• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEKAKUAN BULU SIKAT GIGI TERHADAP PENURUNAN JUMLAH PLAK PADA ANAK. Made Ary Dharma Setyawan Budha NPM :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KEKAKUAN BULU SIKAT GIGI TERHADAP PENURUNAN JUMLAH PLAK PADA ANAK. Made Ary Dharma Setyawan Budha NPM :"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH KEKAKUAN BULU SIKAT GIGI TERHADAP PENURUNAN JUMLAH PLAK PADA ANAK

Made Ary Dharma Setyawan Budha NPM : 10.8.03.81.41.1.5.004

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR DENPASAR

(2)

ii

Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Mahasaraswati Denpasar

Oleh :

Made Ary Dharma Setyawan Budha NPM : 10.8.03.81.41.1.5.004

Menyetujui Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Ni Putu Widani Astuti, drg., M.Kes. Eko Sri Yuni Astuti, drg., Sp. KGA. NPK : 826 503 219 NPK : 826 692 187

(3)

iii

Tim Penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara pembuatan skripsi dengan judul :“PENGARUH KEKAKUAN BULU SIKAT GIGI TERHADAP PENURUNAN JUMLAH PLAK PADA ANAK” yang telah dipertanggungjawabkan oleh calon sarjana yang bersangkutanpadatanggal 26 Februari 2014.

Maka atas nama Tim Penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar dapat mengesahkan.

Denpasar, 26 Februari 2014 Tim Penguji Skripsi

FKG Universitas Mahasaraswati Denpasar Ketua,

Ni PutuWidaniAstuti, drg.,M.Kes. NPK: 826 503 219

Anggota : TandaTangan

1. Eko Sri YuniAstuti, drg., Sp. KGA. 1…………. NPK: 826 692 187

2. PutuYettyNugraha, drg., M. Biomed. NPK : 826 495 203

(4)

iv

Puji syukur penyusunpanjatkankepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PengaruhKekakuanBuluSikat Gigi TerhadapPenurunanJumlahPlakPadaAnak” ini tepat pada waktunya.

Penyusunan skripsi ini merupakan persyaratan penyusun untuk memenuhi satuan kredit semester (SKS) dalam rangka mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi (SKG) di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar. Di samping itu, skripsi ini juga merupakan suatu kesempatan yang sangat berharga bagi penyusun untuk dapat menghasilkan sebuah karya ilmiah yang diharapkan nantinya dapat bermanfaat bagi dunia kesehatan khususnya di bidang kedokteran gigi.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, untuk itu penyusunmenyampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa karena telah diberikan keselamatan serta kelancaran selama penyusunan skripsi ini.

2. Yth. drg. Ni PutuWidaniAstuti, M. Kes. selaku dosen pembimbing I, dandrg. Eko Sri YuniAstuti, Sp. KGA. selakudosenpembimbing II atas segala upaya dan bantuan beliau dalam mengarahkan, membimbing, dan memberikanpetunjuk kepada penyusun sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

(5)

v

3. Yth.drg. PutuYetty Nugraha, M. Biomed selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan sehingga menambah kesempurnaan dari skripsi ini.

4. Teman-temanlainatas bantuan dan motivasinya baik secara langsung dan tidak langsung selama penyusunan skripsi ini.

Secara khusus penyusun mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada ayahanda NengahBudhaArsa, BA serta ibunda tercinta drg. Made Rai Purnawati yang selalu memberikan doadandukungan moral maupun material sehingga penyusunan skripsi ini berjalandengan lancar.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, 26 Februari2014

(6)

vi Abstrak

Pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut belum disadari oleh seorang anak maka orang tua memiliki tanggung jawab dalam mengontrol kesehatan gigi dan mulut anak utamanya dalam hal menyikat gigi. Pemilihan jenis bulu sikat gigi merupakan hal yang sangat menentukan efisiensi pembersihan plak pada rongga mulut sehingga orang tua perlu memilih jenis bulu sikat gigi yang tepat untuk anak. Sikat gigi beredar di pasaran dengan berbagai derajat kekakuan dimulai dari lembut (soft), sedang (medium), hingga keras (hard), tetapi seorang anak hanya dianjurkan menggunakan bulu sikat gigi lembut (soft) dan sedang (medium). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh kekakuan bulu sikat gigi lembut (soft) dan sedang (medium) terhadap penurunan jumlah plak pada anak. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental semu dengan pendekatan pre-test dan post-test design group control antara bulu sikat lembut (soft) dan bulu sikat sedang (medium). Berdasarkan hasil uji Independent T-test untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan efektifitas dalam menurunkan jumlah plak, untuk sikat gigi sedang (medium) memiliki rata-rata nilai penurunan jumlah plak sebesar 12,43, sedangkan untuk sikat gigi lembut (soft) memiliki rata-rata nilai penurunan jumlah plak sebesar 5,27. Derajat kekakuan bulu sikat gigi sedang (medium) memiliki efektifitas lebih tinggi dalam menurunkan jumlah plak dibandingkan sikat gigi lembut (soft).

(7)

vii DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii

Halaman Persetujuan Penguji dan Pengesahan Dekan ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR TABEL ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penelitian ... 3 D. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Sikat Gigi ... 4

A.1. Tujuan Menyikat Gigi ... 4

A.2. Struktur Sikat Gigi ... 4

A.2.1. Kepala Sikat Gigi ... 4

A.2.2. Bulu Sikat Gigi ... 4

A.2.2.1. Kekakuan Bulu Sikat Gigi ... 4

A.2.2.2. Bahan Bulu Sikat Gigi... 5

A.2.3. Leher Sikat Gigi ... 7

A.2.4. Tangkai Sikat Gigi ... 9

A.3. Teknik Menyikat Gigi ... 9

B. Plak Gigi ... 12

B.1. Pengertian Plak Gigi ... 12

B.2. Mekanisme Pembentukan Plak Gigi ... 13

B.3. Komposisi Plak Gigi ... 15

B.4. Klasifikasi Plak Gigi ... 15

C. Anak ... 16

C.1. Perilaku Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Anak ... 17

D. Indeks Kebersihan Mulut ... 18

D.1. PHP-M (Personal Hygiene Performance Modified) ... 18

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 21

A. Rancangan Penelitian ... 21

B. Identifikasi Variabel ... 21

C. Populasi dan Sampel ... 21

D. Definisi Operasional... 21

E. Hipotesis Penelitian ... 22

F. Instrumen Penelitian... 23

G. Alat dan Bahan ... 25

H. Waktu dan Tempat Penelitian ... 26

I. Alur Penelitian ... 26

J. Analisis Data ... 27

(8)

viii

BAB V PEMBAHASAN ... 33

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 37

A. Simpulan ... 37

B. Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bulu Sikat Berbahan Sintetis ... 7

Gambar 2.2 Bulu Sikat Berbahan Alami... 7

Gambar 2.3 Leher Sikat Sejajar Dengan Tngkai Sikat ... 8

Gambar 2.4 Leher Sikat Membentuk Sudut Terhadap Tangkai Sikat ... 8

Gambar 2.5 Teknik Menyikat Gigi Roll ... 11

Gambar 2.6 Plak Supragingiva ... 16

(10)

x

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas ... 30 Tabel 4.3 Hasil Uji Paired T-test Untuk Menentukan Adanya Perbedaan

Penurunan Jumlah Plak Sebelum dan Sesudah Penggunaan Sikat Gigi Lembut (soft) ... 30 Tabel 4.4 Hasil Uji Paired T-test Untuk Menentukan Adanya Perbedaan

Penurunan Jumlah Plak Sebelum dan Sesudah Penggunaan Sikat Gigi Lembut (medium) ... 31 Tabel 4.5 Hasil Uji Independent T-test Untuk Menentukan Adanya Perbedaan

Dalam Menurunkan Jumlah Plak Antara Sikat Gigi Lembut (Soft) dan Sedang (Medium) ... 32

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN 1. Data Hasil Penelitian

2. Formulir Penelitian 3. Dokumentasi Penelitian 4. Hasil Analisis Data

(12)

1 A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan bagian penting dalam kehidupan semua orang, tidak terkecuali anak-anak. Setiap orang tua menginginkan anaknya tumbuh dan berkembang secara optimal, hal ini dapat dicapai jika tubuh mereka sehat secara menyeluruh, yaitu meliputi kesehatan umum dan kesehatan gigi serta mulutnya. Kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara menyeluruh karena kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh secara keseluruhan (Sari, Efendi, dan Dian, 2011). Gigi dan mulut dikatakan sehat apabila memiliki oral hygiene yang baik, yaitu kondisi gigi dan mulut yang bebas dari debris, plak, serta kalkulus. Seorang anak masih belum menyadari arti penting menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara selalu menjaga kebersihan gigi dan mulutnya, maka dari itu menjaga kebersihan gigi dan mulut anak harus mendapat perhatian dari orang tua. Apabila kesehatan gigi dan mulut buruk, misalnya terdapat karies dan gingivitis akan menyebabkan fungsi pengunyahan menjadi tidak optimal, sehingga akan menyebabkan penurunan berat badan anak (Supartinah, 2003).

