendiri. (Corey, 1999).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Jersild (1968) membedakan kecemasan menjadi dua macam yaitu:
a. Kecemasan normal: individu yang bersangkutan menyadari adanya konflik-konflik dalam dirinya yang menyebabkan dia merasa cemas.
b. Kecemasan neurotik: individu yang bersangkutan tidak menyadari adanya konflik dalam dirinya dan kemudian individu tersebut menggunakan mekanisme pertahanan diri secara tidak disadari.
Kecemasan sebelum menghadapi ujian nasional merupakan kecemasan realitas atau kecemasan normal dimana individu berhadapan dengan situasi yang mengancam.
4. Aspek-aspek kecemasan
Taylor (1954) membagi kecemasan menjadi dua aspek yaitu:
a. aspek fisiologis (seperti gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, dan lain-lain)
b. aspek psikologis (seperti panik, tegang, bingung, tak dapat berkonfrontasi, dan sebagainya)
B. Efikasi diri
1. Pengertian Efikasi Diri
Efikasi diri adalah penilaian seseorang terhadap kemampuannya untuk mengorganisasi dan melaksanakan serangkaian tindakan yang dibutuhkan untuk melaksanakan serangkaian tipa-tipe performansi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
telah direncanakan (Bandura, 1986).
Myers (1983) mengartikan efikasi diri sebagai perasaan yang dimiliki individu bahwa dirinya adalah orang yang mampu dan cakap melakukan tindakan-tindakan yang tepat. Dalam hal ini efikasi diri mengandung makna adanya kepercayaan diri yang dimiliki seseorang untuk menghadapi situasi yang tidak jelas, tidak dapat diramalkan dan menimbulkan tekanan.
Sedangkan Schultz (1994) mengartikan efikasi diri sebagai perasaan kita terhadap kecukupan, efisiensi, dan kemampuan kita dalam mengatasi kehidupan.
Baron dan Byrn (2000) mengemukakan bahwa efikasi diri merupakan penilaian individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, dan menghasilkan sesuatu, selanjutnya, Feist dan Feist (2002) menyatakan efikasi diri sebagai keyakinan individu bahwa mereka memiliki kemampuan dalam mengadakan kontrol terhadap pekerjaan mereka, dan terhadap peristiwa lingkungan mereka sendiri
2. Tahap Perkembangan Efikasi Diri
Bandura (1997) menyatakan bahwa efikasi diri berkembang secara teratur. Bayi mulai mengembangkan efikasi diri sebagai usaha untuk melatih pengaruh lingkungan fisik dan sosial. Mereka mulai mengerti dan belajar mengenai kemampuan dirinya, kecakapan fisik, kemampuan social
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dan kecakapan berbahasa yang hampir secara konstan digunakan dan ditujukan pada lingkungan. Awal dari pertumbuhan efikasi diri dipusatkan pada orang tua dan kemudian dipengaruhi oleh saudara kandung, teman sebaya, dan orang dewasa lainnya.
Efikasi diri pada masa dewasa meliputi penyesuaian pada masalah perkawinan dan peningkatan karir. Sedangkan efikasi diri pada masa lanjut usia sulit terbentuk sebab pada masa ini terjadi penurunan mental dan fisik, pensiun kerja, dan penarikan diri pada lingkungan sosial.
Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa tahap perkembangan efikasi diri dimulai dari masa bayi, kemudian berkembang ke masa dewasa sampai pada masa lanjut usia.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efikasi Diri
Bandura (dalam Astrid, 2009) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi diri pada diri individu antara lain:
a. Budaya
Budaya mempengaruhi efikasi diri melelui nilai (values), kepercayaan (beliefs), dan proses pengaturan diri (self-regulatory process) yang berfungsi sebagai sumber penilaian efikasi diri dan juga sebagai konsekuensi dari keyakinan akan efikasi diri.
b. Gender
Perbedaan gender juga berpengaruh terhadap efikasi diri. Hal ini dapat dilihat dari penelitian Bandura (1997) yang menyatakan bahwa wanita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
efikasinya lebih tinggi dalam mengelola perannya. Wanita yang memiliki peran selain sebagai ibu rumah tangga, juga sebagai wanita karir akan memiliki efikasi diri yang tinggi dibandingkan dengan pria yang bekerja.
c. Sifat dari tugas yang dihadapi
Derajat kompleksitas dari kesulitan tugas yang dihadapi oleh individu akan mempengaruhi penilaian individu tersebut terhadap kemampuan dirinya sendiri. Semakin kompleks tugas yang dihadapi oleh individu maka akan semakin rendah individu menilai kemampuannya. Sebaliknya jika individu dihadapkan pada tugas yang mudah dan sederhana maka akan semakin tinggi individu tersebut menilai kemampuannya.
d. Insentif eksternal
Faktor lain yang mempengaruhi efikasi diri individu adalah insentif yang diperolehnya. Bandura menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat meningkatkan efikasi diri adalah competent contingents incentive, yaitu insentif yang diberikan oleh orang lain yang merefleksikan keberhasilan seseorang.
e. Status atau peran individu dalam lingkungan
Individu yang memiliki status yang lebih tinggi akan memperoleh derajat kontrol yang lebih besar sehingga efikasi diri yang dimilikinya juga tinggi. Sedangkan individu yang memiliki status yang lebih rendah akan memiliki kontrol yang yang lebih kecil sehingga efikasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
diri yang dimilikinya juga rendah. f. Informasi tentang kemampuan diri
Individu akan memiliki efikasi diri tinggi jika ia memperoleh informasi positif mengenai dirinya, sementara individu akan memperoleh efikasi yang rendah, jika ia memperoleh informasi negatif mengenai dirinya.
Menurut Bandura (1997) ada beberapa faktor yang mempengaruhi efikasi diri yaitu:
a. Pengalaman Keberhasilan (mastery experiences)
Keberhasilan yang sering didapatkan akan meningkatkan efikasi diri yang dimiliki seseorang sedangkan kegagalan akan menurunkan efikasi dirinya. Apabila keberhasilan yang didapat seseorang seseorang lebih banyak karena faktor-faktor di luar dirinya, biasanya tidak akan membawa pengaruh terhadap peningkatan efikasi diri. Akan tetapi, jika keberhasilan tersebut didapatkan dengan melalui hambatan yang besar dan merupakan hasil perjuangannya sendiri, maka hal itu akan membawapengaruh pada peningkatan efikasi diri nya.
b. Pengalaman Orang Lain (vicarious experiences)
Pengalaman keberhasilan orang lain yang memiliki kemiripan dengan individu dalam mengerjakan suatu tugas biasanya akan meningkatkan efikasi diri seseorang dalam mengerjakan tugas yang sama. efikasi diri tersebut didapat melalui sosial model yang biasanya terjadi pada diri seseorang yang kurang pengetahuan tentang kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
dirinya sehingga mendorong seseorang untuk melakukan modeling. Namun efikasi diri yang didapat tidak akan terlalu berpengaruh bila model yang diamati tidak memiliki kemiripan atau berbeda dengan model.
c. Persuasi Sosial (Social Persuation)
Informasi tentang kemampuan yang disampaikan secara verbal oleh seseorang yang berpengaruh biasanya digunakan untuk meyakinkan seseorang bahwa ia cukup mampu melakukan suatu tugas.
d. Keadaan fisiologis dan emosional (physiological and emotional states)
4. Aspek-aspek Pada Efikasi Diri
Menurut Bandura (1997) terdapat tiga aspek efikasi diri pada diri manusia, yaitu:
a. Tingkatan (level)
Adanya perbedaan efikasi diri yang dihayati oleh masing-masing individu mungkin dikarenakan perbedaan tuntutan yang dihadapi. Tuntutan tugas mempresentasikan masing-masing tingkat kesulitan atau kesukaran untuk mencapai performansi optimal. Jika halangan untuk mencapai tuntutan itu sedikit, maka aktifitas lebih mudah dilakukan , sehingga individu akan memiliki efikasi diri yang tinggi. b. Keadaan umum (generality)
Dimensi ini brkaitan dengan luas bidang tugas. Beberapa keyakinan individu terbatas pada bidang tingkah laku dan beberapa keyakinan mungkin menyebar meliputi berbagai bidang tingkah laku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
c. Kekuatan (strength)
Pengalaman memiliki pengaruh terhadap efikasi diri yang dimiliki seseorang. Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kemantapan atau keyakinan, yaitu derajat kemantapan individu terhadap keyakinan atau pengharapannya.
E. Siswa Kelas 12 SMA
Berdasarkan Permendiknas (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional) nomor 45 tahun 2010, sebagai prasyarat mengikuti ujian nasional adalah siswa telah berada pada tahun terakhir jenjang pendidikannya baik itu sekolah dasar maupun sekolah menengah. Rata-rata siswa ini berusia antara 16 hinggga 18 tahun.
Menurut Papalia (2004) masa remaja dapat digolongkan menjadi 3, yaitu: 1. remaja awal dimulai dari usia 11-13 tahun
2. remaja madya dimulai dari usia 13-18 tahun 3. remaja akhir dimulai dari usia 18-21 tahun.
