• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

I.1.1. Sejarah Kedatangan

Meski tidak pasti, orang India di Sumatera Utara diperkirakan sudah bermukim sejak sebelum Masehi, yaitu membawa agama Hindu dan Buddha. Mereka selalu berkunjung pada masa arus angin dari India ke Barus pada tiap bulan November dan Desember. Lalu pada sekitar abad ke-4 atau ke-5 Masehi, gelombang dari India Selatan membawa agama Buddha ke Sumatera dan memperkenalkan aksara Nagari yang menjadi cikal bakal penulisan aksara Melayu Kuno, Batak, dan lain-lain. Besar kemungkinan, masyarakat India Tamil telah ikut dalam mobilitas tersebut. Kedatangan masyarakat India Tamil ke Sumatera Utara baru dapat dibuktikan jejaknya secara pasti sejak zaman Hindia Belanda melalui usaha dagang VOC (Verenigde Oost Indische Companie) pada 20 Maret 1602 hingga 31 Desember 1799. Pada saat itulah mereka menginjakkan kaki di ''negeri seberang'' ini. Keahlian membuat jalan dan bekerja di perkebunan tembakau, menjadi alasan pemerintah penjajahan Belanda ketika itu mendatangkan orang-orang dari India. Kedatangan pertama ini lalu disusul oleh gelombang kedatangan kedua pada tahun 1830 sebagai pekerja di perkebunan Belanda di Sumatera Utara (waktu itu Sumatra Timur). Namun, di masa perjuangan kemerdekaan RI, orang-orang India Tamil turut berpartisipasi bahu membahu bersama kaum pribumi untuk merebut kebebasan. Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, banyak orang Tamil yang ingin kembali ke India. Sekitar tahun 1948, pemerintah India mendatangkan dua kapal, yaitu kapal Sidambaran dan Chandra Bus untuk mengangkut kepulangan mereka. Namun, ternyata banyak di antaranya yang turun di Malaysia dan Singapura saat perjalanan pulang, karena tertarik dengan dua negara yang pernah menjadi bagian wilayah Indonesia di zaman Kerajaan Hayam Wuruk dan patih Gajah Mada itu. Akhirnya banyak orang Tamil yang menetap dan bercocok tanam di sana hingga membuat komunitas sendiri sampai sekarang. Keturunan Tamil sampai sekarang ini masih tetap bertahan di Medan. Kulit hitam, hidung mancung dan kumis lebat menjadi ciri khas kebanyakan keturunan India Tamil di sana.

Sepenggal paragraf di atas adalah uraian singkat dari sejarah hingga keberadaan masyarakat India Tamil pada saat sekarang ini. Umumnya di Indonesia (nama Indonesia sendiri berasal dariIndus "India" dnêsos "pulau" yang secara harafiah berarti 'Kepulauan India'), masyarakat Tamil di berbagai kota telah hidup

(3)

dan bertempat tinggal, begitu pula di Medan, Sumatera Utara pada khususnya, telah menjadi bagian dari sejarah negara ini. Kedatangan mereka sejak penjajahan masa kolonial belanda telah melahirkan suatu multikulturalisme masyarakat Sumatera Utara, khususnya kota Medan. Sebagai kota ketiga terbesar di Indonesia, Medan mempunyai kekayaan etnis yang bila diangkat dapat menjadi kekayaan budaya masyarakat Medan. Adanya etnis melayu, batak, tionghoa, sampai pada etnis tamil membuat Medan sebagai kota dengan budaya yang majemuk. Tetapi dengan kemajemukannya tersebut, Medan dapat menjadi kota yang maju dan metropolitan jika dengan sinergis memeliharanya sebagai suatu kekayaan regionalisme yang mungkin tidak dimiliki oleh kota lain di Indonesia. Etnis terakhir yang disebut dapat menjadi suatu daya tarik bagi kota Medan.