Menjaga kesehatan gigi dapat dilakukan dengan menyikat gigi, tujuannya adalah untuk menghilangkan plak pada permukaan gigi sehingga kebersihan gigi dan mulut tetap baik (Wuriyanti, 2009). Penelitian RISKESDAS 2007 tentang pengaruh kebiasaan menyikat gigi terhadap prevalensi karies menyimpulkan bahwa responden yang memiliki kebiasaan menyikat gigi hanya setelah sarapan

(13)

2

beresiko karies 1,4 kali dibandingkan dengan yang memiliki kebiasaan menyikat gigi setelah sarapan dan sebelum tidur malam (Jovina, 2010).

Sikat gigi dalam menjalankan fungsinya sebagai alat yang digunakan untuk membersihkan gigi memiliki beberapa bagian yang saling mendukung satu dengan yang lainnya, namun bagian terpenting dari sikat gigi adalah bulu sikat gigi karena bersentuhan langsung dengan permukaan gigi. Derajat kekakuan bulu sikat gigi merupakan faktor yang berhubungan dengan efek pembersihan dan trauma jaringan akibat menyikat gigi, derajat kekakuan bulu sikat gigi dipengaruhi oleh ketebalan dan panjang bulu sikat gigi, semakin tebal dan pendek bulu sikat gigi maka derajat kekakuan bulu sikat gigi akan semakin meningkat, begitu juga sebaliknya (Hamsar, 2005).

Saat ini sikat gigi yang beredar di pasaran terdiri dari berbagai macam variasi dalam hal bentuk, ukuran, dan derajat kekakuan bulu sikat gigi. Pada umumnya bulu sikat gigi terbagi dalam tiga jenis berdasarkan derajat kekakuan bulu sikat, yaitu lembut (soft), sedang (medium), dan keras (hard), efektifitas dalam menghilangkan plak dari masing-masing derajat kekakuan bulu sikat gigi juga berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmed Khocht, 1993 menyatakan bahwa terdapat perbedaan diantara kelompok yang menggunakan bulu sikat gigi keras (hard) dengan kelompok yang menggunakan bulu sikat gigi lembut (soft) dan sedang (medium), pada kelompok yang menggunakan bulu sikat gigi keras (hard) terjadi peningkatan prevalensi resesi gingiva sejalan dengan ditingkatkannya freskuensi menyikat gigi, sedangkan pada kelompok yang menggunakan bulu sikat gigi lembut (soft) dan sedang (medium) tidak terjadi peningkatan prevalensi resesi gingiva walaupun frekuensi menyikat gigi

(14)

ditingkatkan (Jovina, 2010). Hal tersebut yang mendasari bahwa pada umumnya anak-anak dianjurkan menggunakan sikat gigi berbulu lembut (soft) dan sedang (medium) dan tidak menggunakan bulu sikat gigi keras (hard) (Hamsar, 2005).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat ditarik permasalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah pengaruh efektifitas kekakuan bulu sikat gigi lembut (soft) dan sedang (medium) terhadap penurunan jumlah plak pada anak?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui perbedaan pengaruh kekakuan bulu sikat gigi lembut (soft) dan sedang (medium) terhadap penurunan jumlah plak pada anak.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian skripsi ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi bagi para orang tua dalam memilih sikat gigi yang efektif terhadap peningkatan kebersihan gigi dan mulut pada anak.

2. Sebagai pengetahuan baru bagi para mahasiswa Kedokteran Gigi dimasa mendatang.

3. Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan Kedokteran Gigi.

(15)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sikat Gigi

A.1. Tujuan Menyikat Gigi

Secara garis besar menyikat gigi bertujuan untuk memelihara kebersihan gigi dan mulut dengan cara mengangkat plak serta kotoran lainnya yang menempel pada permukaan gigi, sedangkan tujuan lain yang didapat dengan menyikat gigi adalah memperlancar peredaran darah pada gusi dan mukosa oleh karena mekanisme memijat dari proses menyikat gigi sehingga jaringan periodontal menjadi sehat (Kidd dan Bechal, 2012).

A.2. Struktur Sikat Gigi A.2.1. Kepala Sikat Gigi

Kepala sikat gigi merupakan bagian dari sikat gigi yang berfungsi sebagai tempat melekatnya bulu sikat gigi. Menurut Darakh (1992 cit. Tan, 1993), bentuk kepala sikat gigi yang baik adalah yang berbentuk oval, karena bentuk kepala sikat gigi yang membulat atau lonjong di bagian sudutnya akan memberikan kenyamanan dan kemudahan untuk menjangkau gigi bagian belakang.

A.2.2. Bulu Sikat Gigi

A.2.2.1. Kekakuan Bulu Sikat Gigi

Pembagian jenis sikat gigi jika ditinjau dari derajat kekakuan bulu sikat dibagi menjadi bulu sikat gigi lembut (soft), bulu sikat gigi sedang (medium), dan bulu sikat gigi keras (hard). Derajat kekakuan bulu sikat ditentukan oleh diameter dan panjang bulu sikat, semakin tebal dan pendek bulu sikat maka derajat

(16)

kekakuan bulu sikat akan semakin meningkat sehingga disebut dengan sikat keras (hard), sebaliknya semakin tipis dan panjang bulu sikat maka derajat kekakuan bulu sikat akan semakin menurun, atau dengan kata lain memiliki sifat lembut dan fleksibel sehingga disebut dengan sikat lembut (soft) (Hamsar, 2005). Masing-masing derajat kekakuan bulu sikat gigi memiliki kisaran diameter bulu sikat yang berbeda-beda, pada umumnya bulu sikat gigi lembut (soft) diameternya berkisar pada 0,07 inchi (0,2 mm) sedangkan pada bulu sikat gigi sedang (medium) diameternya berkisar pada 0,012 inchi (0,3 mm) dan pada bulu sikat gigi keras (hard) diameternya berkisar pada 0,014 inchi (0,4 mm) (Carranza, 1990).

Variasi derajat kekakuan bulu sikat gigi memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, kelebihan dari bulu sikat gigi lembut (soft) adalah diameternya yang kecil dan fleksibilitasnya tinggi sehingga dapat menjangkau sela-sela antar gigi (daerah inteproksimal), sulkus gingiva serta daerah lekukan pada gigi. Kelebihan lain dari bulu sikat gigi lembut (soft) tidak menimbulkan resesi gingiva (peradangan pada gusi), tetapi bulu sikat gigi lembut (soft) kurang maksimal dalam mengikis timbunan plak pada permukaan gigi yang teksturnya keras (Srigupta, 2004). Bulu sikat gigi keras (hard) memiliki efektifitas yang tinggi dalam mengikis plak pada permukaan gigi, tetapi sering mengakibatkan peradangan pada gingiva (Carranza, 1990).

A.2.2.2. Bahan Bulu Sikat Gigi

Berdasarkan bahan baku, bulu sikat gigi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu bulu sikat gigi berbahan alami dan bulu sikat gigi berbahan filamen buatan. Bulu sikat gigi berbahan alami menggunakan bahan baku kayu siwak atau bulu

(17)

6

hewan contohnya kuda atau babi. Kayu siwak tumbuh di daerah yang cuacanya panas seperti di Arab Saudi, tanaman ini mengandung trimetilamin, alkaloid yang diduga sebagai salvadorin, klorida, sejumlah besar fluoride dan silica, sulfur, vitamin C, sejumlah kecil tannin, saponin, flavonoid, sterol, juga terdapat kandungan anionic alami sebagai antimikroba efektif seperti nitrat dan hipotiosianit (Gita, Sriwahyuni, dan Santosaningsih, 2011). Bulu babi memiliki beberapa kekurangan jika digunakan sebagai bulu sikat gigi karena memiliki tekstur yang terlalu kasar bagi gusi dan kemampuan yang kurang dalam melepas air sehingga rentan menjadi tempat berkembangnya mikroorganisme, sedangkan bulu sikat gigi yang berbahan filamen buatan dapat menggunakan nilon dan PBT (polybutilene-terephthalate) (Manson J., 1993 cit. Wirayuni, 2003). Beberapa ahli berpendapat bahwa jenis bahan bulu sikat nilon lebih efektif menyingkirkan plak dibandingkan dengan yang natural karena memiliki sifat yang lebih lentur, lebih tipis dan halus serta bersifat tidak menyerap air. Dewasa ini perusahaan pembuat bulu sikat gigi memproduksi bulu sikat gigi yang terbuat dari bahan PBT yang memiliki ukuran yang sangat halus, bulu sikat gigi berbahan PBT dapat masuk ke dalam saku periodontal sehingga dapat membersihkan plak tanpa menimbulkan rasa tidak nyaman dan melukai gusi. Bulu sikat gigi berbahan PBT juga memiliki daya tahan yang lebih tinggi terhadap tekanan dibandingkan dengan bulu sikat gigi berbahan nilon (Besford, 1996).

