• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1.LATAR BELAKANG MASALAH

Bagi Indonesia, pajak merupakan slah satu sumber pendapatan yang penting bagi negara. Soemitro yang dikutip oleh Sumarsan (2012:3) berpendapat bahwa, “Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.”

Menurut Soemitro dalam Sumarsan (2010:3), pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Berdasarkan hal tersebut maka pajak memiliki fungsi, menurut Mardiasmo (2011:1) ada dua fungsi pajak:

1. Fingsi Budgetair

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluannya.

2. Fungsi Mengatur (Regulernd)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

Dalam fungsi pajak di atas, maka dapat dilihat bahwa fungsi budgetair menunjukan bahwa pajak sebagai andalan dari pemerintah, sehingga pemerintah

(2)

berupaya untuk menghasilkan penerimaan yang besar dari sektor pajak salah satu Undang-Undang Perpajakan yang berlaku di Indonesia adalah Undang-Undang Perpajakan No.36 Tahun 2008 tentang perubahan atas Undang-Undang Perpajakan No.7 Tahun 1984 tentang Pajak Penghasilan. Salah satu jenis pajak yang merupakan sumber pendapatan dari pemerintah adalah Pajak Penghasilan Pasal 21. Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi. Dimana terdapat Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 yaitu setiap wajib pajak orang pribadi atau badan yang diwajibkan oleh Undang-Undang untuk melakukan perhitungan, pemotongan, penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21, seperti pemberi kerja, bbadan perusahaan dan badan penyelenggara kegiatan. Pemberi kerja juga berkewajiban dan bertanggung jawab untuk menghitung, memotong, membayar serta melaporkan jumlah pajak yang harus dipotong dan disetor atas penghasilan orang pribadi sehubungan dengan suatu pekerjaan, jasa, maupun kegiatan yang dilakukan.

Pajak Penghasilan itu sendiri terdiri dari berbagai unsur, salah satunya adalah Pajak Penghasilan Pasal 21 yang merupakan pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorium, tunjangan, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya. Dan wajib pajak itu sendiri adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melekukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Salah satu Undang-Undang perpajakan yang telah

(3)

diperbaharui oleh pemerintah Indonesia adalah Undang-Undang perpajakan RI No. 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Undang-Undang perpajakan N0. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

Pada dasarnya pajak penghasilan itu sendiri meupakan suatu pungutan resmi yang ditunjukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari tahun pajak untuk kepentingan negara dan kepentingan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai satu kewajiban yang harus dilaksanakan. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling utama dan yang paling besar pada APBN. Pajak merupakan sumber yang sangat penting dalam memenuhi dan menunjang kebutuhan negara. Oleh karena itu, dalam mensukseskan penerimaan pajak perlu adanya kesadaran dari berbagai pihak , terutama para wajib pajak untuk membayar pajak.

Pembayaran PPh dilakukan dalam tahun berjalan melalui pemotongan oleh pihak-pihak tertentu. Pihak yang wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21 adalah pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana pensiun, badan, perusahaan, dan penyelenggaraan kegiatan. Pada prinsipnya instansi yang melakukan perhitungan,pemotongan, pembayaran, dan pelaporan, pajak sehubungan dengan imbalan pekerjaan atau jasa atau kegiatan lain yang diterima wajib pajak yang dipotong atau dipungut pajak penghasilan diantaranya Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Pegawai Negeri Sipil. Mengingat jumlah pegawai yang banyak, tingkat penghasilan, jabatan atau golongan serta status pegawai yang berbeda-beda, maka dapat memungkinkan terjadinya kesalahan atau kekeliruan

(4)

dalam melaksanakan perhitungan, pemotongan,pembayaran dan pelaporan pajak penghasilan.

Penelitian yang dilakukan oleh Makabimbang (2013) tentang Analisis Perhitungan, Pembayaran, dan Pelaporan Pada Dinas Pendidikan Kecamatan Tuminting menyimpulkan bahwa prosedur perhitungan PPh pasal 21 atas gaji pegawai diperoleh dari menghitung seluruh penghasilan bruto sebulan yang meliputi gaji pokok dan tunjangan, kemudian dikurangi dengan potongan yang ada, kemudian dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Penelitian yang dilakukan oleh Gosal (2013) tentang Analisa Perlakuan Akuntansi Pajak Penghasilan Pasal 21 menyimpulkan bahwa perhitungan pajak penghasilan karyawan yang telah dilakukan oleh perusahaan telah tepat, namun pencatatan yang dilakukan oleh perusahaan tidak tepat karena perusahaan salah mencatat nama jurnal atau nama rekening yang termasuk dalam pengakuan akuntansi yang dapat menyebabkan kesalahan penyajian dalam laporan keuangan, serta pelaporan pajak penghasilan karyawan yang telah dilakukan oleh PT. Samudera Puranabile Abadi telah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang yang berlaku.

Penelitian yang dilakukan oleh Pantow (2013) tentang Analisis Perhitungan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 menyimpulkan bahwa perhitungan pajak penghasilan pasal 21 pada Rumah Sakit Umum Bethesda GMIM Tomohon sudah sesuai dengan Undang-undang Perpajakan No. 36 Tahun 2008 untuk penyetoran dan pelaporan pajak penghasilan pasal 21 pada Rumah Sakit Umum Bethesda GMIM Tomohon belum sesuia dengan Undang-undang Perpajakan No. 36 Tahun 2008. Penelitian yang dilakukan Watung (2013) tentang Analisis Perhitungan

(5)

Dan Penerapan Pajak Penghasilan Pasal 21 Serta Pelaporannya menyimpulkan bahwa perhitungan, pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak penghasilan pasal 21 atas gaji pegawai PT. Cipta Jaya Nusantara telah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku, yaitu Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 dan peraturan Menteri Keuangan 250/PLK.03/2008 tentang biaya jabatan karena dalam perhitungannya tidak didapati selisih.

Penelitian yang dilakukan Susan (2013) tentang Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada PT. Megasurya Nusantara Manado menyimpulkan bahwa PT. Megasurya Nusantara dalam melakukan perhitungan pajak penghasilan pasal 21 sudah sesuai dengan Undang-Undang No.36 Thaun 2008.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan Makabimbang (2013) yang berjudul Analisis Perhitungan, Perhitungan, dan Pelaporan PPh Pasal 21 Pada Dinas Pendidikan Kecamatan Tuminting. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Makabimbang (2013) adalah perhitungn pajak penghasilan dilakukan pada pegawai yang mempunyai golongan IIIa, IIIb, IIIc dan IVa. Sedangkan perbedaannya adalah periode dan lokasi penelitiannya. Periode penelitian yang dilakukan Makabimbang (2013) adalah pada daftar gaji pokok, serta tunjangan-tunjangan pegawai bulan oktober tahun 2011 dan bulan desember tahun 2012 sedangkan periode penelitian ini adalah pada daftar gaji pokok serta tunjangan-tunjangan pegawai bulan januari 2013 dan november 2013. Lokasi penelitian yang dilakukan oleh Makabimbang (2013) adalah di Kantor Dinas Pendidikan Kecamatan Tuminting.

