Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 1
KATA PENGANTAR
EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah studi yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku-perilaku yang memiliki risiko pada kesehatan wmasyarakat. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup, sumber air minum, layanan pembuangan sampah, jamban, dan saluran pembuangan air limbah. Sementara, perilaku yang dipelajari adalah yang terkait dengan higinitas dan sanitasi, antara lain, cuci tangan pakai sabun, buang air besar, pembuangan kotoran anak, dan pemilahan sampah rumah tangga.
Data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu Utara yang kemudian akan dimanfaatkan untuk mengembangkan Strategi Sanitasi Kabupaten. Selain itu, data pun dapat dimanfaatkan sebagai pencapaian pembangunan sanitasi ke depan, baik di tingkat kota sampai di tingkat kelurahan/desa (indikatif). Pelaksanaan studi EHRA banyak melibatkan Pokja AMPL, Dinas kesehatan bersama Tim Ehra yang awalnya berjalan dengan tanpa dana, namun berkat komitmen bersama Pokja AMPL Kabupaten Luwu Utara bersama tim EHRA mampu melaksanakan study EHRA dengan baik. Untuk pengumpulan data, EHRA berkolaborasi dengan kader-kader Posyandu/ PKK di tingkat kelurahan/desa.
Dokumen ini adalah Laporan Studi EHRA di Kabupaten Luwu Utara yang kegiatan pengumpulan datanya dimulai Mei 2013 lalu. Penyusunan laporan difasilitasi oleh Program PPSP dengan melibatkan berbagai pihak, khususnya Pokja Sanitasi melalui dinas kesehatan Kabupaten Luwu Utara sebagai pelaksana kegiatan, di bantu oleh kepala puskesmas dan sanitarian sebagai Koordinator wilayah dan supervisor, serta entri data, kader-kader kelurahan, dan pihak kelurahan/kecamatan se Kabupaten Luwu Utara.
Masamba, Juli 2013
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... 1 DAFTAR ISI ... 2 DAFTAR GAMBAR ... 3 DAFTAR TABEL ... 4 BAB I PENDAHULUAN ... 1.1 Latar Belakang ... 5 1.2 Tujuan ... 5 1.3 Dasar Hukum ... 6 1.4 Ruang Lingkup ... 7 1.4.1 Wilayah Studi ... 7 1.4.2 Materi ... 7 BAB II METODOLOGI ... 8
2.1. Penentuan Target Area Survei……….. 10
2.2 Penentuan Jumlah/Besar Responden ……….. 13
2.3 Penentuan Desa/Kel Area Survei ………. 14
2.4 Penentuan RW/RT dan Responden Di Lokasi Survei ………. 15
BAB III HASIL STUDI EHRA ………. 17
3.1. Informasi Responden ………..17
3.2. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga ………..19
3.3. Pembuangan Air Limbah Domestik .. ……….23
3.4. Drainase Lingkungan Sekitar Rumah Dan Banjir ………. 27
3.5. Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga ……… 37
3.6 .Perilaku Higienis ……… ……… 46
3.7. Penyakit Diare... 49
BAB IV P E N U T U P ……….. 53
LAMPIRAN TABEL-TABEL DASAR HASIL STUDI EHRA
LAMPIRAN ORGANISASI DAN PERSONEL PELAKSANAAN STUDI EHRA LAMPIRAN DOKUMENTASI PELAKSANAAN STUDI EHRA.
LAMPIRAN GRAFIK DAN TABEL LAMPIRAN FOTO
BERITA ACARA PELAKSANAAN EHRA DARI MASING-MASING PUSKESMAS DI MASING-MASING DESA
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 3 DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Grafik Pengelolaan Sampah Berdasarkan clust ... 19
Gambar 3.2. Presentase Praktek Pemilahan Sampah ... 20
Gambar 3.3. Persentase Tempat Penyaluran Akhir Tinja ... 25
Gambar 3.4. Persentase Tangki Septik Aman dan Tidak Aman ……… 26
Gambar 3.5. Persentase Praktek BABS... ... 29
Gambar 3.6. Persentase RT Yang Mengalami Banjir. ... 31
Gambar 3.7. Grafik Pencemaran SPAl ... 35
Gambar 3.8. Grafik Akses Terhadap Air Bersih/Sumber Air ... 37
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 4 DAFTAR TABEL
Table 1. Kategori Kluster ... 11
Tabel 2. Desa/Kelurahan Terpilih ... 14
Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan umur ………. 17
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan……….. 18
Tabel 5. Area Berisiko Persampahan………... 22
Tabel 6. Area Berisiko Air Limbah Domestik………... 27
Tabel 7. Area Berisiko Genangan Air……… 37
Tabel 8. Area Berisiko Sumber Air……… 46
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 5
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangEnvironmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten/kota sampai ke kelurahan. Kabupaten/Kota dipandang perlu melakukan Studi EHRA karena:
1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat 2. Data terkait dengan sanitasi terbatas di mana data umumnya tidak bisa dipecah
sampai tingkat kelurahan/desa dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda
3. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa
4. EHRA menggabungkan informasi yang selama ini menjadi indikator sektor-sektor pemerintahan secara eksklusif
5. EHRA secara tidak langsung memberi ”amunisi” bagi stakeholders dan warga di tingkat kelurahan/desa untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama warga atau stakeholders kelurahan/desa
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dan manfaat dari studi EHRA adalah:
1. Untuk mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 6 3. Memberikan pemahaman yang sama dalam menyiapkan anggota tim survey yang
handal
4. menyediakan salah satu bahan utama penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten Luwu Utara.
Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Luwu Utara Selanjutnya, data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu Utara dan juga menjadi masukan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi Kabupaten.
1.3 Dasar Hukum
a. Undang-Undang
1. Undang-Undang No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air ; 2. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ;
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 2007) ;
4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. b. Peraturan Pemerintah.
1. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara ;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air ;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinisi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota.
c. Keputusan / Peraturan Menteri
1. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor 2 / MENKLH / 6 / 1988 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan ;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416 /Menkes / Per / IX / 90, tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air ; 3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907 /
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 7 4. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan.