(18)

Gambar 2.1 Bulu sikat berbahan sintetis (Maudy, 2011)

Gambar 2.2 Bulu sikat berbahan alami (Maudy, 2011)

A.2.3. Leher Sikat Gigi

Leher sikat gigi merupakan bagian dari sikat gigi yang menghubungkan kepala dengan tangkai sikat gigi. Bentuk dan ukuran leher sikat gigi bervariasi, contohnya diameter leher sikat gigi yang lebih kecil dari diameter tangkai sikat gigi, tetapi juga terdapat leher sikat gigi yang diameternya sama dengan tangkai sikat gigi. Jika ditinjau dari kesejajaran antara tangkai dengan leher sikat gigi terdapat beberapa variasi, yaitu leher sikat gigi yang tidak membentuk sudut

(19)

8

terhadap tangkai dan kepala sikat gigi, dan dewasa ini terdapat sikat gigi dengan angulasi ganda pada lehernya, desain ini dimaksudkan untuk mempermudah akses dan meningkatkan kenyamanan dalam menggunakan sikat gigi, sehingga lebih efektif mengurangi plak khususnya pada daerah bukal dan lingual gigi posterior (Srigupta, 2004).

Gambar 2.3 Leher sikat sejajar dengan tangkai sikat (Dian, 2005)

(20)

A.2.4. Tangkai Sikat Gigi

Tangkai sikat gigi merupakan bagian dari sikat gigi yang berfungsi sebagai pegangan pada sikat gigi, tangkai sikat gigi memungkinkan kita untuk menggenggam dan mengendalikan sikat gigi serta menjangkau daerah yang sulit pada rongga mulut, tangkai sikat gigi dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu: tangkai sikat gigi yang lurus, membentuk satu sudut, membentuk dua sudut, dan membentuk tiga sudut. Pertimbangan utama dalam memilih tangkai sikat gigi adalah lebih mudah dipegang dan genggaman lebih nyaman terkendali. Jenis tangkai sikat gigi yang paling banyak beredar di pasaran adalah tangkai sikat gigi yang berbentuk lurus, sedangkan tangkai sikat gigi yang bersudut lebih efektif membersihkan daerah yang sulit dijangkau oleh bulu sikat karena bentuknya didesain mengikuti lengkung rahang. Pada umumnya tangkai sikat gigi diproduksi dengan desain yang serupa dengan tangkai alat-alat kedokteran gigi seperti kaca mulut, sonde, dan skeler. Pada sikat gigi anak, tangkai sikat dibuat agak panjang (minimal 14 cm) agar orang tua atau perawat dapat menggenggam dengan baik pada saat membantu anak-anak menyikat gigi (Tan, 1993).

A.3. Teknik Menyikat gigi

Teknik menyikat gigi merupakan cara untuk membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi maupun gusi dan merupakan tindakan preventif dalam menjaga kesehatan rongga mulut yang optimal (Srigupta, 2004), beberapa teknik menyikat gigi yang umum digunakan adalah:

a. Teknik Vertikal

Teknik ini digunakan dengan kedua rahang dalam keadaan tertutup, kemudian permukaan bukal gigi disikat dengan gerakan ke

(21)

10

atas dan ke bawah. Untuk permukaan lingual dan palatinal dilakukan gerakan yang sama dengan posisi kedua rahang dalam keadaan terbuka.

b. Teknik Horizontal

Pada teknik ini permukaan bukal dan lingual disikat dengan gerakan ke depan dan ke belakang. Untuk permukaan oklusal, menggunakan gerakan horizontal yang sering disebut “scrub brush technic” dapat dilakukan dan terbukti merupakan cara yang sesuai dengan bentuk anatomis permukaan oklusal. Kebanyakan orang yang belum diberi pendidikan khusus biasanya menyikat gigi dengan teknik vertikal dan horizontal dengan tekanan yang keras. Cara-cara ini tidak baik karena dapat menyebabkan resesi gusi dan abrasi pada email gigi. c. Teknik Roll

Teknik ini disebut juga dengan “ADA (American Dental Association)-roll Technic” yang merupakan cara paling sering dianjurkan karena sederhana tetapi efisien dan dapat digunakan di seluruh bagian mulut, bulu-bulu sikat ditempatkan pada gusi sejauh mugkin dari permukaan oklusal dengan ujung-ujung bulu sikat mengarah ke apeks dan sisi bulu sikat digerakan perlahan-lahan melalui permukaan gigi sehingga bagian belakang dari kepala sikat bergerak dengan lengkungan. Pada waktu bulu-bulu sikat melalui mahkota klinis, kedudukannya hampir tegak lurus permukaan email, gerakan ini diulang 8-12 kali pada setiap daerah dengan sistematis sehingga tidak ada yang terlewat. Cara ini akan menghasilkan

(22)

pemijatan gusi dan dapat membersihkan sisa makanan dari daerah interproksimal.

Gambar 2.5 Teknik menyikat gigi Roll (Putri, Herijulianti dan Nurjannah, 2002)

d. Teknik Vibratory

Teknik ini pada prinsipnya membersihkan debris dan plak pada daerah interproksimal gigi sekaligus memijat daerah tepi gingiva. Sikat dipegang dengan tangkai dalam kedudukan horizontal, ujung bulu sikat diletakan pada permukaan gigi membentuk sudut 45 derajat terhadap sumbu panjang gigi dan mengarah ke oklusal. Pada posisi ini badan bulu sikat menyentuh tepi gingiva, sedangkan ujung bulu sikat pada permukaan gigi, sikat ditekan sehingga ujung bulu sikat masuk ke daerah interproksimal dan badan bulu sikat menekan tepi gingival. Sikat digetarkan dalam gerakan sirkuler kecil tetapi dengan tetap menjaga letak ujung bulu sikat pada tempat semula.

(23)

12

e. Teknik Fones atau Teknik Sirkuler

Bulu-bulu sikat ditempatkan tegak lurus pada permukaan bukal dan labial dengan gigi dalam keadaan oklusi. Sikat digerakkan dalam lingkaran-lingkaran besar sehingga gigi dan gusi rahang atas rahang bawah disikat sekaligus, setelah semua permukaan bukal dan labial disikat, mulut dibuka lalu permukaan lingual dan palatinal disikat dengan gerakan yang sama, hanya dalam lingkaran-lingkaran yang lebih kecil. Karena cara ini sulit dilakukan pada lingual dan palatinal, maka dapat dilakukan gerakan maju mundur untuk daerah ini. Teknik ini dilakukan untuk meniru jalannya makanan di dalam mulut sewaktu mengunyah (Carranza, 2006 cit. Putri, Herijulianti, dan Nurjanah, 2012).

B. Plak Gigi

B.1. Pengertian Plak Gigi

Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks interseluler. Gigi di dalam rongga mulut dilapisi oleh lapisan tipis glikoprotein yang disebut acquired pellicle. Glikoprotein di dalam air liur akan diserap dengan spesifik pada hidroksiapatit dan melekat erat pada permukaan gigi, awal pembentukan plak gigi dimulai dengan melekatnya bakteri aerob pada permukaan pelikel tersebut. Bakteri yang pertama kali melekat adalah Streptococcus sanguis, yang kemudian diikuti bakteri lainnya. Perlekatan awal bakteri ini pada hidroksiapatit yang dilapisi pelikel sangat lemah dan reversible, tetapi jika proses

(24)

ini terus berlanjut maka akan terjadi kolonisasi bakteri lainnya yang menyebabkan perlekatannya semakin kuat (Roeslan, 2002).

Plak gigi tidak dapat dibersihkan hanya dengan cara berkumur atau dengan menyemprotkan air dan hanya dapat dibersihkan secara sempurna dengan cara mekanis. Jika jumlahnya sedikit plak tidak dapat terlihat, kecuali diwarnai dengan larutan disclosing agent, jika plak sudah tebal maka akan terlihat berwarna abu-abu, abu-abu kekuningan, atau kuning karena plak yang tebal akan menyerap pigmen-pigmen yang berasal dari sisa makanan, eksudat, ataupun sel-sel mati. Pada umumnya plak gigi jarang terdapat pada permukaan oklusal gigi, karena terjadi proses mekanis pada permukaan oklusal gigi yang sedang berkontak, kecuali jika gigi tersebut tidak berfungsi, maka plak dapat terbentuk di permukaan oklusal gigi. Plak gigi biasanya mulai terbentuk pada sepertiga permukaan gingival dan pada permukaan gigi yang cacat atau kasar (Putri, Herijulianti, dan Nurjannah, 2012)

B.2. Mekanisme Pembentukan Plak Gigi

Proses pembentukan plak secara garis besarnya terdiri atas dua tahap, yaitu tahap pertama pembentukan lapisan acquired pellicle dan tahap kedua merupakan tahap proliferasi bakteri. Setelah acquired pellicle terbentuk, bakteri mulai berproliferasi disertai dengan pembentukan matriks interbakterial yang terdiri atas polisakarida ekstraseluler, yaitu levan dan dextran dan juga mengandung protein saliva. Hanya bakteri yang dapat membentuk polisakarida ekstraseluler yang dapat tumbuh pada proliferasi tahap pertama, yaitu Streptococcus mutans, Streptococcus bovis, Streptococcus sanguis, dan Streptococcus salivarius sehingga pada 24 jam pertama terbentuklah lapisan tipis

(25)

14

yang terdiri atas jenis kokus pada tahap awal proliferasi bakteri. Bakteri tidak membentuk lapisan kontinyu di atas permukaan acquired pellicle melainkan sebagai suatu kelompok-kelompok kecil yang terpisah, jadi suasana lingkungan pada lapisan plak masih bersifat aerob sehingga hanya bakteri yang bersifat aerob dan anaerob fakultatif dapat tumbuh dan berkembang biak yaitu jenis kokus dan basilus yang bersifat anaerob fakultatif (Neisseria, Nocardia, dan Streptococcus). Streptococcus meliputi 50% dari seluruh populasi dan yang terbanyak adalah jenis Streptococcus sanguis. Perkembangbiakan bakteri membuat lapisan plak bertambah tebal dan karena adanya hasil metabolism dan mekanisme adhesi dari bakteri-bakteri pada permukaan luar plak, lingkungan di bagian dalam plak menjadi anaerob (Besford, 1996).

