• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterlibatan siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada pokok bahasan luas gabungan bangun datar sederhana kelas VI SD N Blondo 1 Mungkid Magelang - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Keterlibatan siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada pokok bahasan luas gabungan bangun datar sederhana kelas VI SD N Blondo 1 Mungkid Magelang - USD Repository"

Copied!
289
0
0

Teks penuh

(1)

i

KETERLIBATAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

NUMBERED HEADS TOGETHER PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS GABUNGAN BANGUN DATAR SEDERHANA KELAS VI SD N BLONDO1 MUNGKID MAGELANG TAHUN AJARAN

2010/2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi pendidikan Matematika

Disusun Oleh: Elita Intan Permatasari

NIM. 061414087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARATA

(2)
(3)
(4)

iv

HA LA MA N PERSEMBA HA N

“Ba ka t a da la h 1% i lha m di t a m ba h 99% ker ja ker a s”

(T hom a s A lfa Edi son )

...K arya ini ku persembahkan untuk mereka yang ada di hatiku...

T eruntuk:

.

...

....

T uhan Y esus K ristus

yang telah memelihara dan menjagaku dalam kasihnya...

...

B apak Y ohanes B .T

dan I bu T ri E ndang W ahyuningsih

yang telah

mendidiku dengan penuh cinta, kesabaran, dan doa...

(5)
(6)

vi ABSTRAK

Elita Intan Permatasari, 2011. Keterlibatan Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Pada Pokok Bahasan Luas Gabungan Bangun Datar Sederhana untuk Siswa Kelas VI SD N Blondo 1 Mungkid Magelang tahun ajaran 2010/2011. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan proses pembelajaran yang menunjukkan keterlibatan siswa dalam pokok bahasan menentukan luas gabungan bangun datar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together kelas VI SD N Blondo 1 Mungkid Magelang tahun ajaran 2010/2011.

Penelitian ini termasuk penelitan diskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan melalui dua tahap yaitu tahap pertama dengan pengamatan langsung maupun menggunakan bantuan alat perekam (handy-cam, foto) dan tahap kedua dengan wawancara. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD N Blondo 1 Mungkid Magelang pada tahun ajaran 2010/2011, terdiri dari 22 siswa yang yang mengikuti proses pembelajaran dan 6 siswa yang dipilih sebagai subyek wawancara.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua langkah pembelajaran yang diungkapkan dalam NHT dapat berjalan dengan baik. Beberapa langkah masih sulit untuk dijalankan dan membutuhkan pembiasaan yaitu : (1) siswa masih membutuhkan waktu untuk mempersiapkan diri sebelum menuliskan jawabannya di papan tulis (langkah 5), (2) siswa masih sulit, takut, dan masih harus dibiasakan untuk melakukan presentasi di depan kelas (langkah 5), (3) siswa masih membutuhkan waktu untuk membuat kesimpulan (langkah 6). Meskipun begitu kerlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sudah mulai nampak hal ini ditunjukan berdasarkan hasil pengamatan langsung dan tidak langsung pada pembelajaran yaitu: (1) siswa sudah mulai berani untuk bertanya baik pada teman ataupun pada guru, (2) siswa sudah mulai berani untuk mengungkapkan ide mereka, (3) siswa sudah malai mampu melakukan pembagian tugas dalam kelompok.

(7)

vii

ABTRACT

Elita Intan Permatasari, 2011. The Students Involvement in Mathematic Learning Using Numbered Heads Together In Main Point the Simple Combination of Flate Bandwith for Sixth Grade Students of SD N Blondo 1 Mungkit Magelang in Academic Year of 2010/2011, Riset. Sripsi Mathematic Educational Program, Education Faculty and Science, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The purpose of this research is to reveal the learning process of knowing the students’ involvement in Mathematic Learning Using Numbered Heads Together In Main Point the Simple Combination of Flate Bandwith for Sixth Grade Students of SD N Blondo 1 Mungkit Magelang in Academic Year of 2010/2011. Mathematic Educational Program, Education Faculty and Science, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research included descriptive qualitative research. The data is collected through two steps. First, the reseacher observes the data directly or use handy-cam and photograph as medium. Second, using interview. The subject of this research is the Sixth Grade Students of SD N Blondo 1 Mungkit Magelang in Academic Year of 2010/2011, consist of twenty two students who follow the learning process and six students who are chosen as interview subject.

This research shows that hot all of the learning methods are told in NHT

can run well. Some steps are still difficult to be done and need accustomed such as: (1) the students still need much time to prepare theirself before starting to write their answer in a blackboard (step 5), (2) the students are still difficult, afraid, and have to be accustomed to do presentation in front of the class (step 5), (3) the students need much time to make, a conclusion (step 6). Nevertheless’ involved actively in learning process has been already seen. This results are shown based on the observation result directly and indirectly on learning process that are (1) students have braveness to ask to the teacher or other students, (2) students express their ideas bravely, (3) students are able to do task in group.

(8)
(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepad Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan perlindungannya, sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan baik dan lancar. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Begitu banyak hambatan dan rintangan yang penulis alami dalam proses penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu mendampingi dan memberikan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Dominikus Arif Budi Prasetyo, M.Si dan Bapak Hongki Juli, M.Si

selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dengan sabar. Terimakasih atas bimbingan dan motivasi yang telah diberikan.

3. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono selaku kaprodi Pendidikan Matematika. Terimakasih atas kesempatan dan ijin yang telah diberikan.

(10)

x

5. Segenap dosen dan seluruh staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, atas segala informasi dan pelayanan yang diberikan.

6. Kedua orang tuaku Bapak Yohanes Berman Tugiman. S.H dan Ibu Tri Endang Wahyuningsih serta kakak dan adikku Sisilia Nila Mayvita dan Lusia Shinta Dewi. Terimakasih atas doa, semangat dan dukungannya.

7. Maria Tyas Pranoto, Fransiska Siska Hening, Widya, Maria Susi, Wuri Johana, Seholastika Triana, Kandida Eka, Cia, Pendy Santoso, Maria Dona R terimakasih atas bantuan sebagai observer selama penelitian.

8. Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2006, terimakasih atas segala saran, motivasi dan kebersamaan selama ini.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini berguna untuk perkembangan pendidikan dan bagi para pembaca pada umumnya.

Penulis,

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Batasan Istilah ... 6

BAB II. LANDASAN TEORI ... 8

(12)

xii

1. Pengertian Pembelajaran ... 8

2. Pengertian Matematika ... 9

3. Pengertian Pembelajaran Matematika ... 10

B. Metode Pembelajaran Kooperatif ... 11

1. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif... 11

2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ...14

C. Numbered Heads Together ...17

D. Keterlibatan Siswa ... ... 20

E. Materi Pembelajaran ... 21

1. Luas Persegi ... 21

2. Luas Persegi Panjang... 24

3. Luas Segitiga... 25

4. Luas Jajargenjang... 26

5. Luas Trapesium... 27

6. Luas Belah-ketupat ... . 29

7. Luas Layang-layang ... 30

8. Luas Gabungan Bangun Datar ... 32

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 38

A. Jenis Penelitian ... 38

B. Subyek Penelitian ... 39

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

D. Metode Pengumpulan Data ... . 39

(13)