(6)

Kantor Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati adalah salah satu dari beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ada dilingkungan Pemerintahan Kota Semarang. Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati didukung oleh sekitar 219 Pegawai Negeri Sipil Guru Sekolah Dasar yang terdidri dari 54 orang pegawai dari golongan III/a, III/b, III/c, III/d dan 165 dari golongan IV/a. Keseluruhan dari Pegawai Negeri Sipil Sekolah Dasar di Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati tersebut merupakan wajib pajak yang dikenakan pajak penghasilan pasal 21 dengan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 yang berbeda-beda sesiau dengan gaji, tunjangan yang dimiliki.

Pajak yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil adalah Pajak Penghasilan Pasal 21. Perhitungan pajak penghasilan merupakan perhitungan atas pajak penghasilan yang dimana formula perhitungan telah diatur dalam peraturan perpajakan yang berlaku saat ini.

Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati adalah salah satu dari beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ada dilingkungan Pemerintahan Kota Semarang. Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati didukung oleh sekitar 219 Pegawai Negeri Sipil Guru Sekolah Dasar yang terdidri dari 54 orang pegawai dari golongan III/a, III/b, III/c, III/d dan 165 dari golongan IV/a. Berdasarkan jumlah Pegawai Negeri Sipil Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati dari golongan III/a,III/b,III/c,III/d dan IV/a adalah sebanyak 219 pegawai yang merupakan wajib pajak yang dikenakan pajak penghasilan pasal 21 dengan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 yang berbeda-beda. Dari 219 Pegawai Negeri Sipil Sekolah

(7)

Dasar terdapat 24 Pegawai Negeri Sipil yang pelaporan SPT tahunan terdapat kesalahan dalam perhitungan SPT tahunan PPh Pasal 21. Kesalahan yang sering terjadi adalah kurang telitinya dalam pelaporan SPT tahunan tingkat penghasilan, jabatan, golongan, tunjanganIS/SU (Istri/Suami), tunjangan anak, tunjangan beras, tunjangan fungsional serta status pegawai yang berbeda-beda. Pelaporan SPT tahunan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati adalah tanggal 11 Maret 2014. Bendahara wajib menyampaikan SPT Tahunan PPh Pasal 21 selambat-lambatnya pada tanggal 31 Maret.

Penelitian ini akan menganalisa pelaporan pajak atas gaji pegawai. Hasil dari analisis bertujuan untuk membantu Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati dalam pelaporan pajak atas gaji pegawai agar sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan No. 36 Tahun 2008.

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti ingin menganalisis apakah Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati melakukan pelaporan PPh Pasal 21 secara tepat sesuai dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008. Beranjak dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk membuat suatu karya ilmiah yang berjudul “ANALISIS PELAPORAN PPH PASAL 21 PEGAWAI NEGERI SIPIL SEKOLAH DASAR PADA DINAS PENDIDIKAN KECAMATAN GUNUNGPATI”.

(8)

Berdasarkan pemaparan dan temuan pada objek maka dapat dirumuskan permasalahannya adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya kekeliruan dalam memasukan jumlah penghasilan dalam SPT tahunan.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah proses atau prosedur Pelaporan telah sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini dimaksudkan membawa kemanfaatan antara lain: a. Bagi Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Kantor Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati yang merupakan objek penelitian penulis. Penulis berharap hasil penelitian ini bisa memberikan informasi dan refrensi bagi Kantor Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati dalam perhitungan, pembayaran dan pelaporan PPh Pasal 21.

b. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan refrensi/literature bagi peneliti selanjutnya sebagai dasar perluasan penelitian terutama yang berhubungan dengan Pajak Penghasilan Pasal 21.

1.5 SISTIMATIKA PENULISAN

(9)

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistimatika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Pada bab ini berisi tentang landasan teori, penelitian terdahulu serta krangka pemikiran.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini berisi tentang objek penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta metode analisis.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PERSEMBAHAN

Pada bab ini berisis tentang hasil dari penelitian dan pembahasan. BAB V : PENUTUPAN

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dan saran yang ingin disimpulkan.

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Teori

2.1.1 Pengertian Pajak

Pengertian pajak menurut Undang-Undang Perpajakan No. 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang dikutip oleh Sumarsan (2012:4) menyatakan bahwa “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Sommerfeld, yang dikutip oleh Sumarsan (2012:4) menjelaskan bahwa, “Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapatkan imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan”.

Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro yang dikutip oleh Sumarsan (2012:3) menjelaskan bahwa, “pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang

(11)

berbunyi sebagai berikut: pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.

2.1.1.1 Sistem Pemungutan Pajak

Wiryawan (2012: 8) menyatakan sistem pemungutan pajak terbagi menjadi 3 yaitu :

1. Official Assessment System

Adalah suatu pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. 2. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang.

3. With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

2.1.1.2 Subjek Pajak Penghasilan

Dalam UU No. 36 tahun 2008 pasal 2 tentang pajak penghaslan dikatakan bahwa subjek pajak penghasilan meliputi:

(12)

b.Warisan yang belum terbagi sebagai satu-kesatuan, menggantikan yang berhak.

2. Badan

3. Bentuk Usaha Tetap (BUT)

2.1.1.3 Pengecualian Subjek Pajak Penghasilan

Menurut Mardiasmo (2008 :131) yang tidak termasuk subjek pajak sebagaimana dimaksud pasal 3 adalah :

a. Badan perwakilan negara asing.

b. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja dan bertempat tinggal bersama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatannya di Indonesia dan negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.

c. Organisasi internasional yang telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, dengan syarat Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota.

d. Pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat bukan warga negara Indonesia

(13)

dan tidak menjalankan usaha atau menjalankan kegiata atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan di Indonesia.

2.1.1.4 Objek Pajak Penghasilan

Objek dari pajak penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesaia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan bentuk apapun termasuk :

a. Penggantian imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, honorium, komisi, bonus, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lain.

b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan. c. Laba usaha.

d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:

1. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.

2. Keuntungan yang diperoleh, persekutuan dan badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota.

3. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambil alihan uasaha.

4. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan

(14)

sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh menteri keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak bersangkutan.

5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.

6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan lain karena jaminan. 7. Dividen, dengan nama dan bentuk apapun, termasuk dividen dari

perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.

8. Royalty.

9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta. 10. Penarimaan atau perolehan pembayaran berkala.

11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

12. Keuntungan karena selisih kurs mata asing. 13. Premi asuransi.

14. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas. 15. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum

dikenakan pajak.

(15)

Berdasrkan penjelasan pasal 4 ayat (3) Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 menyatakan pengecualian objek pajak yaitu:

1. Bantuan sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan para penerima zakat yang berhak.

2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan satu derajat, dan oleh keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil, termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.

a. Warisan.

b. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal. c. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh dalam bentuk natural dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deedmen profit).

d. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa.