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Wilayah Studi
Daerah studi EHRA sebanyak 11 Desa / Kelurahan dari 9 Kecamatan di Kabupaten Luwu Utara
1.4.2 Materi
Ruang Lingkup penyusunan studi EHRA meliputi : 1. Diskusi dengan POKJA
2. Memperbaiki instrumen sesuai hasil diskusi 3. Mengkoordinasikan kerja lapangan
4. Melaksanakan Entry Data. 5. Melaksanakan Data Cleaning.
6. Melaksanakan Data Processing, analisa dan laporan awal
7. Umpan balik untuk POKJA, Enumerator, kelurahan / desa dan kecamatan.
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 8
BAB II
METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA
EHRA adalah studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara (interview) dan 2) pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah Enumerator yang dipilih secara kolaboratif oleh Pokja AMPL dan Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu Utara . Sementara Sanitarian bertugas menjadi Supervisor selama pelaksanaan survey. Sebelum turun ke lapangan, para sanitarian dan enumerator diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator selama 2 (dua) hari berturut-turut. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan; pemahaman tentang instrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator; uji coba lapangan; dan diskusi perbaikan instrumen.
Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga). Unit sampling ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT di semua RW dalam setiap Desa/Kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survey. Jumlah sampel RT per Desa/Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per desa/kelurahan adalah 40 responden. Yang menjadi responden adalah Bapak (Kepala Rumah Tangga) atau Ibu atau anak yang sudah menikah, dan berumur antara 18 s/d 60 tahun.
Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk dapat diselesaikan dalam waktu sekitar 30-45 menit. Panduan diuji kembali dalam hari kedua pelatihan enumerator dengan try out ke lapangan. Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh sanitarian sehingga responden memahami betul hak-haknya dan memutuskan keikutsertaan dengan sukarela dan sadar.
Pekerjaan entri data dikoordinir oleh Tim dari Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu Utara . Sebelum melakukan entri data, tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA yang difasilitasi oleh Tim Fasilitator yang telah
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 9 terlatih dari PIU Advokasi dan Pemberdayaan. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada struktur kuesioner dan perangkat lunak yang digunakan serta langkah-langkah untuk uji konsistensi yakni program EPI Info dan SPSS.
Untuk quality control, tim spot check mendatangi 5% rumah yang telah disurvei. Tim spot check secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri dire-check kembali oleh tim Pokja AMPL. Sejumlah 5% entri kuesioner diperiksa kembali.
Kegiatan Studi EHRA memerlukan keterlibatan berbagai pihak dan tidak hanya bisa dilaksanakan oleh Pokja Kabupaten/Kota semata. Agar efektif, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota diharapkan bisa mengorganisir pelaksanaan secara menyeluruh. Adapun susunan Tim EHRA sebagai berikut:
1. Penanggungjawab : Pokja Kabupaten Luwu Utara 2. Koordinator Survey : Pokja - Dinas Kesehatan
3. Anggota : BAPPEDA, Bappermas, KLH, DKP,
Infokom, dll
4. Koordinator wilayah/kecamatan : Kepala Puskesmas
5. Supervisor : Sanitarian Puskesmas
6. Tim Entry data : Bag. Pengolahan Data, Bappeda, BPS 7. Tim Analisis data : Pokja Kabupaten Luwu Utara
8. Enumerator : Kader aktif kelurahan (PKK, Posyandu, KB, dll)
2.1 Penentuan Target Area Survey
Metoda penentuan target area survey dilakukan secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan Klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah ”Probability Sampling” dimana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel.
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 10 Sementara metoda sampling yang digunakan adalah “Cluster Random Sampling”. Teknik ini sangat cocok digunakan di Kabupaten Luwu Utara mengingat area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang telah ditetapkan.
Penetapan klaster dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP sebagai berikut:
1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap kabupaten/ kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan kelurahan/ desa.
2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan/ desa. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut:
3.
(∑ Pra-KS + ∑ KS-1)
Angka kemiskinan = --- X 100% ∑ KK
4. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat
5. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut.
Berdasarkan kriteria di atas, klastering wilayah Kabupaten Luwu Utara menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 11 survey pada klaster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area berisiko Kabupaten Luwu Utara.
Tabel 1. Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko
Katagori
Klaster Kriteria
Klaster 0 Wilayah desa/kelurahan yang tidak memenuhi sama sekali kriteria indikasi lingkungan berisiko.
Klaster 1 Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria indikasi lingkungan berisiko
Klaster 2 Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan berisiko
Klaster 3 Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan berisiko
Klaster 4 Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria indikasi lingkungan berisiko
Klastering wilayah di Kabupaten Luwu Utara. menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada Error! Reference source not found.. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama.
Misalkan hasil klastering wilayah desa/kelurahan di Kabupaten/Kota A yang terdiri atas 173 desa/kelurahan menghasilkan distribusi sebegai berikut:
1. Klaster 0 sebanyak 3 %. 2. Klaster 1 sebanyak 35%, 3. Klaster 2 sebanyak 38%, 4. Klaster 3 sebanyak 21%, dan 5. Klaster 4 sebanyak 3 %.
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 12 Untuk lebih jelasnya distribusi desa kedalam klaster tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
2.2 Penentuan Jumlah/Besar Responden
Jumlah sampel untuk tiap kelurahan/desa diambil sebesar 40 responden. Sementara itu jumlah sampel RT per Kelurahan/Desa minimal 8 RT yang dipilih secara random dan mewakili semua RT yang ada dalam Kelurahan/Desa tersebut. Jumlah responden per Kelurahan/Desa minimal 40 rumah tangga harus tersebar secara proporsional di 8 RT terpilih dan pemilihan responden juga secara random, sehingga akan ada minimal 5 responden per RT
Berdasarkan kaidah statistik, untuk menentukan jumlah sampel minimum dalam skala kabupaten/kota digunakan “Rumus Slovin” sebagai berikut:
Dimana:
n adalah jumlah sampel
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 13 N adalah jumlah populasi
d adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir 5% (d = 0,05) Asumsi tingkat kepercayaan 95%, karena menggunakan α=0,05, sehingga diperoleh nilai Z=1,96 yang kemudian dibulatkan menjadi Z=2.
Dengan jumlah populasi rumah tangga sebanyak 68904 KK maka jumlah sampel minimum yang harus dipenuhi adalah sebanyak 396. Namun demikian untuk keperluan keterwakilan desa/ kelurahan berdasarkan hasil klastering, Pokja Sanitasi Kabupaten Luwu Utara. metetapkan jumlah kelurahan yang akan dijadikan target area survey sebanyak X1 sehingga jumlah sampel yang harus diambil sebanyak X1 X 40 = 440 responden.