xiii

F. Uji Validitas ……… 54

G. Metode Analisis Data... 55

H. Kegiatan Penelitian ... 56

BAB IV. DESKRIPSI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN... 58

A. Hasil Observasi ... 58

B. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran ... 61

C. Analisis Hasil Wawancara ... 81

D. Analisis Instrumen Pengamatan ... 82

E. Analisis Hasil Kegiatan Pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together ... 84

F. Rangkuman Hasil Analisis Penelitian ... 89

BAB V. PENUTUP ... 91

A. Kesimpulan ... 91

B. Kelebihan dan Ketrbatasan Penelitian ... 93

C. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Halaman

2.1 Elemen-elemen pada Pembelajaran Kooperatif 13

3.1 Rancangan Pertemuan 41

3.2 Kisi-kisi Soal no 1 Yang Terdapat pada LK I 42

3.3 Kisi-kisi Soal LK I No 2 43

3.4 Kisi-kisi Soal dan LK II 45

3.5 Kisi-kisi Soal LK III 47

3.6 Kisi-kisi dan Soal Tes Awal 49

3.7 Instrument Observasi 53

3.8 Jadwal Pelaksanaan Penelitian 56

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Halaman

2.1 Persegi 22

2.2 Persegi Beserta Satuan Luasnya 22

2.3 Persegi Beserta Nama Sisi-sinya 23

2.4 Persegi Panjang 24

2.5 Persegi Panjang Beserta Nama Sisi-sinya 24

2.6 Segitiga 25

2.7 Jajargenjang 26

2.8 Jajargenjang Menjadi Persegi 26

2.9 Trapesium 27

2.10 Trapesium yang Dibagi Menjadi 3 Bagian 28

2.11 Belah-ketupat 29

2.12 Segitiga Pembentuk Belah-ketupat 29

2.13 Layang-layang 30

2.14 Segitiga Pembentuk Layang-layang 31

2.15 Gabungan Bangun Datar soal no 1 32

2.16 Gabungan Bangun Datar soal no 2 33

2.17 Bagian-bagian Bangun Datar soal no 2 34

2.18 Gabungan Bangun Datar soal no 3 35

2.19 Bagian-bagian Bangun Datar Soal No 3 35

2.20 Bagian-bagian Bangun Datar Soal No 3 36

2.21 Gabungan Bangun Datar dari Trapesium dan Persegi

Panjang 36

4.1 Siswa Berdiskusi Kelompok 65

4.2 Peneliti Menjelaskan Tentang Luas 65

4.3 Pengambilan Undian 68

4.4 Siswa Menuliskan Jawaban 68

4.5 Membantu Teman Prentasi 68

4.6 Hasil Pekerjaan Kelompok 3 69

4.7 Hasil Pekerjaan Kelompok 1 69

4.8 Kelompok yang Anggotanga Didominasi Laki-laki 70

4.9 Siswa Menuliskan Jawaban 73

4.10 Siswa Melakukan Diskusi 74

4.11 Siswa Menerangkan Jawabannya 75

4.12 Siswa Membantu Teman Presentasi 75

4.13 Siswa Mengerjakan Di papan Tulis 76

4.14 Hasil Pekerjaan Kelompok 3 77

4.15 Hasil Pekerjaan Kelompok 1 78

4.16 Kelompok 1 Bertanya pada Peneliti 78

4.17 Siswa Mengerjakan Di Depan Kelas 80

4.18 Siswa Bertanya pada Peneliti 80

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN Keterangan Halaman

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 99

A.2 Lembar Soal Tes Awal 124

A.3 Lembar Kerja 128

A.4 Instrument Observasi 150

A.5 Lembar Pengamatan Lembar Kerja 151

B.1 Lembar Uji Validitas Isi 154

B.2 Transkrip Hasil Wawancara 162

B.3 Lembar Hasil Observasi 164

C.1 Kunci Jawaban Tes Awal 188

C.2 Kunci Jawaban Lembar kerja 193

C.3 Hasil Pekerjaan Siswa dalam Lembar Kerja (sempel)

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan mata pelajaran yang sudah dikenal oleh siswa

saat menginjak bangku sekolah dasar dan tidak sedikit siswa yang berangapan

bahwa matematika itu sulit. Apalagi hal ini ditunjang dengan pembelajaran

matematika yang disajikan hanya satu arah, yaitu guru menjadi pusat

pembelajaran dan siswa hanya bertugas mendengarkan, memperhatikan,

kemudian mencatat penjelasan yang diberikan guru. Hal inilah yang membuat

siswa semakin beranggapan bahwa matematika itu sulit dan tidak

menyenangkan. Pembelajaran matematika di sekolah masih mengikuti

kebiasaan dengan urutan: diterangkan, diberi contoh, dan diberikan latihan soal

hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Soedjadi (2000:1 dalam

http://jurnalipi.wordpress,com/2007/01/01/dwi-lasati/ diakses tanggal 19 Mei

2010).

Keadaan inilah yang juga terjadi pada SD N Blondo 1 Mungkid

Magelang. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti diketahui

bahwa pembelajaran matematika di kelas masih mengikuti kebiasan dimana

guru hanya menerangkan, kemudian memberi contoh, dan terakhir memberikan

latihan soal. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada guru matematika

kelas VI SD N Blondo 1 Mungkid Magelang, diketahui juga bahwa proses

(18)

konvensional di mana guru sebagai pusatnya. Padahal menurut Widyantini

(2008), dalam kegiatan pembelajaran terjadi interaksi antara siswa dengan siswa,

siswa dengan guru dan siswa dengan sumber belajar. Dari uraian itu, maka

peran aktif siswa dalam proses pembelajaran tidak dapat diabaikan dan menjadi

point yang sangat penting. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk

meneliti tentang keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

Siswa akan semakin pasif atau tidak mau terlibat dalam proses

pembelajaran jika materi yang diajarkan adalah salah satu materi yang dianggap

sulit seperti hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada salah seorang

siswi, dimana dia mengungkapkan bahwa salah satu materi yang dianggap sulit

adalah materi luas gabungan bangun datar sederhana. Berikut adalah cuplikan

wawancaranya:

Peneliti : ”menurut kamu materi yang sulit di SD apa aja?”

Nia : ” akar dan pangkat, luas gabungan, bangun ruang, dan statistik”

Peneliti : ” lho kenapa luas gabungan sulit, kan sudah pernah diajarkan, dan tinggal memasukan rumusnya?”

Nia : ” itu yang sulit, soalnya gak apal rumusnya udah lupa”

Peneliti : ” kalau yang lain kenapa sulit?”

Nia : ” pelajaran baru, sebelumnya belum pernah diajarin.”

Dari wawancara ini diketahui bahwa luas gabungan dua buah bangun datar

sederhana menjadi sulit karena mereka harus mengingat kembali materi yang lalu

yaitu materi kelas IV semester 1 dan kelas V semester 1. Selain itu mereka juga

harus menggunakan imajinasi mereka untuk menentukan bangun apa saja yang

merupakan bangun dasarnya.

Metode pembelajaran atau strategi yang digunakan oleh guru dalam

(19)

Hal ini masuk akal karena suatu topik matematika kadang-kadang dapat

diajarkan secara lebih baik dengan menggunakan strategi tertentu dan

pendekatan tertentu. Untuk itu, dibutuhkan satu strategi tertentu yang dapat

membantu siswa untuk mencapai kompetensi dan indikator pembelajaran.

Strategi pembelajaran Matematika yang baik menuntut sebuah inovasi baru,

yaitu dengan penggunaan metode-metode pembelajaran yang bervariasi yang

disesuaikan dengan materi yang diajarkan dan mampu melibatkan siswa secara

aktif dalam pembelajaran sehingga siswa tidak akan merasa bosan

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

adalah salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses

pembelajaran matematika untuk materi luas gabungan bangun datar sederhana.

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah model pembelajaran yang

dapat digunakan untuk materi aplikasi dan bukan materi penanaman konsep,

luas gabungan bangun datar sederhana marupakan materi aplikasi dari luas

bangun datar sehingga model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat

diterapkan. Selain itu model pembelajaran kooperatif tipe NHT juga mampu

melibatkan siswa untuk ikut serta secara aktif dalam pembelajaran. Model

pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif maka di

dalam menyelesaikan tugas siswa bekerja bersama-sama dengan temannya di

dalam kelompok-kelompok kecil.

Pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe dan yang membedakan

tipe NHT dengan tipe lain adalah NHT mampu membuat siswa terlibat dalam

(20)

dikelompokan menjadi beberapa kelompok kecil. Setiap anggota kelompok

harus mengerti dan memahami soal yang diberikan karena pada akhir

pembelajaran akan diadakan diskusi kelas dimana siswa tidak hanya menuliskan

jawaban di papan tulis tetapi siswa juga harus mampu menjelaskan atau

menerangkan apa yang mereka tulis. Siapa yang mewakili kelompok ditentukan

secara acak dengan undian. Partisipasi aktif siswa dalam kelompok akan

menentukan penghargaan kelompok.

Alasan inilah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti tentang

keterlibatan siswa dalam pembelajaran matematika pada materi luas gabungan

bangun datar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT) pada siswa kelas VI SD N Blondo 1 Mungkid Magelang

tahun ajaran 2010/2011.

B. Perumusan Masalah

Penelitian skripsi ini berfokus pada peningkatan keterlibatan siswa

dalam pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Numbered Heads Together dalam pokok bahasan menentukan luas

gabungan bangun datar untuk siswa kelas VI SD N Blondo 1 Mungkid

Magelang. Masalah-masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran matematika dengan model

pembelajaran kooperatif tipeNumbered Heads Together di SD N Blondo 1

Mungkid Magelang pada tahun ajaran 2010/2011 untuk materi menentukan

(21)

2. Bagaimana keterlibatan siswa dalam pembelajaran matematika pada pokok

bahasan menentukan luas gabungan bangun datar untuk siswa kelas VI SD

N Blondo 1 Mungkid Magelang pada tahun ajaran 2010/2011 menggunaan

model pembelajaran kooperatif tipeNumbered Heads Together ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui:

1. Langkah-langkah pembelajaran matematika pada pokok bahasan menentukan

luas gabungan bangun datar menggunakan model pemebelajaran kooperatif

tipeNumbered Heads Together.

2. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan

menentukan luas gabungan bangun datar untuk siswa kelas VI SD N. Blondo

1 Mungkid Magelang pada tahun ajaran 2010/2011 menggunaan model

pembelajaraan kooperatif tipeNumbered Heads Together .

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Penelitian ini memberikan pengalaman dalam rangka meningkatkan

wawasan dan kompetensi sebagai calon guru bidang studi matematika serta

(22)

2. Bagi guru atau calon guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

bagi guru dan calon guru dalam menentukan tipe pembelajaran matematika

yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran

menentukan luas gabungan bangun datar.

3. Bagi siswa

Siswa dapat mengembangkan pengetahuannya mengenai bagaimana

menentukan luas gabungan bangun datar menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipeNumbered Heads Together.

E. Batasan Istilah

1. Model Pembelajaran Kooperatif TipeNumbered Heads Together

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together adalah

model pembelajaran yang membagi siswa dalam kelompok kecil, di mana

setiap anggota kelompok telah mendapatkan nomor, yang diundi secara acak.

Setelah kegiatan diskusi selesai, guru akan memanggil beberapa nomor

untuk maju mempersentasikan hasil diskusi, dan siswa yang tidak maju

dapat memberikan tanggapan. Model pembelajaran ini merupakan salah satu

jenis model pembelajaran kooperatif

2. Keterlibatan Siswa

Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran adalah keikut sertaan siswa

dalam proses pembelajaran. Keterlibatan siswa dapat diamati dari

(23)

mengutarakan ide, pendapat ataupun sanggahan, dan menyelesaikan semua

tugas yang diberikan guru.

3. Luas Gabungan Bangun Datar

Dalam penelitian ini yang dimaksud luas gabungan adalah luas daerah

bangun datar yang terbentuk dari gabungan luas dua jenis bangun datar

(24)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran Matematika

1. Pengertian Pembelajaran

Pada hakekatnya proses pembelajaran adalah proses interaksi

antara peserta didik dengan guru maupun interaksi siswa dengan siswa,

bahkan interaksi antara peserta didik dengan lingkungan. Hal ini sesuai

dengan apa yang diungkapkan Mulyasa yaitu pembelajaran pada

hakekatnya merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan

lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.

Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan

sebagai satu-satunya sumber belajar, akan tetapi guru berperan sebagai

pengatur lingkungan atau sebagai pengatur interaksi. Guru harus mampu

mengarahkan siswa mengembangkan kemampuan berfikir melalui

interaksi mereka (Wina Sanjaya, 2006:198).

Sedangkan menurut Silberman (dalam Budhiani, 2006:6) proses

belajar diungkapkan sebagai berikut:

(25)

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara guru,

siswa dan lingkungan dimana di dalam proses interaksi tersebut siswa

harus terlibat secara aktif sehinggga siswa dapat mengembangkan

kemampuan berfikirnya, penguasaan masalah, pembentukan sikap, serta

kepercayaan diri para siswa.

Sedangkan menurut filsafat kontruktivisme yang diungkapkan

oleh Paul Suparno, SJ (2001:16)

” pengetahuan itu adalah bentukan siswa sendiri yang sedang belajar. Pengetahuan siswa akan sesuatu merupakan hasil dari mengolah, mencerna dan kemudian merumuskannya. Selain itu pembelajaran merupakan proses pembiasaan dimana guru harus membantu siswa untuk mampu belajar sendiri. Di sini saat mempelajari sesuatu siswa tidak kosong tetapi sudah memiliki pemahan terlebih dahulu dan guru membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuannya.”

2. Pengertian Matematika

Matematika berasal dari bahasa Latin manthanein ataumathema

yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa

belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan

dengan penalaran. Sedangkan menurut Hudoyo (2001:135) matematika

adalah ilmu yang berhubungan atau menelaah bentuk-bentuk atau

struktur-struktur yang abstrak dan hubungan-hubungan di antara hal-hal itu.

Matematika merupakan ilmu dasar untuk melatih kemampuan

berfikir kritis, sistematis, logis, kreatif, dan kemampuan bekerja sama yang

efektif. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran

(26)

demikian pemahaman konsep dapat diawali melalui pengalaman peristiwa

nyata atau intuisi, sehingga matematika dapat digunakan untuk

mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah dalam kehidupan

sehari-hari.

3. Pengertian Pembelajaran Matematika

Menurut Hudoyo (2001:92) pengertian dari pembelajaran

matematika diungkapkan sebagai berikut:

Dengan demikian pembelajaran matematika adalah proses aktif individu siswa yang bersosialisasi dengan guru, sumber atau bahan belajar, teman dalam memperoleh pengetahuan baru. Proses aktif tersebut menyebabkan perubahan tingkah laku, misalnya setelah belajar matematika siswa itu mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan matematikanya di mana sebelumnya ia tidak dapat melakukannya.”

Pembelajaran matematika juga dapat diartikan sebagai kegiatan

yang menekankan pada eksplorasi matematika, model berfikir yang

matematik, dan pemberian tantangan atau masalah yang berkaitan dengan

matematika. Sebagai akibatnya peserta didik melalui pengalamannya dapat

membedakan pola-pola dan struktur matematik, peserta didik dapat

berfikir secara rasional, sistematik (Hudoyo 1981).

Sekarang ini pembelajaran matematika yang sedang

dikembangkan adalah pembelajaran matematika yang mengarah pada

prinsip-prinsip konstruktivisme. Menurut Marpaung (dalam Yulia, 2005:6)

garis besar dari prinsip kontruktivisme adalah sebagai berikut:

a. pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri,

(27)

c. siswa aktif mengkonstruksi terus menerus, sehingga selalu terjadi

perubahan konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan

konsep ilmiah,

d. guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses

konstruksi siswa berjalan mulus. Jadi di dalam pembelajaran

matematika, proses belajar siswa itu aktif dan peran guru bukan

pen’transfer’ pengetahuan tetapi sebagai fasilitator atau pembimbing

dalam pembelajaran.

B. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (1995:2) pembelajaran kooperatif merupakan suatu

model pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk

saling membantu dalam mempelajari materi pembelajaran. Setiap kelompok

memiliki anggota dengan kemampuan yang berbeda-beda, serta berasal dari

agama, ras, dan suku yang berbeda-beda. Menurut Kagan (1994:

http//edtech.kennesaw.edu/intech/cooperativelearning,htm diakses tanggal 19

agustu 2010) pembelajaran kooperatif merupakan strategi pemebelajaran pada

kelompok-kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda.

Sedangkan menurut Erman Suherman dkk (2001:218) belajar kooperatif

mencakupi kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk

menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan

(28)

Menurut Widyanti(2006:3) pembelajaran kooperatif mengutamakan

kerja sama dalam menyelesaikan masalah untuk menerapkan pengetahuan dan

ketrampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa tidak

hanya bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri tetapi juga terhadap tim.

Mereka harus saling membantu dan mendiskusikan jawaban agar setiap anggota

di dalam kelompok menguasai dengan benar jawaban yang ada. Sedangkan

menurut Nurhadi dan Senduk (2003, dalam Wena, 2009) pembelajaran

kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi yang

silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar,

tetapi juga sesama siswa. Menurut Karlina (2008), pembelajaran kooperatif

merupakan pengajaran yang memberikan kesempatan peserta didik untuk

bekerja sama dengan peserta didik yang lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.

Berdasarkan pengertian pembelajaran koopertif dari beberapa sumber

maka peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperif adalah pembelajaran

yang mengutamakan terbentuknya kerja sama di dalam kelompok dimana setiap

anggota kelompok memiliki tanggung jawab untuk membuat anggota kelompok

yang lain mengerti tentang jawaban yang ada. Setiap anggota kelompok

memiliki rasa memiliki terhadap tim sehingga mereka juga memiliki kontribusi

yang sangat penting untuk memajukan kelompoknya.

1. Unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif

Menurut Roger dan David (dalam Agus 2009: 58) tidak semua belajar

(29)

yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus

diterapkan. lima unsur tersebut adalah:

Tabel 2.1: Elemen-elemen Pada Pembelajaran Kooperatif Elemen Faktor-faktor

Saling ketergantungan positif

• Menjamin semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan yang sama jika kelompok mencapai tujuan. • Mengatur sedemikian hingga setiap peserta didik dalam

kelompok hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok.

• Setiap anggota kelompok memiliki kontribusi yang unik hal ini merupakan sumber untuk menciptakan usaha bersama, dan juga harus bisa mempertanggung jawabkannya.

Tanggung jawab perseorangan

• Memberikan tes secara individu

• Memberikan tugas kepada siswa, yang dipilih secara random untuk mempresentasikan hasil kelompoknya. • Mengamati setiap kelompok dan mencatat frekuensi

individu.

• Memberikan tugas kepada siswa untuk mengajarkan kepada temannya.

Interaksi Promotif • Saling membantu secara efektif dan efisien.

• Saling memberi informasi dan saran jika diperlukan. • Memproses informasi bersama secara lebih effektif dan

efisien.

• Saling mengingatkan.

• Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi.

• Saling percaya

• Saling memberi motivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.

keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi dan kelompok

• Saling mengenal dan mempercayai

• Saling berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius • Saling menerima dan saling mendukung.

• Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif • Membuat diskusi berjalan

Proses kelompok • Anggota kelompok mendiskusikan bagaimana yang terbaik, sampai memperoleh kesepakatan dan menjaga hubungan kerja dalam kelompok

• Menceritakan kegiatan anggota kelompok , siapa yang memberi kontribusi dan siapa yang tidak.

(30)

Menurut Nur (2000, dalam Widyantini 2006), prinsip dasar

pembelajaran kooperatif sebagai berikut :

a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu

yang dikerjakan kelompoknya.

b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua

anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.

c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung

jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluas daerahi.

e. Setiap anggoaa kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan

membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersama selama proses

belajarnya.

f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung

jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok

kooperatif.

2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Slavin, Abrani, dan Chambers (1996, dalam Sanjaya 2006)

berpendapat bahwa belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa

perspektif, yaitu perspektif motivasi, perspektif sosial, perspektif

(31)

a. Perspektif motivasi

Bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan

setiap anggota kelompok akan saling membantu. Dengan demikian

keberhasilan individu pada dasarnya adalah keberhasilan kelompok.

b. Perspektif sosial

Bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam

belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok

memperoleh keberhasilan.

c. Perspektif perkembangan kognitif

Bahwa dalam setiap interaksi antar anggota kelompok dapat

mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai

informasi.

d. Perspektif elaborasi kognitif

Setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan menimba informasi

untuk menambah pengetahuan kognitifnya. Dengan demikian,

karakteristik pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya (2006) adalah

sebagai berikut :

(1). Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Semua

anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Setiap kelompok bersifat heterogen,

(32)

kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang sosial

yang berbeda.

(2). Didasarkan pada manajemen kooperatif

Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat

fungsi, yaitu fungsi perencanaan, fungsi pelaksanaan, fungsi

organisasi, dan fungsi kontrol. Begitu pula pada pembelajaran

kooperatif mempunyai empat fungsi, yaitu :

(a) Fungsi perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran

kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses

pembelajaran berjalan secara efektif.

(b) Fungsi pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran

kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan,

melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan

termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati bersama.

(c) Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota

kelompok, oleh sebab itu perlu diatur tugas dan tanggung

jawab setiap anggota kelompok.

(d) Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam pembelajaran

kooperatif perlu ditentukan kriteriakeberhasilan baik melalui

(33)

(3). Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan

secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip kerja sama perlu

ditekankan dalamproses pembelajaran kooperatif.

(4). Ketrampilan bekerja sama

Kemauan untuk bekerja kemudian dipraktikkan melalui aktivitas

dan kegiatan yang tergambarkan dalam ketrampilan bekerja sama.

Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup

berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain.

C. Numbered Heads Together

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan

untuk meningkatkan penguasaan akademik. Ada banyak tipe NHT yang

dikembangkan. Salah satunya dengan melibatkan para siswa dalam menelaah

bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka

terhadap isi pelajaran tersebut. Namun dalam penelitian ini model

pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dipakai dalah NHT menurut Ibrahim

(dalam

http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together/ diakses tanggal 15 Mei 2010). Karena menurut

Ibrahim dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT maka

(34)

1. Hasil belajar akademik stuktural.

Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat

meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik

2. Pengakuan adanya keragaman

Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai

berbagai latar belakang

3. Pengembangan ketrampilan sosial

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.

Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya,

menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat,

bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Pada walnya penerapan model

pembelajaran kooperatif tipeNHTmemiliki tiga langkah penting yaitu :

(a) Pembentukan kelompok;

(b) Diskusi masalah;

(c) Tukar jawaban antar kelompok

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim

(2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :

Langkah 1. Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan

membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang

(35)

Langkah 2. Pembentukan kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi

beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi

nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang

berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau

dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar.

Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal

(pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku

panduan

Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki

buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam

menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.

Langkah 4. Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap

siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap

siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa

tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS

atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat

(36)

Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari

tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan

menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

Langkah 6. Memberi kesimpulan

Jawaban yang ada tidak hanya berasal dari satu siswa, maka

jawaban yang dikemukakan menjadi sangat bervariatif, disini peran guru

dibutuhkan untuk membantu siswa menyimpulkan jawaban akhir dari

semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

D. Keterlibatan Siswa

Keterlibatan adalah suatu keadaan seseorang ikut berperan secara aktif

dalam suatu kegiatan menurut Surayin (2003:296 dalam Novi 2007:15),

proses pembelajaran memerlukan keterlibatan secara aktif dalam berbagai

kegiatan pembelajaran, penguasaan siswa terhadap suatu materi yang

dipelajari, tergantung dari keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Guru

berperan sebagai fasilitator atau pengatur interaksi dalam kegiatan

pembelajaran. Yang dimaksud dengan keterlibatan dalam penelitian ini adalah

cara-cara keikut sertaan siswa dalam melakukan atau berbuat sesuatu secara

aktif untuk memperoleh ilmu yang mereka inginkan, terutama dalam

kelompok berupa informasi (sharing of information), berbagai tafsiran

(37)

matematik. Dalam penelitian ini keterlibatan yang diamati meliputi aktivitas

siswa:

1. Siswa bertanya pada teman atau guru saat berdiskusi kelompok

2. Siswa membantu teman lain yang bertanya

3. Siswa mengemukakan ide atau gagasan

4. Siswa melaksanakan tugas yang sudah dibagi oleh kelompok

masing-masing.

5. Siswa menyelesaikan soal kelompok secara bersama-sama

6. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru

7. Siswa menuliskan jawaban kelompok di papan tulis.

8. Siswa mampu menjelaskan ide atau gagasan saat berdiskusi kelas

9. Siswa memberikan tanggapan atas jawaban kelompok lain

10. Siswa memberikan ide atau gagasan lain saat diskusi kelas

11. Siswa mampu membuat kesimpulan atau rangkuman pembelajaran.

E. Materi Pembelajaran

Luas daerah bangun datar adalah jumlah persegi satuan yang tepat

menutupi daerah bangun tersebut. Materi yang akan dibahas hanya meliputi

luas daerah segi empat dan segitiga, untuk segi empat yang akan di bahas

adalah luas daerah persegi, persegi panjang, jajargenjang, segitiga, trapesium,

(38)

1. Luas Daerah Persegi

Sebelum kita mencari luas daerah persegi kita harus terlebih dahulu

mengetahui definisi tentang luas daerah, karena definisi luas daerah telah

diketahui maka kita dapat menggunakan definisi ini untuk mencari rumus

dari luas daerah persegi. Cara untuk mencari luas daerah persegi pertama

kita dapat menggunakan persegi satuan dan kemudian menghitung jumlah

persegi satuan yang tepat menutupi daerah persegi. Sekarang cobalah

tentukan luas daerah persegi di bawah ini?

(Gambar 2.1: Persegi)

Dalam mencari luas daerah persegi kita dapat melakukannya dengan

menghitung banyaknya persegi satuan yang ada di dalam persegi.

(Gambar 2.2: Persegi Beserta Satuan Luas Daerahnya)

Jadi luas persegi di samping adalah :

Luas = 4+4+4+4

= 4 x 4

=16 persegi satuan

(39)

Satuan luas daerah yang digunakan adalah persegi satuan, sehingga dapat

disimpulkan luas daerah persegi di atas adalah 16 persegi satuan.

4 persegi satuan yang mendatar menunjukan panjang dari persegi besar

dan 4 persegi satuan yang vertikal menunjukan lebar dari persegi besar.

(Gambar 2.3: persegi beserta nama sisinya)

Luas daerah persegi dapat ditulis = panjang (p) x lebar (l)

Tetapi jika kita melihat gambar maka panjang dan lebar dari persegi

ternyata sama panjangnya sehingga panjang dan lebar dari persegi bisa

kita beri nama sisi, sehingga rumus luas daerah persegi menjadi

panjang (p) = s

lebar (l) =s Lebar (l)

Panjang (p)

Luas = panjang (p) x lebar (l)

Luas = sisi (s) x sisi (s)

(40)

2. Luas Daerah Persegi Panjang

Luas daerah persegi panjang dapat kita cari menggunakan cara yang

sama seperti saat mencari luas daerah persegi. Sekarang cobalah tentukan

luas daerah persegi panjang berikut ini!

(Gambar 2.4: Persegi Panjang)

Langkah pertama kita hitung dahulu berapa banyak persegi yang berada di

dalam persegi panjang, ternyata jumlahnya adalah 40 persegi satuan,

dengan rincian ada 8 persegi satuan yang mendatar dan ada 5 persegi

satuan yang vertikal sehingga dapat ditulis menjadi :

Luas daerah = 8 +8 + 8 +8 +8

Luas daerah = 5 x 8

Luas daerah = 40 persegi satuan

8 persegi satuan menunjukan lebar dari persegi panajang, dan

5 persegi satuan menunjukan panjang dari persegi pangajang

Lebar (l)

panjang (p)

(41)

Rumus luas daerah persegi panjang dapat ditulis secara umum

3. Luas Daerah Segitiga

(Gambar 2.6: Segitiga)

Ternyata dari gambar di atas kita tahu bahwa luas daerah segita ACD

merupakan 2 1

dari luas daerah persegi panjang ABCD. Sehingga untuk

mencari luas daerah segitiga ACD kita tidak perlu menjumlahkan satuan

persegi yang ada di dalam segitiga, kita cukup menggunakan definisi luas

daerah persegi panjang yang telah kita ketahui. Sehingga rumus luas

daerah segitiga dapat kita tuliskan sebagai berikut:

(42)

4. Luas Daerah Jajargenjang

(Gambar 2.7: Jajargenjang)

Sekarang cobalah cari rumus luas daerah jajargenjang di atas!

Dalam mencari luas daerah jajargenjang, sama halnya dengan

mencari luas daerah segitiga, kita tidak perlu menghitung jumlah persegi

yang berada di dalam daerah jajargenjang, kita dapat menggunakan rumus

luas daerah persegi panjang yang telah kita ketahui lebih dahulu. Langkah

awal yang harus kita lakukan adalah membuat jajargenjang menjadi persigi

panjang, coba perhatikan di bawah ini:

Misalkan daerah segitiga ADE dipindah ke sebelah kanan garis BC,

maka akan terbentuk bangun persegi panjang dengan panjang p = a dan

lebar l = t.

(Gambar 2.8: Jajargenjang Menjadi Persegi)

A

E D

C

B

t

a

Nama bangun disamping adalah

jajargenjang ABCD.

a = alas jajargenjang

t = tinggi jajargenjang

A

E D

C

B

t

a

t = l

A a = p B

(43)

Dimana D dan C berimpit menjadi F, dan E terbagi menjadi dua yaitu E

dan E’, sehingga luas daerah jajargenjang dirumuskan sebagai berikut :

Luas daerah jajargenjang = Luas persegi panjang

= ( panjang x lebar )

= p x l

Luas daerah jajargenjang =a x t

L = a x t

5. Luas Daerah Trapesium

(Gambar 2.9: Trapesium)

Luas daerah trapesium dapat kita cari dengan menggunakan tiga langkah.

Tiga langkah yang harus kita kerjakan adalah:

Langkah pertama, bagilah daerah trapesium menjadi beberapa bagian.

Hal yang perlu kita ingat dalam membagi daerah trapesium adalah kita harus

memperhatikan bangun datar apa saja yang telah kita ketahui rumusnya

sehingga kita dapat mempergunakan rumus luas daerahnya.

Nama bangun di samping

adalah trapesium ABCD.

t = tinggi trapesium,

s1 dan s2 = sisi-sisi sejajar

B

A s1

E C

t

D

(44)

(Gambar 2.10: Trapesium yang Dibagi Menjadi 3 Bagian)

Daerah trapesium di atas dapat dipecah menjadi tiga bagian.

Bagian I adalah segitiga siku-siku.

Bagian II adalah persegi panjang

Bagian III adalah segitiga siku-siku

Langkah kedua, memasukan rumus luas daerah bangun datar yang kita

ketahui ke dalam rumus luas daerah trapesium. Langkah ketiga adalah

menghitung berapa luas daerah trapesium, sehingga rumus luas daerah

trapesium dapat dituliskan sebagai berikut :

( )

DC dab AB adalah

(45)

6. Luas Daerah Belah-ketupat

(Gambar 2.11: Belah-ketupat)

(Gambar 2.12: Segitiga Pembentuk Belah-ketupat)

Pertama kita lihat sisi AD, sisi AD pada segitiga ACD memiliki

panjang yang sama dengan sisi AD pada segitiga ABD karena kedua sisi

ini berhimpit.

Sisi AC = sisi CD = sisi AB = sisi BD hal ini sesuai dengan

definisi belah-ketupat yaitu segi empat yang memiliki sepasang sisi yang

berdampingan sama panjang serta sudut-sudut yang berhadapan sama

besar. Hal ini membuat segitia ACD kongruen dengan segitiga ABD.

Rumus ketupat dapat ditentukan dengan membagi

belah-ketupat menjadi dua buah segitiga yang kongruen, yaitu sitiga ACD dan

segitiga ABD, sebenarnya kita juga bias membagi belah-ketupat menjadi

empat segitiga kongruen , tetapi di sini kita hanya akan membaginya

menjadi dua segitiga saja. Rumus luas daerah belah-ketupat dapat ditulis : A

D

C B

Perhatikan segitiga ACD dan segitiga

ABD, apakah kedua segitiga ini kong

ruen? Kita dapat membuktikannya

dengan menggunakan salah satu

syarat segitiga kongruen yaitu

panjang ketiga sisi harus sama.

A A

C

D D

B

\\

\\

//

(46)

t

Jika a = alas segitiga = diagonal pertama (d1)

t = tinggi segitiga = setengah diagonal kedua (d2)

maka :

7. Luas Daerah Layang-layang

(Gambar 2.13: Layang-layang)

A

C

D B

Perhatikan segitiga ADC dan segitiga

ABC, apakah kedua segitiga ini kong

ruen? Kita dapat membuktikannya

dengan menggunakan salah satu

syarat segitiga kongruen yaitu

panjang ketiga sisi-sisinya harus

sama. //

//

\\

(47)

(Gambar 2.14: Segitiga pembentuk layang-layang)

Pertama kita lihat sisi AC, sisi AC pada segitiga ADC memiliki

panjang yang sama dengan sisi AC pada segitiga ABD karena kedua sisi ini

berhimpit.

Dari definisi layang-layang yaitu segi empat yang memiliki sisi-sisi

berdampingan sama panjang dan sepasang sudut yang berhadapan sama

besar. Dari sini maka diketahui kalau

Panjang sisi CB = panjang sisi CD

Panjang sisi AB = panjang sisi DA

t

t = tinggi segitiga = setengah diagonal kedua (d2)

(48)

F. Luas Gabungan Bangun Datar

Luas daerah gabungan bangun datar yang dimaksud di sini adalah

luas daerah bangun datar baru yang terbentuk dari luas daerah gabungan dua

buah jenis bangun datar sederhana yang telah diketahui. Luas daerah

gabungan bangun datar dapat dicari dengan beberapa langkah. Langkah

awal yang harus kita lakukan adalah membagi-bagi atau memotong daerah

bangun datar menjadi beberapa bagian sesuai dengan rumus luas daerah

bangun datar yang sudah kita ketahui. Langkah kedua menghitung satu

persatu luas daerah bangun datar baru yang kita ciptakan. Langkah terakhir

adalah menjumlahkan semua luas daerah bangun datar yang ada. Agar lebih

mengerti cobalah perhatikan contoh di bawah ini.

Contoh :

1. Tentukan luas daerah bangun datar berikut ini!

(Gambar 2.15: Gabungan Bangun Datar Soal Nomor 1)

Gambar di atas dapat kita bagi menjadi dua bagian, bagian pertama

merupakan persegi dan bagian kedua adalah segitiga. Luas daerah dapat kita

cari dengan menjumlahkan luas daerah persegi dengan luas daerah segitiga,

dalam bahasa matematika dapat ditulis : 8 cm

8 cm

(49)

Luas daerah bangun = Luas daerah persegi + Luas daerah segitiga

= s x s + 2 1

x a x t

= 8 x 8 + 2 1

x 8 x 6

= 64 + 24

= 88

Disimpulkan bahwa rumus luas daerah bangun datar tersebut adalah

88cm2

2. Tentukan luas daerah bangun datar berikut ini !

(Gambar 2.16: Gabungan bangun datar nomor 2)

Luas daerah bangun datar di atas dapat dicari dengan membagi gambar

menjadi tiga bagian, bagian pertama adalah persegi panjang, bagian

kedua segitiga I, dan bagian ketiga adalah segitiga II, sehingga gambar

menjadi seperti berikut:

4 cm

10 cm

(50)

(Gambar 2.17: Bagian-bagian Bangun Datar)

Setelah bangun datar kita bagi-bagi menjadi beberapa bagian yaitu

persegi panjang dan dua buah segitiiga, langkah berikutnya adalah

menjumlahkan luas daerah persegi panjang, segitiga I, dan luas daerah

segitiga II, dalam bahasa matematika dapat ditulis :

Luas Daerah Bangun = Luas daerah persegi panjang + Luas daerah

segitiga I + Luas daerah segitiga II

= px l + 2 1

x a1 x t1 +

2 1

x a2 x t2

= 10 x 6 + 2 1

x 10 x 4 + 2 1

x 6 x 3

= 60 + 20 + 9

= 89

Disimpulkan bahwa rumus luas daerah bangun datar tersebut adalah

89m2

I

3 cm

4 cm

6 cm

(51)

3. Tentukan luas daerah bangun datar berikut ini

(Gambar 2.18: Gabungan Bangun Datar Nomor 3)

Sebenarnya untuk mencari luas daerah bangun datar di atas kita dapat

membagi daerahnya menjadi bermacam-macam bangun seperti sebuah

persegi panjang dang dua buah segitiga siku-siku,

(Gambar 2.19: Bagian Bangun Datar Soal Nomor3)

2 cm

3 cm

4 cm

5 cm

2 cm

3 cm

4 cm

(52)

atau sebuah segitiga sama kaki, jajargenjang dan sebuah persegi panjang,

(Gambar 2.20: Bagian Bangun Datar Soal Nomor3)

Kita akan mencari luas daerah gabungan bangun datar di atas dengan

membaginya menjadi dua bagian yaitu trapesium sama kaki dan persegi

panjang. Luas daerahnya dapat kita cari dengan menjumlahkan luas

daerah trapesium dengan luas daerah persegi panjang:

(Gambar 2.21: Gabungan Bangun Datar dari Trapesium dan Persegi Panjang)

2 cm

3 cm

4 cm

5 cm \\

// \\

2 cm

3 cm

4 cm

5 cm

(53)

Luas daerah Bangun = Luas daerah persegi panjang + Luas daerah

trapesium

= px l + t (s1 s2 )

2 1

+ ×

= 4 x 5 + 2 1

x 3 x ( 2+2+4+4)

= 20 + 18

= 38

Disimpulkan bahwa luas daerah bangun datar tersebut adalah 38cm2

Untuk materi luas daerah bangun-bangun datar dan luas daerah

gabungan bangun datar tersebut diambil dari buku Cerdas Berhitung

(54)

38

BAB III

MODEL PEMBELAJARAN PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini termasuk dalam penelitian pra- eksperimental tipe

one-shot case study karena tidak menggunakan kelas kontrol dan tidak adanya

pretes-postes. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode

deskriptif kualitatif. metode penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

suatu gejala, peristiwa atau kejadian yang terjadi pada masa sekarang dalam

keadaan yang sebenarnya serta mengungkapkan aktifitas siswa secara fisik

mengenai keterlibatan siswa dalam pembelajaran matematika pada materi

menentukan luas gabungan bangun datar sederhana dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipeNumbered Heads Together. MenurutBogdan dan

Taylor (dalam Moleong, 2007: 4) “ Metode kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang danperilaku yang dapat diamati”.

Peneliti menggunakan data lembar kerja kelompok, data observasi

kegiatan pembelajaran, data dari video saat proses pembelajaran berlangsung

dan data lisan yang berupa hasil wawancara. Pada dasarnya penelitian deskriptif

kualitatif menekankan pada keadaan yang sebenarnya, dan berusaha

(55)

B. Subjek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SD N Blondo 1

Mungkid Magelang, yang pada tahun pelajaran 2010/2011 memiliki siswa

sebanyak 22 siswa, dimana seluruh siswa kelas VI mengikuti kegiatan

pembelajaran mengenai materi luas gabungan bangun datar sederhana

melalui pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT) dan wawancara akan dilakukan kepada 6 siswa yang telah

dipilih berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung.

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru. Data penelitian dalam

penelitian ini adalah data mengenai kegiatan yang dilakukan siswa dan

keterlibatan apa saja yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran

menentukan luas gabungan bangun datar sederhana.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SD N Blondo 1 Mungkid Magelang. Waktu

penelitian pada bulan agustus 2010 sampai oktober 2010.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

cara observasi atau pengamatan langsung yang dilakukan dengan merekam

kegiatan pembelajaran menggunakan handy-cam, foto, dan perekam suara.

Pada penelitian ini peneliti dibantu oleh pengamat. Pengamat pada penelitian

(56)

pengamatan, pengamat mendapatkan pengarahan mengenai apa saja yang

akan diamati. Pada proses pelaksanaan akan di upayakan agar subjek tidak

mengetahui kalau sedang diamati.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, digunakan instrumen yang mendukung

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan sesuai

dengan ciri pembelajaran Numbered Heads Together. Instrumen penelitian

yang digunakan terdiri dari :

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran dalam penelitian ini berupa Rancangan

Perencanan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja (LK),

a. Rancangan Perencanan Pembelajaran (RPP)

Rancangan Perencanan Pembelajaran disusun oleh peneliti

dengan mengacu pada pembelajaran yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dengan

topik menghitung luas gabungan bangun datar sederhana, yang

dilampirkan di halaman 99. Supaya pembelajaran dapat terlaksana

dengan baik dan sesuai dengan harapan, maka RPP debagi menjadi

(57)

Tabel 3.1: Rancangan Pertemuan

Dalam RPP ini peneliti merencanakan pembelajaran sebanyak 5 kali

pertemuan.

b. Lembar Kerja (LK)

Lembar Kerja Siswa digunakan sebagai alat untuk

mengetahui seberapa besar pemahaman siswa dalam kegiatan diskusi

kelompok dan juga sebagai penggerak kegiatan pembelajaran di

dalam kelas. Di dalam kelas, siswa diarahkan untuk mengerjakan

soal-soal latihan yang terdapat dalam Lembar Kerja yang memuat

materi mengenai menghitung luas gabuangan dua bangun datar

sederhana secara kelompok. Saat diskusi kelompok, setiap kelompok

diminta untuk mendiskusikan jawaban soal-soal latihan yang paling

tepat menurut kelompok mereka dan menuliskan hasil diskusi dalam

lembar kerja. Setelah jawaban kelompok diperoleh, setiap siswa

bertugas untuk membantu anggota kelompok yang lain agar mengerti

dan paham.

Lembar kerja siswa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu

Lembar kerja I, Lembar kerja II dan Lembar kerja III. Lembar kerja I

membahas mengenai materi menentukan dan mengitung luas bangun

Materi Alokasi waktu

RPP 1 Menentukan dan menghitung luas persegi, persegi panjang, segitiga, jajargenjang, trapesium, belah ketupat, dan layang-layang

6 x 35 menit (6 jam pelajaran)

RPP 2 Menghitung luas gabungan bangun datar sederhana, yang dibentuk dari dua bangun datar sederhana.

(58)

datar persegi, persegi panjang, segitiga dan jajargenjang. Lembar

kerja II membahas mengenai materi menentukan dan mengitung luas

bangun datar trapesium, belah-ketupat dan layang-layang. Sedangkan

Lembar kerja III membahas mengenai materi mengitung luas

gabungan bangun datar sederhana. Lembar kerja I, II, dan III

dilampirkan di halaman 128, 137 , dan 142. Soal-soal latihan yang

terdapat dalam lembar kerja dibuat dengan kisi-kisi sebagai berikut

(semua satuan dalam cm) :

Tabel 3.2: Kisi-kisi Soal Nomor 1 Yang Terdapat Pada LK I

Nomor Soal

Kisi-kisi Soal

a. menentukan rumus luas persegi

tulislah dan jelaskan darimana asalnya rumus luas bangun-bangun datar dibawah ini!

Persegi 1.

(59)

Tabel 3.3: Kisi-kisi Soal Lembar Kerja 1 no2 c. menentukan rumus segitiga Segitiga

d. menentukan rumus luas jajar genjang

Jajargenjang

Nomor Soal

Kisi-kisi Soal

a. menentukan luas persegi panjang tentukan luas bangun datar sederhana dibawah ini ! (satuan dalam cm)

persegi panjang 2.

b. menentukan luas segitiga Segitiga

A B

C C

B

D A

4

5

3

2

A B

C

B

D C

A

/

(60)

c. menentukan luas persegi Persegi

d. menentukan luas jajargenjang Jajargenjang

e. menentukan luas gabungan dari dua bangun (segitiga dan persegi panjang) datar sederhana

Gabungan bangun datar

f. menentukan luas gabungan dari dua bangun (segitiga dan

jajargenjang) datar sederhana

Gabungan bangun datar (trapesium)

(61)

Tabel 3.4: Kisi-kisi dan Soal Lembar Kerja 2

No. Kisi-kisi soal

a. menentukan rumus luas trapesium

Tulis dan jelaskan rumus luas bangun-bangun di bawah ini! Trapesium

b. menentukan rumus luas layang-layang

Layang-layang 1

c. menentukan rumus luas belah-ketupat

Belah ketupat

2 a. menentukan luas trapesium Berapakah luas bangun-bangun datar di bawah ini?

(62)

b. menentukan luas layang-layang Luas layang-layang

c. menentukan luas belah-ketupat Luas belah ketupat

d. menentukan luas gabungan dari dua bangun (trapesium dan belah-ketupat) datar sederhana

(63)

Tabel 3.5: Kisi-kisi dan Soal Lembar Kerja 3 No. Kisi-kisi Soal

1. menentukan luas gabungan dari dua bangun datar sederhana

Tentukan luas gabungan bangun datar sederhana di bawah ini !

2. menentukan luas gabungan dari dua bangun datar sederhana

3. menentukan luas gabungan dari dua bangun datar sederhana

(64)

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini berupa tes awal,

wawancara, dan data observasi kegiatan siswa dalam pembelajaran.

a. Test Awal

Test dalam penelitian ini terdiri dari tes awal. Test awal

dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran dalam penelitian dimulai.

Dengan tes awal ini maka peneliti ingin mengetahui seberapa besar

pengetahuan yang dimiliki oleh siswa mengenai materi luas bangun

datar. Hasil test awal digunakan untuk melakukan pembagian

5. menentukan luas gabungan dari dua bangun datar sederhana

6. menentukan luas gabungan dari dua bangun datar sederhana

(65)

kelompok. Lembar kerja test awal dilampirkan di halaman 124

Lembar kerja test awal dengan kisi-kisi sebagai berikut.

Tabel 3.6: Kisi-kisi dan Soal Tes Awal No. Kisi-kisi Soal 1. Menentukan

hasil dari operasi perkalian

selesaikanlah perkalian berikut! a. 3×9=... b. 7×5=... c. 6×4=... d. 8×8=... e. 4×9=... f. 7×9=... Menentukan luas

persegi panjang

Berapakah luas bangun datar di bawah ini ?

a. Berapakah luas permukaan meja?

Luas = .... x .... = .... cm2

2.

b. Berapakah luas kolam renang tersebut?

(66)

Menentukan luas segitiga

c. Berapakah luas segitiga di bawah ini?

Luas = .... x .... = .... cm2

d. Berapakah luas segitiga di bawah ini?

Luas = .... x .... = .... cm2

Menentukan luas jajargenjang

e. Berapakah luas jajargenjang di bawah ini?

Luas = .... x .... = .... cm2

Menentukan luas trapesium

f. Berapakah luas trapesium di bawah ini?

(67)

Menentukan luas belah ketupat

g. Berapakah luas belah ketupat di bawah ini?

Luas = .... x .... = .... cm2

Gunakan sifat asosiatif, komutatif, dan distributif untuk menyelesaikan soal di bawah ini!

a. 7+56=.....=...

Wawancara menurut Basuki (2006) adalah:

Wawancara semiterstruktur adalah wawancara yang tidak memiliki persiapan sebelumnya, dalam arti kalimat dan urutan pertanyaan yang

diajukan tidak harus mengikuti ketentuan secara ketat”.

Sedangkan menurut Sudjana wawancara bebas (tidak berstruktur)

adalah wawancara yang jawabannya tidak perlu disiapkan sehingga

siswa bebas mengemukakan jawabannya. Keuntungan wawancara

jenis ini adalah informasi yang didapat lebih padat dan lebih lengkap

(68)

Selain itu wawancara jenis ini memungkinkan mencakup ruang

lingkup yang lebih besar guna keperluan merangkum pendapat dan

jawaban responden.

Wawancara dilakukan hanya kepada beberapa siswa. Selain itu,

tujuan dari wawancara adalah untuk mengetahui pendapat siswa

terhadap model pembelajaraan kooperatif tipe Numbered Heads

Together yang telah dilaksanakan, apakah model pembelajaraan

tersebut dapat membantu siswa untuk semakin terlibat aktif dalam

pembelajaran atau tidak. Panduan wawancara ini berupa

pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada aktifitas siswa selama mengikuti

pembelajaran, antara lain:

(1). Bagaimana perasaan kamu dalam mengikuti pembelajaran

matematika kemarin? Coba ceritakan!

(2). Kenapa?

(3). Kalau kamu lebih senang mengerjakan soal secara berkelompok

atau mandiri? Coba ceritakan!

(4). Kalau mengerjakan secara berkelompok kira-kira semua

anggota kelompok ikut berfikir tidak?

(5). Apakah kemarin kamu dapat aktif untuk terlibat langsung dalam

diskusi kelompok maupun dalam pembelajaran kelas?

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepada siswa

berkembang berdasarkan respon atau jawaban siswa dalam

(69)

c. Observasi

Observasi kegiatan pembelajaran dilakukan untuk mengetahui

keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, tujuan

dari observasi adalah untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan

kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun peneliti. Observasi

kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara langsung oleh empat

pengamat, setiap pengamat mengamati kegiatan pembelajaran

kelompok berdasarkan pada lembar observasi yang telah disusun

peneliti. Instrumen observasi disusun sesuai dengan karakteristik

model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.

Berikut instrumen yang digunakan oleh peneliti :

Tabel 3.7: Instrumen Observasi

No. Kegiatan yang diamati Keterangan 1. Kegiatan kelas Siswa berani bertanya

pada guru

a. Siswa berani bertanya pada guru

b. Siswa berani bertanya pada teman

c. Siswa berani mengutarakan

pendapat

d. Siswa memberi tanggapan terhadap pendapat atau ide teman sekelompok 2. Diskusi

kelompok

e. Siswa membuat kesimpulan dari masalah yang ada a. Sikap dan kesigapan

siswa dalam mempresentasikan jawabannya

b. Siswa menyampaikan jawabannya secara lisan

3. Presentasi

Gambar

Tabel Keterangan
Gambar Keterangan
Tabel 2.1: Elemen-elemen Pada Pembelajaran Kooperatif
Gambar di atas dapat kita bagi menjadi dua bagian, bagian pertama
+7

Referensi

Dokumen terkait

P : Apakah nilai-nilai kekeluargaan (Hibua Lamo) dapat dijadikan sebagai basis dalam merekonsiliasi kondisi masyarakat Desa Mamuya pasca perpecahan jemaat.. N : “kalau

[r]

• Untuk menjalankan program sebuah kelas wajib memiliki main method (program pertama kali akan mengeksekusi yang ada di dalam main method )... // This program prints Welcome

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan dua model komunikasi word of mouth sebagai acuan dasar penelitian, Yaitu organic dan amplified word of

Dalam perencanaan dan penyususnan Laporan Akhir yang berjudul “Implementasi IP Camera Untuk Monitoring Ruang Teori dan Lab Praktikum Berbasis Web Server di

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran

b) Izin - izin Usaha yang dipersyaratkan (TDP, SITU/SIGU/Domisili) c) SIUJK (Jasa Konstruksi Bidang Instalasi Mekanikal dan Elektrikal). d) SBU Sub Klasifikasi MK001 Jasa

Selasa Bahan katun prima, panjang 3 m, (motif sesuai contoh) 33 potong 4 Seragam atasan batik untuk hari. Selasa Bahan katun prima, panjang 3,5 m, (motif sesuai contoh) 4 potong