(16)

e. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.

f. Penghasilan modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

g. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditir yang modalnya tidak terbagi atas sham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif.

h. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

i. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau biang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang dinamnkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang keuntungannya diatur lebih lanjut dengan atu berdasarkan Peraturan Menteri Keungan.

(17)

2.2.2. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21

Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri.

Ketentuan Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan mengatur tentang pembayaran pajak dalam tahun berjalan melalui pemotong pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan.

2.2.1.1. Pemotongan PPh Pasal 21

Menurut Mardiasmo (2011 : 190) yang termasuk pemotong pajak PPh pasal 21 adalah :

1. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik merupakan pusat maupun cabang, perwakilan atau unit yang membayar gaji, upah, honorium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun, sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.

2. Bebendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau pemegang kas pada Pemerintah Pusat termasuk instansi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, dan lembaga-lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri, yang membayarkan gaji, upah, honorium, tunjangan, dan

(18)

pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan.

3. Dana pension, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua.

4. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang membayar :

a. Honorium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya.

b. Honorium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan dan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak luar negeri.

c. Honorium atau imbalan lain kepada peserta pendidik, pelatihan, dan magang.

5. Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisai yang bersifat nasional dan internasional, perkumpulan orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apa pun kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.

(19)

2.2.1.2 Hak Pemotong Pajak

Hak-hak pemotong PPh Pasal 21 yaitu :

a. Pemotong Pajak berhak atas kelebihan jumlah penyetoran PPh Pasal 21 yang terjadi karena jumlah PPh 21 yang terutang dalam 1 (satu) tahun takwim lebih kecil dari pada jumlah PPh Pasal 21 yang telah disetor. Jumlah kelebihan tersebut akan diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 yang terutang atas gaji untuk bulan pada waktu dilakukan penghitungan tahunan dan jika masih ada sisa kelebihan, diperhitungkan untuk bulan-bulan lainnya dalam tahun berikutnya.

b. Pemotong Pajak berhak mengajukan permohonan untuk memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) PPh Pasal 21. Permohonan diajukan secara tertulis selambat-lambatnya tanggal 31 Maret tahun takwim berikutnya dengan menggunakan formulir yang telah ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak disertai surat pernyataan mengenai penghitungan sementara PPh Pasal 21 yang terutang dan bukti pelunasan kekurangan pembayaran PPh Pasal 21 yang terutang untuk tahun takwim yang bersangkutan.

c. Pemotong Pajak dapat mengajukan keberatan kepada Direktur Jendral Pajak dan permohonan banding kepada Badan Peradilan Pajak.

2.2.1.3 Kewajiban Pemotong Pajak

(20)

a. Setiap Pemotong Pajak wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat.

b. Pemotong Pajak mengambil sendiri formulir-formulir yang diperlukan dalam rangka pemenuhan kewajiban perpajakannya pada Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat.

c. Pemotong Pajak wajib menghitung, memotong, dan menyetorkan PPh Pasal 21 yang terutang untuk setiap akhir bulan takwim. Penyetoran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) ke Kantor Pos atau Bank Badan Usaha Milik Negara atau Bank Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), atau bank-bank lain yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Anggaran, selambat-lambatnya tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim berikutnya.

d. Pemotong Pajak wajib menghitung, memotong, dan menyetorkan PPh Pasal 21 yang terutang untuk setiap akhir bulan takwim. Penyetoran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) ke Kantor Pos atau Bank Badan Usaha Milik Negara atau Bank Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), atau bank-bank lain yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Anggaran, selambat-lambatnya tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim berikutnya.

e. Pemotong Pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 baik diminta maupun tidak pada saat dilakukannya pemotongan pajak kepada orang pribadi bukan sebagai pegawai tetap, penerima uang tebusan

(21)

pensiun, penerima Jaminan Hari Tua, penerima uang pesangon dan penerima dana pensiun.

f. Pemotong Pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 Tahunan kepada pegawai tetap, termasuk penerima pensiun bulanan, dengan menggunakan formulir yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak dalam waktu 2 (dua) bulan setelah tahun pajak berakhir. Apabila pegawai tetap berhenti bekerja atu pensiun pada bagian tahun takwim, maka Bukti Pemotongan tersebut diberikan oleh pemberi kerja yang bersangkutan selambat-lambatnya satu bulan setelah pegawai yang bersangkutan selambat-lambatnya satu bulan setelah pegawai yang bersangkutan berhenti bekerja atau pensiun.

g. Dalam waktu 2 (dua) bulan setelah tahun takwim berakhir, Pemotong Pajak berkewajiban menghitung kembali jumlah PPh Pasal 21 yang terutang oleh pegawai tetap dan penerima pensiun bulanan menurut tarif Pasal 17 UU No.36 Tahun 2008.

h. Pemotong Pajak wajib mengisi, menandatangani, dan menyampaikan SPT Tahunan PPh Pasal 21 ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Pemotong Pajak terdaftar atau Kantor Tempat Penyuluhan Pajak setempat Surat Pemberitahuan Tahunan PPh Pasal 21 harus disampaikan selambat-lambatnya tanggal 31 Maret tahun takwim berikutnya. Dalam hal Pemotong Pajak adalah badan, SPT Tahunan PPh Pasal 21 ditandatangani dan diisi oleh orang lain maka harus dilampiri Surat Kuasa Khusus.

(22)

i. Pemotong Pajak wajib melampiri SPT Tahunan PPh dengan lampiran-lampiran yang ditentukan dalam Petunjuk Pengisian SPT Tahunan PPh Pasal 21 untuk tahun pajak yang bersangkutan.

j. Pemotong Pajak wajib menyetor kekurangan PPh Pasal 21 yang terutang apabila jumlah PPh Pasal 21 terutang dalam 1 (satu) tahun takwim lebih besar dari pada PPh Pasal 21 yang telah disetor. Penyetoran tersebut harus dilakukan selambat-lambatnya tanggal 25 Maret tahun takwim berikutnya, sebelum batas akhir waktu penyampaian SPT Tahunan PPh Pasal 21.

2.2.1.4 Penerima Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21

Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 mengenai rincian atas Wajib Pajak yang dipotong PPh Pasal 21, yaitu :

1. Pegawai.

2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya.

3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi :

a. Tentang ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaries, penilai, dan aktuaris.

b. Pemain music, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,

(23)

peragawan/peragawati, pemin drama, penari, pemahat, pelukis, dan sinema lainnya.

c. Olahragawan.

d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator. e. Pengarang, peneliti, dan penerjemah.

f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik computer dan system aplikasi telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan.

g. Agen iklan.

h. Pengawasan atau pengelola proyek.

i. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara.

j. Petugas penjaga barang dagangan. k. Petugas dinas luar asuransi.

l. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya.

4. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain meliputi :

a. Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olahraga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan perlombaan lainnya.

(24)

c. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu.

d. Peserta pendidikan, pelatihan, dan magang. e. Peserta kegiatan lainnya.

2.2.1.5 Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21

Sistem perpajakan Indonesia menganut self assessment. Dengan sistem tersebut wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung sendiri besarnya pajak terutang dalam suatau tahun pajak. Namun demikian, ketika wajib pajak menerima atau memperoleh penghasilan, ada kalanya atas penghasilan tersebut dipotong pajak dulu. Tentu saja praktek ini tidak menyalahi self assessment dikarenakan, perhitungan pajak terutang sebenarnya dilakukankan oleh wajib pajak sendiri dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan. Mereka yaitu :

a. Pegawai Tetap

Pegawai tetap adalah orang pribadi yang berkerja pada pemberi kerja, yang menerima atau memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara berkala, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara teratur dan terus-menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung.

b. Pegawai Lepas

Pegawai lepas adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang hanya menerima imbalan apabila orang pribadi yang bersangkutan bekerja. c. Penerimaan Pensiun

(25)

Penerima pensiun adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu, termasuk orang pribadi atau ahli warisnya menerima tabungan hari tua atau tunjangan hari tua.

d. Penerimaan Honorium

Penerima honorarium adalah orang pribadi yang menerima atau memperoleh imbalan sehubungan dengan jasa, jabatan, atau kegiatan yang dilakukannya.

e. Penerima Upah

Penerima upah adalah orang pribadi yang menerima upah harian, upah mingguan, upah borongan, atau upah satuan.

2.2.1.6 Bukan Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21

Yang tidak termasuk penerima penghasilan yang dipotong pajak penghasilan pasal 21, mereka adalah :

a. pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik,

(26)

b. pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 574/KMK/2000 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 601/KMK.03/2005 sepanjang bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan di Indonesia.

2.2.1.7 Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 Objek pajak penghasilan pasal 21 adalah:

a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium, premi bulanan, uang lembur, tunjangan-tunjangan, bea siswa, hadiah dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun.

b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur berupa jasa produksi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan dan penghasilan sejenis yang lainnya yang sifatnya tidak tetap.

c. Upah harian, upah mingguan, upah satuan dan upah borongan.

d. Uang tebusan pensiun, uang pesangon, uang tabungan hari tua atau jaminan hari tua dan pembayaran lain yang sejenis.

e. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, komisi, beasiswa dan pembayaran lain sebagai imbalan

(27)

sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan lain yang dilakukan oleh wajib pajak dalam negeri, terdiri dari:

1) Tenaga ahli yaitu pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan akuaris.

2) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya.

3) Olahragawan.

4) Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh dan moderator. 5) Pengarang, peneliti, dan penterjemah.

f. Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan yang terkait gaji yang diterima oleh pejabat negara, PNS serta uang pensiun dan tunjangan-tunjangan lain yang sifatnya terkait dengan uang pensiun.

g. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama apapun yang diberikan oleh bukan wajib pajak atau wajib yang pajak padanya dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final.

2.2.1.8 Bukan Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 Yang bukan termasuk objek pajak PPh Pasal 21:

a. Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kecelakaan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa.

(28)

b. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan kecuali yang diberikan oleh bukan yang Wajib Pajak.

c. Iuran pensiun yang dibayarakan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan serta iuran Tabungan Hari Tua atau Tunjangan Hari Tua (THT) kepada badan penyelenggara jamsostek yang dibayar oleh pemberi kerja.

d. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama apapun yang diberikan oleh pemberi kerja.

e. Kenikmatan berupa pajak yang ditanggung oleh pemberi kerja.

f. Pembayaran THT-Taspen dan THT-Asabri kepada para pensiunan yang berhak menerimanya.

g. Zakat yang diterima oleh pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.

2.3.1 Analisis Sistem

2.3.1.1 Pengertian Analisis Sistem

Menurut Hall (2007) analisis system (system analysis) sebenarnya merupakan proses dua langkah yang melibatkan survey atas system yang ada saat ini dan analisis atas kebutuhan pengguna. Setelah melakukan wawancara dan peninjauan dokumen, tahap selanjutnya yaitu mengambarkan sistem yang telah ada dalam bentuk baganalir dokumen untuk masing-masing kegiatan. Dari hasil penggambaran tersebut dapat terlihat kelemahan apa saja yang terdapat dalam sistem yang ada, dan apa yang

(29)

dibutuhkan untuk pengembangan sistem dalam upaya yang memperbaiki sistem yang ada.

2.3.1.2 Langkah-langkah Analisis Sistem

Langkah-langkah analisis sitem menurut Jogiyanto (2008) adalah :

a. Mengidentifikasi Masalah (Identify) 1. Mengidentifikasi penyebab masalah. 2. Mengidentifikasi titik keputusan. 3. Mengidentifikasi personil kunci.

b. Memahami kerja dari sistem yang ada (Understand) 1. Menentukan jenis penelitian.

2. Merencanakan jadwal.

3. Membuat penugasan penelitian. 4. Membuat agenda wawancara. 5. Mengumpulkan hasil wawancara. c. Menganalisis sistem (Analize)

1. Menganalisis kelemahan sistem.

2. Menganalisis kebutuhan informasi pemakai. d. Membuat laporan hasil analisa (Report)

1. Pelaporan bahwa analisis telah selesai dilakukan.

2. Melakukan kesalahan apa yang telah ditemui dan dianalisa.

(30)

1. Investigasi Awal

Investigasi awal dilakukan untuk memilih proyek. Orang yang melakukan investigasi awal harus mendapatkan gambaran jelas tentang masalah atau kebutuhan yang ada, menetapkan keberlangsungan proyek dan perkiraan biaya serta pengembaliannya, mengevaluasi apakah proyek pengembangan tersebut harus dilakukan seperti usulan, diubah, atau tidak dilakukan.

2. Survei Sistem

Selama survey sistem, studi yang ekstensif atas SIA yang ada saat ini dilakukan. Survei ini dapat berlangsung beberapa minggu atau bulan, tergantung pada kerumitan dan lingkup sistem tersebut.

Tujuan dari sebuah survey sistem adalah :

2.1 Mendapatkan pemahaman menyeluruh atas operasi, kebijakan, dan prosedur; arus data dan informasi; kekuatan dankelemahan SIA; serta hardware, software, dan personil yang ada.

2.2 Membuat penilaian awal atas kebutuhan pemrosesan saat ini dan di masa mendatang, serta menetapkan keluasan dan sifat perubahan yang dibutuhkan.

2.3 Mengembangkan hubungan kerja dengan para pemakai dan membangun dukungan untuk SIA.

2.4 Mengumpulkan data yang dapat mengidentifikasi kebutuhan pemakai, melakukan analisis kelayakan, dan membuat rekomendasi ke pihak manajemen.

(31)

3. Studi Kelayakan

Pada titik dalam analisis ini, analisis kelayakan yang lebih menyeluruh dilakukan untuk mendapatkan keberlangsungan proyek, hal ini yang sangat penting adalah kelayakan ekonomis.