2.3 Penentuan Desa/Kelurahan Area Survei
Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin di atas maka selanjutnya ditentukan lokasi studi EHRA dengan cara memilih sebanyak 11 desa/ kelurahan secara random. Hasil pemilihan ke-11 desa/ kelurahan tersebut sebagai berikut:
Tabel 2. Kecamatan Dan Desa/Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2013 Kabupaten Luwu Utara
No Klaste r Kecamata n Desa/Kel Terpilih Jumla h Dusun Jumla h RT Jml Dusun/ RT terpilih Jumlah Respond en 1 0 Limbong Desa limbong 3 83 3 40 2 1 Malangke barat Masamba Desa Pao Desa Kasimbong 3 6 514 925 3 6 40 40
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 14 No Klaste r Kecamata n Desa/Kel Terpilih Jumla h Dusun Jumla h RT Jml Dusun/ RT terpilih Jumlah Respond en 3 2 Sabbang Malangke barat Bone-bone Sukamaju Buntu terpedo Pole Jiwa Bungadidi Tulung indah 5 4 6 3 556 212 887 514 5 4 5 3 40 40 40 40 4 3 Sabbang Mappedec eng Malangke Salama Kapidi Tolada 5 5 4 204 542 923 5 5 4 40 40 40 5 4 Baebunta Salulemo 7 828 6 40
2.4 Penentuan RW/RT Dan Responden Di Lokasi Survei
Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah RT. Karena itu, data RT per RW per kelurahan mestilah dikumpulkan sebelum memilih RT. Jumlah RT per kelurahan adalah 8 (delapan) RT. Untuk menentukan RT terpilih, silahkan ikuti panduan berikut.
Urutkan RT per RW per kelurahan.
Tentukan Angka Interval (AI). Untuk menentukan AI, perlu diketahui jumlah total RT total dan jumlah yang akan diambil.
Jumlah total RT kelurahan : X. Jumlah RT yang akan diambil : Y
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 15 Maka angka interval (AI) = jumlah total RT kelurahan / jumlah RT yang
diambil. AI = X/Y (dibulatkan) misal pembulatan ke atas menghasilkan Z, maka AI = Z
Untuk menentukan RT pertama, kocoklah atau ambilah secara acak angka antara 1 – Z (angka random). Sebagai contoh, angka random (R#1) yang diperoleh adalah 3.
Untuk memilih RT berikutnya adalah 3 + Z= ... dst.
Rumah tangga/responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling), hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri. Tahapannya adalah sbb.
Pergi ke RT terpilih. Minta daftar rumah tangga atau bila tidak tersedia, buat daftar rumah tangga berdasarkan pengamatan keliling dan wawancara dengan penduduk langsung.
Bagi jumlah rumah tangga (misal 25) dengan jumlah sampel minimal yang akan diambil, misal 5 (lima) diperoleh Angka Interval (AI) = 25/5 = 5
Ambil/kocok angka secara random antara 1 – AI untuk menentukan Angka Mulai (AM), contoh dibawah misal angka mulai 2
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 16
BAB III
HASIL STUDI EHRA
3.1 Informasi Respondena. Umur
Umur adalah usia responden saat dilakukan survei. dikelompokkan dari umur terendah sampai tertinggi. Pengelompokkan umur didasarkan pada tahap pertumbuhan dan perkembangan manusia. Tabel 7 menggambarkan Yang menjadi responden adalah Bapak (Kepala Rumah Tangga) atau Ibu atau anak yang sudah menikah, dan berumur antara 18 s/d 60 tahun.
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Di Kabupaten Luwu Utara, tahun 2013
Jumlah N % < 20 9 2 21 – 25 28 6,4 26 -30 71 16,1 31-35 72 16,4 36 – 40 75 17 41 – 45 60 13,6 > 45 125 28,4 Total 440 100,0
Sumber : Data Primer
Tabel 3.1 di atas memberikan informasi kelompok umur responden tersebar dari < 20 tahun sampai dengan di atas 45 tahun, dengan presentase terbesar pada kelompok umur >45 tahun sebanyak 125 orang (28,4 %), dan terendah pada kelompok umur < 20 tahun sebanyak 9 orang (2,0 %). Pada kelompok kontrol umur responden yang terbesar juga pada umur 36-40 tahun (17 %) yang terendah pada kelompok umur 21 -25 tahun (6,4 %).
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 17 b. Pendidikan
Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang pernah ditamatkan oleh seseorang. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan responden pada waktu dilakukan wawancara. Pendidikan memegang peranan penting dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan studi EHRA. survei ini dikelompokkan berdasarkan pendidikan SD sampai SMA, seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Kabupaten Luwu Utara, tahun 2013
Tingkat Pendidikan Jumlah N % Tidak Formal 43 9,8 SD 194 44,1 SMP 102 23,2 SMA 71 16,1 SMK 2 0,45 UNIVERSITY/AKADEMI 28 6,4 Total 440 100,0
Sumber : Data Primer
Tabel 3.2, memperlihatkan bahwa, responden pada kelompok umur yang terbesar yaitu pendidikan SD sebanyak 194 orang (44,1%), pendidikan formalnya SMP sebanyak 102 orang (23,2%) dan pendidikan SMA sebanyak 71 orang (16,1 %). Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden memberikan dampak terhadap cara berpikir dan berperilaku, khususnya dalam upaya mencegah terjadinya penyakit berbasis lingkungan, sesuai dengan hasil survei ini
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 18 bahwa tingkat pendidikan formal pada jenjang tingkat pendidikan SD memberikan status adanya pola perilakuk hidup bersih dan sehat.
3.2 Pengelolaan Sampah Rumah Tanggga
Pasal 19 UU RI Nomor 18 Tahun 2008 mengatur mengenai pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga. Pasal tersebut menyebutkan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas pengurangan sampah dan penanganan sampah. Perilaku membuang/mengelola sampah di masyarakat berpotensi merusak lingkungan apalagi sampah itu dikelola dengan dibakar atau dibuang tidak sesuai dengan ketentuan UU no 18 tahun 2008.
Diagram 3.1 Pengelolaan Sampah Berdasarkan Cluster
Sumber : Data Primer
Pada Grafik diatas menunjukkan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga lebih banyak dibakar oleh masyarakat sebesar 70,45% dan yang terendah adalah dikumpulkan kolektor informal, lain-lain sebesar 0,45%. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih belum mengetahui tentang UU no 18/2008 tentang larangan membuang yang tidak pada tempatnya atau di bakar. Untuk itu diharapkan adanya kampanye perbaikan perilaku membuang / mengelola sampah.
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 19 Diagram 3.2. Pengelolaan Sampah Setempat
Pengelolaan sampah merupakan perlakuan terhadap sampah untuk memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah yang dalam kaitannya dengan lingkungan yang ditimbulkannya. Karena itu pengelolaan atau penanganan sampah dapat berbentuk semata-mata membuang sampah atau mengembalikan (Recycling) sampah menjadi bahan-bahan yang bermanfaat. Tahap pertama pengelolaan sampah adalah mengumpulkkan sampah dan berbagai tempat ke suatu lokasi pengumpulan, sesudah itu diadakan pemisaban komponen sampah menurut jenisnya (Hadiwiyoto, 1990).