Sedangkan Puspitawati (1996) membagi masa remaja menjadi 2 bagian yaitu:
1. periode remaja awal, yaiu berkisar antara umur 13-17 tahun 2. periode remaja akhir , yaitu berkisar antara umur 17-18 tahun.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa kelas XII berada pada masa remaja. Periode remaja adalah periode pemantapan identitas diri. Pemantapan identitas diri ini tidak selalu berjalan mulus, tetapi sering melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
proses yang pan jang sehinggga periode ini sering juga disebut masa-masa
strom and stress, atau masa up and down (Santrock, 2003). Remaja mulai memperhatikan prestasi dalam segala hal, karena ini akan memberi nilai tambah untuk kedudukan sosialnya diantara teman sebaya maupun orang dewasa
F. Hubungan Efikasi Diri dengan Kecemasan pada Siswa Kelas XII SMA
yang Akan Menghadapi Ujian Nasional
Berdasarkan penelitian Klingermen (dalam Ratna, 2009) dijelaskan bahwa kecemasan berhubungan dengan prestasi. Semakin tinggi kecemasan maka akan semakin rendah prestasinya, begitupula sebaliknya semakin rendah kecemasan maka akan semakin tinggi prestasinya. Di Indonesia pengukuran prestasi salah satunya adalah melalui ujian nasional.
Untuk dapat dinyatakan lulus seorang siswa harus mampu menghadapi ujian nasional dan mendapatkan nilai sesuai dengan standar kelulusan yang berlaku. Ketika siswa dinyatakan tidak lulus maka masyarakat dan lingkungan sekitarnya akan menganggap dirinya sebagai orang yang gagal. Tingginya standar nilai dan harapan dari lingkungan yang mengharuskan seorang siswa harus lulus memberikan tekanan bagi mereka pada saat menghadapi ujian nasional. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Geist (dalam Gunarsa, 2000) bahwa sumber kecemasan dapat berasal dari tuntutan sosial yang berlebih dan tidak mau atau tidak mampu dipenuhi oleh individu yang bersangkutan, standar prestasi yang terlalu tinggi dengan kemampuan yang dimiliki,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
kurangnya kesiapan menghadapi situasi yang ada, pola pikir dan persepsi negatif terhadap situasi ataupun terhadap diri sendiri.
Menurut Durand et al. (2007) salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah faktor kognitif dan emosional. Feist dan Feist (2002) menyatakan efikasi diri sebagai keyakinan individu bahwa mereka memiliki kemampuan dalam mengadakan kontrol terhadap pekerjaan mereka, dan terhadap peristiwa lingkungan mereka sendiri. Myers (1983) mengartikan efikasi diri sebagai perasaan yang dimiliki individu bahwa dirinya adalah orang yang mampu dan cakap melakukan tindakan-tindakan yang tepat.
Efikasi diri memiliki pengaruh yang kuat terhadap keadaan emosi seseorang. Feist dan Feist (2002) menyatakan ketika seeorang mengalami ketakutan yang tinggi, kecemasan yang akut, atau tingkat stress yang tinggi, maka biasanya mereka mempunyai efikasi diri yang rendah, sedangkan mereka yang memiliki efikasi diri yang tinggi merasa mampu dalam menghadapi rintangan dan menganggap ancaman sebagai tantangan yang harus dihadapi. Begitu pula Myers (1983) menyatakan bahwa individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi tidak mudah mengalami depresi dan cemas.
G. Hipotesis
Berdasarkan uraian teori yang telah dikemukakan maka hipotesis yang diajukan dari penelitian ini yaitu ada hubungan negatif antara efikasi diri dengan kecemasan pada siswa kelas XII yang akan menghadapi ujian nasional. Semakin tinggi efikasi diri maka tingkat kecemasan pada siswa kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
XII yang akan menghadapi ujian nasional semakin rendah sebaliknya semakin rendah efikasi diri maka tingkat kecemasan pada siswa kelas XII yang akan menghadapi ujian nasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian ini adalah: Variabel Tergantung: Kecemasan menghadapi ujian nasional Variabel Bebas : Efikasi diri
B. Definisi Operasional
1. Efikasi diri
Efikasi diri adalah penilaian seseorang terhadap kemampuannya untuk mengorganisasi dan melaksanakan serangkaian tindakan yang dibutuhkan untuk melaksanakan serangkaian tipe-tipe performansi yang telah direncanakan (Bandura, 1986).
Efikasi diri subjek diukur dengan skala efikasi diri GSE. Tinggi rendahnya efikasi diri subyek dilihat dari skor total yang diperoleh. Semakin tinggi skor total semakin tinggi pula efikasi diri yang dimiliki subjek.
2. Kecemasan
Kecemasan ialah suatu pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau rasa aman.
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Kecemasan subjek diukur dengan skala kecemasan TMAS. Tinggi rendahnya kecemasan subyek dilihat dari skor total yang diperoleh. Semakin tinggi skor total semakin tinggi pula kecemasan yang dialami subjek.
C. Subjek penelitian
Subjek penelitian dari penelitian ini adalah siswa-siswi SMA kelas 12. Pemilihan subjek ini dengan alasan berdasarkan penelitian Klingermen (dalam Ratna, 2009) yang menjelaskan bahwa kecemasan berhubungan dengan prestasi. Hasil dari ujian nasional sangat menentukan kelulusan para siswa.
D. Metode pengumpulan data
1. Kecemasan
Dalam penelitian ini kecemasan diukur dengan menggunakan skala TMAS ( the Taylor Manifetst Anxiety Scale). Skala ini ditemukan oleh Janet Taylor Spence pad tahun 1953 yang masih digunakan sampai sekarang. Janet Taylor Spence mengambil 50 item yang mengupkapkan kecemasan dari 200 item pernyataan dalam MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory)
Aspek-aspeknya yaitu:
a. aspek fisiologis (seperti gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, dan lain-lain)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
b. aspek psikologis (seperti panik, tegang, bingung, tak dapat berkonfrontasi, dan sebagainya).
TMAS berisi 50 butir pertanyaan, di mana responden menjawab keadaan ”ya” atau ”tidak” sesuai dengan keadaan dirinya, dengan memberi tanda (√) pada kolom jawaban ”ya” atau tanda (X) pada kolom jawaban “tidak”. Kuesoner TMAS terdiri atas 13 pertanyaan unfavourable dan 37 pertanyaan favourable. Setiap jawaban dari pertanyaan
favuorable bernilai 1 untuk jawaban ”ya” dan 0 untuk jawaban ”tidak”. Pada pertanyaan unfavourable bernilai 1 untuk jawaban ”tidak” dan bernilai 0 untuk jawaban ”ya”. Sebagai cut off point adalah sebagai berikut :
a. Skor <21 berarti tidak cemas b. Skor ≥21 berarti cemas
Suatu skala atau instrumen dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud pengukuran tersebut. TMAS mempunyai derajat validitas yang cukup tinggi akan tetapi dipengaruhi juga oleh kejujuran dan ketelitian responden dalam mengisinya (Azwar,1997)
2. Efikasi diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Untuk mengukur efikasi diri, penelitian ini menggunakan GSE (The General Self efficacy Scale). Skala ini dikembangkan oleh Mathias Jerusalem dan Ralf Schwarzer di Jerman pada tahun 1979, dengan menggunakan teori dan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Bandura (1997). Pada awalnya skala ini dikembangkan di Jerman dengan 20 item dan kemudian direvisi dan diadaptasi pada 28 bahasa lainnya menjadi 10 item. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ralf Schwarzer dan Urte Scholtz skala efikasi diri GES di Indonesia ketika diuji menggunakan analisa reliabilitas dengan teknik Alpha dari Cronbach memiliki nilai 0,78, hal ini menunjukan bahwa pengukuran dari skala ini dapat dipercaya.
E. Validitas dan reliabilitas
1. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud diadakannya pengukuran tersebut (Azwar, 1997). Valid tidaknya alat ukur tergantung pada mampu tidaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
alat ukur tersebut mancapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.
Suatu alat ukur yang baik, tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Cermat berarti bahwa pengukuran itu mampu memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya diantara subyek satu dengan yang lain (Azwar, 1997).
2. Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari kata rely dan abiity. Walaupun kata reliabilitas memiliki beberapa nama lain seperti keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi, dan sebagainya, namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 1997).
F. Uji Coba Alat Ukur
Azwar (1997) menyatakan bahwa untuk pemilihan item yang relevan dilakukan apabila bukti empiris belum diperoleh. Prosedur pemilihan item dilakukan untuk memilih item yang paling relevan dan memiliki konsistensi tinggi dengan skor totalnya. Kedua alat ukur yang digunakan telah diperoleh bukti empirisnya sehingga kedua alat ukur tidak dilakukan uji coba terlebih dahulu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
G. Metode analisa data
Untuk menganalisis data, peneliti menggunakan program SPSS 12 dengan metode analisis Korelasi product moment dari Karl Pearson.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
BAB IV
PENELITIAN & PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 14 April sampai dengan 16 April 2011 setelah siswa selesai sekolah. Subyek penelitian ini adalah siswa SMU kelas XII. Penelitian dilakukan dengan menyebar kedua skala kepada sebanyak 100 orang, namun hanya 83 subyek yang dapat diteliti, hal ini terjadi karena ada 11 skala yang tidak kembali dan 6 skala tidak lengkap dalam pengisian itemnya.
B.Analisis Data Penelitian
1. Deskripsi Data Penelitian
Tabel 1. Deskripsi Data Penelitian
Variabel N Min Max Mean SD Hip Emp Hip Emp Hip Emp
Efikasi diri 40 10 11 40 40 20 27,46 4,61 kecemasan 50 0 12 50 40 25 24,40 6,70
Untuk mengetahui tingkat efikasi diri dan kecemasan menghadapi ujian nasional, dilakukan perbandingan antara mean empiris dan mean hipotesis. Pada skala efikasi diri, mean empirisnya lebih besar dari mean hipotesis, hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat efikasi subyek tergolong
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
tinggi. Sedangkan pada skala kecemasan TMAS, mean empirisnya lebih kecil dari mean hipotesisnya, hal tersebut berarti bahwa kecemasan subyek tergolong rendah.
Selain itu tingkat efikasi diri maupun kecemasan subyek, dapat diperoleh dari kategorisasi jenjang berdasarkan distribusi normal. Kategorisasi tersebut berdasarkan norma kategori dari Azwar (1999):
X ≤ ( -1,5σ) kategori sangat rendah ( -1,5σ) < X ≤ ( - 0,5σ) kategori rendah ( -0,5σ) < X ≤ ( +0,5σ) kategori sedang ( +0,5σ) < X ≤ ( +1,5σ) kategori tinggi ( +1,5σ) < X kategori sangat tinggi
Skala efikasi diri, terdiri atas 10 aitem, setiap aitemnya diberi skor yang berkisar mulai dari 1,2,3, dan 4. Rentang minimum-maksimumnya adalah 1x10=10 sampai dengan 4x10=40. Sehingga jarak sebarannya adalah 40-10=30. Dengan demikian setiap satuan standar deviasinya bernilai
σ=30/6=5, dan mean hipotesisnya adalah =10x3=30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Tabel 2. Kategorisasi Skala Efikasi Diri
Kategori Jumlah Subyek Persentase X ≤ 22,5 (sangat rendah) 13 15,66% 22,5 < X ≤ 27,5 (rendah) 28 33,73% 27,5 < X ≤ 32,5 (sedang) 33 39,76% 32,5 < X ≤ 37,5 (tinggi) 7 8,43% 37,5 < X (sangat tinggi) 2 2.41%
Total 83 100%
Dari hasil kategorisasi diatas, terdapat 13 subyek mendapatkan skor efikasi diri pada kategori sangat rendah, 28 subyek pada kategori rendah, 33 subyek pada kategori sedang, 7 subyek pada kategori tinggi, dan 2 subyek pada kategori sangat tinggi.
Skala kecemasan T-MAS, terdiri dari 50 aitem, masing masing aitem diberi skor 1. Sehingga nilai maksimumnya adalah 50, sedangkan nilai terendahnya adalah 0. Dengan menggunakan skor T-MAS ≥ 21 sebagai cut-off point didapatkan 60, 24% responden mengalami kecemasan, sedangkan 39,76% responden sisanya tidak mengalami kecemasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
2. Uji Asumsi
Sebelum dilakukan uji hipotesis, data penelitian harus memenuhi uji asumsi atau uji prasyarat. Uji asumsi terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas. Apabila hasil uji normalitas dan linieritas menunjukkan bahwa data penelitian telah terdistribusi normal dan memiliki hubungan linier antara variabel bebas dan tergantung, maka uji parametrik dengan korelasi product moment Pearson’s dapat dilakukan. Sebaliknya jika hasil dari uji tersebut tidak normal dan tidak linier maka uji analisis yang dipilih adalah uji non- parametrik Spearman’s. Uji normalitas dan linieritas dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows 12.0. Berikut dijelaskan hasil uji prasyarat:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah variabel terdistribusi secara normal. Uji normalitas dilakukan pada masing-masing sebaran data yaitu sebaran data efikasi diri dan sebaran data kecemasan, menggunakan SPSS 12 dengan teknik One Sample Kolmogrov-Smirnov Test. Probabilitas efikasi diri adalah 0,170 berarti memiliki probabilitas lebih dari 0,01 (p>0,01), probabilitas kecemasan menghadapi ujian nasional 0,487 berarti memiliki probabilitas lebih dari 0,01 (p>0,01). Hasil uji normalitas tersebut menunjukkan bahwa data yang ada adalah normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
b. Uji linieritas
Uji linieritas dilakukan dengan program SPSS 12. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel adalah linier karena memiliki probabilitas sebesar 0.000 atau memiliki probabilitas kurang dari 0,01 (p>0,001)
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis menggunakan korelasi Product Moment dari Pearson, dan diolah menggunakan program SPSS versi 12. Dalam uji hipotesis ini menggunakan taraf signikansi 1% (0.01), artinya bahwa kemungkinan penolakan hipotesis adalah 1 diantara 100 atau dengan kata lain adanya kepercayaan terhadap kebenaran hipotesa adalah sebesar 99% (Hadi, 1986). Dari hasil analisis data menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan antara efikasi diri dengan kecemasan menghadapi ujian nasional dengan perincian koefisien (r) = -0,406, koefisien determinasi (r2) = 0,165 (dibulatkan) dengan p<0,01. Berarti bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara efikasi diri dengan kecemasan menghadapi ujian nasional, diterima.
Dengan diterimanya hipotesis penelitian, menunjukkan bahwa semakin tinggi efikasi semakin rendah kecemasannya dalam menghadapi ujian nasional. Sebaliknya semakin rendah efikasi diri maka semakin tinggi kecemasannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
C. PEMBAHASAN
Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara efikasi diri dengan kecemasan pada siswa kelas XII yang akan menghadapi ujian nasional. Hasil tersebut ditunjukkan dengan perolehan koefisien korelasi sebesar -0,406 (p<0,01). Hal ini berarti semakin tinggi efikasi diri, semakin rendah kecemasan menghadapi ujian nasional. Sebaliknya semakin rendah efikasi diri, semakin tinggi kecemasannya.
