• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Proses menua (aging) adalah proses alami yang dihadapi manusia. Dalam proses ini, tahap yang paling krusial adalah tahap lansia (lanjut usia). Dalam tahap ini, pada diri manusia secara alami terjadi penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum (fisik) maupun kesehatan jiwa secara khusus pada individu lanjut usia (Affandi, 2008). Menurut Maryam dkk. (2008) masalah kesehatan jiwa yang sering timbul pada lansia meliputi kecemasan, depresi, insomnia, paranormal, dan demensia. Sedangkan menurut data National Institute of

Mental Health (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang mengalami

gangguan kecemasan pada usia 18 tahun hingga lanjut usia. Sedangkan prevalensi gangguan kecemasan di Indonesia berkisar pada 6-7% dari populasi umum.

Berdasarkan data The National Old People’s Welfare council Inggris ada 12 macam penyakit dan gangguan pada lansia. Salah satu gangguan penyakit tersebut adalah kecemasan.Kecemasan sangat sering terjadi di masyarakat, menurut Sundari (2005) kecemasan terjadi karena individu tidak mampu mengadakan penyesuaian diri terhadap diri sendiri dan dalam lingkungan pada umumnya. Sensasi anxietas/cemas sering dialami oleh hampir

(2)

semua manusia. Perasaan tersebut ditandai oleh rasa ketakutan yang difius, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya. sedangkan menurut Suliswati dkk (2005) kecemasan merupakan respons individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari yang ditandai dengan kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya.

Faktor predisposisi cemas yaitu dalam pandangan psikoanalisis, menurut pandangan interpersonal, menurut pandangan perilaku, Kajian keluarga, Kajian biologis. Ansietas adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat di benarkan yang disertai dengan gejala fisiologis, sedangkan pada gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut. Gangguan ansietas dapat ditandai hanya dengan rasa cemas, atau dapat juga memperlihatkan gejala lain seperti fobia atau obsesif dan kecemasan muncul bila gejala utama tersebut dilawan. Suatu gambaran yang lazim pada semua gangguan ansietas adalah kualitas gejala yang tidak menyenangkan dan tidak alami (ansietas, fobia, obsesi) yaitu ego alien dan ego

distonik. Gejala-gejala ini cenderung menjadi kondisi relaps kronis (Stuart,

2006).

Umumnya masalah kecemasan adalah masalah psikologis yang paling banyak dialami lanjut usia (Larasati, 2014). Kecemasan lansia yang mengalami

(3)

penyakit kronis dalam menghadapi kematian diantaranya adalah terjadinya perubahan yang drastis dari kondisi fisiknya yang menyebabkan timbulnya penyakit tertentu dan menimbulkan kecemasan seperti gangguan pencernaan, detak jantung bertambah cepat berdebar-debar akibat dari penyakit yang dideritanya kambuh, sering merasa pusing, tidur tidak nyenyak / insomnia, nafsu makan hilang. Kemudian secara psikologis kecemasan lansia yang mengalami penyakit kronis dalam menghadapi kematian adalah seperti adanya perasaan khawatir, takut terhadap kematian itu sendiri, tidak berdaya, lemas, tidak percaya diri, ingin bunuh diri, tidak tentram, dan gelisah. Dampak somatik atau otot-otot seperti nyeri otot, kaku, kedutan, gigi gemerutuk, suara tidak stabil (Stuart, 2006).

Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kecemasan pada lansia dalam menghadapi kematian diantaranya adalah selalu memikirkan penyakit yang dideritanya, kendala ekonomi, waktu berkumpul dengan keluarga yang dimiliki sangat sedikit karena anak-anaknya tidak berada satu rumah/berlainan kota dengan subyek, kepikiran anaknya yang belum menikah, sering merasa kesepian, kadang sulit tidur dan kurangnya nafsu makan karena selalu memikirkan penyakit yang dideritanya. Videbeck (2008) menjelaskan bahwa pemikiran tentang kematian merupakan bagian yang penting pada tahap akhir bagi seseorang. Lansia menghabiskan lebih banyak waktu untuk memikirkan kematian dibandingkan seseorang yang masih muda. Merenung dan merencanakan kematian merupakan bagian yang normal dalam kehidupan lansia.

(4)

Berdasarkan hasil penelitian Larasati (2014) diperoleh bahwa lebih dari sebagian (61,8%) lansia yang telah diberikan terapi musik religi terjadi penurunan kecemasan. Hasil analisis juga menunjukan bahwa terdapat pengaruh pemberian terapi musik religi terhadap kecemasan menghadapi kematian pada lansia. Hasil penelitian Handayani dkk. (2014) menunjukan ada perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan yang ditunjukan adanya penurunan tingkat kecemasan sesudah dilakukan terapi murottal. Hal itu disebabkan oleh karena responden yang mendengarkan murottal mengalami ketenangan dan kenyamanan selama mendengarkan murottal yang berdampak ketenangan lanjutan setelah diperdengarkannya murottal.

Musik merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan seseorang untuk mengatasi tingkat kecemasan. Saat musik dimainkan akan menghasilkan stimulus yang dikirim dari akson-akson dari serabut sensori asendens ke neuron-neuron dari reticul aractivating system (RAS). Stimulus kemudian ditransmisikan ke nuclei spesifik dari thalamus melewati area-area korteks serebral, sistem limbik dan korpus collosum dan melalui area-area sistem saraf Otonom dan sistem neuroendokrin. Sistem saraf otonom berisi saraf simpatik dan parasimpatik. Musik dapat memberikan rangsangan pada saraf simpatik dan parasimpatik untuk menghasilkan respon relaksasi. Karakteristik respon relaksasi yang ditimbulkan berupa penurunan frekuensi nadi, relaksasi otot dan tidur (Synder & Linquist, 2002).

Terapi musik merupakan suatu tindakan penggunaan musik untuk memperbaiki, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan emosional, fisik,

(5)

psikologis dan spiritual untuk penyembuhan. Melalui musik hipothalamus dimanipulasi agar tidak bereaksi terlalu kuat terhadap stresor yang diterimanya. Hal ini disebabkan karena musik merangsang hipofisis untuk melepaskan endorfin (opiatalami) yang akan menghasilkan euporia dansedasi, sehingga pada akhirnya akan mampu menurun kan nyeri, stress dan kecemasan dengan mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri yang dirasakannya (Campbell, 2002).

Berdasarkan data pada survei awal yang dilakukan pada tanggal 15 oktober 2014 dengan wawancara terstruktur menggunakan Hamilton Anxiety

Rating Scale (HARS) di Desa Selaganggeng Kecamatan Mrebet Kabupaten

Purbalingga, diketahui terdapat sekitar 6 dari 10 lansia yang mengalami kecemasan berat dengan keluhan seperti perasaan takut, tegang dan gelisah ketika berbicara dengan orang lain. Mereka juga mengalami kesulitan untuk tidur serta penyakit seperti sakit kepala, peningkatan tekanan darah dan sebagainya disebabkan karena memikirkan tentang menghadapi kematian. Dari data diatas bahwa masih banyak komunitas lanjut usia yang mengalami kecemasan.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui “Perbedaan Efektifitas Terapi Musik Religi Dan Murottal Al Qur’an Terhadap Kecemasan Karena Kematian Pada Lansia di Posyandu Lansia Desa Selaganggeng Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga”.

(6)

B. Rumusan masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas maka penulis membuat rumusan masalah: “Apakah Ada Perbedaan Efektifitas Terapi Musik Religi Dan Murottal Qur’an Terhadap Kecemasan Karena Kematian Pada Lansia Di Posyandu Lansia Desa Selaganggeng Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga ? ”.

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan efektifitas terapi musik religi dan murottal qur’an terhadap kecemasan menghadapi kematian pada lansia Di Posyandu Lansia Desa Selaganggeng Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui karakteristik lansia, umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan.

b. Untuk mengetahui tingkat kecemasan pada lansia sebelum dan sesudah di beri terapi musik religi.

c. Untuk mengetahui tingkat kecemasan pada lansia sebelum dan sesudah diberi terapi murottal qur’an.

d. Membedakan efektifitas terapi musik religi dan murottal Qur’an pada lansia di Posyandu Lansia Desa Selaganggeng Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga.

(7)

D. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis dan teoritis sebagai berikut :

a. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman bagi penulis dalam melakukan riset sehingga dapat memberikan pelayanan dan perawatan kepada lansia.

b. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian lebih lanjut.

c. Bagi petugas dan pengurus posyandu lansia di Desa Selaganggeng Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga.

Dapat memberikan informasi dan masukan dalam memberikan perawatan pada lansia terutama yang mengalami kecemasan dengan terapi music religi dan murottal al quran.

d. Bagi lansia

Membantu lansia yang mengalami gangguan kecemasan, agar dapat mandiri dalam melakukan terapi musik religi dan murottal al quran.

e. Bagi masyarakat

Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan ketrampilan dalam memahami lansia, kecemasan, terapi musik religi dan terapi murottal al quran.

(8)

f. Bagi Penelitian lain

Diharapkan untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan pengaruh pemberian terapi musik relligi dan terapi murottal al quran terhadap kecemasan dengan penelitian yang berbeda.

E. Penelitian Terkait

1. Erva Elli Kristantiet all. (2010)

Dengan judul “Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap

Penurunan Derajat Kecemasan Pada Lansia Di Panti Wreda ST. Yoseph Kediri.” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan pengaruh

sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi lavender terhadap kecemasan dari hasil pra test dan post test. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang ada di Panti Wredha St.Yoseph Kediri yang berjumlah 29 lansia. Besar sample dalam penelitian ini adalah 20 Lansia.Sampling dalam penelitian ini menggunakan ”purposive sampling” dimana peneliti memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang di kehendaki peneliti yaitu lansia yang mengalami kecemasan. Uji statistik pada penelitian ini menggunakan uji “T-Test”

Hasil penelitian menunjukkan yang dilakukan pada 10 orang responden pada tanggal 5 Agustus 2008-5 September 2008 di panti Wredha St.Yoseph Kediri dapat disimpulkan bahwa:

Sebelum diberikan aromaterapi Lavender Terdapat 4 lansia (40%) dengan tingkat kecemasan ringan, 4 lansia (40%) dengan kecemasan sedang, 2

(9)

lansia (20%) dengan kecemasan berat. Setelah diberikan aromaterapi lavender kecemasan lansia di Panti Wredha St.Yoseph Kediri mengalami penurunan sebanyak 9 orang (90%). Terdapat pengaruh antara derajat kecemasan sebelum diberikan aromaterapi dan sesudah diberikan aromaterapi pada lansia di Panti Wredha St.Yoseph Kediri dengan Uji Statistik “t-Test” versi 11 dengan signifikasi 0.00.

2. Arina Maliya (2015)

Penelitian dengan judul Efektifitas terapi murottal dan terapi musik klasik terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pra operasi di RSUD Dr.Moewardi Surakarta merupakan penelitian quasi eksperiment, tipe pre

test and posttest design. Sample dalam penelitian ini adalah psien fraktur

ekstremitas di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Tehnik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Tehnik pengambilan data dengan cara observasi dan wawancara. Analisa data menggunakan uji t-dependent (paired sample t test), Tujuan : adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat efektivitas pada kedua terapi dalam menurunkan kecemasan. Hasil : Hasil pengkajian sebelum diberikan terapi sebagian besar pasien mengalami cemas sedang. Uji beda tingkat kecemasan dengan terapi musik diperoleh nilai t hitung, sebesar 8,887 (p = 0,000 < 0,05) sehingga Ho ditolak. Artinya pemberian terapi musik efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien.

(10)

3. Ani Hidayati (2008)

Penelitian dengan judul hubungan senam lansia dengan tingkat kecemasan pada lansia di PSTW Budhi Luhur Bantul Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara senam lansia yang rutin dilakukan dengan tingkat kecemasan pada lansia di PSTW Budhi Luhur Bantul Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian non eksperimen dan data diperoleh secara observasi dengan pendekatan cross-sectional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Sampel diambil dengan metode total sampling dengan jumlah sampel 40 responden. Analisis data menggunakan Korelasi Spearman Rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia dengan senam lebih dari 3 kali mengalami kecemasan ringan sebesar 57,1%, kecemasan sedang 22,9% dan sisanya sebesar 20% tidak mengalami kecemasan. Lansia dengan senam kurangdari 3 kali seminggu mengalami kecemasan ringan sebesar 60% dan kecemasan sedang 40%. Kedua kelompok tersebut tidak mengalami kecemasan berat. Nilaiuji Korelasi Spearman Rank adalah ρ = 0,188 dan p = 0,245. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan yang bermakna antara senam lansia dengan tingkat kecemasan pada lansia di PSTWBudhi Luhur Bantul Yogyakarta. Saran penelitian untuk lansia hendaknya tetapmengikuti senam lansia dan aktif dalam kegiatan lain di PSTW Budhi Luhur Bantul Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas intensitas hubungan dalam pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian belajar siswa kelas

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder laporan keuangan tahunan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dari periode 2011-2015.. Hasil dari penelitian

Penelitian tentang Rekonstruksi Perjanjian Kredit Bank Berbentuk Standaard Yang Berbasis Nilai Keadilan merupakan penelitian tentang praktek penyaluran kredit oleh

Pukul 20.45 WIB Mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda vital, tanda-tanda kesulitan bernafas, warna kulit dan refleks bayi secara ketat selama 2 jam pertamag. Pukul

episiotomy saat bokong membuka vulva dan perineum sudah tipis. 21) Melahirkan bayi dengan cara Bracht : Pada waktu bokong mulai membuka. vulva (crowning) segera

Uskonnon suhde mediaan kytkeytyy kysymykseen uskonnosta käyttöaineena ja aiheena julkisessa keskustelussa. Journalisti Bill Moyers korostaa uskontoa koskevien julkisen puheen

Mata Kuliah Konstruksi Kayu..

Adalah lembaga pendidikan dasar yang berada di bawah naungan Kementerian Agama. Dari defisini tersebut maka yang dimaksud dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar