• Tidak ada hasil yang ditemukan

WUJUD DAN PERANAN DEVIASI DALAM SAJAK-SAJAK SITOR SITUMORANG SERTA KORELASINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "WUJUD DAN PERANAN DEVIASI DALAM SAJAK-SAJAK SITOR SITUMORANG SERTA KORELASINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

WUJUD DAN PERANAN DEVIASI DALAM SAJAK-SAJAK

SITOR SITUMORANG SERTA KORELASINYA DENGAN

PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

JURNAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan

Program Strata Satu (S1) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

OLEH

BAIQ SUPIYANI

E1C014008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)
(3)

WUJUD DAN PERANAN DEVIASI DALAM SAJAK-SAJAK SITOR SITUMORANG SERTA KORELASINYA DENGAN PEMBELAJARAN

SASTRA DI SMA

Penulis : Baiq Supiyani

Dosen Pembimbing 1 : Drs. H. Anang Zubaidi Soemerep, M.Pd. Dosen Pembimbing 2 : Murahim, M.Pd

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah FKIP Universitas Mataram

Email : bqsupiyani@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud dan peranan deviasi dalam sajak-sajak Sitor Situmorang serta korelasinya dengan pembelajaran sastra di SMA.Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah teknik studi pustaka, yaitu dengan mengumpulkan berbagai sumber pustaka seperti kumpulan puisi Sitor Situmorang serta pustaka-pustaka penunjang berupa teori-teori mengenai deviasi dalam karya sastra yang berbentuk puisi.Teknik dalam menganalisis data adalah membaca, mencatat, mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan menyimpulkan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa wujud deviasi yang terdapat dalam sajak-sajak Sitor Situmorang yang berjudul Kaliurang Tengah Hari, Doa Tengah Malam dan Borobudur Sehari adalah penggantian fonem, penggunaan huruf yang tidak memiliki makna secara konvensional, adanya kata yang tidak lazim, penghilangan sebagian afiks, neologisme, enjambemen, penggunaan kalimat yang mengandung makna konotasi dan penulisan huruf yang tidak sesuai dengan kaidah penulisannya. Secara umum, wujud deviasi tersebut memiliki peranan yaitu untuk menimbulkan efek magis dan misterius sehingga sajak-sajak Sitor Situmorang tersebut memilki nilai estetika yang tinggi. Mengetahui deviasi dalam sajak merupakan salah satu pengajaran apresiasi sastra untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mendata kata-kata dengan menunjukkan diksi, gaya bahasa dan rima/irama dalam puisi.

(4)

PENDAHULUAN

Sastra lahir oleh dorongan

manusia untuk mengungkapkan diri,

tentang masalah manusia,

kemanusiaan, dan semesta.Karya

sastra berbentuk prosa memiliki diksi

atau kata yang lebih terurai sehingga

dapat dengan mudah dipahami

dibandingkan dengan sajak (puisi)

yang lebih mementingkan kepadatan

kata dalam setiap kata yang digunakan

dan ini seringkali membuat sajak

dianggap sebagai karya sastra yang

sulit dipahami.

Deviasi merupakan penyimpangan

bahasa yang dikategorikan dalam

stilistika.Salah satu hambatan dalam

pemahaman sajak adalah karena

pemahaman yang rendah terhadap

unsur pembangun puisi khususnya

banyak kata yang merupakan deviasi

yang terdapat di dalam sajak.Salah

satu penyair yang sajaknya banyak

mengandung deviasi adalah Sitor

Situmorang.

Mengapresiasi puisi dengan

mengetahui wujud dan peranan deviasi

yang terkandung di dalamnya dapat

meningkatkan kepekaan siswa untuk

melatih diri dan pemahamannya

terhadap karya sastra, sehingga

pembelajaran sastra di SMA dapat

bersifat apresiatif .

Berdasarkan latar belakang di atas,

dapat disimpulkan rumusan masalah

dalam penelitian adalah:

1. Bagaimanakah jenis dan wujud

deviasi yang terdapat dalam

sajak-sajak Sitor Situmorang?

2. Bagaimanakah peranan deviasi

dalam sajak-sajak Sitor Situmorang?

3. Bagaimanakah korelasi antara

wujud dan peranan deviasi dalam

sajak-sajak Sitor Situmorang dengan

pembelajaran sastra di SMA?