Setelah kolonisasi pertama oleh streptokokus, berbagai jenis mikroorganisme lain memasuki plak, hal ini dinamakan “Phenomena of succession”. Pada keadaan bertambahnya umur plak, terjadi pergeseran jenis bakteri di dalam plak. Menurut Kresse (1932), keadaan ini dapat terjadi karena berkurangnya jumlah makanan di dalam plak sehingga terjadi kompetisi di antara bakteri sehingga dapat membatasi pertumbuhan bakteri. Pertumbuhan bakteri tertentu terhambat disebabkan oleh kurangnya bahan makanan dan adanya gas-gas sebagi hasil metabolisme bakteri tertentu yang bersifat toksik bagi bakteri lainnya. Sementara itu hasil metabolisme bakteri lain menyebabkan rangsangan terhadap pertumbuhan bakteri Veilonella yang mengakibatkan meningkatnya polisakarida ekstraseluler yang mempunyai berat molekul tinggi sehingga mempengaruhi tegangan permukaan dan tekanan osmotik di dalam plak. Pada tahap kedua, jika kebersihan mulut diabaikan selama dua sampai empat hari,

(26)

kokus gram negatif dan basilus akan bertambah jumlahnya dari 7% menjadi 30%. Pada hari kelima Fusobacterium, Actinomyces, dan Veillonella yang aerob akan bertambah jumlahnya. Pada tahap ketiga, pematangan plak pada hari ketujuh ditandai dengan munculnya bakteri jenis Spirochaeta dan Vibrio serta bertambahnya jumlah jenis filamen, dengan peningkatan paling menonjol pada Actinomyces naeslundi. Pada hari ke-28 dan ke-29 Streptokokus akan terus berkurang jumlahnya (Daniel, 2004 cit. Putri, 2002).

B.3. Komposisi Plak Gigi

Plak gigi sebagian besar terdiri atas air dan berbagai macam mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks interseluler yang terdiri atas polisakarida ekstraseluler dan protein saliva. Sekitar 80% dari berat plak adalah air, sementara jumlah mikroorganisme kurang lebih 250 juta per mili gram berat basah. Sisa-sisa sel (sel epitel dan leukosit) dan derivat glikoprotein, karbohidrat dan lemak juga ditemukan disini. Karbohidrat yang paling sering dijumpai adalah produk bakteri dekstran, levan, dan galaktosa. Komponen anorganik terbesar diantaranya adalah kalsium, phospor, magnesium, potassium, dan sodium dimana komponen anorganik ini banyak terdapat pada permukaan lingual gigi incisivus bawah (Sreenivasan, 2002 cit. Wirayuni, 2003).

B.4. Klasifikasi Plak gigi

Plak dapat melekat pada gigi di daerah supragingiva dan subgingiva. Kedua tipe pada plak tersebut akan berbeda karena plak supragingiva menyerap substansi yang berasal dari saliva dan sisa makanan, sedangkan plak subgingiva akan menyerap eksudat yang berasal dari gingiva (Kidd dan Bechal, 2012).

(27)

16

Gambar 2.6 Plak supragingiva (Pindborg, 2009)

Gambar 2.7 Plak subgingiva (Pindborg, 2009)

C. Anak

Anak merupakan individu berusia antara 0 sampai 18 tahun yang sedang dalam proses tumbuh kembang dan mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial, dan spiritual). Kebutuhan fisik atau biologis anak mencakup makan, minum, udara, tempat berteduh dan kehangatan. Secara psikologis anak membutuhkan cinta dan kasih sayang, rasa aman atau bebas dari ancaman. Anak membutuhkan disiplin dan otoritas untuk menghindari bahaya, mengembangkan kemampuan berpikir, dan bertindak mandiri. Untuk pengembangan harga diri anak membutuhkan penghargaan pribadi terutama pada usia 1 sampai 3 tahun, maka diperlukan penerimaan dan pengakuan dari lingkungannya. Secara sosial anak memerlukan lingkungan yang dapat memfasilitasinya untuk berinteraksi dan

(28)

mengekspresikan ide atau pikiran dan perasaannya, sedangkan secara spiritual anak membutuhkan penanaman nilai agama dan moral serta nilai budaya sebagai masyarakat timur (Supartini, 2004).

C.1. Perilaku Anak dalam Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut

Ditinjau dari sudut pandang biologis perilaku adalah suatu kegiatan organisme yang bersangkutan. sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia pada hakikatnya adalah kegiatan dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainnya (Notoatmodjo, 2012).

Perilaku kesehatan adalah suatu respon organisme terhadap stimulus yang berkaitan dengan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan tersebut perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu perilaku pemeliharaan kesehatan, perilaku pencarian dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan (perilaku pencarian pengobatan), dan perilaku kesehatan lingkungan (Notoatmodjo, 2012).

Usia anak merupakan masa untuk meniru segala sesuatu yang dilihatnya. Seorang anak belum dapat membedakan mana hal yang baik dan yang buruk, penjelasan mengenai segala sesuatu yang dilarang maupun yang diperbolehkan harus disertai dengan penjelasan yang mudah dimengerti. Anak akan menyukai hal yang dilihatnya sehari-hari maka pemberian contoh hendaknya diambil dari kehidupan sehari-hari (Riyanti dan Saptarini, 2010). Seorang anak belajar dari pengamatan mereka melalui panca indera yaitu pengelihatan, pendengaran dan pengalaman tentang suatu kejadian. Orang tua mereka sebagai orang-orang terdekat paling besar memberikan pengaruh terhadap perkembangan perilaku

(29)

18

menjaga kesehatan gigi dan mulut anak, jika orang tua mereka membiasakan perilaku sehat sejak dini maka anak pun akan terbiasa dengan perilaku sehat tersebut, misalnya orang tua membiasakan anaknya untuk menyikat gigi di pagi hari setelah makan dan di malam hari sebelum tidur, tidak terlalu sering mengonsumsi makanan yang manis, dan lain sebagainya, maka kebiasaan tersebut akan menetap sampai tahap perkembangan anak selanjutnya (Supartini, 2004). D. Indeks Kebersihan mulut

Mengukur tingkat kebersihan gigi dan mulut merupakan upaya untuk menentukan keadaan kebersihan gigi dan mulut seseorang, dalam proses tersebut diperlukan suatu indeks. Indeks merupakan suatu angka yang menunjukan keadaan klinis yang didapat pada waktu dilakukan pemeriksaan, dengan cara mengukur luas dari permukaan gigi yang ditutupi oleh plak maupun kalkulus, dengan demikian angka yang diperoleh berdasarkan penilaian yang obyektif. Hasil nilai atau angka kebersihan gigi dan mulut yang sudah diperoleh dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan pendidikan dan penyuluhan, motivasi dan evaluasi, yaitu dengan melihat kemajuan atau kemunduran kebersihan gigi dan mulut seseorang atau sekelompok orang, juga dapat digunakan dalam membandingkan keadaan klinis seseorang atau sekelompok orang. Terdapat beberapa jenis indeks kebersihan mulut, yaitu indeks debris, indeks kalkulus, dan indeks plak (Putri, Herijulianti, dan Nurjannah, 2012).

D.1. PHP-M (Personal Hygiene Performance Modified)

Indeks kebersihan mulut PHP-M (Personal Hygiene Performance-Modified) dari Martin dan Meskin (1972) merupakan indeks yang telah dimodifikasi dari Indeks PHP (Patient Hygiene Performance Index) dari

(30)

Podshadley dan Haley (1968), metode dari indeks PHP-M ini sering digunakan untuk pemeriksaan kebersihan gigi dan mulut pada masa geligi campuran. Prinsip pemeriksaan hampir sama dengan indeks PHP, akan tetapi permukaan yang diperiksa adalah bagian bukal dan lingual. Indeks PHP ini untuk menilai debris, sedangkan Indeks PHP-M untuk mengukur plak secara obyektif. Pemeriksaan PHP-M menggunakan disclosing agent sebagai indikator plak pada gigi (Esther 2004 cit. Putri, Herijulianti, Nurjanah, 2012).

Gigi yang diperiksa pada metode PHP-M ini diantaranya adalah:

1. Gigi paling posterior yang tumbuh di kwadran kanan atas.

2. Gigi kaninus atas kanan sulung atau permanen, bila gigi ini tidak ada dapat digunakan gigi anterior lainnya.

3. Gigi molar satu atas kiri sulung atau premolar satu atas kiri. 4. Gigi paling posterior yang tumbuh di kwadran kiri bawah.