4. Kebutuhan Informasi dan Persyaratan Sistem

Begitu sebuah proyek dianggap layak, perusahaan mengidentifikasi kebutuhan informasi pada pemakai SIA dan mendokumentasikan persyaratan sistem.

5. Laporan Analisis Sistem

Analisis sistem diakhiri dengan membuat laporan analisis sistem, untuk meringkas dan mendokumentasikan aktivitas analisis dan berperan sebagai penampung data yang merupakan sumber gambaran bagi para pendisain sistem. Laporan tersebut menunjukan sasaran dan tujuan sistem yang baru, lingkup proyek dan sistem yang baru tersebut sesuai dengan rencana utama perusahaan, persyaratan pemrosesan dan kebutuhan informasi dari para pemakai, analisis kelayakan serta rekomendasi untuk sistem baru.

2.4.1. Perhitungan PPh Pasal 21 2.4.1.1. Tarif dan Penerapannya

Tarif pajak yang berlaku beserta penerapannya menurut ketentuan dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah sebagai berikut:

(32)

1. Tarif berdasarkan pasal 12 UU PPh, diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak dari :

a. Pegawai tetap.

b. Penerimaan pensiun berkala yang dibayarkan secara bulanan.

c. Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang dibayarkan secara bulanan.

d. Bukan pegawai yang menerima imbalan yang bersifat berkesinambungan.

Penghasilan kena pajak dihitung sebesar: Bagi pegawai tetap

Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi pegawai tetap adalah sebesar penghasilan neto dikurangi PTKP. Sedangkan Penghasilan neto dihitung seluruh penghasilan bruto dikurangi dengan:

 Biaya jabatan.

 Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana

pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau badan penyelanggaraan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

PPh Pasal 21 = (Penghasilan netto – PTKP) x tarif Ps 17 PPh

= (Penghasialn Bruto – Biaya Jabatan – Iuran Pensiun dan Iuran THT/JHT yang dibayar sendiri – PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh

(33)

Bagi penerima pensiun berkala:

Besarnya Penghasilan Kena Pajak adalah bagi penerima pensiun berkala sebesar penghasilan neto dikurangi PTKP. Besarnya penghasilan netto adalah seluruh jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan biaya pensiun. Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut :

PPh Pasal 21 = (Penghasilan netto – PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh

= (Penghasilan bruto – Biaya Pensiun _ PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh

Bagi pegawai tidak tetap yang dibayar secara bulanan:

Bagi pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan atau jumlah kumulatif penghasilan yang diterima selama 1 (satu) bulan kalender telah melebihi Rp. 1.320.000,00 besarnya Penghasilan Kena Pajak dihitung sebesar penghasilan bruto dikurangi PTKP.

PPh Pasal 21 = (Penghasilan Bruto – PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh

2. Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas berupa upah harian, sepanjang penghasilan tidak dibayarkan secara bulanan, tarif lapisan pertama Pasal 17 UU PPh (5%) lima persen diterapkan atas:

a. Jumlah penghasilan bruto sehari yang melebihi Rp. 150.000,00.

b. Jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP yang sebenarnya dalam hal jumlah penghasilan kumulatif dalam 1 (satu) bulan kalender telah melebihi Rp. 1.320.000,00.

(34)

Dalam hal jumlah penghasilan kumulatif dalam satu bulan kalender telah melebihi Rp. 6.000.000,00, PPh Pasal 21 dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 UU PPh atas jumlah Penghasilan Kena Pajak yang disetahunkan. 3. Tarif berdasrkan pasal 17 UU PPh, diterapkan atas jumlah kumulatif dari:

a. Penghasilan Kena Pajak sebesar jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP, yang diterima atau diperoleh bukan pegawai (selain tenaga ahli), yang menerima imbalan yang bersifat berkesinambungan yang memenuhi ketentuan:

 Yang bersangkuatan mempunyai NPWP

 Hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan

Pemotong PPh Pasal 21.

 Tidak memperoleh penghasilan lainnya.

PPh Pasal 21 = (Penghasilan bruto – PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh

Apabila tidak memenuhi syarat-syarat tersebut, maka yang dijadikan dasar adalah jumlah penghasilan bruto.

PPh Pasal 21 = Penghasilan bruto x tarif Ps 17 UU PPh

b. 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaries, penilai, dan aktuaris.

PPh Pasal 21 = (50% x Penghasilan bruto) x tarif Ps 17 UU PPh

c. Jumlah penghasilan bruto berupa honorium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau

(35)

dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama

PPh Pasal 21 = Penghasilan bruto x tarif Ps 17 UU PPh

d. Jumlah penghasilan bruto berupa jasa produksi, tentiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain yang bersifatb tidak tertentu yang diterima atau diperoleh mantan pegawai.

PPh Pasal 21 = Penghasilan bruto x tarif Ps 17 UU PPh

e. Jumlah penghasilan bruto bberupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

PPh Pasal 21 = Penghasilan bruto x tarif Ps 17 UU PPh

4. Tariff berdasarkan pasal 17 UU PPh, ditetapkan atas jumlah penghasilan bruto:

a. Untuk setiap pembayaran imbalan kepada bukan pegawai yang tidak bersifat berkesinambungan.

b. Untuk setiap kali pembayaran yang bersifat utuh dan tidak dipecah, yang diterima oleh peserta kegiatan.

5. Tarif PPh Pasal 21 atas honorium atau imbalan lain dengan nama apa pun yang menjadi beban APBN atau APBD adalah sebagai berikut:

a. Sebesar 0% (nol persen) dari penghasilan bruto bagi PNS Golongan I dan Golonga II, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Tamtama dan Bintara, dan Pensiunannya.

(36)

b. Sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto bagi PNS Golongan III, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Perwira Pertama, dan Pensiunannya.

c. Sebesar 15% (lima belas persen) dari penghasilan bruto bag Pejabat Negara, PNS Golongan IV, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Perwira Menengah dan Perwira Tinggi, dan Pensiunannya. 2.4.1.2. Penghasilan Tidak Kena Pajak

Penghasilan Tidak Kena Pajak adalah batas penghasilan yang tidak dikenakan pajak untuk wajib pajak orang pribadi sesuai dengan jumlah tanggungan keluarganya. Untuk menghitung besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak dari Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri, penghasilan netonya dikurangi dengan jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak.

Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak yang berlaku berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-162/PMK.011/2012, sejak tanggal 1 Januari 2013 berlaku ketentuan besarnya PTKP seperti tertera dalam table berikut:

(37)

Table 2.1 Tarif PTKP Setahun Yang Berlaku Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008

No Keterangan Setahun

1 Dari Wajib Pajak Orang Pribadi

Rp. 24.300.00,00 2 Tambahan untuk Wajib Pajak

Kawin

Rp. 2.025.000,00 3 Tambahan untuk seorang istri

yang penghasilannya

digabung dengan penghasilan suami

Rp. 24.300. 000,00

4 Tambahan untuk setiap

anggota keturunan sedarah dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang

ditanggung sepenuhnya,

maksimal 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

Rp. 2.025.000,00

Sumber : Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-162/PMK.011/2012.