Dari data diatas menunjukkan bahwa pengolahan sampat setempat lebih banyak masyarakat tidak mengolah sampah daripada yang melakukan pengolahan, yang mengolah sampah sebesar 3,6% dan yang tidak mengolah sampah sebesar 96,3%.
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 20 Diagram 3.3 Pemilahan Sampah Rumah Tangga
Grafik diatas menunjukkan bahwa Pemilahan sampah lebih banyak tidak dilakukan oleh responden dari pada yang melakukan pemilahan sampah. RespondenYang melakukan pemilahan sampah sebesar 7,4% dan yang tidak melakukan pemilahan sebesar 92,6%.
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 21 Diagram 3.4. Pengolahan Sampah Setempat Percluster
Pada grafik diatas menunjukkan bahwa pengolahan sampah setempat perklaster, lebih banyak tidak diolah daripada diolah . Sampah yang tidak diolah lebih banyak terdapat pada klaster 0 dan klaster 3 dan sampah yang diolah terdapat pada klaster 4, klaster 2 dan klaster 1.
Tabel 5
Area berisiko persampahan Berdasarkan Hasil Studi EHRA
Katagori Area Berisiko Cluster Desa/Kel
Kurang Berisiko 1 Pao dan kasimbong
Berisiko Sedang -
Risiko Tinggi 2 dan 4
Buntu terpedo, Polejiwa,bungadidi Tulung indah, salulemo Risiko Sangat Tinggi 0 dan 3 Limbong, Salam , Kapidi dan
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 22 3.3. Pembuangan Air Kotor/Limbah Tinja Manusia dan Lumpur Tinja
Berdasarkan kharakteristiknya terdapat 2 (dua) jenis air limbah domestik, yaitu jenis black water yang berasal dari WC dan umumnya ditampung dalam septic-tank, sedangkan yang satunya adalah jenis grey water yang berasal dari kegiatan mencuci, mandi dan memasak, yang umumnya langsung dibuang ke saluran drainase maupun perairan umum. Walaupun air limbah jenis grey water sebagian besar merupakan bahan organik yang mudah terdegradasi, namun secara kuantitas cenderung semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Dari berbagai literatur menyebutkan bahwa antara 60 % - 70 % air yang digunakan oleh masyarakat kota, akan terbuang sebagai air limbah, sedangkan air limbah tersebut akan masuk ke badan sungai tanpa ada upaya pengolahan terlebih dahulu. Berikut kondisi pengelolaan air limbah domestik berdasarkan hasil studi EHRA.
Diagram 3.6. Kepemilikan Jamban Keluarga
Dari data diatas, terlihat bahwa kepemilikan jamban keluarga di Kabupaten luwu utara sebesar 80,2% dan yang tidak memiliki Jamban Keluarga sebesar 19,8%.
Perlu diketahui bahwa kabupaten Luwu utara telah mencanangkan Stop Buang air besar sembarangan sampai tahun 2015 sebesar 130 Desa dan tahun 2013 tercapai 18 Desa Stop Buang air besar sembarangan.
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 23 Diagram 3.7. Tempat Buang Air Besar
Dari data diatas, terlihat bahwa tempat buang air besar lebih banyak di jamban keluarga sebesar 80,2%, buang air besar kesungai/pantai/laut sebesar 10,9%, MCK/WC umum sebesar 4,3%, keselokan /parit sebesar 4,1%, ke lubang galian sebesar 2,3%. Walaupun persentase buang air besar kesungai, keselokan itu kecil masih perlu dilakukan upaya menumbuhkan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya buang air besar di jamban yang sehat sehingga mampu menekan kejadian penyakit yang berbasis lingkungan.
PERSENTASE TEMPAT BUANG AIR BESAR DI KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2013
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 24 Diagram 3.8. Tempat Penyaluran Akhir Tinja
Dari data diatas, bahwa tempat penyaluran Akhir tinja lebih banyak menggunakan Tangki septik yaitu sebesar 69,77% , pipa sewer sebesar 0,91%, cubluk/lubang tanah 6,59%,kesungai/danau/pantai sebesar 0,45 % dan menyatakan tidak tahu sebesar 19,77%.
Diagram 3.9. Waktu Terakhir Pengurasan Tangki Septik
PERSENTASE WAKTU TERAKHIR PENGURASAN TANGKI SEPTIK PADA STUDI EHRA
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 25 Dari data diatas, bahwa waktu terakhir pengurasan tangki septik lebih banyak responden mengatakan tidak pernah sebesar 94,5%, tidak tahu sebesar 2,6%, yang menguras 1- 5 tahun sebesar 1,6% yang lalu dan yang menguras 0-12 bulan yang lalu sebesar 1,3%.
Diagram 3.10. Tangki septik Suspek Aman dan Tidak Aman
Dari data diatas, bahwa tangki septik suspek aman sebesar 55,7% dan tangki septik yang tidak aman sebesar 44,3%. Dengan situasi tersebut perlu adanya upaya perbaikan sehingga limbah rumah tangga tidak mencemari lingkungan sekitarnya, dan berdampak terhadap kesehatan masyarakat terutama munculnya penyakit berbasis lingkungan.
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 26 Diagram 3.11 Tangki Suspek Aman & Tidak Aman
Dari data diatas, bahwa tangki septik suspek aman berada di cluster 0 sebesar 95,1 %, cluster 2 sebesar 69,8%. Tangki septik yang tidak aman berada di cluster 1 sebesar 68,8% , cluster 3 sebesar 57,5% dan cluster 4 sebesar 52,5%.
Tabel 6
Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA
Katagori Area Berisiko Cluster Desa/Kel
Kurang Berisiko 0 Limbong
Berisiko Sedang -
Risiko Tinggi 2 dan 4
Buntu terpedo, Polejiwa, Bungadidi
Tulung Indah, Salulemo
Risiko Sangat Tinggi 1 dan 3 Pao, Kasimbong, Salama, Kapidi, Tolada
3.4 Drainase Lingkungan /Selokan Sekitar Rumah dan Banjir
Drainase lingkungan merupakan sarana penting dalam sanitasi. Drainase lingkungan berfungsi untuk mengalirkan limbah cair dari rumah tangga, seperti limbah
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 27 cucian dari dapur, kamar mandi, tempat cuci dan wastafel. Drainase yang buruk akan menimbulkan banjir dan genangan pada waktu hujan. Kondisi ini akan menimbulkan perindukan nyamuk yang bias menularkan berbagai penyakit seperti demam berdarah, chikungunya dan filariasis.