5. Gigi kaninus kiri bawah sulung atau permanen, bila gigi ini tidak ada dapat dipakai gigi anterior lainnya.

6. Gigi molar satu kanan bawah sulung atau premolar satu kanan bawah.

Cara penilaian skor plak pada PHP-M:

1. Petama-tama pada permukaan bukal dan lingual gigi dibagi menjadi beberapa area untuk memudahkan dalam menentukan skor. Buat 2 garis imajiner pada gigi dari oklusal atau insisal menuju gingival, garis imajiner ini akan membagi gigi menjadi 3 bagian yang sama dari mesial ke distal. Tahap selanjutnya membagi area sepertiga tengah menjadi 3 area dengan cara menarik 2 garis imajiner dari mesial

(31)

20

menuju distal sehingga akan membagi area sepertiga tengah tersebut menjadi 3 bagian yang sama dari oklusal ke gingival. Jadi akan didapat 5 area pada satu permukaan gigi saja (bukal atau lingual), yaitu:

A. Area sepertiga gingival dari area tengah. B. Area sepertiga tengah dari area tengah.

C. Area sepertiga insisal atau oklusal dari area tengah. D. Area distal.

E. Area mesial.

2. Apabila terlihat ada plak di salah satu area, maka diberi skor 1, jika tidak ada plak diberi skor 0.

3. Hasil penilaian plak yaitu dengan menjumlahkan setiap skor plak pada setiap permukaan gigi, sehingga skor plak untuk setiap gigi dapat berkisar antara 0-10.

4. Skor plak untuk semua gigi dapat berkisar antara 0-60 (Esther 2004 cit. Putri, Herijulianti, Nurjannah, 2012).

(32)

21 A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental semu dengan pendekatan pre test dan post test design group kontrol antara bulu sikat gigi lembut (soft) dengan bulu sikat gigi sedang (medium).

B. Identifikasi Variabel

1. Variabel pengaruh : Kekakuan bulu sikat gigi lembut (soft) dan kekakuan bulu sikat gigi sedang (medium). 2. Variabel terpengaruh : Plak gigi.

3. Variabel terkendali : Jenis dan merek sikat gigi, merek pasta gigi, merek disclosing agent, cara pengulasan disclosing agent, teknik menyikat gigi, lama durasi menyikat gigi, lama durasi berkumur. C. Populasi dan Sampel

1. Populasi : Murid kelas 5 SD Saraswati 2 Denpasar.

2. Sampel : 30 orang murid kelas 5 SD Saraswati 2 Denpasar yang berumur 10 sampai 11 tahun.

D. Definisi Operasional

1. Kekakuan bulu sikat gigi lembut (soft) adalah bagian dari sikat gigi yang membentuk suatu rumpun-rumpun berfungsi untuk membersihkan gigi dan jaringan di sekitarnya secara mekanis dari sisa

(33)

22

makanan dan plak yang memiliki derajat kekakuan lembut (diameter dari bulu sikat sekitar 0,2 mm).

2. Kekakuan bulu sikat gigi sedang (medium) adalah bagian dari sikat gigi yang membentuk suatu rumpun-rumpun berfungsi untuk membersihkan gigi dan jaringan di sekitarnya secara mekanis dari sisa makanan dan plak yang memiliki tingkat kekakuan sedang (diameter dari bulu sikat sekitar 0,3 mm).

3. Plak gigi adalah deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks interseluler jika seseorang mengabaikan kebersihan gigi dan mulutnya. Deposit ini tidak akan hilang jika hanya dibersihkan dengan menggunakan air melainkan harus menggunakan cara mekanis.

4. PHP-M (Personal Hygiene Performance Modified) adalah instrumen yang digunakan untuk menentukan keadaan kebersihan gigi dan mulut seseorang dengan menggunakan suatu indeks. Indeks kebersihan mulut ini merupakan modifikasi dari indeks PHP (Patient Hygiene Performance Index) dan digunakan khusus untuk pemeriksaan pada masa gigi-geligi campuran.

5. Tingkat kebersihan mulut adalah keadaan kebersihan rongga mulut yang diukur menggunakan indeks PHP-M.

E. Hipotesis Penelitian

Bulu sikat gigi lembut (soft) diameternya berkisar pada 0,07 inchi (0,2 mm) (Carranza, 1990), kelebihannya dibandingkan jenis bulu sikat gigi lain adalah fleksibilitasnya yang tinggi sehingga dapat menjangkau sela-sela antar gigi

(34)

(daerah inteproksimal), sulkus gingiva serta daerah lekukan pada gigi, selain itu pada penggunaanya tidak menimbulkan resesi gingiva (peradangan pada gusi) tetapi bulu sikat gigi lembut (soft) kurang maksimal dalam mengikis timbunan plak yang tebal pada permukaan gigi (Srigupta, 2004). Bulu sikat gigi sedang (medium) diameternya berkisar pada 0,012 inchi (0,3 mm), diameter tersebut memberikan elastisitas yang cukup dalam mengikis plak yang tebal tetapi dengan tidak menyebabkan peradangan jaringan periodontal ataupun abrasi pada enamel (Besford, 1996). Pendapat tersebut yang mendasari hipotesis penelitian bulu sikat gigi dengan derajat kekakuan sedang (medium) memiliki efektifitas yang lebih tinggi dalam menurunkan jumlah plak dibandingkan dengan bulu sikat gigi dengan dengan derajat kekakuan lembut (soft).

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahui tingkat kebersihan mulut adalah indeks PHP-M, metode dari indeks PHP-M ini sering digunakan untuk pemeriksaan kebersihan gigi dan mulut pada masa geligi campuran. Indeks PHP-M digunakan untuk mengukur plak secara obyektif. Pemeriksaan PHP-M menggunakan gigi yang sudah ditentukan dan menggunakan disclosing agent. (Esther, 2004 cit. Putri, Herijulianti, dan Nurjannah, 2012).

Gigi yang diperiksa pada metode PHP-M ini adalah sebagai berikut: 7. Gigi paling posterior yang tumbuh di kwadran kanan atas.

8. Gigi kaninus atas kanan sulung atau permanen, bila gigi ini tidak ada dapat digunakan gigi anterior lainnya.

9. Gigi molar satu atas kiri sulung atau premolar satu atas kiri. 10. Gigi paling posterior yang tumbuh di kwadran kiri bawah.

(35)

24

11. Gigi kaninus kiri bawah sulung atau permanen, bila gigi ini tidak ada dapat dipakai gigi anterior lainnya.

12. Gigi molar satu kanan bawah sulung atau premolar satu kanan bawah.

Cara penilaian skor plak pada PHP-M:

5. Petama-tama pada permukaan bukal dan lingual gigi dibagi menjadi beberapa area untuk memudahkan dalam menentukan skor. Buat 2 garis imajiner pada gigi dari oklusal atau insisal menuju gingival, garis imajiner ini akan membagi gigi menjadi 3 bagian yang sama dari mesial ke distal. Tahap selanjutnya membagi area sepertiga tengah menjadi 3 area dengan cara menarik 2 garis imajiner dari mesial menuju distal sehingga akan membagi area sepertiga tengah tersebut menjadi 3 bagian yang sama dari oklusal ke gingival. Jadi akan didapat 5 area pada satu permukaan gigi saja (bukal atau lingual), yaitu:

F. Area sepertiga gingival dari area tengah. G. Area sepertiga tengah dari area tengah.

H. Area sepertiga insisal atau oklusal dari area tengah. I. Area distal.

(36)

6. Apabila terlihat ada plak di salah satu area labial maupun lingual, maka diberi skor 1, jika tidak ada plak diberi skor 0.

7. Hasil penilaian plak yaitu dengan menjumlahkan setiap skor plak pada setiap permukaan gigi, sehingga skor plak untuk setiap gigi bisa berkisar antara 0-10.

8. Dengan demikian skor plak untuk semua gigi bisa berkisar antara 0-60 (Esther, 2004 cit. Putri, Herijulianti, dan Nurjannah, 2012).

G. Alat dan Bahan

a. Alat : 1. Kaca mulut 2. Excavator 3. Pinset 4. Explorer 5. Neerbeken 6. Gelas kumur 7. Handscoon

8. Sikat gigi soft dan medium 9. Lap dada

(37)

26 10. Masker 11. Alat tulis 12. Phantom gigi 13. Form penelitian b. Bahan : 1. Air 2. Pasta gigi 3. Kapas 4. Alcohol 5. Tissue 6. Disclosing agent H. Waktu dan Tempat Penelitian

Hari, tanggal : Rabu, 12 Februari 2014 dan Kamis, 13 Februari 2014 Pukul : 09.00-12.00

Tempat : SD Saraswati 2 Denpasar I. Alur Penelitian

Adapun alur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Dilakukan penyuluhan cara menyikat gigi yang benar dengan menggunakan tekhnik Roll (ADA Roll-Technic).

2. Responden diukur tingkat kebersihan gigi dan mulutnya dan data dicatat dalam formulir penelitian (pre-test).

3. Responden melakukan sikat gigi bersama dengan bulu sikat lembut (soft) selama kurang lebih satu menit kemudian data dicatat dalam

(38)

formulir penelitian (post-test). Perlakuan yang sama dilakukan pada keesokan harinya menggunakan sikat gigi berbulu sedang (medium). 4. Setelah pemeriksaan selesai dilanjutkan dengan mengolah data yang

didapat. J. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan komputer (T-test program SPSS windows 10), berikut adalah beberapa jenis uji yang digunakan untuk menganalisis data penelitian:

1. Uji normalitas (Kolmogorov-Smirnov) untuk mengetahui apakah data yang terkumpul terdistribusi secara normal atau tidak.