Table 2.2 PTKP Setatus Perkawinan

Status PTKP Status PTKP Status PTKP

TK/0 Rp. 24.300.000,- K/0 Rp. 26.325.000,- K/I/0 Rp. 50.625.000,- TK/1 Rp. 26.325.000,- K/1 Rp. 28.350.000,- K/I/1 Rp. 52.650.000,- TK/2 Rp. 28.350.000,- K/2 Rp. 30.375.000,- K/I/2 Rp. 54.675.000,- TK/3 Rp. 30.375.000,- K/3 Rp. 32.400.000,- K/I/3 Rp. 56.700.000,- Sumber : Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-162/PMK.011/2012.

Keterangan :

TK : Tidak Kawin K : Kawin

(38)

K/I : Kawin, Istri mempunyai penghasilan yang digabung dengan penghasilan suami

2.4.1.3. Tarif Pajak

Tarif pajak berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 adalah sebagai berikut : 1. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri:

Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 17

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp. 50.000.000,- 5%

Di atas Rp. 50.000.000,- sampai dengan Rp. 250.000.00,- 15% di atas Rp. 250.000.00,- sampai dengan Rp.500.000.000,- 25%

di atas Rp. 500.000.000,- 30%

Sumber: Undang-Undang No. 36 Tahun 2008

Tarif tertinggi bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dapat diturunkan menjadi paling rendah 25% yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

2. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap

Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28%. Tarif pajak bagi Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap, mulai berlaku sejak tahun pajak 2010, diturunkan menjadi 25%.

(39)

2.5.1.1. Pengertian SPT

Menurut Waluyo (2009:31) pengertian dari Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, Objek Pajak dan/atau bukan objek Pajak dan/atau harta dan kewajiban, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2.5.1.2. Fungsi SPT

a. Fungsi Surat pemberitahuan bagi Wajib Pajak Penghasilan adalah:

1. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.

2. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak. 3. Harta dan kewajiban.

4. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak dengan ketentuan peraturan perundang-undang perpajakan.

b. Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Perusahaan Kena Pajak adalah: 1. Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran.

2. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundng-undangan perpajakan. c. Fungsi Surat Pemberitahuan bagi pemotong atau pemungut adalah:

(40)

1. Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya.

2.6.1. Pengertian SSP dan Fungsi SSP 2.6.1.1. Pengertian SSP

Menurut Mardiasmo (2011:37) Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

2.6.1.2. Fungsi SSP

SSP berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh Pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah mendapatkan validasi.

2.7.1. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu adalah sebagai berikut : Table 2.4 Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti/Tahun Judul Metode Analisis Hasil Penelitian 1 Makabimbang / 2013 Analisis Perhitungan, Pembayaran, dan Pelaporan PPh Pasal 21 Pada Dinas Metode Analisis Deskriptif Prosedur perhitungan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai diperoleh dari

(41)

Pendidikan Kecamatan Tuminting menghitung seluruh penghasilan bruto sebulan yang meliputi gaji pokok dan tunjangan, kemudian di kurangi dengan potongan yang ada, kemudian dikurangi Penghasialan Tidak Kena Pajak (PTKP). 2 Pantow/2013 Analisis Perhitungan, Penyetoran Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Metode Analisis Deskriptif Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada Rumah SAkit Umum Bethesda GMIM Tomohon sudah sesuai dengan Undang-undang Perpajakan No. 36 tahun 2008. Untuk penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada Rumah Sakit Umum Bethesda GMIM Tomohon belum sesuai

(42)

dengan Undang-undang Perpajakan No. 36 Tahun 2008. 3 Watung / 2013 Analisis Perhitungan Dan Penerapan Pajak Penghasilan Pasal 21 Serta Pelaporannya Metode Analisis Deskritif Perhitungan, pemotongan, pemyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasialan pasal 21 atas gaji pegawai PT. Cipta Daya Nusantara telah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku, yaitu Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 dan Peraturan Menteri Keuangan 250/PMK.03/20 08 tentang biaya jabatan karena dalam penghitunganny a tidak didapati selisih. 4 Susan/2013 Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada PT. Megasurya Nusantara Manado Metode Analisis Deskriptif PT. Megasurya Nusantara dalam melakukan perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 sudah sesuai dengan

(43)

Undang-undang No. 36 Tahun 2008 . 5 Gosal/ 2013 Analisis Perlakuan Akuntansi Pajak Penghasilan Pasal 21 Metode Analisis Deskriptif Perhitungan pajak penghasilan karyawan yang telah dilakukan oleh perusahaan telah tepat, namun pencatatan yang dilakukan oleh perusahaan tidak tepat karena perusahaan salah mencatat nama jurnal atau nama rekening yang termasuk dalam pengakuan akuntansi yang dapat menyebabkan kesalahan penyajian dalam laporan keuangan, serta pelaporan pajak penghasilan karyawan yang telah dilakukan oleh PT. Samudera Puranabile Abadi telah sesuai dengan ketentuan Undang – Undang yang berlaku.

(44)

2.2 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Keterangan Gambar

Pajak penghasilan Pasal 21 merupakan pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri. Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati melakukan pelaporan. Pajak penghasilan pasal 21 dalam UU No. 36 Tahun 2008 juga melakukan pelaporan. Dari hasil perbandingan antara Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati dan UU No. 36 Tahun 2008 akan dianalisis.

Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati

Pelaporan

UU No. 36 Tahun 2008 Pajak penghasilan Pasal 21

Perbandingan

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, objek yang akan diteliti adalah Kantor Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati. Dengan menggunakan data-data gaji pokok, tunjangan-tunjangan dari Pegawai Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati. Kantor Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati ini berada didaerah Gunungpati. Tepatnya Kantor Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati ini berlokasi di Jln. Mr Wuryanto Gunungpati.

3.2 Jenis dan Sumber Data

3.2.1 Jenis Data

Kuncoro (2007:124) mengungkapkan bahwa data adalah sekumpulan informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusan. Data merupakan keterangan-keterangan yang diperoleh dari suatu penelitian dan atau melalui refrensi untuk digunakan dalam menganalisa permasalahan yang dihadapi dan selanjutnya untuk mencari alternatife yang sesuai.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data-data yang disajikan dalam bentuk angka-angka. Data kuantitaif dalam penelitian ini adalah tabel gaji pokok dan tunjangan-tunjangan dari Pegawai Negeri Sipil Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati.

(46)

3.2.2 Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sejunder yang berupa daftar gaji pokok, tunjangan-tunjangan Pegawai Negeri Sipil Sekolah Dasar Dinas pendidikan Kecamatan Gunungpati bulan Januari 2013 dan bulan Desember 2013.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian deskriptif ini penulis melakukan penelitian untuk memperoleh data data yang diperlukan dalam metode ini adalah metode dokumentasi. Dokumentasi adalah penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah dokumen-dokumen yang terkait dalam perhitungan, pembayaran dan pelaporan pajak penghasilan pasal 21 pada Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati. Dokumen ini berupa daftar gaji pokok, tunjangan-tunjangan Pegawai Negeri Sipil Sekolah Dasar.

