• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semakin tinggi khususnya pengangguran terdidik. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semakin tinggi khususnya pengangguran terdidik. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semakin ketatnya persaingan di dunia global membuat fenomena pengangguran semakin tinggi khususnya pengangguran terdidik. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pengangguran adalah istilah yang digunakan untuk orang yang tidak mempunyai pekerjaan, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan sebuah pekerjaan. Di Provinsi Bali sendiri tercatat jumlah pengangguran terbuka pada Agustus tahun 2013 sebanyak 41.482 jiwa atau sebesar 1,79 persen. Angkatan kerja lulusan Diploma 4 (D4)/S1 universitas yang menganggur hingga Agustus tahun 2013 mencapai 2,64 persen dari jumlah yang didata. Persentase tersebut lebih rendah dibandingkan persentase saat tahun 2012 yaitu sebesar 2,81 persen (BPS Provinsi Bali, 2013). Kondisi tersebut menggambarkan ketenagakerjaan di Bali mengalami perkembangan yang cukup baik, namun hal tersebut tidak serta merta menuntaskan angka pengangguran di Bali pada khususnya. Saat ini sarjana lulusan perguruan tinggi tidak bisa lagi sekedar mengandalkan ijazah untuk mencari pekerjaan, namun juga dituntut untuk memiliki kompetensi dan keterampilan agar dapat mencari lapangan kerja yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Salah satu alternatif mengatasi masalah tersebut adalah dengan menanamkan jiwa wirausaha pada mahasiswa sejak dini.

Kewirausahaan mempunyai peran yang sangat penting terutama dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Melalui berwirausaha, seseorang mampu menemukan inovasi dan gagasan baru dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia (Darwanto, 2011). Pada umumnya masyarakat Indonesia lebih memutuskan untuk menjadi pencari kerja dan bukan menjadi pencipta lapangan kerja. Hal tersebut akibat dari keterbatasan lapangan pekerjaan dan pola pikir masyarakat sebagai pencari kerja bukan sebagai pencipta lapangan

(2)

pekerjaan (Suhendra, 2015). Kondisi yang dihadapi akan semakin diperburuk dengan situasi persaingan global yaitu pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN/MEA (Azwar, 2013). Lulusan perguruan tinggi Indonesia harus siap untuk bersaing secara bebas dengan lulusan dari perguruan tinggi asing. Dampak dari hal tersebut, para sarjana lulusan perguruan tinggi perlu diarahkan dan didukung untuk tidak hanya berorientasi sebagai pencari kerja namun dapat dan siap menjadi pencipta lapangan pekerjaan.

Banyak cara yang sudah dilakukan untuk mengurangi pengangguran dan mendukung lulusan perguruan tinggi untuk membuka lapangan pekerjaan sendiri, yaitu melalui pelatihan, workshop, seminar tentang kewirausahaan, dan program kewirausahaan dari pemerintah. Salah satunya yaitu dengan meluncurkan Program Mahasiswa Wirausaha atau yang biasa disingkat PMW (Dikti, 2015). PMW digagas oleh Direktorat Perguruan Tinggi (Dikti) dan Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) sejak tahun 2009 lalu. Program ini dikembangkan dan dilaksanakan di seluruh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan di beberapa Perguruan Tinggi Swasta (PTS) (Dikti, 2015).

PMW memberikan alokasi dana yang berbeda-beda kepada mahasiswa yang mau mencoba berwirausaha melalui seleksi bussines plan yang diajukan kepada perguruan tinggi (Bramantyo, 2015). PMW diharapkan mampu mendukung visi-misi pemerintah dalam mewujudkan kemandirian bangsa melalui penciptaan lapangan kerja dan pemberdayaan (Dikti, 2015). Salah satu perguruan tinggi di Indonesia yang melaksanakan PMW yaitu Universitas Udayana. Universitas Udayana merupakan universitas yang pertama di Bali yang menjalankan PMW pada tahun 2012. Bertepatan dengan didirikannya Enterpreneurship Development Centre (EDC) sebagai inkubator bisnis di lingkungan kampus Universitas Udayana pada tahun yang sama, menandai dimulainya program pengembangan kewirausahaan bagi masyarakat umum dan mahasiswa yang tertarik dengan dunia kewirausahaan.

(3)

Ketertarikan mahasiswa dalam berwirausaha bisa dilihat dari mahasiswa Universitas Udayana yang mengikuti program-program kewirausahaan ataupun seminar tentang kewirausahaan binaan dari Inkubator Bisnis UNUD. Berdasarkan data pada tahun 2015 sudah ada 103 badan usaha yang terdaftar sebagai anggota Inkubator Bisnis Universitas Udayana dan sebagian dari usaha tersebut didominasi oleh usaha yang didirikan dari keikutsertaan pada PMW sebanyak 70 peserta (Inkubator Bisnis LPPM UNUD, 2015). Pada PMW, mahasiswa yang berhasil lulus dalam tahap seleksi dari universitas diberikan pendampingan dalam melakukan kegiatan kewirausahaannya. PMW sebagai bagian dari strategi pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi, dimaksudkan untuk memfasilitasi para mahasiswa yang mempunyai minat berwirausaha dan memulai usaha dengan basis ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Fasilitas yang diberikan meliputi pendidikan, pelatihan kewirausahaan, magang, penyusunan rencana bisnis, dukungan permodalan, dan pendampingan serta keberlanjutan usaha. Melalui program tersebut diharapkan mahasiswa dapat terdorong untuk berwirausaha (Dikti, 2015).

Ada banyak alasan yang mendorong mahasiswa untuk berwirausaha, selain tren di kalangan mahasiswa, keadaan ekonomi juga mendorong mahasiswa untuk memutar otak agar bisa bertahan hidup berjauhan dari orang tua dan bisa lulus kuliah tanpa membebani orang tua mereka (Amalia, 2012). Melalui wirausaha, mahasiswa bisa mengatur waktu dengan lebih leluasa untuk mejalankan tugasnya sebagai mahasiswa dan juga mendapat tambahan uang saku (Ayudewi, 2015). Berdasarkan hal ini dapat dilihat bahwa mahasiswa yang tertarik pada kewirausahaan disebabkan oleh keinginan untuk memperoleh berbagai imbalan. Imbalan tersebut dapat terdiri dari berbagai hal yaitu laba, kebebasan atau kepuasan dalam menjalani hidup. Imbalan berupa laba merupakan motivasi yang mendominasi sebagian besar wirausahawan (Sunarso, 2010). Penghasilan yang tinggi dari berwirausaha juga memacu semangat untuk berwirausaha, selain itu wirausaha yang

(4)

dijalani mahasiswa bukan tidak mungkin akan menjadi titik awal karier mereka dikemudian hari.

Perkembangan PMW di Universitas Udayana dapat dilihat dari mahasiswa yang mendapatkan dana bantuan PMW. Sebanyak 70 orang dari 81 orang penerima bantuan dana PMW masih aktif terdata dalam kegiatan kewirausahaan, bahkan usaha mereka masih dijalani sampai mereka lulus kuliah. Sebagian mahasiswa bahkan memiki omset puluhan juta perbulan dan prestasi dari lomba ajang kewirausahaan. Contohnya adalah Turiya School yang memenangkan lomba wirausaha muda Denpasar 2014 dan Mahanatta bag struggle yang memenangkan lomba kewirausahaan Wismilak 2015 padahal, belum genap 1 tahun usaha tersebut didirikan. Kisah sukses ini tidak serta merta menunjukkan bahwa semua wirausaha yang mengikuti PMW bisa meraih kesuksesan. Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak Inkubator Bisnis UNUD, terdapat beberapa mahasiswa yang tidak lagi melanjutkan kegiatan kewirausahanya karena bangkrut dan bahkan ada yang menghilang sampai saat ini sehingga tidak bisa dihubungi lagi oleh pihak Inkubator Bisnis.

Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa menjalani wirausaha bukan berarti tidak luput dari kendala yang harus dihadapi. Kendala dalam berwirausaha menurut Amalia (2013) berupa kendala internal dan eksternal yang harus dihadapi mahasiswa. Kendala lainnya yang dihadapi adalah ketakutan untuk bangkrut atau gagal dalam berwirausaha, sehingga secara tidak langsung akan menghalangi kesuksesan seseorang dalam berwirausaha (Amalia, 2013). Peneliti memperoleh kenyataan di lapangan bahwa beberapa mahasiswa ada yang belum melunasi dana PMW yang didapatkannya atau berhenti di tengah jalan karena karena faktor kendala yang dihadapi. Kendala ini berupa tidak kembalinya modal yang digunakan atau bangkrut, manajemen yang kurang baik, mental yang belum siap, kurang pengalaman, tidak punya kemampuan, tidak mendapat pelanggan, tidak sanggup melanjutkan usaha, tidak bisa membagi waktu, dan faktor

(5)

lainnya yang belum diketahui. Kendala yang sama yang dihadapi mahasiswa yaitu memperoleh akses permodalan. Pada studi pendahuluan, beberapa mahasiswa menyatakan bahwa kendala yang dihadapi mempengaruhi motivasi mereka dalam berwirausaha, bahkan ada beberapa mahasiswa yang berpikir untuk berhenti berwirausaha karena kendala yang dihadapi. Fakta tersebut menunjukkan bukti bahwa beberapa mahasiswa tidak mudah dalam menjalani kewirausahaan, walaupun sudah disediakan fasilitas serta pelatihan kewirausahaan oleh universitas.

Disisi lain, adanya wirausaha yang berprestasi menunjukkan bahwa ada perbedaan yang membuat beberapa dari mereka bisa memperoleh prestasi dan keberhasilan dalam berwirausaha. Perbedaan tersebut terletak pada motivasi berwirausaha antar mahasiswa yang berwirausaha. Menurut Ie dan Visantia (2013) keberhasilan suatu usaha dipengaruhi oleh beberapa variabel salah satunya adalah motivasi. Mempunyai motivasi tinggi merupakan salah satu hal yang dibutuhkan dalam mendukung mahasiswa untuk berwirausaha dan menghadapi kendala yang ada. Motivasi berwirausaha yang tinggi juga akan mampu mengatasi kendala yang dihadapi dan akan menciptakan jalan keluar dari kendala tersebut (Koranti, 2013).

Motivasi terjadi apabila seseorang mempunyai keinginan dan kemauan melakukan sesuatu kegiatan atau tindakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu (Suryana, 2006). Kegiatan yang dimaksud di penelitian ini adalah kewirausahaan oleh mahasiswa. Memiliki pengetahuan saja tidaklah cukup sebagai seorang wirausaha. Seorang wirausaha haruslah memiliki sikap, motivasi dan komitmen terhadap pekerjaan yang dihadapinya (Suryana, 2006). Individu yang memiliki motivasi dalam berwirausaha memiliki aspek motivasi diri, percaya diri, berpikir positif, memiliki komitmen dan sabar. Hal ini diperlukan terutama untuk menghadapi lapangan pekerjaan yang semakin sempit. Lapangan pekerjaan yang semakin sempit seharusnya bisa memotivasi mahasiswa untuk menciptakan lapangan

(6)

pekerjaan sendiri (Satria, 2012). Motivasi merupakan proses membangkitkan, mengarahkan dan memantapkan perilaku arah suatu tujuan (Alma, 2011). Hamzah (2011) menjelaskan bahwa motivasi terjadi apabila seseorang mempunyai keinginan dan kemauan untuk melakukan suatu kegiatan atau tindakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Suryana (2006) menjelaskan bahwa tujuan dalam berwirausaha didasari guna untuk mencapai kepuasan diri dan kesuksesan. Peran motivasi dalam berwirausaha, terutama motivasi untuk berhasil menjadi sangat penting, sebab di dalam motivasi terdapat sejumlah motif yang akan menjadi pendorong tercapainya keberhasilan atau kesuksesan.

