• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN PIPA PARALON DALAM PEMBUATAN ALAT MUSIK TAGANING PADA SANGGAR MUSIK ARITONANG DI JL. JARING UDANG 1 KECAMATAN MEDAN LABUHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN PIPA PARALON DALAM PEMBUATAN ALAT MUSIK TAGANING PADA SANGGAR MUSIK ARITONANG DI JL. JARING UDANG 1 KECAMATAN MEDAN LABUHAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN PIPA PARALON DALAM PEMBUATAN

ALAT MUSIK TAGANING PADA SANGGAR MUSIK

ARITONANG DI JL. JARING UDANG 1 KECAMATAN

MEDAN LABUHAN

Tuison Siregar

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan data-data kualitatif. Data–data dikumpulkan melalui studi kepustakaan, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Objek dalam penelitian ini adalah Sanggar Musik Aritonang di Jl. Jaring Udang 1 Kecamatan Medan Labuhan. Setelah analisis dilakukan, ditemukan hasil bahwa pemanfaatan pipa paralon dalam pembuatan alat musik taganing pada Sanggar Musik Aritonang di Jl. Jaring Udang 1 Kecamatan Medan Labuhan telah berhasil dimanfaatkan, hal ini dapat dilihat dari apresiasi masyarakat yang sangat mendukung berdirinya sanggar ini, yaitu dalam hal pembuatan alat musik taganing dari pipaparalon. Susra atau bunyi yang dihasilkan alat musik taganing yang terbuat dari pipa paralon memiliki suara yang sama dengan alat musik taganing yang terbuat dari kayu.

Kata Kunci : Alat Musik, Pipa Paralon, Taganing.

PENDAHULUAN

Barang-barang bekas atau barang-barang yang tidak dapat dipergunakan lagi pastinya akan dibuang dan akan menjadi sampah yang tidak berguna lagi. seperti pipa paralon sisa bangunan yang tidak dipergunakan. Jika kita memiliki kreativitas yang baik, sisa bangunan pipa paralon dapat kita gunakan menjadi sebuah karya seni yang memiliki nilai seni tinggi. Pipa paralon mempunyai banyak kegunaan, yaitu sebagai bahan pengganti pembuatan

alat musik taganing. Bahan dasar pembuatan taganing adalah kayu nangka bulat yang memiliki diameter kurang lebih 30 cm yang dibentuk menjadi alat musik sampai menghasilkan bunyi yang bagus.

Sanggar Musik Aritonang adalah sebuah sanggar yang menggunakan alat musik taganing yang terbuat dari pipa paralon. Alat musik taganing yang digunakan adalah merupakan hasil pembuatan sanggar musik Aritonang sendiri, selain membuat alat musik taganing dari pipa paralon, sanggar musik Aritonang juga membuat jenis alat musik lainnya yaitu, jenis alat musik tiup seruling (sulim), jenis alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik yaitu alat musik kecapi (hasapi). Sanggar Musik Aritonang dapat membuat tiga jenis alat musik yaitu, perkusi (taganing), tiup (sulim), alat musik petik (hasapi). Dalam permainan musik Aritonang, sanggar ini menggabungkan ketiga jenis alat musik yang dibuat yaitu taganing, sulim, dan hasapi yang sering disebut dengan gondang hasapi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:873) dikatakan bahwa : “Manfaat adalah guna, faedah. Pemanfaatan adalah proses, cara,

perbuatan memanfaatkan.”

Pemanfaatan yaitu suatu proses atau cara dalam menggunakan sesuatu hal atau benda. Secara umum bunyi adalah hasil getaran dari suatu benda yang dipukul, getaran dari benda yang

(2)

dipukul tersebut akan menimbulkan bunyi. Bunyi-bunyian berirama bisa diolah dari apa saja. Bahkan dari perkakas rumah tangga seperti tong sampah, pipa paralon, drum minyak tanah, hingga gergaji gerinda. Pukulan benda-benda tersebut ternyata bisa apik ketika dikolaborasikan dengan taganing, gitar elektrik, bas, cymbal drum, dan saxophone. Pipa paralon adalah pipa yang terbuat dari plastik dan memiliki sifat yang tahan lama dan tidak gampang dirusak. Pipa Paralon juga tidak berkarat atau membusuk. Oleh karena itu, Pipa paralon ini paling sering digunakan dalam sistem irigasi/perairan dan pelindung kabel.