3.4 Metode Analisis

Metode yang digunakan untuk menganalisis penelitian ini adalah metode dengan pendekatan kualitatif yaitu analisis deskriptif yang didasarkan pada penggambaran yang mendukung analisa tersebut, analisis ini melakukan pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas dan natural setting yang holistis, kompleks, dan rinci yang sifatnya menjelaskan secara uraian dalam bentuk kalimat.

(47)

Analisis dilakuakan berdasarkan konsep analisis sistem Jogiyanto (2008) adalah :

1. Mengidentifikasi masalah yang terdapat pada Pelaporan SPT Tahunan Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati.

2. Memahami kerja dari sistem pengisian SPT Tahunan Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati.

3. Menganalisis sistem kelemahan dalam pengisian dan pelaporan SPT Tahunan Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati.

4. Melaporkan hasil analisis kesalahan Pelaporan SPT Tahunan Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati.

(48)

BAB IV

HASIL PENLITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

4.1.1 Gambaran Umum Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati

Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati adalah salah satu instansi pemerintahan yang beralamat di Jln. Mr Wuryanto Gunungpati kode pos 50225, Telp 024-6932279. Dinas Pendidikan Gunungpati adalah Kantor pembantu Dinas Pendidikan Kota Semarang yang menangani wilayah kecamatan, khususnya kecamatan Gunungpati. Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati di Kepalai oleh Bapak Siswanto, S.Pd. M.Pd.

4.1.2 Visi dan Misi Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati

Visi dan Misi Dinas Pendidikan Gunungpati diantaranya sebagai berikut :  Visi :

Terwujudnya masyarakat yang berpendidikan dan berbudaya menuju kota perdagangan dan jasa yang bersekala metropolitan.

 Misi :

1. Meningkatkan profesionalisme Sumber Daya Manusia (SDM) kependidikan yang berbudaya, relegius, dan berorientasi pada teknologi dan perekonomian.

(49)

2. Menerapkan multi metode pembelajaran secara professional yang dapat mengembangkan aspek kognitif, efektif, dan pisiko motorik peserta didik secara professional.

3. Menyelenggaran Pendidikan Sekolah dan Pendidikan Luar Sekolah yang sesuai dengan karakteristik masing-masing Wilayah Pengembangan. 4. Meningkatkan mutu lulusan dan mampu melanjutkan Pendidikan ke

jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

5. Meningkatkan partisipasi belajar melalui jalur Sekolah Formal dan Non Formal dalam rangka Menuntaskan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun.

(50)

4.1.3 Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati Struktur Organisasi

Dinas Pendidikan Kecamtan Gunungpati Kota Semarang

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati Ka. Dinas Pendidikan Gunungpati

Siswanto, S.Pd. M.Pd

Ka. Sub. Bag TU Sri Supadmi

Pembuku Dwi Kurniawati, Amd Bendahara Pengeluaran Pembantu Moh. Khosim, S.Pd Warsito Penilik PLS Sutarno, S.Pd Pengawas TK/SD Harry, S.Pd Pengawas TK/SD Juli Winarni, S.Pd Pengawas Penjasorkes Drs. Agus Suyono, M.Pd Pengawas TK/SD Drs. Ruswanto, M.Si Pengawas TK/SD Jumadi, S.Pd Pengaawas TK/SD Bendahara Pengeluaran Pembantu Gaji Rohmidayati,SE Pengelola Kepegawaian Endang Sarwastuti Operator Doni Ahmad R. Pengurus Barang Agus Prihati, S.Pd Pengadministrasian Umum Ernawati Pengadministrasian Umum Darmono Andi Ferry S. Penjaga TK/SD

(51)

1. Kepala Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati

Tugas dari Kepala Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati meliputi : a. Menyusun perencanaan, membuat program kegiatan dan pelaksanaan. b. Pengorganisasian.

c. Pengarahaan. d. Pengkoordinasian. e. Pengawasan. f. Penilaian.

g. Identifikasi data dan pengkumpulan data. h. Penyusunan laporan.

2. Kepala Sub. Bag TU

Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengendalikan serta mengevaluasi di bidang ketatausahaan. 3. Pengawas TK/SD

Tugas pokok pengawas sekolah/satuan pendidikan adalah melakukan penilaian dan pembinaan dengan melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun supervisi manajerial. Berdasarkan tugas pokok dan fungsi di atas minimal ada tiga kegiatan yang harus dilaksanakan pengawas yakni:

a. Melakukan pembinaan pengembangan kualitas sekolah, kinerja kepala sekolah, kinerja guru, dan kinerja seluruh staf sekolah,

b. 2. Melakukan evaluasi dan monitoring pelaksanaan program sekolah beserta pengembangannya,

(52)

c. 3. Melakukan penilaian terhadap proses dan hasil program pengembangan sekolah secara kolaboratif dengan stakeholder sekolah. 4. Bendahara Pengeluaran Pembantu

Bendahara yang ditunjuk untuk membantu kelancaran kegiatan pada suatu satker dimana bendahara bertanggungjawab atas pembayaran yang di lakukan. Secara umum, tugas dan tanggung jawab Bendahara Pengeluaran Pembantu adalah sama dengan Bendahara Pengeluaran.

5. Pembuku

Tugas dari pembuku adalah sebagai berikut : a. Menyususn, mengetik RKA dan DPA. b. Ceklist DPA.

c. Menyususn, mengetik perubahan DPA. d. Menyususn, mengetik rincian anggaran kas.

e. Menyiapkan, mengetik, dan mengajukan SSP SPM. f. Mencairkan dan membukukan dana operasional.

g. Mencairkan, membagikan dan membukukan dana pendampingan BOS. h. Mencairkan dan membukukan dana kegiatan (rehab gedung sekolah) i. Menyusun SPJ operasional.

j. Menoreksi SPJ pendampingan BOS di sekolah-sekolah. k. Mengoreksi SPJ BOS dari sekolah-sekolah.

l. Mengolah anggaran Kas/bulan.

m. Membuat dan melaporkan pajak operasional dan pendampingan BOS. 6. Pengadministrasian Umum

(53)

Tugas pengadministrasian umum adalah sebagai berikut : a. Mempersiapkan rapat.

b. Mengetik, mengadakan dan mengarsipkan surat dinas. c. Menolah DNS, DNT.

d. Mengetik daftar hadir pegawai.

e. Mengetik data awal ujian sekolah (US). f. Mengolah data laporan bulan TK/SD.

g. Merekap laporan lembar individu (LI), TK, SD dan mengirimkan ke Disdik.