2. Uji Paired T-test untuk mengetahui perbedaan indeks plak sebelum dan sesudah menyikat gigi baik pada sikat gigi lembut (soft) maupun pada sikat gigi sedang (medium).

3. Uji Independent T-test untuk mengetahui perbedaan penurunan indeks plak antara penggunaan bulu sikat lembut (soft) dan sedang (medium).

(39)

28

K. Kerangka Konsep

Penurunan Jumlah Plak Gigi Bulu Sikat Gigi

Diameter dan Panjang Bulu Sikat Gigi

Fleksibilitas Bulu Sikat Gigi

Sedang (medium) Lembut (soft)

(40)

29 A. Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini adalah murid kelas 5 SD Saraswati 2 Denpasar yang berjumlah 30 orang, dengan karakteristik responden sebagai berikut:

Tabel 4.1. Karakteristik Responden

Jumlah

(orang) Persentase (%)

Total N=30 (%)

Jenis kelamin Laki-laki 17 56,7 100 Perempuan 13 43,3

Umur 10-11 th 30 100 100

Dari tabel di atas dapat diketahui responden berjenis kelamin laki-laki berjumlah 17 orang dan responden berjenis kelamin perempuan berjumlah 13 orang, umur responden berkisar antara 10 sampai 11 tahun.

B. Analisis Antar variabel

Untuk menentukan apakah data yang terkumpul sudah terdistribusi secara normal maka dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, hasil dari uji normalitas dapat dilihat pada table 4.2 berikut:

(41)

30

Tabel 4.2. Hasil uji normalitas Kelompok

Kolmogorov-Smirnov

Statistic Df Sig.

Hasil Soft 0,11 30 0,20

Medium 0,12 30 0,20

Hasil uji normalitas menunjukan pada kedua tingkat kekakuan bulu sikat nilai p (signifikan) lebih dari 0,05 (p>0,05), sehingga dapat dikatakan data sudah terdistribusi secara normal. Data yang dinyatakan terdistribusi secara normal dapat dilakukan uji selanjutnya yaitu uji Paired T-test.

Untuk melihat adanya perbedaan antara sebelum dan sesudah pemakaian sikat gigi lembut (soft) digunakan uji Paired T-test, hasil dari uji ini akan dipakai untuk menganalisis data pada uji Independent T-test nantinya yang berfungsi untuk menunjukan ada atau tidaknya perbedaan efektifitas dalam menurunkan plak dan untuk menentukan jenis bulu sikat gigi mana yang memiliki efektifitas lebih tinggi dibandingkan yang lainnya. Hasil dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini:

Tabel 4.3. Hasil uji Paired T-test untuk menentukan adanya perbedaan penurunan jumlah plak sebelum dan sesudah penggunaan sikat gigi lembut (soft).

Menyikat

gigi N Mean Std T Df Sig.

Sebelum 30 35,27 7,02

20.78 29 0,00

Sesudah 30 30,00 6,62

Mempelajari tabel di atas maka dapat diketahui hasil sebelum dan sesudah perlakuan dengan menggunakan sikat gigi lembut (soft) terdapat perbedaan nilai mean jumlah plak sebelum menyikat gigi 35,27 dan setelah menyikat gigi 30,00

(42)

dengan selisih mean adalah 5,27. Hasil analisis menunjukan adanya perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah menyikat gigi pada pemakaian sikat gigi dengan bulu sikat lembut (soft) yang ditunjukan dari nilai signifikansinya kurang dari 0,05 (p<0,05).

Untuk melihat adanya perbedaan penurunan jumlah plak antara sebelum dan sesudah pemakaian sikat gigi sedang (medium) dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini:

Tabel 4.4. Hasil uji Paired T-test untuk menentukan adanya perbedaan penurunan jumlah plak sebelum dan sesudah penggunaan sikat gigi sedang (medium).

Menyikat

gigi N Mean Std T Df Sig.

Sebelum 30 37,10 4,98

49,29 29 0,00

Sesudah 30 24,67 5,30

Mempelajari tabel di atas maka dapat diketahui hasil sebelum dan sesudah perlakuan dengan menggunakan sikat gigi sedang (medium) didapat perbedaan nilai mean penurunan jumlah plak sebelum menyikat gigi 37,10 dan setelah menyikat gigi 24,67 dengan selisih mean adalah 12,43. Hasil menunjukan adanya perbedaan yang signifikan pada pemakaian sikat gigi dengan bulu sikat sedang (medium) antara sebelum dan sesudah menyikat gigi yang ditunjukan dari nilai signifikansinya kurang dari 0,05 (p<0,05).

Untuk dapat mengetahui adanya perbedaan pengaruh efektifitas dalam menurunkan jumlah plak pada anak antara penggunaan sikat gigi lembut (soft) dan sikat gigi sedang (medium) menggunakan Independent T-test dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini:

(43)

32

Tabel 4.5. Hasil uji Independent T-test untuk menentukan adanya perbedaan dalam menurunkan jumlah plak antara sikat gigi lembut (soft) dan medium (sedang).

Menyikat

gigi N Mean Std T df Sig.

Lembut

(soft) 30 5,27 1,39 −20,04 58 0,00

Sedang

(medium) 30 12,43 1,38 −20,04 57,99 0,00

Berdasarkan hasil Independent T-test yang ditampilkan pada tabel 4.5 dapat dilihat adanya perbedaan pengaruh efektifitas dalam menurunkan plak antara penggunaan sikat gigi lembut (soft) dan sikat gigi sedang (medium) yang ditunjukan dari nilai sig. kurang dari 0,05 sedangkan untuk menentukan sikat gigi yang memiliki efektifitas lebih tinggi dibandingkan yang lainnya dalam menurunkan jumlah plak pada anak ditunjukan dari hasil pada kolom mean. Hasil pada kolom mean tersebut menunjukan perbandingan rata-rata selisih penurunan jumlah plak sebelum dan sesudah menyikat gigi pada masing-masing tingkat kekakuan bulu sikat gigi, pada tabel tersebut terlihat hasil mean dari sikat gigi sedang (medium) lebih tinggi dibandingkan sikat gigi lembut (soft) hal tersebut menunjukan bahwa sikat gigi sedang (medium) memiliki efektifitas yang lebih tinggi dalam menurunkan plak dibandingkan sikat gigi lembut (soft).

(44)

33

Menjaga kebersihan gigi dan mulut merupakan hal yang penting, beberapa cara untuk melakukannya yaitu secara mekanis dan kimiawi, contoh cara membersihkan gigi dengan cara mekanis salah satunya adalah dengan menyikat gigi (Sari, Ulfiana, dan Dian, 2002). Tujuan utama dari menyikat gigi adalah untuk memelihara kebersihan gigi dan mulut dengan cara mengangkat plak serta kotoran lainnya yang menempel pada permukaan gigi, manfaat lain yang kita peroleh adalah memperlancar peredaran darah yang mengangkut oksigen dan sari makanan pada gingiva dan mukosa oleh karena mekanisme memijat dari proses menyikat gigi sehingga jaringan periodontal menjadi sehat (Kidd dan Bechal, 2012).

Bagian dari sikat gigi yang berperan paling penting dalam fungsinya sebagai pembersih gigi dan rongga mulut adalah bulu sikat gigi. Derajat kekakuan bulu sikat gigi dibuat bervariasi fungsinya untuk menyesuaikan dengan keadaan atau kebutuhan yang berbeda-beda dari rongga mulut setiap orang. Menurut Hamsar (2005) derajat kekakuan bulu sikat gigi ditentukan oleh diameter dan panjang bulu sikat, semakin tebal dan pendek bulu sikat maka derajat kekakuan bulu sikat akan semakin meningkat, sebaliknya semakin tipis dan panjang bulu sikat maka derajat kekakuan bulu sikat akan semakin menurun. Ditinjau dari ketebalan bulu sikat gigi, Carranza (1990) menyatakan bahwa bulu sikat gigi lembut (soft) diameternya sekitar 0,2 mm sedangkan pada bulu sikat gigi sedang (medium) diameternya sekitar 0,3 mm, setiap derajat kekakuan bulu sikat gigi hanya berbeda beberapa milimeter.

(45)

34

Bulu sikat gigi lembut (soft) memiliki fleksibilitas yang tinggi dan sangat tipis sehingga dapat menjangkau sela-sela antar gigi (daerah interdental), sulkus gingiva serta daerah lekukan pada gigi. Kelebihan lain dari bulu sikat gigi lembut (soft) tidak menimbulkan resesi gingiva (peradangan pada gusi), tetapi terdapat kekurangan pada bulu sikat gigi lembut (soft) yaitu bulu sikat gigi ini kurang maksimal dalam mengikis timbunan plak yang tebal dan keras pada permukaan gigi (Srigupta, 2004). Sebaliknya, semakin tinggi derajat kekakuan bulu sikat gigi maka akan lebih efektif dalam mengangkat plak pada permukaan gigi, tetapi kekurangannya dapat mengakibatkan peradangan pada gingiva (Carranza, 1990).

Bulu sikat gigi sedang (medium) lebih baik membersihkan plak daripada sikat gigi yang lembut (soft). Bulu sikat gigi lembut lebih baik dan fleksibel membersihkan daerah sulkus gingiva dan interdental, tetapi tidak dapat membersihkan plak yang tebal dan keras (Dewi, 2003).