Menurut Pusat Pembinaan Bahasa (2005:14) : “Pembuatan adalah proses, pembuatan, cara membuat”. Dengan demikian dapat diartikan bahwa pembuatan merupakan proses produksi untuk menghasilkan sebuah benda atau peralatan yang dibutuhkan oleh manusia. Secara umum pembuatan dimulai pemilihan bahan mentah, melengkapi alat yang dibutuhkan, kemudian mengolah bahan mentah tersebut tahap demi tahap hingga selesai dan bisa dipergunakan.

Dengan demikian dalam menciptakan atau menjadikan sesuatu menjadi barang yang bisa dipergunakan membutuhkan keahlian tersendiri sesuai dengan “apa yang di buat atau diproduksi”. Demikian pula pada pembahasan ini dalam proses pembuatan Taganing, setidaknya seseorang yang bisa membuat Taganing dia pasti bisa memainkan alat musik yang di buatnya walaupun dengan kemampuan sekedar cukup dan dia mampu mengenal karakteristik alat musik itu, juga ia harus memiliki kemahiran sehingga yang

dikerjakannya membuahkan hasil yang maksimal.

Alat musik merupakan suatu

instrumen yang dibuat atau dimodifikasi untuk tujuan menghasilkan musik.

Dari aspek sumber bunyi Soerharto (2001:55) mengatakan :

“Menurut sumber bunyi atau segi akustiknya ada beberapa golongan seperti, (1) Ideofon yaitu alat musik yang sumber bunyinya dari badan atau alat musiknya, (2) Kordofon yaitu alat musik yang sumber bunyinya dari dawai atau senar, (3) Membrafon yaitu alat musik yang sumber bunyinya dari lembaran kulit, (4) Aerofon yaitu alat musik yang sumber bunyinya dari udara, (5) Elektrofon yaitu alat musik yang sumber bunyinya dari tenaga listrik.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa alat-alat musik dari aspek sumber bunyi dapat dibagi atas 5 kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari berbagai alat musik. Pengetahuan mengenai alat-alat musik dari aspek ini merupakan hal yang sangat penting dalam upaya mengenal dan memahami ragam alat musik yang ada.

Alat musik ini lebih terfokus pada jenis alat musi perkusi (alat musik yang dimainkan dengan cara memukul). Dalam sebuah komposisi musik, alat musik perkusi berperan memainkam ragam pola irama atau pola ritme sehingga sebuah komposisi terdengar lebih indah dan menarik. Sebab ritme merupakan elemen yang paling mendasar dalam sebuah komposisi musik.

Taganing merupakan alat

musik pukul yang dimiliki masyarakat Batak Toba yang terbuat dari kayu bulat. Tepatnya di pulau Samosir, biasanya kita menemukan taganing di

(3)

kedai tuak (Lapo) yang biasa memainkan berbagai lagu uning-uningan. Namun pada saat ini di kota Medan (Belawan) bahkan di daerah-daerah lainnya yang ditempati masyarakat batak toba, penggunaan taganing dapat kita jumpai pada berbagai acara, seperti pernikahan, upacara kematian, acara syukuran ataupun berbagai acara resmi lainnya.

Taganing seperti halnya memainkan instrument drum, jimbe, dan alat musik pukul lainnya. Pada awalnya Taganing merupakan instrument yang digunakan untuk memanggil roh para leluhur yang dimainkan secara bersamaan dengan Sarune Bolon dalam acara Gondang Saborngin. Akan tetapi lama kelamaan dengan perkembangannya zaman alat musik taganing telah memiliki peranaan penting dalam ansambel musik batak toba. Hal ini dapat kita lihat di setiap acara adat Batak Toba menggunakan alat musik Taganing.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:55) “Proses dapat diartikan urutan perubahan dalam perkembangan sesuatu atau rangkaian pengadaan yang menghasilkan produk”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh untuk menghasilkan sesuatu mulai dari bahan mentah menjadi barang jadi. Dari keterangan tersebut peneliti ingin mencari tau bagaimana proses pembuatan taganing yang terbuat dari Pipa Paralon Pada Sanggar Musik Aritonang Di Belawan Medan.

Penelitian ini berfokus pada pemanfaatan pipa paralon dalam pembuatan alat musik Taganing pada Sanggar Musik Aritonang di Belawan Medan, maka dalam kaitannya dalam pendapat tersebut, dengan

menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.

Metode ini sejalan dengan pendapat Maryaeni (2005:60) yang mengatakan bahwa :

“Data penelitian kualitatif biasa berupa tulisan, rekaman ujaran secara lisan, gambar, angka, pertunjukkan kesenian, relief-relief, dan berbagai bentuk data yang biasa ditransposisikan sebagai teks, dan data tersebut biasa bersumber dari hasil survey, observasi, wawancara, dokumen, hasil evaluasi, dan sebagainya”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat dikatakan bahwa yang dimaksud metode penelitian adalah metode yang bertujuan untuk menggambarkan sesuatu dan melihat bagaimana fakta yang ada di dalam suatu komunitas. Metode penelitian ini akan mencari gambaran dari objek penelitian dengan pendekatan kualitatif yang harus berlandaskan kokoh sehingga akan diketahui keadaan dari objek penelitian, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif.

Pada Penelitian Pemanfaatan Pipa Paralon Dalam Pembuatan Alat Musik Taganing Pada Sanggar Musik Aritonang Di Belawan Medan, peneliti mengambil lokasi penelitian di Sanggar Musik Aritonang Di Belawan Medan. Waktu penelitian berlangsung pada bulan Juni sampai Agustus 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan objek yang dibatasi dan dapat dijadikan sumber data dalam penelitian. Berkaitan dengan penelitian ini, yang dijadikan sebagai populasi adalah keseluruhan anggota kelompok musik Aritonang. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 5 orang, yaitu pemimpin sanggar musik aritonang, pemain taganing,

(4)

pemain seruling, pemain keyboard dan pemain kecapi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Budaya

Acara adat pernikahan pada Batak Toba merupakan salah satu acara resmi dan besar. Martonggo Raja atau Maria Raja adalah suatu kegiatan pra pesta / acara yang mutlak diselenggarakan pesta / acara yang bertujuan untuk :

a. Mempersiapkan kepentingan pesta / acara yang bersifat teknis dan non teknis.

b. Pemberitahuan pada masyarakat bahwa pada waktu yang telah ditentukan ada pesta / acara dalam waktu yang bersamaan. c. Memohon izin pada masyarakat

sekitar terutama Dongan Sahuta (teman satu kampung) atau pengunaan fasilitas umum pada pesta yang telah direncanakan.

Setelah acara Martonggo Raja atau Maria Raja dilakukan acara selanjutnya adalah Pasu - pasu Parbagason (Pemberkatan Pernikahan). Menurut adat Batak pemberkatan pernikahan bertujuan untuk pengesahan pernikahan kedua mempelai menurut tata cara Gereja (pemberkatan pernikahan oleh pejabat Gereja). Setelah pemberkatan pernikahan selesai, maka kedua mempelai sudah sah sebagai suami - istri menurut Gereja.

Pada saat acara pemberkatan berlangsung, acara tersebut diiringi dengan musik gereja yang telah ditentukan oleh pejabat gereja. Jenis music yang dimainkan adalah tergantung pada permintaan pihak Suhut (orang tua mempelai). Setelah selesai seluruh acara Pamasu - masuon,

kedua belah pihak yang turut serta dalam acara Pamasu – masuon maupun yang tidak pergi menuju tempat kediaman ortang tua / kerabat orang tua wanita untuk mengadakan Pesta Ujuk. Pesta Ujuk oleh kerabat pria disebut pesta Mangalap Parumaen (menjemput mempelai wanita) dan pada saat penjemputan dapat juga diiringi dengan musik yang disesuaikan permintaan pihak Suhut. Setelah acara penjemputan selesai, acara selanjutnya

adala acara pesta Ujuk

(berlangsungnya acara adat). Pada saat acara adat berlangsung terdapat acara Mangulosi (pemberian Ulos) yang diiringi dengan musik. Musik yang dimainkan adalah sesuai dengan permintaan orang yang memberikan Ulos tersebut.

Acara adat kematian merupakan salah satu acara adat besar. Jenis kematian pada masyarakat Batak Toba

seperti Martilaha (anak yang belum

menikah meninggalm dunia), Mate Mangkar (yang meninggal suami atau isteri, tetapi belum berketurunan), Matipul Ulu (suami atau isteri meninggal dunia dengan anak yang masih kecil - kecil), Matompas Tataring (isteri meninggal lebih dulu juga meninggalkan anak yang masih kecil), Sari Matua adalah seseorang yang meninggal dunia suami atau isteri yang sudah bercucu baik dari anak laki - laki atau putrid, atau keduanya, tetapi masih ada diantara anak – anaknya yang belum menikah (Hot Ripe). Saur Matua adalah seseorang suami atau isteri meninggal dunia sudah memiliki cucu baik dari anak laki – laki atau putrid dan semua anaknya sudah menikah (Hot Ripe). Mauli Bulung adalah seseorang yang Beranak Pinak, Cucu, Cicit, mungkin hingga ke Buyut.

(5)

Tradisi Batak Toba tidak semua acara kematian dapat diiringi dengan music. Jenis kematian yang dapat diiringi adalah Sari Matua, Saur Matua, dan Mauli Bulung. Alasannya adalah karena menurut adat Batak Toba seseorang yang meninggal Martilaha, Mate Mangkar, Matipul Ulu, Matompas Tataring merupakan jenis kematian yang sangat menyedihkan dan kematian yang tidak diinginkan, artinya pihak yang ditinggalkan sangat tidak terima dengan kejadian tersebut, dan dengan demikian yangb dating adalah kesedihan yang sangat menyakitkan. Berbeda dengan kematian pada Sari Matua, Saur Matua dan Mauli Bulung yang sudah layak dibuat acara yang mmeriah dan membuat acara adatnya semeriah mungkin dengan membuat musik untuk mengiringi acara tersebut dan mengundang seluruh kerabatnya untuk menghadiri acara tersebut.

B. Pemanfaatan Pipa paralon Dalam Pembuatan Alat Musik Taganing Pada Sanggar Musik Aritonang Di Jl. Jaring Udang 1 Kecamatan Medan Labuhan.

Sanggar musik Aritonang adalah merupakan sanggar musik yang memanfaatkan pipa paralon sebagai bahan dasar dalam pembuatan alat musik taganing Batak Toba. Pada tanggal 21 Maret 1995 sanggar musik Aritonang berdiri di Sidingkalang Kabupaten Dairi yang dipimpin oleh Drs. A. Aritonang. Pada awalnya sanggar ini hanya menyewakan alat soundsystem dan juga disertai Keyboard Tunggal, dan kemudian mengkolaburasikannya dengan alat-alat musik tradisional Batak Toba, yaitu taganing, sulim, hasapi, sarune, garantung, dan lain sebagainya.

Pada tanggal 10 April 2004 sanggar musik Aritonang pindah ke

Belawan Medan dan tinggal di jalan Jaring Udang 1 Belawan Medan. Bapak Aritonang menjelaskan alasan pinah ke Medan yaitu untuk meningkatkan karir dibidang musik, beliau mengatakan bahwa pemain musik yang berada disidingkalan kurang mengalami perkembangan dan penghasilan pemain musik yang kurang memuaskan.

Pada tanggal 2 Februari 2005 Sanggar Musik Aritonang menciptakan sebuah alat musik yang sangat unik, dimana bahan dasar alat musik tersebut terbuat dari barang bekas sisa bangunan yang tidak dapat digunakan lagi. Barang bekas tersebut adalah merupakan sisa bangunan yang tidak dapat digunakan yang dibuang ketempat sampah yaitu pipa paralon.

Pada saat sanggar musik Aritonang ingin bermain musik, sanggar ini sangat kewalahan untuk memenuhi alat-alat musik yang diinginkan konsumennya (pemesan musik), terutama pemenuhan alat musik taganing, hal ini disebabkan oleh karena sanggar musik aritonang tidak memiliki alat musik taganing sendiri. Pada saat Aritonang Musik ada job bermain musik sanggar ini menyewa alat musik taganing. Pengakuan bapak Aritonang alat musik taganing sangat susah untuk didapatkan, sangat jarang dijumpai tempat penyewaan alat musik taganing.

Dari masalah yang dialami, sehingga timbullah sebuah inspirasi / ide atau pemikiran pemimpin sanggar musik aritonang untuk membuat pipa paralon sebagai bahan dasar alat musik taganing. Bapak Drs. A. Aritonang berpendapat bahwa, bahan untuk membuat alat musik taganing tidak hanya dari kayu saja, bahan apapun dapat digunakan asalkan bahannya

(6)

memiliki ruang yang cukup dan sesuai dengan jumlah volume ruang yang dibutuhkan. Beliau juga mengatakan bahwa bagus tidaknya suara yang dihasilkan taganing adalah tergantung pada diameter dan volume yang dimiliki oleh ruang tersebut, makin besar diameter ruang maka, bunyi yang dihasilkan akan semakin besar atau semakin kuat.