Diagram-diagram pada bagian ini akan membahas lebih detil tentang kepemilikan sarana pengolahan air limbah selain tinja, tempat pembuangan limbah cair rumah tangga, pengalaman banjir, waktu terakhir banjir, kerutinan dan frekuensi dalam setahun, lama genangan mongering dan tinggi air dirumah dan di pekarangan rumah.
Diagram 3.12 Sarana Pembuangan Air Limbah
Diagram diatas menggambarkan sebanyak 33,9% responden menjawab tidak memiliki sarana pembuangan air limbah dirumah. Sebanyak 66,1% tidak memiliki sarana pembuangan air limbah. Hal ini mengindikasikan masih adanya potensi risiko kesehatan lingkungan yang disebabkan oleh tidak adanya sarana pembuangan air limbah rumah tangga.
Lebih jauh studi EHRA juga memetakan kemana air limbah rumah tangga ini dibuang. Diagram-diagram berikut menggambarkan kemana masing-masing limbah rumah tangga tersebut di buang.
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 28
Diagram 3.13 Tempat Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga
26,6% 5,1;% 42,1% 6,6 % 4,3 % 6,1 % 0; 0% 0,225 %
Tempat Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga Pada Studi EHRA kesungai/kanal kejalan,halaman saluran terbuka saluran tertutup lubang galian
pipa saluran pembuangan Pipa IPAL Sanimas tidak tahu
Diagram 3.14 Tempat Air Limbah Dapur Di buang
Diagram diatas, menunjukkan bahwa tempat pembuangan air limbah lebih banyak pada terbuka sebesar 42,1% dan yang terendah adalah lubang galian sebesar 4,3%. Begitu pula
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 29 pembuangan air limbah dapur lebih banyak dibuang ke saluran terbuka sebesar 49,8% dan kesungai/ kanal sebesar 31,6%.
Diagram 3.15 Tempat Limbah Kamar mandi Di Buang
Diagram 3.16 Tempat Air Limbah Cuci pakaian Di Buang
Dari diagram diatas, responden paling banyak menjawab membuang air limbah rumah tangganya yang berasal dari dapur, kamar mandi, tempat cuci dan wastafel adalah ke sungai/kanal, saluran terbuka dan saluran tertutup.
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 30 Persentase ketiganya bervariasi tapi secara total berada pada kisaran rata-rata 73,8%. Untuk yang beresiko kesehatan rendah adalah yang membuang ke saluran tertutup, lubang galian, pipa saluran pembuangan dan IPAL Sanimas, ternyata responden yang menjawab dengan criteria tersebut hanya berkisar antara 17,2% saja. Hal ini mengindikasikan bahwa masih adanya resiko kesehatan lingkungan yang disebabkan oleh pembuangan air limbah rumah tangga.
Keberadaan drainase lingkungan ini juga akan dikaji berkait dengan kejadian banjir yang dialami oleh rumah tangga responden, hal ini akan digambarkan oleh diagram 38 berikut ini.
Diagram 3.17 Adanya Genangan Air
7,3 18,8 47,8 50 38 38 92,7 81,3 52,2 50 62 62 0 20 40 60 80 100 120 0 1 2 3 4 total
Adanya Genangan air Menurut Cluster Pada Studi EHRA
Tidak ada genangan air ada genangan air (banjir)
Grafik diatas, menunjukkan bahwa lebih banyak responden mengatakan tidak ada genangan air daripada ada genangan air . Responden yang menyatakan tidak ada genangan air sebesar 62%, yang ada genangan air sebesar 38%.
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 31 Diagram 3.18 Tempat Genangan air
Diagram diatas, menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan tempat genangan air berada di dekat kamar mandi sebesar 68,2%, dihalaman rumah sebesar 59,8%, di dekat dapur sebesar 36,4% dan yang terendah didekat bak penampungan sebesar 2,8%.
Diagram 3.19 Kejadian Banjir Yang Dialami Responden
Berdasarkan digram diatas sebanyak 75,5% responden menyatakan tidak pernah mengalami banjir dirumah yang ditempatinya atau di sekitar rumahnya.
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 32 Sementara itu 9.38% responden menjawab pernah mengalami banjir sekali dalam setahun, 12,7% menjawab pernah beberapakali dalam setahun, sisanya 1,8% menjawab sekali atau beberapa kali dan 0.7% menjawab tidak tahu. Informasi detil mengenai banjir yang pernah dialami rsponden secara berurutan akan digambarkan oleh diagram-diagram berikut ini.
Diagram 3.20 Banjir Yang Dialami Secara Rutin
52,8% 47,2%
Persentase Banjir Yang dialami secara Rutin
ya tidak
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 33 Diagram 3.21 Rumah Tangga Yang Mengalami Banjir Rutin
0 3,5 50,9 43,9 1,8 100 25,5 35,3 37,3 2 0 20 40 60 80 100 120 0 1 2 3 4 kluster Desa/kelurahan
PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MENGALAMI BANJIR RUTIN DI KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2013
tidak ya
Diagram diatas menunjukkan bahwa responden yang mengalami kejadian banjir menjawab, bahwa banjir yang dialami secara rutin adalah sebanyak 52.8% dan yang menjawab banjir yang mereka alami tidak rutin adalah 47.29%. grafik diatas juga menunjukkan yang lebih banyak mengalami banjir rutin itu berada pada kluster 2 dan kluster 3 yaitu kluster 2 sebesar 50,9% dan kluster 3 sebesar 43,9%.
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 34 Sebagian besar responden menjawab air mengering dalam 1 hari sebesar 32,3% dan antara 1-3 jam yaitu sebanyak 22,6%, lebih 1 hari sebesar 19,4 %. Sementara yang menjawab setengah hari sebesar 12,9%, kurang 1 jam sebesar 9,7%, dan yang menjawab tidak tahu sebesar 3.2%.
Diagram 3.23 Kamar mandi/WC/Jamban Terendam Banjir
Diagram diatas menggambarkan bahwa hanya 64,5% responden yang mengalami banjir tapi kamar mandi/jambannya tidak pe rna h te rend am ai r . S ement a ra sebanyak 16,1% responden menjawab sebagian, 9,7% menjawab kadang-kadang, dan selalu. Dengan demikian, kalau banjir kondisi sanitasinya masih relative tidak aman.
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 35 Diagram 3.24 Ketinggian Air Banjir
Diagram diatas menunjukkan bahwa dari responden yang mengalami banjir, menyatakan air masuk kerumah setumit orang dewasa sebesar 61,3%, yang menjawab setengah lutut orang dewasa, sebesar 22,6% dan menjawab selutut orang dewas a, 16,1%.
Tabel 7
Area Berisiko Genangan Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA
Katagori Area Berisiko
Cluster
Desa/Kel
Kurang Berisiko
0
Limbong
Berisiko Sedang
1
Pao dan Kasimbong
Buntu terpedo, Polejiwa,Bunga didi,
Tulung Indah,Salam,Kapidi, Tolada
Risiko Sangat Tinggi
Risiko Tinggi
4
2 dan 3
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 36 Berdasarkan tabel diatas, Area berisiko sangat tinggi berada pada cluster 2 dan cluster 3,sedangkan area berisiko tinggi berada pada cluster 4. Sementara area berisiko sedang berada di cluster 1.
3.5. Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga
Bagian ini menyajikan informasi mengenai kondisi akses sumber air untuk minum, masak, mencuci dan gosok gigi. Hal yang dicermati terdiri dari 2 ( dua) hal utama yakni sumber air yang digunakan rumah tangga dan pengolahan, penyimpanan dan pengamanan air yang baik dan hygiene. Kedua aspek ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan tingkat risiko kesehatan bagi anggota didalam rumah tangga.
Sehubungan dengan sumber air, studi EHRA mempelajari tentang jenis sumber air untuk keperluan minum, mandi, mmemasak dan gosok gigi. Yang menggunakan air ledeng atau PAM juga ditanyakan tentang penurunan volume air yang dialami dan penurunan kualitasnya. Sementara untuk yang menggunakan air sumur gali/sumur bor/sumur pompa akan ditanyakan jarak sumber air dengan tempat penampungan tinja.
Sumber-sumber air ini memiliki tingkat keamanan yang berbeda-beda, misalnya air yang bersumber dari PAM atau ledeng, sumur gali/sumur bor/sumur pompa yang terlindungi dan berada pada jarak yang aman dari pembuangan tinja serta sumber mata air yang terlindungi, dianggap relative aman. Sementara sumber air yang dianggap beresiko kesehatan antara lain air permukaan (air sungai/kali/danau), air dari sumuber mata air yang tidak terlindungi, dan air sumur
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 37 yang tidak terlindungi.
Suplai dan kualitas air yang memadai memiki peran yang penting dalam mengurangi risiko terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan sanitasi buruk, seperti diare. Sejumlah studi mengkonfirmasi bahwa mereka yang memiliki suplai air yang memadai cenderung memiliki resiko rendah untuk terkena diare karena kuantitas dan kualitas air yang memadai cenderung memudahkan kegiatan higinitas. Karenanya kelangkaan air dapat menjadi salah satu factor resiko tidak langsung terjadinya kesakitan seperti gejala diare.
Lebih jauh studi EHRA juga memperhatikan penyimpanan air, tempat yang digunakan untuk menyimpan, cara mengambil air, pengolahan air sebelum diminum, cara pengolahannya, penyimpanan air setelah diolah, alat penyimpanan air setelah diolah, dan penggunaan air olahan selain untuk diminum.
Diagram 3. 25 Sumber air mana yang biasa digunakan untuk minum?
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 38 mengkonsumsi air yang memenuhi standar kesehatan untuk diminum yang berasal dari air botol kemasan, air ledeng PAM, air isi ulang, air hidran u m u m P A M , a i r k r a n u m u m P A MS I MA S / P A M, a ir s u m u r g a li terlindungi, mata air terlindungi, air sumur pompa tangan yaitu tota l p e r s e n t a s e n ya s e b e s a r 9 3 . 6 % , sementara yang menggunakan air dari sumber yang beresiko kesehatan adalah sebanyak 6,1% yaitu air yang bersumber dari sumur tidak terlindungi, mata air tidak terlindungi dan sumber lainnya.
Diagram 3. 26 Sumber air mana yang biasa digunakan untuk masak?
Untuk memasak, hasil studi menunjukkan bahwa responden menggunakan air dari sumber yang relative aman adalah sebanyak 88,9% dan sisanya 17% menggunakan air dari sumur tidak terlindungi, mata air tidak terlindungi dan sumber lainnya.
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 39
Diagram 3. 27 Sumber air yang biasa digunakan untuk cuci piring dan gelas
Dengan kriteria jenis air yang sama dengan diagram sebelumnya, sebanyak 85.4% menggunaka sumber air dari sumber yang relative aman untuk cuci piring dan gelas, sisanya 18,2% menggunakan air dari sumber yang tidak aman yaitu air dari sumur tidak terlindungi, mata air tidak terlindungi dan sumber lainnya.
Diagram 3. 28 Sumber air yang biasa digunakan untuk cuci pakaian
Diagram diatas, memperlihatkan bahwa hanya 2,7% responden yang masih menggunakan air sungai untuk mencuci pakaian, 3,9 % menggunakan air dari mata air tidak terlindungi,
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 40 dan 9,8% air dari sumur gali tidak terlindungi. Hal ini mengindikasikan resiko kesehatan yang rendah dan relative.
Diagram 3. 29 Sumber air yang biasa digunakan untuk gosok gigi
Untuk keperluan gosok gigi, responden yang menggunakan sumber air yang relative aman juga sudah sangat baik yaitu mencapai 85,1%. Sedangkan yang menggunakan sumber air yang tidak aman sebesar 14,8%.
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 41
Diagram 3. 30 Kejadian Lamanya mendapatkan Air untuk Kebutuhan sehari-hari
Dari diagram dapat dilihat bahwa responden yang tidak pernah mengalami kes ulitan air adalah sebanyak 86,8%. Sementara yang mengatakan beberapa jam sebesar 8%, sisanya 2 % menyatakan mengalami menurunny a s atu s ampai beberapa hari , 1 . 1 % m e n y a t a k a n m e n g a l a m i penurunan pasokan satu minggu dan lebih dari seminggu. Dan 0.9% menyatakan tidak tahu.
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 42
Diagram 3. 31 Jarak sumber air ke tempat penampungan tinja
Bagi responden yang menggunakan sumber air jenis sumur gali/pompa tangan/pompa mesin, jarak dengan sumber pencemar seperti tempat penampungan tinja. Jarak kurang dari 10 meter dianggap rawan tercemar. Hasil studi digambarkan pada diagram diatas yaitu 66,8% berjarak lebih dari 10 meter dan 31,2% menjawab kurang dari 10 meter. Hanya 1,8 % yang menjawab tidak tahu dari sumber pencemar. Hal ini masih mengindikasikan risiko sanitasi yang tinggi.
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 43 Diagram menunjukkan bahwa 88,9% responden menyimpan air sebelum digunakan untuk masak, minum, dll, sementara sisanya yaitu 11,1% tidak menyimpan terlebih dulu tapi langsung digunakan.