Adapun tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mendeskripsikan

wujud dan peranan deviasi dalam

sajak-sajak Sitor Situmorang serta

korelasinya dengan pembelajaran

(5)

Deviasi

Istilah deviasi (penyimpangan)

dan foregrounding (penonjolan) yang

keduanya tidak bisa dipisahkan berasal

dari teori Formalisme Rusia.Keduanya

dipandang sebagai karakteristik

penting bahasa sastra.Keduanya

mula-mula dikemukakan oleh Kaum

Formalisme Rusia dengan tokoh-tokoh

Jan Mukaovsky, Roman Jakobson,

Victor Shklovsky, Jurij Tynjanov, dan

lain-lain. Setelah itu, penggunanan

istilah tersebut untuk maksud yang

sama menjadi sangat populer dan

seolah-olah telah menjadi milik

masyarakat. Artinya, hampir semua

orang yang berbicara tentang

karakteristik bahasa sastra, dapat

dipastikan menyebut kedua istilah

tersebut (Nurgiyantoro, 2014: 285).

Berbicara mengenai lisensi

puitika (poetica license), sebenarnya

sudah dilakukan orang jauh sebelum

orang mengenal istilah deviasi dan

foregrounding.Lisensi puitika sudah

dibicarakan orang karena fenomena

bahasa sastra yang berbeda dan

menyimpang dari bahasa sehari-hari

yang wajar sudah ditemukan pada

berbagai karya sastra.Selama ini

masalah lisensi puitika sering

dipahami sebagai hak para penyair

untuk mengkreasikan karyanya dengan

mendayakan bahasa itu dimungkinkan

sekali penyair sampai pada

bentuk-bentuk penyimpangan.Lisensi puitika

yang paling sering dilakukan dan

mudah dikenali adalah yang

menyangkut aspek diksi.Misalnya,

penggunaan kata-kata kolokial, kata

bentukan baru atau neologisme,

penghilangan bentuk afiks, dan

lain-lain. Namun, lisensi puitika juga

terlihat pada urutan kata, struktur

sintaksis, bahasa figurative,

penyimpangan makna sampai dengan

cara penulisan yang semaunya itu

dimaksudkan untuk memeroleh efek

khusus. Efek yang dimaksud dalam

kaitannya dengan stilistika adalah efek

estetis. Jadi, sebenarnya lisensi puitika

tidak berbeda halnya dengan

pendayaan aspek deviasi dan

foregrounding.

Penggunaan istilah deviasi

(6)

istilah penyimpangan. Istilah deviasi

menunjuk pada pengertian penggunaan

bahasa yang menyimpang dari bahasa

yang wajar dan baku yang lazim

dipergunakan. Pengertian

penyimpangan lazimnya memang

dikaitkan, dibandingkan, dan atau

dipertentangkan dengan bahasa yang

baku memiliki ketentuan tertentu yang

harus terpenuhi. Dengan demikian,

adanya penyimpangan itu yang

menyangkut aspek-aspek tertentu

menjadi mudah dikenali

Geoffrey Leech telah

mengidentifikasi berbagai aspek

deviasi yang muncul dalam karya

sastra berbentuk sajak (puisi).

Menurut Geoffrey Leech ada delapan

wujud deviasi yang sering dijumpai

dalam sajak (Nurgiyantoro, 2014:

301), yaitu : deviasi leksikal, deviasi

gramatikal yang terdiri dari aspek

morfologis dan sintaksis, deviasi

semantis, deviasi historis, deviasi

register, deviasi dialek, deviasi

grafologis.

METODE

Jenis penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian deskriptif kualitatif yaitu

dengan mendeskripsikan peranan dari

wujud deviasi yang terdapat dalam

sajak-sajak Sitor Sitomurang dengan

menggunakan pendekatan

stilitistika.Data dan sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

diksi dalam tiga sajak Sitor

Situmorang yag terdapat dalam buku

Kumpulan Sajak Sitor Situmorang

1948-1979” yang diterbitkan oleh

Komunitas Bambu pada tahun 2006

dan dieditori oleh J.J Rizal.Teknik

yang digunakan dalam mengumpulkan

data adalah teknik studi

pustaka.Teknik yang digunakan dalam

menganalisis data adalah

membaca,mengidentifikasi,mengklasif

ikasi, mencatat, mendeskripsikan dan

menyimpulkan.