Alat musik perkusi ini terdiri dari 5 buah taganing dan 1 buah gordang. Gordang merupakan taganing yang memiliki ukuran paling besar dibandingkan dengan taganing lainnya. Taganing yang lebih kecil dari Gordang dinamai Odap,taganing yang lebih kecil dari Odap dinamai Paidua ni Odap, dan taganing yang berada tepat disamping Paidua ni Odap dinamai dengan

taganing Sipaitonga (taganing yang

berada ditengah), tepat disamping taganing Sipaitonga dinamai Paiduani Ting-ting, dan taganing yang paling kecil dinamai taganing Ting-ting.

C. Proses Pembuatan Alat Musik Taganing Dari Bahan Pipa Paralon

Taganing merupakan alat musik tradisional Batak Toba yang digolongkan kedalam jenis alat musik perkusi yang dimainkan dengan cara dipukul. Pada umumnya alat musik taganing terbuat dari bahan dasar kayu bulat sebagai badan taganing yang memiliki diameter kira-kira 30 cm yang dipahat dan dibentuk. Pada tulisan ini peneliti melakuka sebuah penelitian kepada sanggar Musik Aritonang sebagai pembuat alat musik taganing dari pipa paralon. Sanggar Aritonang membuat bahan dasar badan taganing dari pipa paralon.

1. Pemilihan Pipa Paralon

Pembuatan alat musik taganing dari bahan dasar pipa paralon harus

memerlukan ketelitian dalam hal memilih pipa paralon. Bapak Aritonang mengatakan jika kita tidak teliti dalam pemilihan pipa paralon yang akan digunakan suara yang dihasilkan kuang bagus, itu disebabkan karena pipa paralon yang digunakan tidak lurus atau mungkin pipa tersebut lonjong atau tidak bulat.

Bahan dasar taganing dari pipa paralon sangat mudah didapatkan, berbeda dengan taganing yang terbuat dari kayu. Pengrajin atau pembuat taganing dari kayu akan merasa susah dalam mendapatkan jenis kayu yang bisa digunakan.

2. Pengukuran pipa paralon

Setelah menemukan pipa paralon yang akan dibuat, maka tahap selanjutnya adalah melakukan pengukuran pada pipa paralon. Gordang mempunyai ukuran sekitar 60 cm dan besar ukuran pipa paralon yang digunakan sekitar 8 inci. Odap Paiduani Odap, Sipaitonga, Paiduani Ting – ting, dan Taganing Ting – ting memiliki ukuran sekitar 50 cm dan digunakan ukuran pipa paralon yang 6 inchi.

3. Pembuatan Lobang Pada Badan Pipa Paralon

setelah tahap pemotongan dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah pembuatan lobang pada badan pipa. Badan pipa yang dibuat lobabg berfungsi sebagai tempat sanggahan Span, yang berfungsi untuk menyetel tinggi rendahnya suara/ bunyi

taganing. Pembuatan lobang dilakukan dengan menggunakan alat boor manual. Jarak anatara bagian atas taganing dengan bagian bawah taganing yang dilobangi tergantung pada ukuran Span yang digunakan.

(7)

4. Huling-huling (kulit)

Huling-huling merupakan kulit yang digunakan untuk membran taganing sebagai penghasil suara. Kulit yang biasa digunakan untuk membran taganing adalah kulit lembu. Kulit sangat berpengaruh terhadap suara taganing. Biasanya kulit ini didapatkan dari pesta atau dari rumah potong. Proses pengolahan kulit ini mempunyai tahap-tahap yaitu:

Proses pengeringan kulit dilakukan dengan melengketkan kulit ke dinding rumah dengan cara memaku pinggiran kulit. Proses ini dilakukan agar nantinya kulit tidak bau dan tidak berkerut. Proses pengeringan kulit cukup lama sampai akhirnya kulit kering dan tidak bau.