Diagram 3. 33 Tempat menyimpan air untuk minum
Diagram diatas menggambarkan b a h w a s e b a g i a n b e s a r responden menyimpan air untuk minum ditempat yang tertutup dan aman, yaitu dalam teko/ketel/ceret 36,6%, di dalam panci tertutup 31.2% dan di gallon air isi ulang,dalam botol/termos sebesar 11%. Hanya 5,4% saja yang menyimpan air di dalam panci terbuka. Sementara terdapat responden yang menjawab lainnya 1%.
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 44
Diagram 3. 34 Cara mengolah Air sebelum Diminum
Lebih jauh, juga dikaji menggenai cara pengolahan air sebelum diminum. Sebagian besar responden yang mengolah air sebelum diminum, menyatakan mereka mengolah air dengan cara direbus yaitu sebanyak 94.6%. Sisanya 0,3% mengolah air dengan menggunakan filter keramik dan 4,1% menjawab lainnya.
Tabel 8
Area Berisiko Sumber Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA Katagori Area Berisiko Cluster Desa/Kel
Kurang Berisiko 0 Limbong
Berisiko Sedang 1,2,3 Pao dan Kasimbong, Buntu Terpedo,
Bungadidi, Polejiwa, Tulung Indah, Salama, Kapidi, Tolada
Risiko Tinggi - -
Risiko Sangat Tinggi 4 Salulemo
Dari tabel diatas, risiko sangat tinggi sumber air berdasarkan hasil studi EHRa berada pada Cluster 4 yaitu Desa Salulemo. Sedangkan yang berisiko kurang berada pada cluster 0 di Desa Limbong. Area berisiko sedang berada pada cluster 1,2 dan 3.
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 45 3.6. Perilaku Higiene dan Sanitasi
Bagian ini akan membahas prilaku hygiene/sehat yaitu dikaitkan dengan kebiasaan pemakaian sabun. Hal ini penting dikaji karena sabun adalah salah satu desinfektan yang dapat mencegah masuk dan berkembangnya kuman pathogen kedalam tubuh. Studi EHRA menanyakan kepada responden tentang pemakaian sabun hari ini atau kemarin. Kemudian juga penggunaan sabun untuk keperluan apa saja. Tempat cuci tangan dan waktu mencuci tangan bagi anggota keluarga juga menjadi perhatian disini. Berikut hasil studi selengkapnya.
Diagram 3. 35. Cuci Tangan pakai Sabun di Lima Waktu Penting
Ada 5 (lima) waktu penting mencuci tangan memakai sabun, yaitu setelah buang air besar/menceboki anak, sebelum makan, sebelum menyiapkan m a s a k a n , s e t e l a h m e m e g a n g sesuatu/memegang hewan, dan sebelum menyuapi anak. Berdasarkan hasil studi, responden yang melakukan cuci tangan Pakai Sabun di Lima waktu penting hanya sebesar 4,1% dan yang tidak melakukan cuci tangan pakai sabun sebesar 95,9%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perilaku cuci tangan pakai sabun masih sangat kurang sehingga perilaku masih sangat berisiko terjadinya berbagai penyakit berbasis lingkungan.
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 46
Diagram 3. 36. Waktu Cuci Tangan Pakai Sabun
2,5 19,5 64,1 74,5 44,8 8,6 14,1 22,7 16,8 8,2 0 10 20 30 40 50 60 70 80 sebelum ketoilet setelah menceboki/bayi/anak setelah buang air besar sebelum makan setelah makan sebelum memberi menyuapi anak sebelum menyiapkan masakan setelah memegang hewan sebelum sholat lainnya
Berdasarkan hasil studi, responden yang mencuci tangan pakai sabun sebelum makan a d a l a h 7 4 , 5 % , S e t e l a h B u a n g a i r b e s a r 6 4 , 1 % , s e t e l a h m a k a n s e b e s a r 4 4 , 8 % , s e t e l a h m e m e g a n g h e w a n s e b e s a r 2 2 , 7 % , s e t e l a h menceboki bayi/anak hanya 19,5%, sebelum sholat sebesar 16,8%, sebelum menyiapkan masakan hanya 14,1%, sebelum memberi menyuapi anak 8,6%, sebelum ketoilet 2,5% dan Lainnya sebesar 8,2%. Hal ini menunjukkan masih ada resiko kesehatan yang tinggi terkait kebiasaan mencuci tangan sebelum menyiapkan masakan, sebelum menyuapi anak dan setelah menceboki anak.
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 47
Diagram 3. 37. Tempat Cuci tangan bagi anggota Keluarga
Tempat cuci tangan yang ideal adalah di tempat yang terdapat air mengalir dan sabun. Dari diagram 62 diatas dapat dilihat bahwa persentase terbesar responden mencuci tangan di kamar mandi, di tempat cuci piring,sumur dan didapur. Di ke empat tempat tersebut besar kemungkinan terdapat air mengalir dan sabun.
Tabel 9
Area Berisiko Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Berdasarkan Hasil Studi EHRA Katagori Area Berisiko Cluster Desa/Kel
Kurang Berisiko 4 dan3 Salulemo, Salama, Kapidi, Tolada
Berisiko Sedang 1 Pao dan Kasimbong
Risiko Tinggi 2 Buntu Terpedo, Polejiwa, Bungadidi, Tulung Indah
Risiko Sangat Tinggi 0 Limbong
Pada tabel diatas, menunjukkan bahwa are berisiko PHBS untuk sangat risiko sangat tinggi berada pada cluster 0 (Desa limbong), risiko tinggi berada pada cluster 2 yaitu Desa Buntu terpedo,Polejiwa,bungadidi, tulung indah, dan yang berisiko sedang
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 48 berada pada cluster 1 yaitu Desa Pao dan kasimbong. Sedangkan area kurang berisiko berada pada cluster 4 dan 3 yaitu Desa Salulemo,Salam, Kapidi dan tolada.
3.7 Kejadian Penyakit Diare
Mencuci tangan memakai sabun diwaktu yang tepat dapat mencegah masuknya pathogen penyebab diare. Pencemaran tinja adalah sumber utama dari virus, bakteri dan pathogen penyebab diare. Menurut Wagner & Lanoix, 1958, jalur pencemaran yang diketahui sehingga cemaran dapat sampai kemulut manusia, termasuk balita adalah melalui 4F, yaitu fluids (cairan), fields (tanah), flies (lalat) dan fingers (jari/tangan). Cuci tangan pakai sabun adalah cara pencegahan yang paling efektif dan efisien.