Banyak faktor yang dapat memunculkan motivasi pada diri seseorang. Salah satu faktor yang memunculkan motivasi dikenal dengan istilah Adversity Quotient atau yang biasa disingkat AQ (Stolz, 2000). Wardiana, Wiarta, dan Zulaikha (2014) menyatakan AQ merupakan salah satu kecerdasan yang dimiliki sesorang dalam mengatasi kesulitan dan merupakan sikap yang menunjukkan kemampuan orang untuk bisa mengatasi segala kesulitan serta hambatan saat seseorang mengalami kegagalan. AQ mampu memprediksi seseorang atau individu pada tampilan motivasi, pemberdayaan, kreativitas, produktivitas, pembelajaran, energi, harapan, kegembiraan, vitalitas dan kesenangan, kesehatan mental, kesehatan jasmani, daya tahan, fleksibilitas, perbaikan sikap, daya hidup dan respon terhadap perubahan (Romli, 2013). Lebih lanjut Nugraha (2011) dalam penelitiannya memaparkan bahwa AQ dapat memotivasi seseorang untuk lebih berani dalam mengambil suatu keputusan, lebih berani dalam mengambil resiko, bertindak cepat dan benar, serta mendorong subjek tidak lari dari masalah yang dihadapi.

Seseorang yang memiliki AQ yang tinggi maka ia akan mengerahkan segala potensi yang dimiliki untuk dapat memberikan yang terbaik (Fahmi, 2008). Hari Lasmono (dalam Sunarya, Sudaryono, & Saefullah, 2011) mengungkapkan bahwa dalam bisnis ataupun karier tidak cukup hanya mengandalkan IQ dan EQ saja namun diperlukan AQ. Hal

(7)

tersebut didukung dengan pernyataan Daniel Goleman (dalam Sunarya, Sudaryono, & Saefullah, 2011) yang menyatakan bahwa banyak ditemukan wirausaha dengan IQ yang tinggi tetapi tidak dapat mewujudkan potensinya.

Pada ilmu psikologi selain IQ dan EQ, terdapat konsep yang dipakai untuk mendasari kesuksesan yaitu efikasi diri yang dikemukakan oleh Albert Bandura (Stolz, 2000). Stoltz (2000) telah menggunakan penelitian dari Albert Bandura tentang efikasi diri sebagai salah satu dasar ilmu pembentuk AQ dan menunjukkan serta membandingkan bahwa orang-orang yang memiliki AQ mungkin lebih baik dalam mencapai kesuksesan mereka daripada orang yang tidak memiliki AQ. AQ menjelaskan sejauhmana seseorang menahan kesulitan dan kemampuannya untuk mengatasi masalah (Bantang, Bianes, Caguingin, Estrella, & Macanlalay, 2013). Individu yang memiliki AQ yang tinggi maka intensi berwirausahanya akan tinggi, sehingga individu akan memiliki kemungkinan lebih besar dalam menghadapi rintangan yang tinggi (Kurniawan, 2011).

Seseorang yang memiliki AQ yang tinggi dapat menjadi lebih kreatif, mandiri, optimis, berani mengambil resiko, bertanggung jawab dan dapat bekerja keras. Hal-hal tersebut merupakan karakteristik seorang wirausaha yang sukses (Shohib, 2013). Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian dari Zahreni dan Pane (2012) yaitu ketika individu yang memiliki AQ yang tinggi maka akan lebih mudah menjalani profesi sebagai seorang wirausahawan, karena memiliki kemampuan untuk mengubah hambatan menjadi peluang. Individu tersebut akan mampu menangkap peluang usaha yang ada karena memiliki kemampuan untuk menanggung resiko, orientasi pada peluang, kreativitas, kemandirian dan pengerahan sumber daya. Berdasarkan hasil penelitiannya, Zahreni & Malini (2014) mengemukakan bahwa keberhasilan dalam mengelola usaha akan memberikan kepuasan tersendiri kepada seorang wirausaha yang diperoleh dari adanya AQ dalam berwirausaha. Pernyataan lain yang mendukung yaitu muncul dari penelitian Tian