Proses pengeringan kulit tergantung pada cuaca, jika musim hujan maka kulit hewan tersebut akan lebih lama kering dan demikian sebaliknya jika musim kemarau maka proses pengeringan kulit akan semakin cepat kering. Setelah kulit sudah kering, kulit diberi tanda dengan cara mengukur dengan menggunakan badan taganing. Kulit yang diberi tanda lingkaran dilebihkan 2,5 cm dari ukuran bagian taganing untuk tempat pakko. Kulit dibentuk dengan cara memotong dengan ukuran yang sudah ditentukan. Kulit yang sudah dibentuk dengan lingkaran disempurnakan dengan mengikis bagian sisi kulit. Hal ini dilakukan agar nantinya suara taganing lebih nyaring dan tidak ngendap.

Pengerendaman kulit dilakukan berguna untuk memudahkan proses pembentukan kulit pada badan taganing dan agar pada waktu melipat kulit pada badan taganing, kulit tidak

rusak. Pengukuran kulit dilakukan

untuk mengukur besar diameter kulit yang dibutuhkan dan disesuaikan

dengan besar diameter pipa paralon dan ukur kulit dilebihkan sekitar 2,5 cm dari besar diameter pipa paralon. Ukuran kulit yang dilebihkan sekitar 2,5 cm digunakan untuk tempat sanggahan Pakko. Setelah pengukuran kulit dilakukan, maka langkah selanjutnya adakah memotong kulit yang telah diukur.

Setelah pengukuran kulit dilakukan, maka langkah selanjutnya adakah memotong kulit yang telah diukur.

5. Pembuatan Pakko

Pakko terbuat dari kayu aren yang diselipkan pada bagian kulit yang telah dilubangi. Pakko berfungsi sebagai pengait rotan ke bagian kulit. Cara pembuatan pakko dilakukan dengan cara memotong kayu aren tersebut sepanjang 10 cm dan membentuk bagian kedua ujungnya agak runcing dengan diameter di bagian tengah 1 cm dan di kedua ujungnya berdiameter 0,5 cm yang diarsir berbentuk pensil. Penggatti Pakko juga bisa digunakan dari besi bulat dan bambu yang tua.

6. Dop atau Laman Taganing (penutup pipa)

Dalam unsur penyusunan Taganing terdapat laman yang berfungsi sebagai penutup bagian bawah Taganing, yang terbuat dari bahan penutup pipa. Penutup atau Laman yang digunakan harus sesuai dengan ukuran diameter yang dimiliki pipa paralon tersebut.

7. Besi Kawat

Alat musik Taganing yang terbuat dari kayu, tali yang digunakan untuk memadukan antara Laman pada bawah Taganing dan kulit pada bagian

(8)

atasnya adalah tali yang terbuat dari Rotan. Taganing yang terbuat dari pipa paralon, tali yang digunakan adalah kawat besi sebagai pengganti dari Rotan. Besi kawat yang digunakan memiliki ukuran 3 milli meter yang dikaitkan pada Pinggol-pinggol/pakko dan dipadukan pada Span yang sudah disediakan.

8. Lem Pipa Paralon

Lem pipa paralon berfungsi

untuk menghubungkan bagian bawah taganing (Dop) dengan bagian badan taganing. Lem yang digunakan adalah Lem Wavin.

9. Span (alat penyetel suara taganing)

Span alat yang digunaka untuk merendahkan dan meninggikan suara

yang dihasilkan alat musik taganing. Span yang digunakan berukuran 6 inci.

10. Baut

Baut digunakan sebagai tempat sanggahan Span. Baut terletak pada bagian tengah badan taganing.

11. Pembuatan Ining-ining Atau Stik

Setelah taganing selesai dibuat maka perlu disediakan Ining-ining/ stik sebagai alat untuk memukul taganing. Ining-inning ini terbuat dari kayu bualat kecil yang memiliki panjang sekitar 20 cm. Ining-ining yang bagus biasanya terbuat dari pohon Jeruk yang diarsir hingga berbentuk stik Drum akan tetapi panjangnya lebih pendek stik Drum. Secara umum Ining-ining ini bisa terbuat dari jenis kayu apa saja yang pada fungsinya untuk alat memukul taganing dan dapat menghasilkan bunyi.

D. Kesulitan Yang Dialami Sanggar Musik Aritonang Dalam Pembuatan Alat Musik Taganing Dari Pipa Paralon

Menurut Drs. A. Aritonang (wawancara 30 juni 2012) kesulitan dalam proses pembuatan alat musik Taganing relative tidak ada. Namun ada beberapa kesulitan yang dialami yang terletak pada bahan-bahan dalam pembuatan alat musik Taganing dari Pipa Paralon, yaitu :

1. Pemilihan pipa paralon yang harus hati-hati, dimana ada pipa paralon yang bentuknya lonjong (tidak bulat).

2. Tempat pembelian atau mendapatkan kulit lumayan susah, karena kulit bisa didapat pada waktu ada yang memotong sapi atau harus dipesan terlebih dahulu.

3. Tempat penjualan Dop (penutup taganing bagian bawah), Span yang sangat susah untuk didapat, hanya sebagian kecil Toko yang menjualnya.

4. Adanya kulit yang kurang bagus dan tidak sanggup menahan

tarikan dari Span yang

mengakibatkan robek (rusak) pada bagian kulit yang dilobangi.

E. Apresiasi Masyarakat Terhadap Suara Suara Yang

Dihasilkan Oleh Alat Musik Taganing Yang Terbuat Dari Pipa Paralon

Bunyi atau suara yang dihasilkan alat musik Taganing yang terbuat dari pipa paralon tidak jauh beda dengan bunyi yang dihasilkan alat musik Taganing yang terbuat dari kayu. Hal ini dapat dibuktikan dari beberapa komentar para pemain taganing yang ada dimedan, misalnya seorang pemain Taganing yang cukup terkenal di Kota

(9)

Medan yaitu Bapak Pangkar yang pernah memakai taganing buatan Drs. A. Aritonang. Beliau mengatakan bahwa “ jenis bunyi atau suara yang dihasilkan taganing dari pipa paralon tidak jauh beda dengan taganing yang terbuat dari kayu”.

Berdasarkan hasil wawancara pada Tanggal 27 Juli 2012 kepada Bapak Sahat Pardede. SH selaku sekretaris Lurah Nelayan Indah Kecamatan Medan Labuhan juga mengatakan bahwa suara yang dihasilkan taganing yang terbuat dari pipa paralon tidak jauh berbeda dengan taganing yang terbuat dari kayu. Bapak Sahat Pardede. SH menjelaskan, bahwa pengakuan beliau pada saat beliau melihat Sanggar Musik Aritonang mengiringi acara adat pernikahan di Gedung Wisma Rata yang ada di Kecamatan Medan Labuhan dan juga pada waktu acara-acara adat yang lainnya yang sudah pernah dilihat beliau.

F. Peralatan Yang Digunakan Sanggar Musik Aritonang Dalam Pembuatan Alat Musik Taganing Yang Terbuat Dari Pipa Paralon

Dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan kita pasti memiliki sarana dan prasarana yang kta gunakan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tersebut. Sanggar musik Aritonang memiliki sarana dan prasarana untuk membuat taganing dari pipa paralon, yaitu sebagai berikut :

1. Gergaji yang terdiri dari dua jenis, yaitu :

a. Gergaji ukuran besar yang berguna untuk memotong bagian pipa paralon yang telah diukur sesuai dengan ukuran yang dibuat, dan juga

memotong bagian bahan lainnya.

b. Gergaji yang ukurannya kecil yang berguna untuk memotong bagian unsur bawah taganing (Laman).

2. Tang berguna untuk memutar atau membengkokkan Kawat yang menggantikan Rotan.

3. Obeng sebagai alat untuk memutar Span (penyetelan suara Taganing).

4. Meter yang berguna untuk mengukur panjang pendeknya semua bahan yang dibutuhkan. 5. Pisau yang berguna untuk

mengikis kulit taganing dan juga untuk mengarsir atau mengarit pakko.

6. Martil yang berfungsi untuk membantu penyetelan suara taganing dengan tujuan agar penyetelan suara lebih mudah untuk ditegangkan/ ditinggikan. 7. Boor manual berguna untuk

melobangi bagian badan pipa paralon sebagai tempat Span.

Kesimpulan

Dari uraian hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut :

1. Kebudayaan masyarakat Batak Toba merupakan kebudayaan yang turun temurun dari nenek moyang orang batak. Sampai saat ini kebudayaan tersebut masih dijaga dan diteruskan oleh masyarakat karena adat memiliki unsure hukum, aturan dan tata cara yang mengatur tata kehidupan serta tidak melanggar norma-norma yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Keberadaan intrumen taganing dalam ansambel musik Batak Toba

(10)

sangatlah penting karena instrumen ini bisa dimainkan secara tunggal dan bisa juga dimainkan dengan menggabungkan instrumen ini dengan dengan alat musik lainnya. 3. Pembuatan alat musik taganing

yang terbuat dari pipa paralon dapat dikatakan relative tidak sulit dan tidak menggunakan waktu yang lama, berbeda dengan pembuatan alat musik taganing yang tebuat dari kayu yang memiliki beberapa proses yang lama, dimulai dari pelubangan kayu yang harus hati-hati dan harus terlatih.