Seperti sudah dibahas pada bagian sebelumnya, waktu-waktu penting cuci tangan pakai sabun yaitu dalam 5 (lima) waktu penting tersebut harus sangat diperhatikan oleh ibu/pengasuh. Berikut akan ditampilkan data studi EHRA mengenai kejadian diare yang dialami.
Diagram 3. 38 Waktu paling dekat anggota keluarga terkena diare
Diagram diatas menunjukkan bahwa 70% responden menjawab bahwa anggota keluarga mereka tidak pernah terkena diare, 8,6% menyatakan terkena diare dalam 6 bulan
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 49 terakhir. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa tidak banyak responden yang mengalami kejadian diare. Untuk responden yang mengalami kejadian diare ini, lebih lanjut akan dilihat anggota keluarga terakhir yang terkena diare. Berikut datanya ditampilkan pada diagram dibawah ini.
Diagram 3. 39 Anggota Keluarga Terakhir Terkena Diare
Diagram diatas menggambarkan bahwa persentase tertinggi yang terkena diare adalah orang perempu an d e was a sebanyak 31,1%, hal ini terkait dengan kebiasaan cuci tangan pakai sabun, setelah menceboki anak, atau setelah memegang peralatan/hewan yang masih rendah. Kemudian anak-anak balita sebesar 25 % dan 19,7% orang dewasa laki-laki yang memang rentan terhadap diare.
3.8 Indeks Risiko Sanitasi
Risiko sanitasi berfokus pada fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat, Fasilitas sanitasi yang dimaksud adalah sumber air minum, Layanan Pembuangan sampah, Jamban, Saluran pembuangan air limbah. Dan perilaku yang dilihat adalah yang terkait dengan higienis dan sanitasi dengan mengacu pada STBM; Buang air besar, cuci tangan pakai sabun, Pengelolaan air minum rumah tangga, pengelolaan sampah dengan 3 R dan Pengelolaan air limbah rumah tangga. Indeks Risiko Sanitasi berikut ini merupakan gambaran kondisi Kabupaten luwu utara.
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 50
Diagram 3.40 Indeks Risiko Sanitasi Kabupaten
Grafik diatas, memberikan gambaran kondisi sanitasi berdasarkan studi EHRA. Sumber air merupakan risiko sanitasi , yang tertinggi berada pada cluster 4, dan risiko terendah berada pada cluster 0. Air limbah domestik merupakan risiko sanitasi, yang tertinggi berada pada cluster 3 dan risiko terendah berada pada cluster 3. Persampahan merupakan risiko sanitasi , yang tertinggi berada pada cluster cluster 3 dan cluster 0. Genangan air yang tertinggi risiko berada pada cluster 3 dan risiko terendah berada pada cluster 0. Perilaku hidup bersih dan sehat risiko tertinggi berada pada cluster 0 dan risiko terendah berada pada cluster 4.
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 51
BAB IV
PENUTUP
Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assesment=EHRA) adalah sebuah survei partisipatif di Kabupaten Luwu utara untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higienitas serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga. Data yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat pengambil kebijakan sampai dengan kelurahan. Data yang dikumpulkan dari studi EHRA akan digunakan Pokja AMPL sebagai salah satu bahan untuk menyusun Buku putih sanitasi, penetapan are berisiko dan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK).
Studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh Kabupaten karena : pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat, data terkait dengan sanitasi dan higiene terbatas dan data sanitasi umumnya tidak bisa dipecah sampai kelurahan/Desa serta data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda. Isu sanitasi juga masih dipandang kurang penting sebagaimana terlihart dalam prioritas usulan melalui musrenbang.
EHRA secara tidak langsung memberi amunisi bagi stakeholders dan masyarakat di desa/kelurahan untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama masyarakat atau stakeholders kelurahan/desa.
Untuk pelaksanaan Studi EHRA kali ini sebagai bahan pembelajaran dan untuk kegiatan selanjutnya perlu dilakukan studi EHRA secara berkala sehingga di ketahui kondisi sanitasi dan perilaku masyarakat dari waktu ke waktu setelah dilakukan intervensi di masyarakat.
Demikianlah Hasil studi EHRa kali ini, mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi pengambil kebijakan dan masyakat pada umumnya
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 52
LAMPIRAN
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 53 Gambar 3.2
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 54 Gambar 3.3
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 55 Gambar 3.4
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 56 Gambar 3.5
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 57 Gambar 3.6
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 58 Gambar 3.7
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 59 Gambar 3.8
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 60
STUDI EHRA PENYUSUNAN BUKU PUTIH SANITASI
PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP)
KABUPATEN LUWU UTARA PROPINSI SULAWESI SELATAN
No No. Induk Wilayah Kecamatan Kel/Desa Kel/Desa Klaster
Penanggung Jawab
Enumerator Supervisor Entry Data Analisis Data dan Laporan
1 7322.05.02 Limbong Limbong 0 inda novitania kasbi,AMKL Muhiddin,SKM.M.Kes, Sri apriallo,SKM, Nyoman Widiari,SKM Harmayanti,SKM, Nyoman Sukerta I.Komang Krisna,SKM.M.kes,Syahruni,SKM.M.Kes, Mustari,S.sos Andarias rani
2 7322.11.14 Baebunta Salulemo 4 martina lapu,SKM
Nurhaspiah,AMKL
3 7322.04.13 Sabbang Buntu Terpedo 2 normayunita S.
Jahati,AMKL
4 7322.04.19 Sabbang Salama 3 aspina.SKp
Surniati,SKM
5 7322.08.04 Malangke Barat Pao 1
sopyan
monggesang,AMKL Marlina,SKM
6 7322.08.12 Malangke Barat Pole Jiwa 2 Titi Amalia Amdkep Sujerati.
7 7322.02.08 Bone-Bone Bungadidi 2 Tati hartati,AMKL
I.Komang Krisna,SKM.M.kes, Iin Fauzia,Ssi,Frianti. Monika Wijaya,SKM,Eni adriani,SKM Tola,SKM
8 7322.06.22 Suka Maju Tulung Indah 2 Muh Suaib,SKM.
evi susanti,SKM
9 7322.10.09 Mappedeceng Kapidi 3 siti wahyuni,AMKL
Enri murahma
10 7322.03.11 Masamba Kasimbong 1 Aspa pabeangang,AMKL
Arnila sari,AMKL
11 7322.01.09 Malangke To Lada 3 Jumriati,AMKL
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 61 Gambar. 3.39
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 62 Gambar 3.41
Gambar 3.42
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 63 Gambar 3.44
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 64 Gambar 3.45
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 65
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
| Laporan Studi EHRA Kab. Luwu Utara 66
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013
Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013