(8)

dan Fan (2014) yang memaparkan bahwa AQ memainkan peranan penting dalam kehidupan dan karir individu. Secara alami manusia adalah makhluk yang tangguh, mereka memiliki potensi yang besar untuk bangkit dari kemunduran yang mungkin terjadi dan mampu untuk mulai dari awal lagi. Terkait dengan hal tersebut sesuai pemaparan dari Fahmi (2008) bahwa orang-orang yang memiliki AQ merupakan orang-orang yang memiliki motivasi tinggi pada dirinya. Maka dari itu, perlunya AQ dalam diri mahasiswa untuk memunculkan motivasi mereka dalam berwirausaha sehingga bisa mengubah kendala menjadi peluang untuk meraih kesuksesan.

Berdasarkan pemaparan yang telah dipaparkan terkait AQ dan motivasi berwirausaha serta dengan studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan, membuat peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh dan memutuskan membuat penelitian dengan judul, hubungan AQ dengan motivasi berwirausaha pada mahasiswa Universitas Udayana yang mengikuti PMW.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang peneliti jelaskan, dapat diketahui rumusan dalam penelitian ini yaitu apakah ada hubungan AQ dengan motivasi berwirausaha pada mahasiswa Universitas Udayana yang mengikuti PMW.

C. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang hubungan antara AQ dengan motivasi berwirausaha belum pernah diteliti di Provinsi Bali. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang difokuskan pada pencarian hubungan antara AQ dengan motivasi berwirausaha pada mahasiswa Universitas Udayana yang mengikuti PMW. Berdasarkan penelusuran peneliti terhadap judul penelitian lain yang terkait tentang hubungan antara AQ dengan motivasi berwirausaha, ditemukan setidaknya 5 penelitian yang hampir mendekati penelitian ini.

(9)

Penelitian pertama berasal dari Dianita (2010) yang berjudul Hubungan Adversity Intelligence (AQ) dengan Motivasi Berwirausaha pada Mahasiswa. Dianita menggunakan Sampel Universitas Muhammadiyah Surakarta sebanyak 73 sedangkan peneliti mengunakan 70 orang mahasiswa Universitas Udayana yang mengikuti PMW. Metode analisis menggunakan korelasi Pearson Product Moment, sedangkan peneliti mengunakan Regresi linier sederhana. Hasil pada jurnal penelitian ini menyatakan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara AQ dengan motivasi berwirausaha. Dengan demikian variabel AQ dapat dijadikan sebagai salah satu determinan untuk mengukur tinggi rendahnya motivasi berwirausaha.

Penelitian kedua berasal dari Nursistia (2010) yang berjudul Hubungan antara Adversity Quotient dengan Intensi Berwirausaha pada Mahasiswa. Tujuan penelitian dari Nursistia adalah untuk mengetahui hubungan antara AQ dengan intensi berwirausaha pada mahasiswa sedangkan peneliti ingin mengetahui hubungan AQ terhadap motivasi berwirausaha pada mahasiswa Universitas Udayana yang mengikuti PMW. Sampel dalam jurnal penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang yang berjumlah 100 orang, sedangkan peneliti mengunakan 70 orang mahasiswa Universitas Udayana yang mengikuti PMW. Teknik sampling dalam jurnal ini menggunakan purposive sampling sedangkan peneliti menggunakan sampling jenuh. Instrumen penelitian yang digunakan adalah skala AQ dan skala intensi berwirausaha, sedangkan peneliti mengunakan skala AQ dan motivasi berwirausaha. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment, sedangkan peneliti mengunakan regresi linier sederhana. Hasil dari jurnal penelitian ini adalah bahwa ada hubungan positif dan sangat signifikan antara AQ dengan intensi berwirausaha pada mahasiswa.

Penelitian ketiga berasal dari Putra (2009) yang berjudul Hubungan Adversity Quotient dengan Intensi Berwirausaha pada mahasiswa Universitas Andalas. Responden

(10)

pada jurnal penelitian ini menggunakan mahasiswa Universitas Andalas Padang sedangkan peneliti menggunakan mahasiswa Universitas Udayana yang mengikuti PMW. Sampling menggunakan random sampling sedangkan peneliti menggunakan sampling jenuh. Selanjutnya analisis pada jurnal penelitian ini menggunakan korelasi Pearson Product Moment sedangkan peneliti menggunakan analisis Regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif dan signifikan antara AQ terhadap intensi berwirausaha mahasiswa Universitas Andalas.