I.1.2 Pelestarian Budaya

Seturut dengan kedatangan mereka di bumi pertiwi ini, maka mereka sebagai sebuah etnis sudah menjadi bagian dari tubuh tanah air tercinta yang memiliki ragam budaya. Komunitas India Tamil telah hadir dan menjadi bagian yang signifikan dalam perkembangan kebudayaan di Nusantara sejak beberapa abad yang lalu, terutama di sebagian masyarakat yang ada di Pulau Sumatera. Dengan perpindahan manusia yang massif tersebut terjadilah proses difusi kebudayaan, akulturasi dan assimilasi. Kisah-kisah kehadiran satu kaum di tengah-tengah kaum yang lain sebagai akibat dari gerak migrasi penduduk sudah lama menjadi perhatian dan bahan kajian kalangan ilmuwan sosial. Di Medan, mereka hidup dalam keseharian dan melebur dengan masyarakat setempat. Terdapat sebuah tempat dimana mereka beraktifitas, hidup dan berkembang seiring dengan perkembangan kota Medan.

Kampung Keling, demikian orang Medan menyebutnya. Dinamakan Keling karena di daerah ini dikenal sebagai komunitas orang Tamil yang berkulit hitam. Di daerah ini pula sejarah ajaran Hindu berkembang dan diawali berdirinya Kuil Sri Mariamman. Bersebelahan dengan kuil, berdiri kantor Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Sumut. Selain Kuil Mariamman yang berdiri sekitar tahun 1800, masih banyak tempat ibadah umat Hindu di Sumut. Adanya kampung ini menjadi bukti bahwa masyarakat etnis tamil telah lama ada dan bermukim disini seperti halnya dengan etnis lainnya. Istilah ‘kampung’ menandakan bahwa mereka (masyarakat Etnis Tamil) adalah bagian dari sipilisasi kota ini, dimana mereka hidup, tinggal, bekerja, sekolah, dll. Kampung ini menjadai suatu hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan mereka.

Terlihat bahwa jumlah penduduk etnis Tamil di kota medan cukup banyak. Tetapi jumlah ini dari tahun ke tahun semakin berkurang. Ini disebabkan oleh adanya migrasi ke

(4)

tempat lain dan angka kematian yang meningkat. Migrasi ini terutama disebabkan oleh faktor ekonomi. Masyarakat etnis tamil kebanyakan berpenghasilan rendah, ini karena mata pencaharian mereka adalah berdagang, yang telah menjadi kebiasaan mereka. Berdagang adalah salah satu mata pencaharian yang diajarkan pendahulu mereka. Tak heran, hanya sedikit saja dari mereka yang bermata pencaharian lain. Ini yang menyebabkan mereka menjadi masyarakat ekonomi menengah kebawah. Tak jarang juga, mereka bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Akibatnya, terjadilah migrasi ke daerah lain yang mungkin dapat merubah nasib dan peruntungan mereka, seiring berkembangnya kota Medan sebagai kota metropolitan.

Pun pada Kampung Keling pada khususnya, masyarakat etnis Tamil yang tinggal disini semakin berkurang jumlahnya. Hanya tinggal sebagian kecil yang masih tinggal dan berdomisili di daerah ini. Tidak seperti dulu, yang kebanyakan dari penghuni kampung ini adalah masyarakat etnis Tamil. Ini terbukti dengan adanya peninggalan-peninggalan kebudayaan etnis Tamil yang dapat dilihat jika melewati kampung ini. Kuil menjadi salah satu unsur visual eksistensi etnis Tamil yang sangat penting. Selain itu terdapat juga mesjid yang bercorak etnis Tamil, sekolah Khalsa yang merupakan sekolah etnis Tamil pertama di Medan yang juga merupakan sekolah pertama di kota Medan yang mengajarkan Bahasa Inggris dalam kurikulumnya. Ada juga tempat-tempat berjualan seperti toko makanan, toko olahraga yang bercorak Tamil. Ini menunjukkan bahwa di kampung ini pernah menjadi suatu tempat dimana masyarakat etnis Tamil tumbuh dan berkembang dan membentuk suatu daerah teritori mereka di tengah-tengah kehidupan kota Medan. Tetapi jika melihat kondisi pada masa sekarang, sangat ironis melihat fakta bahwa kampung ini pernah menjadi pertumbuhan etnis Tamil. Masyarakat tionghoa semakin mendominasi, pembangunan bangunan-bangunan komersil dan modern disekitar kampung Keling, pertumbuhan kota yang sangat cepat, seakan menghilangkan identitas mereka. Meskipun masih ada beberapa dari mereka yang tetap tinggal dan berdomisili disni, dan tak jarang juga masih berdagang di daerah ini.

Budaya sebagai buah budi akal pikiran manusia telah terlahir sebagai suatu bentuk bahwa manusia itu sendiri telah ada dan berkembang. Kebudayaan Tamil yang telah lahir dari kehidupan mereka di Medan pada khususnya, menjadi salah satu nilai budaya bangsa. Indonesia sebagai bangsa Bhineka Tunggal Ika, adalah wadah keberadaan budaya Tamil. Bahwa budaya Tamil telah ada dan berkembang di kota Medan. Bahwa pengaruh kebudayaan Tamil sangat kuat dalam kehidupan bangsa Indonesia sudah menjadi pengetahuan awam, dan proses penyerapan unsur-unsur budaya India oleh berbagai komunitas yang ada di negeri ini juga masih berlangsung hingga hari ini. Temuan-temuan arekologis di Sumatera maupun di Jawa mulai dari abad

(5)

ke-7 M hingga abad ke-14 memperlihatkan kesinambungan kehadiran peradaban India di Kepulauan Nusantara (lihat Y.Subbarayalu, 2002a). Untuk konteks Sumatera Utara misalnya, kehadiran orang-orang India sudah terekam dalam sebuah prasasti bertarikh 1010 Saka atau 1088 M tentang perkumpulan pedagang Tamil di Barus yang ditemukan pada 1873 di situs Lobu Tua (Barus), sebuah kota purba di pinggir pantai Samudera Hindia. Segala bukti peninggalan dan warisan diatas seharusnya dilestarikan dan diperkenalkan untuk memunculkan sebuah eksistensi yang kuat dan berdampak pada pengetahuan masyarakat akan budaya Tamil.

I.1.3 Kasus Proyek

Pusat Budaya tentang Tamil seharusnya diperlukan untuk tetap menjaga bukti peninggalan, warisan, nilai-nilai budaya, adat istiadat, filosofi tentang Tamil agar tetap lestari di kota Medan khususnya. Sehingga dari sini, eksistensi yang hendak ditimbulkan dapat tercapai. Dalam era demokratisasi dan globalisasi dewasa ini, pilihan-pilihan baru tentu terbuka bagi warga masyarakat Tamil di Sumatera Utara, apakah mereka akan mengikuti proses historis seperti yang terjadi di masa lalu, yaitu secara perlahan melebur ke dalam kebudayaan yang dominan di suatu negeri, atau kembali menumbuhkan kesadaran identitas mereka sebagai sebuah komunitas sendiri dengan corak kebudayaan yang khas seperti yang mereka wariskan dari leluhur mereka. Dengan penguatan paham multikulturalisme, dimana prinsip kesetaraan, penghargaan, pengakuan dan penghormatan atas hak-hak kultural semua kelompok etnik dan budaya yang berbeda harus diutamakan, maka pilihan untuk menguatkan kembali identitas ke-Tamilan- juga bukanlah sesuatu yang tabu. Dengan prinsip multikulturalisme, kita memandang keanekaragaman suku dan kebudayaan sungguh-sungguh sebagai sebuah mozaik indah yang membangun ke-Indonesia-an, dan di sanalah hakikat Bhinneka Tunggal Ika terwujud.

I.2. Perumusan Masalah

Untuk dapat merencanakan sebuah Tamil Cultural Centre ini harus mempunyai standar-standar perencanaan yang perlu diperhatikan dan memerlukan studi banding. Namun dalam konteks perencanaan di Kota Medan, diperlukan perhatian khusus baik itu dalam standar maupun berbagai disiplin ilmu yang sebaiknya saling membantu sehingga dihasilkan perencanaan yang optimal, kontekstual dan dapat diterima oleh berbagai pihak khususnya Pemerintah Kota Medan sebagai pemberi izin dan kebijakan. Juga bagi pihak Swasta yang mendukung dan mendanai pembangunan proyek ini nantinya. Dari rumusan-rumusan yang ada, masalah yang akan dihadapi adalah:

(6)

− Jenis-jenis kegiatan yang direncanakan, sesuai dengan fungsinya sebagai pusat budaya yang melingkupi TAMIL (Tour, Act, Museum, Identiy, and Landmark)

− Bagaimana konsep yang disajikan untuk mendukung adanya wisata, aktivitas, museum, identitas, dan penanda.