Penelitian ini menggunakan teknik menyikat gigi Roll atau disebut “ADA-roll Technic” pada perlakuan sampel, teknik ini sering dianjurkan oleh dokter gigi karena sederhana tetapi efektif dan efisien dalam membersihkan gigi dan mulut. Teknik ini juga dapat digunakan di seluruh bagian mulut sehingga memudahkan anak-anak untuk melakukannya. Cara kerja dari teknik ini adalah dengan cara menempatkan bulu-bulu sikat gigi pada tepi gusi dengan ujung-ujung bulu sikat gigi mengarah ke apeks dan sisi bulu sikat gigi digerakan perlahan-lahan melalui permukaan gigi sehingga bagian belakang dari kepala sikat gigi bergerak dengan lengkungan. Pada waktu bulu-bulu sikat gigi melalui mahkota klinis, kedudukannya hampir tegak lurus permukaan email, gerakan ini diulang 8-12 kali pada setiap daerah dengan sistematis sehingga tidak ada yang terlewat. Cara ini

(46)

akan menghasilkan pemijatan gusi, dapat membersihkan sisa makanan dari daerah interproksimal karena gerakannya yang didominasi oleh gerakan vertikal, dan sangat jarang menyebabkan abrasi pada email (Carranza, 2006 cit. Putri, Herijulianti, dan Nurjanah, 2012).

Analisis data dari penelitian yang dilakukan pada tanggal 12 dan 13 Februari 2014 pada murid kelas 5 SD Saraswati 2 Denpasar ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam efektifitas menurunkan jumlah plak pada gigi anak antara penggunaan sikat gigi lembut (soft) dengan sikat gigi sedang (medium), hal tersebut dapat dilihat dari hasil pengolahan data menggunakan Uji Independent T-test dimana nilai signifikansinya kurang dari 0,05. Hasil uji analisis tersebut memperlihatkan bahwa terdapat nilai penurunan jumlah plak yang lebih besar pada sikat gigi yang berbulu sedang (medium) yaitu sebesar 12,43 dibandingkan dengan sikat gigi berbulu halus (soft) yaitu sebesar 5,27, dengan selisih perbedaan penurunan plak diantara kedua jenis bulu sikat tersebut adalah 7,16. Jadi dapat dikatakan bulu sikat sedang (medium) memiliki efektifitas dalam menurunkan plak pada anak lebih baik dibandingkan dengan bulu sikat lembut (soft) (Hamsar, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Hamsar (2005) menyimpulkan hasil yang sama, yaitu penurunan indeks plak pada sikat gigi berbulu sedang (medium) rata-rata sebesar 1,32 sedangkan pada sikat gigi berbulu lembut (soft) sebesar 1,11. Jadi terdapat selisih perbedaan efektifitas 0,21 diantara kedua derajat kekakuan bulu sikat, terlihat penurunan indeks plak pada bulu sikat gigi sedang (medium) lebih tinggi dibandingkan bulu sikat lembut (soft). Begitu juga terkait dengan pendapat Dewi (2003) yang menyatakan bahwa tingkat kekakuan bulu sikat gigi jika diurut efektifitasnya dalam menurunkan

(47)

36

jumlah plak dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah adalah dimulai dari sikat gigi berbulu keras (hard), sedang (medium), lalu yang paling terakhir adalah bulu sikat gigi lembut (soft).

Akan tetapi Fitriani (2007) berbeda pendapat pada penelitiannya yaitu mengenai pengaruh bulu sikat gigi terhadap tingkat kebersihan mulut bahwa tidak terdapat perbedaan efektifitas antara bulu sikat gigi lembut (soft) dengan bulu sikat gigi sedang (medium), hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang peneliti lakukan, mungkin terdapat hal-hal yang kurang diperhatikan pada penelitian Fitriani, contohnya berbagai macam variabel terkendali yang tidak ditentukan, teknik atau metode menyikat gigi yang salah atau tingkat kesulitannya tinggi, teknik pengambilan data yang kurang tepat, proses pengambilan data yang kurang teliti, dan berbagai macam kemungkinan lain yang menyebabkan adanya penyimpangan dalam menentukan hasil analisis data sehingga hasilnya menjadi bias dan kurang akurat.

Bulu sikat gigi sedang (medium) memiliki efktifitas lebih tinggi dalam menurunkan jumlah plak dibandingkan dengan bulu sikat gigi lembut (soft) dengan tidak mengiritasi gingiva dikarenakan bulu sikat gigi sedang (medium) memiliki diameter bulu sikat 0,012 inchi (0,3 mm) sehingga tingkat elastisitasnya cukup untuk mengangkat plak yang tebal dan keras tanpa merusak jaringan periodontal gigi sedangkan bulu sikat gigi lembut (soft) tingkat elastisitasnya terlalu tinggi (diameternya berkisar pada 0,07 inchi atau 0,2 mm), sehingga tidak dapat mengangkat plak yang lapisannya sudah tebal dan keras, akibatnya tidak semua plak pada permukaan gigi dapat terangkat (Besford, 1996).

(48)

37 A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat ditarik kesimpulan bahwa sikat gigi yang berbulu sedang (medium) lebih efektif dalam menurunkan jumlah plak daripada sikat gigi yang berbulu halus (soft) karena nilai penurunan indeks plak yang lebih besar terdapat pada bulu sikat gigi sedang (medium).

B. Saran

Dari penelitian yang dilakukan dapat diajukan beberapa saran sehingga pada penelitian selanjutnya kemungkinan adanya pembiasan yang terjadi dapat diminimalisasi dan dapat meningkatkan keakuratan hasil penelitian, berikut beberapa saran yang dapat peneliti ajukan:

1. Jumlah sampel ditambah sehingga akan meningkatkan kevalidan dan keakuratan dari hasil penelitian.

2. Teknik menyikat gigi dapat diganti dengan menggunakan teknik sikat gigi lainnya.

(49)

38

DAFTAR PUSTAKA

Besford, J. 1996, Mengenal Gigi Anda: Petunjuk Orang Tua, Penerjemah: S. Faruk dan N. Sumawinata, Arcan, Jakarta.

Carranza, F. A. 1990, Periodontal Disease: Classification of Periodontal Disease, dalam Glickman’s Clinical Periodontology, Jhon Dyson (ed.), Ed. ke-7, W. B. Saunders, Philadelphia.

Dewi, O. 2003, „Pemilihan sikat gigi individual‟, J Dentika Dental, vol.8, no. 1, hlm. 54-60.

Fitriyani. 2009, „Tingkat Pengetahuan Mengenai Menggosok Gigi Pada Siswa-Siswi Kelas IV SD Kelurahan Cirendeu‟, J FK Univ. Islam Negeri Syarif Hidayatullah, vol. 11, no. 3, hlm. 35-47.

Gita, I. B., Sriwahyuni, E., dan Santosaningsih, D. 2011, „Pengaruh ekstrak kayu siwak (Salvadora perisca) terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans’, J FK UNBRAW, vol. 3, no. 4, hlm. 53-65.

Hamsar, A. 2005, „Perbandingan sikat gigi yang berbulu halus (soft) dengan sikat gigi yang berbulu sedang (medium) terhadap manfaatnya menghilangkan plak pada anak usia 9-12 tahun di SD Negeri 060830 Kecamatan Medan Petisah tahun 2005‟, J Ilmiah PANNMED, vol. 1, no. 1, hlm. 20-23.

Jovina, T. A. 2010, Pengaruh Kebiasaan Menyikat Gigi Terhadap Status Pengalaman Karies Riskesdas 2007, Tesis, Universitas Indonesia, Depok. Kidd, E. A. M. dan Bechal, S. J. 2012, Dasar-Dasar Karies: Penyakit Dan

Penanggulangannya, Ed. ke-3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Notoatmodjo, S. S. K. M. 2012, Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan, Ed.

ke-1, Rineka Cipta, Jakarta.

Putri, M. H., Herijulianti, E., dan Nurjannah, N. 2012, Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi, Ed. ke-2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Riyanti, E. dan Saptarini, R. 2010, „Upaya Peningkatan Kesehatan Gigi Dan Mulut Melalui Perubahan Perilaku Anak‟, J FKG UNPAD, vol. 2, no. 5, hlm. 227-239.

Roeslan, B. O. 2002, Imunologi Oral: Kelainan Di Dalam Rongga Mulut, Ed. ke-1, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

(50)

Sari, E. K., Ulfiana, E., dan Dian, P. 2002, „Pengaruh Pendidikan Kesehatan Gosok Gigi dengan Metode Permainan Simulasi Ular Tangga Terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap, dan Aplikasi Tindakan Gosok Gigi Anak Usia Sekolah di SD Wilayah Paron Ngawi‟, J Fak. Keperawatan Univ. Airlangga, vol. 2, no. 10, hlm. 101-111.

Sari, S. A. N., Efendi, F., dan Dian, P. 2011, „Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Simulasi Menggosok Gigi Teknik Modifikasi Bass Dengan Ketrampilan Dan Kebersihan Gigi Mulut Pada Anak Mi At-Taufiq Kelas V‟, J Fak. Keperawatan Universitas Airlangga, vol. 5, no. 2, hlm. 33-43.

