• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan

Publik Terhadap Hubungan antara Pengetahuan Dewan Tentang

Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah

(Studi Empiris di DPRD Kab. Boyolali)

NASKAH PUBLIKASI

Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat – syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh :

ADITYA DIBYO SAPUTRO B 200 080 238

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

Pengaruh Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan

Publik Terhadap Hubungan Pengetahuan Dewan Tentang

Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah

(Studi Empiris di DPRD Kab. Boyolali)

ADITYA DIBYO SAPUTRO

B 200 080 238

Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAKSI

Penelitian ini meneliti pengaruh pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap pengawasan keuangan daerah dengan variabel moderator partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik. pengertian pengawasan keuangan daerah adalah tindakan yang dilakukan untuk menjamin agar penerimaan daerah dan pengeluaran daerah tidak menyimpang dari rencana yang telah digariskan dalam anggaran.

Sampel dalam penelitian ini adalah anggota dewan parwakilan rakyat daerah (DPRD) Kabupaten Boyolali. Diperoleh menggunakn tehnik sampling jenuh. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 45. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian kuesioner yang dilakukan oleh anggota dewan. Pengujian hipotesis diuji dengan menggunakan multiple regression untuk masing-masing sampel.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, pengetahuan dewan tentang anggaran, partisipasi masyarakat, transparansi kebijakan publik berpengaruh signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah yang dilakukan dewan hal ini ditunjukan dengan nilai sig. masing-masing sebesar 0,001, 0,012 dan 0,000. Kedua, pengetahuan dewan tentang anggaran dengan partisipasi masyarakat berpengaruh signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah, hal ini ditunjukkan dengan nilai sig. Sebesar 0,005. Ketiga pengetahuan dewan tentang anggaran dengan transparansi kebijakan publik berpengaruh signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah, hal ini ditunjukkan dengan nilai sig. sebesar 0,008.

Kata kunci : pengetahuan dewan tentang anggaran, pengawasan keuangan daerah, partisipasi masyarakat, transparansi kebijakan publik.

(4)

A. PENDAHULUAN

Pemerintah adalah suatu organisasi yang diberi kekuasaan untuk mengatur

kepentingan Bangsa dan Negara. Lembaga pemerintah dibentuk umumnya untuk menjalankan aktivitas layanan terhadap masyarakat luas. Dan sebagai organisasi nirlaba mempunyai tujuan bukan mencari keuntungan semata-mata untuk menyediakan layanan dan kemampuan meningkatkan layanan tersebut dimasa yang akan datang. Tujuan yang ingin dicapai biasanya ditentukan dalam bentuk kualitatif, misalnya peningkatan keamanan dan kenyamanan, mutu pendidikan, mutu kesehatan dan keimanan.

Dalam undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan daerah yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan daerah yaitu pemerintah daerah dan DPRD. Hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD merupakan hubungan kerja yang kedudukannya setara dan bersifat kemitraan. Pemerintahan daerah dan DPRD sama-sama mitra sekerja dalam membuat kebijakan daerah untuk melaksanakan otonomi daerah sesuai dengan fungsi masing-masing.

Salah satu fungsi dari lembaga legislatif adalah fungsi pengawasan (fungsi untuk mengawasi kinerja eksekutif). Dalam penelitian ini fungsi dewan yang akan dibahas adalah fungsi pengawasan anggaran. Permasalahanya adalah apakah fungsi pengawasan lebih disebabkan pengetahauan dewan tentang anggaran ataukah lebih disebabkan karena permasalahan lain. Disamping itu, apakah partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik juga akan berpengaruh terhadap pengawasan anggaran yang dilakukan oleh dewan (Sopanah dan Mardiasmo, 2003).

Sehubungan dengan hal itu maka peran dewan menjadi sangat meningkat dalam mengontrol kebijakan pemerintahan. Menurut PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 132 yang menyatakan bahwa DPRD melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah tentang APBD. Pengawasan tersebut bukan berarti pemeriksaan, tapi lebih mengarah pada pengawasan untuk menjamin pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam APBD.