− Kajian akan ilmu arsitektur, hal ini perlu dilakukan dalam mengkaji kebutuhan-kebutuhan ruang, fasilitas apa saja yang dibutuhkan dan juga sebagai suatu simbol untuk membuat suatu ekspresi kebudayaan.

− Menciptakan bangunan yang konteks dan tanggap terhadap manusia dan lingkungan di sekitarnya.

Batasan-batasan dan lingkup kajian yang akan dibahas dalam kasus proyek ini adalah bagaimana mengembangkan berbagai konsep dalam merencanakan dan merancang sebuah Tamil Cultural Centre. Adapun lingkup pembahasan yang akan digunakan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan dalam perencanaan dan perancangan adalah:

− Masyarakat etnis Tamil dan perkembangannya.

− Penjabaran budaya dalam konteks kawasan kota Medan.

− Menelusuri proses kegiatan baik keseharian maupun acara khusus yang tak lepas dari kebudayaannya dan tata caranya.

− Menelusuri kebutuhan-kebutuhan akan fasilitas utama dan pendukung yang diperlukan untuk membuat suatu identitas bagi tempat ini, baik bagi bangunan manusia dan lingkungannya.

I.3. Tujuan dan Manfaat

Adapun maksud dan tujuan perencanaan dan perancangan pusat pembelajaran profesi dan lingkungan bagi anak ini adalah:

− Merencanakan dan merancang fasilitas yang dapat membuat Tamil Cultural Centre sebagai suatu tempat wisata, pusat aktivitas, pengenalan sejarah, pembangun identitas dan dapat dijadikan sebagai suatu landmark kota Medan.

− Memberikan fasilitas yang memadai dalam proses pembentukan Tamil Cultural Centre.

− Menggali potensi budaya etnis Tamil, mengenali, membangun, dan membentuk budaya etnis Tamil dalam segala proses aplikasinya.

− Mendukung pemerintah daerah dalam meningkatkan kebudayaan daerah setempat dan memperkaya warisan leluhur.

(7)

− Menumbuhkan kembali dan meningkatkan peranan eksistensi masyarakat etnis Tamil sebagai suatu multikulturalisme bangsa.

− Merencanakan sebuah pusat kebudayaan yang terpadu dan terorganisasi untuk menghasilkan identitas suatu budaya yang akan berguna bagi generasi yang akan datang.

I.4. Metoda Pendekatan

Untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang akan dihadapi dalam proses perencanaan dan perancangan Tamil Cultural Centre bagi pengunjung dan penggunanya dilakukan berbagai pendekatan desain yaitu:

− Mengadakan survei dalam memperoleh data-data dan gambaran akan bagaimana Tamil Cultural Centre tersebut diselenggarakan,

− Memperoleh data-data dari berbagai lembaga maupun badan-badan yang bergerak dalam bidang kebudayaan etnis Tamil.

− Mengadakan wawancara dengan berbagai kalangan yang memiliki kaitan dengan perencanaan dan perancangan proyek ini.

− Studi berbagai sumber pustaka yang berkaitan dengan standar-standar arsitektur bagi perencanaan sebuah pusat kebudayaan etnis Tamil ini dengan pendekatan tema arsitektur simbiosis.

I.5. Lingkup dan Batasan Proyek

Batasan-batasan dan lingkup kajian yang akan dibahas dalam kasus proyek ini adalah bagaimana mengembangkan berbagai konsep dalam merencanakan dan merancang Tamil Cultural Centre.

Lingkup pembahasan yang akan digunakan adalah:

− Menelusuri proses aplikasi kebudayaan dan tata caranya dengan hubungannya dengan manusia, lingkungan dan bangunan itu sendiri.

− Menelusuri kebutuhan-kebutuhan akan fasilitas pendukung Tamil Cultural Centre.

− Bagaimana hubungan antara bentuk dan proses aplikasi kebudayaan dengan bentukan ruang dan massa rancangan nantinya.

− Menerapkan pendekatan tema Arsitektur Simbiosis ke dalam perancangan massa bangunan dan tapak.

(8)

− Hanya membahas tentang masalah-masalah yang dihadapi dalam merancang sebuah fasilitas Tamil Cultural Centre yang bersifat edukatif, rekreatif dan mendukung segala kegiatan kebudayaan bagi para pengunjung dan penggunanya nanti.