Hasil ini sesuai dengan pendapat Bandura bahwa, efikasi diri berguna untuk melatih kontrol terhadap keterbangkitan kecemasan. Feist & Feist (2000) mengemukakan bahwa ketika seseorang mengalami kecemasan yang tinggi maka mereka biasanya memiliki efikasi diri yang rendah, sementara mereka yang memiliki efikasi diri tinggi merasa mampu mengatasi rintangan dan menganggap ancaman sebagai suatu tantangan yang tidak perlu dihindari. Penanganan kecemasan individu yang satu dengan individu yang lain dapat berbeda tergantung dari penilaian pribadi individu terhadap kemampuan yang dimilikinya atau yang disebut efikasi diri (Sarafino, 1994). Gejala klinis yang muncul akibat kecemasan dapat berupa gejala psikis maupun gejala somatis. Penderita cenderung tegang terus menerus, tidak mau santai dan pemikirannya penuh tentang kekhawatiran (Maramis, 2005).
Selain itu penelitian ini memiliki koefisien determinasi (r2) 0,165. Hal ini beratti efikasi diri memberikan sumbangan efektif sebesar 16,5% terhadap kecemasan. Artinya, masih ada 83,5% faktor lain yang mempengaruhi kecemasan. Perolehan mean empiris sebesar 27,46, yang lebih besar dari mean
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
hipotesisnya sebesar 20 hal ini menunjukkan bahwa subyek penelitian memiliki skor efikasi diri yang cenderung tinggi.
Berdasarkan cut off point skala kecemasan dengan TMAS yaitu skor ≥21 dinyatakan cemas, maka 60,24% dari seluruh subyek penelitian mengalami kecemasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan (r=-0.406, p<0.001) antara efikasi diri dengan kecemasan pada siswa yang akan menghadapi ujian nasional. Sehingga, dengan demikian dapat disimpulkan semakin tinggi efikasi diri individu maka semakin rendah kecemasannya, sebaliknya semakin rendah efikasi diri individu maka semakin tinggi kecemasannya.
Hal lain yang dapat ditunjukkan dari penelitian ini adalah meskipun tingkat efikasi diri para siswa cenderung tinggi namun sebagian besar dari mereka memiliki kecemasan dalam menghadapi ujian nasional.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil yang didapatkan, maka saran yang dapat disampaikan:
1. Siswa SMA
Ujian nasional merupakan faktor penting dalam menentukan kelulusan. Kecemasan dapat mempengaruhi performansi para siswa dalam menghadapi ujian nasional, namun tingginya tingkat kecemasan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu faktor tersebut adalah efikasi diri. Oleh karena itu, efikasi diri perlu
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
ditingkatkan sehingga siswa mampu mengatasi kecemasannya dan pada akhirnya mampu menghadapi ujian nasional dengan baik. 2. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Variabel dalam penelitian ini terlalu luas, peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang serupa dapat mempersempit variabel tersebut misalnya memfokuskan pada efikasi diri akademis dan juga kecemasan menghadapi ujian nasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
DAFTAR PUSTAKA
Azwar. S. (1997). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar. S. (2007). Konsep Pengukuran Validitas. Jakarta: Gunawan Pres. Azwar. S. (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bandura, A. (1977). Self-efficacy: Toward a Unifying Theory of Behavioral
change. Psychology Revew, 84, 191_215
Bandura, A. (1986). Social Foundation of Thought and Action: A social Cognitive Theory. Englewood Cliffs, NJ: Pretince Hall.
Bandura, A. (1997). Self-efficacy: The Exercise of Control. New York: Freeman and Company.
Baron, R. A. dan Byrne, P. (1994). Social Psychology : Understanding Human Interaction. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Bellack, A. S. dan Hersen, M. (1998). Behavioral Assessment. Pergamon Press. Budianto.(2008). Manual TMAS. Blog.unila.ac.id
Chaplin, J. P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah Kartini Kartono. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Corey, G. (1999). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Penerbit PT Refika Aditama.
Durand, W. dan Bartow, D. (2007). Intisari Psikologi Abnormal Buku Kedua Edisi Keempat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Dwisty, A. I. dan Hadiati, L. W. (2006). Hubungan antara Self-efficacy dengan Kecemasan Berbicara Di depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara.
Elliot, J. dan Chong, J. L. Y. (2004) Presentation of Anxiety: Achalange for some student and a pit of despair for others. Curtin University of Technology.
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Elliot, S. N., Kratochwill, T. R., Cook, J. L., dan Travers, J. F. (2000).
Educational Psychology: Effective Learning (3th Ed). United States of America: The McGraw- Hill Companies.Inc.
Feist, J. dan Feist, G. J. (2002). Theories of Personality (5th ed). Boston: McGraw Hill.
Gunarsa, S. (2000). Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta: Penerbit PT. BPK Gunung Mulia.
Hadi, S. (2000). Methodologi Research (Jilid 1-4). Yogyakarta: Yayasan Penerbitaan Universitas Gadjah Mada.
Hartanti dan Dwijanti, J. E. (1997). Hubungan Antara Konsep Diri dan
Kecemasan Menghadapi Masa Depan dengan Penyesuaian Sosial Anak Madura. Anima. Vol XII No. 46.
Hawari, D . (2006). Managemen stres, cemas, dan depresi. Jakarta: Balai Penerbitan FK UI , hal :67
Hergenhahn, B. R. dan Olson, M. H. (1997). An Introduction of Theories of Learning (5th ed). Prentice Hall.
Hudaniah dan Dayaksini, T. (2003). Psikologi Sosial. Edisi Revisi. Malang: Penerbitan Universitas Muhamadiyah.
Hurlock, E. B. (1997). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Kaplan, H. I., Sadock, B. J., dan Made, W. (2000). Gangguan Kecemasan. Dalam: Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa Aksara.
Kaplan, H. I. dan Sadock, B. J. (2005). Mood Disorder. In Pocket Handbook of Clinical Psychiatry. Baltimore: William and Wilkins
Maramis, W. E. (1998). Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press, p: 139
Nevid, J. S., Rathus, S. A., dan Greene, B. (1997). Abnormal Psychology in a Changing Worl (3rd Ed). Ptrentice-Hall, Inc.
Papalia, Olds dan Fielman. (2004). Human development. New York: Mc Graw Hill Inc.
Prakosa, H. (1996). Cara Penyampaian Hasil Belajar Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Mahasiswa. Jurnal Psikologi No. 2, 11-22.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Santrock, J. W. (2003). Adolescence: Perkembangan remaja (6th.ed). Jakarta: Erlangga.
Sarafino, E. (1994). Health Psychology (2nd ed). New York: John Wiley & Sons. Sarwono, J. (2006). Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS.
Yogyakarta: Penerbit Andi, p:8
Schultz, D. dan Schultz, E. S. (1994). Theorries of Personality (5th ed).
California: Brooks/Cole Publishing Company.
Wiguno, S. (1995). Hubungan Antara Konsep diri Akademis dan Kecemasan Menghadapi Tes pada Siswa Kelas II di Beberapa Sekolah Menengah Tingkat Prtama Negeri di Yogyakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
Depdiknas. 2004. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2004.
Depdiknas. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 75 Tahun 2009.
Depdiknas. 2010. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2010.
GSE (The General Self efficacy Scale). (2010).
http://userpage.fu-berlin.de/~health/engscal.htm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKALA TMAS
Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah baik-baik setiap pernyataan dibawah ini!
2. Pilihlah alternatif jawaban yang sudah tersedia sesuai dengan kata hati anda kemudian berilah tanda silang (X) pada kolom yang sudah
disediakan
3. Diharapkan semua item pernyataan diisi.
NO PERNYATAAN TIDAK YA
1. Saya tidak cepat lelah
2. Saya sering kali mengalami perasaan mual
3. Saya yakin, saya tidak lebih dari penggugup dari kebanyakan orang lain
4. Saya jarang sakit kepala
5. Saya sering merasa tegang waktu sedang bekerja 6. Saya mengalami kesukaran mengadakan
konsentrasi mengenai suatu masalah 7. Saya khawatir kalau memikirkan masalah
8. Saya sangat merasa gemetar bila saya mencoba untuk berbuat sesuatu
9. Kalau terjadi sesuatu pada diri saya, saya tidak mudah tersipu
10. Saya mengalami diare satu kali atau lebih dari sebulan
11. Saya merasa khawatir bila akan terjadi kegagalan atau kesialan menimpa saya
12. Saya tidak pernah tersipu-sipu bila terjadi sesuatu pada diri saya
13. Saya sering merasa takut kalau-kalau muka saya menjadi merah malu
14. Saya sering kali mengalami mimpi yang menakutkan pada waktu tidur dimalam hari
15. Tangan dan kaki saya biasanya cukup hangat
16. Saya mudah berkeringat meskipun hari tidak panas 17. Ketika saya merasa malu, kadang-kadang keringat
saya bercucuran, hal ini sangat menjengkelkan saya 18. Saya hampir tidak pernah berdebar-debar dan saya
jarang bernafas tersengal-sengal 19. Saya sering merasa lapar terus-menerus
20. Saya jarang terganggu untuk rasa sembelit (sakit perut) karena sukar buang air besar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21. Saya sering terganggu oleh sakit perut
