• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

i   

PERBEDAAN PENGENDALIAN EMOSI

ANTARA MEDITATOR DAN NON-MEDITATOR

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Nikolas Aditya Prawira

NIM : 029114025

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

(2)

ii   

SKRIPSI

PERBEDAAN PENGENDALIAN EMOSI

ANTARA MEDITATOR DAN NON-MEDITATOR

Oleh :

Nikolas Aditya Prawira

NIM : 029114025

Telah disetujui oleh :

Pembimbing

(3)

iii   

SKRIPSI

PERBEDAAN PENGENDALIAN EMOSI

ANTARA MEDITATOR DAN NON-MEDITATOR

Dipersiapkan dan ditulis oleh Nikolas Aditya Prawira

NIM : 029114025

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 9 November 2009 dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama

Tanda

tangan

Ketua A. Tanti Arini, S.Psi., M.Si

………..

Anggota

Agung

Santoso,

MA. ………..

Anggota Y. Heri Widodo, M.Psi.

………..

Yogyakarta. 9 November 2009

Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(4)

iv   

Dengan perencanaan yang hati-hati dan mendetail,

Seseorang pasti menang.

Dengan perencanaan yang ceroboh dan tidak mendetail,

Seseorang tidak bisa menang.

Betapa kekalahan seseorang lebih pasti kalau dia

Tidak memiliki rencana sama sekali!

Dari cara bagaimana perencanaan itu dibuat sebelumnya,

Kita dapat memprediksi kemenangan atau kekalahan

(5)

v   

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Orang Tua ku

Adikku

Saudara-saudaraku

Teman-temanku

(6)

vi   

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Penulis,

(7)

vii   

ABSTRAK

 

Nikolas Aditya Prawira (2009).

Perbedaan Pengendalian Emosi antara Meditator

dan Non-meditator.

Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan

pengendalian emosi antara meditator dan non-meditator. Hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini yaitu,

pengendalian emosi meditator lebih tinggi daripada

non-meditator

. Meditator yang dimaksud adalah orang-orang yang mengikuti meditasi

buka hati dan non-meditator adalah orang-orang yang sama sekali tidak mengikuti

meditasi jenis apapun. Meditasi buka hati adalah meditasi yang menekankan

santai,

seyum, dan pasrah

sebagai intinya.

 

Jenis penelitian ini termasuk penelitian

komparatif

. Subjek penelitian ini

berjumlah 50 orang, yang terdiri dari 25 orang meditator dan 25 orang non-meditator.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan memberikan skala pengendalian emosi

kepada subjek untuk diisi. Skala pengendalian emosi yang diberikan telah diuji

validitas dan reliabilitasnya. Reliabilitas diuji menggunakan koefisien

Alpha

Cronbach

, hasilnya ditemukan nilai reliabilitas sebesar 0,865 dan korelasi aitem total

antara 0,311 sampai 0,619.

(8)

viii   

ABSTRACT

Nikolas Aditya Prawira (2009).

The Difference of Emotional Control Between

Meditators and Non-Meditators.

Yogyakarta : Sanata Dharma University

This research aimed to find the difference of emotional control between

meditators and non-meditators. The hypothesis of this research was

the emotional

control of meditators is higher than non-meditators

. Meditators are people who were

already practice open heart meditation and non-meditators are people who didn’t

practice any meditation at all. Open heart Meditation focus on

relax, smile, and

surrender.

This research was a comparative study. The subjects of research was 50

people, consist of 25 meditators and 25 non-meditators. The method of collecting

data was done by giving a scale to the subject, called the emotional control scale. The

validity and reliability of the scale had been tested before. The reliability has been

tested using

Alpha Cronbach Coefisien

, the reliability value is 0.865 and the item

total correlations are between 0.311 and 0.619.

The result from t-test showed the value of t-test equal to 6.078 with the

probability of 0,000 (

ρ

< 0,05). Mean of meditators was 74.52; while mean of

non-meditators was 63.96. Based on this result of data analysis, it can be concluded that

the emotional control of meditators are higher than non-meditators.

(9)

ix   

Lembar Pernyataan Persetujuan

Publikasi Karya Ilmiah untuk Kepentingan Akademis

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama

: Nikolas Aditya Prawira

Nomor Mahasiswa

: 029114025

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepasa Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma Karya Ilmiah saya yang berjudul :

Perbedaan Pengendalian Emosi antara Meditator dan Non-Meditator

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk meyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan

royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 8 Desember 2009

Yang menyatakan

Nikolas Aditya Prawira

(10)

x   

KATA PENGANTAR

Saya mengucap syukur kepada Tuhan YME yang telah menganugerahkan kasih dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat memulai dan menyelesaikan tugas akhir ini

dengan baik. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih

sebesar-besarnya kepada :

1.

Ibu A. Tanti Arini S.Psi, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi saya yang

telah banyak meluangkan waktunya, memberikan saran-saran dan petunjuk

dalam pengerjaan skripsi ini.

2.

Bapak Heri Widodo, S.Psi., M.Si. dan Bapak Agung Santoso, S.Psi, MA.

selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik bagi penulis

sehingga penulisan skripsi ini menjadi lebih baik lagi.

3.

Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Sanata Dharma yang telah membimbing

dan mengajar selama masa perkuliahan.

4.

Seluruh Staf dan Karyawan di Fakultas Psikologi yang telah banyak

membantu penulis.

5.

Orang tua dan adik saya yang telah banyak membantu dan memberikan

semangat dalam pengerjaan skripsi.

6.

Seluruh Staf dan Karyawan Yayasan Padmajaya yang membantu saya dalam

pengambilan data.

7.

Para peserta Meditasi Buka Hati yang telah bersedia meluangkan waktu untuk

mengisi angket.

8.

Seluruh teman-teman di kantor yang telah bersedia meluangkan waktunya

untuk mengisi angket.

(11)

xi   

Beserta pihak-pihak lain yang telah turut serta dalam proses pengerjaan skripsi

hingga penulis menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis,

(12)

xii   

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………

i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING.……….

ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI.……….

iii

HALAMAN MOTTO………..

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN……….

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….

vi

ABSTRAK………

vii

ABSTRACT……….

viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…….

KATA PENGANTAR……….

ix

DAFTAR ISI………

xi

DAFTAR TABEL………

xiv

DAFTAR LAMPIRAN………...

xv

BAB I PENDAHULUAN………...

1

A.

Latar Belakang Masalah………

1

B.

Rumusan Masalah……….

7

C.

Tujuan Penelitian………...

7

D.

Manfaat Penelitian………

7

BAB II LANDASAN TEORI……….

8

A.

Pengertian Meditasi………..

8

(13)

xiii   

C.

Emosi………

12

a.

Pengertian Emosi………

12

b.

Teori Emosi………

15

c.

Bentuk-bentuk Emosi………

16

D.

Pengendalian Emosi………

20

a.

Pengertian Pengendalian Emosi………

20

b.

Ketrampilan Mengendalikan Emosi……….

21

c.

Model Pengendalian Emosi………..

24

d.

Faktor yang Mempengaruhi Pengendalian Emosi………….

25

E.

Perbedaan Pengendalian Emosi Meditator dan Non-Meditator..

26

F.

Hipotesis………..

30

BAB III METODE PENELITIAN………...

31

A.

Jenis Penelitian………..

31

B.

Identifikasi Variabel………..

31

C.

Definisi Operasional………..

31

1.

Pengendalian Emosi………

31

2.

Meditator dan Non-Meditator………

32

D.

Subjek Peneltitian……….

33

E.

Alat Pengumpul Data………

34

F.

Validitas dan Reliabilitas………..

34

1.

Validitas………..

34

2.

Seleksi Aitem………..

35

(14)

xiv   

G.

Analisis Data……….

37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………

39

A.

Orientasi Kancah Penelitian………..

39

B.

Pelaksanaan Penelitian………

39

C.

Deskripsi Data Penelitian………..

40

D.

Analisis Data……….

40

1.

Uji Normalitas……….

40

2.

Uji Homogenitas……….

41

3.

Uji Hipotesis………..

41

E.

Pembahasan……….

42

F.

BAB V PENUTUP……….

45

A. Kesimpulan………..

45

B. Saran………

45

DAFTAR PUSTAKA……….

46

(15)

xv   

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1. Item Pengendalian Emosi sebelum pengujian……….

38

Tabel 2. Item Pengendalian Emosi sesudah pengujian……….

38

Tabel 3. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov………..