− Kajian arsitektur akan dibatasi oleh pendekatan tema dalam penyelesaian kasus ini yaitu Arsitektur Simbiosis.

(9)

Perumusan Masalah

- Jenis-jenis kegiatan yang direncanakan, sesuai dengan fungsinya sebagai pusat budaya yang melingkupi TAMIL (Tour, Act, Museum, Identiy, and Landmark)

- Bagaimana konsep yang disajikan untuk mendukung adanya wisata, aktivitas, museum, identitas, dan penanda.

- Kajian akan ilmu arsitektur, hal ini perlu dilakukan dalam mengkaji kebutuhan-kebutuhan ruang, fasilitas apa saja yang dibutuhkan dan juga sebagai suatu simbol untuk membuat suatu ekspresi kebudayaan.

- Menciptakan bangunan yang konteks dan tanggap terhadap manusia dan lingkungan di sekitarnya.

Latar Belakang

- Kondisi rakyat etnis Tamil di Medan

- Jumlah rakyat etnis Tamil di Medan semakin berkurang

- Pentingnya pelestarian budaya Tamil untuk meningkatkan kekayaan budaya dalam konteks regional kota Medan

- Perlunya wadah untuk meningkatkan dan mengembangkan kebudayaan Tamil dalam peranannya dalam multikulturalisme kota Medan

- Memberi tempat sebagai pusat kebudayaan dan kegiatan yang mengacu pada budaya etnis Tamil di Sumatera Utara

Data Perencanaan: − Data Tapak − Studi Literatur − Studi Banding − Survei Lapangan Umpan balik Judul Perancangan:

Tamil Cultural Centre Tema Perancangan: Arsitektur Simbiosis

Tujuan dan Manfaat

- Memberikan fasilitas yang memadai dalam proses pembentukan Tamil Cultural Centre.

- Menggali potensi budaya etnis Tamil, mengenali, membangun, dan membentuk budaya etnis Tamil dalam segala proses aplikasinya.

Desain perancanga

n Konsep perancangan

Konsep ruang luar, ruang dalam, massa,

tema, struktur dan Analisa Tapak (analisa fisik)

View, sirkulasi, orientasi, dll Analisa Fungsional (analisa non fisik)

Pengguna, alur kegiatan, dll Programming

Program Ruang dalam dan ruang luar

Hubungan antar Ruang

(10)

I.7. Sistematika Penulisan Laporan

Secara garis besar, urutan pembahasan dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan, berisi kajian tentang latar belakang pembangunan Tamil Cultural Centre, yaitu kondisi eksistensi masyarakat etnis Tamil di Sumatera Utara secara umum dan di Medan secara khusus yang membutuhkan suatu wadah untuk mendapatkan informasi dan melaksanakan berbagai kegiatan termasuk pertunjukan kesenian Tamil dan pendidikan informal tentang Tamil dalam rangka memperkenalkan kebudayaan Tamil pada dunia luar, maksud dan tujuan merencanakan Tamil Cultural Centre adalah untuk menyediakan wadah sebagai pusat informasi, pusat kegiatan dan pusat pendidikan informal dan pelatihan khusus kesenian Tamil di Sumatera Utara, masalah perancangan yang akan dihadapi antara lain bagaimana merancang suatu pusat kebudayaan khusus etnis Tamil yang berorientasi pada filosofi Tamil, pengaturan ruang dan massa yang efektif dan efisien serta menjawab kebutuhan mereka akan sebuah pusat kebudayaan yang fungsional tetapi tetap menarik, lingkup dan batasan akan dibatasi oleh penerapan Arsitektur Kontekstual, Perilaku dan Simbiosis dalam merencanakan sebuah Tamil Cultural Centre, dan metode pendekatan yang dilaksanakan dengan melakukan studi banding tentang fungsi sejenis Cultural Centre untuk mengetahui kegiatan apa saja yang terjadi didalamnya, dan mempelajari Arsitektur Simbiosis dalam penerapannya di bangunan.

Bab 2 Deskripsi Proyek, berisi tentang pembahasan mengenai terminologi judul Tamil Cultural Centre yang berarti pusat kebudayaan etnis Tamil yang akan mewadahi informasi dan kegiatan bagi kebudayaan masyarakat Tamil di berbagai bidang, pemilihan lokasi yang sesuai dengan Tamil Cultural Centre dalam ruang pelayanan di Sumatera Utara dan berlokasi di Kota Medan tepatnya di Kampung Madras, Jalan Airlangga, deskripsi kondisi eksisting berupa lahan terbangun, luas lahan adalah ±1 Ha dengan keistimewaan lahan yang keempat sisinya terletak di sepanjang jalan, 2 diantaranya adalah jalan primer yang penting di kawasan Kampung Madras, yang merupakan salah satu jalur sibuk di kota Medan, tinjauan fungsi dan studi banding arsitektur dengan fungsi sejenis adalah berupa studi banding beberapa literatur dari buku dan internet yang menjelaskan kegiatan yang berlangsung di dalam sebuah Cultural Centre kemudian diperbandingkan dan mengambil kegiatan- kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Tamil di Sumatera Utara.

(11)

Bab 3 Elaborasi Tema, menjelaskan tentang pengertian tema yang diambil, yakni Arsitektur Simbiosis, yaitu suatu pandangan yang lahir pada era Arsitektur Pos-Modern, yang menerapkan kebutuhan pengguna dan fungsi sebagai hal utama, tetapi tidak mengabaikan unsur budaya, tradisi local dan estetika dalam perancangan, keterkaitan tema Arsitektur Simbiosis dengan Cultural Centre berupa hubungan yang diakronik (menggabungkan kebudayaan dua tempat berbeda dalam rentang waktu yang sama) pada setiap pola pikir desain, tanggap terhadap keragaman budaya yang ada dan kritis terhadap arsitektur Modern yang menganut faham barat tetapi tidak kehilangan nilai-nilai filosofi ke-Tamil-annya. Tema Simbiosis juga diterapkan melalui efisiensi dan efektifitas ruang dan hubungan antara manusia dan lingkungan, arsitektur dan lingkungan, bentuk dan fungsi serta site dan kawasan. Penjelasan penerapan studi banding pada bangunan diperjelas dengan studi banding yang ada.

Bab 4 Analisa Perancangan, menjelaskan tentang analisa kondisi tapak dan lingkungan pada lokasi, berbatasan dengan Jalan Tumapel di sebelah Utara, Jalan Taruma di sebelah Barat, Jalan Airlangga di sebelah Selatan dan di sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Teuku Umar. Analisa fisik pada site dan lingkungan dilanjutkan dengan analisa pencapaian, kebisingan, sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki dan sebagainya. Analisa fungsional berupa menganalisa pengguna bangunan Tamil Cultural Centre dan kegiatan apa saja yang berlangsung didalamnya. Menentukan kebutuhan ruang dan program ruang Tamil Cultural Centre.

Bab 5 Konsep Perancangan, menjelaskan konsep penerapan hasil analisis yang saling berhubungan dari analisa fisik dan non fisik dari site dan lingkungan yang kemudian menghasilkan program ruang dan pola hubungan antar ruang. Selain itu studi terhadap proyek sejenis dan bangunan sekitar yang mempengaruhi juga dipertimbangkan dan dihubungkan dengan filosofi-filosofi budaya Tamil dalam kerangka kesatuan dan prinsip Arsitektur Simbiosis.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang menunjukan nilai ekonomi air total resapan hutan lindung Gunung Sinabung dan hutan lindung TWA Deleng Lancuk di Desa Kuta Gugung dan Desa Sigarang

Agar penyeleksian karyawan dapat dilakukan dengan lebih efisien serta menghindari subyektifitas keputusan yang dihasilkan, diperlukan suatu Sistem Penunjang Keputusan (SPK)

[r]

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI

00 00 01 009 Penyediaan Jasa Perbaikan Peralatan Kerja Tersedianya jasa perbaikan peralatan kerja Dinas Kehutanan dan Perkebunan. 1 Tahun Terwujudnya perawatan peralatan kerja

Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebagai contoh

Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk menyebarluaskan pengetahuan dan ketrampilan kepada para penjual umbi- umbian di Pasar Telo Karangkajen

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: pertama, keabsahan akta notaris meliputi bentuk isi, kewenangan pejabat yang membuat, serta pembuatannya harus memenuhi