22. Ketika saya mengkhawatirkan sesuatu, sering kali saya tidak dapat tidur
23. Tidur saya sering terganggu dan tidak nyenyak 24. Sering kali saya bermimpi tentang sesuatu yang
sebaiknya tidak diceritakan kepada orang lain 25. Saya mudah merasa segar
26. Saya nerasa lebih sensitif dari kebanyakan orang 27. Saya sering kali mengkhawatirkan diri saya
terhadap sesuatu hal
28. Saya menginginkan kebahagiaan seperti orang lain yang saya lihat
29. Biasanya saya selalu tenag dan tidak mudah kecewa atau putus asa
30. Saya mudah menangis
31. Saya sering kali mencemaskan terhadap seseatu hal atau seseorang
32. Saya merasa gemetar setiap waktu 33. Menunggu membuat saya merasa gelisah
34. Pada waktu-waktu tertentu, saya merasa tidak tenang sehingga tidak dapat duduk terlalu lama atau diskusi terlalu lama
35. Kadang-kadang saya merasa gembira sekali sehingga saya sulit untuk tidur
36. Kadang-kadang saya merasa bahwa saya mengalami kesukaran yang bertumpuk-tumpuk 37. Saya mengetahui bahwa saya kadang-kadang
merasa khawatir tanpa suatu alasan
38. Bila dibandingkan denga teman-teman saya yang lain, maka saya tidak sepenakut mereka
39. Saya sering kali merasa khawatir terhadap suatu hal yang saya tahu bahwa hal itu tidak akan menyulitkan saya
40. Pada suatu saat sering kali saya merasa sebagai orang yang tidak berguna
41. Saya mengalami kesukaran untuk memusatkan perhatian terhadap suatu pekerjaan
42. Saya biasanya pemalu
43. Biasanya saya yakin pada diri saya sendiri 44. Saya sering kali dalam keadaan tenang
45. Hidup ini merupakan beban bagi saya setiap waktu 46. Kadang-kadang saya berpikir bahwa saya tidak
punya arti apa-apa
47. Saya benar-benar merasa kurang percaya diri sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48. Kadang-kadang saya merasa bahwa diri saya akan hancur
49. Saya merasa takut akan kesukaran-kesukaran yang harus saya hadapi dalam keadaan kritis
50. Saya sepenuhnya percaya pada diri saya sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Indonesian Adaptation of the General Self-Efficacy Scale oleh Aristi Born, Ralf Schwarzer & Matthias Jerusalem, 1995 Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah baik-baik setiap pernyataan dibawah ini!
2. Pilihlah alternatif jawaban yang sudah tersedia sesuai dengan kata hati anda kemudian berilah tanda silang (X) pada kolom yang sudah disediakan.
3. Semua item harus diisi.
NO. PERNYATAAN TIDAK SETUJU
AGAK SETUJU
SETUJU SANGAT SETUJU 1. Pemecahan soal-soal
yang sulit selalu berhasil bagi saya, kalau saya berusaha. 2. Jika seseorang
menghambat tujuan saya, saya akan mencari cara dan jalan untuk meneruskannya. 3. Saya tidak mempunyai
kesulitan untuk
melaksanakan niat dan tujuan saya.
4. Dalam situasi yang tidak terduga saya selalu tahu bagaimana saya harus bertingkah laku.
5. Kalau saya akan berkonfrontasi dengan sesuatu yang baru, saya tahu bagaimana saya dapat menanggu-langinya.
6. Untuk setiap problem saya mempunyai pemecahan.
7. Saya dapat menghadapi kesulitan dengan tenang, karena saya selalu dapat
mengandalkan kemampuan saya. 8. Kalau saya menghadapi
kesulitan, biasanya saya mempunyai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
banyak ide untuk mengatasinya. 9. Juga dalam kejadian
yang tidak terduga saya kira, bahwa saya akan dapat menanganinya dengan baik.
10. Apapun yang terjadi, saya akan siap menanganinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UJI NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Efikasidiri
N 83
Normal Parameters(a,b) Mean 27.4578
Std. Deviation 4.60726
Most Extreme Differences
Absolute .122
Positive .122
Negative -.111
Kolmogorov-Smirnov Z 1.110
Asymp. Sig. (2-tailed) .170
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
kecemasan
N 83
Normal Parameters(a,b) Mean 24.3976
Std. Deviation 6.69171
Most Extreme Differences
Absolute .092
Positive .092
Negative -.054
Kolmogorov-Smirnov Z .836
Asymp. Sig. (2-tailed) .487
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji korelasi
Correlations
Efikasidiri kecemasan
Efikasidiri Pearson
Correlation 1 -.406(**)
Sig. (2-tailed) . .000
N 83 83
kecemasan Pearson
Correlation -.406(**) 1
Sig. (2-tailed) .000 .
N 83 83
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Value
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Expe cted Cum Prob
Dependent Variable: kecemasan Normal Q-Q Plot of Kecemas