41

Tabel 4. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas………

41

(16)

xvi   

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

1.

Reliabilitas

2.

Uji Normalitas

3.

Uji t

LAMPIRAN B

1.

Skala untuk Tryout

2.

Skala untuk penelitian

 

 

 

 

 

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Orang awam pada umumnya menganggap bahwa emosi itu adalah

rasa marah. Emosi bukan hanya marah saja tetapi juga ada rasa takut,

khawatir, bahagia, dan lain-lain. Menurut Albin (1986) emosi dapat

diartikan sebagai perasaan yang dimiliki dan dialami oleh setiap manusia.

Ada 2 jenis emosi menurut Albin (1986), yaitu emosi negatif dan emosi

positif. Emosi negatif adalah perasaan yang tidak menyenangkan seperti

marah, iri, dan cemburu, sedangkan emosi positif adalah perasaan yang

menyenangkan seperti bahagia dan kasih sayang.

Emosi yang dirasakan manusia memang rumit. Emosi tidak selalu

berlangsung sempurna dan menyenangkan, bahkan kadang menyakitkan

seperti perasaan sedih saat seseorang ditinggalkan orang yang dicintainya.

Emosi dapat juga menjadi tak terkendali, dan menegangkan seperti yang

dialami seorang ayah saat menanti kelahiran anaknya, sesaat ia tegang

menanti sesaat kemudian bergembira saat anaknya lahir. Emosi yang

seperti itu sering dianggap kalah penting dibandingkan pikiran, tetapi pada

kenyataannya hidup ini tidak pernah lepas dari emosi. Manusia cenderung

berperilaku berdasarkan emosi daripada pikiran atau logika. (Covey,

(18)

Emosi merupakan bagian yang penting dan tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Manusia dikatakan tidak lengkap jika tidak ada emosi, sebab manusia tidak akan dapat merasakan bahagia, sedih, kecewa, dan perasaan-perasaan lainnya. Hal yang terjadi apabila manusia tidak mempunyai emosi yaitu ketidakmampuannya untuk berkembang. Manusia yang merasa kecewa karena mengalami kegagalan tentunya akan berusaha lebih untuk memperbaikinya, hal ini membuat manusia berkembang. Perasaan lain seperti perasaan senang karena mengalami keberhasilan akan membawa pengalaman emosi yang lain pula. Pengalaman-pengalaman emosi yang berbeda membuat manusia menjadi berkembang dan membuat hidup ini berarti. Manusia yang tidak dapat merasa sedih atau gembira dalam segala hal tidak ada bedanya dengan sebuah robot.

(19)

pihak yang saling bertikai tidak mampu mencari penyelesaiannya. Perang yang terus menerus dapat mengakibatkan musnahnya suatu peradaban dan kerugian harta benda yang tak terhitung jumlahnya. Jika saja orang tersebut mampu mengendalikan amarahnya dan tetap tenang, mungkin akan menemukan penyelesaian selain perang yang melibatkan banyak orang sehingga tercipta rasa aman dan puas. Contoh lainnya adalah euphoria, yaitu rasa gembira yang berlebihan. Perasaan gembira merupakan perasaan yang menyenangkan tetapi jika berlebihan dan tidak dikendalikan dapat mengakibatkan hal yang buruk terjadi seperti supporter klub sepakbola yang merayakan kemenangan teamnya secara berlebihan sehingga melakukan pengrusakkan dan pencurian di jalan-jalan yang mereka lewati, mabuk-mabukkan dan mengganggu orang lain di sekitarnya. Hal seperti ini dapat dihindarkan jika mereka mampu untuk mengendalikan emosinya.

(20)

Kini siapapun yang ingin belajar bermeditasi dapat mempelajarinya di berbagai tempat dan aliran melalui kursus, seminar, lokakarya dan kelas meditasi. Setiap orang yang ingin belajar meditasi pun dapat mendapat informasi dengan cepat sebab saat ini berbagai media komunikasi seperti internet, televisi, radio, maupun surat kabar sering memuat topik mengenai meditasi. Orang-orang yang belajar dan melakukan meditasi dalam penelitian ini disebut meditator dan orang yang tidak melakukan meditasi disebut non-meditator.

Humphrey (2000) mengatakan tidak ada definisi yang pasti mengenai pengertian meditasi sebab setiap orang memiliki definisinya masing-masing. Definisi tersebut bergantung pada pengalaman dan pemahaman seseorang dalam melakukan meditasi, setiap orang akan merasakan sensasi yang berbeda-beda dan hal tersebut akan mempengaruhi pendapat orang itu mengenai meditasi. Seorang meditator akan mendefinisikan meditasi berdasarkan apa yang telah ia alami, pahami, dan rasakan dalam melakukan meditasi. Sedangkan seorang non-meditator mungkin akan mendefinisikan meditasi berdasar apa yang ia lihat atau dengar dari orang lain. Menurut Humphrey (2000) lagi, meditasi adalah jalan ke dalam diri, suatu keadaan kesadaran yang berguna untuk mengembangkan diri secara menyeluruh dan alat yang sangat berguna untuk mengatasi masalah fisik, emosi, dan jiwa.

(21)

keseimbangan antara pikiran dan emosi, dan menjadi lebih percaya diri. Selain itu, seseorang menjadi lebih mudah menyesuaikan diri, perubahan perilaku yang bersifat negatif, dan menciptakan ketenangan yang membawa pada efisiensi kerja, keterbukaan perasaan, penerimaan, dan membangkitkan kesadaran yang lebih tinggi di kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa meditasi menjadi salah satu cara yang cukup efektif untuk mengendalikan emosi, mengurangi stress, bahkan dapat membuat seseorang berubah perilakunya.

Penelitian lain yang mendukung kelebihan meditasi adalah penelitian oleh Psikolog Universitas California, San Fransisco, Paul Ekman (dalam Lominto, 2003). Ia meneliti 15 orang guru yang mengikuti kursus meditasi selama 5 minggu. Para guru tersebut mengikuti sederetan tes psikologi sebelum dan sesudah pelatihan. Hasilnya adalah tanggapan-tanggapan emosional para subjek menjadi lebih positif setelah mengikuti pelatihan daripada sebelumnya.

(22)

fisik. Menurut beliau, meditasi buka hati tidak hanya membuat badan lebih sehat dan lebih baik tetapi juga membuat menjadi lebih tenang dan lebih dekat pada Tuhan. Hal ini akan banyak mempengaruhi tindakan kita dalam kehidupan sehari-hari, terutama menyangkut hubungan dengan orang lain.

Hasil wawancara lainnya dengan beberapa peserta meditasi buka hati yakni kebanyakan dari mereka dapat menghentikan kebiasaan-kebiasaan buruknya seperti merokok atau berjudi. Ada peserta yang dulunya mudah marah dan dianggap galak oleh anak-anaknya, setelah ikut meditasi menjadi berkurang marah-marahnya. Kejadian tersebut menunjukkan bahwa dengan melakukan meditasi buka hati, dapat mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih bersahaja, tidak hanya mampu mengendalikan emosi, tetapi juga mampu mengubah perilaku seseorang.

(23)

memiliki keuntungan dalam pengendalian emosi dibandingkan non-meditator. Namun hal ini masih perlu dibuktikan lebih lanjut apakah meditator dan non-meditator berbeda dalam pengendalian emosi.

B. RUMUSAN MASALAH

Apakah ada perbedaan pengendalian emosi antara meditator dan non-meditator?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan pengendalian emosi antara meditator dan non-meditator.

D. MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas dapat kita simpulkan manfaat penelitian ini.

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini menambah kajian dalam psikologi klinis, yaitu mengenai efek meditasi buka hati dan pengendalian emosi.

2. Manfaat praktis

(24)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN MEDITASI

Banyak cara mendefinisikan meditasi. Banyaknya definisi

mengenai meditasi tidak lepas dari banyaknya jenis meditasi. Definisi

meditasi yang sering kita dengar yaitu meditasi adalah kegiatan

bermeditasi itu sendiri. (Wilson, 2003)

Menurut Humphrey (2000) meditasi hanya dapat dikenal melalui

pengalaman. Meditasi hanya dapat dipahami jika dilakukan. Meditasi tidak

dapat dipahami secara intelektual, sama seperti cinta tidak dapat dipahami

dengan membaca novel romantis, atau seperti menjelaskan rasa jeruk

kepada orang yang belum pernah memakannya. Menurut Humphrey

(2000) lagi, meditasi merupakan kegiatan mental yang berkenaan dengan

kesadaran. Dalam hal ini, kesadaran tidak ada kaitannya dengan

kemampuan intelektual, latar belakang pendidikan ataupun kepribadian.