7. Bendahara Pengeluaran Pembantu Gaji

Tugas bendahara pengeluaran pembantu gaji adalah sebagai berikut : a. Menyimpan dan mengolah SPP gaji.

b. Menyiapkan, mengetik usulan KESPEG.

c. Menyiapkan, mengetik bukti potong pajak KESPEG. d. Menyiapkan, dan mengumpulkan perubahan gaji pegawai. e. Menyiapkan dan mengumpulkan KP 4 (SKUM).

f. Mengumpulkan dan mengolah LP2P dan SPT Tahunan. g. Mengirimkan SPJ gaji ke Disdik.

h. Mengusulakn dan mengirimkan TPP Non sertifikasi dari SD-SD ke Disdik.

i. Merangkap dan mengusulkan KESPEG dari SD-SD ke Disdik.

j. Mengusulkan dan mengirimkan kekurangan gaji KP dan KGB ke DPKAD (rapelan).

(54)

8. Pengelola Kepegawaian

Tugas dari pengelola Kepegawaian adalah sebagai berikut : a. Mengetik DUK dan mengirim laporan Ke Disdik dan BKD.

b. Menghimpun, mengecek dan mengirim berkas usulan PAK ke Disdik. c. Menerima, mengecek dan mengirim berkas usulan ijin gelar dan ijin

belajar ke Disdik.

d. Mengolah data sertifikasi.

e. Menyiapkan dan mengolah data usulan Karpeg, Taspen, Karis Karus, Pensiun, Mutasi, Kenaikan Pangkat, ijin dan cuti.

f. Penyamapaian informasi dan kartu UKG.

g. Pengecekan, merangkap dan pengiriman berkas Bansoso, Kesra dan Fungsional ke Disdik.

h. Pengecekan, pengetikan dan pengiriman NUPTK ke Disdik. i. Pengecekan, pengiriman berkas tunjangan profesi ke Disdik. j. Pengecekan, pengiriman berkas Beasiswa Guru ke Disdik. 9. Pengurus Barang

Tugas dari Pengurus Barang meliputi sebagai berikut : a. Merencanakan kebutuhan sarana dan prasarana. b. Merencanakan program pengadaanya.

c. Mengatur pemanfaatan sarana dan prasarana. d. Mengelola perawatan, perbaikan dan pengisian. e. Mengatur pembakuannya.

(55)

10. Operator

Tugas dari Operator disini adalah sebagai berikut : a. Merencanakan pengadaan alat-alat media. b. Menyususn tata tertib penggunaan media. c. Menyususn kegiatan teknisi media.

d. Mengatur penyimpanan, pemeliharaan dan perbaikan alat-alat. e. Inventarisasi dan pengadministrasian alat-alat media.

f. Menyusun laporan pemanfaatan alat-alat media. 11. Penjaga

Tugas dari penjaga disini adalah menjaga keamanan kantor Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati.

4.2 Hasil Penelitian

Kantor Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati adalah salah satu dari beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ada dilingkungan Pemerintahan Kota Semarang. Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati didukung oleh sekitar 219 Pegawai Negeri Sipil Guru Sekolah Dasar yang terdidri dari 54 orang pegawai dari golongan III/a, III/b, III/c, III/d dan 165 dari golongan IV/a. Keseluruhan dari Pegawai Negeri Sipil Sekolah Dasar di Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati tersebut merupakan wajib pajak yang dikenakan pajak penghasilan pasal 21 dengan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 yang berbeda-beda sesiau dengan gaji, tunjangan yang dimiliki.

(56)

Tabel 4.1. Daftar gaji untuk para pegawai golongan IV/a dan III/a,III/b,III/c dan III/d Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati.

GOL PEGAWAI IS/SU ANAK JUMLAH JIWA

IV 165 122 178 465

III 54 42 78 174

Lainnya 0 0 0 0

Jumlah 219 164 256 639

Sumber : Daftar penerimaan gaji CABDIN PENDIDIKAN KECAMATAN GUNUNGPATI bulan Desember 2013.

Berdasarkan jumlah Pegawai Negeri Sipil Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati dari golongan III/a,III/b,III/c,III/d dan IV/a adalah sebanyak 219 pegawai yang merupakan wajib pajak yang dikenakan wajib pajak penghasilan pasal 21 dengan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 yang berbeda-beda. Dari 219 Pegawai Negeri Sipil Sekolah Dasar terdapat 24 Pegawai Negeri Sipil yang pelaporan SPT tahunan terdapat kesalahan dalam memasukan jumlah penghasilan gaji pokok,tunjangan IS/SU, tunjangan anak, tunjangan fungsional, tunjangan umum, tunjangan beras serta Penghasilan Tidak Kena Pajak yang tidak sesuai dengan ststus perkawinan dan tunjangan yang seharusnya diperoleh.

4.2.1 Proses Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21

Pelaporan SPT Tahunan yang dilakukan oleh Dinas Pendididikan Kecamatan Gunungpati dilakukan setiap tanggal 11 Maret. Hal tersebut sesuai dengan peraturan perpajakan. Pelaporan SPT Tahunan dilakukan oleh pemberi kerja, bendahara atau pemegang kas pemerintah yang yang membayarkan gaji, upah dan sejenisnya. Dalam pelaporannya, SPT Tahunan PPh Pasal 21 pada Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati terdapat kesalahan dalam menghitung tingkat penghasilan, jabatan,

Gambar

Table 2.1 Tarif PTKP Setahun Yang   Berlaku Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008
Tabel 2.3 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 17
Gambar  2.1 Kerangka Pemikiran  Keterangan Gambar
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kecamatan Gunungpati Ka. Dinas Pendidikan Gunungpati
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada kelas kontrol memiliki rata-rata yang tidak berbeda jauh antara data pre test dan post test sikap memiliki selisih rata-rata 1,28, hasil selisih tersebut menunjukkan bahwa

Tipe 5 adalah strategi fokus nilai terbaik (best-value focus) yang menawarkan produk atau jasa kepada sejumlah kecil konsumen dengan nilai harga terbaik yang

Kecuali di mana berlaku ketentuan-ketentuan dalam Pasal 10 (Orang/Badan yang Memiliki Hubungan Istimewa) ayat (1), Pasal 12 (Bunga) ayat (5), atau Pasal 13

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi faktor-faktor pendorong terjadinya perubahan fungsi lahan di kelurahan tuatunu (2) menganalisis dampak perubahan fungsi

Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menganalisis komposisi kimia sampel MOCAF seperti penentuan kadar air, kadar abu, kadar amilosa, dan pH dengan analisis kimiawi

Dari Teks Luk 20.27 40, dan juga masih banyak teks lain yang berbicara tentang kehidupan sesudah kematian, menjadi jelas buat kita bahwa, orng akan hidup dalam

The writer calculated the t-test tofind out whether using mind mapping technique is effective or notin developing students‟ vocabulary and to know is there any

Pendatang (Madura) begitu menguasai, padahal (Dayak) adalah tuan rumah. Begitu pula dalam migrasi atau memindahkan orang dan terbentuk pemukiman satu suku, biasanya