PEMBAHASAN

1. Sajak Kaliurang Tengah Hari

Di dalam sajak Kaliurang

Tengah Hari ini terdapat jenis

deviasi leksikal dengan wujud

(7)

{-manggil}. Deviasi morfologi,

wujudnya berupa penghilangan

sebagian afiks, yaitu {-ku, {-mu},

{mengabur-}, {pandang-} dan {‘manggil}. Deviasi sintaksis, wujudnya berupa enjambemen,

yaitu penulisan yang tidak

menyimpang seharusnya adalah,

pada bait pertama: //Kembali kita

berhadapan dalam relung sepi ini,

dari seberang lembah mati bibirku

berkata lagi.//. Kemudian pada bait

kedua: //Napasmu mengelus

jiwaku, tersingkap kabut dataran

dan kutahu di tepi selatan laut ‘manggil aku berlayar dari sini//. Pada bait ketiga: //Tunggulah aku

akan datang, biar kelam datang

kembali dengan angin malam aku

bertolak ke negeri, kabut tidak

mengabur pandang//. Jadi pada

setiap bait, yaitu bait pertama,

kedua dan ketiga hanya terdiri dari

masing-masing satu kesatuan

sintaksis. Deviasi fonologi,

wujudnya berupa penggantian fonem, yaitu /’manggil/ yang sehausnya /panggil/. Deviasi

semantis, wujudnya berupa

personifikasi dan metafora yaitu:

dari seberang lembah mati, nafasmu mengelus jiwaku, laut ‘manggil aku berlayar dari sini, dengan angin malam aku bertolak, dalam relung sepi ini, dan biar kelam datang kembali.

Peranan deviasi leksikal

tersebut untuk memeroleh efek

bunyi tertentu dan menghasilkan

kesan serta bisa saja menghadirkan

dampak psikologis tertentu pada

pembaca, dampak psikologis yang

dimaksud seperti rasa penasaran

pembaca akan maksud penyair

dalam menggunakan kata tersebut.

Peranan deviasi morfologis

tersebut untuk menimbulkan

makna yang luas dengan

penggunaan kata-kata yang

singkat.Peranan deviasi sintaksis

tersebut untuk menghadirkan efek

ekspresif.Peranan deviasi fonologis

tersebut untuk menghadirkan kesan

misterius dan efek estetis. Peranan

deviasi semantis tersebut berperan

untuk menggugah

(8)

indra pembaca dalam memahami

dan menikmati keseluruhan sajak.

2. Sajak Doa Tengah Malam

Di dalam sajak Doa Tengah

Malam ini jenis deviasi

morfologis, wujudnya berupa

penggunaan tata bentukan yang

menyalahi aturan, yaitu ku},

{-kau}, {-dua}, {tak}, dan {tiada}.

Deviasi sintaksis wujudnya berupa

enjambemen inversi yaitu pada

seluruh bars dalam bait sajak ini.

Jadi penulisan yang tidak

menyimpang seharusnya adalah

pada bait pertama : // O, Tuhan

dalam penyangkalanku//, //kuberi

kau perpegangan dalam kita

beradu//. Bait kedua : //O, Tuhan

dalam peniadaan akan kulanjutkan

pergulatan sampai satu, jadi tanah

dungu pertanyaan//. Bait ketiga:

//Jika aku ada, kita dua dalam

pertentangan, jika kau ada//. Bait

keempat: // Jika kau tak ada, aku

tanya dalam kesemestaan tiada//

//Berdua kita sama-sama bertanya

pada yang tiada//. Jadi pada bait

pertama terdiri dari dua kesatuan

sintaksis, bait kedua terdiri dari

satu kesatuan sintaksis, bait ketiga

terdiri dari satu kesatuan sintaksis

juga dan bait bait keempat terdiri

dari dua kesatuan sintaksis.

Deviasi grafologis, wujudnya

berupa penulisan huruf yang tidak

sesuai yaitu kau, Satu, Tanya, dan Tiada.

Peranan deviasi sintaksis

tersebut untuk menghadirkan pola

persajakan.Peranan deviasi

grafologis tersebut berperan

memberikan keluasan interpretasi

pembaca sehingga makna dalam

sajak tersebut semakin luas dan

memberikan penegasan dari

maksud yang ingin disampaikan

penyair.

3. Sajak Borobudur Sehari

Di dalam sajak Borobudur

Sehari ini terdapat jenis deviasi

morfologis, wujudnya berupa

penghilangan sebagian afiks,

yaitu {tak}.Deviasi fonologis,

wujudnya berupa adanya

deretan huruf tertentu yang

tidak memiiki makna, yaitu

/m/.Deviasi sintaksis,

(9)

yaitu hampir seluruh baris pada

tiap bait sajak ini kecuali baris

keempatpada bait pertama dan

baris kedua pada bait kedua.

Deviasi grafologis, wujudnya

berupa penulisan huruf dan

kata ulang yang tidak sesuai

dengan kaidahnya, yaitu om, gema,manunggal, bunyi, maha, biksu, melintasi, mendaki, tahap-tahap, gaibdi, stupa, mantra, manunggal, melintasi,mendaki, dan menanggalkan dan kata gununggunung yang

seharusnya gunung-gunung.

Peranan deviasi fonologis

tersebut untuk menghadirkan

kesan misterius dan efek

estetis. Jika dinadakan dengan

nada dan irama tertentu,

deretan bunyi m dan omm pada

sajak ini akan mampu

membangkitkan suasana magis

sajak tersebut.

4. Korelasi antara Deviasi dalam

Sajak Sitor Situmorang dengan

Pembelajaran Sastra di SMA.

Deviasi dalam sajak

Sitor Situmorang tersebut dapat

dijadikan metode dalam

pembelajaran sastra di SMA

karena bisa meningkatkan

apresiasi karya sastra dalam

pembelajaran di sekolah.

Sedangkan sajak Sitor

Situmorang dapat dijadikan

sebagai bahan ajar

pembelajaran sastra karena

memiliki fungsi untuk

meningkatkan imajinasi peserta

didik, meningkatkan perasaan

peserta didik, meningkatkan

kecerdasan peserta didik, dan

meningkatkan keimanan

peserta didik.

SIMPULAN

Jenis deviasi dalam sajak-sajak

Sitor Situmorang berjudul Kaliurang

Tengah Hari, Doa Tengah Malam dan

Borobudur Sehari deviasi leksikal,

deviasi fonologis, deviasi morfologis,

deviasi sintaksis, deviasi semantis, dan

deviasi grafologis. Adapun

wujuddeviasi dalam sajak Sitor

(10)

fonem, penggunaan huruf yang tidak

memiliki makna secara konvensional,

kata yang tidak lazim, penghilangan

sebagian afiks, neologisme,

enjambemen, penggunaan kalimat

yang mengandung makna konotasi,

dan penulisan huruf yang tidak sesuai

dengan kaidah penulisannya.

Peranan deviasi yang terdapat

dalam sajak Sitor Situmorang yaitu

untuk menimbulkan efek ekspresif,

magis dan misterius, menimbulkan

makna luas dengan kata yang singkat,

menghadirkan pola persajakan dan

penegasan maksud yang ingin

disampaikan dalam sajak sehingga

sajak-sajak Sitor Situmorang tersebut

memilki nilai estetika yang tinggi.

Korelasi antarawujud dan peranan

deviasi dalam sajak Sitor Situmorang

dapat dijadikan suatu metode

pembelajaran apresiasi sastra. Selain

itu, korelasi sajak Sitor Situmorang

terhadap pembelajarna sastra di SMA,

yaitu dapat dijadikan bahan ajar karena

memiliki berbagai fungsi terhadap

peserta didik, yaitu fungsi sajak Sitor

Situmorang dapat meningkatkan

imajinasi, meningkatkan perasaan,

meningkatkan kecerdasan dan

meningkatkan keimanan peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2014. Pengantar

Apresiasi Karya Sastra.

Bandung: Sinar Baru

Algesindo.

Anbiya, Fatya Permata & Yuanita

Fitriany. 2015. Eyd & Kaidah

Bahasa Indonesia. Jakarta:

Transmedia.

Hasanuddin, Ws. Hasan. 2002.

Membaca dan Menilai Sajak

: Pengantar Pengkajian dan

Interpretasi. Bandung :

Angkasa Bandung.

Ilham, Rudi. 2016. “Analisis Bentuk-Bentuk Deviasi Kumpulan

Puisi O, Amuk, Kapak Karya

Sutardji Calzoum Bachri

Kajian Stilistika”. Skripsi.

Unram: Program Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia

Mataram: Universitas

(11)

Kamisa.2013. Kamus Besar Bahasa

Indonesia.Surabaya: Cahaya

Agensi.

Kerap,Gorys. 1994. Diksi dan Gaya

Bahasa. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

MA, Hizair. 2013. Kamus Lengkap

Bahasa Indonesia.Jakarta :

Tamer.

Nurhalimah. 2015. “Psikologi Tokoh

Utama dalam Novel Tuhan

Izinkan Aku Menjadi Pelacur

Karya Muhidin M. Dahlan

dan Kaitannya dengan

Pembelajaran Sastra di SMA.

Skripsi: Universitas

Mataram.

Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Stilistika.

Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2014.

Pengkajian Puisi.

Yogyakarta ; Universitas

Gadjah Mada.

Ratna, Prof. Dr. Nyoman Kutha. 2008.

Stilistika Kajian Puitika

Bahasa, Sastra dan Budaya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rizal, J.J. 2006.Sitor Situmorang

Kumpulan Sajak

1948-1979.Jakarta : Sinar Harapan.

Rohman, Saifur dan Emzir. 2015.

Teori dan Pengajaran Sastra.

Jakarta: Rajawali Pers.

Rusyana, Dr. Yus. 1982. Metode

Pengajaran Sastra. Bandung:

Gunung Larang.

Saputri, Dwi Eli. 2017. “Nilai-Nilai

Pendidikan dalam Nyanyian

Rakyat Suku Sasak di Dusun

Perampuan Barat

Kecamatan Labuapi Lombok Barat”. Skripsi. Unram: Program Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia.

Mataram: Universitas

Mataram.

Siswanto, Wahyudi. 2013. Pengantar

Teori Sastra. Yogyakarta:

(12)

Siswantoro. 2016. Metode Penelitian

Sastra Analisis Struktur Puisi.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Soemerep, Anang Zubaidi. 1996.

Wujud dan Peranan Deviasi

dalam Sajak-Sajak Chairil

Anwar serta Korelasinya

dengan Pengembangan

Kesastraan dan Kebahasaan.

Mataram: Universitas

Mataram.

Solihati, Nani. 2014. “ Penyimpangan

Bahasa Puisi dalam Sastra Siber”. Tesis.Universitas Muhamaddiyah Prof. Dr.

Hamka.

Suharianto, S. 2005. Dasar-Dasar

Teori Sastra.Surakarta :

Widya Duta.

Susanto, Agus. 2017. “Deviasi dan

Foregrounding dalam

Kumpulan Puisi Tidak Ada

New York Hari ini Karya Aan

Mansyur dan 99 Untuk

Tuhanku Karya Emha Ainun Nadjib”. Tesis. Universitas Sebelas Maret.

Susanto, Dwi. 2012. Pengantar Teori

Sastra. Jakarta : Caps.

Sutopo, H.B. 1984. Metodologi

Penelitian Kualitatif.

Surakarta : Universitas

Sebelas Maret.

Syakur, Ahmad Abdan. 2012. “Analisis Naskah Tortuffe Karya Moliere: Tinjauan

Semiotika Barthesian serta

Hubungannya dengan

Pembelajaran Sastra di SMA”. Skripsi: Universitas Mataram.

Teuw, A. 1998.Sastra dan Ilmu

Sastra.Bandung : Angkasa

Referensi

Dokumen terkait

Pemerintah Daerah, LSM/Orsos, masyarakat, dan keluarga berkewajiban memberi perlindungan anak bagi anak dalam kandungan, anak balita, anak usia sekolah, anak terlantar,

Pengadaan barang dan bahan yang dilakukan Grand Swiss-belhotel Medan dikarenakan jumlah tamu yang relatif ramai serta adanya acara-acara besar sehingga pihak dapur tidak

Upaya guru PKn dalam menanggulangi kendala yang dihadapi dalam membentuk karakter disiplin siswa.... Pembahasan

Pengaruh Suku Bunga terhadap Kapasitas Produksi dan Portofolio Kredit Dari sisi industri dalam negeri, kenaikan pada suku bunga yang dilakukan oleh Bank Sentral seiring

Pemerintah Jepang membidik negara-Asia Tenggara yang memiliki mayoritas agama muslim untuk diberikan pembebasan Visa di Tahun 2013 seperti Malaysia dan Thailand

Nama Obyek : Perakitan sepeda

Diberik an.. 91 barang atau jasa yang dipunyai anak tersebut ditukar dengan hal lain yang lebih ia butuhkan saat itu, dan yang ketiga adalah anak diberikan kesempatan untuk

Mungkin aspek yang paling signifikan dan agak diabaikan adalah hubungan antara RTA dengan stabilitas politik, yang isu terakhir ini menjadi salah satu penentu