Meditasi dapat dianggap kesadaran atau persepsi total.

Pandangan di atas hampir sama dengan definisi meditasi yang

diungkapkan Wilson (2003) yaitu bahwa meditasi berarti meningkatkan

kesadaran. Wilson juga menambahkan meditasi berarti berada dalam

meditasi. Dalam meditasi, seseorang belajar untuk hidup pada saat ini, tak

ada apapun yang dapat mengganggu kita, kita tidak terikat dengan masa

(25)

sebagai pelayan dibandingkan tuan. Pada saat itulah, kesadaran kita berada pada keadaan yang sempurna. Keadaan ini disebut “berada dalam”. Meditasi adalah tentang bagaimana “berada dalam” dan bukan melakukan. (2003)

Krishna (2006) mengatakan bahwa meditasi adalah gaya hidup. Meditasi harus menjadi dasar kehidupan seseorang, baru ia dapat disebut meditator. Khrisna juga berpendapat meditasi sama dengan perluasan kesadaran dan hasil akhir dari meditasi adalah Samadhi atau keseimbangan. Setelah mencapai keseimbangan diri, manusia tidak merasa gelisah, takut, cemas, atau khawatir lagi.

Lain lagi dengan Pokharna (2003) yang mengatakan bahwa meditasi adalah proses penyembuhan dan pemulihan dari seluruh pikiran, tunuh, dan jiwa. Ia menambahkan kata meditation, medicine, dan medication memiliki kesamaan kata dasar bahasa latin yaitu medicus yang berarti “untuk pengobatan”. Kata meditation ini kemungkinan didapat dari akar bahasa latin mederi yang berarti “untuk menyembuhkan”.

(26)

Saraydarian (2007) mengatakan meditasi adalah suatu proses pemekaran batin (inner blooming), suatu proses pengisian wahana-wahana dalam tubuh dengan energy spiritual. Energi ini meregenerasi tubuh, membersihkan wahana emosional, dan memurnikan pikiran manusia sehingga membuat seseorang tampak lebih muda, hati masuk kea lam kedamaian dan pikiran menjadi lebih tajam dan berjangkauan lebih luas.

Dari beberapa definisi meditasi di atas, dapat disimpulkan meditasi adalah suatu kegiatan mental guna meningkatkan kesadaran, yang mempengaruhi proses penyembuhan dan pemulihan dari seluruh tubuh, pikiran, dan jiwa serta memurnikan pikiran sehingga tercipta kedamaian dan ketenangan dalam pikiran, membuat pikiran menjadi lebih tajam dan berjangkauan lebih luas dan hati masuk ke alam kedamaian.

B. MEDITASI BUKA HATI

Meditasi buka hati diajarkan dan disebarluaskan oleh Yayasan Padmajaya yang berpusat di Jakarta. Cabang Yayasan Padmajaya sudah ada di beberapa kota di Indonesia bahkan mulai meluas ke mancanegara. Metode yang digunakan untuk mengajarkan meditasi ini yaitu dengan mengadakan lokakarya dan diadakan retret untuk lebih mendalaminya.

(27)

dan pasrah kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena Tuhanlah tujuan hidup satu-satunya dan hanya berkat Tuhanlah yang terbaik. (Effendi, tanpa tahun)

Kunci penting dalam berlatih meditasi buka hati adalah santai, senyum lepas, dan pasrah (tidak membiarkan otak bekerja secara berlebihan) dengan begitu kita akan mencapai hasil yang terbaik. Santai sebab hanya disaat santai dominasi otak berkurang sehingga dapat membiarkan perasaan hati bekerja, senyum lepas sebab dengan tersenyum lepas maka perasaan hati akan menjadi lebih kuat, dan pasrah sebab hanya disaat otak tidak bekerja secara berlebihan, hati tidak ditahan oleh otak. (Effendi, 2006)

(28)

Sang Pencipta. Oleh karena keberadaan zat Sang Pencipta di dalam hati, maka hati dapat terhubung kepada Tuhan dan menjadi kunci hubungan manusia kepada Tuhan. (Effendi, 2006)

Ada dua tingkatan dalam meditasi ini, yaitu :

1) Tingkat 1, untuk mengenal hati, menguatkan, dan membuka hati supaya hati lebih terbuka dan terhubung kepada Tuhan YME. Pada tingkat ini kita para meditator mulai dapat mempergunakan hati secara sadar untuk berbagai kegiatan tertentu.

2) Tingkat 2, membuka hati lebih lanjut dan dapat mempergunakan hati dalam hampir semua

kegiatan.

Dalam penelitian ini, orang-orang yang melakukan meditasi buka hati disebut meditator dan orang-orang yang sama sekali tidak melakukan meditasi disebut non-meditator.

C. EMOSI

a. Pengertian Emosi

Dalam masyarakat, emosi lazim dipahami sebagai marah. Namun pendapat itu salah, emosi bukan hanya rasa marah saja, ada sedih, gembira, kecewa, semangat, benci, dan cinta.

(29)

terang. Emosi mengubah orang apatis menjadi aktivis. Emosi merupakan kekuatan luar biasa, siap untuk dibangunkan dan dimanfaatkan oleh mereka yang tahu caranya.

Menurut Widjokongko (1996), emosi adalah bahasa komunikasi dalam diri kita dan kita perlu mempelajari maknanya. Menurutnya, kita harus menemukan makna positif di balik berbagai emosi dan perasaan yang ada dalam diri, kita perlu mengerti makna dari emosi sehingga dapat bertindak dengan bijaksana. Dengan demikian, emosi bukanlah lawan, melainkan kawan yang akan banyak membantu dalam menghadapi berbagai macam persoalan hidup.

Lazarus, seorang professor dari Universitas California yang telah malang melintang dalam penelitian emosi, mengutip definisi emosi dari para pendahulunya seperti Hillman dan Drever sebagai berikut : (dalam Hude, 2006)

Emosi : Dilukiskan dan dijelaskan secara berbeda oleh para psikolog, namun semua sepakat bahwa emosi adalah bentuk yang kompleks dari organisme,

yang melibatkan perubahan fisik dari suatu karakter (misal dalam bernafas, denyut nadi, produksi kelenjar, dsb) dan, dari sudut mental, adalah suatu keadaan senang

atau cemas, yang ditandai adanya perasaan yang kuat, dan biasanya dorongan menuju bentuk nyata dari tingkah laku. Jika emosi itu sangat kuat akan terjadi

(30)

Hude (2006) mendefinisikan emosi sebagai suatu gejala psiko-fisiologis yang menimbulkan efek pada persepsi, sikap, dan tingkah laku, serta diwujudkan dalam bentuk ekspresi tertentu. Emosi dirasakan secara psiko-fisiologis karena terkait langsung dengan jiwa dan fisik manusia. Lebih lanjut lagi dalam Hude (2006) dikatakan bahwa emosi adalah sesuatu yang dirasakan pada saat terjadinya, bersifat fisiologis dan berbasis pada perasaan emosional. Emosi juga menimbulkan efek pada persepsi, pemikiran, dan perilaku dan menimbulkan dorongan atau motivasi.

Pendapat yang hampIr sama dikatakan oleh Hurlock (1967). Ia mengatakan emosi adalah sumber dari motivasi, semua emosi mendorong individu melakukan aksi. Emosi juga merupakan sumber kenikmatan, sebagai contoh seseorang yang merasa lelah oleh rutinitas sehari-hari akan memasuki tahap relaksasi yang selalu dapat dinikmati.

Magoenprasodjo (2005) mengatkan emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu atau setiap keadaan mental (psikologis) yang hebat atau meluap-luap.

(31)

Berdasar pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan emosi adalah perasaan dalam diri manusia, merupakan sumber motivasi yang diwujudkan dalam bentuk ekspresi tertentu dan menimbulkan efek pada persepsi, sikap, dan tingkah laku.

b. Teori Emosi

Teori James-Lange merupakan perpaduan teori dari William James dan Carl Lange. Lange (dalam Hude, 2006) mengemukakan bahwa emosi identik dengan perubahan-perubahan dalam sistem peredaran darah. Pendapat ini kemudian dikembangkan oleh James dengan mengatakan bahwa emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respon terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari luar. Dapat disimpulkan bahwa teori James-Lange menempatkan aspek persepsi terhadap respon fisiologis yang terjadi ketika ada rangsangan datang sebagai pemicu emosi yang dialami manusia.

(32)

dengan perubahan fisiologis terjadi secara simultan. Bisa saja perubahan fisiologis muncul belakangan, tapi selisihnya sangat tipis. Menurut teori ini, tidak mungkin terjadi perubahan faali yang menyebabkan kemunculan emosi sebagaimana deskripsi teori James-Lange. (dalam Hude, 2006)

Teori Schachter-Singer menempatkan kognisi pada posisi yang sangat menentukan. Teori ini meyakini bahwa emosi merupakan fungsi interaksi antara faktor kognitif dan keadaan keterbangkitan fisiologis. Teori Schachter-Singer sering pula disebut sebagai two-factor theory of emotion, karena teori ini didasarkan pada dua hal yang terjadi, yakni perubahan fisiologis. (dalam Hude, 2006)

c. Bentuk-bentuk Emosi

Mangoenprasodjo (2005) menguraikan bentuk-bentuk emosi yang sering dialami sebagai berikut :

1) Takut

(33)

2) Khawatir

Khawatir ini merupakan bentuk ketakutan, tetapi lebih bersifat imajiner atau khayalan. Kekhawatiran muncul kalau intensitas katakutan meningkat. Misalnya, khawatir kalau kita tidak berhasil melakukan sesuatu atau tidak lulus ujian.

3) Marah

Marah bersifat sosial dan biasanya terjadi jika mendapat perlakuan tidak adil atau tidak menyenangkan dalam interkasi sosial. Marah membuat kita menjadi tertekan. Saat kita marah denyut jantung kita bertambah cepat dan tekanan darah naik. Napas pun tersengal dan pendek, serta otot menegang.

4) Sebal

Sebal terjadi kalau kita merasa terganggu, tetapi tidak sampai menimbulkan kemarahan dan cenderung tidak menimbulkan tekanan bagi kita. Sebal akan muncul berkaitan dengan hubungan antar pribadi, misalnya kita sebal melihat teman atau si pacar yang tidak perhatian. 5) Frustasi

(34)

sendiri. Konsekuensi frustasi dapat menimbulkan perasaan rendah diri. Kita dianggap mampu memberikan respon positif terhadap rasa frustasi kalau mampu memahami sumber-sumber frustasi dengan logis. Namun, reaksi yang negatif juga dapat muncul dalam bentuk agresi fisik dan verbal, pengalihan kemarahan pada objek lain, serta penghindaran terhadap sumber persoalan atau realitas hidupnya.

6) Cemburu

Merupakan suatu keadaan ketakutan yang diliputi kemarahan. Perasaan ini muncul dikarenakan perasaan tidak aman dan takut status atau posisi kita akan digantikan oleh orang lain. Yang paling sering kita alami adalah cemburu kalau melihat cowok atau cewek kita dekat sama orang lain ataupun kalau sahabat kita mulai dekat dengan teman lain.

7) Iri Hati

(35)

8) Dukacita

Dukacita merupakan perasaan galau atau depresi yang tidak terlalu berat, tetapi mengganggu individu. Keadaan ini terjadi bila kita kehilangan sesuatu atau seseorang yang sangat berarti buat kita. Kalau dialami dalam waktu yang panjang dan berlebihan akan menyebabkan kerusakan fisik dan psikis yang cukup serius hingga depresi.

9) Afeksi atau Kasih Sayang

Afeksi adalah keadaan emosi yang menyenangkan dan objeknya lebih luas, memiliki intensitas yang tidak terlalu kuat (tidak sekuat cinta), dan berkaitan dengan rasa ingin dimiliki dan dicintai.

10)Bahagia

(36)

D. PENGENDALIAN EMOSI

a. Pengertian Pengendalian Emosi

Rasa marah, kesal, sebal, sedih, atau gembira adalah hal yang wajar yang tentunya sering dialami meskipun tidak setiap saat. Pengungkapan emosi itu ada juga aturannya. Supaya bisa mengekpresikan emosi secara tepat, kita perlu pengendalian emosi. Hurlock (1980) mengatakan pengendalian bukan berarti menekan atau menghilangkan, melainkan belajar untuk mengatasi situasi dengan sikap rasional, untuk merespon secara realistik, tidak secara emosional. Hurlock (1980) menambahkan pengendalian emosi sendiri berarti mengendalikan overt expression atau perilaku yang tampak, dalam bentuk motor ataupun verbal, terhadap emosi yang tidak dapat diterima secara sosial.

Mangoenprasodjo (2005) juga berpendapat pengendalian emosi ini bukan merupakan upaya untuk menekan atau menghilangkan emosi melainkan :

1) Belajar menghadapi situasi dengan sikap rasional.

2) Belajar mengenali emosi dan menghindari dari penafsiran yang berlebihan terhadap situasi yang dapat menimbulkan respons emosional.

(37)

proporsional, sesuai dengan situasinya, serta dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungan sosial.

4) Belajar mengenal, menerima, dan mengekspresikan emosi positif (senang, sayang atau bahagia) dan negative (khawatir, sebal, sedih, atau marah).

5) Belajar menunda pemuas kebutuhan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian emosi bukan berarti kita melawan atau berusaha menghilangkan dan menekan emosi melainkan kita belajar untuk memahami den mengenal emosi baik dari perasaan maupun pikiran dan mengontrol ekspresi yang muncul sehingga dapat bertindak sesuai dengan diri dan lingkungannya.

b. Ketrampilan Mengendalikan Emosi

Mangoenprasodjo (2005) mengatakan kegagalan mengendalikan emosi terjadi karena seseorang kurang mau berusaha menilai sesuatu dengan kepala dingin. Karena itu, ketrampilan mengendalikan emosi diperlukan. Ketrampilan itu antara lain :

1) Mengenali dan mendefinisikan perasaan yang muncul.

(38)

3) Mengelola perasaan. 4) Mengandalikan diri sendiri. 5) Mengurangi stress.

6) Mengetahui perbedaan antara perasaan dan tindakan.

Thompson (1994) mendefinisikan regulasi-emosi (mengelola emosi) sebagai kemampuan untuk memonitor, mengevaluasi dan memodifikasi reaksi emosional individu untuk mencapai tujuan individu tersebut. Indikator dari regulasi emosi adalah sebagai berikut :

1) Kemampuan memonitor (emotions monitoring) yaitu kemampuan individu untuk menyadari dan memahami keseluruhan proses yang terjadi di dalam dirinya, perasaannya, pikirannya, dan latar belakang dari tindakannya. Aspek ini merupakan dasar dari seluruh aspek lainnya, yang berarti kesadaran-diri ini akan mebantu tercapainya aspek-aspek yang lain. Arti lainnya adalah individu mampu terhubung dengan emosi-emosinya, pikiran-pikirannya dan keterhubungan ini membuat individu mampu menamakan dari setiap emosi yang muncul.

(39)

ini, khususnya emosi negatif seperti kemarahan, kesedihan, kecewa, dendam, dan benci akan membuat individu tidak terbawa dan terpengaruh secara mendalam, sehingga mengakibatkannya tidak mampu lagi berpikir rasional. Sebagai contoh ketika individu mengalami perasaan kecewa dan benci, dia kemudian mampu menerima perasaan tersebut apa adanya, tidak berusaha menolaknya dan kemudian berusaha menyeimbangkan emosi tersebut secara konstruktif. Misalnya melihat peristiwa yang menimbulkan kekecewaan dan kebencian dari sudut pandang yang lebih positif, mengambil hikmah di balik masalah tersebut atau mencoba untuk memaafkan diri sendiri atau orang lain yang terlibat dalam masalah tersebut. Akibatnya dia mampu meredakan kekecewaannya dan kebenciannya tersebut, sehingga tidak berlarut-larut terombang-ambing dalam kekecewaan dan kebencian.

(40)

membebaninya, mampu untuk terus berjuang ketika menghadapi hambatan yang besar, tidak pernah mudah putus asa dan kehilangan harapan.

Kemampuan regulasi-emosi atau ketrampilan mengelola emosi menjadi penting bagi individu untuk dapat efektif dalam melakukan coping terhadap berbagai masalah yang mendorongnya mengalami kecemasan dan depresi. Individu yang mampu mengelola emosi-emosinya dengan efektif, akan lebih memiliki daya tahan untuk tidak terkena kecemasan dan depresi. Terutama jika individu mampu mengelola emosi-emosi negatif yang dialaminya seperti perasaan sedih, marah, benci, kecewa, atau frustasi. (Goleman, 1995)

c. Model Pengendalian Emosi

Menurut Hude (2006) emosi yang muncul, terutama emosi negative, dipicu oleh konflik dan stress. Oleh karena itu, pengendalian emosi sangat penting untuk mereduksi ketegangan yang timbul akibat emosi yang memuncak. Ada beberapa model (bentuk) pengendalian emosi, antara lain :

(41)

2) Model cognitive adjustment, yaitu penyesuaian antara pengalaman dan pengetahuan yang tersimpan (kognisi) dengan upaya memahami masalah yang muncul. Model ini meliputi atribusi positif, empati, dan altruism.

3) Model coping, yaitu dengan menerima atau menjalani segala hal yang terjadi dalam kehidupan, meliputi syukur-sabar, pemberian maaf, dan adaptasi.

4) Model lain-lain seperti regresi, represi, dan relaksasi.

d. Faktor yang Mempengaruhi pengendalian emosi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengendalian emosi seseorang, yaitu :

1) Kecerdasan emosional

(42)

2) Usia

Teori sosiokognitif berpendapat bahwa seiring bertambahnya usia terjadi peningkatan kemampuan dalam memahami dan mengontrol atau mengendalikan emosi karena pengalaman seseorang dapat mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk memahami, mengantisipasi, dan bereaksi terhadap respon emosional orang lain (Age and the understanding of emotion, 2002).

Dari 2 faktor di atas hanya faktor usia yang dikendalikan dalam penelitian ini. Faktor usia dikontrol dengan memilih subjek yang berusia 21 tahun ke atas atau orang dewasa. Kecerdasan Emosi tidak dikendalikan sebab variabel tergantung dalam penelitian ini, yaitu pengendalian emosi termasuk dalam salah satu kemampuan kecerdasan emosi.

Dalam penelitian ini, pengendalian emosi yang dilakukan adalah pengendalian emosi negatif dan positif. Emosi negatif adalah hal yang tidak menyenangkan seperti sedih, marah, iri sedang emosi positif adalah perasaan yang menyenangkan seperti bahagia, senang, dan sayang.

E. PERBEDAAN PENGENDALIAN EMOSI MEDITATOR DAN NON-MEDITATOR

(43)

dapat dirasakan manusia, antara lain marah, sedih, sebal, iri (emosi negatif) dan senang, bahagia, sayang (emosi positif). Manusia terkadang sulit mengendalikan emosinya, bahkan mereka cenderung dikuasai emosinya. Oleh sebab itu, manusia mencari cara untuk dapat mengendalikan emosinya, baik itu emosi positif ataupun negatif. Menurut Mangoenprasodjo (2005) mengendalikan emosi berarti belajar. Belajar di sini berarti belajar menghadapi situasi dengan sikap rasional, belajar mengenali emosi dan menghindari penafsiran yang berlebihan terhadap situasi yang dapat menimbulkan respons emosional, bagaimana memberikan respon terhadap situasi tersebut dengan pikiran maupun emosi yang tidak berlebihan atau proporsional, sesuai dengan situasinya, serta dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungan sosial, belajar mengenal, menerima, dan mengekspresikan emosi positif (senang, sayang atau bahagia) dan negatif (khawatir, sebal, sedih, atau marah) dan belajar menunda pemuasan kebutuhan. Salah satu cara untuk memudahkan pengendalian emosi adalah dengan melakukan meditasi.

(44)

santai, pasrah, dan senyum. Keadaan ini membuat kesadaran mereka untuk selalu mengendalikan emosi meningkat dan mengarahkan mereka untuk selalu berbuat baik. Hasil-hasil latihan ini membantu meditator untuk mengendalikan emosi dengan lebih baik bila menghadapai situasi yang memicu timbulnya emosi.

(45)

SKEMA DINAMIKA PERBEDAAN PENGENDALIAN EMOSI MEDITATOR DAN NON-MEDITATOR

Subjek

Meditator Non-meditator

↓ ↓

↓ ↓

↓ ↓

↓ ↓

Tidak melakukan latihan meditasi apapun

Kesadaran mengendalikan emosi meningkat dan menjadi lebih baik

Peningkatan kesadaran kurang

Berhadapan dengan situasi yang memicu emosi

Berhadapan dengan situasi yang memicu emosi

Emosi muncul langsung disadari, kemudian di monitor, dievaluasi, dan dimodifikasi

Emosi muncul tidak langsung disadari sehingga kurang mampu mengendalikan emosi - Secara teratur

melakukan latihan meditasi

(46)

F. HIPOTESIS

(47)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif mencari perbedaan.

Tujuannya untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pengendalian emosi antara

meditator dan non-meditator.

B. IDENTIFIKASI VARIABEL

Variabel independent : meditator dan non-meditator.

Variabel dependent : pengendalian emosi.

C. DEFINISI OPERASIONAL

1. Pengendalian emosi

Pengendalian emosi adalah seseorang belajar untuk memahami dan

mengenal emosi baik dari perasaan maupun pikiran dan mengontrol

ekspresi yang muncul sehingga dapat bertindak sesuai dengan diri dan

lingkungannya.

Mempunyai indikator sebagai berikut :

(48)

terjadi di dalam dirinya, perasaannya, pikirannya, dan latar belakang dari tindakannya.

b. Kemampuan mengevaluasi emosi (emotions evaluating) yaitu kemampuan individu untuk mengelola dan menyeimbangkan emosi-emosi yang dialaminya.

c. Kemampuan memodifikasi (emotions modifications) yaitu kemampuan individu untuk mengubah emosi sedemikian rupa sehingga mampu memotivasi diri terutama ketika individu berada dalam keadaan putus asa, cemas, dan marah. Kemampuan ini kemudian membuat individu mampu menumbuhkan optimism dalam hidupnya.

Skor pengendalian emosi diperoleh dari skor total Skala pengendalian emosi. Semakin tinggi skor total maka skala subjek mempunyai pengendalian emosi yang baik, dan apabila skor total skala rendah, subjek memiliki pengendalian emosi yang buruk.

2. Meditator dan non-meditator a. Meditator

(49)

lebih tinggi. Diketahui dengan menanyakan hal tersebut kepada subjek.

b. Non-meditator

Non-meditator adalah laporan subjek bahwa dirinya sama sekali tidak melakukan meditasi jenis apapun.

D. SUBJEK PENELITIAN

(50)

E. ALAT PENGUMPUL DATA

Alat ukur yang digunakan untuk mengungkap variabel pengendalian emosi berupa skala pengendalian emosi yang disusun peneliti berdasar indikator yang diungkapkan oleh Thompson (1994). Jumlah aitem 36 butir, terdiri dari empat alternatif jawaban. Skala yang dipergunakan adalah skala Likert dengan nilai 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = setuju, 4 = sangat setuju.

Aitem-aitem disusun dengan pernyataan favourable dan unfavourable. Aitem favourable adalah aitem yang mengarah sejauh mana pengendalian emosi diterapkan, sedangkan aitem unfavourable adalah aitem yang tidak menunjukkan pengendalian emosi diterapkan.

F. VALIDITAS DAN RELIABILITAS 1) Validitas

(51)

Validitas isi dibagi menjadi 2, yaitu validitas muka dan validitas logik. Validitas muka dilihat apakah tampilan alat ukur tersebut meyakinkan dan berkesan mampu mengukur apa yang hendak diungkap. Validitas logik diperiksa melalui kesesuain aitem dengan tabel spesifikasi skala sehingga skala hanya berisi aitem-aitem yang relevan.

2) Seleksi Aitem

Seleksi aitem bertujuan untuk mendapatkan aitem-aitem yang layak digunakan untuk penelitian. Kelayakan aitem total mengacu pada korelasi aitem total. Koefisien korelasi aitem total ≥ 0,3 berarti aitem layak digunakan dan koefisien korelasi ≤ 0,3 berarti aitem tidak layak digunakan dalam penelitian (Azwar, 2000).

Analisis aitem untuk skala pengendalian emosi yang diujikan pada 50 subjek tryout diperoleh korelasi aitem total yang berkisar antara -0,613 sampai 0,613. Hasil tersebut menunjukkan sebanyak 13 aitem gugur dan 23 aitem tersisa. Aitem yang gugur berasal dari indikator kemampuan memonitor emosi sebanyak 5 aitem, dari indikator kemampuan mengevaluasi emosi sebanyak 4 aitem, dan dari indikator kemampuan memodifikasi emosi sebanyak 4 aitem.

(52)

1 aitem kembali gugur dan 22 aitem yang layak digunakan pada skala pengendalian emosi. Aitem yang gugur berasal dari indikator kemampuan memodifikasi emosi.

Setelah itu, aitem tersisa diujikan kembali pada 50 subjek yang berbeda dan diperoleh korelasi aitem total yang berkisar antara 0,311 sampai 0,619. Hasilnya tidak ada aitem yang gugur dan seluruh aitem layak digunakan pada skala pengendalian emosi.

3) Reliabilitas

Azwar (2000) menyatakan bahwa reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Tinggi rendahnya reliabilitas alat ukur ini ditunjukkan oleh koefisien reliabilitas. Semakin tinggi koefisien reliabilitas maka semakin baik alat ukur tersebut. Nilai koefifien reliabilitas diperoleh melalui pendekatan konsistensi internal, yakni memberikan satu kali tes pada sekelompok subjek penelitian. Penghitungan nilai koefisien reliabilitas menggunakan koefisien alpha Cronbach dalam program SPSS versi 13.0.

(53)

diperoleh hasil akhir dengan reliabilitas 0,865. Hal ini berarti skala yang digunakan dalam skala pengendalian emosi reliabel.

G. ANALISIS DATA

(54)

Tabel 1. Item pengendalian emosi sebelum pengujian

Indikator

Nomer item Jumlah item Total item (%) Favourable Unfavourable Favoura

ble Unfavou rable Kemampuan memonitor emosi

1, 7, 13, 19, 25, 31

4, 10, 16, 22,

28, 34 6 6

12 (33,33 %) Kemampuan

mengevaluasi emosi

5, 11, 17, 23, 29, 35

2, 8, 14, 20,

26, 32 6 6

12 (33,33 %) Kemampuan

memodifikasi emosi

3, 9, 15, 21, 27, 33

6, 12, 18, 24,

30, 36 6 6

12 (33,33 %)

Total 18 18 36

(100%)

Tabel 2. Item pengendalian emosi sesudah pengujian

Indikator

Nomer item Jumlah item Total item (%) Favourable Unfavourable Favoura

ble Unfavou rable Kemampuan memonitor emosi

19, 31 10,16,22,

28, 34 2 5

7 (33,33 %) Kemampuan

mengevaluasi emosi

11, 17, 29 2, 14, 20, 26,

32 3 5

8 (33,33 %) Kemampuan

memodifikasi emosi

9, 15, 21,

27 6, 12, 30 4 3

7 (33,33 %)

Total 9 13 22

(55)

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. ORIENTASI KANCAH PENELITIAN

Yayasan Padmajaya didirikan oleh Bapak Irmansyah Effendi.

Yayasan ini mengajarkan dan mengembangkan meditasi Buka Hati.

Meditasi buka hati mulai berkembang di Indonesia pada awal tahun

2000 dan mulai tersebar luas ke mancanegara pertengahan tahun 2000.

Saat ini sudah ada ribuan orang yang mendalami meditasi buka hati di

seluruh dunia.

Meditasi buka hati adalah meditasi dengan menggunakan doa

dan bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan YME. Inti dari

meditasi ini adalah santai, senyum, dan pasrah. Ajaran meditasi ini

tidak menganut ajaran suatu agama tertentu sehingga semua orang

dapat mempelajari meditasi ini dengan bebas. Hal ini membuat

penyebaran meditasi buka hati lebih mudah dan cepat karena dapat

diterima setiap orang.

B. PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 April hingga 27 April

2009 dengan membagikan sebanyak 50 skala penelitian. Sebanyak 25

subjek meditator didapat dengan membagikan skala pada saat subjek

(56)

orang-orang kantor, mahasiswa serta masyarakat yang bersedia mengisi angket dan belum pernah mengikuti meditasi.

C. DESKRIPSI DATA PENELITIAN

Sebanyak 22 item diujikan dalam penelitian ini. Dari 22 item sebanyak 9 item favourabel dan 13 item unfavourabel. Dari hasil pengujian didapatkan korelasi item total antara 0,311 dan 0,619 dan reliabilitas sebesar 0,865.

D. ANALISIS DATA

Sebelum melakukan uji t, ada uji asumsi yang harus dipenuhi terlebih dahulu, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Berikut ini pembahasan uji normalitas dan uji homogenitas

1. Uji Normalitas

(57)

Tabel 3. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan independent samples t-test dan didapatkan data penelitian yang homogen dengan nilai signifikansi 0,698 dan F = 0,153.

Tabel 4. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas

F Signifikansi 0,153 0,698

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan independen sample t-test. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan pengendalian emosi antara meditator dan non-meditator. Hasil t-test menunjukkan nilai t = 6,078 dan nilai p = 0,000 (p ≤ 0,05) yang berarti ada perbedaan pengendalian emosi yang signifikan antara meditator dan non-meditator. Nilai mean meditator = 74,52

Keterangan meditator Non meditator

Kolmogorov-Smirnov

0,718 0,770

Asymp. Sign (ρ). 2 tailed

(58)

dan mean non-meditator = 63,96 berarti pengendalian emosi meditator lebih tinggi daripada non-meditator.

Tabel 5. Hasil Uji t

Variabel t Sig. (2-tailed) df MD Pengendalian

emosi

6,078 0,000 48 10,560

E. PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan pengendalian emosi yang signifikan antara meditator dan non-meditator. Nilai mean meditator 74,52 lebih besar daripada non-meditator 63,96 menunjukkan bahwa pengendalian emosi meditator lebih tinggi daripada pengendalian emosi non-meditator. Meditator di sini adalah orang-orang yang melakukan meditasi buka hati. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengendalian emosi yang meliputi kemampuan memonitor emosi, kemampuan mengevaluasi emosi, dan kemampuan memodifikasi emosi pada meditator buka hati lebih tinggi daripada non-meditator

(59)

negatif, dan menciptakan ketenangan yang membawa pada efisiensi kerja, keterbukaan perasaan, penerimaan, dan membangkitkan kesadaran yang lebih tinggi di kehidupan sehari-hari.

Penelitian lain yang mendukung kelebihan meditasi adalah penelitian oleh Psikolog Universitas California, San Fransisco, Paul Ekman (dalam Lominto, 2003). Ia meneliti 15 orang guru yang mengikuti kursus meditasi selama 5 minggu. Para guru tersebut mengikuti sederetan tes psikologi sebelum dan sesudah pelatihan. Hasilnya adalah tanggapan-tanggapan emosional para subjek menjadi lebih positif setelah mengikuti pelatihan daripada sebelumnya.

Inti dari meditasi buka hati adalah santai, senyum, dan pasrah. Ketiga hal ini dapat dipraktekkan oleh masyarakat umum tanpa perlu melakukan latihan meditasi buka hati. Manfaat dari santai, senyum, dan pasrah telah banyak dibicarakan oleh peneliti-peneliti, salah satunya adalah Murray. Murray (2001) mengatakan belajar untuk menenangkan pikiran dan tubuh sangat penting untuk mengatasi stress. Salah satu caranya adalah belajar untuk bersantai atau relaksasi. Latihan relaksasi akan menghasilkan sebuah respon fisiologis yang dikenal dengan nama relaxation response, sebuah respon yang merupakan lawan dari stress response.

(60)

membuat fisik dan pikiran santai disarankan untuk mencoba duduk dengan punggung lurus tanpa memaksa dengan mata tertutup dan menarik nafas yang dalam tanpa memaksa. kemudian nafas dihembuskan pelan melalui mulut sambil berniat mengeluarkan ketegangan otak dan fisik. Cara ini diulangi beberapa kali hingga diri merasa santai dan dapat menikmati rasa santai tersebut. (Effendi, 2008)

(61)

45

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data, hasil penelitian ini adalah perbedaan pengendalian emosi yang signifikan antara meditator buka hati dan non-meditator. Hasil ini dapat dilihat dari t yang dihasilkan sebesar 6,078 dan signifikansi 0,000 (ρ ≤ 0,05). Pengendalian emosi meditator buka hati lebih tinggi dibandingkan dengan non-meditator, dapat dilihat dari mean sebesar 74,52 pada meditator dan mean sebesar 63,96 pada non-meditator.

B. SARAN

a. Bagi peneliti lain :

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti hal yang sama dengan penelitian ini disarankan dapat menggunakan jenis meditasi lain sebagai objek penelitiannya agar dapat diketahui apakah meditasi lain memiliki pengaruh pada pengendalian emosi seperti meditasi buka hati.

b. Bagi masyarakat :

(62)

Daftar Pustaka

Albin, R.S. (1986). Emosi : Bagaimana Mengenal, Menerima, dan Mengarahkannya. Yogyakarta : Kanisius.

Azwar, S. (2004). Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2000). Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2004). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Berkowitz, L. (1995). Emotional Behavior. Jakarta : PPM.

Bogart, G.(1991). The Use of Meditation In Psychotherapy - A Review of the Literature. The American Journal of Psychotherapy, Vol. XLV, No. 3,

1991, pp. 383?412, PubMedAbstract PMID 1951788.

Effendi, I. (2008). Hati : Mengenal, Membuka, dan Memanfaatkannya. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Effendi, I. (1999). Kesadaran JIwa : Teknik Efektif untuk Mencapai Kesadaran yang Lebih Tinggi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Effendi, I. (2003). Mencapai Tujuan Hidup yang Sebenarnya. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Effendi, I. (2008). Hati Nurani. Jakarta : Gramedia.

Goleman, D. (2006). Emotional Intelligence. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Gottman, J. & DeClaire, J. (2003). Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Hadi, S. (2001). Statistik : Jilid 1. Yogyakarta : Andi. Hadi, S. (2000). Satistik : Jilid 2. Yogyakarta : Andi.

Heider, K.G. (1991). Landscapes of Emotion : Mapping Three Cultures of Emotion in Indonesia. New York : Cambridge University Press.

(63)

Humphrey, N. (2000). Meditasi : Jalan ke Dalam Diri. Jakarta : Abdi Tandur. Hurlock, E. B. (2000). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan, editor oleh Drs. Ridwan Max Sijabat : Erlangga. Hurlock, E. B. (2003). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan, editor oleh Drs. Ridwan Max Sijabat : Erlangga. Krishna, A. (2006). Seni Memberdaya Diri : Meditasi dan Reiki untuk

Manajemen StressKesehatan Jasmani dan Rohani. Jakarta : Gramedia. Leech, N.L, Barret, K.C., & Morgan, G.A. (2005). SPSS for Intermediate

Statistics Use and Interpretation (ed. Ke-2). New Jersey : LEA.

Mangoenprasodjo, A.S. (2005). Self Improvement For Your Stress. Yogyakarta : Thinkfresh.

Murray, M.T. (2001). Stress-Relax : The Effective Nutritional System for a Calmer Life. Diunduh pada tanggal 30 Agustus 2009 dari

http://us.naturalfactors.com/pdf/ADM2831Stress RelaxColor_NoLifestylePic.pdf

Philips, B. (2004). Mengendalikan Emosi-emosi Anda Sebelum Mereka Menendalikan Anda. Batam : Interaksara.

Phillips, L.H, MacLean R.D.J & Allen R. (2002). Age and The Understanding of Emotions. Diunduh pada tanggal 30 November 2009 dari

http://psychsoc.gerontologyjournals.org/cgi/content/full/57/6/P526

Pokharna, H. Meditation. Diunduh tanggal 20 maret 2007 dari

http://books.google.co.id/books?id=bpBdWICdwtUC&pg=PA81&lpg=P8 1&dq=pokharna+meditation&source=bl&ots=ZKsHJA8Knl&sig=MnskUr LTydj36nb3yFlVPiMrzio&hl=id&ei=MYYDSyuDIGBkQWqkLC4AQ&s a=X&oi=book_result&ct=result&resnum=3&ved=0CBYQ6AEwAg#v=on epage&q=pokharna%20meditation&f=false

Read, K & Purse, M. (2009). What’s in a Smile?. Diunduh tanggal 30 Agustus 2009 dari http://bipolar.about.com/cs/humor/a/000802_smile.htm

Reymert. M.L (1950). Feelings and Emotions : The Mooseheart Symposium. New York : McGraw-Hill.

(64)

Supratiknya, A. (2007). Kiat Merujuk Sumber Acuan dalam Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta : Univeesitas Sanata Dharma.

Suryabrata, S. (2004). Metodologi Penelitian. Jakarta : RajaGrafindo Persada. Susan, O.S. (2000). Explanation for the Gender Differences in Expressing Emotions. Diunduh pada tanggal 30 november 2009 dari

http://ccat.sas.upenn.edu/plc/communication/soojin.htm

Thompson, G. (1994). Emotion Regulation: Theory & Reseach. USA : Jhon Wiley and Sons.

Wangmuba. (2009). Kematangan Emosi. Diunduh pada tanggal 30 November 2009 dari http://wangmuba.com/2009/04/12/kematangan-emosi

(65)

LAMPIRAN A

1. Reliability

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 50 98.0

Excluded(

a) 1 2.0

Total 51 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.837 36

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

item1 106.22 86.706 .247 .837

item2 105.72 85.022 .591 .826

item3 106.24 87.288 .310 .833

item4 105.70 88.255 .263 .835

item5 106.14 88.572 .250 .835

item6 105.62 88.036 .349 .832

item7 106.96 99.998 -.613 .857

item8 105.50 90.908 .098 .838

item9 106.34 85.576 .348 .832

item10 105.62 86.812 .502 .829

item11 106.22 84.542 .448 .829

item12 105.90 84.582 .530 .827

item13 105.76 89.492 .214 .836

item14 105.78 83.563 .613 .824

item15 105.68 84.712 .574 .826

item16 106.24 86.104 .327 .833

item17 105.76 85.247 .552 .827

item18 106.32 89.487 .158 .838

(66)

item20 106.28 84.124 .517 .827

item21 105.84 84.382 .600 .825

item22 105.80 85.633 .534 .828

item23 105.98 89.408 .157 .838

item24 105.84 88.178 .252 .835

item25 106.32 92.426 -.062 .845

item26 106.18 84.232 .480 .828

item27 105.72 86.410 .496 .829

item28 105.88 86.067 .474 .829

item29 105.76 88.921 .292 .834

item30 105.70 87.112 .456 .830

item31 105.72 87.104 .463 .830

item32 105.76 85.411 .611 .826

item33 106.86 90.204 .096 .840

item34 105.88 86.230 .522 .828

item35 105.88 88.557 .261 .835

item36 106.48 94.377 -.189 .849

(67)

Reliability

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 50 100.0

Excluded(

a) 0 .0

Total 50 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.890 23

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

item2 68.42 64.330 .649 .882

item3 68.94 67.037 .292 .891

item6 68.32 67.569 .342 .889

item9 69.04 64.978 .371 .890

item10 68.32 66.263 .523 .885

item11 68.92 64.769 .421 .888

item12 68.60 64.612 .517 .885

item14 68.48 63.316 .638 .882

item15 68.38 64.240 .610 .883

item16 68.94 65.609 .339 .891

item17 68.46 65.478 .510 .885

item19 68.80 64.612 .490 .886

item20 68.98 63.571 .559 .884

item21 68.54 63.968 .634 .882

item22 68.50 65.235 .552 .884

item26 68.88 64.026 .490 .886

item27 68.42 66.085 .496 .886

item28 68.58 65.555 .497 .886

item29 68.46 68.213 .300 .890

item30 68.40 65.837 .555 .885

item31 68.42 66.942 .434 .887

item32 68.46 65.478 .581 .884

(68)

Reliability

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 50 100.0

Excluded(

a) 0 .0

Total 50 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.865 22

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

aitem1 65.88 60.679 .416 .860

aitem2 66.02 58.918 .526 .856

aitem3 66.08 60.524 .319 .864

aitem4 65.96 60.080 .445 .859

aitem5 66.40 60.490 .335 .864

aitem6 66.08 60.565 .413 .860

aitem7 65.86 60.082 .408 .861

aitem8 65.82 59.253 .617 .854

aitem9 66.42 58.902 .429 .860

aitem10 66.18 60.028 .311 .866

aitem11 66.06 61.445 .341 .863

aitem12 66.46 58.743 .520 .857

aitem13 65.98 58.673 .619 .854

aitem14 66.12 58.761 .511 .857

aitem15 66.52 58.173 .465 .859

aitem16 65.94 60.425 .515 .858

aitem17 66.10 59.276 .582 .855

aitem18 66.08 61.014 .416 .860

aitem19 65.90 60.582 .521 .858

aitem20 65.94 61.486 .346 .862

aitem21 66.08 61.626 .351 .862

(69)

2. UJI NORMALITAS

Meditator

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pengendalian Emosi

N 25

Normal Parameters(a,b)

Mean 74.52

Std. Deviation 5.687 Most Extreme

Differences

Absolute .144

Positive .074

Negative -.144

Kolmogorov-Smirnov Z .718

Asymp. Sig. (2-tailed) .681 a Test distribution is Normal.

b Calculated from data.

Non Meditator

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pengendalian Emosi

N 25

Normal Parameters(a,b)

Mean 63.96

Std. Deviation 6.567 Most Extreme

Differences

Absolute .154

Positive .154

Negative -.113

Kolmogorov-Smirnov Z .770

Asymp. Sig. (2-tailed) .594 a Test distribution is Normal.

(70)

Group Statistics

subjek N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

aitem_tot meditator 25 74.52 5.687 1.137

non-meditator 25 63.96 6.567 1.313

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

Std. error difference

95% confidence interval of the difference

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Mean

difference Lower Upper

aitem_tot Equal variances

assumed .153 .698 6.078 48 .000 10.560 1.737 7.067 14.053

Equal variances

not assumed 6.078 47.040 .000 10.560 1.737 7.065 14.055

(71)

Skala Penelitian

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Nama (tidak wajib) :

Umur :

Jenis kelamin :

Mengikuti meditasi/sejenisnya : (ya/tidak) Mengikuti meditasi buka hati : (ya/tidak) Telah mengikuti meditasi

Buka hati selama :

Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, perkenankanlah saya memohon

kesediaan Anda untuk mengisi skala penelitian berikut ini.

Skala ini mengenai pengendalian emosi. Setiap skala berisi

pernyataan-pernyataan dan saya harapkan diisi dengan jawaban yang sejujur-jujurnya sesuai dengan kondisi Anda saat ini. Jawaban tidak ada penilaian benar dan salah, serta usahakan agar semua pernyataan tidak ada yang terlewatkan.

Hasil dari angket ini akan digunakan untuk keperluan penelitian sebagai tugas

akhir kuliah saya di fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Semua

informasi Anda terjamin kerahasiannya. Saya ucapkan terima kasih atas kesediaan

anda mengisi angket ini.

Hormat Saya,

Nikolas Aditya

(72)

Petunjuk Pengisian:

Harap Anda membaca dan memahami baik-baik setiap pernyataan berikut ini.

Anda diminta untuk menanggapi apakah pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan

diri Anda, dengan cara memberi tanda centang ( √ ) pada salah satu pilihan jawaban yang

tersedia, yaitu :

STS

: Bila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan yang Anda alami

TS

: Bila pernyataan tersebutTidak Sesuai dengan yang Anda alami

S

: Bila pernyataan tersebut Sesuai dengan yang Anda alami

SS

: Bila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan yang Anda alami

Jawaban setiap orang bisa berbeda-beda sesuai keadaanya masing-masing dan

jawaban tersebut tidak ada yang dinilai benar atau salah. Periksalah kembali semua

jawaban anda dan pastikan tidak ada yang terlewatkan.

No. Pertanyaan

STS

TS S SS

1

Saya dapat merasakan kemarahan dalam diri saya

2

Saat marah, saya menggerutu seharian

3

Kekecewaan justru membuat saya makin terpacu untuk

melakukan yang terbaik.

4

Saya bingung apakah saya benar-benar merasa gembira saat

(73)

amarah itu hilang

6

Kekecewaan membuat saya kehilangan semangat untuk

melakukan yang terbaik

7

Bila saya merasa lesu, letih dan tidak bersemangat pertanda

bahwa saya akan mengalami sebuah hari yang sedih

8

Jika saya membenci seseorang, saya enggan berbicara

dengan orang itu sampai kapanpun

9

Saya mengubah rasa benci pada orang lain menjadi

semangat untuk lebih berprestasi

10

Saya sulit membedakan apakah saya sedang marah atau

sedih

11

Saya berusaha tetap tenang saat berbicara dengan orang

yang saya benci

12

Saat saya membenci seseorang, saya selalu berpikir untuk

menjatuhkan orang itu

13

Saya tahu bila saya merasa ketakutan

14

Saat saya sedih, saya menangis semalam suntuk

15 Saya tetap tenang dan percaya bahwa saya akan

menemukan cara atau jalan keluar dalam situasi sesulit

(74)

16

Saya tidak menyadari perasaan yang muncul saat bertemu

dengan orang yang sebenarnya saya benci

17

Ketika saya merasa sedih, saya berusaha agar jangan

sampai kesedihan saya berlarut-larut

18 Saat saya merasa cemas, biasanya saya gagal menemukan

jalan keluar permasalahan saya

19

Saya menyadari bahwa saya pasti menyesal jika telah

berbuat salah

20

Saya selalu menghindari dan menjauhi hal yang saya takuti

21

Ketika gagal, saya berjanji pada diri saya untuk terus maju,

pantang putus asa

22

Saya bingung mengapa tubuh saya merasa letih, lesu dan

tidak bersemangat

23

Saya berusaha mengatasi rasa takut agar pikiran saya tidak

terpengaruh

24

Saya terlalu putus asa untuk memulai kembali sehingga

saya gagal untuk maju

(75)

membuat saya lemas

27 Saya dapat mengatasi kesedihan sehingga saya dapat

menatap masa depan yang lebih baik

28 Saya tidak menyadari kalau ternyata saya takut terhadap

sesuatu

29

Saya tetap mampu berpikir jernih dalam keadaan darurat

sehingga saya tetap tenang

30

Saya merasa sedih sampai merasa masa depan saya makin

suram

31

Saya tahu saya merasa gembira ketika saya tertawa

32

Saat saya frustrasi menunggu antrean yang panjang, saya

pulang dan mengomel terus

33

Rasa marah memberi saya dorongan atau energi untuk

berbuat sesuatu lebih baik

34

Saat berbuat salah saya sulit untuk memahami perasaan

saya

35 Saat saya merasa frustrasi dengan antrean yang panjang,

tetapi saya tetap bersabar dan mengantri

(76)

Skala Penelitian

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Nama (tidak wajib) :

Umur :

Jenis kelamin :

Mengikuti meditasi/sejenisnya : (ya/tidak) Mengikuti meditasi buka hati : (ya/tidak) Telah mengikuti meditasi

Buka hati selama :

Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, perkenankanlah saya memohon

kesediaan Anda untuk mengisi skala penelitian berikut ini.

Skala ini mengenai pengendalian emosi. Setiap skala berisi

pernyataan-pernyataan dan saya harapkan diisi dengan jawaban yang sejujur-jujurnya sesuai dengan kondisi Anda saat ini. Jawaban tidak ada penilaian benar dan salah, serta usahakan agar semua pernyataan tidak ada yang terlewatkan.

Hasil dari angket ini akan digunakan untuk keperluan penelitian sebagai tugas

akhir kuliah saya di fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyak

Gambar

Tabel 1. Item Pengendalian Emosi sebelum pengujian…………………….
Tabel 2. Item pengendalian emosi sesudah pengujian
Tabel 4. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas
Tabel 5.  Hasil Uji t

Referensi

Dokumen terkait

Suatu ruang vektor adalah suatu himpunan objek yang dapat dijumlahkan satu sama lain dan dikalikan dengan suatu bilangan, yang masing-masing menghasilkan anggota lain

Direksi memuji reformasi penentu atas subsidi energi di tahun 2015, termasuk rencana untuk subsidi listrik sebagai sasaran subsidi yang lebih baik, dan penggunaan ruang fiskal

terasa di awal tahun 2009, yang ditunjukkan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sebesar 4,1% (yoy) pada triwulan I-2009, melambat dibandingkan dengan triwulan

Pada kondisi awal, kemampuan pemecahan masalah siswa SMP N 1 Ngemplak masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh guru yang masih menerapkan strategi pembelajaran

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik

Aktualisasi diri yang terdapat dalam UKM Sepak Bola USU dapat dilihat dari kebutuhan fisiologis yang didapat oleh mahasiswa, kenyamanan berada dilingkungan

P Permanen: 2) P-O-P Temporer; dan 3) Media in store (di dalam toko). Bagi para manajer ritel penerapan Point-of-Purchase dilakukan karena keinginan untuk mencapai: 1) Hasil

Yang dimaksud dengan “kondisi krisis atau darurat penyediaan tenaga listrik” adalah kondisi dimana kapasitas penyediaan tenaga listrik tidak mencukupi kebutuhan beban di daerah