Srigupta, A. A. 2004, Panduan Singkat Perawatan Gigi & Mulut: Buku Ini Membantu Anda Bagaimana Mengambil Langkah Bijak Merawat Gigi Dan Kesehatan Mulut. Ed. ke-1, Prestasi Pustaka, Jakarta.

Supartinah, S. 2003, „Saliva dan kaitannya dengan penyakit rongga mulut anak‟, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 30 Agustus.

Supartini, Y. 2004, Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, Ed. ke-1, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Tan, H. H. 1993, Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan, Ed. ke-1, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Wirayuni, K. A. 2003, „Plaque control‟, J Ked. Gigi. Mahasaraswati (JKGM), vol. 1, no. 1, hlm. 17-22.

Wuriyanti, D. S. 2009, „Perbedaan debris indeks antara menyikat gigi secara mandiri dengan menyikat gigi dibantu orang tua pada murid kelas nol besar TK Marsudsiwi Pengkol Kapling Jepara tahun 2009‟, J Jur. Kesgi Politeknik Kes. Semarang, vol. 27, no. 2, hlm. 227-237.

(51)

40

Lampiran 1 Data Hasil Penelitian

No Nama Umur Jenis Soft Medium

(thn) Kelamin Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

1 Alit Satria W. A. A. 10 L 45 41 41 30

2 Amelinda Bratandari Putu 10 P 49 41 39 27

3 Andana I Made 10 L 27 24 40 25

4 Angganantha Ary S. Putu 10 L 26 22 38 23

5 Angkasa Narayana I.B. 11 L 42 37 41 30

6 Arva Gautama Putu 10 L 30 25 32 20

7 Ayu Heni K. Kadek 10 P 41 33 36 22

8 Bagus Manuaba Gede 10 L 32 25 37 25

9 Bagus Okta Wiradnyana 10 L 41 37 43 30

10 Bagus Saputra Gede 10 L 36 29 50 39

11 Bagus Wicaksana Komang 10 L 31 26 38 27

12 Bayu Angga W. Nyoman 10 L 39 32 38 26

13 Bayu Pramana Wayan 10 L 33 29 40 28

14 Bintang Karindiya Gst Ayu 11 P 19 15 44 30

15 Brahma Putra I.B. 10 L 38 32 29 17

16 Bulananda D. Made 10 P 45 40 32 20

17 Candra Sari H. Ketut 10 P 44 36 38 27

18 Candra Satya J. Kadek 10 L 28 24 41 27

19 Deva Permata Sari Kadek 11 P 42 37 42 30

20 Dananta Darmottama Md 11 L 39 35 39 28

21 Dava Badrika L. Nym. 10 L 32 27 37 26

22 Dian Indrawati Gst Putu 10 P 33 27 32 20

23 Diandra Audina P. Gst Ayu 10 P 42 38 39 27

24 Hellen Kirana P. Komang 10 P 38 32 32 18

25 Indira Mahadewi Made 10 P 25 19 30 15

26 Indira Wika E. S. Putu 10 P 33 28 30 16

27 Janitra Rio K. Gst Ag. Ngr 10 L 31 27 28 17

28 Jiestha Bhanu Hataka 11 L 32 26 35 24

29 Manik Santiari A. A. 10 P 29 24 34 22

(52)

Lampiran 2 Indeks Plak Awal (Pre-test) sikat gigi berbulu lembut (soft)

Nama :

Umur :

Kelamin : L/P

Total indeks plak sampel awal (Pre-test) : Elemen : Regio B L Oklusal Distal Mesial Gingival Central Total Elemen : Regio B L Oklusal Distal Mesial Gingival Central Total Elemen : Regio B L Oklusal Distal Mesial Gingival Central Total Elemen : Regio B L Oklusal Distal Mesial Gingival Central Total Elemen : Regio B L Oklusal Distal Mesial Gingival Central Total Elemen : Regio B L Oklusal Distal Mesial Gingival Central Total

(53)

42

Indeks Plak Akhir (Post-test) sikat gigi berbulu lembut (soft)

Nama :

Umur :

Kelamin : L/P

Total indeks plak sampel akhir (Post-test) : Elemen : Regio B L Oklusal Distal Mesial Gingival Central Total Elemen : Regio B L Oklusal Distal Mesial Gingival Central Total Elemen : Regio B L Oklusal Distal Mesial Gingival Central Total Elemen : Regio B L Oklusal Distal Mesial Gingival Central Total Elemen : Regio B L Oklusal Distal Mesial Gingival Central Total Elemen : Regio B L Oklusal Distal Mesial Gingival Central Total

(54)

Indeks Plak Awal (Pre-test) sikat gigi berbulu sedang (medium)

Nama :

Umur :

Kelamin : L/P

Total indeks plak sampel awal (Pre-test) : Elemen : Regio B L Oklusal Distal Mesial Gingival Central Total Elemen : Regio B L Oklusal Distal Mesial Gingival Central Total Elemen : Regio B L Oklusal Distal Mesial Gingival Central Total Elemen : Regio B L Oklusal Distal Mesial Gingival Central Total Elemen : Regio B L Oklusal Distal Mesial Gingival Central Total Elemen : Regio B L Oklusal Distal Mesial Gingival Central Total

(55)

44

Indeks Plak Akhir (Post-test) sikat gigi berbulu sedang (medium)

Nama :

Umur :

Kelamin : L/P

Total indeks plak sampel akhir (Post-test) : Elemen : Regio B L Oklusal Distal Mesial Gingival Central Total Elemen : Regio B L Oklusal Distal Mesial Gingival Central Total Elemen : Regio B L Oklusal Distal Mesial Gingival Central Total Elemen : Regio B L Oklusal Distal Mesial Gingival Central Total Elemen : Regio B L Oklusal Distal Mesial Gingival Central Total Elemen : Regio B L Oklusal Distal Mesial Gingival Central Total

(56)

Lampiran 3

Persiapan alat dan bahan

(57)

46

Gigi setelah dioleskan disclosing agent

(58)

Berkumur

(59)

48 Explore

Kelompok

Case Processing Summary

Kelompok

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Hasil Soft 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

Medium 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

Descriptives

Kelompok Statistic Std. Error

Hasil Soft Mean 30.0000 1.20916

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 27.5270

Upper Bound 32.4730 5% Trimmed Mean 30.1481 Median 29.0000 Variance 43.862 Std. Deviation 6.62284 Minimum 15.00 Maximum 41.00 Range 26.00 Interquartile Range 11.25 Skewness -.093 .427 Kurtosis -.517 .833 Medium Mean 24.6667 .96768

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 22.6875

Upper Bound 26.6458 5% Trimmed Mean 24.5556 Median 25.5000 Variance 28.092 Std. Deviation 5.30018 Minimum 15.00 Maximum 39.00 Range 24.00 Interquartile Range 8.00 Skewness .185 .427 Kurtosis .503 .833 Tests of Normality Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Hasil Soft .108 30 .200* .968 30 .490

Medium .124 30 .200*

.953 30 .198

a. Lilliefors Significance Correction

(60)

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

pre_soft post_soft pre_medium post_medium

N 30 30 30 30

Normal Parametersa,,b Mean 35.2667 30.0000 37.1000 24.6667

Std. Deviation 7.01689 6.62284 4.97823 5.30018

Most Extreme Differences Absolute .127 .108 .138 .124

Positive .127 .108 .114 .124

Negative -.093 -.088 -.138 -.103

Kolmogorov-Smirnov Z .694 .592 .758 .678

Asymp. Sig. (2-tailed) .722 .875 .614 .747

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 pre_soft 35.2667 30 7.01689 1.28110

post_soft 30.0000 30 6.62284 1.20916

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 pre_soft & post_soft 30 .981 .000

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 pre_soft - post_soft 5.26667 1.38796 .25341 4.74839 5.78494 20.784 29 .000

Gambar

Gambar 2.2 Bulu sikat berbahan alami (Maudy, 2011)
Gambar 2.3 Leher sikat sejajar dengan tangkai sikat (Dian, 2005)
Gambar 2.5 Teknik menyikat gigi Roll (Putri, Herijulianti dan     Nurjannah, 2002)
Gambar 2.6 Plak supragingiva (Pindborg, 2009)

Referensi

Dokumen terkait

Kaum wanita dan lelaki diberikan peluang pendidikan formal yang sama tetapi adalah didapati bahawa berlaku ketidakseimbangan dalam taburan pekerjaan mengikut gender.. Adakah

(2) Strategi peningkatan kualitas fasilitas kepariwisataan yang mendorong pertumbuhan, meningkatkan kualitas dan daya saing kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam

Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara obesitas sentral dengan kejadian DM tipe 2 di Puskesmas Janti.. Hal ini juga

Pada data primer hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami reaksi sibling rivalry dalam kategori ringan dan kategori berat tersebut pada umumnya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas X MAN 1 Stabat dalam materi trigonometri, faktor-faktor penyebab

High School by Applying Models Numbered Heads Together ,e-Journal of Iducation and Paraktice, vo;.. kemampuan yang diproleh anak setelah memulai kegiatan belajar. Karena belajar itu

As this research focuses on the recognization of potencies of the students who have the tendency to the linguistic intelligence more than other kind of intelligence

Hasil dari penelitian ini menggambarkan bahwa dari 11 responden terdapat 7 siswa yang memiliki school well-being rendah dan 4 orang memiliki school well-being tinggi,