(5)

Pengawasan anggaran dilakukan oleh dewan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal (Pramono, 2002 dalam Rosseptalia, 2006). Faktor internal adalah faktor yang dimiliki oleh dewan yang berpengaruh secara langsung terhadap pengawasan yang dilakukan oleh dewan, salah satunya adalah pengetahuan tentang anggaran. Sedangkan faktor eksternal adalah pengaruh dari pihak luar terhadap fungsi pengawasan oleh dewan yang berpangaruh secara tidak langsung terhadap pangawasan yang dilakukan oleh dewan, diantaranya adalah partisipasi masyarakat dan kebijakan publik.

B. LANDASAN TEORI

Pengertian Keuangan Daerah

Menurut PP No. 58 Tahun 2005 keuangan Daerah adalah semua hak dan Kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.

Pengelolaan keuangan daerah seringkali diartikan sebagai mobilisasi sumber keuangan yang dimiliki oleh suatu daerah. Pandangan itu terlalu menyederhanakan dan cenderung menghasilkan rekomendasi kebijakan yang relatif dan sepihak yang akan merugikan masyarakat dalam konsep yang lebih luas.

Konsep Anggaran Sektor Publik

Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran financial (Mardiasmo, 2002). Sedangkan penganggaran atau proses penyusunan anggaran adalah proses pengoporasionalan rencana dan bentuk pengkualifikasikan, biasanya dalam bentuk unit moneter, untuk kurun waktu tertentu (Halim et al., 2000 dalam Rosseptalia, 2006), jadi penganggaran adalah proses atau metoda untuk mempersiapkan suatu anggaran.

Menurut Anthony dan Govindarajan (2003), proses penyusunan anggaran pada dasarnya memiliki 4 tujuan yaitu: (1) menyelaraskan dengan rencana strategik, (2) untuk mengkoordinasikan kegiatan dari beberapa bagian dalam organisasi, (3) untuk memberikan tanggungjawab kepada manajer atau pimpinan, guna mengotorisasi jumlah dana yang dapat

(6)

digunakan, dan untuk memberitahukan hasil yang mereka capai, (4) untuk mencapai kerjasama.

Pengawasan Keuangan Daerah

Pengawasan didefinisikan sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuan organisasi dan manajemen dapat tercapai. Pengawasan keuangan daerah dapat diartikan sebagai segala bentuk tindakan untuk menjamin pengelolaan keuangan daerah berjalan sesuai dengan tujuan, rencana, dan aturan-aturan yang telah digariskan. Pengawasan diperlukan untuk mengetahui apakah perencanaan yang telah disusun dapat berjalan secara efisien, efektif dan ekonomis (Sopanah dan Mardiasmo, 2003). pengawasan menurut Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Pasal 1 ayat (6) menyebutkan, bahwa : “Pengawasan pemerintah daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Partisipasi Masyarakat Dalam Penyusunan Anggaran

Adanya perubahan paradigma anggaran di era reformasi menuntut adanya partisipasi masyarakat (publik) dalam keseluruhan siklus anggaran. Dalam menciptakan akuntabilitas kepada publik diperlukan partisipasi kepala instasi dan warga masyarakat dalam penyusunan dan pengawasan anggaran (Rubin, 1996 dalam Nasirwan, 2008). Pengawasan yang dimaksud disini termasuk pengawasan terhadap pihak eksekutif melalui pihak legislatif (Achmadi dkk, 2002). Pengetahuan tentang anggaran yang memperngaruhi pengawasan yang dilakukan oleh dewan, partisipasi masyarakat diharapkan akan meningkatkan fungsi pengawasan (Nasirwan, 2008).

Secara umum pengertian partisipasi adalah suatu tindakan dalam keterlibatan dan berbagi pengaruh di dalam proses pengambilan keputusan (Wagner, 1994 dalam Zainuddin dkk, 2002). Oleh karena itu, partisipasi di dalam penyusunan anggaran merupakan variabel penting yang akan meningkatkan kualitas anggaran yang tersusun, serta dapat membantu manajer dalam mengambil keputusan (Hopwood, 1994 dalam Zainuddin dkk, 2002).

(7)

Transparansi Kebijakan Publik

Dalam kehidupan bernegara yang semakin terbuka, pemerintah selaku perumus dan pelaksanaan kebijakan APBD berkewajiban untuk terbuka dan bertanggungjawab terhadap seluruh hasil pelaksanaan pembangunan. Sebagai bentuk untuk menindaklanjuti terselenggaranya proses pembangunan yang sejalan dengan prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance), pemerintah dan pemerintah daerah berkewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk membangun jaringan sistem informasi manajemen dan proses kerja yang memungkinkan pemerintahan berkerja secara terpadu dengan menyederhanakan akses antar unit kerja (UU No. 56 Tahun 2005 tentang system informasi keuangan daerah).

Pengetahuan Anggota Dewan Tentang Anggaran

Indriantoro dan Supomo (1999) menyebutkan, bahwa pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasa, dan berpikir yang menjadi dasar manusia dalam bersikap dan bertindak. Salim (1991) mengartikan, pengetahuan sebagai kepandaian yaitu segala sesuatu yang diketahui, berkenan dengan sesuatu yang dipelajari.

Pengetahuan dewan tentang anggaran adalah kemampuan dewan dalam hal menyusun anggaran (RAPBD/APBD), deteksi serta identifikasi terhadap pemborosan atau kegagalan dan kebocoran (Werimon dkk, 2007).

Hipotesis

H1A : Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Berpengaruh Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah.

H1B : Partisipasi Masyarakat Berpengaruh Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah.

H1c : Transparansi Kebijakan Publik Berpengaruh terhadap Pengawasan Keuangan Daerah. H2 : Partisipasi Masyarakat Mempengaruhi Hubungan Pengetahuan Dewan Tentang

Anggaran Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah.

H3 : Transparansi Keuangan Publik Mempengaruhi Hubungan Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah.

(8)

C. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah objek atau subjek yang mempunyai kualitas karakteristik yang ditetapkan untuk diteliti (Sugiono,2002). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota DPRD Kabupaten Boyolali yang berjumlah 45 orang yang terdiri dari komisi 1, 2, 3 dan 4.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono,2002). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh anggota Dewan Kabupaten Boyolali dengan menggunakan rumus sampel jenuh atau total sampling dimana semua populasi dijadikan sampel penelitian (Chabib, 2004).

Sumber Data diperoleh dari Anggota Dewan Kabupaten Boyolali. Data primer dalam penelitian ini metode survey berupa penyebaran kuesioner kepada responden. Responden yang dimaksud adalah anggota DPRD Kabupaten Boyolali Periode 2009-2014.

Metode Analisis Data

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert dengan skala penilaian 1 – 5 yaitu : Sangat tidak sesuai: 1, sangat sesuai: 2, netral: 3, sesuai: 4, sangat sesuai: 5.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau keahlian

suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan, dan mampu mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Validitas diatas diuji dengan menggunakan uji korelasi Product Moment yang dilaksankan dengan bantuan program SPSS V. 11.5. Analisis faktor yang digunakan dengan tingkat signifikasi yang digunakan adalah sebesar 5% (α = 0,05). Jika tingkat signifikan diatas 0.05 maka instrument yang digunakan dalam masing-masing variabel tersebut tidak valid.

(9)

Reliabilitas adalah istilah untuk menunjukan sejauh mana suatu hasil pengukuran

realitas konsisten apabila pengukura diulangi dua kali atau lebih. Jadi pengukuran realibilitas bertujuan untuk mengetahui ketetepan instrumen atau data yang diteliti. Data yang sudah diuji kevalidannya kemudian akan diuji dengan koefisien Cronbanch Alpha ≥ 0,6 dengan bantuan komputer program SPSS V.11.5.Suatu instrument dikatakan reabilitas jika rhitung lebih besar rtabel (ro>r1) dan nilai r positif.

Metode Analisis

Setelah data dikumpulkan dan diuji validitas dan reliabilitas, maka selanjutnya dilakukan pengujian yang berhubungan dengan model statistik yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Alat analisis untuk menguji hipotesis-hipotesis tersebut digunakan adalah analisis berganda (multiple regression). Pengujian hipotesis dilakukan setelah model regresi berganda yang digunakan bebas dari pelarangan asumsi klasik, agar hasil pengujian dapat diinterpretasikan dengan tepat. Persamaan regresi untuk menguji hipotesis adalah sebagai berikut :

PKD =  + 1PDTA + 2PM + 3TKP + 4PDTA_PM + 5PDTA_TKP + e Dimana PKD = pengawasan keuangan daerah (APBD)

 = konstanta

PDTA = pengetahuan dewan tentang anggaran PM = partisipasi masyarakat

TKP = transparansi kebijakan public PDTA_PM = interaksi antara PDTA dan PM PDTA_TKP= interaksi antara PDTA dan TKP 12345 = koefisien regresi

e = eror

Hipotesis dalam penelitian ini akan diuji dengan menggunakan multiple regression untuk masing-masing sampel.Serta melihat nilai p value, Uji F, koefisien determinasi (R2), dan Uji-t.

(10)

Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara serentak berpengaruh terhadap variabel dependen (Gozhali, 2005). Untuk mempermudah analisa bisa langsung dari koefisien signifikan atau probabilitas yang ada. Dalam analisa ini digunakan α =5% artinya kemungkinan kesalahan hanya boleh jika p< 5 %, jika p> 5 % model dianggap tidak signifikan . Nilai-p (peluang) untuk statistik ujinya < a (taraf nyata) yang telah ditetapkan biasanya pada taraf a = 5%. Adapun kriteria yang digunkan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

 Jika Fhitung > Ftabel, maka secara serentak variabel independen berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependen.

 Jika Fhitung < Ftabel, maka secara serentak variabel independen tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependen.

Koefesien Determinasi ( R2)

Koefisien ini digunakan untuk mengukur besarnya kontribusi variasi Xn terhadap variable Y, dan juga untuk mengetahui ketepatan pendekatan atas alat analisi (Gujarati, 1999). Koefisien determinasi (R2) ini untuk menguji seberapa besar R-square menunjukan signifikansi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen (Ghozali, 2009). Nilai R-square berkisar antara 0 < R2 <1 dan kecocokan model dikatakan baik jika nilai R2 mendekati 1. Jika R2 = 1, berarti prosentase sumbangan variabel independen terhadap variabel dependen adalah 100%. Tetapi jika R2 = 0, berarti variabel tidak dapat digunakan untuk membuat ramalan (Gujarati,2001).

Dengan demikian tingkat ketepatan regresi ditunjukan oleh R2 yang besarnya berkisar antara 0 ≤ R2

≤ 1, maka semakin besar nilai R2 berarti makin tepat suatu garis regresi linier yang digunakan sebagai pendekatan. Apabila nilai R2 sama dengan 1 maka pendekatan itu benar-benar sempurna.

(11)

Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Uji t

Uji-t digunakan untuk mengetahui apakah variable penjelas (independent) berpengaruh secara signifikan terhadap variable dependen (Ghozali, 2005). Dalam analisa ini digunakan α = 5% artinya kemungkinan kesalahan hanya boleh jika p< 5 %, jika p> 5 % model dianggap tidak signifikan sehingga Ho ditolak. Analisis Uji t (t test) ini digunakan untuk mengetahui signifikasi antara variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) secara parsial.

Pengujian Asumsi Klasik 1. Pengujian Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi antara variabel independen dan dependen keduanya terdistribusi secara normal atau tidak. Model yang variabel residualnya tidak berdistribusi normal tidak dapat dilakukan uji statistik terhadapnya karena hasil pengujian tersebut menjadi tidak valid.

Pengujian ini dilakukan dengan uji kolmogrov smirnov Z. Hasil pengujian ini akan dibandingkan dengan nilai signifikansi yang telah ditentukan yaitu sebesar 5% atau 0,05. Maka jika nilai probabilitas yang diperoleh lebih dari 0,05 maka data tersebut terdistribusikan normal (Ghozali, 2006).

2. Pengujian Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah adanya hubungan korelasi antara variabel independent yang satu dengan variabel independen yang lainya. Multokolinearitas berkenaan dengan terdapatnya lebih dari satu hubungan linear pasti. Multikolinearitas menyebabkan regresi tidak efisien atau penyimpangannya besar.

Penelitian ini menguji multikolinearitas berdasrkan tolerance value dan dari variance inflation factor (VIF). Model regresi yang bebas multikolinearitas yaitu Apabila nilai VIF <10 dan nilai tolerance value >0,1 (Ghozali, 2006).

3. Pengujian Heteroskedastisitas

Uji asumsi regresi heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari suatu pengamatan ke

(12)

pengamatan lain. Jika varian residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Jika variannya berbeda, disebut heteroskedastisitas. Model yang baik adalah jika tidak terjadi heteroskedastisitas.

Pada penelitian ini untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas adalah menggunakan uji glejser. Uji glejser dilakukan dengan cara mengabsolutkan nilai residual, kemudian hasil absolut residual diregresikan dengan variabel independen, apabila nilai signifikan yang diperoleh lebih dari 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006).

D. HIPOTESIS DAN PEMBAHASAN Pengujian Hipotesis

Dari hasil analisis uji t dapat diketahui bahwa pengetahuan dewan tentang anggaran secara statistik berpengaruh secara signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah, yang ditunjukkan dengan t hitung 3,536, lebih besar dari t tabel 1,960, jadi dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.

Partisipasi masyarakat secara statistik berpengaruh secara signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah, yang ditunjukkan dengan t hitung 2,668, lebih besar dari t tabel 1,960, jadi dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima

Transparansi kebijakan publik secara statistik berpengaruh secara signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah, yang ditunjukkan dengan t hitung 4,007, lebih besar dari t tabel 1,960, jadi dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.

Pengetahuan dewan tentang anggaran dan partisipasi masyarakat secara statistik berpengaruh secara signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah, yang ditunjukkan dengan t hitung 3,011 lebih besar dari t tabel 1,960, sehingga dapat disimpulkan bahwa Pengetahuan dewan tentang anggaran dan Partisipasi masyarakat memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap Pengawasan keuangan daerah, jadi dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.

Pengetahuan dewan tentang anggaran dan Transparansi kebijakan publik secara statistik berpengaruh secara signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah, yang ditunjukkan dengan t hitung 2,817 lebih besar dari t tabel 1,960.

(13)

Pembahasan Hipotesis

Hasil pengujian tingkat signifikan uji t terhadap hipotesis 1a, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan anggota dewan tentang anggaran memiliki pengaruh yang bersifat positif dan signifikansi terhadap pengawasan keuangan daerah yang dilakukannya. Artinya Semakin tinggi tingkat kemampuan anggota terhadap hal-hal yang berkaitan dengan anggaran, maka pengawasan terhadap keuangan daerah yang dilakukan akan semakin baik.

Hasil pengujian tingkat signifikan uji t terhadap hipotesis 1b menunjukan bahwa Partisipasi masyarakat berpengaruh signifikan dan positif terhadap pengawasan keuangan daerah (APBD). Partisipasi masyarakat sebagai salah satu indikator tercapainya good governance memiliki peran penting dalam pengawasan keuangan daerah. Partisipasi masyarakat dalam pengawasan keuangan daerah dapat terwujud dalam beberapa cara, diantaranya memberikan masukan berupa aspirasi dan direalisasikan dengan adanya forum komunikasi antar dewan dan masyarakat yang diselenggarakan.

Hasil pengujian tingkat signifikan uji t terhadap hipotesis 1c menunjukkan bahwa bahwa Transparansi kebijakan publik memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap Pengawasan keuangan daerah (APBD). kemajuan pesat teknologi informasi serta potensi pemanfaatannya secara luas dijadikan sarana pendukung transparansi kebijakan publik, hal tersebut membuka peluang bagi berbagai pihak untuk mengakses, mengelola dan mendayagunakan informasi secara cepat dan akurat untuk lebih mendorong terwujudnya pemerintahan yang bersih, transparan, dan serta mampu menjawab tuntutan perubahan secara efektif.

Hasil analisis regresi terhadap hipotesis ke dua dapat dilihat interaksi antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan partisipasi masyarakat berpengaruh signifikan dan positif terhadap pengawasan APBD Dari hasil pengujian tingkat signifikan uji t terhadap hipotesis 2, dapat disimpulkan Pengetahuan dewan tentang anggaran dan Partisipasi masyarakat berpengaruh positif signifikan terhadap Pengawasan keuangan Daerah (APBD). Artinya semakin tinggi interaksi pengetahuan anggaran dengan partisipasi masyarakat maka pengawasan yang dilakukan akan

(14)

semakin meningkat. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang mendukung bahwa jika masyarakat dilibatkan dalam proses penganggaran maka pengawasan yang dilakukan oleh dewan akan semakin meningkat.

Hasil analisis regresi terhadap hipotesis ke tiga dapat dilihat interaksi antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan transparansi kebijakan publik berpengaruh signifikan dan positif terhadap pengawasan APBD. Kemajuan pesat teknologi informasi serta potensi pemanfaatannya secara luas dijadikan sarana pendukung transparansi kebijakan publik, hal tersebut membuka peluang bagi berbagai pihak untuk mengakses, mengelola dan mendayagunakan informasi secara cepat dan akurat untuk lebih mendorong terwujudnya pemerintahan yang bersih, transparan, dan serta mampu menjawab tuntutan perubahan secara efektif.

E. PENUTUP

Kesimpulan

1. Pengetahuan dewan tentang anggaran, partisipasi masyarakat, transparansi kebijakan publik berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa pengetahuan dewan tentang anggaran memiliki pengaruh yang bersifat positif dan signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah yang dilakukannya. Semakin tinggi tingkat kemampuan anggota terhadap hal-hal yang berkaitan dengan anggaran, maka pengawasan terhadap keuangan daerah yang dilakukan akan semakin baik.

2. Berdasarkan hasil uji hipotesis kedua dapat dilihat bahwa Interaksi antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan partisipasi masyarakat berpengaruh positif signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah diterima. Sehingga Dapat diinterpretasikan, bahwa Transparansi kebijakan publik semakin baik maka pengaruh Pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap Pengawasan keuangan daerah akan semakin kuat.

3. Berdasarkan hasil uji hipotesis ketiga dapat dilihat bahwa interaksi antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan transparansi kebijakan publik berpengaruh positif signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah. Hal dapat diinterpretasikan Transparansi kebijakan publik memiliki pengaruh yang positif dan

(15)

signifikan pada pengaruh Pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap Pengawasan keuangan daerah. Hal ini dapat diinterpretasikan, jika Transparansi kebijakan publik semakin baik maka pengaruh Pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap Pengawasan keuangan daerah akan semakin kuat; atau sebaliknya, jika Transparansi kebijakan publik semakin rendah atau kurang baik maka pengaruh Pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap Pengawasan keuangan daerah akan semakin lemah.

Saran

1. Bagi para peneliti berikutnya dapat memperluas penelitian menjadi beberapa daerah/kota, atau bahkan Provinsi sehingga diperoleh sampel atau responden lebih banyak, dan sedemikian rupa generalisasi hasil penelitian akan lebih baik.

2. Penelitian selanjutnya dengan menambah variabel-variabel penelitian yang lain, misalnya akuntabilitas, komitmen organisasi dan lain-lain.

3. Dilakukan penelitian lanjutan yang menggunakan responden dari wilayah DPRD lain sebagai objek penelitian atau dengan sampel penelitian yang lebih besar, agar hasil penelitian lebih kuat untuk membuktikan hubungan variabel-variabel di atas.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim, 2007. Seri Bunga Rampai: Akuntansi dan Pengelolaan Keuangan Daerah, Yogyakarta, UPP STIM YKPN.

Coryanata, Isma, 2007, Akuntabilitas, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik Sebagai Pemoderating Hubungan Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran dan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD). Universitas Bengkulu, SNA X.

Development Core Team, R Datasets, PPt modul, 2008.

Djadiyono, M, 2003, Amanat Reformasi dalam GBHN 1998, Jakarta, CSIS.

Efriandra, ardy, 2011, Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran terhadap Pengawasan Keuangan Daerah dengan Variabel Moderator Studi Empiris pada DPRD Provinsi Jogjakarta), Universitas Muhammadyah Surakarta, Skripsi.

Erlangga, Putra, 2007, Sasaran Perwujudan Pemerintahan yang Baik (Good Governance) , Yogyakarta, Modul.

(16)

Ghozali, Imam,.2005, Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS, Semarang, Badan Penerbit-UNDIP.

Ghozali, Imam,.2009, Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS, Semarang, Badan Penerbit-UNDIP.

Junaedi, 2008, Ekonometrika, Universitas Jambi, Modul

Kartiwa, H.A, 2009, Implementasi Peran dan Fungsi DPRD dalam Mewujudkan Good Governance, Pascasarjana UNPAD, Modul.

Kurniyawan, Deny, 2008, Linier Regrssion (Regresi Linier), Forum Statistika Speaks With Data. http://ineddeni.wordpress.com

Liona, Marwah, 2003, Agenda Reformasi dimata Publik, UI, Modul.

Madiasmo, 2001, Pelaksanaan, Pengendalian, dan Pemeriksaan Kinerja Pemerintah Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah. Penerbit Andy. Yogyakarta.

Madiasmo, 2002, Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andy .Yogyakarta.

Mulyanto, 2008, Tinjauan Penyusunan KUA, PPAS dan RKA-SKPD: Beberapa Pokok Pemikiran Awal, Service Provider, LGSP.

Musthofa, Chabib, 2004, Metode Penelitian Kuantitatif, _ , Modul.

Nordiawan, Deddi.2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta, Salemba Empat. Paulus, Pratiwa, 2006, Transparansi Untuk Siapa?, Jakarta, Penerbit Erlangga. Purwoko, Bambang, 2004, Paradigma Good Governace, Modul.

Puspita, Rani 2008, Analisa Regresi - Tugas Regresi Berganda.doc. puspita.rani@gmail.com

Roseptalia, Rima, 2006. Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah Dengan Variabel Moderator Partisipasi Masyarakat Dan Transparansi Kebijakan Publik. UII, Skripsi.

Sanjoyo, 2002, Basic Econometric, http://sanjoyo-eco.wordpress.com

Sopanah, 2009. Studi Fenomenologis: Menguak Partisipasi Masyarakat dalam Proses Penyusunan APBD, Universitas Widyagama Malang, SNA XII.

Sopanah dan Whayudi, Isa, 2008, Pengaruh Akuntabilitas Publik,Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik terhadap Hubungan antara Pengetahuan Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD), Malang Corruption Watch (MCW), SNA XIII.

(17)

Tatag, S, 2005, Reformasi Keuangan Pemerintahan Daerah, Pasca sarjana Universiatas Brawijaya Malang, 2009.

United Nations Development Program (UNDP), 2007. Local Governance Support Program

(LGSP) For Good Governance, Jakarta, Dokumen bahan ajar.

USAID (United States Agency for International Development), 2007, Local Governance

Support Program (LGSP) USAID, Jakarta, Bahan ajar.

Werimon, Ghozali dan Nazir , 2007, Pengaruh Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) (Study Empiris Di Provinsi Papua), SNA X.

Winarna, Jaka dan Murni, Sri, 2007, Pengaruh Personal Background, Political Background dan Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Peran DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Kasus Di Karesidenan Surakarta Dan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2006). Universitas Sebelas Maret, SNA X.

Zainuddin dkk., Kompleksitas Persoalan Otonomi Daerah di Indonesia. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002.

, Pemetaan Penerapan Good Governance, Pelayanaan Publik dan Penanggulangan Tahun 2005. 2005. http://www.wordpress.com

, Surat Keputusan DPRD Kab. Karanganyar No. 188.4/16 tahun 2009, DPRD Kabupaten Karaganyar, Jawa Tengah, 2009.

, Undang-Undang Dasar 1945 Republik Indonesia Amandemen IV, 2004.

, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Daerah, Departemen Keuangan Ripublik Indonesia, Jakarta, 2003.

, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara, Departemen Keuangan Ripublik Indonesia, Jakarta, 2004.

, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Departemen Dalam Negeri, Jakarta, 2009.

, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, Departemen Komunikasi dan Informatika, Jakarta, 2005.

Referensi

Dokumen terkait

Front-End Website System untuk meningkatkan usability moodle dengan menggunakan metode Human-Centered Sofware Engineering. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(2) Bagaimanakah kreatifitas guru dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas V MI Tamrinul Ulum Gentan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran

Dalam penelitian ini, sumber data yang terkumpul dikaji melalui beberapa tahapan yaitu, tahapan analisis berdasarkan strata norma, tahapan analisis bahasa kiasan (majas), dan

Kebun ubi jalar di Cipaku-1 memiliki tanah lembap, tanah banyak ternaungi, namun tidak ditemukan serasah yang membusuk, sedangkan kebun ubi jalar di Cipaku-2 memiliki

Berdasarkan analisis AHP pada faktor-faktor risiko penularan MG di peternakan ayam petelur komersial menunjukkan bahwa faktor risiko jumlah ayam yang dipelihara

keseimbangan dan kelestarian lingkungan (konservasi) maupun untuk tujuan wisata, dimana keberadaan ikan kodok dapat menarik penyelam baik dari dalam negeri maupun

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada

The HyperCGSF consists of a multifunctional geospatial service provider agent model, an underlying networking topology called ‘hypercube’, and a set of distributed