Penelitian keempat berasal dari Siti dan Pane (2012) dengan judul Pengaruh Adversity Quotient terhadap Intensi Berwirausaha. Jurnal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh AQ terhadap intensi berwirausaha mahasiswa, sedangkan peneliti ingin mengetahui hubungan AQ terhadap motivasi berwirausaha pada mahasiswa. Pada jurnal ini melibatkan 80 orang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sedangkan peneliti menggunakan 70 orang mahasiswa Universitas Udayana yang mengikuti PMW. Teknik pengambilan sampel menggunakan convinience sampling sedangkan peneliti menggunakan sampling jenuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa AQ memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa.

Penelitian kelima yaitu berasal dari Shohib (2013) yang berjudul Hubungan Adversity Quotient dengan Minat Entrepreneurship. Tujuan penelitian pada jurnal ini adalah untuk mengetahui hubungan AQ dengan minat entrepreneurship pada siswa SMA, sedangkan peneliti ingin mengetahui hubungan AQ dengan motivasi berwirausaha pada mahasiswa Universitas Udayana yang mengikuti PMW. Sampling menggunakan metode accidental sampling sedangkan peneliti menggunakan sampling jenuh. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan antara AQ dengan minat entrepreneurship.

Dapat disimpulkan bahwa belum ditemukan penelitian serupa dengan judul penelitian yang akan diteliti sehingga peneliti menjamin keunikan dari penelitian ini.

(11)

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara AQ dengan motivasi berwirausaha pada mahasiswa Universitas Udayana yang mengikuti PMW.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu manfaat praktis dan manfaat teoritis yang dijabarkan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

a. Peneliti mengharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam bidang ilmu Psikologi khususnya Psikologi Industri dan Organisasi serta Psikologi Sosial terkait dengan motivasi berwirausaha dan AQ, karena teori AQ merupakan teori baru dalam kajian bidang pendidikan psikologi.

b. Penelitian ini nantinya dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik melakukan penelitian terkait dengan AQ dan motivasi berwirausaha. 2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini berguna bagi beberapa pihak dan dapat dilihat dari berbagai sisi, antara lain:

a. Manfaat bagi Peneliti

Penelitian ini mempunyai manfaat untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam terkait dengan hubungan AQ dengan motivasi berwirausaha pada mahasiswa Universitas Udayana.

b. Manfaat Lainnya

Bagi mahasiswa, dengan mengetahui lebih lanjut tentang hubungan antara AQ dengan motivasi dalam berwirausaha, diharapkan para mahasiswa yang menjalankan kewirausahaan dapat memahami sejauh mana AQ dapat

(12)

memberikan motivasi dalam berwirausaha. Penelitian ini menjadi acuan mahasiswa untuk menjalankan kegiatan berwirausaha. Hasil penelitian ini dapat memberikan edukasi bagi para mahasiswa yang melakukan kegiatan kewirausahaan dan masyarakat umum terkait AQ dan motivasi berwirausaha.

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak

Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dalam

Zachman framework adalah framework Arsitektur enterprise yang menyediakan cara untuk memandang dan mendefinisikan sebuah enterprise secara formal dan terstruktur

Laju perkolasi sangat bergantung pada sifat- sifat tanah. Dari hasil penyelidikan tanah pertanian dan penyelidikan kelulusan, besarnya laju perkolasi serta tingkat

Saraf ini diyakini dapat menerima rangsangan nyeri dan mentransmisikan melalui ujung dorsal dan substansia gelatinosa ke talamus, yang akhirnya akan dihantarkan pada daerah yang

Pada penelitian ini secara rata-rata burner pertama adalah yang paling efisien dibanding burner yang lainnya dalam hal penggunaan konsumsi LPG.Pada penelitian ini suhu rata-rata