4. Pembuatan taganing dari pipa paralon mempunyai tahapan-tahapan yaitu : dimulai dari pemilihan pipa paralon, pengukuran dan pemotongan pipa paralon, pengeringan dan pengikisan kuli, pembentukan Sordak/ Adop-adop dan Tukko (tiang) Taganing, dan perakitan taganing.

5. Sebuah taganing terdiri dari, Pamatang Taganing (badan taganing), kulit, kawat, tali Huling-huling (tali kulit), penutup taganing (penutup pipa), Pakko (pengait kawat kebagian kulit)

6. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan alat musik taganing yang terbuat dari pipa paralon yaitu : Gergaji, Tang, Obeng, Meter Ukur, Pisau, Martil dan Boor manual.

7. Suara atau bunyi yang dihasilkan alat musik taganing yang terbuat dari pipa paralon memiliki suara yang sama dengan suara alat music taganing yang terbuat dari kayu.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, W.S. 2011. Tinjauan Secara Organologi Pembuatan Taganing Di Dusun III Sigumbang Desa Parhorasan Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. Medan : Skripsi Strata 1 FBS UNIMED Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur

penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Bina Aksara

Bungin, Burhan.2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Cholid, Naburko. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara Koentjaraningrat. 2004. Pengantar

Antropologi II, Jakarta : Rineke Cipta

Martahan S. 2010. Pembuatan Sulim Batak Toba Di Dusun X Desa Lau Dendang Kelurahan Medan Estate. Medan : Skripsi Strata 1 FBS UNIMED

Martina. 2010. Pemanfaatan alat musik hasil kreasi siswa untuk membantu pembelajaran irama di sma negeri 1 Dolok Batu Nanggar Serbelawan. Medan : Skripsi Strata 1 FBS UNIMED

Melinca, S.R. 2011. Peranan Alat Musik Taganing Dalam Mengiringi Paduan Suara Pemuda Pemudi GKPI Binjai Kota. Skripsi Strata 1 FBS UNIMED

Pusat Bahasa Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta : Balai Pustaka Pusat Pembinaan Bahasa (2005).

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta. Bumi Aksara.

Matius Ali. 2004. Pelajaran Seni Musik. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

(11)

Miles, M.B. 2005. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : Rajagrafindo Persada

Sijabat, A. (2000) Gondang Bolon, Taganing atau odap. Dalam Konteks Uning-uningan, Gondang Hasapi maupun gondang bolon, Skripsi FS USU, Medan Soeharto, M. (2001). Kamus Musik. Jakarta : Gramedia widiasarana Indonesia

Sugiyono. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian

Kependidikan. Jakarta. Bumi Aksara

Referensi

Dokumen terkait

Konsep rancangan desain produk yang dihasilkan dari data responden dimana konsumen mengharapkan desain yang lebih luas, lebar, sehingga memuat cukup banyak barang termasuk

Ketika seseorang bertanya kepada orang lain tentang bagaimana dirinya maka, sseorang tersebut akan menjawab “ Saya seseorang yang pendiam” , “ saya seorang yang

( 2) I nst ansi yang ber w enang sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) , w aj ib m elakukan invent ar isasi t er hadap usaha dan at au kegiat an yang pot ensial m enim bulkan

[r]

Multidimensional data model yang digunakan pada desain data warehouse dapat membantu untuk membuat ringkasan dari transaksi yang ada berdasarkan dimensi yang digunakan

Penggunaan dana qardh yang produktif bisa digunakan untuk menambah jumlah cadangan dana qardh, selain itu penyaluran dana qardh dengan tujuan sosial bisa membuka peluang

Sementara sesuai dengan teori/kaidah hukum yang berlaku bahwa hak gadai adalah mungkin atas benda-benda bergerak baik berwujud maupun tidak berwujud sejauh mana benda bergerak

Surat Setoran Pajak Daerah selanjutnya disingkat SSPD adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang