• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS melalui penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw : studi kasus siswa kelas VIII SMP Karitas Ngaglik - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS melalui penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw : studi kasus siswa kelas VIII SMP Karitas Ngaglik - USD Repository"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW Studi kasus: Siswa kelas VIII SMP Karitas Ngaglik

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Margareta Uduk Seran 051334001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW Studi kasus: Siswa kelas VIII SMP Karitas Ngaglik

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Margareta Uduk Seran 051334001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

PERSEMBAHAN

Karya kecilku ini kupersembahkan kepada Tuhan Yesus, keluarga besarku, para sahabatku yang telah menerima dan mencintai aku apa adanya

(6)

MOTTO

Kalau kita sendiri pernah lemah dan mengalami

kekacauan batin, kita dapat merasakan apa yang dialami

oleh orang lain.

(Butir-Butir Emas St.Vinsensius a Paulo, 24 Mei)

Manusia melihat hasil yang kita kerjakan, tetapi Allah

melihat alasan kita mengerjakannya

(Bdk kolose 1:10)

Orang yang mencoba melakukan sesuatu tapi gagal jauh

lebih baik ketimbang mereka yang tidak melakukan

(7)
(8)
(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan atas semua rahmat dan kasih-Nya yang senantiasa penulis rasakan lewat perhatian, dukungan, cinta dan kebaikan banyak orang terlebih mereka yang telah meluangkan waktu, pikiran, tenaga, materi untuk membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini dari lubuk hati yang terdalam penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada mereka yang secara langsung maupun tidak langsung dan dengan caranya masing-masing telah membantu penulis:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Laurentius, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi yang mengerti situasi penulis sekaligus mendukung, memacu semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih Pak, saya yakin ada tangan-tangan tidak kelihatan yang akan selalu merahmati, menuntun, setiap gerak langkah dalam menyelesaikan tugas setiap hari.

4. Bapak S. Widanarto, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang memahami situasi penulis dan telah berkenan mendampingi, meluangkan waktu, tenaga, pulsa, dan dengan penuh kesabaran membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. Terimakasih pak semoga Tuhan senantiasa memberkati usaha dan karya bapak.

(10)

6. Bapak A. Heri Nugroho, S.Pd.,M.Pd. Selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk menguji, membimbing, memberi kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.Si. yang juga mencoba mengerti situasi penulis dan telah merelakan waktu untuk bersharing dengan penulis.

8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Akuntansi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang tentunya telah banyak membantu dan membimbing penulis selama penulis kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

9. Bapak Wawik dan Ibu Aris selaku staf sekretariat PAK yang siap sedia melayani dan membantu urusan administrasi selama penulis kuliah hingga penyusunan skripsi ini.

10. Bapak Aluysius Riwi Widakdo S.Pd. selaku kepala Sekolah SMP Karitas Ngaglik yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SMP Karitas Ngaglik.

11. Bapak Drs. Yacobus Agus Budiyanto selaku guru mata pelajaran IPS yang telah bersedia membantu penulis dalam penelitian skripsi ini.

12. Para siswa-siswi SMP Karitas Ngaglik yang telah bersedia bekerja sama dalam penelitian skripsi ini.

13. Para suster KYM yang telah berjasa menyumbangkan tenaga, pikiran, waktu, materi dan banyak hal yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Terimakasih dan maaf atas keputusan yang mungkin mengecewakan.

(11)

15. Keponakan-keponakanku tercinta yang menjadi spirit bagi kuku untuk meyelesaikan skripsi ini. Khusus untuk Jefry, makasih ya sayang sudah bersedia meminjamkan komputernya untuk kuku.

16. Suster-Suster SPC, SsPS, FdCC (Sr. Udis, Sr. Lusi, Syirila, Tere, Agustin, Filo, Mia, Via, Denci, Kharita, Tarsi dll) terimakasih atas perhatian dan dukungannya.

17. Para sahabatku di biara MSF, CMF, CSSR, CMM, SSCC, Rm. Benso, Rm. Yosep, Rm. Hiro, Rm In, Rm. La Nike, Rm. Salvador, atas doa, perhatian dan dukungannya.

18. Fr. Relly dan Fr. Yano yang selalu meluangkan waktu ditengah-tengah kesibukannya untuk membantu banyak hal, mendukung, memotivasi, mengkritik walau kadang-kadang sedikit cerewet, membuat dongkol tetapi disyukuri sebagai cara Allah bekerja lewat orang-orang yang baik.he..he..he...terimakasih ya, maju terus kami mendoakan.

19. Teman-teman kos Menur 15: Dencia, Lorita, Indri, Putri, Ocha, Lina, Sari, Tina, Martha, Evin, Ela, Deci. Terimakasih banyak atas dukungan dan persahabatan yang terjalin. Kalian semua adalah sahabat, teman, adik yang telah mengajariku untuk mengerti situasi orang muda yang sesungguhnya tanpa ada yang harus di tafsir. Khusus untuk Lorita, Ita dan Indri...terimakasih adikku, ayo...tetap semangat.

20. Teman-teman PAK 05 yang dengan caranya masing-masing telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Yogyakarta, Maret 2010 Penulis

(12)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW Studi kasus pada siswa-siswi kelas VIII SMP Karitas Ngaglik

MARGARETA UDUK SERAN Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada peningkatan motivasi dan hasil belajar IPS siswa. Penerapan model pembelajaran ini dilakukan pada mata pelajaran IPS dengan pokok bahasan pelaku ekonomi di masyarakat serta pranata dan penyimpangan sosial. Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMP Karitas Ngaglik dengan jumlah siswa 18 orang.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif dalam beberapa siklus. Masing-masing variabel diukur dengan instrumen yang berbeda dan dilakukan dalam dua siklus. Motivasi diukur dengan lembar penilaian diri, sedangkan hasil belajar diukur dengan membandingkan nilai ulangan sebelum implementasi tindakan dan sesudah implementasi tindakan. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, lembar penilaian diri tentang motivasi dan dokumentasi. Lembar observasi terdiri dari dua jenis yakni lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Lembar penilaian diri memuat lima indikator motivasi yakni minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, semangat melaksanakan tugas, tangggung jawab melaksanakan tugas, rasa senang dan puas terhadap pelajaran, reaksi yang terhadap stimulus. Sedangkan dokumentasi disimpan dalam bentuk rekaman video yang berfungsi sebagai alat bantu untuk mendeskripsikan suasana kelas selama penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

(13)

ABSTRACT

THE EFFORTS IN UPGRADING THE MOTIVATION AND THE LEARNING RESULT OF SOCIAL SCIENCES STUDENTS BY THE APPLICATION OF JIGSAW TYPE THE COOPERATIVE

LEARNING METHOD

A Case Study on the 8th grade students of Karitas Junior High School MARGARETA UDUK SERAN

Sanata Dharma University Yogyakarta

2010

The aim of this research is to find out the effect of applying Jigsaw Type, the cooperative teaching model in upgrading the motivation and the learning result of social sciences students. This teaching model is applied on the subject study of social sciences with the economic agent in the society as the main discussion, and the institution and the social disorder. The subjects of this research are 18 students of the 8th grade students of Karitas Junior High School.

This research is a class action research, the research that combines the research procedures with a substantive action in several cycles. Each variable is measured by a different kind of instrument, and it is done in two cycles. The motivation is measured by the self-evaluation sheet, while the learning result is measured by comparing the test scores before and after the implementation. Instruments employed in this research are the observation sheet and the self-evaluation sheet of motivation and documentation. The observation sheet consists of two types: the observation sheet of teachers’ activities and observation sheet of students’ activities. The self-evaluation sheet contains of five motivation indicators: the students’ interest and attention toward the school subjects, students’ enthusiasm in doing the task, students’ responsibility in finishing the task, the pleasure and the satisfaction toward the school subjects, and the reaction toward the stimulus given. The documentation is recorded in the form of video recording which functions as the instrument to depict the class situation during the application of Jigsaw type the cooperative teaching method.

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

ABSTRAC ... xi

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI A. Model Pembelajaran Kooperatif Learning... 7

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... 17

C. Motivasi Belajar ... 20

(15)

E. Penelitian Tindakan Kelas ... 22

F. Kerangka Berpikir... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian ... 29

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 29

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 29

D. Variabel Penelitian ... 30

E. Indikator dan Pengukuran ... 30

F. Prosedur Penelitian ... 32

G. Instrumen Penelitian ... 37

H. Pembagian Peran Guru dan Peneliti... 38

I. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 39

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Sejarah Berdirinya SMP Karitas Ngaglik ... 41

B. Visi dan Misi SMP Karitas Ngaglik ... 41

C. Sistem Pendidikan dan Satuan SMP Karitas Ngaglik... 42

D. Kurikulum Satuan Pendidikan SMP Karitas Ngaglik... 43

E. Struktur Organisasi SMP Karitas Ngaglik ... 45

F. Sumber Daya Manusia SMP Karitas Ngaglik... 57

G. Siswa SMP Karitas Ngaglik... 52

H. Kondisi Fisik dan Lingsungan SMP Karitas Ngaglik ... 52

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Hasil Observasi ... 54

1. Sebelum Implementasi Tindakan... 54

a). Motivasi ... 54

(16)

2. Proses Implementasi Tindakan ... 56

a). Siklus I ... 56

b). Siklus II... 67

B. Analisis Dan Pembahasan ... 76

1. Siklus I ... 76

a). Motivasi ... 76

b). Hasil Belajar ... 77

2. Siklus II ... 79

a). Motivasi ... 79

b). Hasil Belajar ... 81

BAB VI. KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 89

B. Keterbatasan ... 90

C. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 94

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran kooperatif ... 13

Tabel 3.1 Kisi-kisi Motivasi Belajar Siswa... 31

Tabel 3.2 Penggolongan Skor Motivasi Belajar ... 32

Tabel 3.3 Pembagian Peran Guru dan Peneliti... 39

Tabel 4.1 Muatan Mata Pelajaran SMP Karitas Ngaglik... 44

Tabel 4.2 Jumlah Guru dan Jabatan di SMP Karitas Ngaglik... 51

Tabel 4.3 Jumlah Siswa SMP Karitas Ngaglik ... 53

Tabel 5.1 Hasil belajar Sebelum Implementasi Tindakan ... 55

Tabel 5.2 Hasil Observasi Guru Setelah Implementasi Tindakan Siklus I ... 65

Tabel 5.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Setelah Implementasi Tindakan Siklus I ... 65

Tabel 5.4 Hasil Observasi Guru Siklus II ... 74

Tabel 5.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 74

Tabel 5.6 Hasil Analisis Motivasi Siklus I... 76

Tabel 5.7 Rekap Hasil Analisis Motivasi Siklus I ... 77

Tabel 5.8 Hasil Analisis Ketuntasan Belajar Siklus I ... 78

Tabel 5.9 Hasil Analisis Motivasi belajar Siklus II ... 79

Tabel 5.10 Rekap Hasil Analisis Motivasr Siklus II... 80

Tabel 5.11 Hasil Analisis Ketuntasan Belajar Siklus II... 82

Tabel 5.12 Rangkuman Hasil Analisis Siklus I dan Siklus II ... 84

(18)

DAFTAR GAMBAR

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran………. 97

Lampiran 2 Lembar Pembagian Kelompok……… 111

Lampiran 3 Lembar Kerja Kuis... 113

Lampiran 4 Lembar Penilaian Diri tentang Motivasi………. 117

Lampiran 5 Analisis Tingkat Kesulitan Soal………. 119

Lampiran 6 Surat-surat……… 121

(20)

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Pendidikan di sekolah memiliki peranan yang sangat penting bagi

kehidupan dalam upaya mengembangkan sumber daya manusia, baik secara

individu maupun sosial. Karena itu, kegiatan belajar harus dapat membekali

peserta didik dengan kecakapan hidup yang sesuai dengan lingkungan hidup dan

kebutuhan peserta didik yang akan mereka hadapi selama mereka hidup.

Upaya pembekalan ini hanya akan efektif jika melibatkan secara aktif

kedua pihak pelaku pendidikan yakni guru dan peserta didik. Namun mengingat

para guru sebagai penanggungjawab pertama dan utama sebuah proses

pembelajaran di kelas maka keterlibatan peserta didik tergantung pula dari

ketepatan pemilihan dan penggunaan model serta metode pembelajaran oleh guru.

Al Muchtar (1991) dalam penelitiannya menemukan bahwa proses belajar

mengajar yang berlangsung dewasa ini tidak merangsang siswa untuk terlibat

secara aktif dan belum menumbuhkan budaya belajar di kalangan siswa. Masih

banyak guru yang belum memiliki kemampuan dan keterampilan memadai dalam

memilih serta menggunakan berbagai metode pembelajaran yang dapat

mengembangkan iklim pembelajaran yang kondusif bagi siswa. Bahkan, banyak

(21)

dasar pemilihan metode pembelajaran.

Ketidaktepatan pemilihan metode pembelajaran oleh guru akan

berdampak pada tidak sedikitnya jumlah siswa yang mengalami kesulitan untuk

ikut berpartisipasi dalam pelajaran di kelas. Proses belajar mengajar pun

berlangsung secara kaku, sehingga kurang mendukung proses pembekalan dan

pengembangan pengetahuan, prestasi belajar, sikap moral serta ketrampilan siswa.

Kesulitan pelibatan dan keterlibatan siswa tersebut terlihat pula di kelas

VIII SMP Karitas Ngaglik Yogyakarta sebagai subyek penelitian penulis.

Berdasarkan hasil observasi penulis pada tanggal 23 Juli 2009 pada umumnya

siswa kurang aktif. Mereka hanya menjawab pertanyaan kalau diajukan oleh guru

terhadap mereka secara pribadi. Selain itu, ada siswa yang sibuk dengan diri

sendiri, berbicara dengan teman semeja, bahkan ribut dan bernyanyi-nyanyi kecil

ketika guru sedang mengajar. Tampaknya siswa tidak berminat mengikuti proses

pembelajaran. Tidak terlihat adanya inisiatif dari para siswa untuk bertanya

kepada guru bahkan kalau pun mereka tidak mendengar dengan jelas apa yang

baru saja disampaikan oleh guru. Menurut guru mata pelajaran IPS motivasi

belajar siswa juga sangat kurang.

Kesulitan keterlibatan serta kurangnya motivasi belajar ini berpengaruh

juga pada prestasi belajar para siswa. Hal ini terlihat dari nilai ulangan, nilai ujian

mid, serta ujian akhir para siswa pada semester sebelumnya yang rata-rata di

bawah nilai 85. Untuk nilai ulangan satu orang siswa mendapat nilai 35, dua

(22)

siswa mendapat nilai 70, dan satu orang siswa mendapat nilai 90. Nilai ujian mid

semester hanya 1 orang siswa yang mendapat nilai 85, selebihnya di bawah 71,

bahkan ada yang mendapat nilai 30. Nilai ujian akhir hanya 1 orang mendapat

nilai 80 selebihnya di bawah 71. Berdasarkan hasil ujian para siswa pada semester

sebelumnya menurut penulis masih belum maksimal.

Penulis menduga bahwa motivasi belajar dan keberhasilan pembelajaran

sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan

menggunakan metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang kurang tepat dan

tidak variatif itulah yang ditemukan penulis dalam pengamatan di Kelas VIII

SMP Karitas Ngaglik. Guru cenderung memakai metode ceramah dalam

mengajar sehingga para siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran di kelas.

Dengan demikian, permasalahan pokoknya adalah bagaimana guru

memilih dan mengemas metode pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa

dalam proses pembelajaran di kelas. Mungkin guru sudah merasa mengajar

dengan baik, namun siswanya tidak belajar sehingga terjadi salah konsep antara

pemahaman guru yang mengajar berdasarkan target dengan misi pendidikan yang

mengacu pada pembekalan pengetahuan serta keterampilan kepada siswa sebagai

bekal dalam menjalani kehidupan bermasyarakat (Somantri, 2000).

Berdasarkan permasalahan tersebut maka upaya peningkatan motivasi

belajar serta kualitas belajar mengajar merupakan suatu kebutuhan yang sangat

mendesak untuk dilakukan. Ada berbagai metode pembelajaran yang bisa

(23)

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

karena akan memberdayakan para siswa untuk bermotivasi belajar dan terlibat

aktif dalam proses belajar di kelas.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan strategi alternatif yang

diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa bekerja sama dengan orang

lain, bertanggungjawab, meningkatkan motivasi belajar serta kualitas proses dan

pada saat yang sama meningkatkan prestasi akademik siswa. Selain itu, tipe

pembelajaran ini menunjukkan adanya keseimbangan peran antara guru sebagai

salah satu sumber belajar dan peran aktif siswa dalam mengkonstruksikan

pengetahuan secara individual dan sosial (Michaelis&Rushdoony, 1987:68).

Berdasarkan aneka uraian di atas maka penulis mengambil judul ”Upaya

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Model

Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw”.

B.

Rumusan Masalah:

1. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa?

2. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat

(24)

C.

Batasan Masalah

1. Motivasi belajar dibatasi pada minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran,

semangat melaksanakan tugas, tanggungjawab dalam melaksnakan tugas, rasa

senang dan puas dalam melaksanakan tugas, reaksi siswa terhadap stimulus.

2. Hasil pembelajaran dibatasi pada kemampuan siswa dalam mengerjakan kuis

3. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Karitas Ngaglik

D.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1. Mengetahui apakah ada peningkatkan motivasi belajar siswa melalui

penerapan pembelajaraan kooperatif tipe Jigsaw

2. Mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar siswa melalui pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw.

E.

Manfaat Penelitian

1. Bagi Guru

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi para guru SMP Karitas Ngaglik

dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang mampu

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa

2. Bagi Siswa

(25)

melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw akan berpengaruh pada

motivasi belajar serta kualitas dalam aspek pengetahuan, keterampilan dan

sikapnya. Selain itu mereka juga lebih berkembang dalam sikap kepedulian

dan tanggung jawab sosialnya.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan dan referensi bagi

penelitian sejenis.

4. Bagi Penulis

Semakin mengetahui berbagai metode pembelajaran yang mampu

meningkatkan motivasi dan hasil belajar, dengan demikian diharapkan

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Cooperatif Learning. 1. Pengertian Cooperative Learning.

Pembelajaran cooperative learning mengandung pengertian sebagai

suatu sikap atau strategi pembelajaran di mana siswa belajar bersama dengan

kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain dalam

memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Menurut

Solihitin (2005:4-5):

Cooperatif learning lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja karena belajar dalam model cooperative learning harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka yang bisa menimbulkan persepsi yang positif tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk mencapai keberhasilan berdasarkan kemampuan dirinya secara individual dan sumbangsih dari anggota lainnya selama mereka belajar secara bersama-sama dalam kelompok.

Definisi lain:

Cooperatif learning is a succeful teaching strategy in wich small team, each with students of different levels of ability, use a variety of learning activitiesto improve the understanding of the subject. Each members of a team is responsible not only for learning what is taught but also for helping team mates learn, an atmosphere of achievement. (http://www.ed.gov).

Pada definisi tersebut terkandung pengertian bahwa belajar kooperatif

merupakan strategi belajar dengan kelompok-kelompok kecil di mana para

(27)

aktivitas belajar untuk meningkatkan pemahaman terhadap suatu pelajaran.

Setiap anggota kelompok tidak hanya bertanggung jawab pada diri sendiri

melainkan membantu teman satu team yang lain dalam belajar, sehingga

tercipta keberhasilan bersama.

Definisi lain dikemukakan oleh Roger T. Johnson dan David W.

Johnson (http://www.co_operation.org), bahwa:

Cooperative learning is a relationship in a group of students that requires positive interdependence (a sense of sink or swim together), individual accountability (each of us has to contribute and learn), interpersonal skills (communication, fruit, leadership, decision making, and conflict resolution), face to face promotive interaction and processing (reflection on how well the team is functioning and how to function even better).

Pada definsi ini terkandung pemahaman bahwa pembelajaran kooperatif

merupakan relasi-kerjasama dalam satu kelompok siswa yang menuntut suatu

kesalingtergantungan yang positif (rasa kebersamaan) antar anggota.

Masing-masing anggota merasa bertanggung jawab terhadap kelompok sehingga harus

belajar dan menyumbangkan gagasan. Selain itu diperlukan keterampilan

hubungan antar pribadi (komunikasi, keberhasilan, kepemimpinan, pembuatan

keputusan, dan penyelesaian konflik) dan tatap muka langsung dalam

berinteraksi serta kesediaan untuk terus mengupayakan agar interaksi dan

aktivitas kelompok menjadi lebih baik lagi.

2. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Muslimin Ibrahim (dalam Widanarto, 2006:17) unsur-unsur

(28)

a. Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan bahwa mereka

”sehidup-sepenanggungan bersama”.

b. Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya seperti

milik mereka sendiri.

c. Siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelomponya memiliki

tujuan yang sama.

d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggungjawab yang sama di antara

anggota kelompoknya.

e. Siswa belajar sebagai pemimpin dan mereka membutuhkan keterampilan

untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

f. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi

yang ditangani dalam kelompok kooperatif

3. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Wina Sanjaya (2006:242-244) mengungkapkan ciri-ciri pembelajaran yang

menggunakan model kooperatif;

a. Pembelajaran secara team

Pembelajaran secara team diharapkan agar semua anggota kelompok

mampu bekerja sama dan saling membantu untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Kelompok harus terdiri atas anggota yang memiliki

kemampuan akademis, jenis kelamin, dan latar belakang sosial yang

berbeda. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota dapat bertukar

(29)

anggota dapat memberikan kontribusi untuk keberhasilan kelompok.

b. Didasarkan pada manajemen kooperatif

Empat fungsi pokok manajemen kooperatif:

1) Fungsi perencanaan

Pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang baik, agar

proses belajar dapat berjalan secara efektif.

2) Fungsi pelaksanaan

Dalam fungsi ini, pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai

dengan perencanaan.

3) Fungsi organisasi

Pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama, oleh sebab itu perlu

adanya pembagian tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok.

4) Fungsi kontrol

Dalam fungsi ini, pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria

keberhasilannya.

c. Kemauan untuk bekerja sama

Pembelajaran kooperatif memerlukan adanya kemauan untuk bekerja sama,

bukan saja dalam pembagian tugas dan tanggung jawab setiap anggota

kelompok, tetapi juga diperlukan adanya sikap saling membantu. Misalnya:

anggota kelompok yang pintar membantu yang kurang pintar.

d. Keterampilan bekerja sama

(30)

untuk mau dan mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota

kelompoknya. Sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide

mengemukakan pendapat dan memberikan kontribusi kepada keberhasilan

kelompok

4. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif

Menurut Stahl (1994), ada beberapa prinsip dasar yang harus dikembangakan

dalam pembelajaran kooperatif :

a. Ketergantungan yang Bersifat Positif

Untuk mengondisikan terjadinya interdependensi di antara siswa dalam

kelompok belajar, maka guru harus mengorganisasikan materi dan

tugas-tugas pelajaran sehingga siswa memahami dan mungkin untuk melakukan

hal itu dalam kelompoknya. Guru harus merancang struktur kelompok dan

tugas-tugas kelompok yang yang memungkinkan setiap siswa untuk belajar

dan mengevaluasi dirinya dan teman kelompoknya dalam penguasaan dan

kemampuan memahami materi pelajaran. Kondisi belajar ini

memungkinkan siswa untuk merasa tergantung secara positif pada anggota

kelompok lainnya.

b. Interaksi yang Bersifat terbuka

Interaksi yang terjadi bersifat langsung dan terbuka dalam mendiskusikan

materi dan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Suasana belajar seperti ini

akan membantu menumbuhkan sikap ketergantungan yang positif di

(31)

c. Tanggung Jawab Individu

Salah satu dasar penggunaan koopeartif dalam pembelajaran adalah bahwa

keberhasilan belajar akan lebih mungkin dicapai secara lebih baik apabila

dilakukan secara bersama-sama. Keberhasilan dalam belajar ini

dipengaruhi oleh kemampuan individu siswa dalam menerima dan

memberi apa yang telah dipelajari kepada siswa lainnya.

d. Kelompok Bersifat Heterogen

Keanggotaan dalam kelompok harus bersifat heterogen sehingga interaksi

kerjasama yang terjadi merupakan akumulasi dari berbagai karakter siswa

yang berbeda. Dalam suasana belajar seperti itu akan tumbuh dan

berkembang nilai, sikap, moral, bagi siswa untuk mengembangkan

kemampuan dan melatih keterampilan dirinya dalam suasana belajar yang

terbuka dan demokratis.

e. Interaksi Sikap dan Perilaku Sosial yang Positif

Dalam interaksi dengan siswa lainnya dalam kelompok tidak begitu saja

menerapkan dan memaksakan sikap dan pendiriannya kepada anggota

lainnya. Dalam kelompok siswa harus belajar bagaimana meningkatkan

kemampuan interaksinya dengan memimpin, berdiskusi, bernegosiasi, dan

mengklarifikasi berbagai masalah dalam menyelesaikan tugas-tugas

kelompok.

f. Tindak Lanjut

(32)

selanjutnya perlu dianalisis bagaimana penampilan dan hasil kerja siswa

dalam kelompok belajarnya. Setiap siswa dalam kelompok harus

memperoleh waktu yang cukup untuk belajar dalam mengembangkan

pengetahuan, kemampuan dan keterampilannya.

5. Sintaks Pembelajaran Model Kooperatif (http://www.ed.gov).

Terdapat enam langkah utama atau tahapan dalam kegiatan

pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai

dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan motivasi siswa belajar. Fase

ini diikuti oleh penyajian informasi, selanjutnya siswa dikelompokkan dalam

tim-tim belajar. Pada tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja

bersama untuk menyelesaikan tugas bersama meraka. Fase terakhir dari

pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau

mengevaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi

penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.

Ada enam tahapan pada pembelajaran kooperatif. Namun ada sedikit

perbedaan pada langkah-langkahnya tergantung dari pendekatan yang

dipergunakan dalam proses kegiatan pembelajarannya.

Tabel II.1.

Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif

Fase-Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

(33)

Menyajikan Informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan

membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase 5

Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil berjanya

Fase 6

Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

6. Manfaat pembelajaraan kooperatif

Widanarto, (2006:17), mengemukakan manfaat pembelajaran kooperatif:

a. Meningkatkan kemampuan untuk bekerjasama dan bersosialisasi.

b. Melatih kepekaan diri, empati melalui variasi perbedaan sikap dan perilaku

selama bekerjasama.

c. Mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri

meningkatkan motivasi belajar, harga diri dan sikap perilaku yang positif,

sehingga siswa tahu kedudukannya dan belajar untuk menghargai satu

sama lain.

d. Meningkatkan prestasi belajar dengan menyelesaikan tugas akademik,

sehingga membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.

7. Model pembelajaran kooperatif

(34)

kooperatif sebagai berikut:

a. Student Teams Achievment Division

Merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dimana

siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4-5

orang, dan setiap kelompok haruslah heterogen. Guru menyajikan pelajaran

sementara siswa bekerja didalam tim untuk memastikan bahwa semua

anggota telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian pengajar

mengadakan kuis.

b. Teams Games Turnamen (TGT)

Dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain

untuk memperoleh tambahan point pada skor tim mereka. Skor tersebut

diperoleh dari sumbangan setiap siswa untuk diakumulasikan. Permainan

disusun dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan pelajaran yang

dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap pelajaran di kelas.

c. Jigsaw

Siswa dibagi berkelompok dengan jumlah anggota 5-6 orang secara

heterogen. Setiap anggota kelompok masing-masing ditugaskan untuk

membaca sub bab yang berbeda-beda sesuai dengan yang ditugaskan oleh

guru dan bertanggung jawab untuk mempelajari bagian yang diberikan itu.

Kelompok siswa yang sedang mempelajari sub bab ini disebut sebagai

kelompok ahli. Setelah itu para siswa kembali ke kelompok asal mereka

(35)

diskusinya di kelompok ahli. Demikian dilakukan oleh semua anggota

kelompok atas kajian di kelompok ahli. Satu-satunya cara siswa dapat

belajar sub bab lain selain sub bab yang sudah dipelajari adalah

mendengarkan secara sungguh-sungguh terhadap penjelasan teman satu

kelompok mereka. Setelah selesai pertemuan dan diskusi di kelompok asal

siswa diberikan kuis secara individu tentang materi ajar.

d. Think Pair Share

Tipe ini dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur ini

menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil

(2-6 anggota) dan lebih dicirikan oleh kooperatif daripada individu. TPS

ada tiga tahap:

1) Tahap 1: Thinking (berpikir)

Guru memberikan pertanyaan dan siswa memikirkan jawaban secara

mandiri untuk beberapa saat.

2) Tahap 2 : Pairing (berpasangan)

Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk

mendiskusikan apa yang dibahas pada tahap 1.

3) Tahap 3 : Sharing (berbagi)

Pada tahap ini guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan

seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan.

e. Numbered Head Together

(36)

sejenis dengan Think Pair Share. Sebagai ganti dalam struktur bertanya

guru melakukan 4 tahap sebagai berikut:

1) Tahap Penomoran : Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok dan

setiap kelompok memilki anggota 3-5 orang. Masing-masing anggota

diberi momor 1 sampai 5.

2) Tahap Mengajukan Pertanyaan: Guru mengajukan pertanyaan pada

siswa.

3) Tahap Berpikir Bersama : Siswa menyatukan pendapatnya terhadap

jawaban pertanyaan dan meyakinkan tiap anggota dalam kelompoknya

untuk menjawabnya

4) Tahap Menjawab: Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian

siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangan dan mencoba

menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

B. Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw 1. Pengertian Jigsaw

Slavin ( 1995:341) mengungkapkan bahwa model pembelajaran tipe

Jigsaw merupakan suatu bentuk pembelajaran kooperatif yang menekankan

pada interpendensi yang tinggi. Model pembelajaran tipe Jigsaw

menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara.

Dalam tipe Jigsaw ini, siswa dibagi dalam beberapa kelompok dengan jumlah

(37)

dalam beberapa bagian atau sub bab dan setiap siswa bertanggung jawab

untuk mempelajari dan memahami bagian pelajaran tersebut. Semua siswa

yang mendapat bagian atau sub bab yang sama belajar bersama dalam sebuah

kelompok yang disebut kelompok ahli.

Dalam kelompok ahli siswa berdiskusi dan mengklarifikasi bahan

pelajaran dan menyusun rencana bagaimana cara mereka mengajarkannya

kepada teman. Jika semua anggota kelompok ahli sudah siap mereka kembali

ke kelompok awal untuk mengajarkan hasil diskusi dalam kelompok ahli

kepada teman-teman dalam kelompoknya. Cara belajar demikian menuntut

siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran karena mempunyai

tanggung jawab memahami dan membagikan materi yang menjadi bagiannya

kepada anggota kelompoknya. Selain itu siswa bekerja dengan sesama siswa

dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk

mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Siswa

juga diberikan motivasi untuk selalu mengevaluasi proses pembelajaran yang

sudah di laksanakan lewat refleksi.

2. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Menurut Muslimin Ibrahim (dalam Widanarto, 2006;18), Jigsaw

adalah salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Kelompok kooperatif (awal):

(38)

4-6 orang

2) Guru memberikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk teks

yang telah dibagi menjadi beberapa sub bab

3) Setiap anggota membaca sub bab yang berbeda, kemudian

mempresentasikan/mengajarkan kepada kelompoknya

b. Kelompok Ahli

1) Setiap siswa yang memiliki wacana atau tugas yang sama di kumpulkan

dalam satu kelompok.

2) Dalam kelompok ahli setiap siswa ditugaskan untuk belajar bersama

menjadi ahli sesuai dengan wacana atau tugas yang menjadi tanggung

jawabnya.

3) Setiap kelompok ahli diberi tanggung jawab untuk memahami dan dapat

menyampaikan informasi yang telah dipahami tersebut kepada

kelompok kooperatif

4) Apabila tugas sudah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli

masing-masing siswa kembali ke kelompok kooperatif (awal).

5) Setiap siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil dari tugas

kelompok ahli.

6) Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya, secara keseluruhan

masing-masing kelompok melaporkan hasilnya dan guru memberi

klarifikasi.

(39)

C. Motivasi belajar siswa

Setiap Individu mempunyai situasi internal yang turut berperan dalam

aktivitasnya setiap hari. Salah satu situasi internal tersebut adalah motivasi.

1. Pengertian motivasi

Menurut kamus bahasa Indonesia (1991) motivasi diartikan sebagai kekuatan

yang menyebabkan individu bertindak atau berbuat.

Motivasi belajar dapat juga diartikan sebagai daya penggerak dalam diri yang

menimbulkan kegiatan belajar dalam diri siswa. Menurut Sudjana, (2009: 61),

motivasi belajar yang tinggi terdiri dari beberapa aspek yaitu:

a. Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran,

b. Tidak mudah putus asa atau semangat siswa untuk melaksanakan tugas-

tugas,

c. Tanggungjawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas,

d. Reaksi yang ditujukan siswa terhadap stimulus yang diberikan,

e. Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

2. Jenis-jenis motivasi

Pada dasarnya motivasi dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:

a. Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar

dan memenuhi kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa. Motivasi ini sering di

sebut motivasi murni karena timbul dari dalam diri siswa sendiri tanpa

(40)

pengetahuan, keterampilan tertentu,

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi yang di sebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar.

Misalnya ijazah, hadiah, nilai.

3. Nilai motivasi dalam pembelajaran

Widanarto, (2006:27) mengungkapkan nilai-nilai motivasi dalam

pembelajaran:

a. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya suatu proses

pembelajaran.

b. Pembelajaran yang bermotivasi pada hakekatnya adalah pembelajaran yang

di sesuaikan dengan kebutuhan, minat, yang ada pada siswa.

c. Pembelajaran yang bermotivasi menuntut kreativitas dan imajinasi guru

untuk berusaha sungguh-sungguh mencari cara yang relevan guna

membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa.

D. Hasil belajar

Hasil belajar adalah tingkat kemampuan atau prestasi siswa mengolah materi

pelajaran. Menurut Nana Sudjana (2009:22), hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Horward Kingsley (Nana Sudjana 2009:22) membagi tiga macam hasil belajar,

yakni keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan

(41)

dalam kurikulum.

Dari ketiga hal tersebut yang paling banyak dipakai/dinilai oleh guru di sekolah

adalah pengetahuan dan pengertian karena berkaitan dengan kemampuan para

siswa menguasai isi bahan pengajaran. Salah satu hal yang dapat dilihat, dinilai

sebagai perubahan pengetahuan dan pengertian siswa adalah kemampuan siswa

mengerjakan kuis.

E. PTK (Penelitian Tindakan Kelas)

1. Pengertian (PTK) penelitian tindakan kelas

Beberapa kutipan yang biasa di pakai untuk mendefinikan penelitian tindakan

kelas:

a. Menurut Bogdan dan Biklen (1996), (dalam T. Sarkim, 2008:2)

merumuskan penelitian tindakan kelas sebagai suatu aktivitas pengumpulan

informasi secara sistematis yang dirancang untuk membawa perubahan.

b. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:3) bahwa PTK merupakan gabungan

definisi dari tiga kata “penelitian, tindakan dan kelas”.

1) Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek menggunakan aturan

metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang

bermanfaat bagi peneliti untuk meningkatkan suatu mutu atau minat

pada suatu bidang tertentu.

2) Tindakan adalah suatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan

(42)

kegiatan.

3) Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu sama, tempat sama,

menerima pelajaran yang sama, dari seorang guru yang sama.

2. Karakteristik PTK

a. Spesifik dan kontekstual

Fokus penelitian tindakan kelas adalah masalah aktual yang

sungguh-sungguh dihadapi dalam pembelajaran yang diselenggarakan.

b. Problem solving

Pemngembangan pembelajaran dalam PTK berorientasi pada pemecahan

masalah yang menggunakan siklus-siklus spiral dari identifikasi masalah,

analisis masalah, rumusan masalah yang layak untuk ditindaki, rumusan

hipotesis yang kemudian diikuti dengan perencanaan dan tindakan.

c. Kolaboratif

Penelitian tindakan kelas melibatkan mereka yang terlibat langsung dalam

pembelajaran (guru, dosen, mahasiswa), bersama-sama merencanakan dan

melaksanakan penelitian untuk perbaikan pembelajaran.

d. Reflektif

Penelitian tindakan kelas dimulai dari refleksi awal yang bertujuan

menyadarkan adanya permasalahan pembelajaran dan menganalisis

berbagai kemungkinan penyebanya. Selanjutnya refleksi dilakukan dalam

proses pelaksanaan tindakan dan refleksi atas perubahan hasil tindakan.

(43)

a. Membantu guru mengembangkan ilmu pengetahuan dan memperbaiki

mutu pembelajaran

b. Menerapkan teori-teori pembelajaran bermakna di kelas

c. Menghasilkan laporan PTK yang dijadikan bahan panduan untuk

meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran

d. Mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru pembelajaran dan

untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di ruang kelas

4. Proses Pelaksanaan Penelitian Tindakan kelas

Penelitian tindakan kelas meliputi empat tahap ( Gambar II.1) yakni;

a. Perencanaan Tindakan

b. Implementasi tindakan

c. Observasi dan interpretasi, dilanjutkan dengan analisi dan evaluasi

(44)

Gambar II.1

Model Spiral Kemmis dan Taggart

Keterangan gambar II.1 (Susilo 2006:9-12)

1). Perencanaan tindakan

perencanaan tindakan hendaknya memanfaatkan secara optimal

teori-teori yang relevan dan pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari

masa lalu dalam kegiatan penelitian sebidang. Penulis menggunakan

metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan

motivasi dan hasil belajar IPS siswa

2). Pelaksanaan tindakan

Setelah merencanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan penelitian

maka langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan rencana

tersebut dalam situasi aktual di kelas. Dalam penelitian ini akan

menggunakan metode jigsaw sesuai dengan rencana yang telah

(45)

3). Observasi

Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.

Secara umum kegiatan observasi dilaksanakan untuk merekam proses

pembelajaran. Dalam hal ini penerapan metode pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw.

4). Refleksi

Pada dasarnya refleksi merupakan kegiatan analisis-sintesis,

interpretasi dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi

yang dipeloreh dari pelaksanaan tindakan. Refleksi merupakan bagian

yang amat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap

proses dan hasil perubahan yang terjadi sebagai akibat dari

pelaksanaan tindakan.

F. Kerangka berpikir

Berdasarkan landasan teori diatas maka upaya meningkatkan motivasi dan

hasil belajar IPS melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat di jelaskan

sebagai berikut:

Untuk memotivasi dan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran serta

pada saat yang sama meningkatkan hasil belajar dibutuhkan suatu model

pembelajaran yang memberikan kesempatan dan waktu yang cukup bagi siswa

berinteraksi dalam kelompok untuk mencari dan menggali pengetahuan dari

(46)

Jigsaw siswa dibagi berkelompok dengan jumlah anggota 4-5 orang secara

heterogen. Setiap anggota kelompok masing-masing ditugaskan untuk membaca

sub bab yang berbeda-beda sesuai dengan yang ditugaskan oleh guru dan

bertanggung jawab untuk mempelajari bagian yang diberikan itu. Kelompok

siswa yang sedang mempelajari sub bab ini disebut sebagai kelompok ahli.

Setelah itu para siswa kembali ke kelompok asal mereka dan bergantian

mengajarkan kepada teman sekelompoknya tentang hasil diskusinya di kelompok

ahli. Demikian dilakukan oleh semua anggota kelompok atas kajian di kelompok

ahli. Satu-satunya cara siswa dapat belajar sub bab lain selain sub bab yang sudah

dipelajari adalah mendengarkan secara sungguh-sungguh terhadap penjelasan

teman satu kelompok mereka. Setelah selesai pertemuan dan diskusi di kelompok

asal siswa diberikan kuis secara individu tentang materi ajar.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw belum tuntas jika ada anggota

kelompok yang belum memahami materi. Keberhasilan pembelajaran ditentukan

oleh seluruh anggota kelompok. Untuk itu semua anggota kelompok dituntut

untuk berani bertanya, mengemukakan pendapat, mengklarifikasi dan membantu

teman dalam mempelajari dan memahami materi. Dengan demikian besar

kemungkinan prestasi belajarpun akan meningkat.

Hasil Penelitian Sejenis yang di lakukan oleh

1. AnastasiaYunita (2007) dalam penelitiannya mengenai model pembelajaran

koopetatif tipe Jigsaw dan implikasinya terhadap peningkatan interaksi teman

(47)

bahwa sistem belajar dengan kelompok awal dan kelompok ahli mendorong

tumbuhnya rasa tanggungjawab, berkembangnya sikap ketergantungan positif,

mendorong peningkatan motivasi belajar, serta peningkatan interaksi antar

teman sebaya dan pada saat yang sama meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Sunaryanto (1998: 252-262), dalam penelitiannya bekerja sama dengan 15

guru SD di Victoria-Australia, menemukan bahwa para guru menyadari

bahwa pembelajaraan kooperatif melibatkan siswa bekerja sama dalam

kelompok untuk menyelesaikan tugas akademik dan mereka menyadari bahwa

ketergantungan positif di antara siswa adalah penting. Dengan bekerja sebagai

kelompok maka siswa akan memperoleh hasil yang optimal dari implementasi

(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom

action research) yang mengkaji dan merefleksikan secara mendalam beberapa

aspek dalam kegiatan belajar mengajar yaitu penerapan metode pembelajaran

jigsaw oleh guru, interaksi guru-siswa, interaksi antar siswa. Penelitian tindakan

kelas merupakan suatu aktivitas pengumpulan informasi secara sistematis yang

dirancang untuk membawa perubahan (Bogdan dan Biklen, 1996:223).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Karitas Ngaglik

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan : Januari-Februari 2010

C. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah bagian yang terlibat dalam penelitian dan yang

terkait dalam penelitian. Dalam hal ini subyek penelitian adalah siswa kelas

(49)

2. Objek penelitian

Obyek penelitian adalah semua yang menjadi pokok pembicaraan dalam

penelitian. Dalam hal ini yang menjadi pokok pembicaraan adalah

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan

motivasi dan hasil pembelajaran IPS.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang menjadi titik

perhatian peneliti untuk dipelajari yang kemudian ditarik kesimpulannya.

Variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Motivasi

2. Hasil Belajar

E. Indikator dan Pengukuran 1. Motivasi

Motivasi belajar dapat juga diartikan sebagai daya penggerak dalam diri yang

menimbulkan kegiatan belajar dalam diri siswa. Menurut Sudjana, (2009: 61),

motivasi belajar yang tinggi terdiri dari beberapa aspek yaitu:

a. Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran,

b. Tidak mudah putus asa atau semangat siswa untuk melaksanakan

tugas-tugas,

(50)

d. Reaksi yang ditujukan siswa terhadap stimulus yang diberikan,

e. Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

Berdasarkan hasil observasi di kelas lewat pengamatan langsung dan

perekaman video serta wawancara lisan dengan guru mata pelajaran IPS

diketahui bahwa siswa-siswi kelas VIII SMP Karitas Ngaglik belum

memenuhi kriteria tersebut. Hanya berkisar antar satu-tiga siswa atau

5,55%-16,66% yang memiliki motivasi sebagaimana yang dikemukakan

oleh Sudjana di atas. Berdasarkan hasil observasi itu, peneliti menentukan

target minimal keberhasilan tindakan. Untuk mengukur motivasi, peneliti

menggunakan kuesioner tertutup dimana peneliti membagikan lembar

penilaian diri sesuai dengan indikator motivasi dengan dua alternatif

jawaban. Berikut lima indikator motivasi yang dikemukakan oleh Sudjana

dan dikembangkan untuk kepentingan penelitian ini.

Tabel III.1 Kisi-kisi Motivasi

Variabel Indikator Nomor

pertanyaan

Instrumen

Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran

2,3,5,7,10 Lembar Penilaian diri

Semangat melaksanakan tugas 9,15 Lembar Penilaian diri Tanggungjawab siswa dalam

melaksanakan tugas

6,8,14 Lembar Penilaian diri

Rasa senang dan puas dalam melaksanakan tugas

1,11,12 Lembar Penilaian diri

Motivasi

Reaksi siswa terhadap terhadap stimulus

(51)

Penggolongan motivasi dilakukan dengan menggunakan Penilaian Acuan

Patokan (PAP II). Kuesioner motivasi terdiri dari 15 item. Jika responden

menjawab YA maka skor =1, jika responden menjawab TIDAK skor =0.

Dengan demikian skor maksimal 15 dan skor minimal 0. Untuk skor yang ada

di atas atau di bawah skor ditentukan sebagai berikut:

Tabel III.2

Penggolongan skor motivasi belajar Rentang Skor Golongan Motivasi Belajar

12,5 - 15 Sangat Termotivasi Sekali

10 - 12,4 Sangat Termotivasi

8 - 9,9 Termotivasi

6 - 7,9 Tidak termotivasi

0 - 5,9 Sangat Tidak termotivasi

Siswa dikatakan termotivasi jika mendapat skor 8 ke atas. Target pencapaian

motivasi yang ditetapkan adalah minimal 6 siswa (33,33%), mendapat skor 8

ke atas/termotivasi untuk belajar.

2. Hasil belajar

Dalam penelitian ini, hasil belajar siswa diukur dengan kuis di setiap akhir

siklus. Peningkatan hasil belajar dengan membandingkan hasil belajar

sebelum pelaksanaan tindakan dan hasil belajar sesudah pelaksanaan tindakan

siklus pertama dan siklus kedua. Hasil belajar siswa dikatakan tuntas jika

mencapai nilai 6,5 sesuai dengan kriteria ketuntasan minimum yang sudah

(52)

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini direncanakan berlangsung dalam dua siklus. Siklus kedua

dilaksanakan apabila indikator pencapaian tidak terpenuhi. Berikut ini langkah

dalam setiap siklus penelitian.

1. Perencanaan. Dalam langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah

merumuskan masalah, menentukan tujuan dan metode penelitian serta

membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan motivasi

dan hasil pembelajaran

2. Tindakan, yaitu pelaksanaan rencana tindakan sebagai upaya meningkatkan

motivasi dan hasil pembelajaran

3. Observasi, yaitu pengamatan atas hasil atau dampak pelaksanaan tindakan.

4. Refleksi. Pada langkah ini peneliti menganalisis, memaknai dan

menyimpulkan hasil observasi terhadap kegiatan belajar mengajar

Secara operasional penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam penelitian

ini diuraikan sebagai berikut:

1. Siklus pertama

Kegiatan dalam siklus pertama dilaksanakan dalam dua kali

pertemuan/tatap muka di kelas. Kegiatan yang dilakukan meliputi:

a. Perencanaan:

Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, yaitu meliputi;

(53)

memetakan para siswa. Data yang digunakan untuk memetakan siswa

adalah hasil kuis yang sudah dilakukan sebelumnya. Setelah mengetahui

hasil evaluasi siswa, peneliti dan guru merangking siswa dari siswa yang

mempunyai nilai tinggi sampai dengan siswa yang mempunyai nilai

terendah. Siswa dibagi dalam kelompok secara heterogen berdasarkan

tingkat prestasi dan jenis kelamin, yang masing-masing kelompok

beranggotakan empat siswa. Beberapa perangkat lain yang disiapkan

dalam tahap ini adalah rencana pembelajaran dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw, lembar kerja siswa, kuis, lembar observasi.

Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi:

1) Kriteria keberhasilan penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

terhadap motivasi dan hasil belajar siswa berdasarkan pelaksanaan

tindakan. Kriteria keberhasilan PTK dapat ditetapkan antara lain

dengan menggunakan prinsip belajar tuntas, misalnya 65%. Apabila

peningkatan yang diharapkan dalam hal ini motivasi dan hasil belajar

tercapai minimal 65%, maka pencapaian tersebut dikatakan memenuhi

kriteria.

2) Instrumen penilaian diri tentang motivasi belajar siswa yang memuat

ke lima indikator: minat dan perhatian siswa mengikuti pelajaran,

tidak mudah putus asa/semangat dalam melaksanakan tugas, tanggung

jawab siswa dalam mengerjakan tugas, rasa senang dan puas dalam

(54)

3) Lembar penilaian kemampuan siswa mengerjakan kuis individu yang

dilakukan pada setiap akhir siklus untuk melihat seberapa besar

peningkatan yang dialami setiap siswa selama pelaksanaan

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

4) Lembar observasi guru dalam menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw

5) Lembar observasi aktivitas siswa di kelas selama penerapan proses

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

b. Tindakan

Pada tahap ini dilaksanakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw sesuai rencana tindakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Guru memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran dan garis

besar materi yang akan dipelajari dengan melibatkan siswa dalam

diskusi kelas.

2) Peneliti dan guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok heterogen

beranggotakan empat orang dan membagikan sub bab secara berbeda

dalam bentuk kartu kerja (KK) kepada setiap anggota kelompok.

Setiap kelompok mendapat empat kartu kerja sesuai dengan jumlah

siswa dalam kelompok.

3) Siswa yang memegang kartu kerja (KK)-1, dikumpulkan menjadi

kelompok baru. Demikian juga dengan siswa yang memegang KK-2,

(55)

ahli.

4) Siswa dalam kelompok ahli kembali ke kelompok awal dan

membagikan hasil diskusi dalam kelompok ahli kepada anggota

kelompok awal.

5) Guru dan siswa mendiskusikan dan mengoreksi hasil diskusi kelompok

secara bersama.

6) Guru memberi soal kuis secara tertulis, dan siswa mengerjakannya

secara individual.

c. Observasi

Tahap ini dilaksanakan bersamaan dengan tahap tindakan. Pada tahap ini,

peneliti melakukan pengamatan atas hasil atau dampak pelaksanaan

tindakan, yaitu meliputi: penerapan metode pembelajaran, aktivitas siswa

dalam kelas dan kelompok, aktivitas guru dalam menerapkan metode

pembelajaran tipe jigsaw, serta aktivitas siswa dalam kaitannya dengan

indikator motivasi. Pengamatan dilakukan dengan bantuan instrumen

observasi dan dilengkapi perekaman dengan video camcorder.

d. Refleksi:

Pada tahap ini dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan penyimpulan hasil

observasi terhadap motivasi dan hasil pembelajaran. Ada dua macam

refleksi yang dilakukan, yaitu:

1) Refleksi segera pada saat pertemuan berakhir, digunakan untuk

(56)

pemecahannya untuk perbaikan dalam pertemuan berikutnya

(penyesuaian rencana pembelajaran dan/atau instrumen yang perlu

disempurnakan).

2) Refleksi pada akhir siklus pertama, digunakan untuk mengetahui

apakah target yang ditetapkan sesuai indikator keberhasilan tindakan

telah tercapai. Secara teknis peneliti melakukan self-reflection dahulu

terkait dengan keterampilan kooperatif siswa dalam kegiatan pada

masing-masing fase, hasil kegiatan kelompok, hasil kuis dan kaitannya

dengan kegiatan kelompok dan kemudian dilakukan refleksi dan

diskusi bersama guru untuk penyempurnaan tindakan dalam siklus

kedua.

2. Siklus kedua

Kegiatan pada siklus kedua pada dasarnya sama dengan siklus

pertama, hanya tindakannya yang berbeda. Tindakan pada siklus kedua ini

ditentukan berdasarkan hasil refleksi siklus pertama dan dilaksanakan dalam

dua kali pertemuan/tatap muka.

G. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini ada dua macam instrumen yang digunakan yaitu untuk

melakukan kegiatan belajar mengajar dan pengumpulan data

1. Instrumen untuk melakukan kegiatan belajar mengajar

(57)

pembelajaran tipe jigsaw. Rencana pelaksanaan pembelajaran ini memuat

kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan dalam rangka implementasi

tindakan. (Lampiran 1)

b. Lembar pembagian kelompok

Lembar pembagian kelompok berisi nama-nama anggota kelompok. Dalam

melaksanakan PTK siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Dalam

penelitian ini siswa dibagi dalam empat kelompok, setiap kelompok terdiri

dari 4-5 siswa. (Lampiran 2)

2. Instrumen untuk mengumpulkan data

a. Format daftar nilai siswa kelas VIII

b. Lembar observasi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw

c. Lembar penilaian diri tentang motivasi belajar siswa (lampiran 3)

d. Lembar observasi aktivitas siswa dalam kelompok

e. Lembar kerja siswa secara individu untuk kuis (Lampiran 4).

H. Pembagian Peran Peneliti dan Guru

Dalam penelitian ini peneliti bekerjasama dengan guru mata pelajaran IPS untuk

menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dengan tujuan

meningkatkan motivasi dan pada akhirnya dapat pula meningkatkan hasil belajar

siswa. Oleh karena itu ada pembagian peran antara guru dengan peneliti.

(58)

Tabel III. 3

Pembagian Peran Peneliti dan Guru

No Kegiatan Output Petugas

1 Penyusunan perangkat pembelajaran

Rencana pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Peneliti & guru

2 Pemetaan kemampuan

siswa

Kelompok heterogen beranggota 4-5 siswa

Peneliti & guru 3 Penyusunan instrumen

pengumpulan data

Instrumen observasi dan lembar kerja Peneliti

4 Pelajaran IPS dengan model kooperatif tipe

Jigsaw

Kegiatan diskusi, membagikan hasil diskusi kepada kelompok asal, kuis

Peneliti & guru

5 Observasi kegiatan belajar mengajar

Aktivitas siswa dalam kelas, Aktivitas guru dalam menerapkan metode pembelajaran

Peneliti

6 Analisis data Motivasi dan hasil belajar siswa Peneliti 7 Refleksi Dampak tindakan pada motivasi dan hasil

belajar siswa

Peneliti

8 Implementasi siklus Tindakan perbaikan dan dampaknya pada peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa

Guru & peneliti

I. Pengumpulan Dan Analisis Data 1. Pengumpulan data

a. Observasi

Observasi digunakan untuk merekam kualitas proses dan hasil belajar siswa berdasarkan instrumen observasi dan penggunaan alat perekam

video camcorder.

b. Wawancara digunakan untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas

dilihat dari sudut pandang yang lain. Dalam penelitian ini wawancara

(59)

2. Analisis Data

a. Analisis Deskriptif

Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif

yaitu dengan pemaparan data/informasi tentang suatu gejala yang

diamati selama proses pembelajaran berlangsung dalam bentuk paparan

naratif maupun tabel.

b. Analisis Tingkat Motivasi dan Hasil Belajar Siswa

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk mengetahui motivasi dan

hasil belajar siswa. Peningkatan motivasi dan hasil belajar dilakukan

dengan membandingkan motivasi dan hasil belajar siswa sebelum

implementasi tindakan dengan motivasi dan hasil belajar sesudah

(60)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Berdirinya SMP Karitas Ngaglik

SMP Karitas Ngaglik berdiri pada tanggal 1 Januari 1968 dengan SK.

No. 02 a/B.6/JKB/68 yang ditetapkan di purworedjo oleh F.S Wirjotaruna

sebagai Ketua Yayasan Karya Bakti No. 051/KB/59/III/1968 pada tanggal 25

Maret 1968. Sekolah Karitas dikelola oleh para Bruder Karitas dibawah

naungan Yayasan Karya Bakti Yogyakarta. Oleh karena dikelola para Bruder

Karitas maka penyelenggaraan pendidikan sejalan dengan pandangan hidup

para Bruder Karitas yaitu cinta kasih kepada Tuhan dan sesama.

B. Visi dan Misi Sekolah 1. Visi

Visi SMP Karitas adalah membentuk peserta didik dalam proses

pendewasaan diri untuk mampu mengolah dan mengembangakn potensi

diri yang lebih berkualitas dalam menanggapi perkembangan zaman

berdasarkan cinta kasih kepada Tuhan dan sesama.

2. Misi

Misi SMP Karitas adalah mendampingi proses pembentukan diri peserta didik dalam mengoptimalkan aspek intelektualitas, humanitas, religiositas

dan sosialitas melalui penyelarasan kurikulum sekolah dengan tingkat

(61)

Perkembangan SMP Karitas tak lepas dari kepedulian dan kerja keras para

pendahulu dan generasi penerusnya. Berikut nama-nama kepala sekolah

yang pernah memimpin SMP Karitas :

Tahun 1968-1973 Br. Hugon, FC

Tahun 1973-1978 Br. Paulus FC

Tahun 1978-1979 Theresia Gunarti B. A

Tahun 1979-1988 Br. Paulus, FC

Tahun 1988-1992 Supandiyono B.A

Tahun 1992-1996 Ig Ngadiman B.A

Tahun 1996-2000 Br. Ferdinandus, FC

Tahun 2000-2003 Theresia Gunarti S. P.d

Tahun 2003-2005 Br. Eduardus S. Utomo, FC

Tahun 2005-2009 Dra. Ch. Tuti Rahayu

Tahun 2009-Sekarang Aluysius Riwi Widakdo S.Pd

C. Sistem Pendidikan Satuan Pendidikan SMP Karitas Ngaglik Sleman Sistem pendidikan di SMP Karitas mengacu pada undang-undang No.

20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:

1. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar

2. Pendidikan menegah berbentuk sekolah menengah pertama (SMP),

Mandrasah, Tsanawiyah (MTS), atau bentuk lain yang sederajat.

(62)

Menegah Pertama (SMP).

Selain itu sistem pendidikan di SMP Karitas juga mangacu pada

delapan Standardisasi pendidikan dalam UU tersebut yaitu:

a. Standar Kompetensi Lulusan

b. Standar Isi

c. Standar Proses

d. Standar Pendididk dan Kependidikan

e. Standar Sarana dan Prasarana

f. Standar Pengelolaan

g. Standar Pembiayaan

h. Standar Penilaian

D. Kurikulum Satuan Pendidikan SMP Karitas Ngaglik Sleman Struktur Kurikulum SMP Karitas Ngaglik adalah sebagai berikut :

1. Mata Pelajaran

Muatan mata pelajaran yang diberikan di SMP Karitas Ngaglik Sleman

Yogyakarta sesuai dengan struktur kurikulum yang terdapat dalam Standar

(63)

Komponen Alokasi Waktu

11. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

2 2 2

12. Bahasa Jawa 2 2 2

13. Teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2 2

2. Kegiatan Pengembangan Diri/Layanan BK/Ekstrakurikuler

Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan

mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap

peserta didik sesuai dengan kondisi SMP Karitas Ngaglik Sleman

Jenis pengembangan diri :

a. Musik/Orkestra

b. Volley

c. Bimbingan dan Konseling

d. Pramuka

e. Bahasa Inggris

(64)

Segala aktivitas peserta didik berkenaan dengan kegiatan

Pengembangan diri dibawah pembinaan dan pengawasan guru pembina

yang telah ditugasi oleh Kepala Sekolah.

E. Organisasi Sekolah Satuan Pendidikan SMP Karitas Ngaglik Yogyakarta 1. Struktur Organisasi Sekolah

SMP Karitas Ngaglik Yogyakarta bernaung di bawah Yayasan Karya

Bakti yang dikelola oleh para Bruder Karitas. Sekolah ini memiliki

personil yang cukup mendukung, seperti karyawan dan guru yang

profesional dalam bidangnya. SMP Karitas Ngaglik Yogyakarta dari segi

organisatorik yang bernaung di bawah Yayasan Karya Bakti secara

struktur tampak dari satu orang kepala sekolah, kepala tata usaha, dan

empat orang wakil kepala sekolah. Selain itu, guru-guru wali kelas turut

(65)

STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA SMP KARITAS NGAGLIK

KOMITE SEKOLAH

KEPALA SEKOLAH

URUSAN TATA USAHA

WAKASEK SARANA PRASARANA WAKASEK

KESISWAAN

WAKASEK KURIKULUM

GURU MATA PELAJARAN WALI KELAS

VIII WALI KELAS

VII

WALI KELAS IX

GURU PEMBIMBING

Gambar

Gambar 2.1    Model Spiral Kemis dan Taggart ............................................25
Tabel II.1.
Gambar II.1
Tabel III.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kewirausahaan dan Kepeloporan Pemuda, serta Penyediaan Prasarana dan Sarana Kepemudaan (Lembaran Negara Republik

Tulisan singkat ini hanya memfokuskan terkait dengan bagaimana kita sebagai orang tua untuk terus tidak berhenti mengendalikan anak-anak kita dari berbagai macam

Dalam rangka memberikan arah dan tujuan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah sesuai dengan visi misi Gubernur berdasarkan Undang-Undang Nomor

[r]

B   Informasi merupakan kebutuhan sehari- hari, sehingga harus tersedia secara. cepat, mudah,

Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, total luas daun, bobot kering tajuk, bobot kering akar, jumlah polong berisi, jumlah polong hampa, jumlah

“Bagaimana Perilaku Sosial Remaja Tunadaksa yang Menggunakan Jejaring Sosial ” khusunya remaja tunadaksa yang menggunakan facebook. Kemudian dari. fokus penelitian yang

Hal ini disebabkan daging pada fase prerigor ini hampir 50% protein-protein daging yang larut dalam larutan garam, dapat diekstraksi keluar dari